PENDAHULUAN
1. UMUM
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses
pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan zat
narkotika. Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga merupakan suatu
bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan pecandu narkotika ke
dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalahgunaan
narkotika. Berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika, terdapat setidaknya dua jenis rehabilitasi, yaitu rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis adalah suatu proses
kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari
ketergantungan narkotika. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental, maupun sosial,
agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial
dalam kehidupan masyarakat.
Dalam menangani masalah rehabilitasi, BNN mempunyai deputi
yang khusus menanganinya yaitu Deputi Bidang Rehabilitasi. Hal ini dapat
kita lihat pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2010 Pasal 20 ayat (1) Tentang Badan Narkotika Nasional yang
menyatakan bahwa: Deputi Bidang Rehabilitasi adalah unsur pelaksana
sebagian tugas dan fungsi dibidang rehabilitasi berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada kepala BNN. Deputi Bidang Rehabilitasi
mempunyai tugas melaksanakan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) khusus di bidang
rehabilitasi.
Masalah penyalahgunaan narkoba sudah merambah sampai ke
pelosok daerah dengan prevalensi jumlah penyalahgunaan narkoba atau
selanjutnya disebut pengguna narkona sebanyak 1,7 % dari populasi
penduduk, dan dari populasi pengguna narkoba tersebut yang
membutuhkan rehabilitasi (2016) sebanyak 280.000 orang. Sementara itu,
ketersediaan lembaga rehabilitasi yang dikelola Pemerintah masih
terbatas kapasitas tampung dan jumlahnya. Rehabilitasi narkoba
merupakan serangkaian kegiatan untuk memfungsikan kembali peran dan
pengembangan individu yang memungkinkan pengguna narkoba mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat. Pengertian tersebut sepadan dengan rehabilitasi sosial
sebagai suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental
maupun sosial agar pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan
narkoba dapat kembali melaksanakan fungsi sosial di dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pelayanan rehabilitasi narkoba dilaksanakan dalam bentuk
residensial dan luar residensial. Tidak semua pengguna narkoba
memerlukan rehabilitasi residensial, hal ini terkait beberapa kriteria
pengguna terhadap narkoba yang membutuhkan pelayanan residensial
antara lain terdapat gangguan gejala putus zat yang menyebabkan
pengguna narkoba terganggu stabilitas fisik dan psikologis serta masalah
fisik lainnya sehingga tidak dapat melakukan aktivitas kesehariannya.
Selain itu, terdapat gejala halusinasi, waham dan/ atau gejala kejiwaan
lain yang mengganggu proses komunikasi dan jalannya terapi
rehabilitasi.
Sementara itu, pengguna narkoba dengan masalah narkoba dalam
kategori ringan mengikuti pelayanan di luar residensial dilaksanakan
dalam bentuk rawat jalan. Pengguna narkoba mendapatkan layanan
rehabilitasi sesuai dengan rencana intervensi yang terkait dengan
pemulihannya dari masalah penyalahgunaan narkoba. Pelayanan luar
residensial ini membuka kesempatan kepada masyarakat untuk dapat
turut berpatisipasi dalam memberikan pelayanan kepada pengguna
narkoba dalam program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM).
Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) merupakan serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di bidang rehabilitasi terhadap
pengguna narkoba dengan memanfaatkan fasilitas dan potensi
masyarakat sejak perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan
kegiatan melalui pendekatan kearifan lokal. Oleh karena itu setiap
program IBM mempunyai keragaman program rehabilitasi sesuai masalah
narkoba dan potensi yang dimiliki masyarakat di wilayah. Oleh karena itu,
BNN Kota Palangka Raya sesuai DIPA tahun anggaran 2022 yakni salah
satunya melaksanakan “Kegiatan Rapat Koordinasi Tingkat
Kabupaten/Kota di Wilayah Kota Palangka Raya TA 2022” yang
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan upaya rehabilitasi
narkoba yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat khususnya di
wilayah Kota Palangka Raya.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pembuatan laporan ini adalah seluruh peserta kegiatan
Rapat Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kota yang hadir saat kegiatan
berlangsung.
4. DASAR
DASAR HUKUM
1) Undang – undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
2) Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun 2020-2024;
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Fasilitasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
4) Peraturan Badan Narkotika Nasional Nomor 5 Tahun 2020 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional;
5) Peraturan Badan Narkotika Nasional Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan
Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota;
6) Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional;
7) DIPA BNN Kota Palangka Raya Bidang Rehabilitasi Tahun Anggaran
2022;
8) Surat Perintah Nomor : Sprin /1350/V/ Ka/RH.00.01/2022/BNNK
mengenai pelaksanaan Rapat Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kota di
wilayah Kota Palangka Raya.
Jawaban :
1. Polresta Palangka Raya
Terkait transportasi klien apabila mengikuti program rehabilitasi rawat
inap sekarang ini klien dapat berangkat sendiri ke Balai yang
menerima program rawat inap tanpa didampingi petugas rehabilitasi,
dikarenakan persyaratan untuk mengikuti program rehabilitasi rawat
inap sudah dikirimkan secara online sehingga klien datang langsung
dengan membawa syarat yang telah ditentukan, hal ini dapat
menghemat biaya transportasi. Selama mengikuti program rehabilitasi
rawat inap semua biaya Gratis, klien hanya menanggung biaya
transportasi sendiri. Apabila dengan cara ini klien masih belum
mampu, petugas rehabilitasi akan merujuk ke area terdekat yang
minim biaya transportasi.
E. PENUTUP
Demikian Laporan kegiatan Rapat Koordinasi Tingkat Kabupaten/kota Tahun
2022 ini disampaikan sebagai bahan pertanggungjawaban.
LAMPIRAN