Oleh:
Page | 0
I. JUDUL
II. DESKRIPSI
Guna melindungi dan memberikan rasa aman masyarakat yang lebih optimal,
Presiden Joko Widodo pada 2 Februari 2015 lalu telah menandatangani Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
Page | 1
III. LATAR BELAKANG
Saat ini, Indonesia tengah mengalami masalah yang cukup serius. Hilangnya
nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan dunia perpolitikan telah
menimbulkan masalah yang sampai sekarang belum terpecahkan. Hal ini sangat
disayangkan, karena pancasila adalah dasar negara yang menjadi simbol dari
bangsa ini. Pancasila adalah alat pemersatu bangsa, dan Pancasila adalah
pedoman bagi kehidupan bermasyarakat.
Seperti yang kita ketahui, sampai sekarang ini masih banyak sekali masalah
dalam dunia perpolitikan yang dialami oleh negara yang kita cintai ini. Dengan
adanya beragam masalah, sudah seharusnya kita masyarakat Indonesia mulai
melakukan perubahan. Kita harus memikirkan solusi dari semua masalah ini. Bukan
hanya mampu menjadi pembuat, penyebab, bahkan penikmat dari setiap masalah
yang tengah kita hadapi.
Page | 2
Konflik biasanya mudah dilihat di permukaan saja, seperti jumlah korban
yang ditimbulkan atau cara kedua belah pihak berkonfrontasi secara langsung.
Untuk itu dibutuhkan pemetaan untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat konflik
serta hal yang melatarbelakanginya. Selain pemetaan tersebut, konflik juga bisa
dilihat melalui pendekatan teori segitiga konflik. Segitiga konflik berfungsi untuk
mengetahui gejolak konflik yang terlihat dan yang tidak terlihat. Gejolak konflik yang
tidak terlihat antara lain disebabkan oleh kekerasan budaya dan kekerasan
struktural. Kekerasan budaya bisa berupa hukum adat, mitos, anarki, suku serta
kebencian, sedangkan kekerasan struktural bisa berupa kemiskinan dan
kebudayaan.
Perilaku
Sikap Kontradiksi
Gambar 1
Segi Tiga Konflik
Melalui segi tiga konflik ini, kita bisa melihat bahwa dalam sebuah konflik yang
tidak simetris, kontradiksi ditentukan oleh pihak-pihak yang bertikai, hubungan
mereka, dan benturan kepentingan antara mereka dalam berhubungan. Sikap yang
dimaksud termasuk persepsi pihak-pihak bertikai dan kesalahan persepsi antara
mereka dan dalam diri mereka sendiri. Jadi, ketika ada perbedaan persepsi atau
ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku dapat dikatakan terjadi sebuah konflik.
Page | 3
Provinsi Maluku Utara sebelumnya merupakan bagian dari provinsi Maluku,
yaitu Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah. Kemudian,
melalui Undang-undang Nomor 46 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2003 Provinsi Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999.
Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribukota di Ternate yang
berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya sampai dengan
4 Agustus 2010, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan infrastruktur, ibukota
Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke Kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera
yang merupakan pulau terbesarnya.
Luas wilayah Provinsi Maluku Utara, adalah berupa daratan seluas 31.982,50
km2. Secara administrasi Provinsi Maluku Utara terdiri dari 8 wilayah kabupaten dan
dua kota, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 luas
daratan masing-masing kabupaten/kota, yaitu:
Page | 4
Jarak antara Ibukota Provinsi ke Daerah Kabupaten/Kota:
Sejarah Maluku Utara pada awalnya merujuk pada keempat pusat kesultanan
di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Suatu bentuk konfederasi
tertentu dari keempat kerajaan tersebut yang kemungkinan besar muncul pada
abad ke-14, disebut Moloku Kie Raha atau "Empat Gunung Maluku". Walaupun
kemudian keempat kerajaan itu berekspansi dan mencakup seluruh wilayah Maluku
Utara (sekarang) dan sebagian wilayah Sulawesi dan Papua, namun wilayah
ekspansi itu tidak termasuk dalam istilah Maluku Utara yang hanya merujuk pada
keempat pusat kesultanan di Maluku Utara.
Dari segi Etimologi arti kata Maluku Utara berasal dari bahasa Arab dengan
bentuk aslinya diperkirakan sebagai Jaziratul Muluk, yang berarti "Negeri para
Raja" (muluk adalah bentuk jamak dari malik yang berarti raja). Maluku Utara
terkenal dengan semerbak bunga cengkehnya, banyak orang asing tertarik datang
ke sana untuk berdagang. Bahkan orang-orang Eropa berdatangan ingin
menguasai wilayah tersebut. Selain itu, Maluku juga dikenal dengan julukan Negeri
Seribu Pulau dan Jazirah al-Mulk (wilayah raja-raja). Pada awalnya yang disebut
dengan Maluku Utara meliputi Ternate, Tidore, Makian, dan Moti. Secara
keseluruhan, keempat wilayah itu disebut dengan “Moloku Kie Raha”, artinya
“persatuan empat Kolano (Kerajaan).”
Page | 5
Moti pada abad ke-14 M, Kolano Makian pidah ke Bacan, dan Kolano Moti pindah
ke Jailolo. Sejak itulah, empat kolano di Maluku berubah nama menjadi: Ternate,
Tidore, Bacan, dan Jailolo, dan dari keempat itu, Kolono Ternate dan Tidore-lah
yang banyak mendapat perhatian dalam liputan sejarah Islam di Maluku.
Berbagai sumber menyebutkan, raja pertama dari empat kerajaan itu adalah
bersaudara, yaitu: Sahajati di kerajaan Tidore, Masyhur Malamo di kerajaan
Ternate, Kaicil Buka di kerajaan Bacan, dan Darajati di kerajaan Jailolo. Keempat
raja itu merupakan putra dari Ja’far Shadiq, yang ditengarai putra Ali Zainal Abidin
bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Hal inilah yang menjadi awal sejarah kesultanan
Islam di Maluku Utara.
Jumlah penduduk Maluku Utara pada tahun 2017 sebesar 1.209.342 jiwa
yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Jumlah penduduk terbesar 227.280 jiwa
mendiami Kabupaten Halmahera Selatan. Secara keseluruhan, jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari angka rasio
jenis kelamin sebesar 104 yang berarti terdapat 104 laki-laki pada setiap 100
perempuan.
Sejarah konflik horisontal yang terjadi di Maluku Utara Tahun 1999, Konflik
yang pada awalnya karena pertikaian dua kelompok hingga meluas menjadi konflik
SARA. Maluku Utara pada masa itu merupakan provinsi yang baru diresmikan.
Konflik dan kerusuhan tersebut menyebar hingga ke kabupaten Halmahera Utara
khususnya Tobelo dan menyebabkan kurang lebih 2.080 orang meninggal, 587
orang luka berat, 2.250 rumah yang terbakar dan 2.800 kendaraan yang dibakar
atau dijarah. Total kerugian mencapai 95 milyar (Ahmad, Kasman & Oesman,
Herman. 2000). Kabupaten Halmahera Utara adalah salah satu daerah yang
terkena dampak dari proses perubahan tersebut dan berujung terjadinya konflik
horizontal pada akhir tahun 1999 dan awal tahun 2000. Masyarakat Halmahera
Utara khususnya komunitas Islam-Kristen di Kecamatan Tobelo pra konflik
horizontal adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan
(Banari Yesaya, 2017). Akar konflik adalah masalah batas wilayah antara suku
Makian dengan suku Kao yang ada di Malifut, karena suku Makian mayoritas Islam
dan suku Kao adalah Kristen, maka isu ini dikembangkan oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab sehingga awalnya isu masalah tanah atau batas tanah
menjadi isu SARA. Akar konflik horizontal di Kecamatan Tobelo Utara adalah faktor
Page | 6
ekonomi, di mana terjadi suatu kecemburuan sosial karena persaingan antara
pelaku ekonomi dari komunitas Islam dan Kristen (Djana, Amrul, dkk, 2005).
Konflik antar Kao dan Malifut meluas hingga tepat pada tanggal 26 Desember
1999. terjadi pembakaran pertama di kampung Gosoma Kecamatan Tobelo.
Kemudian diikuti oleh penyerangan dan penembakan yang membabi buta. Rabu
pada tanggal 29 Desember 1999, pasukan Kristen menyerang desa Togoliua
kecamatan Tobelo Selatan, dimana pembantaian massal terejadi yang hingga saat
ini kejadian tersebut masih membekas pada masyarakat yang berhasil
menyelamatkan diri dari penindasan dan kekejaman yang terjadi pada saat itu.
Kedudukan lokasi desa Togoliua yang dikelilingi oleh desa yang mayoritas kristen
yang mengakibatkan desa Togoliua menjadi sasaran pembantaian. Kurang lebih
400-500 jiwa yang menjadi korban pembantaian baik di lokasi kejadian ataupun
dalam melarikan diri di hutan. Terjadi kontak dan perlawanan namun warga muslim
yang tidak memiliki perlengkapan senjata harus mundur dan berlindung di Mesjid.
Termasuk wanita, anak-anak dan orang tua lanjut usia. Di saat itulah warga kristen
menyerang dari segala penjuru. Desa Togoliua adalah desa yang menjadi lokasi
pembantaian terbesar. (Ahmad, Kasman & Oesman, Herman. 2000).
Lalu konflik Batas wilayah, Konflik ini dipicu oleh Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 42 tahun 1999 tentang Pembentukan dan Penataan beberapa kecamatan
dalam wilayah Kabupaten Maluku Utara (waktu itu), dengan menetapkan
Kecamatan Makian Malifut yang terdiri dari 6 (enam) Desa dari Kecamatan Jailolo
(Desa Bobane Igo, Desa Tetewang, Desa Akelamo Kao, Desa Gamsungi, Desa
Dum-Dum dan Desa Pasir Putih) dan 5 (lima) Desa dari Kecamatan Kao (Desa
Sosol, Desa Wangeotak, Desa Balisosang, Desa Tabobo dan Desa Gayok). Akibat
dari pemekaran Kecamatan Makian Malifut dengan menggabungkan 6 (enam) desa
wilayah Kecamatan Jailolo maka penolakan di 6 (enam) desa terjadi. Protes warga
masyarakat dari 6 (enam) desa tersebut kemudian menjadi pemicu konflik Batas
Wilayah di Provinsi Maluku Utara.
Terlepas dari itu ada juga konflik Politik. Faktor politik etnis yang diboncengi
oleh perebutan dan pembagian kekuasaan merupakan faktor terbesar meluasnya
isu politisasi identitas etnis pada setiap momentum politik yang terjadi pada
PEMILUKADA. Indikatornya, pertarungan identitas etnis dalam momentum politik
selalu berpijak pada latar belakang etnis atau latar belakang daerahnya. Tentunya,
Page | 7
hal tersebut dapat dipelajari sejak terbentuknya Provinsi Maluku Utara pada 1999,
serta resistensi konflik dalam tiap pemilihan Walikota, Bupati dan Gubernur Maluku
Utara.
Dengan menyelaraskan Visi dan Misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah terpilih dan memperhatikan sasaran pokok dan arah kebijakan RPJPD
2005-2025 yang mempunyai Visi “Mewujudkan Masyarakat Maluku Utara yang
Damai, Maju, Mandiri, Adil, dan Sejahtera yang berorientasi Sumber Daya Laut dan
Kepulauan”, serta mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan,
peluang, dan dinamika dan isu-isu strategis yang ada, maka Visi RPJMD Provinsi
Maluku Utara 2014-2019 adalah “MALUKU UTARA CINTA”.
Kata CINTA yang terkandung dalam visi ini adalah akronim dari Cerdas,
Indah, Nikmat, Taqwa, dan Aman, sebagai tujuan yang ingin dicapai. Adapun
makna CINTA berarti Cinta kepada negeri Maluku Utara dan rakyatnya dengan
sepenuh hati, sehingga menjadi pembangkit energi yang besar untuk membawa
Provinsi Maluku Utara mencapai tujuan. Untuk mewujudkan Maluku Utara Cerdas,
Indah, Nikmat, Takwa dan Aman 2019, maka dijabarkan visi sebagai berikut:
Untuk mendukung pencapaian Visi diatas, maka terurai dalam penerapan Misi
RPJMD Provinsi Maluku Utara, meliputi:
Page | 8
1. MISI PERTAMA : Membangun masyarakat Maluku Utara yang berkualitas dan
mandiri;
2. MISI KEDUA : Mendorong pertumbuhan, stabilitas dan pendistribusian
pembangunan ekonomi secara adil dan merata serta peningkatan nilai tambah
produksi melalui pemanfaatan sumber daya alam (SDA) secara berkelanjutan;
3. MISI KETIGA : Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk menunjang
pengembangan ekonomi wilayah;
4. MISI KEEMPAT : Membangun kehidupan beragama dan berbudaya yang
menjadi inspirasi bagi kebangkitan di seluruh sektor kehidupan masyarakat
Maluku Utara;
5. MISI KELIMA : Memperbaiki Tatakelola Pemerintahan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih, melayani dan berwibawa.
Badan Kesatuan Bangsa, dan Politik Provinsi Maluku Utara yang disingkat
dengan Kesbangpol telah mengalami beberapa perubahan Nomenklatur dimulai
dengan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Maluku Utara, sampai dengan Peraturan
Gubernur Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, susunan organisasi, tugas
dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Maluku Utara. Perda ini
mengatur tentang tugas pokok dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi Maluku Utara, yakni mempunyai tugas memimpin, merumuskan, membina,
mengarahkan, mengevaluasi pelaksanaan program kerja dengan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Provinsi Maluku Utara,
kebijakan Gubernur, kondisi obyektif dengan berpedoman pada ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melaksanakan tugas tersebut
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Mempunyai Fungsi:
Page | 9
1. Penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
2. Pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
3. Pemantauan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis
sesuai dengan lingkup tugasnya;
4. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan
daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi
dan tugasnya.
Untuk itulah, berangkat dari kondisi konflik di wilayah Maluku Utara, dimana
pernah terjadi konflik horizontal/SARA khususnya khususnya konflik agama pada
tahun 1999-2000, sehingga diberlakukannya Provinsi Maluku Utara dengan status
darurat sipil, ditambah lagi pertarungan identitas kandidat dalam momentum politik
selalu berpijak pada latar belakang etnis dan latar belakang daerahnya serta faktor
konflik kepentingan terkait dengan tapal batas/batas wilayah, sehingga diharapkan
dengan adanya keterlibatan pranata adat dan kesultanan dapat menjadi solusi
bersama pemerintah, dikarenakan Visi dan Misi RPJMD Provinsi Maluku Utara dan
Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi, yang kemudian dilakukan diagnotic reading
pada salah satu tugas pokok dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi Maluku Utara, yang menyatakan Penyusunan kebijakan teknis sesuai
dengan lingkup tugasnya, maka ditetapkan judul dalam Rancangan Proyek
Perubahan ini adalah:
Page | 10
IV. TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan
Maka mengacu pada kondisi saat ini yang tergambar di atas terkait belum
adanya sistem komunikasi terpadu dan belum adanya kesepakatan dengan pihak
pranata adat dan kesultanan dalam penanganan konflik, kurangnya keterlibatan
masyarakat dan belum efektifnya pola perencanaan penanganan konflik di Maluku
Utara, maka tujuan yang menjadi kondisi yang diinginkan adalah:
Tabel 1
Tujuan Perencanaan Proyek Perubahan
No Waktu Tujuan
Terwujudnya Pelibatan Pranata Adat dan
1 Jangka Pendek Kesultanan Dalam Penanganan Konflik (PENA
SULTAN)
Page | 11
B. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai oleh reformer dalam rancangan proyek perubahan
ini adalah terjadinya upaya implementasi pelibatan pranata adat dan kesultanan
dalam penanganan konflik di Provinsi Maluku Utara, yang diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2
Manfaat Rancangan Proyek Perubahan
Page | 12
V. OUTPUT DAN OUTCOME
A. Keluaran (Output)
B. Hasil (Outcome)
Titik berat pada rancangan proyek perubahan ini disebabkan karena belum
adanya sistem komunikasi terpadu dan belum adanya kesepakatan dengan pihak
pranata adat dan kesultanan dalam penanganan konflik, kurangnya keterlibatan
masyarakat dan belum efektifnya pola perencanaan penanganan konflik di Maluku
Utar, yang menyebabkan penanganan konflik di Maluku Utara belum maksimal.
Oleh karena itu hasil atas pelaksanaan kebijakan strategi yang dilakukan
diharapkan kedepannya mampu menjadi solusi atas permasalahan penanganan
konflik yang terjadi di Maluku Utara. Untuk hasil jangka panjang atas pelaksanaan
rancangan proyek perubahan ini diharapkan adanya kolaborasi pranata adat dan
kesultanan bersama pemerintah dalam menciptakan kehidupan yang tenteram,
sejahtera, meningkatkan tenggang rasa dan toleransi serta memelihara fungsi
pemberdayaan masyarakat dalam pemerintahan, dan secara langsung dapat
berdampak pada masyarakat, meliputi:
1. Tidak terjadi konflik yang berakibat pada terganggunya kehidupan masyarakat.
2. Masyarakat dapat hidup dan beraktivitas dengan aman, lancar dan damai.
Page | 13
VI. TAHAPAN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS
A. Analisis Strategi
Gambar 2
Kerangka Pikir
Page | 14
Isu Strategis dan
Kondisi Konflik
Maluku Utara
Alternatif Strategi
Gambar 3
Analisis Strategi
Dengan melihat kondisi saat ini yang tergambar pada latar belakang dan
dalam upaya melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih baik dalam
penanganan permasalahan konflik, beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain
pengenalan terhadap masalah dan kekurangan yang terjadi. Dengan memahami
masalah, kemudian dapat dilakukan beberapa alternatif tindakan perubahan yang
diharapkan bisa menjadi solusi untuk memecahkan masalah tersebut menuju
kondisi yang lebih baik lagi.
Page | 15
Konflik, yang terdiri dari 4 (empat) elemen interaktif yang saling berkaitan, yaitu
Structure, Task, Technology dan People.
Gambar 4
Analisis Leavitt’s Model
Page | 16
Tabel 3
Identifikasi Permasalahan
Variabel Permasalahan
C. Analisis SWOT
1. Strenght (S)
Yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari
suatu organisasi pada saat ini. Yang perlu di lakukan di dalam analisis ini
adalah setiap organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan di
bandingkan dengan para pesaingnya.
2. Weaknesses (W)
Yaitu analisis kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan
dari suatu organisasi pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di
dalam sebuah organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan
suatu perusahaan atau organisasi.
Page | 17
3. Opportunity (O)
Yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
suatu organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa
depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang
memungkinkan suatu organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan
atau masa yang akan datang.
4. Threats (T)
Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang
harus dihadapi oleh suatu organisasi untuk menghadapi berbagai macam
faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu organisasi yang
menyebabkan kemunduran.
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg paling
dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari
4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun
rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan
dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari
ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk melihat
sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Dari pembahasan diatas tadi,
analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis
strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang
terdapat dalam suatu organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan
harus dihadapi.
Untuk hal tersebut, pada rancangan proyek perubahan ini analisis SWOT
dapat di gambarkan secara deskriptif, sebagai berikut:
Page | 18
Helpful Harmful
to achieving the objective to achieving the objective
Strengths Weaknesses
Adanya Regulasi Penanganan Belum adanya sistem komunikasi
Konflik, meliputi seperti Undang- terpadu dengan pihak pranata adat
(attributes of the system)
Gambar 5
Analisis SWOT
Page | 19
b. Strategi Strength Treats (ST), strategi ini memanfaatkan kekuatan untuk
menghadapi Ancaman.
Strategi yang bisa diambil dengan mengadakan dialog pro publik dalam
membahas penanganan konflik dan aspirasi masyarakat, sehingga akan
didapatkan suatu kebijakan dalam perencanaan penanganan konflik yang tepat,
karena bersifat Top-Down dan Bottom-Up.
d. Strategi Weakness Threats (WT), strategi ini bertujuan untuk bertahan dengan
meminimalisir kelemahan dengan menghindari ancaman.
Strategi yang dapat dilakukan dengan dialog dan menyerap aspirasi masyarakat
dalam penanganan konflik di daerah rawan konflik.
Page | 20
E. Petahapan
Kegiatan Utama pada rancangan proyek perubahan yang dilakukan pada saat
perencanaan dan tercantum dalam rancangan proyek perubahan ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4
Pentahapan Utama
Minggu ke-4
Terselenggaranya Kegiatan Pelibatan Pranata Adat dan
4 s/d
Kesultanan Dalam Penanganan Konflik
Minggu ke-7
Minggu ke-7
Terwujudnya Pelibatan Pranata Adat dan Kesultanan
5 s/d
Dalam Penanganan Konflik
Minggu ke-8
Page | 21
Kegiatan pada proyek perubahan yang dilakukan pada saat perencanaan dan
tercantum dalam perencanaan proyek perubahan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Milestone Jangka Pendek
Page | 22
Milestone Kegiatan Output Waktu
1. Undangan
2. Daftar Hadir
12. Terlaksananya Penjaringan 3. Notulen 22 – 28
Aspirasi Masyarakat 4. Daftar Aspirasi Juli 2019
Masyarakat
5. Dokumentasi
1. Undangan
2. Daftar Hadir
13. Terlaksananya Forum Group 3. Notulen 29 Juli –
Discussion (FGD) bersama 4. Hasil 4 Agustus
Pihak Kesultanan Rekomendasi 2019
FGD
4. Terselenggaranya 5. Dokumentasi
Kegiatan Pelibatan
1. Undangan
Pranata Adat dan 14. Terselenggaranya Dialog Pro
2. Daftar Hadir
Kesultanan Dalam Publik yang membahas 5 – 11
3. Notulen
Penanganan Konflik tentang Penguatan Peran Agustus
4. Hasil Publikasi
Pranata Adat dan Kesultanan 2019
Pro Publik
Dalam Penanganan Konflik
5. Dokumentasi
15. Terlaksananya 1. Undangan
Penandatanganan 2. Daftar Hadir
Kesepakatan Bersama 3. Kesepakatan 12 – 24
(MoU) dengan Pihak Bersama (MoU) Agustus
Kesultanan Dalam dengan Pihak 2019
Keterlibatan Penanganan Kesultanan
Konflik 4. Dokumentasi
12 - 24
16. Menyusun Laporan
Laporan Kegiatan Agustus
Penyelenggaraan Kegiatan
2019
17. Konsultasi ke Mentor
Tentang Tahapan Rencana
1. Dokumentasi
Launching Proyek
(Foto dan Video) 12 – 24
Perubahan
5. Terwujudnya Pelibatan 2. Administrasi Agustus
18. Melakukan Persiapan
Pranata Adat dan Launching 2019
Pelaksanaan Launcing dan
Kesultanan Dalam 3. Bukti Publikasi
Administrasi Kegiatan
Penanganan Konflik
19. Launching Inovasi
25 – 31
20. Membuat Laporan
1. Laporan Kegiatan Agustus
Pelaksanaan Launcing
2019
Page | 23
Tabel 6
Milestone Jangka Menengah
1. Draft Surat
Keputusan
1. Menyusun Draft Surat 2. Surat Koordinasi
Keputusan Gubernur Tentang ke Biro Hukum
pembentukan Forum dan HAM SETDA
Komunikasi Pranata Adat dan Provinsi Maluku
Kesultanan Dalam Utara
1 September
Terbentuknya Forum Penanganan Konflik. 3. Surat Keputusan
2019
Komunikasi Pranata 2. Melakukan koordinasi ke Biro Gubernur
Sampai
Adat dan Kesultanan Hukum dan HAM SETDA Tentang
dengan 29
Dalam Penanganan Provinsi Maluku Utara terkait pembentukan
Februari
Konflik penerbitan Surat Keputusan Forum
2020
Gubernur Tentang Komunikasi
pembentukan Forum Pranata Adat dan
Komunikasi Pranata Adat dan Kesultanan
Kesultanan Dalam Dalam
Penanganan Konflik. Penanganan
Konflik
4. Dokumentasi
Page | 24
Tabel 7
Milestone Jangka Panjang
Page | 25
F. Kanban dan Monitoring Agilitas Tim
Kanban adalah kata dalam Bahasa Jepang yang secara literal berarti “papan
penanda” atau “signboard”. Dalam konteks Lean Manufacturing dan Just-In-Time,
Kanban merupakan salah satu tool yang digunakan untuk menyusun jadwal.
Tabel 8
Kanban
Melapor
ke Mentor
Page | 26
Adapun monitoring agilitas tim dimaksudkan untuk memantau dan
mengevaluasi kinerja tim secara keseluruhan, dengan gambaran sebagai berikut:
Tabel 9
Monitoring Agilitas Tim
1. Rapat Tim
2. Pembagian
Tugas Tim
3. Melapor ke
20
Gubernur
4. Melapor
dengan
Mentor
5. Rapat Teknis
Tim Efektif
6. Rencana
Tindak Lanjut
16
7. Konsultasi ke
Mentor
8. Konsep
Testimoni
9. Identifikasi
Stakeholder
12
10. Inventarisir
data
11. Koordinasi
Stakeholder
10 12. Jaring
Asmara
13. FGD
8
Kesultanan
14. Dialog
7 Pro
Publik
15. MoU
Kesultanan
16. Menyusun
Laporan
Kegiatan
17. Konsultasi
2 ke Mentor
18. Persiapan
Launching
dan
Admistrasi
19. Launching
Inovasi
20.Menyusun
1 Laporan
Kegiatan
0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
Page | 27
VII. RENCANA STRATEGIS MARKETING
A. Strategi Pemasaran
Page | 28
Strategi ketiga adalah menerapkan biaya murah. Strategi ini didasarkan pada
upaya menekan biaya proyek perubahan menjadi rendah, dengan memberdayakan
dan menerima dukungan dari stakeholder dalam membantu tahapan pelaksanaan.
B. Pendekatan Marketing
Page | 29
3. Menekan biaya rancangan proyek perubahan menjadi rendah, dengan
memberdayakan dan menerima dukungan dari para pihak yang terlibat dalam
penanganan konflik di Maluku Utara sebagai unsur stakeholder dan tergabung
dalam tim efektif eksternal dalam membantu tahapan-tahapan pelaksanaan.
C. Identifikasi Stakeholder
INTERNAL
1. Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
2. Kepala Bidang Bina Ideologi, Wawasan Kebangsaan dan Karakter Bangsa
3. Kepala Bidang Politik Dalam Negeri
4. Bidang Ketahanan Ekonomi, Sosial Budaya dan Organisasi Kemasyarakatan
5. Bidang Penanganan Konflik dan Kewaspadaan Nasional
6. Kasubag Penyusunan Program
7. Kasubag Umum dan Kepegawaian
8. Kasubag Keuangan
9. Kasubid Ideologi Wawasan Kebangsaan
10. Kasubid Pembinaan Karakter Bangsa
11. Kasubid Pengembangan Etika dan Budaya Politik
12. Kasubid Fasilitasi Partai Politik dan Pemilu
13. Kasubid Ketahanan Ekonomi, Sosial Budaya
14. Kasubid Organisasi Kemasyarakatan
15. Kasubid Penanganan Konflik
16. Kasubid Kewaspadaan Dini, Analisis Evaluasi Informasi dan Kebijakan
17. Staf Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Maluku Utara
Page | 30
EKSTERNAL
Page | 31
D. Penggolongan Stakeholder
Stakeholder
11. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Gubernur Maluku Utara
Prov. Maluku Utara
2. Wakil Gubernur Maluku Utara
12. Dinas Komunikasi Informatika dan
3. Pimpinan DPRD Provinsi Maluku Utara
Persandian Prov. Maluku Utara
4. Kepala Kepolisian Daerah Maluku
13. Biro Hukum SETDA Prov. Maluku Utara
Utara
14. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
5. Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara
Kabupaten dan Kota di Wilayah Prov.
6. Komandan Korem 152 / Babullah
Maluku Utara
7. Komandan LANAL Laut Ternate
15. Kesultanan Ternate
8. Kepala BIN Daerah Maluku Utara
16. Kesultanan Bacan
9. Sekretaris Provinsi Maluku Utara
17. Kesultanan Tidore
10. Badan Kesbangpol Prov. Maluku Utara
18. Kesultanan Jailolo
Page | 32
Tabel 10
Secondary Stakeholder
Stakeholder
11. Biro Humas dan Protokoler SETDA Prov.
1. Kepala Kanwil Maluku Utara
Maluku Utara
Kementerian Hukum dan HAM
12. Biro Kesra SETDA Prov. Maluku Utara
2. Rektor Universitas Khairun
13. Biro Pemerintahan SETDA Prov. Maluku
3. Rektor Universitas Muhammadiyah
Utara
Maluku Utara
14. Badan Pertanahan Nasional Maluku Utara
4. Badan Penanggulangan Bencana
15. Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB)
Daerah Prov. Maluku Utara
16. Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat
5. Dinas Pendidikan dan Pengajaran
(FKDM)
Prov. Maluku Utara
17. Forum Pembauran Kebangsaan (FPK)
6. Dinas Sosial Prov. Maluku Utara
18. Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA)
7. Dinas Perhubungan Prov. Maluku
19. Forum Koordinasi Penanggulangan
Utara
Terorisme (FKPT)
8. Dinas Energi Sumber Daya Mineral
20. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
Prov. Maluku Utara
Maluku Utara
9. Dinas Kehutanan Prov. Maluku Utara
21. Institut of Coffe
10. Dinas Pekerjaan Umum Prov. Maluku
22. Media Massa
Utara
23. Donatur / Sponsorship
Page | 33
E. Mapping Stakeholder
Civil Society
Forum Masyarakat
Forum
Komunikasi Umat Maluku Utara Pembauran
Beragama (FKUB) Kebangsaan
Forum (FPK) Forum Koordinasi
Kewaspadaan Penanggulangan
Dini Masyarakat Teroris
(FKDM) (FKPT)
Masyarakat
Maluku Utara BPBD
BNN
Maluku Utara
Maluku Utara
Dikbud
Kanwil Hukum Maluku Utara
dan HAM Dinas Sosial
Maluku Utara KAPOLDA Gubernur
Masyarakat Maluku Utara
BPN Maluku Utara Wakil Gubernur
Maluku Utara Dishub
Maluku Utara KAJATI Pimpinan DPRD Maluku Utara
Maluku Utara
Rektor KAPOLDA Gubernur Sekretaris Dinas ESDM
DANREM
Universitas Maluku Utara Provinsi Maluku Utara
152/Babullah Wakil Gubernur
Khairun DANREM 152 Kesbangpol Dinas
Sekretaris
Rektor UMMU
DAN LANAL
DAN LANAL Project Provinsi Maluku Utara Kehutanan
Bappeda Maluku Utara
Komunitas KABINDA KABINDA Leader Bappeda Malut
Maluku Utara
Intelijen Daerah Kesultanan Diskominfosan Dinas PU
Kesultanan : Ternate Malut Diskominfosan Maluku Utara
KNPI
Maluku Utara - Ternate Bacan Biro Hukum Maluku Utara
- Bacan Tidore Kesbangpol
Institut of Coffe - Tidore Biro Hukum
Jailolo Kab/Kota
- Jailolo Kesbangpol
Media Massa Key Stakeholder Kab/Kota
Donatur /
Sponsorship
Private Public
Media Massa Dinas Kesehatan
Sector Maluku Utara
Sector
Primary Stakeholder
Biro Humas Protokoler
Maluku Utara
Biro Kesra
Maluku Utara
Biro Pemerintahan
Maluku Utara
Secondary Stakeholder
Gambar 6
Pemetaan Stakeholder
Keterangan :
= Key Stakeholder
= Primary Stakeholder
= Secondary Stakeholder
Page | 34
F. Stakeholder Matriks
1. Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) 1. Kepala Kanwil Malut Kementerian Hukum dan Hak
2. Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Asasi Manusia
3. Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) 2. Rektor Universitas Khairun
4. Forum Koordinasi Penanggulangan Teroris 3. Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
(FKPT) 4. BPBD Prov. Maluku Utara
5. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) 5. Dinas Perhubungan Prov. Maluku Utara
Maluku Utara 6. Dinas Pekerjaan Umum Prov. Maluku Utara
6. Institute of Coffee 7. Biro Humas dan Protokoler SETDA Prov. Maluku
Utara
8. Biro Kesra SETDA Prov. Maluku Utara
9. Biro Pemerintahan SETDA Prov. Maluku Utara
10. Media Massa
11. Donatur / Sponsorship
Low
Low High
Level of Interest
Gambar 7
Stakeholder Matriks
Page | 35
Ada empat area dalam stakeholder matriks yang perlu diperhatikan. Pemahaman
akan keempatnya sangat penting karena akan menentukan perlakuan atau
metode/cara apa yang akan dilakukan untuk berkomunikasi dengan para
stakeholder ini. Area ini adalah:
Page | 36
VIII. PERSETUJUAN
COACH
Page | 37