Anda di halaman 1dari 17

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

BAB IV
POLA RUANG

4.1 Kawasan Lindung


Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Kawasan hutan lindung tidak terdapat di Kota Lhokseumawe. Kawasan lindung yang
terdapat pada Kota Lhokseumawe antara lain merupakan kawasan perlindungan
setempat, Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Rawan Bencana.

4.1.1 Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat yang berdapat di Kota Lhokseumawe dalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Secara keseluruhan, pola ruang kawasan
lindung tersebar terutama di bagian timur Kota Lhokseumawe. Kawasan lindung yang
terdapat pada Kota Lhokseumawe kebanyakan merupakan kawasan perlindungan
setempat yang berupa sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar
danau/waduk.

A. Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang garis pantai, yang mempunyai
manfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Perlindungan terhadap
sempadan pantai diperlukan untuk melindung laut/pantai dari kegiatan manusia yang
dapat merusak kualitas air pantai dan kondisi fisik pesisir pantai.
Kawasan yang ditetapkan sebagai sempadan pantai berada di daerah Meuraksa
Kecamatan Blang Mangat mengingat daerah ini mengalami dampak yang cukup besar
akibat bencana tsunami pada tahun 2004. Sempadan pantai ini ditetapkan selebar
minimal 100 (seratus) meter (sesuai dengan PP 26 tahun 2008 tentang RTRWN) dari titik
pasang tertinggi ke arah darat. Pemanfaatan kawasan sempadan pantai dapat dilakukan
sebagai Ruang Terbuka Hijau dengan penanaman tanaman mangrove (bakau) dan
kegiatan wisata sepanjang tidak mengganggu fungsinya. Namun dengan telah
berkembangnya kegiatan permukiman di kawasan sempadan pantai di Kota

Pola Ruang | IV - 1
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

Lhokseumawe, maka diperlukan penanganan khusus, yakni berupa penetapan sempadan


pantai sebesar 50 (lima puluh) meter dari batas air pasang tertinggi ke arah darat dan
pembatasan kegiatan/pengembangan lahan di kawasan tersebut, khususnya yang telah
berkembang saat ini. Luas kawasan sempadan pantai ini adalah 24,90 Ha.
Rencana pemanfaatan sempadan pantai yang terletak berjauhan atau di luar
kawasan permukiman meliputi:
a. Mempertahankan fungsi perlindungan setempat dengan tetap mempertahankan
vegetasi pantai atau vegetasi pesisir yang ada.
b. Melakukan penanaman vegetasi pantai atau vegetasi pesisir pada lokasi yang terbuka
atau tanpa vegetasi, atau yang menurun kualitas vegetasinya.
c. Dapat dibangun konstruksi khusus pemecah ombak atau penahan ombak pada lokasi
yang mengalami kerusakan atau potensial mengalami kerusakan disebabkan terpaan
ombak.
d. Dapat dikembangkan objek wisata atau rekreasi selama tidak mengganggu fungsi
perlindungan sempadan pantai.
e. Dapat dikembangkan pembangunan pelabuhan/dermaga untuk kepentingan
perikanan dan atau wisata setelah melalui prosedur teknis dan administrasi yang
dipersyaratkan.
Rencana pemanfaatan sempadan pantai di dalam atau sekitar kawasan permukiman
meliputi:
a. Mempertahankan fungsi perlindungan setempat sempadan pantai dan sekaligus
fungsi perlindungan tambahannya terhadap kawasan di belakangnya (terutama
permukiman dan budidaya yang terkait).
b. Membangun konstruksi khusus, seperti pemecah ombak atau penahan ombak,
dinding penahan (retaining wall), tanggul, dam, dan sebagainya pada lokasi yang
mengalami kerusakan atau potensial mengalami kerusakan.
c. Membangun jalan di tepi sempadan pantai sebelah darat, yang sekaligus dapat
dijadikan pembatas fisik antara permukiman dan kegiatan budidaya dengan
sempadan pantai, sekaligus dapat dijadikan akses lokal, yang didukung dengan jalan
tegak lurus ke daratan yang akan menjadi jalur penyelamatan (escape route) bila
terjadi bencana yang datang dari arah laut.
d. Mengeluarkan bangunan atau rumah / permukiman yang dapat mengganggu fungsi
kawasan, secara bertahap, dengan penerapan perangkat insentif dan disinsentif,

Pola Ruang | IV - 2
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

sedangkan bangunan permukiman yang sudah ada ditata menghadap ke badan


pantai (water front settlement).
e. Mengembangan kegiatan di tepi pantai terutama pada pantai berpasir, untuk
kegiatan wisata/rekreasi pantai, event khusus, dan sebagainya dengan seminimal
mungkin menggangu fungsi perlindungan sempadan pantai.
f. Memungkinan untuk pembangunan pelabuhan/dermaga dengan prosedur teknis dan
administrasi yang dipersyaratkan.

B. Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang garis sungai yang mempunyai
manfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsi ekologis sungai. Perlindungan
terhadap sempadan sungai diperlukan untuk melindung sungai dari kegiatan manusia
yang dapat merusak kualitas air pantai dan kondisi fisik sungai. Pemanfaatan pada
kawasan sempadan sungai ini dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsi
ekologis sungai.
Kawasan yang ditetapkan sebagai sempadan sungai berada di daerah sepanjang
Krueng Buloh, Kreung Cunda dan Krueng Alu Raya. Kawasan sempadan sungai (Krueng)
Buloh terdapat di sebelah selatan Kota Lhokseumawei hingga barat yaitu di Kecamatan
Blang Mangat, Muara Dua, dan Muara Satu yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Aceh Utara. Kawasan sempadan sungai (Krueng) Cunda terdapat di perbatasan antara
Kecamatan Banda Sakti dan Muara Dua. Sedangkan kawasan sempadan sungai (Krueng)
Alu Raya terdapat di Kecamatan Blang Mangat. Luas sempadan sungai ini adalah 109,79
Ha.
Ketentuan sempadan sungai di daerah sepanjang Krueng Buloh, Krueng Cunda dan
Krueng Alu Raya, adalah:
a. sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan lebar minimal 5 meter dari sebelah
luar sungai sepanjang tanggul;
b. sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan dengan lebar minimal 15 meter dari
sebelah luar sungai dan diperkirakan cukup untuk membangun jalan inspeksi;
Rencana pemanfaatan sempadan sungai di luar kawasan permukiman adalah:
a. Mempertahankan fungsi perlindungan setempat dengan penanaman vegetasi yang
mempunyai perakaran kuat, sehingga dapat mempertahankan dinding atau fisik
pinggir sungai. Vegetasi atau tanaman tersebut dapat merupakan tanaman yang
menghasilkan seperti tanaman keras atau holtikultura yang pengambilan hasilnya
tidak mengganggu fungsi perlindungan sempadan sungai tersebut.

Pola Ruang | IV - 3
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

b. Membangun konstruksi khusus pada lokasi yang mengalami kerusakan atau potensial
mengalami kerusakan.
c. Menjadikan sebagai kawasan wisata dengan tidak mengganggu fungsi perlindungan
setempat.
Rencana pemanfaatan sempadan sungai di dalam kawasan permukiman, adalah :
a. Mempertahankan fungsi perlindungan setempat, dengan mendahulukan prinsip fungsi
perlindungannya apabila kriteria penetapannya tidak dapat memenuhi.
b. Membangun jalan di tepi sungai/jalan inspeksi yang akan membatasi antara
permukiman dengan badan sungai, serta bangunan permukiman ditata menghadap ke
badan sungai (water front settlement).
c. Membangun konstruksi khusus pada lokasi yang mengalami kerusakan, seperti
pembangunan dinding penahan (retaining wall), tanggul, dan sebagainya.

C. Kawasan Sekitar Danau/Waduk


Kawasan sekitar danau/waduk bertujuan untuk melindungi keberlangsungan
danau/waduk dan keseimbangan lingkungan. Danau di Kota Lhokseumawe terletak di
Kecamatan Blang Mangat yaitu di Jeulikat, Seuneubok, Mane Kareung dan di Kecamatan
Banda Sakti yaitu di Blang Rayeuk sedangkan waduk terdapat di Kecamatan Banda Sakti
yaitu di Pusong. Kawasan sekitar danau/waduk ditetapkan dengan kriteria yaitu daratan
sepanjang danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk dengan jarak antara 50 (lima puluh) meter dari titik muka air tertinggi
dengan luas adalah 26,59 Ha. Pemanfaatan kawasan sekitar danau/waduk dapat
dilakukan untuk kegiatan Ruang Terbuka Hijau, wisata sepanjang tidak mengganggu
fungsi danau/waduk.
Rencana pemanfaatan kawasan sekitar danau, adalah:
a. Mempertahankan fungsi perlindungan setempat dengan penanaman vegetasi yang
mempunyai perakaran kuat, sehingga dapat mempertahankan dinding atau fisik
pinggir danau/waduk. Vegetasi atau tanaman tersebut dapat merupakan tanaman
yang menghasilkan seperti tanaman keras atau holtikultura yang pengambilan
hasilnya tidak mengganggu fungsi perlindungan sempadan danau/waduk tersebut.
b. Mempertahankan fungsi perlindungan setempat dengan mendahulukan prinsip fungsi
perlindungannya apabila kriteria penetapannya tidak dapat memenuhi.
c. Membangun jalan di tepi danau/waduk untuk inspeksi yang akan membatasi antara
kegiatan lain dengan badan danau/waduk;

Pola Ruang | IV - 4
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

d. Membangun konstruksi khusus pada lokasi yang mengalami kerusakan, seperti


pembangunan dinding penahan (retaining wall), tanggul, dan sebagainya.
e. Menjadikan sebagai kawasan wisata dengan tidak mengganggu fungsi perlindungan
setempat.

4.1.2 Ruang Terbuka Hijau


Penyediaan Ruang Terbukan Hijau (RTH) dilakukan secara terencana dan terpadu
dengan tujuan untuk melestarikan sumber daya air dan tanah, sumber oksigen atau
kesegaran (pengatur udara), dan lainnya. Pengelompokkan jalur hijau atau ruang terbuka
ini dapat difungsikan sebagai kawasan konservasi sarana olah raga dan taman (paru-
paru) kota yang ditempatkan pada setiap unit lingkungan seperti pusat kota, pusat
kecamatan, pusat mukim, dan pusat gampong. Luas RTH yang ditetapkan ini adalah RTH
publik, yaitu 3.671,21 Ha.
Rencana penyediaan Ruang Terbukan Hijau (RTH) meliputi:
1. Taman Kota dan Hutan Kota, terdiri dari:
a. Taman Kota, yaitu:
- Taman Rhiyadah, di Kecamatan Banda Sakti;
- Lapangan Hira, di Kecamatan Banda Sakti;
- Lapangan KP3, di Kecamatan Banda Sakti;
- Taman Pusong, di Kecamatan Banda Sakti;
b. Hutan Kota
Terletak menyebar di Kota Lhokseumawe.
2. Jalur Hijau Jalan, terdiri dari:
a. Median Jalan:
- Median Jalan Banda Aceh – Medan, di Kecamatan Muara Dua;
- Median Jalan Merdeka, di Kecamatan Banda Sakti;
- Median Jalan T. Hamzah Bendahara, di Kecamatan Banda Sakti;
- Median Jalan Islamic Sentre, di Kecamatan Banda Sakti;
b. Pulau Jalan, yaitu:
- Bundaran Jalan Merdeka Timur, di Kecamatan Muara Dua;
- Segitiga Jalan Merdeka Barat, di Kecamatan Muara Dua;
- Segitiga Selamat Datang, di Kecamatan Banda Sakti;
- Segitiga Smp. Kuta Blang - Jn. Kenari, di Kecamatan Banda Sakti;
3. Fungsi Tertentu, terdiri dari:
a. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi;

Pola Ruang | IV - 5
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

b. Jalur pipa gas;


c. Sempadan Rel Kereta Api;
d. Sempadan Sungai;
e. Sempadan Pantai;
f. Sekitar Waduk/danau;
g. Pemakaman, yaitu:
- Taman Makam Pahlawan, di Kecamatan Muara Satu;
- Pemakaman Umum, terletak menyebar di Kota Lhokseumawe.

4.1.3 Kawasan Rawan Bencana


Kawasan rawan bencana di Kota Lhokseumawe meliputi kawasan rawan bencana
gempa bumi, kawasan rawan bencana tsunami, kawasan rawan bencana banjir, kawasan
rawan abrasi dan gelombang pasang. Kawasan rawan bencana ini berada pada kawasan
lindung dan sebagian kawasan budidaya, sehingga diperlukan pengelolaan intensif
terutama yang berada pada kawasan budidaya. Dengan adanya resiko kerawasan
terhadap bencana pada kawasan budidaya ini tidak berarti bahwa pada kawasan tersebut
tidak dapat dibangun, akan tetapi pemanfaatannya harus disertai dengan upaya untuk
mengantisipasi/mengurangi kemungkinan terjadinya dampak bencana alam (mitigasi).
Kawasan rawan bencana gempabumi tersebar di seluruh wilayah di Kota
Lhokseumawe. Pemanfaatan kawasan budidaya yang berada pada kawasan rawan
bencana ini harus memperhatikan tingkat kekuatan gempa, terutama terhadap
ketangguhan struktur bangunan. Sebagai acuan dalam ketangguhan struktur bangunan
adalah dengan memperhatikan tingkat kekuatan gempa yang terjadi pada tahun 2004.
Selain itu kawasan yang rawan akan bencana abrasi, gelombang pasang, adalah
Pantai Ujong Blang, Rancung, Meuraksa. Sedangkan kawasan yang rawan akan bencana
banjir terdapat di Kecamatan Banda Sakti, meliputi Gampong Jawa, Gampong Jawa Lama,
Lancang Garam, dan Tumpok Teungoh. Pemanfaatan kawasan budidaya yang berada
pada kawasan rawan bencana ini juga harus memperhatikan potensi abrasi dan
gelombang pasang, serta potensi dan besaran banjir yang terjadi.

4.2 Kawasan Budi Daya


Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan.
Termasuk dalam kawasan budidaya ini di wilayah Kota Lhokseumawe adalah kawasan

Pola Ruang | IV - 6
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pertanian, perikanan, pariwisata, Ruang


Terbuka Non Hijau, dan peruntukan sektor informal.

4.2.1 Kawasan Permukiman


Kawasan permukiman di Kota Lhokseumawe terdapat pada masing-masing wilayah
kecamatan. Penyediaan kawasan permukiman terkait dengan jumlah penduduk.
Berdasarkan perhitungan proyeksi hingga tahun 2031, maka jumlah penduduk Kota
Lhokseumawe mencapai 194.109 jiwa. Dengan fungsi sebagai PKN (Pusat Kegiatan
Nasional), maka Kota Lhokseumawe perlu menyediakan kawasan permukiman untuk
mengantisipasi perkembangan jumlah penduduk. Luas kawasan permukiman di Kota
Lhokseumawe yang direncanakan adalah 4.743,39 Ha.
Arahan pemanfaatan kawasan permukiman di Kota Lhokseumawe, meliputi:
a. kawasan permukiman kepadatan tinggi dengan pengaturan KDB maksimal 70 %; KLB
maksimal 1,2 dan ketinggian bangunan maksimal 2 lantai;
b. kawasan permukiman kepadatan sedang dengan pengaturan KDB maksimal 60 %;
KLB maksimal 1,2 dan ketinggian bangunan maksimal 2 lantai
c. kawasan permukiman kepadatan rendah dengan pengaturan KDB maksimal 50 %;
KLB maksimal 1,2 dan ketinggian bangunan maksimal 2 lantai.
d. Orientasi bangunan di sekitar kawasan sepanjang pantai, sungai, danau diarahkan
menghadap ke pantai, sungai, danau;
e. Penyediaan sarana untuk kawasan permukiman disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat berdasarkan standar pelayanan minimum yang dilakukan secara
bertahap;
f. Penataan kawasan permukiman pada kawasan sepanjang pantai, sungai, dan jalur
SUTT, jalur pipa gas;

4.2.2 Kawasan Perdagangan dan Jasa


Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Lhokseumawe di golongkan menjadi dua
bentuk, yaitu memusat/sentral dan memanjang/linear. Kawasan perdagangan dan jasa
yang memusat ditandai oleh adanya pasar baik pasar tradisional maupun toko modern.
Sedangkan kawasan perdagangan dan jasa yang memanjang ditandai oleh adanya
pertokoan. Luas kawasan perdagangan dan jasa di Kota Lhokseumawe adalah 328,08 Ha.
Dalam pengembangan kawasan perdagangan dan jasa didasarkan pada fungsi
pelayanan Kota Lhokseumawe sebagai pusat pelayanan regional dan pelayanan kota.
Kawasan perdagangan regional dan kota diarahkan pada daerah Cunda dengan adanya

Pola Ruang | IV - 7
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

Toko Modern yang didukung oleh adanya jalan Arteri untuk memudahkan pencapaian dari
semua daerah. Selain itu untuk mengurangi aktifitas di Kecamatan Banda Sakti. Kawasan
perdagangan yang memiliki skala pelayanan kecamatan dilayani oleh pasar tradisional
dan pertokoan. Pada wilayah Kecamatan Banda Sakti dilayani oleh Pasar Inpres di Jalan
Listrik dan Pasar Kota di Kota. Pada wilayah Kecamatan Muara Satu dilayani oleh Pasar
Batuphat. Pada wilayah Kecamatan Muara Dua dilayani oleh Pasar Keudeu Cunda. Pada
wilayah Kecamatan Blang Mangat dilayani oleh Pasar Keudeu Penteut.
Selain kawasan perdagangan dan jasa yang bentuknya memusat/sentral,
dikembangkan pula kawasan perdagangan dan jasa yang bentuknya memanjang/linear.
Kawasan perdagangan dan jasa yang bentuknya memanjang berada di sepanjang jalan
Arteri Banda Aceh - Medan. Untuk pengembangan wilayah di sebelah selatan, maka
diletakan kawasan perdagangan dan jasa yang berupa pasar tradisional dan pusat
perbelanjan (grosir) pada jalur jalan Elak yang didukung oleh adanya rencana jalan Bebas
Hambatan (Highway) dan rel kereta api.

4.2.3 Kawasan Perkantoran


Kawasan perkantoran diperuntukan untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan
perkantoran swasta. Kawasan perkantoran pemerintahan ini terletak di Kecamatan Banda
Sakti yang merupakan pusat pemerintahan Kota Lhokseumawe. Saat ini kegiatan
perkantoran di Kecamatan Banda Sakti masih terdapat beberapa kegiatan perkantoran
pemerintahan Kabupaten Aceh Utara. Luas kawasan perkantoran diperuntukan untuk
kegiatan perkantoran ini adalah 19,45 Ha.

4.2.4 Kawasan Industri


Kawasan industri dikelompokan menjadi kawasan industri besar dan kawasan
industry menengah.

A. Kawasan Industri Besar


Kawasan peruntukan industri besar Kota Lhokseumawe adalah industri pengolahan
migas (LNG Arun). Kawasan ini terletak di Blang Lancang, Kecamatan Muara Satu.
Kawasan ini merupakan bagian dari Kawasan Industri Lhokseumawe (KIL) yang meliputi
wilayah Kota Lhokseumawe dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Utara. Kawasan
industri besar lain yang menjadi bagian dari Kawasan Industri Lhokseumawe (KIL) yang
terletak di Kabupaten Aceh Utara adalah industri PIM (Pupuk Iskandar Muda), AAF (Aceh
Asean Fertilizer), dan KKA (Kertas Kraft Aceh). Keberadaan KIL mendukung Kota

Pola Ruang | IV - 8
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

Lhokseumawe dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai PKN (Pusat Kegiatan
Nasional).
Kawasan Industri Lhokseumawe (KIL) yang berada Kota Lhokseumawe terdiri dari
kawasan industri pengolahan dan kawasan permukiman. Luas lahan industri besar
tersebut adalah 763,81 Ha. Luasan tersebut merupakan luasan instalasi pabrik, tidak
termasuk lahan permukiman industri besar dan fasilitas lainnya.

B. Kawasan Industri Menengah


Kawasan industri menengah diarahkan untuk pengembangan industri pengolahan.
Sektor pendukung industri pengolahan adalah hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
dan lain-lain. Pengembangan sektor industri menengah diharapkan dapat melengkap
sektor industri untuk menggerakan perekonomian Kota Lhokseumawe. Kawasan industri
menengah ini terdiri dari kawasan industri di Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat dan
kawasan industri di Blang Naleung Mameh, Batuphat Barat, Batuphat Timur. Luas
kawasan industri ini adalah seluas 187,53 Ha.

C. Kawasan Industri Kecil


Kawasan industri kecil letaknya menyisip pada kawasan lainnya. Kegiatan industri
yang cukup berkembang adalah kegiatan pembuatan border khas Aceh dan pembuatan
tikar. Industri bordir industri khas Aceh terletak di Batuphat, Kecamatan Muara Satu dan
di Blang Cut, Kecamatan Blang Mangat. Sedangkan industri tikar yang terletak di Jambo
Mesjid, Kecamatan Blang Mangat.

4.2.5 Kawasan Pariwisata


Obyek wisata yang diunggulkan di Kota Lhokseumawe adalah berjenis wisata bahari
atau pantai, ecotourism dan wisata kuliner. Luasan kawasan untuk kegiatan pariwisata ini
tidak dapat ditentukan luasannya dikarenakan kawasan ini berada pada peruntukan
kawasan lain.
Pengembangan pariwisata di Kota Lhokseumawe diarahkan untuk pemanfaatan
objek-objek wisata, meliputi:

a. Wisata Alam, terdiri dari:


- Pantai Ujong Blang, di Gampong Ujong Blang-Kecamatan Banda Sakti;
- Pulau Semadu, di Gampong Rencong-Kecamatan Muara Satu;
- Pantai Pulo Daruet, di Gampong Kandang-Kecamatan Muara Dua;
- Kawasan KP3, Kecamatan Banda Sakti;

Pola Ruang | IV - 9
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

- Sepanjang Pantai Pusong sampai dengan Ujong Blang;


- Kawasan Krueng Cunda, Kecamatan Banda Sakti dan Kecamatan Muara Dua;

b. Wisata Budaya, terdiri dari:


- Benteng (Kurok-rok) Tentara Jepang, di Gampong Ujong Blang-Kecamatan Banda
Sakti;
- Gua Jepang Cot panggoi, di Gampong Blang Panyang-Kecamatan Muara Satu;
- Meriam Belanda, di Gampong Kuta Blang-Kecamatan Banda Sakti;
- Tugu Perlawanan TKR, di Gampong Puekan Cunda-Kecamatan Muara Dua;
- Tugu Lokasi Syahid Tgk. Abdul Jalil Cot Plieng, di Gampong Buloh-Kecamatan
Blang Mangat;
- Tiang Gantungan Tgk. Chik Ditunong, di Gampung Jawa Lama-Kecamatan Banda
Sakti;
- Mon Tujuh, di Gampong Buket Rata-Kecamatan Blang Mangat;
- Makam Tgk. Dilhokseumawe, di di Gampung Banda Masen-Kecamatan Banda
Sakti;
- Makam Tgk. Chik Ditunong, di Gampung Mon Geudong-Kecamatan Banda Sakti;
- Makam Prajurit Tgk. Abdul Jalil Cot Plieng, di Gampong Buloh-Kecamatan Blang
Mangat;
- Makam Mualim Taufiq Shaleh, di Gampong Blang Weu Baroh-Kecamatan Blang
Mangat;
- Makam Putroe Neng, di Gampong Blang Pulo-Kecamatan Muara Satu;
- Makam Tgk. Syiah Hudam, di Gampong Blang Pulo-Kecamatan Muara Satu;
- Makam Tgk. Chik Dipaloh, di Gampong Cot Trieng-Kecamatan Muara Satu;
- Makam Tgk. Jrad Meuindram, di Gampong Cot Trieng-Kecamatan Muara Satu;
- Makam Tgk. Chik Buket Bruek Kreung, di Gampong Cot Trieng-Kecamatan Muara
Satu;
- Musium P. Ramli, di Gampong Paloh Pineng-Kecamatan Muara Dua;

c. Wisata Buatan, terdiri dari:


- Waduk (reservoir) yang terletak di Gampong Pusong, Kecamatan Banda Sakti.;
- Taman Riyadah, yang terletak di Kecamatan Banda Sakti; dan
- Taman Mangat Ceria, yang terletak di Kecamatan Blang Mangat. Comment [f1]: Sesuaikan dengan jenis2
wisata alam yg ada di Lhokseumawe
- Taman Pusong kecamatan BandaSakti;
- Sepanjang Kreung Cunda, yang terletak di Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan
Banda sakti

Pola Ruang | IV - 10
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

- KP3 kampung Dusun Kota Lhokseumawe Kecamatan Banda Sakti;


- Gedung Kesenian dan Meseum Rumah Aceh di Mon Geudong, Kecamatan Banda
Sakti;

4.2.6 Ruang Terbuka Non Hijau


Penyediaan ruang terbuka non hijau meliputi kawasan rekreasi/hiburan dan olah
raga terbangun. Kegiatan yang bersifat rekreasi/hiburan adalah Waterboom yang terletak
di Blang Mangat. Sedangkan kegiatan olah raga seperti stadion olah raga terdapat di Mon
Geudong, Kecamatan Banda Sakti dan gelanggang olah raga (indoor maupun outdoor)
terletak menyebar di Kecamatan Banda Sakti dan Kecamatan Muara Dua. Fasilitas
rekreasi/hiburan dan olah raga terbangun ini disediakan untuk skala pelayanan Kota
Lhokseumawe. Luas kawasan ruang terbuka non hijau ini letaknya menyebar dengan
luasan adalah 6,72 Ha.

4.2.7 Kawasan Ruang Evakuasi Bencana


Penyediaan ruang evakuasi bencana adalah ruang-ruang terbuka dapat
dimanfaatkan dan dapat diakses dengan mudah pada saat dan pasca terjadinya bencana.
Ruang yang dapat dijadikan sebagai ruang evakuasi bencana meliputi taman kota,
lapangan olah raga. Ruang yang dapat digunakan sebagai ruang evakuasi bencana
berupa taman kota adalah Lapangan Hira yang terletak di Kecamatan Banda Sakti.
Sedangkan ruang evakuasi bencana berupa lapangan olah raga terletak menyebar di Kota
Lhokseumawe. Luas kawasan ruang evakuasi bencana ini letaknya berhimpit dengan
kawasan lain dan tidak terdelineasi luasannya.

4.2.8 Kawasan Peruntukan Sektor Informal


Kawasan untuk kegiatan sektor informal diarahkan pada penataan kawasan yang
sebelumnya telah ada dan pengembangan lokasi lainnya. Penataan dilakukan para
pedagang pada umumnya menggunakan sebagian badan jalan untuk berjualan pada
malam hari. Selain itu untuk rencana pengembangan dilakukan dengan pemusatan
kegiatan sektor informal ini pada lokasi tertentu. Luasan kawasan untuk kegiatan sektor
informal ini tidak dapat ditentukan seluruhnya dikarenakan pada sebagian kawasan ini
berada pada peruntukan kawasan lainnya.
Kawasan peruntukan sektor informal di Kota Lhokseumawe adalah:
1. Sekitar Jalan Merdeka dekat KP3, Kecamatan Banda Sakti;
2. Lapangan KP3, Kecamatan Banda Sakti;

Pola Ruang | IV - 11
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

3. Sekitar Jalan Samudera Baru, Kecamatan Banda Sakti;


4. Sekitar Stadion Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti;
Rencana pemanfaatan kawasan peruntukan kegiatan sektor informal ini adalah :
a. penyediaan ruang khusus bagi pedagang sektor informal yang memenuhi kriteria
ketertiban, keamanan, dan kenyamanan baik bagi pedagang, maupun pengunjung;
b. penataan Jalan Merdeka dalam pengaturan sirkulasi pergerakan kendaraan dan
kebersihan lingkungan;
c. pengaturan waktu operasional pedagang kaki lima dengan model time sharing;
d. penyediaan tempat atau kios yang dirancang khusus agar memenuhi kriteria
ketertiban, keamanan, dan kenyamanan baik bagi pedagang, maupun pengunjung;
e. penyediaan kawasan ini disinerjiskan dengan pengembangan kegiatan pariwisata.
f. mengintegrasikan pedagang sektor informal dengan rencana pengembangan
perdagangan dan jasa formal;
g. mewajibkan kepada pengelola pusat perbelanjaan skala besar yang luas lantai
bangunannya lebih besar dari lima ribu meter persegi (tidak termasuk parkir) untuk
menyediakan sepuluh persen dari luas lantai bangunan untuk kegiatan usaha skala
kecil dan informal;
h. memberikan insentif kepada kegiatan perdagangan dan jasa yang dikelola swasta
yang menyediakan ruang untuk usaha kecil atau informal;

4.2.9 Kawasan Lain


A. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan budidaya pertanian dikelompokan pada peruntukan kawasan pertanian
lahan basah (padi sawah) dan pertanian lahan kering.

1. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan


Penyediaan untuk kawasan pertanian tanaman pangan (sawah) di Kota
Lhokseumawe sampai pada akhir tahun perencaan masih memungkinkan. Kondisi
masyarakat sebagian masih bermatapencaharian di sektor pertanian. Kawasan pertanian
lahan basah (sawah) di Kota Lhokseumawe terletak di Kecamatan Muara Satu, Kecamatan
Muara Dua, dan Kecamatan Blang Mangat. Luas kawasan pertanian lahan basah (sawah)
ini adalah 1.621,75 Ha.
Rencana pemanfaatan kawasan pertanian lahan basah (sawah) ini adalah :
 Menjadikan pertanian lahan basah (sawah) di Kecamatan Blang Mangat sebagai lahan
pangan kota;

Pola Ruang | IV - 12
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

 Pengembangan prasarana dan sarana irigasi pertanian lahan basah (sawah);


 Kegiatan budidaya lain dapat dikembangkan pada kawasan ini yaitu pertanian lahan
kering, perikanan air tawar, peternakan, pariwisata.

B. Kawasan Peruntukan Perikanan


1. Kawasan Perikanan Tangkap
Pemanfaatan ruang untuk kawasan perikanan tangkap di Kota Lhokseumawe dapat
dilakukan di perairan laut yang berada pada:

 Jalur penangkapan ikan IA, meliputi perairan pantai sampai dengan 2 (dua) mil laut
yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah;
 Jalur penangkapan ikan IB, meliputi perairan pantai di luar 2 (dua) mil laut sampai
dengan 4 (empat) mil laut;
 Wilayah Panglima Laot Lhok yang tersebar di Kota Lhokseumawe.
Kegiatan perikanan tangkap ini dilakukan dengan peralatan yang tidak
membahayakan kelestarian lingkungan dan kelestarian sumberdaya perikanan.
Penggunaan pukat harimau, bahan beracun berbahaya (B3), alat tangkap berarus listrik,
dan bahan peledak atau kegiatan lain yang membahayakan tidak diperbolehkan.

2. Kawasan Budidaya Perikanan


Pemanfaatan ruang untuk kawasan budi daya perikanan terdiri perikanan budidaya
air payau. Kegiatan perikanan budi daya air payau dilakukan dengan menggunakan
keramba jaring apung (KJA) pada daerah aliran Krueng Cunda, Kecamatan Banda Sakti
dan Kecamatan Muara Dua. Selain itu kegiatan ini dilakukan pada tambak yang lokasinya
tersebar di wilayah pesisir Kota Lhokseumawe. Luas kawasan budi daya perikanan tambak
ini adalah 1.550,58 Ha. Pemanfaatan kawasan budidaya perikanan yang merupakan
sarana dan prasarana adalah Balai Benih Ikan (BBI) yang terletak di Jambo Timu,
Kecamatan Blang Mangat. Pemanfaatan kawasan untuk budi daya tambak ini diarahkan
dalam rangka merangsang, memacu dan menghidupkan pertumbuhan perekonomian di
sektor perikanan.

3. Kawasan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan


Rencana kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan adalah
pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dengan sarana dan prasarana
pendukung perikanan seperti Cold Storage dan derrmaga sandar, docking kapal, dan
pengalengan. Pelabuhan Pendaratan Ikan ini dikembangkan di Pusong, Kecamatan Banda

Pola Ruang | IV - 13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

Sakti. Selain itu terdapat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang dilengkapi dengan dermaga
tambat yang terletak di Meuraksa (Kecamatan Blang Mangat), di Ujong Blang (Kecamatan
Banda Sakti), dan di Pusong Baru (Kecamatan Muara Satu). Luas kawasan ini adalah 2,77
Ha.

C. Kawasan Peruntukan Kebun


Kawasan kebun terletak menyebar di Kecamatan Muara Satu, Muara Dua, dan Blang
Mangat. Kawasan ini banyak ”terselip” pada kawasan permukiman atau sebagai ”halaman
belakang” dari permukiman. Pada kawasan ini digunakan juga sebagai tempat
pemeliharaan ternak. Luas kawasan kebun campuran ini adalah 1995,60 Ha.
Rencana pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering ini adalah :
 Pengembangan variasi tanaman yang unggul dan beragam.
 Kegiatan budidaya lain dapat dikembangkan pada kawasan ini yaitu industri kecil,
peternakan, pariwisata.

D. Kawasan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan pertahanan dan keamanan yang terdapat di Kota Lhokseumawe
merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kepentingan pertahanan dan keamanan
negara baik TNI Angkatan Darat, Udara, Laut dan Kepolisian. Luas kawasan militer ini
adalah 33,85 Ha.
Kawasan pertahanan dan keamanan, terdiri dari:
a. Markas Korem 001/ Lilawangsa, di Kecamatan Banda Sakti;
b. Markas Kodim 0103/ Aceh Utara, di Kecamatan Banda Sakti;
c. Koramil 0103-01, di Kecamatan Muara Satu;
d. Koramil 0103-01, di Kecamatan Banda Sakti;
e. Denpom-1, Denzibang, Kihubrem, Denpal, Ajenrem, Denbekang, Denkesyah, di
Kecamatan Banda Sakti;
f. Kompi Serbu Yonkav-11, Kawasan Radar, di Kecamatan Muara Dua;
g. Pangkalan TNI AU, di Kecamatan Blang Mangat;
h. Satrad 231, di Kecamatan Blang Mangat;
i. Polres, di Kecamatan Muara Dua.

E. Waduk/Situ/Embung
Waduk/situ/embung yang ada di Kota Lhokseumawe merupakan kawasan reservoir
yang digunakan sebagai pengendali banjir. Tersebar di daerah Mon Geudong, Kecamatan

Pola Ruang | IV - 14
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

Banda Sakti dan Jeulikat, Seuneubok, Mane Kareung diKecamatan Blang Mangat. Luas
total adalah 74,23 Ha.

F. Sungai
Sungai yang didelineasikan adalah Krueng Cunda. Sungai ini yang memisahkan
Kecamatan Banda Sakti dan Kecamatan Muara Dua. Luas sungai ini adalah 80,43 Ha.

G. Wilayah Laut Kewenangan


Wilayah laut kewenangan di Kota Lhokseumawe adalah wilayah laut yang menjadi
kewenangan pemerintah Kota Lhokseumawe yang dihitung sampai 4 mil laut dari batas
pantai kearah laut. Pemanfaatan wilayah laut kewenangan ini masih terbatas pada bentuk
pemanfaatan penangkapan ikan oleh para nelayan di pesisir, dan sebagai alur pelayaran
pelabuhan laut. Pemanfaatan pada wilayah laut kewenangan ini adalah perikanan tangkap
wisata bahari, dan lain-lainnya.

Pola Ruang | IV - 15
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

Tabel IV.1
Pola Ruang Kota Lhokseumawe
Tahun 2011-2031

No Peruntukan Luas (Ha) No Peruntukan Luas (Ha)


Kawasan Lindung Kawasan Budi Daya
1. Perlindungan Setempat 1. Perumahan 4.743,39
a. Sempadan Pantai 24,90 2. Perdagangan dan Jasa 328,08
b. Sempadan Sungai 109,79 3. Perkantoran 19,45
c. Kawasan Sekitar Danau/Waduk 26,59 5. Industri
2. RTH 3.693,60 a. Industri Besar 915,25
Jumlah 3.854,88 b. Industri Menengah 427,73
6. RTNH 6,72
7. Kawasan Lain
a. Pertanian
- Tanaman Pangan (Sawah) 1.621,75
b. Perikanan
- Budi Daya Perikanan (Tambak) 1.142,85
- Pengolahan Ikan (PPI) 2,77
c. Kebun 4. 733,44
d. Militer 33,85
e. Waduk 57,78
f. Danau 8,43
g. Sungai 110,30
h. Pendidikan 19,36
i . Kesehatan 8,10
j. Peribadatan 5,46
k. TPA 6,99
l. Terminal 9,26
m. Lapangan Golf 50,15
Jumlah 14.251,12
Jumlah Total 18.106,00

Pola Ruang | IV - 16
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe 2012-2032

Gambar 4.1
Peta Pola Ruang

Pola Ruang | IV - 17

Anda mungkin juga menyukai