Anda di halaman 1dari 49

PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA BERBASIS

LINGKUNGAN DI KAMPUNG BLEKOK SITUBONDO

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Ahli Madya

Oleh

Nama : Zulfa Aulia


NIM : 18934010003
PRODI : Usaha Perjalan Wisata

AKADEMI PARIWISATA MAJAPAHIT


MOJOKERTO
2021
ABSTRAK

Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berbasis Lingkungan Di Kampung Blekok

Situbondo

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi daya tarik

wisata Kampung Blekok yang berbeda dari wisata lainnya di Situbondo dan

bagaimana pengelolaan untuk lingkungan di Kampung Blekok agar menjadi

wisata yang berkelanjutan.

Metodologi penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan cara

mengamati melihat dan mengalami serta partisipasi secara langsung terhadap

obyek yang diteliti atau secara obervasi alami. Di tambah dengan metode

pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan dalam rangka menjawab

permasalan menunjukkan bahwa Daya Tarik Wisata di Kampung Blekok adalah

Keragaman Hayati dengan Pengelolaan Berbasis Lingkungan yang dikelola untuk

menjaga habitat fauna dan flora di Kampung Blekok agar tidak rusak dan tetap

nyaman untuk dikunjungi.

Kata Kunci : Daya Tarik Wisata, Keragaman Hayati, Pengelolaan Berbasis

Lingkungan

1
Daftar Isi

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1.3 Batasan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah Umum

1.3.2 Pembatasan Masalah Khusus

1.3.3 Pembatasan Masalah Khusus

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian Umum

1.4.2 Tujuan Penelitian Khusus

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Teoritis

1.5.2 Manfaat Praktis

BAB II TEORI DAN METODE PENELITIAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Variabel Teori

2
2.1.2 Penelitian Terdahulu

2.1.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Jenis & Desain Penelitian

2.2.2 Teknik Cuplikan

2.2.3 Jenis dan Sumber Data

2.2.4 Teknik Pengumpulan Data

2.2.5 Variabel dan Definisi Konsep

2.2.6 Validitas Data

2.2.7 Teknik Analisa Data

2.3 Tempat dan Waktu Penelitian

2.3.1 Tempat Penelitian

2.3.2 Waktu Penelitian

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Gambaran Umum Obyek Peneltian

3.2 Deskripsi Hasil Temuan

3.2.1 Potensi Kampung Blekok

3
3.2.2 Bentuk Pengelolaan Berbasis Lingkungan di Kampung

Blekok

3.3 Pembahasan

3.3.1 Keanekaragaman Hayati di Kampung Blekok

3.3.2 Pengelolaan Kampung Blekok Berbasis Lingkungan

3.3.3 Atraksi Di Kampung Blekok

3.3.4 Paket Edukasi Kampung Blekok

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi alam yang

sangat besar, baik potensi bahari, potensi hutan/flora, potensi hewan/fauna,

potensi sejarah maupun potensi sosial kebudayaan yang dapat dijadikan

modal untuk pariwisata alam yang berbasis lingkungan. Perkembangan

pariwisata yang begitu pesat di berbagai negara telah mampu menjaga

keberlanjutan dan ketahanan perekonomian nasional, Untuk meningkatkan

citra pariwisata Indonesia, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan meningkatkan pengelolaan pariwisata yang berbasis

lingkungan. Hal ini akan meningkatkan kualitas lingkungan yang

dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata, selain itu juga untuk

menjaga kelestarian lingkungan sendiri.

Pengelolaan pariwisata yang berbasis lingkungan untuk dikelola

menjadi sumber devisa negara akan menarik investor untuk menanamkan

modalnya. Demi keberlangsungan pariwisata maka investor akan

mendirikan berbagai fasilitas, dengan kata lain untuk mencari keuntungan

dalam kegiatan pariwisata alam yang ada. Investor inilah yang perlu diatur

dalam kebijakan yang berupa perundang-undangan untuk mencegah

kerusakah lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata tersebut.

5
Kabupaten Situbondo yang terletak di daerah pasisir utara Pulau Jawa

ini merupakan kabupaten yang hijau dengan cuaca yang nyaman untuk

dikunjungi. Situbondo berbatasan langsung dengan Selat Madura di utara,

Selat Bali di timur, Kabupaten Probolinggo di barat dan Kabupaten

Bondowoso di selatan.

Kabupaten Situbondo memiliki wilayah pantai sepanjang 150km. Hal

ini memberikan mata pencaharian bagi penduduk Situbondo dalam hal

penangkapan ikan dan pengelolaan hasil laut. Tidak lupa juga dalam sektor

pariwisata pantai.

Di Situbondo kita akan banyak menemukan hutan mangrove, karna

tumbuhan ini memang berperan penting bagi perubahan garis pantai agar

terhindar dari abrasi, dan juga mengurangi kerasnya ombak. Hutan

mangrove juga merupakan habitat penting bagi ikan, udang, kepiting,

burung air, dan mamalia laut. Mangrove tercatat sebagai ekosistem

terproduktif fari ekosistem daratab manapun di dunia. Mangrove

merupakan awal dari rantai makanan di pesisir pantai.

Kesadaran masyarakat perlu untuk merawat hutan mengrove agar tetap

terjaga, maka dari itu akhirnya banyak hutan mangrove yang di jadikan

tempat wisata. Agar banyak masyarakat peduli untuk merawat mangrove

karna memiliki banyak manfaat. Tidak unutk lingkungan tetapi juga untuk

ekonomi.

Kabupaten Situbondo juga memiliki wisata mangrove yang dinobatkan

sebagai Wisata Alam Terbaik I (pertama) Provinsi Jatim Tahun 2019 yaitu

6
Wisata Kampung Blekok yang terletak di Dusun Pesisir, Desa Klatakan,

Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Jawa Timur.

Kampung Blekok merupakan kawasan ekowisata mangrove yang

menjadi habitat ribuan burung air terutama dari jenis Ardeidae

(blekok/kuntul) dengan berbagai spesiesnya, Maka dari itu dinamakan

Kampung Blekok. Di kawasan tersebut juga merupakan kawasan hutan

mangrove asli yang mempunyai beberapa jenis mangrove.

Bermula dari acara gotong-royong membersihkan area di sekitar

kampung, hingga terlihat adanya potensi yang bisa di kembangkan

menjadi wisata di tempat tersebut. Akhirnya tempat tersebut dikelola oleh

Dinas Lingkungan Hidup dengan persetujuan Bupati untuk mengelola

wilayah Kampung Blekok menjadi wilayah yang layak disebut tempat

wisata, patut dikunjungi dan di kenal oleh banyak orang.

Dengan adanya pengembangan wisata di Kampung Blekok yang

mempriotaskan keanekaragaman hayati yang berbeda dari hutan mangrove

lainnya yaitu menjadi habitat burung air berbagai jenis dan juga banyak

jenis mangrove yang tumbuh maka perlu adanya pengelolaan lingkungan

demi untuk berkembangnya wisata ini.

Maka penulis ingin mengetahui bagaimana pengelolaan lingkungan

yang ada di Kampung Blekok, dengan mengambil judul penelitian

“Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berbasis Lingkungan di Kampung

Blekok Situbondo”

7
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukanan diatas,

penelitian ini dirancang untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana potensi daya tarik wisata Kampung Blekok

1.2.2 Bagaimana bentuk pengelolaan pariwisata berbasis lingkungan di daya

tarik wisata Kampung Blekok ?

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah maka peniliti membatasi penilitian

ini sebagai berikut :

1.3.1 Menganalisis potensi daya tarik wisata yang ada di Kampung Blekok

1.3.2 Mengetahui sistem bagaimana pengelolaan Kampung Blekok

1.3.3 Mengetahui sistem pariwisata berbasis lingkungan di Kampung Blekok

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

1.4.1 Mengetahui potensi daya tarik wisata di Kampung Blekok

1.4.2 Memberi penerapan pengelolaan berbasis lingkungan yang tepat dan

benar

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dan kegunaan yang dapat diharapkan dari penelitian ini antara

lain adalah :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1) Ingin berbagi ilmu pengetahuan

8
2) Menambah kajian dan wawasan peneliti mengenai dunia pariwisata

dan pengelolaan berbasis lingkungan

3) Ingin memberikan informasi kepada peneliti lain yang meniliti di

bidang yang sama

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Peniliti

Secara akademik sebagai salah satu untuk mencapai Program Diploma

III pada Akademi Pariwisata Majapahit Surabaya.

2) Bagi Akademi Pariwisata Majapahit

Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber bacaaan bagi

mahasiswa program studi UPW pada khususnya.

3) Tempat Penelitian

Dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan pengelolaan

berbasis lingkungan.

4) Masyarakat

Menjadi bahan untuk dimanfaatkan menambah kelebihan dalam

menerapkan model ekowisata

9
BAB II

KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN

2.1Kajian Teori

2.1.1 Variabel Teori

2.1.1.1 Pengertian Pariwisata

Pada dasarnya pariwisata merupakan perjalanan dengan tujuan

untuk menghibur yang dilakukan diluar kegiatan sehari-hari guna

untuk memberikan keuntungan yang bersifat permanen ataupun

sementara. Tetapi apabila dilihat dari segi konteks pariwisata bertujuan

untuk menghibur dan mendidik.

Adapaun unsur pariwisata sebagai berikut :

1. Attractions (daya tarik wisata)

Jenis & ragam sesuatu yang menjadi daya tatik wisata (obyek

wisata)

2. Amenitis (fasilitas)

Tersedianya fasilitas yaitu penginapan, restoran, transport lokal

yang memungkinkan wisatawan bepergian, alat-alat komunikasi.

3. Aksesibilitas

Tersedianya transportasi ke lokasi, aman, dan nyaman.

4. Ancilarry

10
Merupakan produk wisata penunjang dan pelengkap yang

dibutuhkan oleh wisatawan misalkan airport handling, money

changer, asuransi, tour guide, travel document.

2.1.1.2 Pengertian Daya Tarik Wisata

- Menurut Yoeti dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2016, p.142)

menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu

daerah tertentu.

- Menurut Pedit dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2016, p.142)

menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

menarik dan mempunyai daya tarik wisata dapat di kelompokkan

menjadi dua kelompok yakni daya tarik wisata alam dan daya

tarik wisata buatan.

- Menurut I Gusti Bagus Rai Utama (2016, p.124) daya tarik wisata

adalah segala sesuatu disuatu tempat yang memiliki keunikan,

keindahan, kemudahan dan nilai yang berwujud keanekaragaman

kekayaan alam maupun manusia yang marik dan mempunyai nilai

untuk dikunjungi dan dilihat oleh wisatawan.

- Menurut Midelton daya tarik wisata terdiri dari :

1. Daya Tarik Wisata Alam

Yaitu meliputi pemandangan alam daratan, pemandangan alam

lautan, pantai, iklim dan ciri khas lainnya dari tempat tujuan

wisata

11
2. Daya Tarik Wisata Bangunan

Yang meliputi bangunan-bangunan dengan arsitektur modern,

bersejarah, monument, taman dan kebun.

3. Daya Tarik Wisata Budaya

Yang meliputi religi, teater, musik, tari-tairan dan pariwisata

khusus seperti festival dan drama bersejarah.

4. Daya Tarik Wisata Sosial

Seperti gaya hidup, bahasan penduduk di tempat tujuan wisata,

serta kegiatan sehari-hari.

2.1.1.3 Pengelolaan Pariwisata Berbasis Lingkungan

Pariwisata sebagai salah satu jenis industry yang mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan

lapangan kerja. Keberadaan pariwisata sebagai suatu industri juga

mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor lain,

seperti industri kecil dan industri kerajinan tangan di pedesaan,

pertumbuhan ini akan mengakibatkan bertambahnya kesempatan kerja

dan pendapatan masyarakat pedesaan.

Perkembangan pariwisata dapat memberikan manfaat yang cukup

besar, tetapi perkembangan tersebut juga mengandung resiko yang

tidak kecil. Manfaat yang diperoleh serta resiko yang mungkin timbul

tersebut harus dikelola dengan baik agar dapat diusahakan suatu

bentuk perencanaan pariwisata yang mampu memperoleh manfaat

12
sacara optimal tanpa harus mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan

hidup.

Pariwisata berkelanjutan dilandasi oleh upaya pemberdayaaan, baik

dalam arti sosial, ekonomi maupun budaya sehingga merupakan suatu

model pariwisata yang mampu merangsang tumbuhnya kualitas

sosiokultural dan ekonomi masyarakat serta menjamin kelestarian

lingkungan.

2.1.1.4 Pengertian Tentang Ekowisata

Menurut Word Conservation Union (WCU), Ekowisata adalah

perjalanan ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli,

dengan menghargai warisann budaya dan alamnya, mendukung upaya-

upaya konservasi, tidak mengasilkan dampat negatife, dan

memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi

penduduk lokal. Ekowisata berpijak pada tiga kaki sekaligus, yakn

wisata pedesaan, wisata alam, dan wisata budaya.

Ekowisata dimulai ketikka dirasakan adanya dampak negatife pada

kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatife ini bukan hanya

dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tetapi juga para

budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri.

Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya

lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat

dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan

ekonomi masyarakat setempat.

13
Kegiatan ekowisata di Indonesia di atur Peraturan Menteri Dalam

Negeri No.33 Tahun 2009.

Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari

kegiatan wisata alam biasa, tetapi memiliki nilai-nilai moral dan

tanggung jawab yang tinggi terhadap objek wisatanya :

1. Wisata pemandangan

- Objek alam ( pantai, air terju, terumbu karang)

- Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan)

- Fauna (hewan langka dan endemik)

- Perkebunan (teh,kopi)

2. Wisata petualang

- Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar)

- Ekstrem (mendaki gunug, paralayang)

- Berburu (babi hutan)

3. Wisata kebudayaan dan sejarah

- Suku terasing (orang rimba, orang kanekes)

- Kerajinan tangan (batik, ukiran)

- Peninggalan bersejarah (candi, abut bertulis, benteng kolonial)

4. Wisata penelitian

- Pendataan spesies (serangga, mamalia, dan seterusnya)

- Pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah)

- Konservasi (reboisasi, lokalisasi penemaran)

5. Wisata sosial, konservasi dan pendidikan

14
- Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata

(pembuatan saran komunikasi, kesehatan)

- Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembanganbiakan hewan

langka

- Pendidikan dan pembangan sumber daya masyarakat di dekat

objek ekowisata (pendidikan Bahasa asing, sikap)

2.1.1.5 Konsep Dasar Ekowisata

Menurut Yoeti yang dikutip oleh Cahyanto mengatakan bahwa

suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek

tersebut diminati pengunjung, yaitu :

1. Something to see, adalah wisata tersebut diharuskan mempunyai

sesuatu yang bisa dilihat atau daya tarik oleh pengunjung wisata.

Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik

khusus untuk dilihat yang mampu menyedot minat dari

wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Somethinf to do, adalah wisatawan yang berpariwisata bisa

melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan

senang dan bahagia yang bersumber dari fasilitas rekreasi baik

itu area bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas

dari tempat tesebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih

betah untuk berlama-lama disana.

15
3. Something to buy, adalah fasilitas unutk wisatawan berbelanja

biasanya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut,

sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

Menurut Form, yang dikutip oleh Danamik dan Weber, terdapat

tiga konsep dasar tentang ekowisata :

1. Perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak

menimbulkan kerusakan lingkungan. Kegiatan ekowisata

tidak mengorbankan flora dan fauna, tidak mengubah

topografi lahan dan lingkungan.

2. Prinsip wisata ini yaitu semua hal menyangkut akomodasi,

makanan yang ditawarkan, penggunaan jasa pemandu wisata

sebaiknya diserahkan kepada masyarakat sekitar.

3. Perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada

lingkungan lama dan budaya lokal. Wisatawan tidak

menuntut masyarakat lokal agar menciptakan pertunjukan

dan hiburan. Akan tetapi mendorong mereka agar diberi

peluang untuk menyaksikan upacara dan pertunjukan yang

sudah dimiliki masyarakat setempat.

2.1.1.6 Dampak Ekowisata

Ekowisata dapat membawa bermacam-macam dampak :

1. Yang pertama dampak umum. Dampak positif yang dapat

dirasakan dari kegiatan ekowisata dapat berupa peningkatan

penghasilan dan devisa negara, tersedianya kesempatan kerja

16
baru, berkembangnya usaha-usaha baru, meningkatnya

kesadaran masyarakat dan wisatawan tentang penitngnya

konservasi sumber daya alam, peningkatan partisipasi

masyarakat, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

Kemudian, manfaat lain dari kegiatan ekowisata juga dapat

berupa meningkatnya keuntungan langsung dan tidak langsung

dari para stakeholder, terbangunnya konstitusi untuk konservasi

secara lokal, nasional, dan internasional. Meningkatnya promosi

penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, serta

berkurangnya ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang

ada di obyek wisata.

2. Dampak sosial budaya ekowisata berupa perkembangan

ekonomi dapat berpengaruh terhadap struktur sosial dan aspek

budaya dari masyarakat lokal. Hal ini terjadi karena adanya

pertemuan budaya antara wisatawan dan masyarakat lokal yang

kemudian akan menghasilkan perkawinan budaya umum

dampak yang lebih parah yaitu terjadinya penjajahan budaya

apabila budaya pendatang lebih berpengaruh terhadap budaya

lokal.

3. Dampak terhadap lingkungan. Pengembangan ekowisata dapat

mendatangkan dampak positif berupa menigkatnya upaya

reservasi sumberdaya alam, pembangunan tanam nasional,

17
perlindungan pantai dan taman laut, serta mempertahankan

hutang mangrove.

Namun di sisi lain, pengelolaan kegiatan ekowisata yang kurang

tepat dapat menimbulkan dapak negatife berupa polusi,

kerusakan lingkungan fisik, pemanfaatan berlebihan,

pembangunan fasilitas tanpa memperhatikan kondisi

lingkungan, dan kerusakan hutan mangrove. Oleh karena itu

diperlukan perangkat kebijakan dalam menata kegiatan

ekowisata agar dapat memberikan efek positif yang besar, dan

terhindar dari dampak negatife.

2.1.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Nama, Tahun, dan Variabel Penelitian Metode Hasil Penelitian

Judul Penelitian Penelitian

Nur Ismawati, 2018, 1. Potensi Metode Bahwa jenis

Potensi dan Strategi 2. Strategi penelitian ini fauan yang ada

pengembangan pengembangan menggunakan di Mangrove

Ekowisata Mangrove Ekowisata metode park didominasi

Park Pekalongan deskriptif oleh burung lalu

Dengan Analisis dengan kepiting bakau,

Swot di Kelurahan pendekatan udang dogol dan

Kandang Panjang, kualitatif kerang dara

Kecamatan

Pekalongan Utara,

18
Kota Pekalongan,

Jawa Tengah

Joko Purnomo, 2018, 1. Pengelolaan Bahwa

Pengelolaan ekowisata masyarakat ikut

Ekowisata Hutan 2. Berbasis berpartisipasi

Pinus Berbasis masyarakat dalam

Masyarakat pengelolaan

Ekowisata hutan

pinus dan

merasakan

dampaknya
Metode
sendiri
penelitian

kualitatif

Tabel. 2.1

Penelitian yang memiliki kesamaan adalah sama-sama meneliti

mengenai ekowisata mangrove dan pengelolaan ekowisata.

2.1.3 Kerangka Pemikiran Teoritas

19
2.1 Metode Penelitian

2.2.1 Jenis dan Desain Penelitian

2.2.1.1 Jenis Penelitian

Model penelitian kualitatif deskriptif dengan cara mengamati

melihat dan mengalami serta partisipasi secara langsung terhadap

obyek yang diteliti atau secara observasi alami.

Jenis penelitian kualitatif adalah Observasi Alami yaitu dengan

cara observasi menyeluruh pada sebuah latas tertentu yang alamiah

secara keseluruhan dengan tujuan untuk mengamati dan memahami

perilaku orang atau sekelompok orang dalam situasi tertentu.

Observasi dapat menggunakan perekam gambar dan suara

tersembunyi.

2.2.1.2 Desain Penelitan

Kerangka/alur pikir sebagai berikut :

20
2.2.2 Teknik Cuplikan

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling

dan teknik snowball samping.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula – mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Sampel di peroleh dari wawancara responden, seperti ketua dan staf

Dinas Lingkungan Hidup, penduduk lokal, pengrajin dan penjual souvenir,

pemeliharaan blekok, petugas lapangan area mangrove (pokdarwis), dan

wisatawan.

2.2.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. “penelitian kualitatif

adalah sesuatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami sesuatu

fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan

proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan

fenomena yang diteliti.

21
a. Jenis Data Primer

Sumber data primer yang diperoleh sacara langsung dari sumber aslinya

yang berupa observasi dan wawancara atau interview.

b. Jenis Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan penulis dari

berbagai sumber yang telah ada.

c. Jenis Data Olahan

Data yang bersumber dari data primer dan sekunder yang telah diolah

oleh peniliti berdasarkan metodologi olah data secara kualitatif.

2.2.4 Teknik Pengelumpuan Data

Pada dasarnya penelitian adalah mengumpulkan data untuk memacahkan

permasalahan yang dihadapi.

Pengumpulan data diperolah dari :

a. Obervasi

Menurut Hariwijaya (2007: 74), observasi merupakan metode

mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses

ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam,

menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa

dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara

sistemastik kerjadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan

hal-hal lain yang diperlakukan dalam mendukung penelitian yang

sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum,

peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap

22
selanjutnya peneliti harus melakukan obervasi yang terfokus, yaitu

mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga

peneliti dapat menemukan pola perilaku dan hubungan yang terus

terjadi. Jika hal itu sudah dikemukakan, maka peneliti mendapatkan

data dari apa yang dilihat dari wawancara, Yang mengharuskan peneliti

untuk lebih cermat dalam menganalisa proses yang sedang terjadi di

lapangan tersebut.

Sasaran atau obyek obervasi adalah struktur organisasi marketing,

program kerja, kinerja staf, dan prodil pelanggan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

sendiri dari dua pihak, yaitu perwawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut.

c. Dokumen

Dokumen adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan

dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari percatatan

sumber informasi khusus dari karangan atau tulisan, buku dll.

2.2.5 Variabel dan Definisi Konsep

No Variabel Definisi Konsep

1 Pengelolaan Penerapan yang dilakukan pada destinasi wisata

yang bermodalkan Alam

2 Potensi Daya Tarik Potensi yang manjadikan Daya Tarik di destinasi

23
tersebut

3 Masyarakat Lokal Dampak yang di rasakan bagi masyarakat lokal

Tabel 2.2

2.2.6 Validitas Data

Data yang didapat dari hasil obervasi adalah valid karena data diambil

secara langsung, bertahap, melihat, dicatat kemudian didokumentasikan

dan dipergunakan sebagai bahan analisis.

Validitas data adalah membuktikan bahwa data-data yang diperoleh

adalah benar dan terkait dengan topik bahasan sehingga secara sah dapat

dilakukan tindakan penglolaan dan analisis data. Guna mendapatkan

tingkat validitas yang diharpakan, maka penulis dapat menggunakan

model “Trigulasi” yaitu memadukan dan mengkaitkan adanya korelasi

antar hasil oleh data dari model observasi, wawancara, dokumen atau

hasil dari penelitian lain.

2.2.7 Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan teknik kualitatif :

a. Merumuskan aspek yang diteliti dalam pertanyaan terbuka

mendalam baik untuk obervasi maupun wawancara.

b. Mencatat dan rekam hasil obervasi, wawancara dan dokumen

kedalam protokol kelompok catatan.

c. Merumuskan resume hasil setiap kelompok catatan.

d. Membuat kategori/jenis hasil catatan sesuai point rumusan

masalah.

24
e. Membentuk pola jawaban menurut setiap kategori.

f. Mengaitkan dengan konsep-konsep lain yang ada.

g. Merumuskan kontruksi model penelitian.

2.3 Tempat dan Waktu Penelitian

2.3.1 Tempat Penelitian

Kampung Blekok yang terletak di Dusun Pesisir, Desa Klatakan,

Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.

2.3.2 Waktu Penelitian

a. Penelitian dilaksanakan dalam waktu 6 bulan dimulai pada bulan ke 2

hingga bulan ke 8 Tahun 2021

b. Jadwal Proses Penelitian

No Aktivitasi Penelitian Bulan Bula Bulan Bulan Bulan Bulan

1 n2 3 4 5 6

1 Obervasi

2 Wawancara

3 Dokumen

4 Penafsiran

5 Editing Data

6 Narasi

7 Finalisasi

Tabel 2.3

25
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. 1 Hasil Penelitian

3.1.1 Gambaran Umum Obyek Penulisan

3.1.1.1 Tentang Ekowisata Kampung Blekok

Pertama pemuda di area di dusun pesisir timur, Desa Klatakan,

Kec. Kendit, Kab. Situbondo, mengadakan acara bersih-bersih area

mangrove. Hingga mereka berpikir bahwa area ini bisa menjadi tempat

wisata. Namun rencana tersebut di tentang oleh beberapa warga sekitar

karena lokasi tersebut dianggap tidak menjual dan kumuh dengan

sampah.

Pemuda setempat dan warga yang setuju untuk dijadikan tempat

wisata akhirnya bekerjasama dengan beberapa komunitas di Kab.

26
Situbondo, Melakukan Aksi Coastal Cleanup dan memberi nama lokasi

tersebut.

Atas kegigihan warga setempat yang dapat meyakinkan Bupati,

kemudian Pemkab melalui Dinas Lingkungan Hidup memberikan

fasilitas berupa 50 meter jembatan kayu atau disebut sebagai Jetty.

Seiring pembangunan kawasan ini berjalanan, masyarakat mulai

berbondong – bondongmengunjungi tempat ini karna memiliki konsep

wisata yang berbeda, yaitu mengelola kawasan mangrove menjadi

Ekowisata Kampung Blekok dengan keindahan Gunung dan Laut dalam

satu frame lokasi di tambah dengan adanya ribuan burung air yang

bersarang di dalam kawasan tersebut, selain itu lokasi ini merupakan

pusat kerajinan kayu dan kerang yang sudah mendunia. Pemkab pun

mulai serius memfasilitasi pembangunan wisata ini.

3.1.1.2 Lokasi Kampung Blekok

Kampung Blekok merupakan hutan mangrove yang menjadi

habitat burung air terutama dari jenis Ardiedae dengan luas kurang lebih

6,3 hektar. Secara administrasi Kampung Blekok berada di Dusun

Pesisir, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.

Kawasan ini berjarak kurang lebih 10km dari kota Situbondo yang

bertepatan di jalur pantura. Secara Geografis Kampung Blekok berada

pada koordinat 7042’50” LS dan 113055’20” BJ, dengan batas wilayah :

Sebelah Utara : Pantai Utara Situbondo

Sebelah Selatan : Pabrik Rumput Laut dan Pemukiman

27
Sebelah Barat : Pabrik Pupuk dan Pemukiman

Sebelah Timur : Sungai Pagedungan/Sungai Klatakan

Gambar 3.1

Gambar 3.2

3.1.1.3 Visi dan Misi Ekowisata Kampung Blekok


a. Visi
Terciptanya Ekowisata Kampung Blekok yang bermutu, damai,
alami, edukasi dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarkat
Situbondo khususnya, dan Bangsa Indonesia.
b. Misi
1. Menciptakan lapangan kerja melalui sektor pariwisata.

28
2. Menjaga kualitas ekosistem destinasi Ekowisata Pesisir Kampung
Blekok.
3. Mewujudkan sapta pesona wisata (Aman, Tertib, Sejuk, Indah,
Ramah, Tamah, Ketenagan) Kepada masyarakat dan pengunjung.
c. Kelembagaan POKDARWIS
Ketua : Kholid Maulana
Wakil Ketua : Muhammad Ilyas
Sekretaris : Ahmad Alkahfi
Bendahara : Dinda Amelia
- Koodinator
Kuliner : Nur Kholifah
Souvenir : Asum
Humas : Suraji
Ketertiban : Masseri
Keaamanan : Miswan
Kebersihan : Misrudi
Mangrove : Sukiman
Daur Ulang : Ali Murthada
Keindahan : Budiyanto

3. 2 Deskripsi Hasil Temuan


Berdasarkan rumusan masalah permasalah yang terdapat pada
penelitian ini, berikut merupakan deskripsi hasil temuan data yang di
peroleh melalui berbagai teknik pengumpulan data yakni wawancara,
dokumentasi, dan observasi yang telah dilakukan penulis, sebagai berikut :

3.2.1. Potensi Kampung Blekok


a. Burung Air
Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan wilayah penting bagi
jenis burung air, baik penetap maupun ruaya. Di sepanjang garis pantai

29
dan hamparan lumpur serta mangrove. Habitat burung-burung air
melengkapi ekosistem lahan basah di Indonesia.
Burung air dan lahan basah merupakan bagian yang tak terpisahkan.
Keberadaan, jumlah, dan tren populasi di habitatnya dapat
menunjukkan banyak hal mengenai kualitas lahan basah. Dalam
kehidupan sosial, burung-burung air pun memiliki fungsi penting
sebagai sumber pakan, rekreasi, dan jasa pariwisata. Burung-burung air
pun menjadi penghubung antara lahan basah dan masyarakat dari
berbagai latar budaya.
Burung air inilah yang membuat Kampung Blekok berbeda dari wisata
mangrove lainnya, dengan menjadi habitat bagi burung air yang
menambah keindahan saat mereka berterbangan di atas hutan mangrove
moment itulah yang sangat menjakan mata pengunjungan.
b. Mangrove
Mangrove menjadi salah satu ekowisata yang dapat dikembangkan
sebagai sara untuk melestarikan lingkungan. Karna tidak semua
tumbuhan bisa tumbuh di pesisir pantai, sedangkan Indonesia adalah
negara kepulauan yang hamper semua daerahnya memiliki pantai, agar
mencegah terjadinya abrasi. Maka, banyak hutan hutan mangrove yang
dibudidayakan karna memiliki manfaat mencegah terjadinya abrasi.
Mangrove juga mampu menahan gelombang tinggi, badai, dan pasang
sewaktu-waktu.
Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang
tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang
stabil.

3.2.2. Bentuk Pengelolaan Berbasis Lingkungan di Kampung Blekok


a. Pokdarwis

30
Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) adalah kelembagaan di tingkat
masyarakat yang anggotanya terdiri dari masyarakat di Kampung
Blekok yang memiliki rasa tanggung jawan kepedulian serta berperan
sebagai penggerak dalam mendukung perkembangan Ekowisata
Kampung Blekok dan mewujudkan sapta pesona dalam meningkatkan
pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan memanfaatkannya
bagi kesejahteraan masyrakat sekitar.
b. Operasi Pelayanan
Kampung Blekok Beroperasional setiap hari.
Jam terbaik untuk berkunjung menikmati ribuang burung air pulang
ke sarang pada Pukul : 16.00 – 17.45 WIB
Harga tiket masuk untuk
Anak : 3.500 dan untuk Dewasa : 5.500

c. Formasi Kampung Blekok

Gapura pintu masuk Kampung Blekok kemudian diberi identitas


untuk memberikan informasi keberadaan Kampung Blekok.

31
Area pemukiman penduduk sebagai pintu masuk menuju Ekowisata
Kampung Blekok kemudian area pemukiman direnovasi untuk
mempercantik kawasan dari Ekowisata Kampung Blekok

Area menuju kawasan Mangrove dimana dulu tanahnya becek


kemudian dibangun jalan paving dengan kanopi diatasnya.

Lokasi ini awalnya merupakan kandang sapi warga yang kemudian di


relokasi secara terpusat di area kandang sapi warga kemudian
dibangung menjadi taman bermain untuk anak-anak dan warga
disediakan warung untuk menambah penghasilan.

Tanah tidak terawat kemudian di bangun penangkaran blekok untuk


upaya konservasi di kawasan Kampung Blekok.

32
Kawasan jembatan mangrove kemudian difasilitasi papan interpletasi
untuk memberikan informasi kepada pengunjung tentang mangrove
dan burung air di Kampung Blekok.

Di kawasan mangrove dan sungai di bangun teras Blekok yang


merupakan pusat warung makanan di area kawasan mangrove.

Kawasan jembatan mangrove kemudian dibangun pagar media


lainnya untuk memberikan keamanan keselamatan bagi pengunjung.

33
3. 3 Pembahasan
3.3.1 Keanekaragaman Hayati di Kampung Blekok
Objek wisata yang cukup strategis untuk dikembangkan adalah
daya tarik wisata alam atau wisata berbasis lingkungan dengan
melakukan pengelolaan potensi sumberdaya alam untuk edukasi edologi.
Pelestarian keanekaragaman hayati dan bagaimana menciptakan
masyarakat wisata yang mempunyai hubungan harmonis dengan alam
sekitar.
Untuk menunjang dan mensukseskan wisata edukasi lingkungan,
maka perlu dilakukan kajian yang cukup baik untuk menggali potensi
sumber daya alam wisata alam yang akan dikembangkan. Kajian yang
pelu dilakukan adalah kajian potensi kekayaan keanekaragaman hayati
yang digali nantinya dapat memperkuat aspek edukasi dalam
pengembangan kawasan wisata. Sehingga objek wisata yang ditawarkan
akan memberikan nilai tambah bukan hanya memberikan asara rekreasi,
Namun juga memberikan paengtahuan yang lengkap mengenai objek
wisata alam yang dilindungi.
a. Mangrove
1.

2.

34
3.

4.

5.

35
6.

7.

8.

36
9. .

10.

11. .

37
b. Burung Air
1.

2.

3. .

38
4. .

5. .

6. .

39
7.

8. .

9. .

40
10.

11.

3.3.2 Pengelolaan Kampung Blekok Berbasis Lingkungan


a. Mangrove Center Kampung Blekok

41
Merupakan binaan dari dinas lingkungan hidup Kabupaten
Situbondo, untuk melestarikan mangrove dengan melakukan
pembibitan, penanaman dan perawatan mangrove.
Pembibitan mangrove dilakukan dengan menyemai biji/propagule
berbagai jenis mangrove, yaitu bibit Avicennia Alba, Avicennia
Marina, Rhizopora Apiculate, Rhizopora Slylosa, Brugueira
Gymnozora, Cerops Tagal, Paku Laut, Waru Laut, dll
Hal ini selain digunakan sebagai bibit untuk perlindungan kawasan
pesisir namun juga digunakan sebagai penambahan keanekaragaman
hayati mangrove di Kabupaten Situbondo.
Perawatan mangrove dilakukan secara berkala untuk
mempertahankan dan merawat mangrove yang telah ditanam agar
dapat bertumbuh kembang dengan baik.

b. Penangkaran dan Rescue Center Burung Air di Kampung Blekok


Ekowisata Kampung Blekok melakukan konservasi burung air
melalui kegiatan penangkaran burung air yang telah mendapatkan
izin dari BKSDA dengan nomer
SK 65/K.2/BIDTEK.7/KSA/8/2019
Selain itu, mereka juga melakukan Rescue burung air dimana
burung air yang jatuh atau terpisah dari induknya akan dirawat di
kandang yang telah disediakan, kemudian setelah sehat akan di
lepaskan kembali ke habitatnya.
3.3.3 Atraksi Di Kampung Blekok
1. Art Shop Kampung Blekok
Kampung Blekok merupakan kampung pengrajin, Kerajian Kayu
dan Kerang yang mereka kelola menjadi Souvenir. Tidak hanya di
perjual belikan kepada wisatawan di kampung blekok tapi mereka

42
juga memenuhi permintaan kota lainuntuk mengirimkan souvenir dari
hasil karya mereka. dengan itu ekonomi mereka pun mulai adanya
perkembangan.
2. Taman Blekok
Area ini merupakan pusat kawasan anak-anak. Kawasan ini di
lengkapi dengan sarana bermain, gazebo dan taman bunga. Kawasan
ini bisa digunakan sebagai tempat istirahat bagi penjungung.
3. Teras Kampung Blekok
Kawasan ini merupakan pusat kuliner di Kampung Blekok, dimana
disediakan berbagai jenis makanan dan minuman lokal. Area ini
merupakan Zerowaste Area, yang menerapkan pengurangan sampah
plastik dan mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless, dan
sampah lain yang di hasilkan dari kawasan ini telah di komposter dan
sampah anorganik di manfaat untuk kerajinan Hotbattle dan Ecobrick.
4. Coffe Shop
Area menikmati senja dikala sore hari, ini merupakan café mini
yang menyediakan minuman untuk menemani pengunjung yang ingin
menghabiskan sore ditemani pemandangan laut dan gunung yang
mempesona.
5. Mushollah
Sebagai tempat pengunjung untuk beribadah.
6. Toilet
Sebagai tempat umum untuk membuang air kecil/besar

3.3.4 Paket Edukasi Kampung Blekok


1.

43
2. \

3.

4.

44
5.

45
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

Ekowisata Kampung Blekok adalah kawasan hutan mangrove yang

memiliki 11 jenis mangrove, yang membuat berbeda dari hutan mangrove

lainnya adalah kawasan ini menjadi habitat bagi ribuan burung air yang

bermacam jenis dan jenis terbanyak adalah Blekok dan karna inilah

akhirnya diberi nama Kampung Blekok.

Karna perbedaan inilah Kampung Blekok memiliki Daya Tarik

Wisata keanekaragaman hayati dengan berbagai jenis Mangrove dan

Burung Air. Kawasan ini dikelola dengan bantuan Dinas Lingkungan

Hidup dibantu dengan Pokdarwis dan Masyarakat Kampung Blekok

berawal dari tempat kumuh akirnya menjadi Ekowisata yang layak dikenal

oleh banyak orang.

Ekowisata Kampung Blekok adalah obyek wisata alam mengingat

hal itu, maka perlu adanya dukungan menjaga kualitas lingkungan agar

tetap terjaga dan tidak merusak. Untuk mengantisipasi maka

pengembangan pariwisata harus dilandasi upaya permberdayaan yang

menjamin kelestarian lingkungan. Oleh karena ini diperlukan pengelolaan

46
pariwisata berbasis lingkungan meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi melalui pendekatan ekosistem. Dalam hal ini

maka dibangunlah Mangrove Center Kampung Blekok dan Penangkaran

untuk Rescue Burung Air. Dan juga penerapan pengurangan sampah

plastik. Dengan menerapkan Zerowaste Area. Dan jika ada penggunaan

plastic yang tidak bisa dihindari maka di masukkan ke Ecobrick.

4. 2 Saran

Berdasarkan uraian diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Mengajak masyarakat dan pengunjung untuk lebih mencintai hutan

mangrove, dengan memberikan pengetahuan manfaat dari hutan mangrove.

2. Melarang masyarakat untuk memburu burung air untuk dikonsumsi dan di

perjual belikan.

3. Memberi peraturan kepada pengunjung untuk tidak membawa makanan atau

minuman dari luar dengan bungkusan yang berbahan plastik.

4. Mengawasi secara ketat kepada pengunjung yang dengan sengaja mengotori,

mencoret, merusak fasilitas di area kampung blekok

47
Daftar Pusaka

Anonim. Undang Undang tentang kepariwisataan, UU No.10 Tahun 2009.

Yoeti, Oka A. Pemasaran Ilmu Pariwisata, Bandung:Angkasa, 1996.

Nur Ismawati. Potemsi Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Par

Pekalongan Dengan Analisis Swot Di Kelurahan Kandang Panjag,

Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Nurul Khotimah. Pengembangan Pariwisata Alam Berbasis Lingkungan.

Yogyakarta, 2008.

Dinas Lingkungan Hidup. Keanekragaman Hayati Kampung Blekok

Dinas Lingkungan Hidup. Harmoni Kehidupan Kampung Blekok.

48

Anda mungkin juga menyukai