1. Pendahuluan
Pada saat ini pola kesakitan menunjukkan bahwa Indonesia mengalami double burden of
disease di mana penyakit menular masih merupakan tantangan (walaupun telah menurun)
tetapi penyakit tidak menular (PTM) meningkat dengan tajam. Di tingkat global, 63
persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang
membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80 persen kematian ini terjadi di negara
berpenghasilan menengah dan rendah.
Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit kronis dengan durasi yang panjang
dengan proses penyembuhan atau pengendalian kondisi klinisnya yang umumnya lambat.
Penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup seperti diet yang tidak sehat, kurangnya
aktifitas fisik, dan merokok. Hal ini berakibat pada meningkatnya prevalensi tekanan
darah tinggi, glukosa darah tinggi, lemak darah tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas
yang pada gilirannya meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah,
penyakit paru obstruktif kronik, berbagai jenis kanker yang menjadi penyebab terbesar
kematian (WHO, 2013).
Selain penyakit tidak menular kondisi kesehatan gangguan mental juga mengalami
peningkatan pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2013. Proporsi rumah tangga yang
memiliki anggota rumah tangga (ART) gangguan jiwa skizoprenia/psikosis meningkat
signifikan dari (1,7‰) menjadi (7 ‰). Berdasarkan data WHO menyatakan bahwa
gangguan mental dimulai usia 14 tahun, tetapi tidak terdeteksi dan terabaikan.
Tingginya permasalahan PTM dan kesehatan jiwa di Indonesia memerlukan upaya
pengendalian yang memadai dan komprehensif melalui promosi, deteksi dini,
pengobatan, dan rehabilitasi. Upaya tersebut perlu didukung oleh penyediaan data dan
informasi yang tepat dan akurat secara sistematis dan terus menerus melalui sistem
surveilans yang baik. Hal ini sesuai dengan amanat UU No. 36 tahun 2009 pasal 158
tentang pengendalian penyakit tidak menular. Dengan surveilans PTM yang baik maka
program pencegahan dan pengendalian PTM berlangsung lebih efektif baik dalam hal
perencanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi program serta sebagai ide awal
penelitian.
Surveilans PTM dan faktor risikonya merupakan salah satu strategi upaya pencegahan
dan pengendalian penyakit yang dilakukan tepat dan terpadu oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat. Langkah – langkah yang dijalankan dalam pengendalian PTM mencakup
tujuan dan penetapan target nasional, penilaian hasil penanganan PTM, memperluas
jejaring kemitraan dan melakukan pendekatan kesehatan dalam berbagai kebijakan,
memperkuat sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan tingkat primer seperti pelayanan
di puskesmas, serta membentuk kapasitas nasional maupun institusional yang mampu
melaksanakan program pengendalian PTM.
Laporan evaluasi akhir tahun program penyakit tidak menular Kabupaten Lampung
Selatan mengkaji tentang kegiatan dan cakupan kegiatan yang sudah dilaksanakan pada
tahun 2020 serta realisasi anggaran untuk mendukung kegiatan tersebut. Pelaksanaan
kegiatan tersebut ditujukan dalam rangka mencapai target Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan Renstra Kabupaten Lampung Selatan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Tujuan umum kegiatan program pengendalian penyakit tidak menular adalah
untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan penyakit tidak menular serta
komplikasinya.
b. Tujuan khusus :
o Diketahuinya kadar CO pernafasan pada anak sekolah
o Terdeteksinya factor risiko PTM pada masyarakat.
o Terlaksananya penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR)
o Tersedianya media promosi PTM , buku register kegiatan dan bahan medis
habis pakai deteksi dini factor risiko PTM
3. Kegiatan
Untuk mencapai tujuan kegiatan diatas ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan
antara lain :
- Mobile posbindu PTM bagi masyarakat.
- Kunjungan ke sekolah untuk monitoring KTR
- Pengadaan Buku Register Posbindu Tiap Desa
No Kegiatan Waktu
1 Mobile posbindu PTM Januari sd desember
7. Pendanaan
Kebutuhan Dana untuk kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dibebankan pada
Dana BOK
8. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat, untuk dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN UPAYA KEGIATAN JIWA
1. Pendahuluan
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan/stress, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi gangguan mental
emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas), sebesar 9,8 % untuk penduduk berusia 15
tahun ke atas. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis,
prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk, prevalensi depresi pada penduduk umur
diatas 15 tahun sebesar 6,1 % dan yang minum obat/menjalani pengobatan medis hanya 9
%. Dengan jumlah penduduk Lampung Selatan 1.019.789 jiwa pada tahun 2020, maka
diperkirakan terdapat 1.734 orang menderita gangguan jiwa. Sedangkan penduduk
Lampung Selatan yang mengalami gangguan mental emosional diperkirakan sebanyak
91.781 jiwa.
Dengan jumlah penderita gangguan jiwa dan penduduk dengan ganguan mental
emosional seperti tersebut diatas memerlukan upaya kesehatan jiwa yang serius dari
pemerintah daerah. Upaya kesehatan jiwa meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan maksud agar setiap penderita mendapatkan haknya sebagai warga
negara.
Untuk dapat terlaksananya upaya kesehatan jiwa seperti tersebut diatas diperlukan
berbagai upaya seperti pemenuhan logistic berupa ketersediaan obat, tenaga terlatih,
media promosi, peningkatan peran serta masyarakat/pemberdayaan masyarakat serta
kemampuan pengelola program kesehatan jiwa dalam mengelola program jiwa di
puskesmas.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
3. Kegiatan
Untuk mencapai tujuan kegiatan diatas ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan
antara lain :
- Skrining kesehatan jiwa
- Pertemuan penguatan institusi penerima wajib lapor (IPWL)
- Pertemuan peningkatan kapasitas petugas dalam pengelolaan program kesehatan jiwa
- Pertemuan evaluasi program kesehatan jiwa
- Monitoring program kesehatan jiwa ke puskesmas
- Konsultasi program kesehatan jiwa ke Kemenkes dan Dinas Kesehatan Propinsi
Lampung
- Cetak buku pedoman kesehatan jiwa dan media promosi kesehatan jiwa
No Kegiatan Waktu
1 Skrining kesehatan jiwa Januari - Desember
7. Pendanaan
Kebutuhan Dana untuk kegiatan upaya kesehatan jiwa Menggunakan Anggaran Dana
BOK.
8. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat, untuk dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan.