Anda di halaman 1dari 19

POLRI DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

DIREKTORAT INTELKAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)

PENYELIDIKAN
I. PENDAHULUAN

1. Umum

a. Intelijen merupakan bagian yang sangat menentukan bagi keberhasilan tugas-


tugas Kepolisian, karena Intelijen berfungsi menyediakan bahan-bahan
keterangan yang diperlukan satuannya untuk ”early warning” dan ”early
detection”.

b. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan yang


menggunakan methoda berkembang disesuaikan dengan hakekat ancaman
yang dihadapi dan disertai dengan pelaksana-pelaksana tugas Intelijen yang
memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhannya. Adapun salah satu bentuk
dari kegiatan-kegiatan tersebut yaitu dengan menggunakan bentuk kegiatan
penyelidikan Intelijen.

c. Penyelidikan adalah segala usaha, pekerjaan mengenai pencarian dan


pengumpulan yang dilakukan secara berencana dan terarah untuk
memperoleh baket yang dibutuhkan mengenai masalah tertentu untuk diolah,
dan membuat perkiraan mengenai masalah yang dihadapi, guna
memungkinkan menentukan kebijaksanaan perencanaan dan mengambil
keputusan/tindakan dengan resiko yang diperhitungkan.

2. Dasar

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia.
b. Surat keputusan Kapolri Nomor : Skep/37/I/2005 tentang Pedoman Intelijen
Keamanan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Pembuatan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memberikan


gambaran tentang pola kegiatan penyelidikan Intelijen, sebagai pedoman
atau langkah-langkah dalam kegiatan penyelidikan Intelijen yang tepat
dan terarah untuk mencapai sasaran.

b. Tujuan

Sebagai pedoman dan langkah-langkah bagi setiap personel Intelijen Polri


dalam rangka kegiatan penyelidikan Intelijen.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) kegiatan penyelidikan


Intelijen yang meliputi pelaksanaan penyelidikan, sifat dan bentuk penyelidikan
dan pelaksanaan penyelidikan menurut pola operasional Intelkam.

5. Tata Urut

I. PENDAHULUAN

II. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT PROSES KEGIATAN

III. SIFAT DAN BENTUK PENYELIDIKAN

IV. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT POLA OPERASIONAL


INTELKAM

V. PENUTUP
II. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT PROSES KEGIATAN

A. Tahap Perencanaan

Agar penyelidikan dapat mencapai hasil yang diharapkan perlu disusun rencana
penyelidikan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Perumusan ”Unsur-Unsur Utama Keterangan” (UUK)

a. UUK merupakan penjabaran daripada kebutuhan Intelijen aktual dari


pemakai Intelijen/Kepala (KA) kesatuan atau kepala dari suatu badan.

b. UUK berwujud persoalan-persoalan yang dihadapi oleh KA dalam rangka


melaksanakan tugas pokoknya dan ini harus dijawab atau dipecahkan oleh
petugas Intelijen.

c. UUK adalah titik tolak bagi usaha-usaha dan kegiatan pencarian dan
pengumpulan Bahan Keterangan (Baket).

d. UUK ditentukan/dirumuskan oleh Perwira Intelijen berdasarkan


keinginan/permintaan dari KA yang berwenang dalam pengambilan
keputusan.

e. UUK memuat pertanyaan-pertanyaan mengenal hal-hal yang belum


diketahui atau belum jelas landasnnya, bagi arah dan pedoman dalam
pembuatan rencana penyelidikan Intelkam

2. Analisa Sasaran

Mempelajari secara terperinci dan teliti tentang sasaran penyelidikan


termasuk lingkungan daerah dimana sasaran itu berada. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya
rintangan/hambatan atau fasilitas-fasilitas yang dapat membantu usaha-
usaha penyelidikan yang akan dilaksanakan.
3. Analisa Tugas

Kegiatan menganalisa dan memperinci bahan-bahan keterangan apa


yang harus dicari dan dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan untuk
membentuk badan-badan pengumpul dan sumber-sumber mana yang
paling tepat digunakan menentukan cara melaksanakan penyelidikan
yang disesuaikan dengan jenis Baket dan keadaan sasaran, apakah
secara tertutup atau terbuka. Selain itu Analisa Tugas diperlukan untuk
menentukan jangka waktu, menentukan tempat penyampaian laporan dan
menentukan cara bagaimana menggali Baket sebanyak mungkin dari
sasaran atau sumber, dalam rangka menyusun Rencana Penyelidikan.

4. Penentuan Rencana dan Dukungan Logistik

Rencana penyelidikan dibuat dengan memperhitungkan cara pelaksanaan


tugas yang akan menggunakan unsur-unsur Intelpol yang terdiri dari :

a. Personil yang dibutuhkan.

b. Alat-alat yang dibutuhkan.

c. Methoda (tertutup atau terbuka, dll).

d. Dukungan logistik yang diperlukan.

e. Pengorganisasian kegiatan.

Selanjutnya rumusan rencana penyelidikan Intelpol tersebut dituangkan


dalam bentuk perintah atau permintaan, untuk disampaikan kepada unsur-
unsur pelaksana penyelidikan untuk dilaksanakan dan sesudah itu
melaporkan hasilnya.

5. Pengawasan Kegiatan

Pada tahap perencanaan ini direncanakan pula pengawasan sebagai


usaha pengamanan kegiatan, untuk mengantisipasi apabila pada tahap
pengumpulan Baket, muncul hal-hal diluar perencanaan yang dapat
menghambat atau menggagalkan pelaksanaan kegiatan.
B. Tahap Pengumpulan Bahan Keterangan (Baket)

Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan penyelidikan, dimana pelaksana


mencari dan mengumpulkan bahan-bahan keterangan atau sumber-sumber
bahan keterangan, sesuai dengan pengarahan yang diberikan oleh atasan yang
berwenang, yaitu yang diterima pelaksana sebagai perintah atau permintaan.

Pengumpulan bahan keterangan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan,


baik bersifat terbuka maupun tertutup, sesuai kondisi sasarannya. Bentuk-bentuk
kegiatan pengumpulan bahan keterangan dapat berupa : penelitian, wawancara,
interogasi, pengamatan, penggambaran, penjejakan, pembuntutan,
pendengaran, penyusupan, penyurupan dan penyadapan.

C. Tahap Pengelolaan Bahan Keterangan

Pengolahan adalah kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan produk Intelijen dari


bahan-bahan keterangan /informasi yang terkumpul. Adapun proses pengolahan
melalui tahap-tahap pencatatan, penilaian, penafsiran dan kesimpulan.
Uraiannya adalah sebagai berikut :

1. Pencatatan

Proses pengolahan bahan keterangan dimulai dengan kegiatan


pencatatan, yang dilakukan secara sistematis dan kronologis atas bahan-
bahan keterangan/informasi, agar dapat mudah dan cepat dipelajari untuk
disajikan kembali apabila sewaktu-waktu diperlukan. Faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam melakukan pencatatan adalah :

a. Sederhana, mudah dimengerti dan dapat dikerjakan oleh setiap


anggota.

b. Mencakup data siapa, apa, dimana, dengan apa, mengapa, bagaimana


dan bila mana, yang disingkat dengan SI ADI DEMEN BABI.

c. Dapat dilakukan menurut urutan kronologis atau menurut urutan pokok


permasalahan.
d. Pencatatan harus dilaksanakan secara tertib untuk memudahkan
penyimpanannya.Dalam pencatatan ini harus disediakan sarana-
sarana pencatatan antara lain buku harian, peta situasi dan lembaran
kerja.

2. Penilaian

Kegiatan berikutnya berupa proses Penilaian, yaitu penentuan :

a. “ukuran kepercayaan” terhadap sumber informasi

b. “ukuran kebenaran” dari isi informasi, dengan menggunakan neraca


penilaian

Penilaian terhadap sumber bahan keterangan/informasi dilakukan dengan


jalan membandingkan bahan yang berasal dari sumber yang sama
maupun dari sumber lainnya. Pencatatan secara sistematis terhadap
semua bahan keterangan yang diterima, akan membantu mempermudah
pekerjaan penilaian dan penafsiran atas bahan keterangan. Dengan
pencatatan sistematis tersebut, pekerjaan membandingkan informasi
dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu pengalaman Perwira Intelijen
dalam menilai sumber dan informasi pada waktu-waktu yang lalu, akan
mempermudah pekerjaan penilaian atas informasi-informasi yang
diterima.

NERACA PENILAIANSUMBER DAN ISI

A. Dipercaya sepenuhnya

B. Biasanya dapat dipercaya

C. Agak dapat dipercaya

D. Biasanya tak dapat dipercaya

E. Tidak dapat dipercaya

F. Kepercayaan tidak dapat dinilai


1. Kebenaran ditegaskan oleh sumber lain.

2. Kebenaran sangat memungkinkan.

3. Mungkin benar.

4. Kebenarannya diragukan.

5. Tidak mungkin benar.

6. Kebenarannya tak dapat dinilai.

Contoh : D/2

D = Sumber biasanya tak dapat dipercaya

2 = Isi keterangan sangat mungkin benar.

Tindakan-tindakan dalam melakukan pekerjaan penilaian informasi adalah


sebagai berikut :

a. Tindakan pertama

Meneliti kegunaan Baket dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah Baket/informasi itu memuat unsur-unsur yang diperlukan atau apakah


merupakan persoalan-persoalan baru ?

2) Apakah Baket/informasi itu segera berguna ?Kalau ”ya” untuk siapa ?

3) Apakah Baket/informasi itu berguna untuk waktu yang akan datang ?

4) Apakah Baket/informasi itu berguna bagi kesatuan sendiri, kesatuan atasan,


kesatuan samping atau kesatuan bawahan ?

Perlakuan terhadap Baket/informasi itu disesuaikan dengan klasifikasi dan


urgensinya.
b. Tindakan kedua adalah meneliti kepercayaan terhadap sumber Baket, dengan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah Baket/informasi itu didapat dari tangan pertama ?

2) Apakah sumber Baket/informasi itu sudah dikenal sebelumnya (sudah


dikualifikasikan) ?

3) Apakah sumber itu mempunyai cukup pengalaman dan kemampuan untuk


mendapatkan informasi serupa itu ?

4) Mengingat faktor waktu, tempat dan keadaan, apakah mungkin untuk


mendapatkan Baket/informasi serupa itu ?

c. Tindakan ketiga adalah meneliti kebenaran isi Baket dengan pertanyaan-


pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah yang dilaporkan itu dapat diterima akal ?

2) Apakah Baket itu diyakinkan kebenarannya oleh Baket lainnya dari


berbagai sumber lainnya ?

3) Sampai dimana isi Baket itu sesuai dengan isi Baket yang ada ?

4) Apakah ada kemungkinan Baket itu berasal dari satu tangan dan sengaja
disampaikan melalui berbagai saluran untuk tujuan-tujuan penyesatan ?

Penelitian isi Baket melalui proses pertanyaan-pertanyaan (check list) pada


tindakan pertama, kedua dan ketiga tersebut, dimaksudkan untuk
memudahkan penentuan kebenaran isi Baket. Tindakan pertama, kedua dan
ketiga dimaksud pada hakekatnya dilakukan secara simultan. Selanjutnya
perlakuan terhadap Baket dimaksud dilakukan sesuai dengan hasil penelitian
tersebut, dihubungkan dengan urgensi dan nilainya.

Penafsiran

Kegiatan selanjutnya adalah penafsiran isi Baket yang telah dianalisa dan
diinterprestasikan tersebut, untuk menentukan arti dan kegunaan baket
dimaksud, dihubungkan dengan baket-baket lainnya yang telah ada.Untuk
mengadakan penafsiran diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a. Apakah Baket itu memperkuat atau membantah keterangan-keterangan


yang didapat sebelumnya ?

b. Apakah Baket itu memberikan suatu kepastian tentang kesimpulan-


kesimpulan mengenai sasaran ?

Kemudian juga dilakukan penafsiran dengan cara mempersamakan,


mencocokkan dan membandingkan baket yang baru diterima dengan baket-
baket yang telah ada. Penafsiran ini dapat dilakukan secara logika melalui 3
tahap, yang kadang-kadang dilakukan secara simultan, yaitu tahap pengertian
(terbentuknya ide konsep), tahap keputusan dan tahap penalaran atau menarik
kesimpulan.

Tahap menarik kesimpulan tersebut dapat dilakukan dengan langsung atau tidak
langsung (induktif, deduktif dan kumulatif). Tahap menarik kesimpulan secara
deduktif terdiri dari tahap-tahap analisa, integrasi dan konklusi sebagai berikut :

a. Tahap analisa adalah kegiatan untuk menguraikan dan menganalisa


persoalan-persoalan yang ada, dengan memilah-milah masalah yang
penting, membanding-bandingkan serta memonitor informasi yang sudah
dinilai, untuk memilih informasi yang ada hubungannya dengan tugas dan
operasi. Dengan mengajukan pertanyaan 5W + 1H terhadap suatu informasi,
berarti sudah dilakukan analisa, sehingga sudah didapat identifikasi masalah
pokok. Perlu diingat kegiatan analisa membutuhkan pikiran yang sehat dan
pengetahuan yang menyeluruh mengenai prinsip-prinsip tugas atau operasi
Kepolisian, karakteristik daerah operasi dan masyarakat setempat. Perlu
diingat kegiatan analisa membutuhkan pikiran yang sehat dan pengetahuan
yang menyeluruh mengenai prinsip-prinsip tugas atau operasi Kepolisian,
karakteristik daerah operasi dan masyarakat setempat. Perlu diingat pula
bahwa faktor ”bagaimana” dan ”mengapa” seringkali sifatnya subjektif karena
petugas tidak langsung melihat.
b. Tahap Integrasi, dalam tahap ini diadakan kegiatan menghubung-hubungkan
unsur-unsur yang masih terpisah dalam tahap analisa, dengan informasi-
informasi lainnya yang telah diketahui sebelumnya. Dengan kegiatan ini
terbentuk suatu gambaran yang logis dan hypotesa tentang kegiatan-kegiatan
lawan dan tentang karakteristik daerah operasi yang dapat mempengaruhi
tugas Kepolisian. Kegiatan integrasi ini memerlukan pengumpulan sejumlah
besar informasi tambahan sehingga merupakan suatu proses mental yang
bisa selesai dalam beberapa saat, atau bisa juga memerlukan banyak waktu.

Hal-hal berikut perlu diperhatikan ketika membuat hypotesa :

1) Untuk menyusun analisa yang baik, maka pembuatan hypotesa memerlukan


pemikiran yang sehat dan pengetahuan latar belakang yang menyeluruh.

2) Pada saat membuat hypotesa, seorang staf intel harus menempatkan dirinya
sebagai komandan dan sebagai lawan, sehingga bisa membuat hypotesa dari
dua sudut pandang yang berlawanan. Berikutnya hypotesa yang sudah dibuat
harus dianalisa dan diuji dengan melakukan verifikasi untuk memastikan ada-
tidak adanya indikasi-indikasi dalam batas waktu dan cara/alat yang tersedia.

c. Tahap Konklusi, tahap membuat kesimpulan yang harus memberikan nilai


penting dan arti dari informasi yang diolah, kemudian juga harus ada
hubungannya dengan situasi lawan dan daerah operasi.

Kesimpulan : Produk Intelkam

Kegiatan terakhir dari proses pengolahan Baket adalah membuat


kesimpulan dari keseluruhan Baket yang telah melalui proses-proses
pencatatan sampai penafsiran sebagaimana diuraikan sebelum ini, untuk
dituangkan menjadi produk-produk Intelijen Keamanan (Intelkam).
Produk-produk Intelkam terdiri dari Memo Intelijen, Laporan Atensia,
Laporan Khusus, Laporan Harian Khusus dan Laporan Penugasan.
Kemudian produk-produk Intelkam berisi laporan peristiwa/kejadian
selama jangka waktu tertentu dibuat secara periodik (berkala) berupa
Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Laporan
Triwulanan, Laporan Tahunan.

Produk Intelkam berisi suatu persoalan khusus yang berguna bagi pengguna,
harus segera disampaikan tepat pada waktunya kepada pihak pengguna. Setiap
laporan/produk Intelkam sekurang-kurangnya harus memenuhi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dengan urutan yang lazim disingkat SI ADI DEMEN
BABI, terdiri dari :

a. Siapa (pelaku-pelaku dan atau yang terlibat dalam persoalan/kejadian)


?

b. Apa peristiwa/kejadian yang dilaporkan ?

c. Di mana tempat kejadian ?

d. Dengan alat apa peristiwa/kejadian itu dilaksanakan ?

e. Mengapa peristiwa/kejadian itu dilakukan ?

f. Bagaimana peristiwa itu terjadi ?

g. Bilamana peristiwa itu terjadi ?

h. Bagaimana peristiwa itu terjadi ?

Tahap Penyajian, Penggunaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian produk Intel adalah penyajian,
cara dan bentuk penyajian suatu produk Intel disesuaikan dengan urgensinya,
tingkat kerahasiaannya, kecepatan, ketepatan dan keamanan. Produk Intel yang
telah dibuat sesuai dengan permintaan/perintah/keperluan, harus sampai tepat
pada waktunya dan kepada alamat pengguna. Untuk itu penyajian kepada
pengguna disesuaikan dengan kebutuhan yaitu berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :

a. Apakah produk Intel itu memuat isi yang perlu segera disampaikan dan
untuk siapa?
b. Apakah produk Intel tersebut hanya berguna di kemudian hari ?

c. Apakah produk Intel tersebut hanya berguna untuk kesatuan atasan,


samping atau bawahan ?

Kemudian untuk menjaga keberhasilan dan keamanan, maka


penyajian/penyampaian produk Intel tertentu dapat dilakukan melalui :

a. Kurir (life drop).

b. Alat-alat (benda mati) tertentu (dead drop).

c. Sarana komunikasi yang bersifat rahasia (sandi).

III. SIFAT DAN BENTUK PENYELIDIKAN

A. Penyelidikan yang bersifat terbuka

Yaitu penyelidikan yang dilakukan dengan cara terbuka dan mengutamakan sumber
terbuka, terdiri dari cara-cara sebagai berikut :

1. Penelitian (research)

Yaitu menghimpun data tentang suatu hal yang dilakukan dengan


mempelajari kepustakaan, pemberitaan-pemberitaan umum (surat kabar,
majalah, TV, radio), terbitan-terbitan Pemerintah, Swasta, dan lain-lain.

2. Wawancara (interview)

Yaitu cara mendapatkan keterangan melalui pembicaraan atau tanya


jawab langsung dengan sasaran. Dalam wawancara ini pihak yang
ditanya pada umumnya menyadari bahwa ia berhadapan dengan orang
yang sedang mencari keterangan informasi. Ia bebas dalam memberikan
jawaban, tanpa tekanan atau paksaan.

3. Interogasi (interogation)

Yaitu suatu cara mendapatkan keterangan melalui pembicaraan dan


tanya-jawab langsung, yang dikontrol oleh si-penanya, yang ditanya
biasanya menyadari bahwa dia sedang di interogasi dan berada di bawah
penguasaan pihak interogator.

B. Penyelidikan yang bersifat tertutup

Giat tersebut dilakukan tanpa diketahui oleh sasaran, untuk mendapatkan bahan-bahan
keterangan yang tidak mungkin diperoleh dengan penyelidikan cara-cara terbuka
dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Pengamatan (observing)

Adalah suatu cara untuk mendapatkan bahan keterangan dan gambaran


keadaan lingkungan dengan menggunakan panca indera secara lengkap,
disertai pengetahuan dan/atau pengarahan tentang fokus pengamatan,
sesuai dengan kebutuhan Intelpol.

2. Penggambaran (describing)

Adalah penuangan hasil pengamatan ke dalam bentuk laporan, dilengkapi


dengan foto-foto atau data-data terinci tentang keadaan medan yang
diamati, sehingga dapat mengenal kembali apa yang telah diamati.

3. Penjejakan (surveillance)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan


mengikuti/memperhatikan jejak-jejak dari sasaran, atau apa yang
dilakukan oleh sasaran. Jadi tidak secara langsung terhadap sasaran
tetapi terhadap jejak-jejak dari sasaran.

4. Pembuntutan (tailing)

Adalah suatu cara mendapat bahan keterangan dengan langsung


mengikuti/memperhatikan sasaran, termasuk apa-apa yang sedang
dilakukannya, tanpa diketahui oleh sasaran.

5. Pendengaran (monitoring)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan


mendengarkan sasaran (obyek), secara langsung atau tidak langsung.
Pendengaran langsung adalah mendapatkan bahan keterangan dengan
mendengarkan secara langsung dari sasaran (sumber baket) pada
waktunya. Pendengaran tidak langsung adalah mendapatkan bahan
keterangan dari sasaran dengan mendengarkan secra tidak langsung, tapi
melalui benda maupun orang lain.

6. Penyusupan (penetrating)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan menyusupkan


jaringan penyelidikan, baik yang dilakukan agen-agen Polisi maupun
informan ke dalam sasaran penyelidikan.

7. Penyurupan (surreptition entry)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan memasuki


suatu tempat/ruangan/bangunan tanpa diketahui oleh anggota lain dan
meninggalkan tempat tanpa meninggalkan bekas.

8. Penyadapan (taping)

Adalah cara mendapatkan bahan keterangan dengan melakukan


penyadapan sistem komunikasi pihak sasaran, yang dilakukan secara
rahasia (clandestin), tanpa diketahui oleh sasaran atau pihak-pihak lain.

C. Sasaran Penyelidikan Intelkam

Sasaran penyelidikan Intelkam diarahkan untuk menemukan dan mengindentifisir


hakekat ancaman yang terdiri dari ancaman faktual, faktor korelatif kriminogen dan
police hazard. Adapun kerawanan dalam bidang kriminalitasadalah :

a. Kejahatan-kejahatan yang berkadar ancaman tinggi.

b. Kejahatan-kejahatan terhadap keamanan negara.

c. Kejahatan-kejahatan tertentu dimana terdapat jaringan-jaringan atap


organisasi daripada pelaku kejahatan tersebut.

Khusus mengenai kejahatan-kejahatan yang berkadar ancaman tinggi, sasaran


penyelidikannya antara lain curas, penyalahgunaan senpi dan bahan peledak,
pembakaran, pencurian kawat telepon, penyalahgunaan Narkotika, kejahatan
uang palsu, penyelundupan, kejahatan perbankan, kenakalan remaja,
kecelakaan lalulintas dan lain-lain.

Dalam pelaksanaan penyelidikan di bidang Kriminalitas, perlu perhatian


khususterhadap :

a. Perkembangan bentuk-bentuk baru kriminalitas (new mension crime).

b. Bentuk-bentuk kejahatan yang bersifat internasional (internasional crime).

c. Bentuk-bentuk kejahatan terorganisir (organized crime) serta jaringan-


jaringannya.

Disamping itu agar diperhatikan secara khusus kemungkinan terdapatnya latar


belakang SUBVERSI dari bentuk-bentuk kejahatan, untuk menyelidiki apakah
merupakan kejahatan-kejahatan terhadap negara seperti Subversi dan
Terorisme:

a. Subversi Dalam Negeri : sisa-sisa G30S/PKI, kegiatan ekstrim kiri/kanan,


kegiatan separatis dan lain-lain.

b. Subversi Luar Negeri : yang berasal dari negara super power, potential super
power, major power dan kemungkinan subversi dari sementara negara Timur
Tengah dalam rangka subversi Komunis, Liberalisme dan Agama.

Kegiatan-kegiatan masyarakat yang harus diperhatikan dalam penyelidikan Intelpol:

1) Semua kegiatan masyarakat yang memerlukan/dilindungi izin maupun jenis


kegiatan lainnya dari masyarakat.

2) Kegiatan tokoh-tokoh/pelaku kejahatan.

3) Kemungkinan timbulnya/tumbuhnya aliran kepercayaan yang dapat


menimbulkan perpecahan atau mengacaukan persatuan dan kesatuan
bangsa.
Tujuan Penyelidikan Intelpol

Tujuan Penyelidikan Intelpol adalah untuk mendapatkan bahwa bahan


keterangan yang mempunyai kegunaan-kegunaan untuk :

1. Kegunaan Taktis

Penyelidikan diadakan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah bahan-


bahan keterangan yang akan digunakan untuk kepentingan taktis yaitu :

a. Untuk menetukan tindakan-tindakan yang akan diambil dengan resiko yang


diperhitungkan.

b. Untuk menentukan cara bagaimana mempergunakan sarana-sarana yang ada


pada Polri secara berdayaguna dan berhasilguna dalam batas waktu tertentu.

2. Kegunaan Strategis

Penyelidikan diadakan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah bahan-


bahan keterangan yang akan digunakan untuk kepentingan strategis.
Pelaksanaan penyelidikan dilakukan secara terus-menerus terhadap
gejolak/peristiwa/permasalahan tertentu, yang dinilai mempunyai pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap kestabilan Kamtibmas. Selanjutnya hasil
penyelidikan tersebut digunakan sebagai ”early warning” (peringatan dini) oleh
Pimpinan untuk menetapkan tindakan/kebijaksanaan.

3. Kegunaan Operasi

Dalam hal ini penyelidikan Intelkam berusaha memperoleh segala hal tentang
obyek operasi, yang akan digunakan untuk menunjang perencanaan,
pelaksanaan dan administrasi operasi. Bahan-bahan keterangan yang diperoleh
dalam penyelidikan-penyelidikan Intelpol Strategis, Taktis dan Operasional dapat
dipergunakan secara timbalbalik.
IV. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT POLA OPERASIONAL INTELKAM

Pola Umum Operasional Intelpol terdiri dari :

A. “ Service Type Of Operation “ (STO)

B. “ Mission Type of Operation “ (MTO)

Uraian masing-masing adalah sebagai berikut :

A. Service Type Of Operation (STO)

Pelaksanaan penyelidikan diarahkan kepada pengumpulan bahan keterangan, dimulai


dengan :

1. Jalur formal Struktural, yang meliputi jalur kesatuan, baik dari kesatuan bawah
ke kesatuan atas, maupun dari kesatuan atas ke kesatuan bawah.

2. Sumber terbuka dan sumber tertutup, yaitu :

a. Jaringan diatas permukaan, yaitu meliputi pemberitaan umum yang ada


diperpustakaan dan instansi pemerintah/swasta.

b. Jaringan dibawah permukaan, yang meliputi agen bergerak, Agen Tertanam,


Perwira Pengamat Wilayah (Pamatwil), jaringan informan dan agen dalam
serta intern Polri.

c. Jalur koordinasi intelijen, yaitu meliputi :

Unsur-unsur intelijen dalam instansi (Tertentu) pemerintah, yang dapat


bermanfaat dalam pertukaran informasi dan usah konsultasi terhadap suatu
sasaran.

B. Mission Type of Operation (MTO)

Penyelidikan dilaksanakan dengan mengadakan penelitian dan pengembangan


terhadap ancaman yang dihadapi, berupa ancaman factual yang berkadar tinggi.
Penyelidikan dilaksanakan oleh unit operasional Intelpol. Dalam pelaksanaan
penyelidikan dengan pola MTO ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pola Dasar Pelaksanaan Operasional Unit Intelpol 7 (tujuh) langkah dengan


urutan :

a. Tugas dalam bentuk TO/UUK

b. Perencanaan Tugas (Rengas)

c. Penjabaran Tugas (Bargas)

d. Persiapan Pelaksanaan

e. Pelaksanaan Kegiatan

f. Debriefing

g. Pelaporan

2. Pelaksanaan operasional melalui koordinasi antara unit-unit operasional


Intelpol secara vertical.

3. Pelaksanaan operasional melalui koordinasi antara unit-unit operasional


Intelpol secara horizontal.

4. Pelaksanaan penyelidikan menurut oragan tingkat pelakasana. Artinya


penyelidikan yang diadakan Intelpol diselenggarakan oleh setiap badan
pelaksana fungsi Intelpol pada semua eselon jajaran polri.

Disamping kegiatan penyelidikan dilakukan sesuai dengan kewenangan daerah


di mana unsur intelpol tersebut berada. Sehubung dengan hal tersebut di atas,
perlu diperhatikan pola umum apa yang dipakai dalam sebuah pelaksanaan
penyelidikan Intelpol, apakah STO dan MTO. Dalam STO, pelaksanaan
penyelidikan Intelpol dilaksanakan oleh pengemban fungsi intelpol dari tingkat
Polres sampai tingkat Mabes Polri. Ditingkat Polres misalnya dilaksanakan
dengan “back up – operation” dari atas (Polda) atau dari satuan samping. Sesuai
dengan tingkatnya maka pelaksanaan penyelidikan Intelpol adalah sebagai
berikut:
1. Pada tingkat Mabes Polri, penyelidikan dilakukan oleh badan Intelijen
Keamanan dengan jangkauan obyek terutama yang bertujuan strategis dan
berlingkup nasional.

2. Pada tingkat Polda, penyelidikan dilakukan oleh Dit. Intelpampol dengan


jangkauan yang betujuan taktis/strategis dan berlingkup daerah.

3. Pada tingkat Polres/Polwil/Polresta/Poltabes, penyelidikan dilakukan oleh


unsur-unsur Intelpol dengan jangkauan terutama adalah sasaran yang
bertujuan taktis dan berlingkup local.

4. Pada tingkat Polsek, di mana Polsek adalah basis deteksi, penyelidikan


dilakukan oleh setiap anggota Polsek dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
Kepolisian.

V. PENUTUP

Demikian Standart Operasional Prosedure (SOP) kegiatan penyelidikan Intelijen yang


meliputi pelaksanaan penyelidikan, sifat dan bentuk penyelidikan dan pelaksanaan
penyelidikan menurut pola operasional Intelkam, dibuat sebagai pertanggung jawaban
dalam setiap pelaksanaan tugas.

Mataram, Desember 2016


KASUBDIT IV

M YUNUS JUNAIDI, S.Sos


AKBP NRP 72090608

Anda mungkin juga menyukai