Anda di halaman 1dari 9

Penanggulangan Narkoba

Setiap tanggal 26 Juni, dunia memperingati penyalahgunaan narkotika dalam Hari Anti


Narkotika Internasional atau HANI. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan
berbahaya. Selain narkoba istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya.

Semua istilah ini, baik narkoba ataupun napza, mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba
sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat
hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.

Penyalahgunaan narkotika menimbulkan masalah dalam berbagai sektor, diantaranya bidang


kesehatan, sosial-ekonomi, dan keamanan di seluruh penjuru dunia.

 Dampak Narkoba

Narkoba dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak negatif itu
sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan fisik dan mental.

Dampak Langsung Narkoba bagi Jasmani/Tubuh Manusia, Tiap zat dapat memberikan efek
yang berbeda terhadap tubuh yang dapat menyerang pada jantung, otak, tulang, pembuluh darah,
paru-paru, sistem syaraf, sistem pencernaan, dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti
HIV/AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC dll dan banyak dampak lainnya yang merugikan manusia.

Dampak Langsung Narkoba bagi Kejiwaan/Mental Manusia, dapat menyebabkan depresi mental,
gangguan jiwa berat/psikotik, bunuh diri dan melakukan tindak kejahatan, kekerasan dan
pengrusakan.

Memaknai HANI di Indonesia

Perkembangan penyalahgunaan dan perederan gelap narkoba yang melanda dunia juga berimbas
ke tanah air, narkoba sudah merambah ke seluruh wilayah tanah air dan menyasar ke berbagai
lapisan masyarakat. Sasaran peredaran narkoba bukan hanya tempat-tempat hiburan malam,
tetapi sudah merambah ke daerah permukiman, kampus, sekolah, rumah kost dan bahkan
lingkungan rumah tangga.

Berdasarkan pendataan dari aplikasi Sistem Informasi Narkoba (SIN) jumlah kasus narkotika


yang berhasil diungkap selama 5 tahun terakhir dari tahun 2012-2016 pertahun sebesar 76,53%.
Kenaikan paling tinggi pada tahun 2013-2014 yaitu 161,22%. Tahun 2016 jumlah kasus
narkotika yang berhasil diungkap adalah 868 kasus, jumlah ini meningkat 36,05% dari tahun
2015.

Gelombang ancaman narkoba terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu nyata.
Presiden menegaskan, Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat narkoba. Semua elemen
bangsa tidak boleh santai menghadapi kondisi ini. Semua masyarakat harus menyiapkan amunisi
untuk melawan kejahatan narkoba.

Problem yang mengancam saat ini adalah efek penggunaan narkoba melalui jarum suntik
terhadap timbulnya HIV/AIDS. Pola HIV/AIDS dimulai dari penggunaan jarum suntik oleh
penyalahguna narkoba atau disebut juga dengan IDU (Injecting Drug User), tapi di Indonesia
pola HIV/AIDS dimulai dari seks, kemudian berkembang menjadi pemakaian narkoba melalui
jarum suntik menjadi salah satu pola penyebab timbulnya HIV/AIDS. Hal ini merupakan sebuah
fenomena second explossion of HIV/AIDS epidemic.

Sebagai langkah Tanggap Darurat Narkoba, Pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional


(BNN) selaku lembaga yang menangani masalah narkoba sekaligus prekusor di Indonesia lebih
fokus melakukan berbagai upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN) dengan tujuan mengurangi angka prevelansi pemakaian narkotika.
Khususnya pada kelompok anak-anak, remaja, pelajar, hingga mahasiswa yang merupakan
penerus bangsa. Adapun target yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019 adalah
terkendalinya laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 0,05% setiap tahun.

Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah optimalisasi kinerja dalam konteks


pencegahan dan dalam rangka menahan laju prevalensi penyalahgunaan narkoba antara lain:

1. Optimalisasi peran tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan pemuda untuk
melakukan intervensi pencegahan penyalahgunaan narkoba.
2. Optimalisasi penggunaan media informasi baik elektronik maupun non elektronik dengan
menambah jumlah informasi atau intensitas/frekuensi informasi yang disebarluaskan
3. meningkatkan kualitas perencanaan dan monitoring evaluasi dalam konteks perubahan
lingkungan strategis dalam rangka menjawab tantangan-tantangan ke depan.

CERDIK

Program CERDIK adalah langkah preventif yang dibuat agar masyarakat yang masih sehat dan
bugar dapat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular (PTM). Program  ini terdiri atas:

 Cek kesehatan secara berkala


 Enyahkan asap rokok
 Rajin Olahraga
 Diet sehat dengan kalori seimbang
 Istirahat yang cukup
 Kelola stress
Sedangkan program PATUH dibuat untuk pasien penyandang penyakit tidak menular (PTM)
agar penyakit tidak semakin parah dan tetap terkontrol kesehatannya. Program ini meliputi:

 Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter


 Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
 Tetap diet sehat dengan gizi seimbang
 Upayakan beraktivitas fisik yang aman, serta
 Hindari rokok, alkohol dan zat karisogenik lainnya

Strategi Pencegahan dan Pengendalian PTM di Indonesia


Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4 sejalan dengan
rekomendasi global WHO (Global Action Plan 2013-2020),  fokus pada 4 penyakit PTM
Utama Penyebab 60% kematian yaitu

1. kardiovaskular,
2. Diabetes Melitus,
3. Kanker,
4. Penyakit Paru Obstruksi Kronis

dan pada Pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu


1. diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang,
2. kurang konsumsi Sayur dan Buah
3. tinggi konsumsi Gula, Garam dan lemak),
4. kurang aktivitas fisik,
5. merokok
6. mengkonsumsi alkohol.

Memahami Arah Program Bangga Kencana 2020 – 2024

Oleh: Drs. Mardiya

Ka Bidang Pengendalian Penduduk

Tahun 2019 sebagai tahun terakhir dalam RPJMN 2015 – 2019 maupun Renstra BKKBN 2015 –

2019 sudah kita lalui. Di tahun 2020 ini kita telah memasuki babak baru RPJMN 2020-2024 dan

Renstra BKKBN 2020 – 2024. Sebagai bahan refleksi, khususnya untuk program Kependudukan

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang sekarang telah berubah

nomenklatur programnya menjadi Bangga Kencana, kita perlu melihat apa yang telah kita capai
hingga akhir tahun 2019.

Secara umum gambaran pencapaian Program KKBPK (Bangga Kencana) sampai dengan tahun

2019 masih belum memenuhi target, beberapa pencapaian yang belum maksimal diantaranya

Angka Kelahiran Total (total fertility rate/TFR) 15-49 tahun baru mencapai 2,45 per-WUS dan

belum mencapai target yang diharapkan 2,28. Begitu juga untuk target tingkat putus pakai

kontrasepsi yang baru mencapai 29 persen dibandingkan dengan target yang semestinya harus

dicapai 24,6 persen. Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) hanya

mencapai 12,1 persen target sebesar 9,91 persen, serta indikator Persentase pemakaian

kontrasepsi modern (modern contraceptive prevalence rate/mCPR) hanya mencapai 54,97 persen

dari target 61,3%. Sedangkan untuk target penggunaan MKJP dapat tercapai dengan baik sebesar

24,6 persen dibanding target sebesar 23,5 persen.

Presiden dan Wakil Presiden RI telah menyampaikan visi dan misi pemerintah periode tahun

2020-2024 dalam rangka “meneruskan jalan perubahan untuk Indonesia maju’. Adapun visi

Presiden adalah “terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Dalam rangka mendukung visi, misi dan

janji Presiden RI 2020-2024, BKKBN akan berkontribusi dalam upaya “Terwujudnya Keluarga

Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang seimbang” dengan berfokus kepada:

(1) Mengendalikan pertumbuhan penduduk dalam rangka menjaga kualitas dan struktur

penduduk seimbang,

(2) Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi secara komprehensif,

(3) Menyelenggarakan pembangunan keluarga yang holistic integrative sesuai siklus hidup

(4) Membangun kemitraan, jejaring kerja, peran serta masyarakat dan kerjasama global,

(5) Memperkuat inovasi, teknologi, informasi dan komunikasi,

(6) Membangun kelembagaan, meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan SDM aparatur.


Untuk menjamin dukungan BKKBN terhadap upaya pencapaian visi, misi dan janji

Presiden 2020-2024 dapat diimplementasikan dengan baik, maka ditetapkan ukuran pencapaian

Program dan Kegiatan Prioritas ke dalam Sasaran Strategis yang mengacu pada Prioritas

Pembangunan Nasional RPJMN 2020-2024. Dalam Renstra BKKBN 2020-2024 ditetapkan

Sasaran Strategis sebagai berikut: (1) Menurunnya TFR dapat mencapai 2,26 pada tahun 2020

dan ditargetkan menjadi 2,1 pada tahun 2024, (2) Meningkatnya angka prevalensi pemakaian

kontrasepsi modern (mCPR) 61,78 % pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 63,41 % pada

tahun 2024, (3) Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/unmet need 8,6 % pada

tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 7,4 % pada tahun 2024, (4) Menurunnya angka kelahiran

menurut kelompok umur 15-19 tahun (ASFR 15-19 tahun) dengan target 25/1000 kelahiran pada

tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 18/1000 kelahiran pada tahun 2024, (5) Meningkatnya

Indeks Pembangunan Keluarga (IPK) sebesar 53,57 pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi

61,00 pada tahun 2024, (6) Meningkatnya median usia kawin pertama (MUKP) 21,9 tahun pada

tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 22,1 pada tahun 2024

Tahun 2020 merupakan periode transisi peralihan RPJMN 2015-2019 menuju RPJMN 2020-

2024. Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah kebijakan dan

strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024, terutama dalam menerjemahkan

Prioritas Nasional (PN) melalui Program Prioritas (PP) dan Kegiatan Prioritas (KP) yang

menjadi arahan Presiden RI sebagai fokus penggarapan Pembangunan Nasional Indonesia

periode 2020-2024. Adapun arah kebijakan dan strategi BKKBN adalah: Pertama, menguatnya

pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian penduduk dalam rangka mencapai,

mempertahankan dan memanfaatkan bonus demografi, yang dapat diwujudkan melalui strategi:

(a) Pengembangan GDPK lima pilar untuk seluruh tingkatan wilayah di Indonesia yang dapat

dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah, (b) Penguatan sinergisitas

kebijakan penyelenggaraan pengendalian penduduk, (c) Peningkatan kapasitas dan kapabilitas


kelembagaan dan institusi pendidikan dari pusat, provinsi serta kabupaten dan kota dalam bidang

pengendalian penduduk,

Kedua, peningkatan sinkronisasai dan pemanfaatan data/informasi kependudukan, d.

Meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

yang komprehensif berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi sasaran (kelompok

masyarakat), yang dapat terwujud melalui strategi, (a) Penguatan kapasitas faskes dan

jaringan/jejaring yang melayani Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, terutama

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan KB Pasca Persalinan (KB-PP), (b) Peningkatan

kualitas pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi melalui penguatan kemitraan,

(c) Peningkatan jangkauan pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di wilayah

khusus (daerah kesertaan KB rendah, tertinggal, terpencil, perbatasan, kepulauan, miskin

perkotaan dan wilayah bencana), serta sasaran khusus (pria/suami, PUS unmet need, miskin,

memiliki risiko tinggi untuk hamil dan melahirkan anak stunting), (d) Peningkatan kesertaan KB

Pria melalui penguatan peran motivator/kelompok KB Pria dan pemenuhan tenaga kesehatan

MOP yang kompeten di setiap kabupaten dan kota, (e) Penguatan promosi dan konseling

kesehatan reproduksi berdasarkan siklus hidup, termasuk pencegahan 4 (empat) terlalu kepada

keluarga, PUS dan remaja, (f) Peningkatan kemandirian Pasangan Usia Subur dalam ber-KB.

Ketiga, meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistic dan integrative sesuai

siklus hidup, serta menguatkan pembentukan karakter di keluarga, yang diwujudkan melalui

strategi: (a) Penguatan kemampuan keluarga untuk menjalankan delapan fungsi keluarga secara

optimal sesuai dengan siklus hidup, karakteristik wilayah dan target sasaran guna mendukung

pencapaian Indeks Pembangunan Keluarga (IPK), (b) Peningkatan kualitas/ketahanan remaja

(Kelompok Usia Produktif) dan Penyiapan kehidupan keluarga bagi remaja, (c) Penguatan Pusat

Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) yang terstandarisasi dan pengembangan sistem rujukan

yang dapat diimplementasikan di seluruh tingkatan wilayah, (d) Pembentukan dan penguatan

karakter sejak dini melalui keluarga, (e) Penguatan pelayanan ramah lansia melalui tujuh dimensi

lansia tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang (PJP) bagi lansia.
Keempat, meningkatkan advokasi dan penggerakan Program KKBPK sesuai dengan segmentasi

sasaran dan karakteristik wilayah, yang dapat diwujudkan melalui strategi: (a) Peningkatan

advokasi Program KKBPK berbasis biaya dan manfaat serta pendekatan sosial kultural, (b)

Peningkatan promosi Program KKBPK (Bangga Kencana) berdasarkan orientasi sasaran

berbasis karakteristik wilayah, (c) Peningkatan kinerja tenaga penyuluh KB/PLKB dan

pemberdayaan masyarakat melalui penggerakan kader PPKBD/Sub PPKBD dalam penyuluhan

Program KKBPK dan penyebarluasan materi/informasi terkini.

Kelima, memperkuat sistem informasi keluarga yang terintegrasi, dengan strategi: (a)

Peningkatan kualitas dan pemanfaatan data/informasi Program KKBPK berbasis teknologi

informasi di seluruh tingkatan wilayah, (b) Pengembangan smart technology untuk memperkuat

pengelolaan Program KKBPK

168
Hari Kesehatan Nasional (HKN) Ke-55 Tahun 2019, “Generasi Sehat, Indonesia Unggul”

Hari Kesehatan Nasional (HKN) berlangsung pada tanggal 12 November setiap


tahunnya. HKN Tahun 2019 ini adalah HKN yang ke-55 dengan tema “Generasi Sehat,
Indonesia Unggul”

Hari Kesehatan Nasional sendiri bertujuan untuk mengajak masyarakat agar memiliki


budaya hidup sehat dan meninggalkan kebiasaan atau perilaku yang kurang sehat.
Peringatan HKN biasanya disambut dengan beragam rangkaian kegiatan kesehatan baik
di pusat maupun daerah.

Seputar Logo

Logo memvisualisasikan manusia sedang mengangkat kedua tangan yang


menggambarkan gotong royong, bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil
yang didambakan.

Garis tengah yang memiliki makna perjalanan dari bawah menuju ke atas.
Yang bercerita mengenai alur menuju kesempurnaan (lingkaran), yang mengartikan
perjalanan menuju keberhasilan untuk mencapai kualitas sumber daya manusia
indonesia yang lebih sehat, produktif, mandiri, dan unggul.

Lingkaran mempunyai makna kesempurnaan, tidak terputus, tidak memiliki awal atau
akhir, memilki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menerapkan Standar Pelayanan Minimal
bidang Kesehatan.

Hal yang baru di PMK No. 4 Tahun 2019 adalah

1. JENIS LAYANAN DAN MUTU :


– 2 Jenis Layanan dan Mutu Provinsi
 a. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana
provinsi; dan
 b. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi.
– 12 Jenis Layanan dan Mutu Kab/Kota

 a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;


 b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
 c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
 d. Pelayanan kesehatan balita;
 e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
 f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;
 g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
 h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
 i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;
 j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat;
 k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis; dan
 l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human
Immunodeficiency Virus).

Anda mungkin juga menyukai