asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
KEGIATAN PENYEDIAAN LAYANAN KESEHATAN UNTUK
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
UKM DAN UKP RUJUKAN TINGKAT DAERAH
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
KABUPATEN/KOTA
(SUB KEGIATAN PENGELOLAAN PELAYANAN KESEHATAN
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
PADA USIA PRODUKTIF)
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
TAHUN 2023
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk
lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk
lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN UPAYA
KESEHATAN MASYARAKAT
KEGIATAN LAYANAN KESEHATAN UNTUK UKM DAN UKP RUJUKAN
TINGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, urusan Kesehatan merupakan urusan pemerintahan
yang dibagi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi,
pemerintah daerah kabupaten / kota, bersifat wajib, dan terkait dengan
pelayanan dasar. Untuk menjamin tercapainya sasaran dan prioritas
pembangunan nasional bidang Kesehatan, diperlukan Standart Pelayanan
Kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM di
bidang Kesehatan diantaranya meliputi setiap warga negara Indonesia usia
15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining Kesehatan sesuai standart, setiap
warga negara Indonesia usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining
Kesehatan sesuai standart dilakukan di puskesmas dan jaringannya
( posbindu PTM ) serta fasilitas pelayanan Kesehatan lainnya yang bekerja
sama dengan pemerintah daerah.
Pelayanan skrining Kesehatan usia 15 s.d. 59 tahun bertujuan
untuk mengetahui factor resiko PTM meliputi : deteksi kemungkinan
obesitas dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan dan
lingkar perut , hipertensi, DM, gangguan mental emosional dan perilaku,
pemeriksaan ketajaman penglihatan, emeriksaan ketajaman pendengaran,
deteksi dini kanker di usia 30 s.d 59 tahun. Penyakit Tidak Menular atau
yang biasa disebut PTM merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan
dari satu individu ke individu lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Menurut World Health Organization (2018), sebesar 71% penyebab
kematian di dunia adalah PTM. Menilik dari data Riskesdas tahun 2018,
prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan Riskesdas 2013, antara lain penyakit kanker, stroke, ginjal kronis,
diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi penyakit kanker naik dari
1,4% menjadi 1,8%, stroke naik dari 7% menjadi 10,9%, ginjal kronik naik
dari 2% menjadi 3,8%, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%, dan
hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit
tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok,
konsumsi minuman beralkohol, aktivitasfisik, serta konsumsi buah dan
sayur. Pada tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun)
terus meningkat, yaitu 7,2% (Riskesdas 2013) dan 9,1% (Riskesdas 2018).
Prevalensi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3% menjadi
3,3%. Prevalensi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi
33,5%. Selain itu, prevalensi konsumsi buah dan sayur kurang pada
penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5%
(KementrianKesehatan RI, 2018).
Dibutuhkan komitmen bersama dan dukungan dari berbagai pihak
untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit tidak menular. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan penyelenggaraan penganggulangan
penyakit tidak menular yang sesuai dengan Permenkes No.71 tahun 2015
melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP). Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dilakukan dengan
upaya pencegahan dan pengendalian. Pencegahan ini dapat dilakukan
dengan cara pengendalian faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas
fisik, diet yang tidak sehat, konsumsi minuman beralkohol, dan
lingkungan yang tidak sehat. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan
dengan promosi kesehatan untuk mewujudkan PHBS melalui perilaku
CERDIK, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin
aktivitas fisik, diet sehat dan gizi seimbang, istirahat yang cukup, dan
kelola stress. Pengendalian dapat dilakukan dengan kegiatan penemuan
kasus secara dini dan tata laksana sejak dini. Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dilaksanakan dengan penanganan kasus. Masyarakat
dapat ikut berperan aktif dengan membentuk dan mengembangkan Pos
Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM). Pada Posbindu PTM tersebut
dapat dilaksanakan kegiatan deteksi dini, monitoring, dan tindak lanjut
dini faktor risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan
berkesinambungan di bawah pembinaan puskesmas.
Selain Posbindu, salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien
dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta
masyarakat. Masyarakat dibekali pengetahuan tentang deteksi dini PTM,
pengenalan faktor resiko, serta pengendalian penyakit bagi yang telah
menderita PTM. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan sikap
mawas diri masyarakat terhadap faktor resiko PTM sehingga peningkatan
kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukkan dengan
perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga
pada keadaan sehat. Perkembangan industri semakin kompleks menuntut
kompetensi dan kompetisi yang semakin berat. Kondisi yang dari segi
ekonomi memberikan efek positif ternyata tidak selalu diimbangi dengan
pola hidup sehat. Dalam situasi tuntutan kerja semakin berat dan
kompleks diperlukan pekerja yang sehat secara fisik dan mental untuk
meraih tujuan yang produktif. Pelaksanaan pembangunan Kesehatan
membutuhkan cara pandang dari paradigma sakit ke paradigma sehat,
berbagai upaya pembanguan Kesehatan telah dilakukan oleh pemerintah
dalam meningkatkan kualitas Kesehatan penduduk dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan sebagai investasi untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia diukur dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam
pengukuran IPM, selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga
merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Kebijakan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan IPM dilakukan
dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar semakin
tangguh, mandiri, dan berkualitas yang mampu bersaing dalam
menghadapi ketatnya persaingan bebas era globalisasi. Indikator
keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain ditandai dengan
meningkatnya Umur Harapan Hidup Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di
Tempat Kerja 1 (UHH). Data Bappenas tahun 2010 menyebutkan bahwa
UHH Indonesia berada pada angka 69,0 tahun, sementara hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS menyebutkan UHH menjadi
70,9 tahun pada tahun 2010. RPJMN tahun 2010-2014 menetapkan target
UHH 72 tahun, sedangkan Bappenas memprediksikan UHH pada tahun
2025 mencapai usia 73,7 tahun. Transisi epidemiologi di Indonesia melalui
perubahan pola penyakit menular (PM) yang terjadi bersamaan dengan
peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Di satu sisi penanggulangan
PM (diare, malaria, TBC, HIV-AIDS, dan lain-lain) belum tuntas dilakukan,
sementara di sisi lain masalah PTM (penyakit jantung-pembuluh darah,
hipertensi, diabetes melitus, obesitas, osteoporosis, kanker usus,
gangguan jiwa, dan lain-lain) kian meningkat.
Dalam kenyataannya penyakit tidak menular yang diderita oleh
pekerja semakin berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2005
disebutkan bahwa total jumlah kematian akibat penyakit tidak menular
atau penyakit degeneratif mencapai angka 50 juta orang. Sedangkan
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
didapatkan bahwa penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun yang
menderita hipertensi sebanyak 31,7%, penyakit sendi 30,3%, penyakit
jantung 7,2%, asma 3,5%, diabetes millitus 1,1%, stroke 0,8%. Gaya hidup
merupakan salah satu penyebab penting penyakit tidak menular.
Kebiasaan merokok, gizi berlebih, pola hidup sedenter (kurang bergerak)
dan stres merupakan permasalahan yang erat hubungannya dengan
penyakit tidak menular. Menurut catatan Kementerian Kesehatan dalam
Riset Kesehatan Dasar, perilaku merokok kelompok penduduk pada usia
lebih dari 15 tahun cenderung Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di
Tempat Kerja 2 meningkat dari 32,0% (Susenas 2003) menjadi 33,4%
(Riskesdas, 2007). Sedangkan pada Riskesdas 2013, perilaku merokok
penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan, bahkan
cenderung meningkat dan menjadi 36,3% pada tahun 2013. Tercatat
sebanyak 64,9% laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap
rokok pada tahun 2013. Keadaan tersebut bila tidak ditangani secara
serius akan menjadi penghambat dalam upaya pembangunan kesehatan di
masa datang. Pencegahan dan pengendalian PTM sangat terkait dengan
gaya hidup masyarakat, sehingga perlu kerja sama lintas program.
Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri dan
karyawan di sektor perkantoran, memerlukan perhatian serta penanganan
kesehatan dan keselamatan kerja yang baik sehingga terhindar dari
gangguan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum
memberi kemudahan, efisiensi dan kenyamanan bagi seseorang maupun
masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari, namun kondisi
tersebut dapat mengakibatkan perubahan gaya hidup manusia yang
membuat kurang untuk bergerak dan beraktivitas fisik, sehingga menjadi
faktor risiko utama Penyakit Tidak Menular (PTM) dan menimbulkan efek
negatif seperti peningkatan penyakit akibat kurang gerak (hipokinesia) dan
penyakit akibat kerja yang terjadi pada otot, tulang dan rangka. Transisi
epidemiologi terjadi akibat perubahan struktur umur penduduk yang
semakin tua, perubahan distribusi faktor risiko PTM (dihubungkan dengan
obesitas, hipertensi, penyakit jantung, dll), perubahan insidens penyakit
menurut kelompok umur, perubahan perilaku dan gaya hidup tertentu,
dan konsumsi gizi tidak seimbang. Pengendalian faktor resiko penyakit
tidak menular (PTM) merupakan upaya untuk mencegah penyakit tidak
menular (PTM), bagi masyarakat sehat, yang mempunyai factor esiko dan
bagi penyandang penyakit tidak menular (PTM) , dengan tujuan bagi yang
belum memiliki faktor resiko agar tidak timbul faktor resiko penyakit tidak
menular (PTM), kemudian bagi yang mempunyai faktor resiko diupayakan
agar kondisi faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) menjadi normal
kembali dan atau mencegah komplikasi, kecacatan, dan kematian dini
serta meningkatkan kualitas hidup. Salah satu strategi pengendalian
penyakit tidak menular (PTM) yang efesien dan efektif adalah
pemberdayaan dan intensifikasi peran serta masyarakat. Masyarakat
diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam
pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) dengan dibekali
pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan skrinning, pemantauan
faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) serta tindak lanjutnya.
Kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu ) penyakit
tidak menular (PTM).
Posbindu penyakit tidak menular (PTM) merupakan wujud peran
serta masyarakat dalam melakukan kegiatan Pos pembinaan Terpadu
( Posbindu ) Penyakit Tidak Menular ( PTM ), pemantauan faktor resiko
penyakit tidak menular (PTM) serta tindak lanjut dini yang dilaksanakan
secara terpadu , rutin dan periodic. Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu)penyakit tidak menular (PTM) diharapkan dapat meningkatkan
sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor resiko penyakit tidak
menular (PTM) sehingga peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM)
dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukkan dengan adanya
perubahan masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada
keadaan sehat.Sasaran Posbindu adalah semua penduduk berusia 15
sampai 59 tahun .
Adanya workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak
Menular Bagi Kader kesehatan di tempat – tempat umum di harapkan
dapat berperan sebagai motor penggerak pemeriksaan / deteksi dini PTM
bagi masyarakat, dan memberikan skrining kesehatan sesuai standart
pada warga negara usia 15-59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu minimal 1 tahun sekali. Kegiatan skrining PTM menjadi salah satu
program prioritas di Indonesia, dan termasuk dalam salah satu Standar
Pelayanan Minimal (Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif) yang harus
dipenuhi oleh Kabupaten/Kota sesuai dengan Permenkes Nomor 4 Tahun
2019. Sehubungan dengan itu Dinas Kesehatan Kota Batu dan
jaringannnya mempunyai tanggungjawab dan komitmen untuk terus
berupaya meningkatkan derajat kesehatan secara optimal agar berbagai
masalah kesehatan yang telah diuraikan diatas dapat ditekan dan
ditangani dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan hal tersebut
Pemerintah Kota Batu berupaya untuk meningkatkan kesehatan lansia
melalui kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif.
B. DASAR HUKUM
1. DATA DASAR
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/Kep/IX/2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 317/Menkes/SK/V/2009
tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan SPM Bidang
Kesehatan
2. PERATURAN PERUNDANGAN
a. Undang-Undang Nomor Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 442 1) ;
e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
f. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kab/Kota
g. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
h. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
i. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
k. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 01 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batu Tahun
2018-2023.
C. TUJUAN.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan usia produktif untuk mencapai
usia produktif yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna
bagi keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan Usia
Produktif.
b. Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya peningkatan kesehatan usia produktif.
c. Terciptanya inovasi pelayanan kesehatan usia produktif di tempat –
tempat umum di Kota Batu.
d. Tercapainya Standart Pelayanan Minimal Usia produktif di Kota
Batu.
e. Memberdayakan pengurus di tempat – tempat umum agar berperan
aktif dalam pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular
f. Peningkatan kemampuan para kader/ pengurus dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar.
D. SASARAN
Sasaran peserta kegiatan sejumlah 125 orang terdiri dari pemegang
Program Lansia dan Usia Produktif Puskesmas, Pengurus Temapt –tempat
umum, tempat – tempat ibadah dan Panitia dari Dinas kesehatan
F. SUMBER DANA
Sumber dana kegiatan ini berasal dari dana Pajak Rokok ( dalam
konfirmasi ) pada Kegiatan Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM
dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota Sub Kegiatan
Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif 1. 02.02.2. 02.06
dengan jumlah anggaran Rp. 34,438,967,-
.
J. RINCIAN ANGGARAN
Sub Kegiatan : Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif
KODE ENTRY SIPD
Belanja RINCIAN PERHITUNGAN
URAIAN
Harga Jumlah
Volume Satuan
Satuan
1 2 3 4 6=3X5
5
1.02 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR
1.02.0.00.0.00.01.0000 DINAS KESEHATAN
1.02.0.00.0.00.01.0000 Dinas Kesehatan
PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN
1.02.02
MASYARAKAT
1.02.02.2.02 Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
1.02.02.2.02.06 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif
5.1.02.01.01.0026 Belanja Alat/Bahan untuk Kegiatan Kantor- Bahan Cetak
Fotocopy form skrining kesehatan usia produktif 9197 lembar 400 3,678,800
Fotocopy materi workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Bagi Kader di Tempat-tempat Umum 2500 lembar 400 1,000,000
5.1.02.01.01.0024 Belanja Alat/Bahan untuk Kegiatan Kantor-Alat Tulis Kantor
Block Note workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Bagi Kader di Tempat-tempat Umum 125 buah 6400 800,000
Bulpoin workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Bagi Kader di Tempat-tempat Umum 125 buah 3500 437,500
Map Zipper 3090/5000 Borneo workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Bagi Kader di Tempat-tempat Umum 125 buah 29700 3,712,500
Pembulatan 167 rupiah 1 167
5.1.02.01.01.0052 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
Satuan Biaya Konsumsi Nasi Kotak Rapat / Tamu / Operasional lapangan (workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular
Bagi Kader Kesehatan di TTU) 82 kotak x 2 keg 164 orang/kali 35,000 5,740,000
Satuan Biaya Konsumsi Rapat Kue Kudapan/ Kue Kotak Biasa (workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Bagi Kader
Kesehatan di TTU) 82 kotak x 2 keg 164 orang/kali 17,500 2,870,000
5.1.02.02.01.0003 Honorarium Narasumber atau Pembahas, Moderator, Pembawa Acara, dan Panitia
Narasumber seminar/rakor/sosialisasi dan sejenisnya eselon III kebawah (workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak 8 orang/jam 7,200,000
Menular Bagi Kader Posyandu) 2 org x 2 jam x 2 keg 900,000
5.1.02.02.05.0009 Belanja Sewa Bangunan Gedung Tempat Pertemuan
Sewa Ruang Gedung Tempat Lapangan Sedang 2 hari 2 keg/hari 3,000,000 6,000,000
5.1.02.02.05.0043 Belanja Sewa Hotel
Penginapan/Akomodasi Tamu di Hotel Bintang 4 Narsum workshop Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Bagi Kader
Kesehatan di TTU : 2 org x 1 hari 2 org/hari 1,500,000 3,000,000
GRAND TOTAL 34,438,967
K. RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
Workshop Pengendaliam factor Resiko Penyakit Tidak menular bagi
Kader Kesehatan di Tempat – Tempat Umum..
08.30
12.00
13.00
15.00
L. PENUTUP
Laporan hasil kegiatan akan disusun segera setelah seminggu pelaksanaan
kegiatan.
Batu, 2023