A. Pengantar
Tepian air merupakan suatu kawasan yang mempunyai suatu ruang yang didominasi
oleh air atau sebuah area yang berbatasan antara air dan daratan serta menjadikan sebagai
acuan dalam pengembangan kawasan tersebut, dapat berupa laut, kali, sungai. Kawasan
tepian air memiliki karakteristik atau keunikan yang bervariasi tergantung dari geografisnya.
Tepian air dapat menjadi suatu kawasan strategis yang dapat dikembangkan sebagai
kawasan yang livable dan dapat menjadi suatu ruang public yang dapat mewadahi aktivitas
dalam jangaka pendek maupun jangka panjang. Maraknya pembangunan di tepian air
dikarenakan kebutuhan yang tersedia sangat menarik minat masyarakat berupa daya tarik
visual seperti keindahan alam, penempatannya dalam kota yang penuh dengan suasana
heterogen dan corak materialistik memberikan kesan “back to nature”, sarana transportasi,
salah satu penunjang kegiatan perekonomian, kegiatan rekreasi dan olahraga.
Pengembangan di kawasan tepi air tidak hanya memanfaatkan potensi yang dimiliki
pada suatu kawasan tersebut, melainkan juga mempertimbangkan dampak pengembangan
dan permasalahan yang akan timbul dalam kawasan tersebut. Untuk mewadahi berbagai
aktivitas yang ada dan berpotensi untuk muncul, dan menghindari konflik kegiatan dan
pemanfaatan lahan maka perlu ada pengaturan dan penataan dalam suatu kawasan.
Pemanfaatan pada badan air, yaitu sebagai alur pelayaran, rekreasi air,
taman laut (obyek wisata), dll.
Pemanfaatan pada tepi air, meliputi kegiatan yang berhubungan
dengan air dan dapat pula kegiatan yang tidak berhubungan dengan
air, seperti tempat memproses makanan laut, perusahaan pasir dan
kerikil, pertambangan minyak, terminal (pelabuhan) yang melayani
penumpang dan pengiriman barang (perdagangan) dengan fasilitas
perbaikan konstruksi di laut, kapal tarik, taman, public resort,
aquarium, dan restauran.
Pemanfaatan yang bukan pada keduanya, yaitu kegiatan yang tidak
memanfaatkan badan air dan tepi air. Peruntukan lahannya dapat
ditempatkan agak jauh dari tepi air seperti apartemen, hotel, hunian, kafe,
gudang, dan retail/toko.
Aktivitas Penduduk. Aktivitas penduduk yang dikembangkan dipengaruhi
oleh karakter penduduk dan fungsi utama kawasan. Pemanfaatan kondisi
dan lingkungan kawasan tepi air dilakukan dengan menjaga kualitas air,
menyediakan ruang terbuka, mendesain pencapaian yang mudah, dan
mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak pembangunan seperti
kemacetan.
Sosial dan budaya. Kebudayaan atau kebiasaan yang ada pada masyarakat
setempat tidak boleh diabaikan dalam penataan kawasan tepi air sebab
mempunyai nilai-nilai sosial yang telah tertanam dalam kehidupan
mereka seperti pengadaan upacara, peristiwa (event) tertentu dan aktivitas
rutin pada badan air dan tepi air.
Ekonomi, Selain penyediaan dana, pembiayaan terkait dengan kebijakan
moneter pemerintah dan kemampuan serta tanggapan masyarakat. Hal ini
perlu diperhitungkan karena menyangkut kelangsungan hidup atau
matinya suatu proses pembangunan, oleh karena itu diperlukan berbagai
kerjasama baik dari pihak swasta, pemerintah maupun masyarakat.
Aturan. Kawasan tepi air mempunyai batasan-batasan atau aturan dalam
ukuran dan kompleksitasnya (Wrenn, 1983:34). Perlu ditekankan bahwa
pembangunan kawasan tepi air haruslah ditujukan untuk perlindungan
terhadap lingkungan serta untuk memanfaatkan lahan-iahan yang tidak
produktif. Oleh sebab itu, penyeiidikan terhadap dampak lingkungan atas
pembangunan kawasan tepi air harus dilakukan secermat mungkin.
Pengelolaan. Pengelolaan kawasan tepi air haruslah dilakukan secara
profesional, mengingat berbagai masalah yang kompleks harus ditangani,
seperti bagaimana mengelola fasilitas-fasilitas yang ada agar tetap
terawat, membuat promosi agar menarik pengunjung bagi pemanfaatan
rekreasi, melakukan koordinasi dengan lembaga/instansi terkait baik dari
pihak swasta maupun pihak pemerintah.
C. Studi Kasus Permukiman
Untuk studi kasus, mengemabil di kelurahan petoaha kecamatan nambu. Berlokasi di dekat
jembatan kuning.
Permukiman yang berada di kelurahan petoahan merupakan permukiman yang
berada ditepi laut yang menggunakan sarana laut sebagai salah mata pencahariannya. Untuk
area terbuka publiknya juga menggunakan laut sebagai saran bermain anak.
Sebagai mana yang kita liha pada gambar, permukiman ini masih dapat
dikategorikan sebagai permukiman kumuh dikarenakan persampahan yang berada pada
daerah sekitar pekarangan rumah warga.
Untuk keadaannya jalan sendiri telah dibuat dari pasangan bata yang telah dicor dan
memiliki luasan yang kecil yang cukup dilalui hanya untuk 1 buah motor dan sekeliling
jalanya pun hanya terdapat saja permukiman tidak ada vegetasi yang dapat menghalau
panas.
Untuk pola perkembangannya sendiri itu mengikuti alur tepian pantai sehingga
bersifat linear. Keadaan unit rumahnya sendiri berbeda beda tergantung pada finansial tiap
kepala rumah tangga namun didominasi oleh rumah yang bersifat semi permanen, dan
untuk sistem utilitas air kotornya pembuangannya langsung diarahkan kelaut sehingga
keadaan laut pada daerah sekitar permukiman ini memiliki keadaan yang kurang bersih.
Fasilitas umum yang terdapat pada permukiman ini hanya terdapat balai desa yang
berada pada area tepi laut, sedangkan fasilitas pendidikannya jauh dari area
permukimannya.