Anda di halaman 1dari 34

PENGELOLAAN EKOWISATA

DI PANTAI TELUK TAMIANG PULAU LAUT TANJUNG


SELAYAR KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

MUHAMMAD SADDAM HUSEIN


C2502222025

PROGRAM STUDI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
IPB UNIVERSITY
BOGOR
2024
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian dengan judul
“Pengelolaan Ekowisata Di Pantai Teluk Tamiang Pulau Laut Tanjung
Selayar Kotabaru Kalimantan Selatan” adalah karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir proposal penelitian ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis proposal
penelitian saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 2024

Muhammad Saddam Husein


C2502222025
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2024
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGELOLAAN EKOWISATA
DI PANTAI TELUK TAMIANG PULAU LAUT TANJUNG
SELAYAR KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

MUHAMMAD SADDAM HUSEIN

Proposal Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk
melakukan penelitian pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM STUDI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2024
Judul Penelitian : Pengelolaan Ekowisata Di Pantai Teluk Tamiang
Pulau Laut Tanjung Selayar Kotabaru Kalimantan
Selatan
Nama : Muhammad Saddam Husein
NIM : C2502222025
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
Prof. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc

Pembimbing 2:
Dr. Ir. Gatot Yulianto , M.Si

Diketahui oleh

Ketua Program Studi


Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan:
Dr. Ir. Zairion, M.Sc
NIP. 19640703 199103 003

a.n Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan:
Dr. Ir. Agus Oman Sudradjat, M.Sc
NIP. 19640813 1991031 001

Tanggal Kolokium: 20 Maret 2024 Tanggal pengesahan:


DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Perumusan Masalah 5
1.3. Tujuan 6
1.4. Manfaat 6
1.5. Kerangka Pemikiran 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Kabupaten Kotabaru 8
2.2. Ekowisata Bahari 8
2.2.1. Definisi 8
2.2.2. Terumbu Karang 6
2.3. Kerusakan Terumbu Karang 6
2.4. Daya Dukung Kawasan 6
2.5. Stakeholders dalam Pengelolaan Ekowisata 7
2.6. Pengelolaan Kolaboratif 8
III. METODOLOGI PENELITIAN 10
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 10
3.2. Jenis dan Sumber Data 10
3.2.1. Data Primer 10
3.2.2. Data Sekunder 14
3.3. Metode Analisis Data 14
3.3.1. Persentase Tutupan Karang 14
3.3.2. Kecerahan Perairan 15
3.3.3. Analisis Kesesuaian Kawasan Wisata 15
3.3.4. Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Snorkeling 16
3.3.5. Matriks Kesesuaian Wisata Rekreasi Pantai 17
3.3.6. Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) 18
DAFTAR PUSTAKA 20
DAFTAR TABEL

1. Parameter kesesuaian sumber daya untuk wisata bahari


kategori kegiatan snorkeling 16
2. Parameter kesesuaian Sumber daya untuk wisata pantai
kategori rekreasi pantai 17
3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) 18
4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata 18

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Kerangka Pemikiran 12


2. Gambar 2 Analisis Stakeholders 15
3. Gambar 3 Lokasi Penelitian 18

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner 28
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Desa Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru memiliki potensi sumberdaya
laut dan pesisir yang besar. Aktivitas penduduk dominan berorientasi ke pesisir dan
laut seperti penangkapan ikan, budidaya ikan/rumput laut, transportasi dan lain-
lain. Secara umum, kondisi terumbu karang di perairan Desa TelukTamiang dan
sekitarnya masih tergolong baik (Koriyandi et al. 2016). Secara umum kondisi
iklim di Kabupaten Kotabaru merupakan iklim tropis. Rata-rata kelembapan udara
pada tahun 2022 adalah 77-90 persen dengan rata-rata suhu udara 26,3°C hingga
27,7°C. Sedangkan tekanan udara minimalnya 1.005,7 mb dan maksimalnya
1.012,4 mb (BPS 2023). Apabila dilakukan kegiatan penyelaman di lokasi terumbu
karang yang masih bagus ini akan memberikan kepuasan tersendiri. Dengan
demikian, secara tidak langsung kegiatan penyelaman ini juga dapat memberikan
dampak terhadap pengembangan wisata selam dan menghasilkan keuntungan
tersendiri bagi masyarakat sekitar.
Ekowisata adalah jenis perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah yang
masih alami untuk konservasi atau melestarikan lingkungan, memberikan
penghidupan kepada penduduk lokal, dan termasuk pendidikan (TIES 2015).
Pengelolaan ekowisata bahari yang berkelanjutan harus mempertimbangkan aspek
ekologi sebagai objek dan melibatkan masyarakat sebagai pelaku wisata untuk
mencapai keuntungan ekonomi.
Pulau-pulau kecil adalah salah satu tempat yang memiliki keindahan dan
keunikan tersendiri yang banyak ditemukan. Daya tarik pulau-pulau kecil adalah
karena keunikan dan keindahan yang tersebar di wilayah pesisir dan laut, sehingga
kegiatan yang tepat untuk dikembangkan adalah ekowisata bahari. Menurut
Yulianda et al. (2010), ekowisata bahari adalah konsep pemanfaatan berkelanjutan
sumber daya alam pesisir dengan sistem pelayanan jasa lingkungan yang
mengutamakan siklus hidup.
Fokus utama ekowisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
adalah karena pulau-pulau kecil merupakan aset wisata bahari yang sangat besar,
didukung oleh potensi geologis dan karaktersistik mereka yang sangat dekat dengan
terumbu karang (coral reef), khususnya hard corals. Selain itu, kondisi pulau-pulau
kecil yang tidak berpenduduk secara logis akan memberikan kualitas keindahan dan
keaslian bio-diversitas, sehingga sangat menarik untuk di kembangkan sebagai
ekowisata bahari seperti diving dan snorkeling.
Menurut Dahuri (2009), karena potensi dan peluang wisata bahari Indonesia
yang semakin berkembang, potensi tersebut belum sepenuhnya menjadi
keunggulan kompetitif Indonesia, yang dapat memberikan kontribusi besar pada
perekonomian nasional. Kawasan pesisir Teluk Tamiang adalah salah satu pulau-
pulau kecil yang memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi ekowisata
bahari berbasis pulau-pulau kecil. Ekosistem terumbu karang, ikan karang, ikan
hias, dan perikanan adalah sumber daya alam yang potensial. Di sisi lain,
masyarakat lokal dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam pesisir dan laut di
pantai Teluk Tamiang untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka dan berkebun
serta perikanan. Pemanfaatan ini akan mengubah ekosistemnya. Menurut Tsaur dan
Lin (2006) dan Zhang dan Lei (2012), tindakan manusia memiliki dampak yang
signifikan terhadap lingkungan. Keberlanjutan ekologi di pulau kecil akan
dipengaruhi oleh tekanan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam.
Menurut Bengen et al. (2012), pulau kecil memiliki karakteristik
biogeofisik berikut: ukurannya kecil dan terpisah dari pulau induk atau pulau besar;
sumber daya air tawarnya terbatas; keanekaragaman hayati terestrialnya rendah,
tetapi memiliki banyak jenis endemik; keanekaragaman hayati laut tinggi; variasi
iklim kecil; area perairan lebih luas dari area daratan; dan tidak memiliki hinterland.
Ciri-ciri biogeofisik pulau-pulau kecil seperti ini pasti sangat kompleks terhadap
pembangunan yang akan digunakan di pantai Teluk Tamiang. Oleh karena itu,
untuk mengelola ekowisata bahari di pantai Teluk Tamiang, diperlukan pendekatan
pengelolaan yang berbasis pulau-pulau kecil dan ekologi. Permenbudpar No.
KM.67/ UM.001/ MKP/ 2004 menyatakan bahwa pengembangan kegiatan wisata
dan penyediaan penunjang kepariwisataan di pulau-pulau kecil akan berdampak
pada lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi pulau-pulau kecil. Oleh karena
itu, pengembangan kegiatan pariwisata di pulau-pulau kecil harus
mempertimbangkan dengan cermat kondisi lokasi yang diteliti apakah sudah
memenuhi kesesuaian ekowisata daya dukung kawasan.
1.2. Perumusan Masalah
Pantai Teluk Tamiang merupakan pantai yang unik karena terdapat bukit
Tedde Ledong, wisatawan bisa menikmati suasana indahnya pemandangan pantai
Teluk Tamiang terlihat utuh bisa berkemah di atas bukit Tedde Ledong, ini
merupakan salah satu keunikan yang ada di Pantai Teluk Tamiang merupakan nilai
tambah sekaligus daya tarik untuk wisatawan. Pantai Teluk Tamiang juga memiliki
terumbu karang dan pasir putih, namun selama ini belum ada pembatasan pada
pengunjung sehingga melebihi daya tampung (carrying capacity) khususnya pada
saat hari libur. Dengan potensi dan keunikan di Pantai Teluk Tamiang, ini harus
menjadi perhatian dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Pantai Teluk
Tamiang.
Masyarakat lokal telah lama memanfaatkan potensi sumber daya alam
pantai dan laut Teluk Tamiang. Daerah daratan digunakan untuk berkebun, daerah
laut digunakan nelayan untuk menangkap ikan. Untuk menghindari dampak negatif
terhadap pemanfaatan sumber daya alam, rencana pengelolaan di pantai Teluk
Tamiang sebagai ekowisata bahari tentu memerlukan basis data yang solid dan
perencanaan yang matang. Di sisi lain, pengembangan ekowisata bahari tidak
dimaksudkan untuk menarik banyak pengunjung, karena ekosistemnya rentan
terhadap kerusakan, dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas. Konsep
pengembangan ekowisata bahari didasarkan pada pendekatan misi pengelolaan
konservasi dan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan proses ekologis,
melindungi keanekaragaman hayati, menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies
dan ekosistemnya, dan memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat
lokal.
Hal ini juga sejalan dengan upaya Pemerintah Kabupaten Kotabaru dan
Provinsi Kalimantan Selatan dalam menata ruang yang tertuang dalam dokumen
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kalimantan
Selatan (2018), bahwa daerah Desa Teluk Tamiang dan sekitar merupakan daerah
destinasi wisata alam karena memiliki potensi wisata yang sangat menarik baik di
darat maupun di laut.
Oleh karena itu, beberapa masalah yang harus diteliti yaitu apakah potensi
sumberdaya pesisir dan laut di pantai Teluk Tamiang dapat mendukung
keberlanjutan ekowisata bahari, bagaimana pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
laut untuk ekowisata bahari di pantai Teluk Tamiang, dengan pendekatan daya
dukung, dan karena belum adanya pengelolaan wisata sehingga objek wisata di
pantai Teluk Tamiang perlunya dilakukan analisis stakeholders sebagai rencana
pengelolaan wisata di pantai Teluk Tamiang.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan utama dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kondisi terumbu karang di pantai Teluk Tamiang.
2. Menganalisis potensi kesesuaian ekosistem terumbu karang, untuk wisata
bahari kategori kegiatan snorkeling dan menganalisis kesesuaian wisata
pantai kategori rekreasi pantai.
3. Menganalisis daya dukung kawasan (DDK) ekowisata di pantai Teluk
Tamiang.
4. Mengidentifikasi dan menganalisis stakeholders bagaimana strategi
pengelolaan objek wisata pantai Teluk Tamiang di Kabupaten Kotabaru.
1.4. Manfaat
Manfaat dari Penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak
yang membutuhkan, dalam pola pemanfaatan ruang laut bagi Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten
Kotabaru.
2. Memberikan gambaran pengelolaan kawasan ekowisata bahari yang
optimal, serta memenuhi kriteria ekologis dan sosial.
1.5. Kerangka Pemikiran
Dasar penelitian yang dibuat dalam kerangka pemikiran ini adalah potensi
sumber daya alam pesisir dan laut di Pantai Teluk Tamiang sebagai objek yang
dapat di analisis secara ilmiah, meliputi ekosistem laut, kondisi pantai dan
parameter lingkungan perairan.
Di perairan pesisir dan daerah tropis, terumbu karang adalah ekosistem khas
yang sangat produktif dengan berbagai jenis flora dan fauna laut (Bengen et al.
2012). Nontji (2009) juga mengatakan bahwa terumbu karang memiliki
pemandangan yang sangat indah yang jarang ditemukan di lingkungan lain.
Kehadiran ekosistem terumbu karang di suatu area perairan adalah ciri khas dari
perairan dangkal. Kehadirannya dapat membantu ekosistem lain di sekitarnya
bertahan hidup, yang juga menjadi pusat kehidupan manusia. Berbagai biota laut,
termasuk ikan karang, mendapat manfaat dari ekosistem terumbu karang yang
subur dan kaya makanan. Dengan mempertimbangkan potensi sumber daya pesisir
dan laut Pantai Teluk Tamiang sebagai lokasi yang menarik untuk pengembangan
ekowisata bahari, perlu dilakukan analisis sumber daya untuk mendukung
keberlanjutan ekosistem di suatu wilayah pulau-pulau kecil.
Faktor ekologi sebagai aset ekowisata bahari adalah model analisis yang
harus diperhatikan. Oleh karena itu, berdasarkan data parameter fisik dan biologis
tersebut, perlu dilakukan analisis kesesuaian dan daya dukung sumber daya sebagai
kawasan ekowisata bahari. Untuk melihat kecocokan dan kelayakan suatu kawasan
dengan berbagai bentuk aktivitas yang akan dikembangkan, untuk melihat
kemampuan suatu kawasan secara fisik untuk menerima kunjungan dengan
intensitas maksimum terhadap sumberdaya alam, maka harus menghitung daya
dukung. Setelah melakukan analisis parameter fisik dan biologis, selanjutnya
merumuskan strategi pengelolaan ekowisata bahari dengan mempertimbangkan
faktor ekologi, sehingga pemanfaatan sumberdaya alam di Pantai Teluk Tamiang
dapat berkelanjutan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


: Hubungan
: Ruang Lingkup Studi
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kabupaten Kotabaru


Kabupaten Kotabaru merupakan kabupaten yang berada di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu Kota Kabupaten ini terletak di Kota Kotabaru
yang berada di Pulau Laut, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.442,46 km²
merupakan kabupaten terluas di provinsi Kalimantan Selatan dengan luas lebih dari
seperempat (25,11%) dari luas wilayah provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten ini
terbagi menjadi 21 kecamatan dengan 198 desa dan 4 kelurahan dan dengan banyak
pulau kecil yakni sekitar 110 pulau kecil dan 31 diantaranya belum bernama.
Dengan banyaknya pulau kecil dan daerah yang dikeilingi dengan laut membuat
kabupaten ini memiliki potensi wisata yang begitu banyak dan sebagiannya belum
tereksplorasi. Beberapa wisata Kabupaten Kotabaru antara lain: Pulau Samber
Gelap, Taman Hutan Meranti, Pantai Gedambaan, Pantai Teluk Tamiang, Tanjung
Kunyit, Air Terjun Tumpang Dua, dan masih banyak lagi (Hakim et al. 2009).

2.2. Ekowisata Bahari


2.2.1. Definisi
Ekowisata merupakan wisata berbasis pada alam dengan menyertakan
aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya
masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Konsep ekowisata
dimaksudkan untuk menyelesaikan atau mengatasi konflik dalam pemanfaatan
dengan menetapkan ketentuan dalam berwisata, melindungi sumber daya alam dan
budaya, serta menghasilkan keuntungan dalam bidang ekonomi untuk masyarakat
lokal. Kegiatan ekowisata memiliki manfaat berupa peningkatan penghasilan dan
devisa negara, tersedianya kesempatan kerja baru, meningkatkan partisipasi
masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatnya nilai
ekonomi sumber daya ekosistem, dan terbangunnya konstituensi untuk konservasi
secara lokal, nasional, dan internasional (Tuwo 2011).
Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu: keberlangsungan
alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat
diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara
langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan
menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Satria,
2009).
Tanaya dan Rudiarto (2014) menyatakan ekowisata berbasis masyarakat
merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata,
yang tidak hanya menyuguhkan sumber daya wisata yang masih alami, namun juga
berkontribusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali
utama dalam pengembangannya. Adanya pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat, memungkinkan kelestarian hutan akan tetap terjaga, sebab masyarakat
mendapatkan manfaat secara ekonomi dari ekowisata tersebut yakni mayarakat
memiliki pendapatan dan atau membuka peluang usaha selain dari berkebun. Selain
manfaat secara ekonomi, kegiatan ekowisata juga memberikan dampak berupa
tetap terjaganya flora dan fauna yang ada, karena hal itu menjadi bagian dari daya
tarik keberadaan ekowisata dan masyarakat merasa memiliki dan menjaga alam.
2.2.2. Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan sebuah ekosistem perairan yang dihuni oleh
berbagai organisme yang berasosiasi dengan karang dan membentuk zat kapur
(Whitten et al. 1987). Terumbu karang dibentuk oleh aktifitas hewan karang, yaitu
simbiosis antara polip dengan alga Zooxanthellae, serta organisme penghasil kapur
lainnya terumbu karang merupakan ekosistem pesisir yang paling dominan di
daerah tropis yang terletak di sepanjang garis pantai (Anderson, 1999).
Salah satu penyusun ekosistem terumbu karang adalah karang yang
termasuk anggota Subphyllum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia.
Ekosistem terumbu karang terdapat di perairan yang dangkal, seperti di paparan
benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan
maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu
perairan yang hangat, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancar
serta terhindar dari proses sedimentasi (Dahuri et al. 2001).
Ekosistem terumbu karang memiliki keragaman hayati tertinggi dari
ekosistem pesisir lainnya (Hoegh-Guldberg dan Bruno 2010), sehingga berfungsi
secara ekologi, sosial dan ekonomi. Secara ekologi berfungsi sebagai tempat
pemijahan, tempat pembesaran, tempat mencari makanan, dan pelindung pantai
terhadap aksi gelombang. Secara sosial ekonomi sebagai sumber mata pencaharian
dan lapangan pekerjaan dari kegiatan ekowisata dan rekreasi, serta tergolong
sebagai sumber obat-obatan (Spalding et al. 2001).
2.3. Kerusakan Terumbu Karang
Degradasi ekosistem terumbu karang disebabkan aktifitas eksploitasi
berlebihan dan proses penangkapan ikan yang merusak, polusi, dan perubahan
iklim. Degradasi terjadi karena penurunan resistensi dan ketahanan ekosistem
terumbu karang (Keller et al. 2009; Benton dan Newell 2013; Heenan 2015). Faktor
penentu kestabilan ekosistem terumbu karang adalah pertumbuhan terumbu karang,
kondisi lingkungan, ikan karang, makroalga, dan komponen bentik. Pertumbuhan
terumbu karang membutuhkan kualitas perairan yang baik seperti salinitas, suhu
perairan, kedalaman, kecepatan arus, dan sedimentasi.
Terumbu karang rentan terhadap tekanan secara global yang menyebabkan
penyakit karang diantaranya perubahan iklim, buruknya kualitas air dan
penangkapan berlebihan. Penyakit karang mengakibatkan kematian karang,
perubahan signifikan struktur komunitas, keanekaragaman spesies dan organisme
penyusun ekosistem terumbu karang (Weil dan Hooten 2008).
2.4. Daya Dukung Kawasan
Daya dukung kawasan ekowisata secara ekologi merupakan ukuran atau
batas (threshold) kemampuan suatu ekosistem menerima tekanan atau menahan
kerusakan/gangguan. Daya dukung suatu ekosistem juga dapat diartikan sebagai
tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan
tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan yang permanen.
Pengukuran daya dukung ekosistem didasarkan pada pemikiran bahwa ekosistem
memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme
(Busby et al. 1996).
2.5. Stakeholders dalam Pengelolaan Ekowisata
Pengembangan dan pengelolaan sebuah ekowisata tidak lepas dari peran
stakeholder di dalamnya. Stakeholders mempengaruhi berbagai kondisi dan
ketetapan yang ada. Menurut Mahfud (2017), stakeholders adalah individu dan
kelompok yang mempunyai kepentingan dan terlibat dalam program pembangunan.
Apabila digolongkan berdasarkan perannya, stakeholders dibagi menjadi dua, yaitu
primer dan sekunder. Menurut Sulastri (2017), stakeholders primer yaitu yang
berperan penting dalam sebuah program pembangunan dan stakeholders sekunder
yang tidak berhubungan langsung namun mempunyai hak untuk bersuara dan
bersikap.
Menurut Business for Social Responsibility (BSR) dalam Fedora dan
Hudiyono (2019), terdapat cara untuk menganalisis stakeholders dan juga tingkatan
peran dari stakeholders tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a) Identifikasi (Identifying), yaitu membuat daftar pihak yang berkaitan
langsung dengan ekowisata.
b) Analisis (Analyzing), yaitu memahami relevansinya, memahami hubungan
timbal balik, dan memberikan prioritas berdasarkan kepentingan pada
stakeholders yang berhubungan dengan ekowisata.
c) Pemetaan (Mapping), yaitu perangkat visualisasi dan analisis yang berguna
untuk menentukan stakeholders mana yang paling berpengaruh bagi suatu
ekowisata.
d) Penentuan Prioritas (Prioritizing), yaitu melakukan pemeringkatan prioritas
berdasarkan tingkat kepentingannya.
Adapun dalam tahapan pemetaan digambarkan lebih jelas oleh Ackermann
dan Eden (2011) dalam penelitiannya, sebagai berikut:
a) Subjek (Subject), yaitu stakeholders dengan kepentingan tinggi namun
memiliki pengaruh rendah terhadap ekowisata.
b) Pemain Kunci (Key Player), yaitu stakeholders dengan kepentingan dan
pengaruh tinggi.
c) Pengikut lain (crowd), yaitu stakeholders dengan tingkat kepe`ntingan dan
pengaruh rendah.
d) Pendukung (context setter), yaitu stakeholders dengan tingkat kepentingan
rendah namun mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap suatu ekowisata.
Pada pengembangan ekowisata, Nugroho (2014) mengelompokkan
stakeholders yang berhubungan dengan ekowisata berserta dengan peran-peran di
dalamnya, sebagai berikut:
a) Pemerintah
1) Pemerintah sebagai fasilitator pengembangan ekowisata. Peran di sini
menekankan pemerintah sebagai pembuat kebijakan mampu memberikan
tugas dan wewenang secara tepat kepada stakeholders lainnya dan
melakukan evaluasi di setiap program yang terlaksana.
2) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Peran di sini mengarahkan
pemerintah untuk turut serta dalam menjamin pendidikan dan pelatihan
yang profesional kepada stakeholders lainnya.
b) Masyarakat
1) Berperan aktif dalam pengembangan ekowisata
2) Turut serta dalam pembuatan usaha di kawasan wisata untuk menjaga
kestabilan ekonomi pribadi maupun daerah.
c) Sektor swasta
1) Memberikan modal usaha untuk pengembangan ekowisata.
2) Menyediakan fasilitas wisata
3) Mengimplementasikan standar mutu pengembangan dan pengelolaan
ekowisata
d) Penduduk lokal
1) Subjek dan objek dalam pengembangan ekowisata.
2) Berpartisipatif dengan meningkatkan kualitas pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan program ekonomi ekowisata.
e) Media massa
1) Menjadi sumber informasi mengenai kebijakan pemerintah maupun
kegiatan ekowisata.
2) Menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat ekowisata.
f) Perencana dan peneliti
Menjadi sumber saran dan masukan mengenai ide, konsep, dan metode
pengembangan ekowisata.
g) Pengunjung atau wisatawan
Menjadi faktor penting dan pendorong utama dalam keberlanjutan kegiatan
ekowisata.
2.6. Pengelolaan Kolaboratif
Pengelolaan kolaboratif merupakan bentuk pengelolaan yang disepakati
oleh antar stakeholders dengan menggunakan sistem kemitraan di dalamnya
(Feyerabend et al. 2007). Hal ini berarti antar stakeholders tersebut sepakat untuk
memberikan berbagai informasi, peran, dan tanggung jawabnya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengelola. Pengelolaan kolaboratif ini bersifat win-
win solution (Wulandari 2011). Artinya adanya kolaborasi ini diharapkan dapat
mempermudah proses pengelolaan karena tujuan untuk mencari titik temu apabila
terjadinya konflik saat proses berlangsung. Adapun menurut Feyerabend (1996)
dalam Wulandari (2011) tahapan dalam melakukan pengelolaan kolaboratif adalah
melakukan persiapan kemitraan, mengembangkan kesepakatan yang dibuat, dan
mengeksekusi dan mengevaluasi kesepakatan yang sudah dibuat. Kunci terpenting
dalam pengelolaan kolaborasi adalah partisipasi. Menurut Anshari (2006), terdapat
tingkatan partisipasi menuju terwujudnya pengelolaan kolaboratif, mulai dari
tingkat non-partisipasi, kooperasi, kemitraan sampai kolaborasi. Adapun penjelasan
masing-masing tingkatan, sebagai berikut:
a. Non-partisipasi. Pada tingkat ini tidak terjadi partisipasi dari pihak lain. Hal
ini dikarenakan pemilik proyek melakukan kegiatan pengelolaan dari awal
sampai akhir secara mandiri. Pihak lain dapat dilibatkan sesuai kebutuhan
pemilik proyek dan kemungkinan hanya dijadikan sebagai sumber
informasi atau konsultan yang belum tentu didengar.
b. Ko-operasi. Pada tingkat ini pemilik proyek mulai menerima dan
menganalisis masukan dari pihak lain. Dari analisis tersebut, pemilik proyek
baru melaksanakan kegiatan pengelolaan.
c. Kemitraan. Pada tingkat ini adanya kerjasama yang dilakukan oleh pemilik
proyek dengan stakeholders terkait dalam menentukan agenda kegiatan.
Pada pelaksanaannya, pemilik proyek bertindak sebagai ketua pelaksana
dan bertanggung jawab atas hasilnya.
d. Kolaborasi. Pada tingkat ini proyek dirancang dan dibuat bersama. Dalam
hal ini, pemilik proyek dan stakeholders lainnya setara dalam proses
pengelolaan. Proses ini dilakukan dalam waktu yang terus menerus dan
adaptif terhadap situasi yang akan terjadi di masa depan. Untuk
mempercepat proses kolaborasi ini dibutuhkan fasilitator sebagai penasihat,
pengamat, namun tidak menentukan intervensi.
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2024. Lokasi
penelitian terletak di pantai Teluk Tamiang, Pulau Laut Tanjung Selayar, Kotabaru,
Kalimantan Selatan (Gambar 3). Penentuan lokasi penelitian berdasarkan
pertimbangan bahwa Teluk Tamiang merupakan pulau-pulau kecil yang memiliki
potensi sumberdaya pesisir dan laut seperti terumbu karang dan ikan karang, air laut
yang jernih serta hamparan pasir putih yang dapat dimanfaatkan masyarakat lokal
sebagai obyek wisata. Pengambilan data biofisik dilakukan pada 1 stasiun
pengamatan dengan luas obyek penelitian 120 meter panjang pantai dan lebar 50
meter dari garis pantai. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) dengan mempertimbangkan faktor fisik dan biologis
sumberdaya pesisir dan laut sebagai keterwakilan kawasan secara menyeluruh yang
sesuai untuk tujuan penelitian.

Gambar 3 Lokasi Penelitian


3.2. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan lapangan atau observasi.
Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara
langsung dilapangan melalui pengamatan terumbu karang (manta tow), pengukuran
parameter lingkungan, wawancara dengan pemerintah daerah, masyarakat/nelayan,
dan tokoh masyarakat. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari
instansi terkait sesuai dengan penelitian ini.

3.2.1. Data Primer


Data utama yang akan dikumpulkan berasal dari survei pengamatan
terumbu karang (manta tow), pengambilan data observasi lapang dan wawancara.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada informan kunci yaitu
Masyarakat/Nelayan Teluk Tamiang (25 orang), penyuluh Kelautan dan Perikanan
Kotabaru (1 orang), staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kotabaru (1 orang), Dinas
Pariwista Pemuda dan olahraga Kotabaru (1 orang), dan tokoh masyarakat (2
orang). Kegiatan wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
mengenai pihak-pihak stakeholder yang dapat terlibat dalam pengelolaan pantai
Teluk Tamiang berbasis masyarakat.

3.2.2. Data Sekunder


Data sekunder yang diperlukan untuk penelitian ini berasal dari berbagai
sumber data yaitu Jurnal, Buku, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotabaru, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kotabaru, Dinas Periwisata Pemuda dan
Olahraga Kotabaru.

3.3. Metode Analisis Data


3.3.1. Persentase Tutupan Karang
Dari data hasil LIT tersebut bisa dihitung nilai presentase tutupan karang
hidup (hard coral maupun soft coral) untuk masing-masing kategori biota dan
substrat yang berada di bawah garis transek. Analisis presentase tutupan karang
hidup berdasarkan metode line intersect transect (LIT) (English et al. 1997).
Lᵢ
L = N × 100

Keterangan:
L = persentase tutupan
Li = total panjang life form
N = panjang transek
Dengan demikian, untuk menginterpretasi kondisi ekosistem terumbu
karang, dapat diketahui tingkat kerusakan berdasarkan persentase tutupan masing-
masing komunitas terumbu karang. Kriteria persentase tutupan komunitas karang
yang digunakan, berdasarkan Gomez dan Yap (1988) dalam Setyobudiandi, et al.
(2009) dengan kategori sebagai berikut:
a). 0.0 – 24.9% : buruk
b). 25.0 – 49.9% : sedang
c). 50.0 – 74.9% : bagus
d). 75.0 – 100.0% : memuaskan
3.3.1. Analisis Biota Karang
Analisis kelimpahan untuk masing-masing biota karang dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Odum (1994) sebagai berikut:

∑Xᵢ
X= × 100
n

Keteranngan:
X = kelimpahan ikan;
∑Xᵢ = jumlah ikan pada stasiun pengamatan ke-i
n = luas terumbu karang yang diamati (m2 )
3.3.2. Kecerahan Perairan
Setelah didapatkan nilai D1 dan D2 dalam satuan meter maka kecerahan
perairan dapat dihitung dengan persamaan:
D2
K= × 100
D1

Keterangan:
K = Kecerahan
D1 = Kedalaman Perairan saat keping secchi mulai tidak terlihat
D2 = Kedalaman Perairan saat keping secchi mulai terlihat
3.3.2. Kecepatan Arus
Kecepatan arus (V) perairan dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan umum (Sudarto 1993):
S
V = T × 100

Keterangan:
V = Kecepatan arus (cm/ detik)
S = Jarak yang ditempuh (cm)
T = Waktu tempuh (detik)
3.3.3. Analisis Kesesuaian Kawasan Wisata
Kesesuaian sumber daya untuk wisata perairan dihitung untuk setiap
kegiatan atau jenis wisata. Setiap jenis wisata memiliki parameter sumber daya
perairan dan lingkungan yang menjadi tolak ukur kesesuaian untuk dapat
dimanfaatkan pada jenis wisata tersebut. Setiap parameter sumber daya memiliki
tingkat kepentingan atrau tingkat daya tarik objek wisata yang berbeda terhadap
nilai wisata perairan. Selain itu, setiap parameter sumber daya tersebut diukur atau
dinilai status kondisinya di alam sesuai dengan tingkat penilaian atau skor sehingga
pemenuhan kesesuaian sumber daya untuk setiap jenis wisata perairan dapat
diketahui dengan memperhitungkan nilai bobot setiap parameter dengan skor atau
penilaian sumber daya sember daya tersebut (Yulianda 2019).
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesesuaian wisata
perairain adalah:
IKW = ∑𝑛𝑖=1(Bi × Si)
Keterangan:
n = Banyaknya parameter kesesuaian
Bi = Bobot parameter ke-i
Si = Skor parameter ke-i
Ketegori:
Sangat sesuai : IKW ≥ 2,5
Sesuai : 2,0≤ IKW <2,5
Tidak sesuai : 1≤ IKW <2,0
Sangat tidak sesuai : IKW <1
3.3.4. Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Snorkeling
Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling mempertimbangkan 7
parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian untuk wisata bahari
kategori kegiatan snorkeling, antara lain kecerahan perairan, tutupan komunitas
karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu
karang, dan lebar hamparan karang (Yulianda 2019). Untuk lebih jelasnya disajikan
pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Parameter kesesuaian sumber daya untuk wisata bahari kategori kegiatan
snorkeling
No Parameter Bobot Kategori Skor
1 Tutupan komunitas karang (%) 0,375 >75 3
>50-75 2
25-50 1
<25 0
2 Jenis life form 0,145 >12 3
<7-12 2
4-7 1
<4 0
3 Jenis ikan karang 0,140 >50 3
30-50 2
10-<30 1
<10 0
4 Kecerahan perairan (%) 0,100 100 3
80-<100 2
20-<80 1
<20 0
5 Kedalaman terumbu karang (m) 0,100 1-3 3
>3-6 2
>6-10 1
>10; <1 0
6 Kecepatan arus (cm/detik) 0,070 0-15 3
>15-30 2
>30-50 1
>50 0
7 Lebar hamparan datar karang (m) 0,070 >500 3
>100-500 2
20-100 1
<20 0
Sumber: Yulianda (2019)
Ketegori IKW :
IKW ≥ 2,5 : Sangat sesuai
2,0≤ IKW <2,5 : Sesuai
1≤ IKW <2,0 : Tidak sesuai
IKW <1 : Sangat tidak sesuai
3.3.5. Matriks Kesesuaian Wisata Rekreasi Pantai
Kesesuaian sumber daya pantai sangat disyaratkan untuk pengembangan
wisata pantai. Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10
parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian untuk wisata pantai
kategori rekreasi pantai, antara lain tipe pantai, lebar pantai, kedalaman perairan,
material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan,
pasang surut, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar
(Yulianda 2019). Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Parameter kesesuaian Sumber daya untuk wisata pantai kategori rekreasi
pantai
No Parameter Bobot Kategori Skor
1 Tipe pantai 0,200 Pasir putih 3
Pasir purih campur pecahan karang 2
Pasir hitam, sedikit terjal 1
Lumpur,berbatu, terjal 0
2 Lebar pantai 0,200 >15 3
(m) 10-15 2
3-<10 1
<3 0
3 Material dasar 0,170 Pasir 3
perairan Karang berpasir 2
Pasir berlumpur 1
Lumpur, lumpur berpasir 0
4 Kedalaman 0,125 0-3 3
perairan (m) >3-6 2
>6-10 1
>10 0
5 Kecerahan 0,125 >80 3
perairan (%) >50-80 2
20-50 1
<20 0
6 Kecepatan arus 0,080 0-17 3
(cm/detik) 17-34 2
34-51 1
>51 0
7 Kemiringan 0,080 <10 3
pantai (◦) 10-25 2
>25-45 1
>45 0
8 Penutupan 0,010 Kelapa, lahan terbuka 3
lahan pantai Semak, belukar, rendah, savana 2
Belukar tinggi 1
Hutan bakau, pemukiman, pelabuhan 0
9 Biota 0,005 Tidak ada 3
berbahaya Bulu babi 2
Bulu babi, ikan pari 1
Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 0
10 Ketersedian air 0,005 <0,5 3
tawar (km) >0,5-1 2
>1-2 1
>2 0
Sumber: Yulianda (2019)
Ketegori IKW :
IKW ≥ 2,5 : Sangat sesuai
2,0≤ IKW <2,5 : Sesuai
1≤ IKW <2,0 : Tidak sesuai
IKW <1 : Sangat tidak sesuai
Analisis kesusaian wisata sangat penting untuk dilakukan dalam
perencanaan pengelolaan sebagai kawasan wisata bahari maupun wisata pantai.
Dalam penilaiannya, dibatasi hanya untuk kesesuaian wisata bahari kategori
kegiatan snorkling dan wisata pantai kategori rekreasi pantai. Berdasarkan
parameter-parameter tersebut di atas, kemudian di-overlay dengan menggunakan
ArcGIS, sehingga menghasilkan kesesuaian wilayah untuk wisata bahari kategori
kegiatan snorkling dan wisata pantai kategori rekreasi pantai. Analisis ini sangat
diperlukan dalam perencanaan pengeloaan ekowisata yaitu untuk melakukan
pengendalian, memperkirakan dampak lingkungan dan pembatasan pengelolaan
kawasan wisata sehingga memiliki tujuan wisata yang selaras.
3.3.6. Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK)
DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat
ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia (Yulianda 2019). Perhitungan DDK dalam
bentuk rumus:
𝐿𝑝 𝑊𝑡
DDK = k × 𝐿𝑡 × 𝑊𝑝

Keterangan :
DDK : Daya dukung kawasan wisata (orang/hari)
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area atau panjang area yang dapat di manfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
Potensi ekologis pengunjung dihitung berdasarkan area yang digunakan
untuk beraktivitas dan alam masih mentolerir kehadiran pengunjung. Potensi
ekologis juga ditentukan berdasarkan persyaratan jumlah orang per aktivitas. Nilai
maksimum (K) per satuan unit area (Lt) untuk setiap kategori wisata bahari serta
waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata seperti disajikan pada Tabel 3
dan 4.
Tabel 3 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)
Jenis kegiatan Ʃ Unit Area Keterangan
Pengunjung (Lt)
(orang)
Snorkeling 1 500 m² Setiap 1 orang dalam 100m x 5m
Rekreasi pantai 1 25 m 1 orang setiap 25 m panjang pantai
Sumber: Yulianda (2019)
Tabel 4 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam) Total waktu 1 hari Wt-(jam)
Snorkeling 3 6
Rekreasi pantai 3 6
Sumber: Yulianda (2019)
DAFTAR PUSTAKA

Ackermann F dan Eden C. 2011. Strategic manajement of stakeholders: theory and


practice. Long Range Planning. [diakses 2024 Maret 17]; 44(3): 179-196.
DOI: doi.org/10.1016/j.lrp.2010.08.001
Anderson, D. T. (1999). Invertebate Zoology. New York: Oxford University Press.
Anshari GZ. 2006. Dapatkah Pengelolaan Kolaboratif Menyelamatkan Taman
Nasional Danau Sentarum?. Bogor. Center for International Forestry
Research.
Bengen DG, Retraubun SW Alex, Saad S. 2012. Menguak Realitas dan Urgensi
Pengelolaan Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Bogor (ID): Pusat
Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L).
Benton MJ, Newell AJ. 2013. Impacts of global warming on Permo-Triassic
terrestrial ecosystems. Gondwana Research. GR-00969, 30 pp. doi.org/
10.1016/j.gr.2012.12.010.
Dahuri, Jakub Rais, Sapta Putra Ginting, Sitepu M.J. (2001). Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan kedua, Jakarta:
PT. Pradnya Paramita.
Dahuri R. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Bahari. [internet] [diunduh
pada tanggal 17 Maret 2024]; tersedia pada: https:// rokhmindahuri.
wordpress.com/ tag/ pariwisata-bahari/
English S, Wilkinson C, Baker V. 1997. Survey Manual for Tropical Marine
Resources. Ed ke 2. Townsville: AIMS. 390p.
Fedora SD, Hudiyono RF. 2019. Analisis pemangku kepentingan (stakeholders)
pada unit hubungan masyarakat (humas) dan kesekretariatan PT Semen
Padang. JABT. [diakses pada 2023 Jun 21]; 2(1): 1-9.
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol2/iss1/6.
Feyerabend GB, Farvar MT, Nguinguiri JC, Ndangang VA. 2007. Co-management
of Natural Resource: Organising, Negotiating, and Learning-by-Doing.
Heidelberg: Kasparek Verlag.
Gomez ED, Yap HT. 1988. Monitoring Reef Condition in Kenchington, R.A. and
B. E. T. Hudson (ed.): Coral Reef Management Hand Book. Jakarta (ID)
UNESCO Regional Office for Science and Technology for South East Asia
Gossling S. 1999. Ecotourism: a Means to Safeguard Biodiversity and Ecosystem
Functions. Ecological Economics. 12 (99) -9. 303-320.
Hakim, Abdurrahman, Abdul Samad, Bahruddin, Bambang Subiyakto, Ersis
Warmansyah Abbas, Noor Aneka Lindawati, Rahayu Suciati, Syaharuddin
Arafah, dan Syamsuwal Qomar. 2009. Sejarah Kotabaru. Bandung: Rekayasa
Sains.
Heenan A, Pomeroy R, Bell J, Munday PL, Cheung W, Logan C, Brainard R, Amri
AY, Aliño P, Armada N, David L, Guieb RR, Green S, Jompa J, Leonardo T,
Mamauag S, Parker B, Shackeroff J, Yasin Z. 2015. A climate-informed,
ecosystem approach to fisheries management. Marine Policy. 57:182-192.
doi.org/10.1016/j.marpol.2015.03.018.
Hoegh-Guldberg O and Bruno JF. 2010. The Impact of Climate Change on the
World‟s Marine Ecosystems. Science. 328: 1523. doi: 10.1126/science.
1189930.
Keller BD, Gleason DF, McLeod E, Woodley CM, Airame´ S, Causey BD,
Friedlander AM, Dunsmore RG, Johnson JE, Miller SL, Steneck RS. 2009.
Climate Change, Coral Reef Ecosystems, and Management Options for
Marine Protected Areas. Environmental Management. 44:1069-1088. doi:
10.1007/s00267-009-9346-0.
Mahfud MAZ, Haryono BS, Anggraeni NLV. 2017. Peran dan koordinasi
stakeholders dalam pengembangan kawasan Minapolitan di Kecamatan
Nglegok, Kabupaten Blitar. JAP. [diakses pada 2023 Jun 21]; 3(2): 2070-
2076. https://media.neliti.com/media/publications/83039-ID-peran-dan-
koordinasi-stakeholder-dalam-p.pdf.
Nontji A. 2009. Laut Nusantara. Jakarta (ID): Djambatan.
Nugroho I. 2015. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Odum E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan. Gadjahmada
University Press. Yogyakarta.
Satria, D. (2009). Strategi pengembangan ekowisata berbasis ekonomi lokal dalam
rangka program pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Malang.
Journal of Indonesian Applied Economics, 3 (1), 37-47.
Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusmana C, Hariyadi S, Damar A,
Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan
Kelautan, Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut.
Bogor (ID): Makaira FPIK IPB.
Spalding MD, Ravilious C, Green EP. 2001. World Atlas of Coral Reefs. Prepared
at the UNEP World Conservation Monitoring Centre. University of California
Press. Berkeley. USA. 421p.
Sudarto. 1993. Pembuatan Alat Pengukur Arus Secara Sederhana. Oseana. 18 (1):
35 – 44.
Sulastri. 2017. Peran stakeholder dalam pengelolaan objek wisata Kebun Raya
Massenrempulu Enrekang. [Skripsi]. Makassar: Universitas Muhammadiyah.
[TIES] The International Ecoturism Society. 2015. What is Ecotourism. [internet]
[diunduh 17 Maret 2024]; tersedia pada: https:// www. ecotourism. org /what
-is-ecotourism.
Tanaya, D. R., Rudiarto, I. (2014). Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis
Masyarakat di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik
PWK, 3(1), 71-81.
Tsaur SH, Lin YC, Lin JH. 2006. Evaluating ecotourism sustainability from the
integrated perspective of resource, community and tourism. Tourism
Managrment. 02 (2005): 006. 640-653.
Tuwo A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi,
Sosial-Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Surabaya: Brilian
Internasional.
Weil E, Hooten AJ. 2008. Underwater Cards for Assessing Coral Health on
Caribbean Reefs. The CRTR Program is a partnership between the Global
Environment Facility, the World Bank, The University of Queensland
(Australia), the United States National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA) and approximately 50 research institutes and other
third-parties around the world. 28 pp.
Whitten, A. J., M. Mustafa., G. S. Hendarson. (1987). Ekologi Sulawesi. Alih
Bahasa G. Tjitrosoepomo. Yogyakarta: Fakultas Biologi, Universitas Gadjah
Mada.
Wulandari. 2011. Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan
ekowisata berbasis masyarakat. [Skripsi]. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.
Yulianda F. 2019. Ekowisata Perairan Suatu Konsep Kesesuaian dan Daya Dukung
Wisata Bahari dan Wisata Air Tawar. Edisi 1. Bogor. PT Penerbit IPB Press.
Yulianda F, Fahrudin A, Hutabarat AA, Harteti S, Kusharjani, Kang HS. 2010.
Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu (Integrated Coastal and Marine
Management). Bogor (ID): Pusdiklat Kehutanan-Departemen Kehutanan Ri,
Secem–Korea International Cooperation Agency.
Zhang H, Lei SL. 2012. A Structural Model of Reaident’s Intention to Participate
in Ecotourism: The Case of a Wetland Community. Tourism Managrment. 09
(2011): 012. 916-925.
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
STRATEGI PENGELOLAAN KOLABORATIF PANTAI TELUK TAMIANG
SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT
(Studi Kasus: pantai Teluk Tamiang)
Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data dari responden dalam rangka penulisan tesis program
pascarjana yang dilakukan oleh:
Nama/NIM : Muhammad Saddam Husein/C2502222025
Prodi/Fakultas : S2 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan/ FPIK
Universitas : IPB University
Peneliti meminta kesediaan Anda meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam kuesioner ini secara jujur, jelas, dan benar. Informasi yang
diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
A. Identitas Responden
No Pertanyaan/Pilihan Jawaban
1 Nama Responden
2 Alamat a. RT/RW :
b. Desa/Kelurahan :
c. Kecamatan :
3 Lama Tinggal di Tahun
Lokasi
4 Jenis Kelamin [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
5 Usia Tahun
6 Kabupaten/ kota
lahir
7 Tingkat [ ] Tidak Sekolah [ ] Tamat SD [ ] Tamat SMP
Pendidikan sederajat [ ] Tamat SMA sederajat [ ] D3/D4 [ ]
Sarjana
8 Pekerjaan Utama
9 Pekerjaan
sampingan
10 Status [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [ ] Bercerai [ ]
Perkawinan Pasangan meninggal dunia
11 Etnis
12 Agama
13 Status dalam
keluarga
14 Kepemilikan [ ] Sewa [ ] Kos [ ] Milik pribadi [ ] Milik
Rumah orangtua
15 Rata-rata [ ] < 1.500.000 [ ] 1.500.000 – 4.500.000 [ ] >
penghasilan 4.500.000
bersih perbulan
16 Kepemilikan [ ] Motor [ ] Mobil 3.
Kendaraan

Isilah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan melingkari pilihan Anda secara


jujur. Semakin besar angka yang dipilih, semakin setuju dengan pernyataan di
bawah ini.
B. Potensi Kesiapan Masyarakat
B.1. Persepsi Masyarakat/Nelayan
No Pertanyaan Jawaban
1 Pantai Teluk Tamiang butuh dikelola 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dengan baik sehingga tidak terjadi
penurunan fungsi ekologi.
2 Pantai Teluk Tamiang butuh dikelola 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dengan baik sehingga tidak terjadi
kerusakan.
3 Pantai Teluk Tamiang mempunyai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
peluang untuk dikelola sebagai kawasan
ekowisata.
4 Aspek lingkungan perlu diperhatikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dalam pengelolaan ekowisata pantai
Teluk Tamiang.
5 Aspek ekonomi perlu diperhatikan dalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengelolaan ekowisata pantai Teluk
Tamiang.
6 Aspek sosial perlu diperhatikan dalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengelolaan ekowisata pantai Teluk
Tamiang.
7 Pengelolaan ekowisata pantai Teluk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tamiang butuh melibatkan masyarakat
setempat.
8 Pengelolaan ekowisata pantai Teluk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tamiang butuh kerjasama dengan
pemerintah.
9 Pengelolaan ekowisata pantai Teluk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tamiang butuh kerjasama dengan
pemilik modal.
10 Pengelolaan ekowisata pantai Teluk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tamiang butuh kerjasama dengan pihak
TVRI daerah.
11 Kelompok sadar wisata (POKDARWIS) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
bertugas sebagai pengelola utama
ekowisata pantai Teluk Tamiang
12 Adanya ekowisata pantai Teluk Tamiang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dapat meningkatkan tanggung jawab
masyarakat dalam menjaga kebersihan
pantai.
13 Adanya ekowisata pantai Teluk Tamiang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
membuka peluang lapangan kerja baru.
14 Ekowisata pantai Teluk Tamiang bisa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
menjadi tempat memperkenalkan budaya
yang ada.
15 Kegiatan ekowisata di kawasan pantai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Teluk Tamiang menguntungkan Anda.

Isilah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan tanda v pada kolom pilihan


jawaban Anda.
B2. Partisipasi Masyarakat/Nelayan
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Keterangan
1 Apakah anda bersedia untuk ikut
serta mengelola pantai Teluk
Tamiang sebagai kawasan
ekowisata?
2 Apakah anda bersedia untuk
memberikan masukan kepada
POKDARWIS?
3 Jika pantai Teluk Tamiang dikelola
sebagai ekowisata, apakah anda
bersedia untuk membuka usaha?
4 a. Jika bersedia membuat usaha,
apakah anda sudah mempunyai
modal?
b. Kalau sudah dalam bentuk apa
saja modal tersebut? Sebutkan!
5 Apakah anda bersedia untuk ikut
menjaga kelestarian pantai Teluk
Tamiang?
6 Jika pantai Teluk Tamiang dikelola
sebagai ekowisata, apakah anda
bersedia untuk mengajak
pengunjung menjaga kebersihan
pantai Teluk Tamiang?
7 Jika pantai Teluk Tamiang dikelola
sebagai ekowisata, apakah anda
bersedia untuk mempromosikan
pantai Teluk Tamiang sebagai
kawasan ekowisata?
8 a. Apakah terdapat kebudayaan
yang menjadi ciri khas daerah
Teluk Tamiang?
b. Jika ya, sebutkan 1 kebudayaan
tersebut?
9 Jika pantai Teluk Tamiang dikelola
sebagai ekowisata, apakah anda
bersedia untuk memperkenalkan
kebudayaan setempat tersebut?
10 Jika pantai Teluk Tamiang dikelola
sebagai ekowisata, apakah anda
bersedia untuk bergabung menjadi
bagian POKDARWIS?

Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan melingkari pilihan Anda secara


jujur dan boleh memilih lebih dari satu jawaban dalam satu pernyataan.
B3. Keinginan Masyarakat/Nelayan
No Pertanyaan Jawaban
1 Pelibatan seperti apa yang a. Dilibatkan dalam strukturisasi
diinginkan oleh anda dalam POKDARWIS.
pengelolaan pantai Teluk Tamiang? b. Diperbolehkan untuk membuka
usaha secara bagi hasil.
c. Dilibatkan dalam setiap
pengambilan keputusan.
2 Dukungan seperti apa yang a. Modal usaha.
diinginkan anda dari pemerintah? b. Sarana dan prasarana wisata.
c. Penyediaan lahan untuk
pengeloaan sampah di sekitar
pantai Teluk Tamiang.
3 Dukungan seperti apa yang a. Keaktifan dalam kegiatan
diinginkan dari anda untuk pegelolaan pantai Teluk
POKDARWIS setempat? Tamiang. Dilibatkan dalam
strukturisasi POKDRWIS.
b. Mengadakan forum diskusi.
c. Bekerjasama dengan
stakeholders yang terlibat di
kawasan pantai Teluk Tamiang.
4 Dukungan seperti apa yang a. Menyediakan tempat usaha
diinginkan oleh anda dari TVRI secara gratis.
daerah? b. Melibatkan masyarakat setempat
terkait parkir.
c. Membantu mempromosikan
pantai Teluk Tamiang dengan
menjadikan pantai Teluk
Tamiang sebagai ikon wisata di
Kalimantan Selatan.
5 Dukungan seperti apa yang a. Menyediakan lapak untuk usaha
diinginkan oleh anda dari pihak di sekitar pantai Teluk Tamiang.
swasta? b. Memberikan modal usaha
berupa uang.
c. Membantu mempromosikan
pantai Teluk Tamiang sebagai
kawasan ekowisata.
6 Apa harapan anda terkait a. Budaya setempat terlestarikan.
pengelolaan pantai Teluk Tamiang b. Pantai Teluk Tamiang terjaga
sebagai kawasan ekowisata berbasis kebersihan dan keindahannya.
masyarakat? c. Ekonomi masyarakat meningkat.

Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan melingkari 1/2/3 pilihan Anda


secara jujur. Semakin banyak yang dipilih menandakan semakin besar keinginan
anda dalam mengelola pantai Teluk Tamiang.
C. Peran Stakeholders
No Pertanyaan Jawaban
1. Pemerintah
1 Pemerintah pernah melakukan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengerukan pasir laut/material
sedimen lain berupa lumpur di
pantai Teluk Tamiang.
2 Pemerintah pernah membuat
papan pemberitahuan yang
menjelaskan pantai Teluk
Tamiang sebagai milik Negara.
3 Pemerintah pernah melakukan
kunjungan untuk melihat
keadaan pantai Teluk Tamiang.
4 Pemerintah pernah menyediakan
Speed Boat di pantai Teluk
Tamiang.
5 Terdapat lampu penerangan di
sekitar pantai Teluk Tamiang.
2. Swasta
1 Pernah ada yang menawarkan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
modal untuk Anda membuka
usaha di sekitar pantai Teluk
Tamiang.
2 Terdapat sekolah swasta di dekat
pantai Teluk Tamiang.
3 Terdapat pom bensin mini di
dekat pantai Teluk Tamiang.
4 Terdapat supermarket di dekat
pantai Teluk Tamiang.
5 Pernah ada berita tentang pantai
Teluk Tamiang di media sosial.
3. Lembaga Masyarakat
1 POKDARWIS pernah aktif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dalam mengelola pantai Teluk
Tamiang.
2 POKDARWIS pernah mengajak
ikut rapat tentang pantai Teluk
Tamiang.
3 POKDARWIS pernah membuat
struktur organisasi kepengurusan
pantai Teluk Tamiang.
4 POKDARWIS pernah
mengadakan kerja bakti
membersihkan pantai Teluk
Tamiang.
5 Pernah ada jet ski berbayar di
pantai Teluk Tamiang.
4. Masyarakat/Nelayan
1 Saya tidak penah membuang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sampah ke pantai Teluk
Tamiang.
2 Saya pernah ikut dalam struktur
organisasi POKDARWIS.
3 Saya pernah membuka usaha di
sekitar pantai Teluk Tamiang.
4 Saya pernah naik jet ski berbayar
di pantai Teluk Tamiang.
5 Saya pernah meliput keindahan
pantai Teluk Tamiang ke media
sosial saya.
Lampiran 3 Panduan Wawancara Mendalam Pemerintah Kotabaru (Staf Penyuluh
KP, DKP, DISPARPORA)
PANDUAN WAWANCARA MENDALAM
STRATEGI PENGELOLAAN PANTAI TELUK TAMIANG SEBAGAI
KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT
(Studi Kasus: Pantai Teluk Tamiang)
Hari, Tanggal
Lokasi Wawancara
Nama
Usia
Jabatan
Nomer HP
Alamat

Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan Anda apabila pantai Teluk Tamiang dijadikan
kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
2. Bagaimana kebijakan atau peraturan yang ada mengenai pengelolaan pantai
Teluk Tamiang sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
3. Menurut Anda, potensi apa saja yang ada pada pantai Teluk Tamiang yang
menjadikannya cocok untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata
berbasis masyarakat? (Potensi kesiapan SDA, masyarakat, dan
stakeholders)
4. Menurut Anda, apa keuntungannya apabila pantai Teluk Tamiang dijadikan
sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
5. Menurut Anda, apa dampak yang akan terjadi apabila pantai Teluk Tamiang
dijadikan sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
6. Dukungan seperti apa yang akan berikan untuk pengelolaan pantai Teluk
Tamiang sebagai kawasan ekowisata?
7. Kendala apa yang akan terjadi dalam pengelolaan pantai Teluk Tamiang
sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
8. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut sebagai pemerintah?
9. Bagaimana cara Anda melakukan kontrol dan evaluasi apabila pantai Teluk
Tamiang dijadikan kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
10. Apa yang diharapkan oleh Anda dari adanya pengelolaan pantai Teluk
Tamiang sebagai ekowisata berbasis masyarakat?
Lampiran 3 Panduan Wawancara Mendalam (Nelayan dan Tokoh Masyarakat)
PANDUAN WAWANCARA MENDALAM
STRATEGI PENGELOLAAN PANTAI TELUK TAMIANG SEBAGAI
KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT
(Studi Kasus: Pantai Teluk Tamiang)
Hari, Tanggal
Lokasi Wawancara
Nama
Usia
Jabatan
Nomer HP
Alamat

Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan Anda apabila pantai Teluk Tamiang dijadikan
kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
2. Menurut Anda, potensi apa saja yang ada pada pantai Teluk Tamiang yang
menjadikannya cocok untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata
berbasis masyarakat?
3. Menurut Anda, apa keuntungannya apabila pantai Teluk Tamiang dijadikan
sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
4. Menurut Anda, apa dampak yang akan terjadi apabila pantai Teluk Tamiang
dijadikan sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
5. Bagaimana rencana strategis dalam pengelolaan pantai Teluk Tamiang
sebagai kawasan ekowisata?
6. Bagaimana sejarah pengelolaan pantai Teluk Tamiang? (5W+1H)
7. Bagaimana cara mengajak dan meyakinkan masyarakat untuk turut serta
dalam pengelolaan pantai Teluk Tamiang sebagai kawasan ekowisata?
8. Kendala apa yang akan terjadi dalam pengelolaan pantai Teluk Tamiang
sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
9. Menyambung pertanyaan nomor 8, bagaimana kendala tersebut dapat
terselesaikan?
10. Menurut Anda, siapa saja aktor yang dapat dilibatkan dalam pengelolaan
pantai Teluk Tamiang sebagai ekowisata berbasis masyarakat? Dan
bagaimana memetakan peran-perannya?
11. Apa yang diharapkan oleh Anda dari adanya pengelolaan pantai Teluk
Tamiang sebagai ekowisata berbasis masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai