Anda di halaman 1dari 36

INOVASI “GERBEK PTM” 2019

II
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

INOVASI GERBEK PTM


(Gerakan Bersama Cek Penyakit Tidak Menular)
TAHUN 2019

1. PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan
dan penyebab kematian yang  merupakan ancaman global bagi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia, Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM
tahun 2015-2019, dan rencana kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan
Oktober 2015 Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen
untuk menjadikan program pencegahan dan pengendalian PTM sebagai prioritas.
Kebijakan dan sejumlah strategi telah dikembangkan guna menciptakan program
dan kegiatan yang tepat untuk mengatasi masalah PTM. Dukungan kebijakan telah
diberikan oleh sektor pemerintah tingkat atas dan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan terkait dari pihak pemerintah maupun swasta. Penemuan dini faktor
risiko biologis seperti Obesitas, tensi darah tinggi, gula darah tinggi, Gangguan
Penglihatan, Gangguan Pendengaran, serta deteksi Dini kanker Serviks dan
payudara dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala
setiap 6 bulan sekali atau minimal setahun sekali untuk menjangkau seluruh
Penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah tersebut.
Strategi nasional pada PTM berfokus pada promosi dan pencegahan melalui
intervensi dan pendidikan berbasis komunitas, sistem pengawasan, kerjasama, dan
manajemen layanan kesehatan. Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM
diutamakan untuk: Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor
Perilaku berisiko, Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya
agar tidak menjadi onset PTM serta menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM
agar dapat dirujuk ke FKTP dan ditangani sesuai standar. Secara lebih luas
Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :

1. Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM


2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui
pemberdayaan masyarakat
3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor
swasta dan professional
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM
Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan
utama dari program pengendalian PTM Indonesia.

3
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

Untuk kolaborasi antar sektor dan keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk,
program pengendalian PTM telah ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat
dan berkoordinasi dengan masyarakat sipil.
Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4 sejalan
dengan rekomendasi global WHO (Global Action Plan 2013-2020),
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu Kardiovaskulair,
Diabetes Melitus, Kanker, Penyakit Paru Obstruksi Kronis dan pada Pengendalian 4
faktor risiko bersama yaitu diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang
konsumsi Sayur dan Buah serta tinggi konsumsi Gula, Garam dan lemak), kurang
aktivitas fisik, merokok, serta mengkonsumsi alkohol. Pengendalian 4 “faktor risiko
bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4 Penyakit Tidak Menular Utama sampai
80%. Selain keempat Penyakit Tidak Menular Utama, fokus Pengendalian PTM juga
diarahkan pada berbagai Penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kualitas Hidup manusia, yaitu
1. Gangguan Pendengaran,
2. Gangguan Penglihatan,
3. Disabilitas, dan
4. Gangguan Thyroid, serta
5. Penyakit yang menyebabkan beban pembiayaan kesehatan seperti Lupus,
Thalassemia, Osteoporosis dan Psoriasis.
Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM penyebab penyakit
Kardiovaskular, Kanker, Paru Kronis, dan Diabetes. Hal tersebut sekaligus
merupakan faktor risiko penyakit menular seperti TBC dan Infeksi Saluran
Pernapasan, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat manusia.
Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 dan Peraturan Pemerintah No.
109/2012 menyatakan bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat adiktif
dan harus diatur guna melindungi kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan. Untuk memandu kegiatan pengendalian tembakau, terdapat Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 40/2013 tentang Jalur Pengendalian Tembakau (2009-
2024) yang dapat mengurangi prevalensi merokok sebesar 10% pada tahun 2024.
Program pengendalian tembakau di Indonesia meliputi :

1. melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan menetapkan kawasan


bebas rokok di 7 tempat (sekolah, sarana bermain anak, fasilitas pelayan
kesehatan, rumah ibadah, transportasi umum, tempat kerja, ruang publik dan
tempat-tempat lainnya;

2. memperingatkan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan


cara menyantumkan gambar pada kemasan rokok (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 28/2013), iklan layanan masyarakat, dan EIC lainnya
termasuk media sosial;

4
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

3. membatasi tayangan iklan rokok di televisi pada pukul 5 pagi hingga 9.30
malam;

4. melarang penjualan rokok kepada anak-anak berusia di bawah 18 tahun dan


wanita hamil;

5. ”offer help to quit tobacco” telah disampaikan oleh Puskesmas bekerjasama


dengan WHO

Peraturan untuk melindungi masyarakat dari asap rokok tidak hanya


dalam lingkup nasional namun juga dalam lingkup daerah. Saat ini terdapat 186
kota/kabupaten di seluruh provinsi di Indonesia yang telah mengembangkan dan
melaksanakan peraturan bebas asap rokok dalam beragam jenis dan tahap.

Pemerintah Indonesia telah memasukkan 3 indikator untuk pencegahan


dan pengendalian PTM yang berkaitan dengan merokok, obesitas dan hipertensi
ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.

Deteksi dini faktor risiko PTM dan pengobatan yang tepat standar bagi
hipertensi dan diabetes mellitus juga telah termasuk dalam Kebutuhan Standar
Minimum Layanan Kesehatan bagi semua pemerintah kabupaten. Hal ini akan
memaksa otoritas kabupaten untuk memastikan bahwa sistem layanan
kesehatan akan memenuhi kebutuhan, mencapai semua indikator, dan
menyediakan anggaran yang cukup.

Dalam Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan


bagi pemerintah daerah kabupaten/ kota disebutkan bahwa :

1. Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa Setiap


warga Negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining  kesehatan sesuai
standar

2. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa Setiap warga


Negara usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar 

3. Skrining kesehatan sesuai standar dapat dilakukan  di puskesmas dan


jaringannya

4. Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak


terdiagnosa akan dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus
segera dirawat di Puskesmas yang dirujuk.

`Langkah - Langkah kebijakan dan strategi Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Tidak Menular dalam mencapai target indikator adalah :

1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat


sehingga dapat terhindar dari faktor risiko.

5
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang


berkualitas melalui penguatan sumber daya , dan standardisasi
pelayanan,

3. Meningkatkan kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, dan


pemangku kepentingan terkait,

4. Menyelenggarakan Surveilans dengan mengintegrasikan dalam sistem


surveilans penyakit tidak menular diFasilitas Pelayanan Kesehatan dan
masyarakat.

5. Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,


dan pemangku kepentingan terkait.

Kegiatan Inovasi GERBEK PTM termasuk dalam kegiatan UKM, yang mana
dilaksanakan sesuai dengan Visi, Misi dan Tata nilai Puskesmas Muara Beliti.
Adapun visi, misi dan tata nilai Puskesmas Muara Beliti adalah sebagai berikut:
1. Visi Puskesmas Muara Beliti
SALUT dalam pelayanan, sukses dalam pemberdayaan Menuju Kecamatan
Muara Beliti Sempurna Sehat 2021
2. Misi Puskesmas Muara Beliti
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata
b. Meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat Muara Beliti
c. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk hidup sehat
d. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan
a. Meningkatkan kemitraan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan
3. Tata Nilai Puskesmas Muara Beliti
Senyum : Senyum memberikan pelayanan dengan ramah dan santun
Amanah : Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman dan
standar pelayanan yang ditetapkan dapat diukur dipertanggung
jawabkan
Lincah : memiliki kemampuan untuk bekerja secara mandiri dan sigap
dalam memberikan pelayanan kesehatan
Ulet : Memiliki pendirian yang kuat untuk memberikan pelayanan
kesehatan terbaik untuk masyarakat
Terampil : Memiliki kemampuan dan ide-ide kreatif

a) LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak
ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan
beberapa sebutan penyakit lainnya. Salah satunya adalah penyakit degeneratif
(Bustan, 2007). Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronis dimana
kejadiannya berhubungan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga
penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

6
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin hari semakin meningkat


karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat di
berbagai negara (Bustan, 2007).
Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian terbesar di Asia
Tenggara. Sementara itu, penyakit jantung, stroke, serta paru-paru kronis adalah
contoh penyakit tidak menular yang menjadi tren gaya hidup. Menurut laporan
badan kesehatan dunia (WHO), Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan
penyebab utama kematian secara menyeluruh. Berdasarkan data WHO South
East Asia 2008, sebanyak 55 % kematian disebabkan oleh penyakit tidak
menular (WHO, 2008). Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia sendiri
juga semakin meningkat. Hal ini dipicu oleh perubahan pola struktur masyarakat
agraris ke masyarakat industri banyak memberi efek terhadap perubahan pola
fertilitas, gaya hidup dan sosial ekonomi. Perubahan ini disebut sebagai transisi
epidemiologi yaitu terjadinya perubahan pola kesakitan berupa penurunan
prevalensi penyakit infeksi, sedangkan penyakit non infeksi seperti penyakit
jantung, hipertensi, ginjal dan stroke meningkat (Bustan, 1997).
Transisi epidemiologi dihubungkan dengan adanya gaya hidup
masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress,
obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan makan
makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan
pola makan yang beralih ke sajian siap santap yang mengandung banyak lemak,
protein, dan tinggi garam tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi
sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi
(Sugiharto, 2007) dan juga Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah
besar di masyarakat Indonesia. Penyakit tidak menular cenderung terus
meningkat secara global dan nasional telah menduduki sepuluh besar penyakit
penyebab kematian. Kasus terbanyak dari penyakit tidak menular tersebut salah
satunya juga adalah diabetes melitus (DM) (Depkes RI, 2008).
Selain Hipertensi dan diabetes mellitus yang masuk kedalam penyakit
tidak menular adalah penyakit mata, telinga, dan jiwa oleh kerena itu kegiatan
inovasi GERBEK PTM akan menjalankan kegiatan skrening penyakit-penyakit
diatas

b) IDENTIFIKASI MASALAH

Pada hasil evaluasi penilaian hasil kinerja melalui indikator SPM pada
Puskesmas Muara Beliti, kenyataannya di wilayah kerja puskesmas Muara Beliti
masih terkendala pemenuhan salah satu indikator SPM mengenai pelayanan
kesehatan penderita hipertensi, pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus
dan pelayanan kesehatan ODGJ yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak
menular. Dimana pada hasil SPM tahun 2018 dari ketiga program tersebut belom
mencapai target sasaran, yaitu 100%. Menurut definisi operasional dari indikator

7
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

ketiga program tersebut diatas harus dilakukan pemeriksaan secara rutin mulai
dari umur 15 tahun keatas.
Pihak puskesmas sudah cukup mengembangkan kegiatan-kegiatan
dimasyarakat dan desa seperti Posbindu PTM, program PIS-PK, posyandu
remaja dan posyandu lansia serta berbagai upaya di bidang kesehatan
dilaksanakan termasuk upaya peningkatan kesehatan anak usia sekolah melalui
program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Pada program UKS sendiri pada awal mulanya merupakan kegiatan
penjaringan kesehatan murid-murid yang bekerjasama dengan UKGS untuk
memantau tumbuh kembang, mata, telinga, dan gigi dari murid-murid kelas 1 SD,
SMP, SMA. Berdasarkan hasil koordinasi dan evaluasi SPM karena pada
kegiatan program UKS dan UKGS tersebut masuk juga kelompok umur dalam
pemantauan Penyakit Tidak Menular.
Dikarenakan pada pencapaian SPM dibagian indikator Penyakit Tidak
Menular belum dapat secara maksimal mencapai sasaran terutama pada
kelompok umur remaja, menyikapi hal tersebut program yang menjadi prioritas
utama puskesmas muara beliti dengan cara mengembangkan inovasi GERBEK
PTM. Dimana inovasi ini adalah kolaborasi lintas program antara program UKS
dan Program PTM. Yang mana kegiatan inovasi dilaksanakan di sekolah dan
dilakukan skrening pada murid-murid umur 15 tahun keatas untuk penyakit
Hipertensi, Diabetus mellitus, pendengaran, penglihatan, gigi, dan ODGJ.
Dalam program UKS ini siswa sekolah tidak hanya berperan sebagai
obyek penerimaan layanan kesehatan, tetapi juga sebagai subyek, bersama
dengan masyarakat sekolah lainnya yaitu para guru, dan orang tua siswa
berperan dalam meningkatkan kesehatannya dan mewujudkan lingkungan
sekolah sehat. Upaya strategis dalam melibatkan peran serta aktif masyarakat
sekolah adalah melalui pendekatan kelompok teman sebaya yang
mempersiapakan siswa sekolah menjadi pergerakan hidup bersih dan sehat, baik
di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya. Oleh karena
itu siswa sekolah yang di tentukan menjadi pergerakan hidup bersih dan sehat
hendaknya memiliki pengetahuan, keterampilan dan kesehatan badan yang
cukup agar dapat berperan sesuai yang diharapkan.

c) RUMUSAN MASALAH

Melihat permasalahan yang ada, pelayanan kesehatan penyakit tidak


menular melakukan upaya peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan
preventif dengan melakukan skrening khusus pada kelompok umur 15 tahun
keatas pada sekolah-sekolah. Hal tersebut disebabkan karena susahnya
menemui golongan umur tersebut di lingkungan perumahan pada jam kunjungan
PIS-PK, POSYANDU dan POSBINDU, sehingga pihak puskesmas harus mencari
tempat dimana berkumpul golongan umur 15 tahun keatas (remaja) pada saat
jam kunjungan kerja puskesmas. Akhirnya kita menarik kesimpulan harus
8
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

melakukan screning secara menyeluruh pada sekolah-sekolah agar capaian


target sasaran SPM dari ketiga program tersebut diatas dapat tercapai sesuai
harapkan dimana mendapatkan lebih banyak lagi penderita-penderita hipertensi,
DM, ataupun ODGJ yang belum terdeteksi. Manfaat yang dapat diambil dari
kegiatan inovasi GERBEK PTM adalah:

1. Meningkatnya derajat kesehatan siswa

2. Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan pada siswa

3. Meningkatnya sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan pada


siswa

4. Siswa mendapatkan pemantauan kesehatan menyeluruh dari kesehatan


mata, telinga, gigi, hipertensi, DM, gangguan emosional (ODGJ)

d) TUJUAN DAN MANFAAT PROYEK INOVASI


Tujuan GREBEK PTM meliputi :
a) Tujuan
Tujuan umum dari inovasi GREBEK PTM ini adalah tercapainya
pemantauan kesehatan siswa yang optimal dengan mengacu pada Visi
Indonesia Sehat 2010, yaitu untuk target tahun 2010 indeks DMF-T anak
kelompok usia 12 tahun ≤ 2, danPTI (Performed Treatment Indeks)
sebesar 20% (Depkes RI, 2000). Selain itu kegiatan GREBEK PTM ini
bertujuan untuk meningkatkan persentase murid Sekolah umur 15 tahun
keatas (remaja) di Kabupaten Musi rawas yang telah mendapat
pemeriksaan PTM 100% mengacu pada Visi Indonesia Sehat 2020 (Dinas
Kesehatan Kabupaten Musi rawas, 2011).
b) MANFAAT :
a) Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan PTM.
b) Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik
c) Siswa mempunyai sikap/kebiasaan memelihara diri terhadap
kesehatan PTM.
d) Siswa menyadari pentingnya memeriksakan diri PTM secara teratur.

2. TINJAUAN PUSKTAKA
1. Hipertensi
Indonesia sendiri terdapat perubahan pola makan, yang mengarah pada
makanan cepat saji dan yang diawetkan, yang mengandung tinggi garam, lemak
jenuh, dan rendah serat mulai tersebar terutama di kota-kota besar di Indonesia
(Kemenkes, 2014). Pre hipertensi dan hipertensi merupakan kesatuan penyakit
yang disebabkan oleh berbagai faktor risiko yaitu genetik, umur, suku/etnik,
perkotaan/pedesaan, geografis, jenis kelamin, diet, obesitas, stress, gaya hidup,
dan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Istilah kesatuan penyakit diartikan
bahwa kedua peristiwa pada dasarnya adalah sama karena hipertensi
9
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

merupakan peningkatan dari pre hipertensi yang lebih berat dan berbahaya
(WHO, 2013).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya
sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun
2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih
banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus
hipertensi terjadi terutama di negara-negara berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi mengalami penurunan dari 32 % pada tahun 1980 menjadi
27% pada tahun 2008. Namun di sisi lain, terjadi peningkatan di negara-negara
berkembang seperti di Afrika dan Asia Tenggara. Pada tahun 1999, National
Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan prevalensi pre
hipertensi adalah 31% di Amerika Serikat. Kemudian pada sebuah survei yang
diadakan di Taiwan melaporkan bahwa 34% orang dewasa memiliki pre
hipertensi (Widjaja dkk, 2013).
Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika tahun 2008,
tekanan darah tinggi ditemukan dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28%
atau 59 juta orang mengidap pre hipertensi. Semua orang yang mengidap
hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61%
medikasi. Dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai
target darah yang optimal atau normal (Artikel Kesehatan, 2009). Berdasarkan
laporan WHO tahun 2013, Afrika Selatan justru menjadi negara yang memiliki
tingkat hipertensi paling tinggi di dunia yaitu sebanyak 78% pada orang dewasa
yang usianya diatas 50 tahun. Hanya 1 dari 10 orang penderita Hipertensi yang
memperoleh perawatan layak atas penyakit hipertensi yang dialaminya. Tim
peneliti yang dibentuk oleh WHO yang bernama SAGE atau Strategic Advisory
Group of Expert menemukan prevalensi hipertensi pada hampir 72% orang
dewasa di negara Rusia. Angka prevalensi yang lebih rendah terdapat di
beberapa negara seperti 58% di Meksiko, 57% di Ghana, 53% di China, serta
32% di India (WHO, 2013).
Hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Obat-obatan
efektif banyak tersedia, namun angka penderita tetap meningkat. Padahal
hipertensi merupakan faktor utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tidak
terdeteksi sejak dini. Data dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH)
menyebutkan, angka kematian di Indonesia mencapai 56 juta jiwa terhitung dari
tahun 2000-2013. Diketahui bahwa faktor kematian paling tinggi adalah
hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk Indonesia
(InaSH, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menunjukkan sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus

10
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

yang minum obat hipertensi. Hal ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi pada
masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa
mereka menderita hipertensi. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi
sejak dini (Depkes, 2012).
Menurut National Basic Health Survey 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 %, pada kelompok usia
25- 34 tahun adalah 14,7 %, 35-44 tahun 24,8 %, 45-54 tahun 35,6 %, 55-64
tahun 45,9 %, 65-74 tahun 57,6 %, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 %.
Dengan prevalensi yang tinggi tersebut, hipertensi yang tidak disadari mungkin
jumlahnya bisa lebih tinggi lagi. Hal ini karena hipertensi dan komplikasi
jumlahnya jauh lebih sedikit daripada hipertensi tidak bergejala (InaSH, 2014).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi prehipertensi di Indonesia
dewasa muda (18-29 tahun) adalah 48,4% (Widjaja dkk, 2013). Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan
bahwa peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah
pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 % pada tahun
2007 menjadi 9,5 %. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun di
Indonesia mencapai 25,8%. Berdasarkan provinsi, Prevalensi hipertensi tertinggi
di Bangka Belitung (30,9%) dan terendah di Papua (16,8%). Berdasarkan
penelitian Sigarlaki di Desa Bocor Kec. Bulus Pesantren, Kab. Kebumen, Jawa
Tengah tahun 2006 dari 102 orang responden, terdapat 12,7% penderita pre
hipertensi dan 87,3 % penderita hipertensi. Dalam penelitian ini laki-laki lebih
banyak menderita pre hipertensi (6,86%) sedangkan perempuan lebih banyak
menderita hipertensi (50,02%) (Sigarlaki, 2006). Menurut penelitian Widjaja dkk
di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cicurug, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat, dari 111 dewasa muda (18 - 25 tahun), terdapat 34,2% penderita
prehipertensi dan 17,1% penderita hipertensi. Dalam penelitian ini juga di dapat
perempuan lebih banyak menderita pre hipertensi yaitu 36%, sedangkan laki-laki
lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar 25% (Widjaja dkk, 2013).

2. Diabetus mellitus
Diabetes melitus digambarkan sebagai penyakit yang gejalanya adalah
sering kencing sehingga disebut pula dengan penyakit kencing manis. Pada
pasien yang menderita penyakit diabetes melitus kadar gulanya menjadi
meningkat. Pada saat itu tubuh tidak bisa menggunakan glukosa yang ada
didalam darah untuk diubah menjadi energi karena penumpukan atau kelebihan
glukosa dalam darah (Erik, 2005). Diabetes melitus dapat menjadi serius dan
menyebabkan kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak diobati. Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2011, penderita diabetes berisiko
mengalami kerusakan mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati, dan neuropati.

11
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

Hal tersebut memberikan efek terhadap kualitas hidup penderita DM (Herdianti,


Andi & Buraerah, 2013).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2003, DM termasuk
dalam kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hipoglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin. Pravelensi diabetes
melitus semakin meningkat pada usia lanjut (Misnadiarly, 2006). WHO (2000)
menyatakan bahwa dari statistik kematian di dunia, diperkirakan bahwa sekitar
3,2 juta jiwa per tahun penduduk dunia meninggal akibat diabetes melitus.
Kemudian, WHO (2003) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar
penduduk dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes melitus dan pada
2025, WHO memperkirakan jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 333
juta jiwa. WHO memprediksi di Indonesia akan meningkat dari 8,4 juta pada
tahun 2000 akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Depkes
RI, 2008).
Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.
Data survei global International Diabetes Federation (IDF) (2011), menunjukkan
bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang.
Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, jumlah tersebut diperkirakan akan
meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Diabetes melitus telah menjadi
penyebab dari 4,6 juta kematian. IDF (2009), menyebutkan bahwa lebih dari 50
juta orang menderita DM di Asia Tenggara. Jumlah penderita DM terbesar
berusia 40-59 tahun (Shara & Soedijono, 2013) Hasil riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus berdasarkan
tenaga kesehatan dan gejala mengalami peningkatan yaitu sebesar 1,1% pada
tahun 2007 menjadi 2,4% pada tahun 2013. Dengan proporsi penduduk usia ≥15
tahun dengan diabetes melitus adalah 6,9% (Kemenkes RI, 2013).
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan
tetapi bisa dikendalikan, yaitu sekali terdiagnosa DM seumur hidup, penderita DM
mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh dan kontrol teratur.
Prevalensi diabetes melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2012 sebesar 0,06%, pravelensi tertinggi adalah Kabupaten Semarang
sebesar 0,66% (Dinkes Jateng, 2012). Tujuan pengobatan DM antara lain
mengurangi risiko komplikasi penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler,
memperbaiki gejala komplikasi, dan mengurangi jumlah kasus kematian, serta
meningkatkan kualitas hidup penderita DM. Upaya pencegahan komplikasi DM
yang kurang tepat dapat berpotensi mempengaruhi kualitas hidup penderita DM
(Antari, Rasdini & Triyani, 2011). Kualitas hidup adalah persepsi individu
terhadap posisi mereka dalam kehidupan dan konteks budaya serta sistem nilai
dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan individu, harapan,
standar, dan perhatian (WHO, 2004). Dalam kualitas hidup terdapat delapan
domain kualitas hidup pasien DM tipe 2 yaitu keterbatasan peran karena

12
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

kesehatan fisik, kemampuan fisik, kesehatan umum, kepuasan pengobatan,


frekuensi gejala, masalah keuangan, kesehatan psikologis, dan kepuasan diet
(Yuli, Nursiswati & Anastasia, 2014). Quality of Life (kualitas hidup) mencakup
berbagai aspek kehidupan seseorang yang sangat individual, subjektif, dan
multidimensional. Kualitas hidup berkaitan dengan apa yang dianggap penting
dalam hidupnya dan apa yang dianggap penting itu berbeda-beda persepsinya
antara satu orang dengan orang lain dan sangat berkaitan erat dengan sebuah
kesuksesan seseorang yang umumnya selalu dihubungkan dengan kesehatan
fisiknya dan kesehatan secara umum (Sofia, 2014). Penelitian Antari, Rasdini &
Triyani (2011) tentang pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada
penderita DM tipe 2 ditemukan bahwa dukungan sosial yang meningkat akan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peneliti lain mengemukakan bahwa reflektor empati, dorongan, fasilitatif
dan partisipasi mampu merefleksikan konstruk dukungan keluarga, sehingga
dukungan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap kualitas hidup pasien DM
Tipe 2. Peran keluarga sangat penting untuk memotivasi dan memberikan empati
dalam pengobatan pasien DM sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup
pasien DM (Fuji, Elsa & Tetti, 2014). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 8 November 2015 dengan cara wawancara dengan ketua
Persadia Dr.dr.Sugiarto,SpPD,KEMD,FINASIM dan pengurus di Persatuan
Diabetes Indonesia (Persadia) cabang Surakarta diperoleh bahwa, di Persadia
cabang Surakarta yang beranggotakan 200 orang yang aktif mengikuti kegiatan
Persadia sebanyak 80 orang. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa penderita
DM yang aktif mengikuti kegiatan Persadia kondisi kesehatan dan kualitas
hidupnya menjadi lebih meningkat dibanding saat awal masuk dipersadia,
berbeda dengan penderita DM yang tidak aktif mengikuti atau tidak sama sekali
kondisi kesehatan dan kualitas hidupnya menjadi menurun.
3. Masalah Emosi
Masalah emosi dan perilaku pada anak dan remaja merupakan masalah
yang cukup serius karena berdampak terhadap perkembangan, serta
menimbulkan hendaya dan menurunkan produktivitas serta kualitas hidup
mereka. Salah satu faktor yang dikaitkan dengan timbulnya masalah ini adalah
kehidupan di kota besar yang penuh dengan tuntutan dan tekanan bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak dan remaja, sedangkan faktor usia anak,
jenis kelamin, dan perkerjaan orangtua hampir dikatakan tidak berpengaruh
terhadap timbulnya masalah tersebut.

Berbagai stresor psikososial seringkali dikaitkan dengan terjadinya


masalah emosi dan perilaku pada anak dan remaja, seperti adanya penyakit fisik,
pola asuh yang inadekuat, kekerasan dalam rumah tangga, hubungan dengan
teman sebaya yang inadekuat, serta kemiskinan. Stresor psikososial tersebut
mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak sehingga anak lebih
13
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

memandang negatif lingkungan sekitar dan juga persepsi yang negatif mengenai
dirinya. Disamping itu, stresor psikososial juga berkaitan dengan peningkatan
emosi negatif, perilaku disruptif dan impulsif, serta menimbulkan cara-cara
interaksi yang negatif sehingga berdampak pada hubungan dengan teman
sebaya yang tidak optimal.

Masalah emosi dan perilaku yang terjadi berdampak terhadap tumbuh


kembang dan kehidupan sehari-hari anak. Gangguan perkembangan kognitif,
kesulitan dalam belajar karena mereka tidak mampu berkonsentrasi terhadap
pelajaran, kemampuan mengingat yang buruk, atau bertingkah yang tidak sesuai
di dalam lingkungan sekolah, akan meningkatkan angka kenakalan dan
kriminalitas di masa dewasa. Anak dengan masalah emosi dan perilaku
seringkali mengalami perlakukan yang tidak sesuai dari lingkungannya yang
dapat berupa stigma negatif. Guru merasa sulit mengajari mereka, melihat
mereka sebagai anak-anak bodoh, sehingga jarang memberikan masukan yang
positif. Teman sebaya menjauhi mereka, sehingga kesempatan untuk belajar
bersosialisasi menjadi berkurang. Orangtua lebih banyak memberikan kritik
negatif sehingga tidak jarang interaksi antara orangtua dan anak menjadi
terputus.

Melihat sedemikian luasnya faktor risiko dan dampak yang mungkin terjadi
maka sudah sewajarnya orangtua atau guru harus lebih menyadari kondisi ini
dengan melakukan deteksi dini sehingga masalah emosi dan perilaku pada anak
dan remaja dapat ditangani sedini mungkin untuk menghindari terjadinya
gangguan jiwa di kemudian hari.

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan sebelumnya maka


Puskesmas Muara Beliti perlu melakukan upaya deteksi dini masalah emosi dan
perilaku anak dan remaja. Kegiatan ini belum pernah dilakukan sebelumnya di
wilayah kerja Puskesmas Muara Beliti dikarenakan kendala mengumpulkan anak
dan remaja usia sekolah sebagai responden sehingga sebagai bentuk inovasi
kegiatan maka kegiatan ini dilakukan secara terpadu pada program Kesehatan
Jiwa melalui Inovasi Kegiatan GERBEK PTM yang dilakukan pada anak usia
Sekolah Menengah Pertama dan usia Sekolah Menengah Atas dengan range
usia 11-18 tahun.
4. INOVASI
Dalam dunia global dewasa ini yang penuh persaingan dan
yang berkembang dengan cepat, kreativitas bukan saja merupakan sumber
penting guna menciptakan sebuah keunggulan kompetitif tetapi kreativitas
juga merupakan sumber keharusan untuk pencapaian target kinerja.
Masalah yang sekarang dihadapi oleh karyawan adalah banyaknya individu
pegawai yang tidak pernah menjadi kreatif. Banyak yang tidak mampu
menciptakan suatu lingkungan untuk mengembangkan kreativitas masing-
14
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

masing program yang dipegangnya. Oleh karena itu kreatifitas yang ciptakan
untuk meningkatkan pencapaian target sasaran dalam suatu program dapat
dilakukan dengan menciptakan inovasi-inovasi kegiatan program dalam sebuah
instansi.
Kreativitas menurut Alma (2008:69) adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru atau melihat hubungan diantara unsur, data
variabel yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas juga didefenisikan
sebagai kemampuan untuk berimajinasi dan menghasilkan ide-ide baru
dengan mengkombinasi, mengubah atau menerapkan ide yang sudah ada
dengan cara yang belum dipikirkan sebelumnya. Ide kreatif yang kemudian
diproses melalui beberapa tanggapan sehingga menghasilkan produk atau
jasa atau model bisnis disebut inovasi (Zimmerer 2008:57)
Karakteristik orang yang kreatif adalah mempunyai rasa ingin tahu
yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, mau bekerja keras, berani,
kemampuan intelektual dimanfaatkan semaksimal mungkin, mandiri,
dinamis, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima
informasi, menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai
sumber yang berbeda, cendrung menampilkan berbagai alternatif terhadap
subyek tertentu. Berpikir kreatif memiliki banyak manfaat bagi seseorang
dalam berwirausaha. Menurut Hendro (2011:105) kegunaan pola pikir
kreatif adalah: Menemukan gagasan, ide, peluang dan inspirasi baru,
mengubah masalah atau kesulitan dan kegagalan menjadi sebuah pemikiran
yang cemerlang untuk langkah selanjutnya, menemukan solusi inovatif,
menemukan suatu kejadian yang belum pernah dialami atau yang pernah
ada hingga menjadi sebuah penemuan baru, menemukan teknologi baru,
mengubah keterbatasan yang ada sebelumnya menjadi sebuah kekuatan atau
keunggulan
Menurut Suryana (2008:32) dan Carol Kinsey Goman yang dikutip
dari Alma (2009:68), inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi
sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas
sumber daya yang dimiliki. Inovasi sebagai “proses” atau “hasil”
pengembangan atau pemanfaatan mobiliasi pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang/jasa)
yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan, dan inovasi dapat
bersifat baru bagi perusahaan, bagi pasar, negara atau daerah, bahkan bagi
dunia. Inovasi menurut Kiniciki dan Williams (dalam harilhazlan.com
berinovasi adalah pemacu untuk kejayaan, 2010) :
1. Inovasi adalah kaedah mencari jalan untuk menghasilkan produk baru
yang lebih baik.
2. Organisasi tidak akan membenarkan perusahaan berpuas hati dengan
apa yang ada (complacent).

15
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

3. Terutama sekali apabila pesaing akan menghasilkan ide yang kreatif.

3. METODELOGI PENELITIAN
Inovasi merupakan hasil pencarian suatu kesempatan yang dilakukan
dengan sepenuh hati. Proses ini dimulai dengan analisis sumber daya kesempatan
yang menjadi objek.
Inovasi bersifat konseptual dan perseptual, dapat dipahami dan dilihat dari
inovator harus melihat, bertanya dan mendengar orang lain dalam mencari inovasi.
Mereka berfikir dengan segenap kemampuan otaknya, mereka melakukan
perhitungan dengan cermat dan mendengarkan pendapat orang lain, serta
memperhatikan potensi pengguna inovasi yang dicarinya untuk memenuhi
harapan dan nilai kebutuhan.
Inovasi adalah aktivitas konseptualisasi serta ide menyelesaikan masalah
dengan membawa nilai ekonomis bagi instansi dan nilai sosial bagi
masyarakat. Inovasi adalah suatu yang sudah ada sebelumnya, kemudian diberi
nilai tambah.
Inovasi bermula dari hal yang tampak sepele dengan membuka mata dan
telinga mendengarkan aspirasi atau keluhan karyawan, lingkungan dan masyarakat.
Penerapan inovasi sendiri bisa individu, kelompok atau instansi, artinya
bisa terjadi dalam instansi ada individu atau kelompok yang sangat briliant
dan inovatif.
Inovasi GERBEK PTM ini juga menggunakan metode kuesioner pada skrening
penyakit Diabetus mellitus dan skrening penyakit emosional (ODGJ)

4. PROSES PEMBUATAN PROYEK

1. Melakukan koordinasi Lintas sektor terkait


a. KaUPT Dinas pendidikan
b. Kepala Sekolah SMP dan SMA diwilayah kerja puskesmas muara beliti

2. Melakukan Koordinasi Lintas program


a) Program Promkes
b) Program Kespro
c) Program Gigi danMulut
d) Program Indra
e) Program Gizi
f) Program KesehatanJiwa

3. KEGIATAN POKOK
a) Tim GERBEK PTM mensosialisasikan Inovasi Gerbek PTM

16
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

b) TIM GERBEK PTM memberikan surat kepada Kepala Sekolah SMP dan
SMA di wilayah kerja Puskesmas Muara Beliti
c) Tim GERBEK PTM melaksanakan pemeriksaan kesehatan pada siswa
dan siswi
d) TIM GERBEK PTM membagikan kuisioner skrining Kesehatan Jiwa dan
DM
e) Mengadakan penyuluhan tentang bahaya Rokok ( UBM )

4. RINCIAN KEGIATAN
a. Membentuk tim pelaksana kegiatan inovasi GERBEK PTM
b. Menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rapat
koordinasi lintas program
c. Menentukan jadwal kegiatan dalam rapat koordinasi
d. Memberitahukan jadwal pelaksanaan pada pihak sekolah SMP dan
SMA sebelum melaksanakan kegiatan
e. Melaksanakan kegiatan sesuai jadwal pelaksanaan
f. Melaporkan hasil kegiatan ke Dinas Kesehatan.

5. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Dalam melakukan pelayanan kesehatan Penyakit Tidak menular di


Sekolah SMP dan SMA wilayah kerja Puskesmas Muara beliti dengan sasaran
peserta umur 15 tahun keatas ( remaja ) yang bersekolah di sekolah-sekolah
tersebut, bertujuan untuk menjangkau sasaran indikator pelayanan PTM yang
sulit ditemui pada saat jam pelayanan UKBM dimasyarakat / desa.
Oleh karena itu untuk menjangkau sasaran indikator pelayanan PTM ini
maka Puskesmas Muara Beliti melakukan kegiatan pelayanan kesehatan
berupa pengenalan sejak dini (promosi kesehatan) dan skrening kesehatan,
bekerja sama dengan program promkes, kesehatan mata, kesehatan telinga,
kesehatan gigi, kesehatan DM-HT, dan juga kesehatan jiwa untuk melakukan
inovasi GERBEK PTM (Gerakan Bersama Cek Kesehatan Penyakit Tidak
Menular) dengan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

1. TIM GERBEK PTM melakukan Perkenalan dan menjelaskan tujuan kegiatan


yang akan dilaksakan pada seluruh siswa dan siswi di sekolah yang
bersangkutan

17
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

Gambar 1. Koordinasi dengan kepala sekolah SMP dan SMA untuk memulai kegiatan
GERBEK PTM

Gambar 2,3. Perkenalan dan penjelasan maksud dan tujuan kegiatan GERBEK PTM

18
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

2. TIM GERBEK PTM menjelaskan cara pengisisan dan membagikan kuisioner


skrining Kesehatan Jiwa dan DM pada seluruh siswa

Gambar 4, 5, 6, 7, 8. Pembagian Kuesioner dan penjelasan tata cara pengisian


kuesioner DM dan kuesioner jiwa.

19
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

20
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

3. Melakukan penyuluhan tentang Rokok (UBM)


21
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

Gambar 9, 10, 11. Petugas promkes puskesmas muara beliti melakukan pendekatan
dan kebersamaan untuk lebih dapat masuk dalam penyuluhan usaha berhenti merokok.

22
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

23
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

4. Melakukan skrining Hipertensi dengan mengukur Tensi Darah menggunakan


tensimeter dan stetoskop

Gambar 12, 13. Petugas PTM melakukan skrining hipertensi dengan melakukan
pengukuran tekanan darah.

24
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

5. Melakukan pemeriksaan Gigi dan Mulut menggunakan diagnostic set gigi

Gambar 14. Program Gigi melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada murid-murid

6. Melakukan pemeriksaan Mata dengan menggunakan Snallen Chart

Gambar 15, 16. Pemeriksaan mata murid-murid sekolah menggunakan snallen chart

25
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

7. Melakukan pemeriksaan Telinga dengan menggunakan Otoskop

Gambar 17, 18. Pemeriksaan kesehatan telinga menggunakan otoskop

26
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

8. Melakukan pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan dan Lingkar Perut

Gambar 19, 20, 21. Pengukuran tumbuh kembang murid-murid dengan menimbang,
mengukut tingga badan dan lingkar perut

27
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

28
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

9. Melakukan Penyuluhan pentingnya mengkonsumsi Tablet Tambah Darah dan


pembagian Tablet Tambah Darah pada seluruh siswi di SMP dan SMA

Gambar 22, 23. melakukan penyuluhan pentingnya mengkonsumsi tablet FE dan


pembagian tablet FE

29
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

10. TIM GERBEK PTM melakukan pencatatan dan pelaporan

Gambar 24. Register hasil kegiatan Inovasi GERBEK PTM

I. SASARAN
Murid-murid SMP dan SMA yang berumur 15 Tahun keatas (remaja) dari
sekolah-sekolah yang berada di Kecamatan Muara Beliti

30
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

II. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN WAKTU PELAKSANAAN


1 Rapat koordinasi lintas program Akhir tahun 2018 bulan Desember
2 Rapat penyusunan RPK anggaran 2019 Awal tahun 2019 bulan januari
3 Rapat koordinasi kegiatan inovasi Awal bulan agustus tahun 2019

Bulan
NamaKegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

GERBEK PTM 

III. PERAN LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR


a. PERAN LINTAS PROGRAM
Kerjasama dengan program terkait dalam kegiatan antara lain:
- Program Promkes
- Program Kespro
- Program Gigi danMulut
- Program Indra
- Program Gizi
- Program KesehatanJiwa

b. PERAN LINTAS SEKTOR


Kerjasama dengan lintas sektor antar lain:
- KaUPT Dinas Pendidikan
- Kelapa sekolah SMP dan SMA sekecamatan Muara Beliti

IV. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


a. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan langsung setiap selesai
melakukan kegiatan GERBEK PTM.
b. Penanggung jawab Inovasi GERBEK PTM melakukan evaluasi
kegiatan.
c. Hasil evaluasi dilaporkan dalam blanko pelaporan evaluasi kegiatan
kepada Kepala Puskesmas pada akhir kegiatan.

V. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


a. Semua hasil kegiatan dicatat dan didokumentasikan oleh tim
GERBEK PTM.
b. Laporan hasil kegiatan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas

31
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

c. Hasil laporan dievaluasi oleh Kepala Puskesmas pada saat rapat


lintas program setiap akhir bulan dan disampaikan kepada Dinas
Kesehatan pada laporan akhir tahun.

b) HASIL INOVASI
Inovasi GERBEK PTM Telah mendapatkan hasil yang cukup baik. Dilihat
dari hasil data capaian sasaran kinerja SPM maka dapat dilihat bahwa dari hasil
skrining DM dengan menggunakan kuesioner pada murid umur 15 thn keatas
(remaja) disekolah sekolah tersebut tidak didapatkan yang menderita penyakit
DM, sedangkan untuk skrining penyakit Hipertensi, dari sebelumnya tahun 2018
tidak ada data untuk anak umur 15 thn keatas (remaja) yang yang menderita
penyakit hipertensi, dengan adanya kegiatan inovasi GERBEK PTM ini maka
terjaringlah 30 siswa yang memang sudah mengidap penyakit hipertensi tanpa
mereka ketahui.
Sedangkan pada hasil program kesehatan jiwa dengan kegiatan integrasi
program pada inovasi GERBEK PTM ini telah dilakukan skrining secara
menyeluruh pada murid-murid sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas dengan capaian 100%
No. Jumlah Sebelum Kegiatan Sesudah Kegiatan
Siswa Kekuatan Kesulitan Kekuatan Kesulitan
(Streght) (Difficulties) (Streght) (Difficulties)
1 SMP 1 Muara
Beliti
Kelas IX 0% 0% 100% 100%
(n = 160
orang)
Kelas VIII
(n = 132 0% 0% 100% 100%
orang)
Kelas VII
(n = 412 0% 0% 100% 100%
orang)
2 SMPN Air
Satan
Kelas IX 0% 0% 100% 100%
(n = 154
orang)
Kelas VII
(n = 184 0% 0% 100% 100%
orang)

32
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

3 SMK Muara
Beliti
Kelas X 0% 0% 100% 100%
(n = 62 orang)
Kelas XI
(n = 184 0% 0% 100% 100%
orang)
Kelas XII
(n = 56 orang) 0% 0% 100% 100%
4 SMP Durian
Remuk 0% 0% 100% 100%
Kelas VIII
(n = 42 orang)
Kelas IX
(n = 34 orang) 0% 0% 100% 100%
5 MA Miftahul
Jannah
Kelas X 0% 0% 100% 100%
(n = 64 orang)
Kelas XI
(n = 40 orang) 0% 0% 100% 100%
Kelas XII
(n = 44 orang) 0% 0% 100% 100%
6 SMP Negeri
Pedang 0% 0% 100% 100%
Kelas VIII
(n = 52 orang)
Kelas IX
(n = 64 orang) 0% 0% 100% 100%
7 SMA Negeri 2
Muara Beliti 0% 0% 100% 100%
Kelas X
(n = 117
orang)
Kelas XI
(n = 146 0% 0% 100% 100%
orang)
Kelas XII
(n = 172 0% 0% 100% 100%
orang)
8 SMA Negeri 1

33
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

Muara Beliti
Kelas X 0% 0% 100% 100%
(n = 161
orang)
Kelas XI
(n = 101 0% 0% 100% 100%
orang)
Kelas XII
(n = 99 orang) 0% 0% 100% 100%
9 SMPIT
Darrusalam 0% 0% 100% 100%
Kelas IX
(n = 68 orang)
Kelas VIII
(n = 102 0% 0% 100% 100%
orang)

c) KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


a. Kesimpulan
Dengan berubahnya trend penyakit saat ini dan dengan resiko kematian
lebih besar berasal dari Penyakit Tidak Munular yang mana dengan kisaran umur
relative muda, maka diharapkan Dengan adanya kegiatan inovasi GERBEK PTM
ini dapat lebih luas melakukan skrining dan pencegahan awal sedini mungkin
terhadap factor-faktor resiko peserta didik di SMP dan SMA dan dapat
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di
lingkungan sekitar, serta meningkatkan kesadaran untuk memeriksakan
kesehatan ke fasilitas kesehatan primer (Puskesmas) secara teratur. Dengan
hasil inovasi yang menunjukan kearah yang lebih baik dalam upaya promotif dan
prefentif dibidang kesehatan Penyakit Tidak Menular, maka inovasi ini akan terus
dilanjutkan dikembangkan lebih baik lagi. Semoga kedepannya inovasi GERBEK
PTM ini dapat memperbaiki kesehatan dan pengetahuan masyarakat Kabupaten
Musi Rawas khususnya di Kecamatan Muara Beliti tentang pentingnya menjaga
kesehatan dengan memeriksakan diri secara teratur ke fasilitas-fasilitas
kesehatan pemerintah yang sudah disediakan baik didesa maupun diwilayah
kecamatan muara beliti secara teratur.
b. Rekomendasi
Pada hasil evaluasi yang telah dilaksanakan pada kegiatan inovasi
GERBEK PTM, kami dari pihak puskesmas mendapati bahwa pengarahan dari
tim GERBEK PTM puskesmas yang datang ke sekolah-sekolah tersebut untuk
memberikan skrining menyeluruh dan pengarahan tindak lanjut terhadap murid-

34
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

murid yang kedapatan memiliki faktor resiko untuk memeriksakan diri lebih lanjut
dan untuk dating ke puskesmas, sepertinya belom berjalan dengan sempurna.
Dikarenakan belom adanya dukungan penuh dari pihak sekolah dalam tindak
lanjut dan perhatian dari sekolah untuk membimbing murid-murid tersebut.
Oleh karena itu kami merekomendasikan untuk lebih bekerjasama dengan
KaUPT dan Kepala sekolah SMP dan SMA sekecamatan muara beliti agar lebih
dapat memperhatikan murid-murid yang terjaring dan memiliki factor resiko
penyakit tidak menular.
.

TERIMA KASIH

Ttd

Ka.UPT Puskesmas Muara Beliti

35
INOVASI “GERBEK PTM” 2019

INOVASI

PUSKESMAS MUARA BELITI

TAHUN 2019

GERBEK PTM

(Gerakan Bersama Cek Kesehatan Penyakit Tidak Menular)

Berkas inovasi GERBEK PTM

NO URAIAN KETERANGAN

1 Nama inovasi GERBEK PTM

2 Jumlah Lapangan Kerja 9 SEKOLAH SMP/SMA

3 Jumlah Investasi Data Program PTM

4 Anggaran DAK non fisik / BOK puskesmas

5 Penggunaan IT Online dan offline

6 Pengelola inovasi FKTP

7 Tingkat Partisipasi Stakeholder Ada

8 Kemudahan Proses Inovasi Cepat

9 Online Sistem Website tidak ada

10 Kemanfaatan Inovasi Program Kesehatan Penyakit Tidak Menular


dapat lebih melakukan penjaringan secara
komprehensif bersama

11 Tingkat Kepuasan pengguna Pihak sekolah merasa puas


inovasi
Murid-murid sangat antusias melakukan
pemeriksaan, skrining, dan penyuluhan

36

Anda mungkin juga menyukai