Anda di halaman 1dari 46

Sub Tema :

Sempadan Waduk

KAJIAN GARIS BATAS SEMPADAN WADUK


SEBAGAI PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN WADUK
(STUDI KASUS BENDUNGAN LEMPAKE)
oleh:
Ir. Anang Muchlis, Sp. PSDA
Sandi Erryanto, ST
Nellawaty, SP, Msi
Indrasto Dwicahyo, ST, MPSDA

Abstrak
Bendungan Lempake yang terletak di Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda yang
membendung Sungai Karangmumus pada DAS Karangmumus dengan luas daerah
tangkapan air sebesar 195 km2. Bendungan dengan tampungan efektif 1.323 juta m3 ini
diharapkan mampu mensuplai air baku dan irigasi serta mereduksi banjir Kota
Samarinda. Sesuai dengan Permen PUPR Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan
pasal 109 ayat 1 bahwa Garis sempadan waduk ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan usulan dari Pengelola
bendungan. Dimana Garis sempadan waduk merupakan batas luar perlindungan waduk
dan Kawasan perlindungan waduk meliputi ruang antara garis muka air waduk tertinggi
dan garis sempadan waduk.. Dengan kajian garis batas sempadan waduk ini diharapkan
Waduk Lempake dapat berjalan efektif dan efisien serta aman. Hasil kajian : 1.
Segmentasi dibuat berdasarkan kondisi penggunaan lahan utama (mayoritas). 2.Tipe
daerah sempadan waduk yang dibuat berdasarkan kondisi lahan dan karakteristik
kawasannya, meliputi topgrafi lahan, penggunaan lahan, kondisi hidrologi, status asset
dan kondisi social ekonomi
Kata Kunci : Sempadan Waduk

1
Daftar Isi
1. Latar Belakang
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Sempadan Waduk
2.2 Perlindungan dan Pelestarian Waduk
3 Tahapan Kajian Garis Batas Sempadan Waduk Lempake
4. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Segmentasi dan "Tipe" Daerah Sempadan Waduk Lempake
4.2 Penentuan Sempadan Waduk Lempake
5. Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Referensi

1. LATAR BELAKANG

Salah satu isu perlindungan sarana dan prasarana sumber daya air termasuk di
dalamnya Bendungan/Waduk adalah permasalahan lingkungan dan sosial. Khususnya
di Provinsi Kalimantan Timur perubahan tata guna lahan dan pertambangan batubara
yang tidak terkendali (baik yang legal maupun illegal) mulai merusak daerah tangkapan
air didalam suatu Daerah Aliran Sungai sampai ke daerah Tangkapan Waduk itu
sendiri.

Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 27 Tahun 2015
tentang Bendungan Pasal 109 ayat 1 menyatakan Garis sempadan waduk ditetapkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan usulan dari Pengelola bendungan. Dimana Garis sempadan waduk
merupakan batas luar perlindungan waduk dan Kawasan perlindungan waduk meliputi
ruang antara garis muka air waduk tertinggi dan garis sempadan waduk.

Pada 7 (tujuh) bendungan yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Kalimantan III,
garis batas sempadan waduk belum ditetapkan seluruhnya sehingga perlindungan
waduk mengalami hambatan dari segi legalitas.

2
Penetapan Kawasan perlindungan waduk dan garis batas sempadan diusulkan oleh
pengelola bendungan berdasarkan kriteria khusus yang berbeda-beda antar bendungan.
Kriteria itu antara lain:

1. karakteristik waduk, dimensi waduk, morfologi waduk, dan ekologi waduk;


2. operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya; dan
3. tinggi jagaan bendungan.

Permasalahan khusus pada waduk lempake, yakni pada Kawasan hulu waduk (Daerah
Tangkapan Air/DTA) telah banyak dirambah tambang batubara dan pembukaan lahan
secara massif, hal ini berpengaruh pada umur waduk lempake. Saat ini tampungan
waduk telah berkurang hampir 50% dari tampungan awal karena permasalahan
sedimentasi yang banyak disumbang oleh pertambangan batubara (hal ini juga terjadi
pada Waduk Samboja). Diharapkan apabila sempadan waduk lempake telah ditetapkan
pengelola dapat mendorong penetapan Peraturan Daerah oleh pemerintah Setempat.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sempadan Waduk
Pengertian sempadan waduk berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 27 Tahun
2015 Tentang Bendungan adalah sebagai berikut ;
 Sempadan waduk atau daerah sempadan waduk merupakan kawasan
perlindungan waduk yang meliputi ruang antara garis muka air waduk tertinggi
dan garis sempadan waduk.
 Garis sempadan waduk merupakan batas luar perlindungan waduk.
 Garis sempadan waduk ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan usulan dari
Pengelola bendungan.
Berdasarkan pengertian diatas maka, sempadan waduk merupakan kawasan
perlindungan waduk untuk menjaga kelestarian waduk agar waduk terpelihara
keberadaan, keberlanjutan serta menjaga fungsi waduk terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan, baik oleh daya alam maupun tindakan manusia.

2.2 Perlindungan dan Pelestarian Waduk


Perlindungan dan pelestarian waduk bertujuan untuk menjaga waduk agar
terpelihara keberadaan, keberlanjutan serta menjaga fungsi waduk terhadap

3
kerusakan atau gangguan yang disebabkan, baik oleh daya alam maupun
tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian waduk dilaksanakan dengan
cara menetapkan dan mengelola kawasan lindung waduk, vegetatif, dan/atau
rekayasa teknik sipil melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
sekitar.
Dalam rangka perlindungan dan pelestarian waduk khususnya untuk pengendalian
pemanfaatan ruang waduk dan pengaturan daerah sempadan waduk maka perlu
ditetapkan zona pemanfaatan waduk.
Penetapan zona pemanfaatan waduk yang meliputi ruang waduk sampai dengan
garis sempadan waduk sebagai fungsi lindung dan fungsi budi daya harus
memperhatikan faktor-faktor berikut :
 fluktuasi air yang dipengaruhi oleh musim;
 kepentingan berbagai jenis pemanfaatan;
 peran masyarakat sekitar waduk dan pihak lain yang berkepentingan;
 fungsi kawasan dan fungsi waduk
 keamanan bendungan beserta bangunan pelengkap
Kegiatan yang diperbolehkan pada zona pemanfaatan waduk ditetapkan sesuai
dengan ruangnya yaitu :
1) Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk hanya dapat dilakukan
untuk :
a. kegiatan pariwisata;
b. kegiatan olahraga; dan/atau
c. budi daya perikanan.
2) Pemanfaatan ruang pada daerah sempadan waduk hanya dapat dilakukan
untuk:
a. kegiatan penelitian;
b. kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan; dan/atau
c. upaya mempertahankan fungsi daerah sempadan waduk.
3) Penggunaan ruang di daerah sempadan waduk dilakukan dengan
memperhatikan:
a. fungsi waduk agar tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang di
sekitarnya;
b. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setiap daerah; dan

4
c. daya rusak air waduk terhadap lingkungannya.
3. TAHAPAN KAJIAN GARIS BATAS SEMPADAN WADUK LEMPAKE
Kajian teknis dalam rangka penentuan Garis Sempadan Waduk Lempake tersebut
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pembuatan peta situasi kawasan Waduk Lempake melalui kegiatan pengukuran
topografi dan bathimetri.
2. Inventarisasi kondisi dan penggunaan lahan di kawasan Waduk Lempake
3. Analisis hidrologi untuk perhitungan debit banjir rancangan Q100, Q1000 dan
QPMF.
4. Penelusuran banjir (flood routing) di waduk untuk mengetahui Permukaan Air
Waduk Tertinggi (MAWT).
5. Pengeplotan garis MAWT pada Peta Situasi Kawasan Waduk Lempake.
6. Pengeplotan garis batas Sempadan Waduk Lempake berdasarkan aspek legal yang
mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilyah Nasional dan
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung dimana, sempadan waduk yang merupakan kawasan lindung waduk
ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :
a) Daratan dengan jarak 50 - 100 meter dari titik pasang air waduk tertinggi;
b) Daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk
dan kondisi fisik waduk
Selain dua peraturan perundangan diatas, jarak garis sempadan waduk juga mengadop
Peraturan Menteri PUPR nomor 28 Tahun 2015 tentang Garis Sempadan Sungai dan
Danau, dimana dalam hal ini jarak sempadan waduk diambil minimal 50 meter dari
permukaan air waduk tertinggi (MAWT).
Berdasarkan aspek legal maka, jarak garis batas sempadan waduk adalah jarak yang
ditarik mendatar mulai dari MAWT yaitu garis yang berada pada +9.320 mdpl. kearah
tebing sepanjang 50 meter dan 100 meter.
7. Delineasi Kawasan Waduk Lempake untuk menentukan batas segmen sesuai
kondisi berikut :
a. Peta Aset (merupakan lahan milik waduk yaitu lahan yang telah dibebaskan)
b. Sabuk hijau (green belt) yaitu area antara muka air waduk normal (MAWN)
sampai dengan muka air waduk tertinggi.
c. Penggunaan lahan yang ada yaitu :
5
- Permukiman
- Lahan Pertanian (sawah dan ladang)
- Semak belukar
- Klasifikasi segmen Kawasan Waduk Lempake yang disusun dalam bentuk
tabel dan peta
8. Peta Kawasan Waduk yang telah dibagi menjadi segmen-segmen tersebut
selanjutnya ditumpang tindihkan (overlay) dengan faktor resiko berupa aspek-
aspek berikut :
- Genangan banjir (air masuk rumah, menggenangi jalan dan sebagainya)
- Pencemaran
- Erosi
- Potensi longsor (pada ruas area/segmen berupa tebing yang terjal)
9. Garis Sempadan Waduk Usulan
Selain berdasarkan aspek legal, dalam kajian teknis ini juga dibuat garis sempadan
waduk usulan. Garis Sempadan Waduk Usulan ini dibuat berdasarkan hasil analisis
yang mempertimbangkan berbagai aspek (multi aspek) seperti diuraikan diatas
dengan mempertimbangkan hasil inventarisasi dan hasil kegiatan FGD.
10. Tahap selanjutnya adalah pembuatan zona pemanfaatan Kawasan Waduk Lempake
melalui kajian penatagunaan kawasan sempadan waduk sesuai dengan kondisi
permasalahan dan potensi yang ada di setiap segmen.

6
Gambar 3.1. Tahapan Kajian/Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Segmentasi dan "Tipe" Daerah Sempadan Waduk Lempake
Dalam rangka penetapan sempadan waduk Lempake ini dilakukan segmentasi dan
pembagian "tipe" daerah sempadan waduk. Segmentasi dibuat berdasarkan
kondisii penggunaan lahan utama (mayoritas). Sedangkan pembagian tipe
didasarkan pada kondisi lahan dan karakteristik kawasan.
Segmentasi dan Tipe Daerah Sempadan Waduk Lempake secara berurutan adalah
sebagai berikut :

7
1. Segmen 1 : Permukiman
2. Segmen 2 : Lahan kering (tegalan)
3. Segmen 3 : Semak belukar
4. Segmen 4 : Bendungan

Sedangkan tipe daerah sempadan waduk yang dibuat berdasarkan kondisi lahan
dan karakteristik kawasannya, meliputi :
 Topografi Lahan
Topografi lahan daerah sempadan waduk dapat dikelompokkan menjadi daerah
perbukitan atau dataran. Kondisi topografi ini akan berkaitan dengan resiko
yang mungkin terjadi yaitu pada daerah yang datar/landai mempunyai potensi
terjadi genangan di daerah sempadan akibat luapan banjir dari waduk.
Sedangkanpada daerah perbukitan mempunyai potensi longsor dan erosi yang
menimbulkan sedimentasi di waduk.
 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan khususnya kawasan permukiman dan budidaya lahan.
Kawasan permukiman mempunyai potensi menimbulkan pencemaran akibat
limbah domestik maupun industri. Sedangkan kawasan budidaya dapat
menimbulkan pencemaran waduk akibat sisa pestisida dan pupuk. Selain itu,
kawasan budidaya pertanian di kawasan perbukitan juga menimbulkan erosi
lahan dan sedimentasi di waduk.
 Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi mencakup debit banjir dan penelusuran banjir di waduk untuk
mengetahui permukaan air waduk tertinggi. Kondisi ini dapat digunakan untuk
mengetahui resiko potensi genangan/banjir yang mungkin terjadi di daerah
sempadan.
 Status Aset
Status kepemilikan aset di daerah sempadan waduk akan mempengaruhi lebar
(jarak) daerah sempadan waduk. Status lahan milik negara (BMN) akan
mempermudah penentuan garis sempadan waduk dan akan memberikan
kepastian hukum sehinggga daerah sempadan waduk dapat berfungsi sesuai
peruntukannya. Sedangkan lahan hak milik perorangan atau perusahaan (SHM)
di daerah sempadan akan memperlambat proses penetapan sempadan waduk.
Dalam hal lahan sempadan waduk yang telah terlanjur dimanfaatkan dan

8
dimiliki oleh masyarakat untuk penggunaan permukiman dan bangunan maka,
peruntukannya secara bertahap harus dikembalikan sebagai sempadan waduk.
Apabila sempadan waduk tersebut belum dapat diwujudkan sesuai
peruntukannya maka, masyarakat tetap diijinkan berada di daerah sempadan
waduk tersebut namun,masyarakat wajib mematuhi penetapan peruntukan lahan
tersebut sebagai daerah sempadan waduk dan tidak dibenarkan menggunakan
kawasan tersebut untuk peruntukan lain. Bangunan-bangunan yang telah
terlanjur berdiri di sempadan waduk dinyatakan statusnya sebagai status quo,
artinya bangunan yang ada tersebut tidak boleh diubah, ditambah dan
dikembangkan.
Meskipun kawasan permukiman dan area terbangun di daerah sempadan waduk
diijinkan dengan status quo namun, karena tujuan penentuan sempadan waduk
adalah untuk melindungi kondisi fisik dan fungsi waduk, maka terhadap kondisi
tersebut harus tetap diupayakan dengan sungguh-sungguh agar fungsi waduk
tetap dapat dilindungi yaitu dengan upaya pencegahan pencemaran air waduk
akibat limbah, sampah dan bahan polutan yang lain.
Sedangkan pada daerah sempadan waduk yang berupa lahan dan masih
berstatus SHM maka, apabila ada penolakan juga akan menghambat penetapan
sempadan waduk. Kondisi ini juga akan menimbulkan dampak negatif terhadap
waduk apabila lahan tersebut digunakan sebagai kawasan budidaya dan usaha
pertambangan yaitu, potensi terjadinya pencemaran, erosi dan sedimentasi.
 Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi masyarakat akan mempengaruhi potensi resiko dan
dampak aktifitas masyarakat terhadap waduk dan sebaliknya. Keberadaan dan
aktivitas (ekonomi) masyarakat yang berada di daerah sempadan akan
menimbulkan pencemaran waduk yang berasal dari limbah domestik dan
industri. Sebaliknya keberadaan permukiman penduduk khususnya di daerah
sempadan yang relatif rendah mempunyai potensi resiko terkena genangan
banjir.
Selain itu, sikap dan tanggapan masyarakat terkait pemahaman keberadaan garis
sempadan sangat mempengaruhi jarak garis batas sempadan waduk ini. Sikap
dan tanggapan masyarakat ini beragam dengan berbagai alasan.

9
Berdasarkan karakteristik tersebut maka Daerah Sempadan Waduk Lempake
dapat dikelompokkan menjadi beberapa "tipe kawasan"seperti diuraikan dalam
tabel berikut ini.
No. Tipe
Karakteristik
Kawasan
1. A - Topografi lahan yang relatif landai
- Penggunaan lahan berupa Permukiman
- Mempunyai resiko potensi genangan
- Merupakan sumber pencemaran
2. B - Topografi lahan berupa tebing terjal dan cukup tinggi
- Penggunaan lahan berupa Permukiman
- Mempunyai resiko potensi longsor dan erosi
- Merupakan sumber pencemaran
3. C - Topografi lahan yang relatif landai
- Penggunaan lahan berupa Lahan kering (tegalan)
- Mempunyai resiko potensi genangan
4. D - Topografi lahan berupa tebing terjal dan cukup tinggi
- Penggunaan lahan berupa Lahan kering (tegalan)
- Mempunyai resiko potensi longsor dan erosi
5. E - Topografi lahan yang relatif landai
- Penggunaan lahan berupa Semak belukar
- Mempunyai resiko potensi genangan
6. F - Topografi lahan berupa tebing terjal dan cukup tinggi
- Penggunaan lahan berupa Semak belukar
- Mempunyai resiko potensi longsor dan erosi
7. G - Topografi lahan berupa dataran yang relatif rendah
- Penggunaan lahan berupa Permukiman
- Mempunyai resiko potensi genangan/banjir
Tabel 4.1. Karakteristik Kondisi Daerah Sempadan Waduk Lempake

Dengan menggunakan karakteristik tersebut diatas maka dapat diketahui Tipe dari masing-
masing segmen Daerah Sempadan Waduk Lempake seperti diuraikan dalam tabel berikut
ini.
Catatan :
Urutan penomoran Segmentasi dimulai dari batas/pangkal bangunan pelimpah/intake
irigasi mengelilingi waduk berlawanan arah pergerakan jarum jam. Sedangkan jarak
langsung (km) diukur dari titik awal setiap segmen dengan arah yang sama.

10
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

1 1a A
- Topografi lahan dengan kemiringan yang
(0+00 - 0+542) relatif datar (landai).
Catatan : - Permukiman penduduk dengan kepadatan
Titik awal (sta.00) cukup tinggi. Sebagian bangunan (rumah)
dimulai dari pangkal berada kurang dari 50 meter dan bahkan
bangunan intake sebagian lagi berada di area greenbelt.
(spillway) selanjutnya
- Potensi resiko genangan bila terjadi debit
dihitung berlawanan
arah gerak jarum banjir Q100 atau yang lebih besar.
jam. - Sumber pencemaran ke waduk yang
berasal dari sampah dan limbah domestik
maupun industri.

1 1b - Lahan berupatebing setinggi 5,47 m., B


(0+542 - 1+775) dengan kemiringan lereng 91%. Elevasi
lahan bervariasi antara +9,53 ~ 15,00 mdpl.
- Permukiman penduduk dengan kepadatan
cukup tinggi. Sebagian bangunan (rumah)
berada kurang dari 50 meter dan bahkan
sebagian lagi berada di area greenbelt.
- Potensi resiko genangan bila terjadi debit
banjir Q100 atau yang lebih besar (pada
rumah yang berada di area greenbelt).
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi erosi dan longsor yang dapat
menjadi sumber sedimen di waduk
- Sumber pencemaran ke waduk yang
berasal dari sampah dan limbah domestik
maupun industri.

11
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

1 1c - Topografi lahan dengan kemiringan yang A


(1+776 - 2+124) relatif datar (landai).
- Permukiman penduduk dengan kepadatan
cukup tinggi. Sebagian bangunan (rumah)
berada kurang dari 50 meter dan ada
beberapa rumah yang berada di area
greenbelt.
- Potensi resiko genangan bila terjadi debit
banjir Q100 atau yang lebih besar.
- Sumber pencemaran kewaduk yang berasal
dari sampah dan limbah domestik maupun
industri.

1 1d - Lahan berupa tebing setinggi 4,99 m., B


(2+125 - 3+863) dengan kemiringan lereng 97%. Elevasi
lahan bervariasi antara +9,53 ~ 14,52 mdpl.
- Permukiman penduduk dengan kepadatan
cukup tinggi. Sebagian besar bangunan
(rumah) berada pada jarak kurang dari 50
meter.
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi erosi dan longsor yang dapat
menjadi sumber sedimen di waduk
- Sumber pencemaran ke waduk yang
berasal dari sampah dan limbah domestik
maupun industri.

12
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

1 1e A
(2+504 - 3+863) - Topografi lahan dengan kemiringan yang
relatif datar (landai).
- Permukiman penduduk dengan kepadatan
cukup tinggi. Sebagian kecil bangunan
(rumah) berada kurang dari 50 meter,
namun sebagian besar berada di luar
kawasan sempadan waduk.
- Potensi resiko genangan bila terjadi debit
banjir Q100 atau yang lebih besar.
- Sumber pencemaran ke waduk yang
berasal dari sampah dan limbah domestik
maupun industri.

1 1f - Topografi lahan dengan kemiringan yang A


relatif datar (landai).
- Permukiman penduduk dengan kepadatan
cukup tinggi. Sebagian kecil bangunan
(rumah) berada kurang dari 50 meter,
namun sebagian besar berada di luar
kawasan sempadan waduk.
- Potensi resiko genangan bila terjadi debit
banjir Q100 atau yang lebih besar.
- Sumber pencemaran ke waduk yang
berasal dari sampah dan limbah domestik
maupun industri.

13
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

2 2a - Lahan berupa tebing setinggi 16,89 m., D


(0+00 - 2+822) dengan kemiringan lereng 84%. Elevasi
lahan bervariasi antara +9,53 ~ 26,42 mdpl.
- Penggunaan lahan terdiri dari lahan kering
(dominan) dan sebagian kecilpermukiman
dengan jumlah rumah yang masih sedikit.
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi erosi dan longsor yang dapat
menjadi sumber sedimen di waduk
- Sumber pencemaran ke waduk yang
berasal dari sampah dan limbah domestik
maupun industri.
- Pada kawasan ini terdapat kolam arena
dayung yang dibangun oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur. Lahan arena
dayung dan sekelilingnya merupakan aset
BMN dan sebagian lahan yang berada
diluarnya adalah milik perorangan.

14
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

2 2b - Topografi lahan dengan kemiringan yang C


(2+822 - 3+434) relatif datar (landai).
- Tata guna lahan berupa lahan kering
(tegalan)
- Potensi resikogenangan bila terjadi debit
banjir yang lebih besar dariQ100.
- Kawasan pada segmen ini berbatasan
dengan kolam arena dayung, tepatnya
berada di bagian ujung timur kolam
dayung. Lahan arena dayung merupakan
aset BMN, namun sebagian lahan yang
berada diluarnya adalah milik perorangan.

2 2c - Lahan berupa tebing setinggi 11,47 m., D


(3+435 - 4+257) dengan kemiringan lereng 82%. Elevasi
lahan bervariasi antara +9,53 ~ 21,00mdpl.
- Tata guna lahan berupa lahan kering
(tegalan)
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi erosi dan longsor yang dapat
menjadi sumber sedimen di waduk.
- Kawasan pada segmen ini berbatasan
dengan kolam arena dayung, tepatnya
berada di bagian utara kolam dayung.
Lahan arena dayung merupakan aset
BMN, namun sebagian lahan yang berada
diluarnya adalah milik perorangan.

15
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

3 3a - Lahan berupa tebing setinggi 17,67 m., F


(0+00 - 3+303) dengan kemiringan lereng 88%. Elevasi
lahan bervariasi antara +9,53 ~ 27,20 mdpl.
- Tata guna lahan berupa semak belukar
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi longsor
- Kodisi tebing juga berpotensi mengalami
erosi yang dapat menjadi sumber sedimen
di waduk.
- Sebagian area pada segmen ini merupakan
konsesi pertambangan milik CV Tirta Bara
Borneo
- Apabila kegiatan pertambangan dilakukan
maka terdapat potensi pencemaran dan
sedimen ke dalam waduk.

16
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

3 3b - Topografi lahan dengan kemiringan yang E


(3+303 -8+602) relatif datar (landai).
- Penggunaan lahan meliputi semak belukar
(dominan), permukiman, sawah dan lahan
kering. Permukiman sebagian kecil berada
pada jarak kurang dari 50 meter.
Sedangkan sawah berada di area
greenbelt.
- Potensi resikogenangan bila terjadi debit
banjir diatas Q100.
-Sumber pencemaran ke dalam waduk yang
berasal dari limbah domestik, sampah dan
limbah pertanian.
- Sebagian area pada segmen ini merupakan
konsesi pertambangan milik CV Tirta Bara
Borneo
- Apabila kegiatan pertambangan dilakukan
maka terdapat potensi pencemaran dan
sedimen ke dalam waduk.

17
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

3 3c - Lahan berupa tebing setinggi 15,37 m., F


(8+602 - 10+834) dengan kemiringan lereng 102%. Elevasi
lahan bervariasi antara +9,53 ~ 24,90 mdpl.
- Tata guna lahan berupa semak belukar
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi erosi dan longsor yang dapat
menjadi sumber sedimen di waduk.
- Sebagian area pada segmen ini merupakan
konsesi pertambangan milik CV Rinda
Putra Sejahtera
- Potensi pencemaran dan sedimen yang
akan terjadi pada saat ada kegiatan
pertambangan.
3 3d - Topografi lahan dengan kemiringan yang E
(10+834 - 12+399) relatif datar (landai).
- Tata guna lahan berupa semak belukar
- Potensi resikogenangan bila terjadi debit
banjir yanglebih besar dariQ100.
- Sebagian area pada segmen ini merupakan
konsesi pertambangan milik CV Rinda
Putra Sejahtera.
- Potensi pencemaran dan sedimen yang
akan terjadi pada saat ada kegiatan
pertambangan.

18
Ruas Tipe
Segmen Kondisi Daerah Sempadan Foto Kondisi Lokasi
(Km.) Kawasan

3 3e - Lahan berupa tebing setinggi 40,47 m., F


(12+399 - 19+450) dengan kemiringan lereng 101 %. Elevasi
lahan bervariasi antara +9,53 ~ 50,00 mdpl.
- Penggunaan lahan meliputi semak belukar
(dominan), lahan kering dan sebagian kecil
berupa permukiman namun, kawasan
permukiman tersebut berada diluar jarak
garis sempadan (lebih dari 50 meter)
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi longsor
- Kondisi tebing yang curam mempunyai
potensi erosi dan longsor yang dapat
menjadi sumber sedimen di waduk.
-Sumber pencemaran ke waduk yang berasal
dari limbah domestik dan sampah.
4 4a - Kawasan berada di hilir bendungan dengan G
(0+00 - 0+342) jarak yang relatif dekat dengan bendungan.
- Topografi lahan mempunyai kemiringan
yang relatif datar (landai).
- Daerah permukiman yang cukup padat
dengan jarak yang relatif dekat dengan
bangunan utama (bendungan dan spillway)
yaitu antara 20 meter hingga 80 meter.
- Merupakandaerah potensi resiko banjir dan
genangan.

Tabel 4.2.Tipikal Daerah Sempadan Waduk Lempake

19
4.2 Penentuan Sempadan Waduk Lempake
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pekerjaan ini merupakan
tahap awal dalam rangka menetapkan sempadan waduk Lempake, dimana pada
tahap awal ini dilakukan kajian teknis untuk garis sempadan waduk dengan jarak
50 meter, 100 meter dan Usulan. Masing-masing jarak garis sempadan tersebut
diidentifikasi sehingga dapat diketahui kondisi kawasannya serta resiko yang
terjadi yang pada akhirnya memberikan konsekuensi dalam penetapan sempadan
waduk. Konsekuensi-konsekuensi yang terjadi akan menjadi acuan tim teknis
penetapan sempadan waduk untuk menyusun strategi pengelolaan daerah
sempadan waduk.
Strategi pengelolaa sempadan waduk tersebut meliputi :
- Teknis : pengendalian erosi/sedimentasi, drainasi, pencemaran dan
sebagainya.
- Non Teknis : partisipasi masyarakat, budidaya lahan, perlindungan waduk dan
kawasan greenbelt dan sebagainya
Ada dua (2) aspek utama yang menjadi pertimbangan dalam menentukan garis
batas sempadan waduk yaitu aspek fisik perlindungan waduk dan aspek
lingkungan/potensi resiko. Aspek-aspek tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan
karakteristik waduk maupun daerah sempadannya.
Berikut ini dijelaskan aspek-aspek yang menentukan garis batas Sempadan
Waduk Lempake.
4.2.1 Aspek-aspek terkait fisik perlindungan waduk
Beberapa aspek fisik yang menjadi batas terluar dalam rangka perlindungan
waduk dan sabuk hijau (buffer zone) adalah sebagai berikut :
a. Aspek Legal
Merupakan kajian terhadap dasar referensi,peraturan dan pedoman
terkait standar kriteria batasan garis sempadan.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Kawasan sekitar danau atau waduk merupakan kawasan perlindungan
setempat yang menjadi bagian dari Kawasan Lindung Nasional.
Kawasan sekitar danau atau wadukditetapkan dengan kriteria sebagai
berikut :

20
a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100
(seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi;
atau
b. daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
2. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung
Kawasan sekitar Danau/Waduk adalah kawasan tertentu disekeliling
danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.
Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang
tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik danau/waduk antara 50 - 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat
3. Perda no 2 tahun 2014 tentang RTRW Kota Samarinda 2014 - 2034
Standar kawasan sempadan sekitar embung dengan lebar 10 meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat yaitu kawasan sempadan
Waduk Lempake dan Embung Muang
Berdasarkan ketentuan perundangan seperti diuraikan diatas maka
ditentukan batas sempadan waduk dengan kriteria sebagai berikut :
- Ketentuan Umum
Jarak garis batas sempadan waduk ditentukan berdasarkan
peraturan perundangan seperti disebutkan diatas yaitu antara 50
meter hingga 100 meter. Selanjutnya jarak garis batas sempadan
waduk tersebut akan ditentukan berdasarkan kondisi karakteristik
masing-masing segmen.
- Kawasan yang tidak berkembang
Jarak garis batas sempadan waduk ditentukan berdasarkan
kondisi masing-masing segmen terhadap potensi resiko genangan
banjir dan potensi resiko longsor.
- Kawasan dengan potensi perkembangan permukiman dan
pertambangan

21
Jarak garis batas sempadan waduk di kawasan dengan potensi
perkembangan permukiman dan pertambangan diambil minimal
100 meter dari permukaan air waduk tertinggi. Ketentuan
tersebut diambil mengingat dampak dari keberadaan permukiman
dan kegiatan pertambangan sangat berpengaruh terhadap kondisi
waduk terutama menyangkut sedimentasi dan penurunan kualitas
air di waduk. Dengan jarak yang cukup lebar dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan konservasi waduk.
- Kawasan permukiman
Daerah sempadan waduk seharusnya tidak boleh digunakan
untuk penggunaan permukiman. Apabila keberadaan
permukiman tersebut lebih dulu dibandingkan dengan keberdaan
waduk maka, diupayakan dilakukan pemindahan. Namun apabila
masayarakat menolak untuk dipindahkan maka, kawasan
permukiman di daerah sempadan waduk tersebut dinyatakan
"status quo". Penentuan jarak garis batas sempadan waduk di
kawasan permukiman sangat dipengaruhi oleh respon masyarakat
pada masing-masing segmen.
b. Aspek Topografis
Merupakan kajian relief bentuk permukaan tanah di kawasan
waduk.Waduk Lempake mempunyai bentuk memanjang dari hulu ke
hilir dengan arah dari timur laut ke barat daya. Posisi waduk dikelilingi
oleh perbukitan dengan kelandaian bervariasi mulai dari yang datar
antara 0% - 8% dan landai antara 8%-20% serta yang agak curam dan
curam yaitu lebih besar dari 20%. Luas waduk pada kondisi permukaan
air minimum (elevasi dasar intake +6,00 mdpl) adalah 3,67 km2,
dengan keliling waduk sepanjang 32,56 km. Sedangkan panjang
maksimum genangan air pada permukaan air normal adalah 2,91 km
dan lebar maksimum 1,63 km.
Elevasi dasar waduk terendah berada di hulu bangunan intake dan
spillway yaitu +5,00 mdpl. Namun terdapat cekungan di sisi waduk
bagian kiri dimana lokasi tersebut merupakan kolam untuk arena
dayung dengan elevasi dasar antara +2,59 mdpl hingga +5,90 mdpl.

22
Kedalaman permukaan air waduk maksimum pada kondisi muka air
normal (elevasi mercu spillway +7,20) adalah setinggi 2,2 meter. Dasar
waduk relatif landai dengan kemiringan dasar dari hulu ke hilir
berkisar 0,11% dan kearah melebar (menyamping) relatif datar. Tidak
terlihat adanya palung ataupun alur sungai di dalam area genangan
waduk.
Kondisi topografi pada tepi/tebing waduk mempunyai elevasi yang
bervariasi yaitu area dengan kemiringan lereng yang datar dan rendah
serta area dengan kemiringan yang curam dan relatif tinggi. Pada area
yang rendah mempunyai potensi resiko genangan dari waduk ke
daratan (permukiman maupun lahan), sedangkan area yang curam dan
tinggi mempunyai potensi resiko erosi dan longsor yang dapat
mengakibatkan sedimentasi di waduk.
c. Aspek Hidrologis
Merupakan kajian hidrologis dan penelusuran banjir dalam rangka
mengetahui permukaam air waduk tertinggi (MAWT) yang digunakan
sebagai titik awal untuk menarik jarak garis sempadan waduk. Selain
itu, kajian ini juga dapat digunakan untuk mengetahui potensi resiko
genangan di daerah sempadan waduk.
Dalam analisis hidrologi ini dilakukan perhitungan beberapa besaran
debit banjir dengan periode ulang yaitu Q100, Q1000 dan PMF. Dari
hasil perhitungan debit banjir tersebut selanjutnya dilakukan analisis
penelusuran banjir (flood routing) di waduk guna mendapatkan muka
air tertinggi.
Selain perhitungan diatas, dalam rangka menetukan elevasi muka air
tertinggi waduk tersebut juga dipertimbangkan hasil analisis dari studi
terdahulu yaitu hasil kegiatan Inspeksi Besar Bendungan Lempake
yang dilakukan pada tahun 2018.
Berdasarkan hasil kesepakatan dalam Diskusi Laporan Antara
ditetapkan bahwa muka air tertinggi yang digunakan untuk titik awal
menarik jarak garis sempadan waduk Lempake adalah berdasarkan
hasil penelusuran banjir dengan debit banjir Q100 hasil dari studi
Inspeksi Besar Waduk Lempake (2018) dengan elevasi +9,32 mdpl.
d. Aspek Manajemen Aset
23
Aspek ini berupa kajian identifikasi batas luar kepemilikan aset BMN
(Barang Milik Negara) berupa bendungan dan waduknya dalam rangka
perlindungan waduk dan buffer zone.
Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa kepemilikan aset lahan
di kawasan waduk sebagian besar milik perorangan dengan status
berupa surat segel dan sebagian kecil sudah dalam bentuk
SHM.Sebagian lainnya tidak diketahui karena tidak ada data/informasi
dari aparat berwenang (kepala desa, camat dan BPN) ataupun
keterangan dari masyarakat yang bersangkutan.
Diperoleh informasi bahwa, pada tahun 1997 terjadi proses pengalihan
kepemilikan aset waduk oleh negara, namun terjadi proses administrasi
yang tidak tuntas sehingga perlu upaya kepastian kepemilikan aset ini.
Sedangkan kawasan berupa bangunan bendungan dan bangunan
fasilitas lainnya yaitu tubuh bendungan, spillway (pelimpah), saluran
intake, PDAM, dan genangan (waduk) merupakan aset BMN.
Dalam rangka perlindungan dan kelestarian waduk, maka aset
bendungan dan waduk secara keseluruhan yang mencakup area
greenbelt dan daerah sempadan waduk tersebut sebaiknya berstatus
BMN. Namun khusus untuk daerah sempadan waduk apabila tidak
dapat dilakukan pengosongan bangunan permukiman maka kawasan
tersebut akan dinyatakan status quo.
4.2.2 Aspek-aspek terkait Lingkungan dan Potensi Resiko
Beberapa aspek yang terkait dengan Lingkungan dan potensi resiko adalah
sebagai berikut :
a. Aspek Sosial Ekonomi
Merupakan kajian sosial dan ekonomi kehidupan masyarakat sekitar
waduk terkait dengan potensi resiko dan dampak aktifitas masyarakat
terhadap waduk (vice - versa).
Keberadaan dan aktivitas masyarakat yang berada di daerah sempadan
akan menimbulkan pencemaran waduk yang berasal dari limbah
domestik dan industri. Sebaliknya keberadaan permukiman penduduk
khususnya di daerah sempadan yang relatif rendah mempunyai potensi
resiko terkena genangan banjir.

24
Pada saat ini, masyarakat sekitar waduk masih menghadapi ketidak-
pastian terhadap status lahan di sekitar Waduk Lempake. Akibatnya
mereka leluasa memanfaatkan kegiatan yang tidak selaras dengan
kelestarian, seperti membuang limbah dan bertani dan bahkan
menempati lahan.
Secara ekonomi, kegiatan ekonomi yang berlangsung di waduk
meliputi wisata, penangkapan ikan dan budidaya pertanian di area
greenbelt dan daerah sempadan waduk.Kegiatan Wisata berlangsung di
kawasan bendungan dan bangunan fasilitas lainnya.Kegiatan ini rawan
mengganggu keamanan struktur bangunan.Namun demikian,
masyarakat mengharapkan adanya pengembangan kawasan wisata.
Kegiatan perikanan yang ada masih bersifat penangkapan dengan
jaring dengan hasil yang menimalis (antara 1-2 kg).Pernah dilakukan
budidaya pembesaran dengan keramba, tetapi bangkrut karena tidak
tumbuh dan tidak menghasilkan keuntungan. Penebaran benih juga
pernah dilakukan agar menambah keanekaragaman hayati ikan. Saat ini
budidaya pembesaran sudah tidak ada, dan kurang sesuai karena
menambah beban nutrisi perairan (Nitrat fosfat dan lainnya). Budidaya
pembesaran rawan menambah beban nutrisi (sisa makana dan kotoran)
dan kualitas air. Apabila dilakukan kegiatan pembesaran
ikan,sebaiknya diarahkan di lahan masing-masing penduduk dengan
mengambil air baku dari Waduk Lempake sehingga tidak berpotensi
mencemari.
Kegaiatan ekonomi lain yaitu pertambangan, dimana sangat memacu
sedimentasi dan pencemaran. Kegiatan usaha kecil menengah seperti
pembuatan tahu juga perlu diperhatikan karena berkontribusi terhadap
polusi di badan waduk.
Karena itu perlu sosialisasi dan konsultasi dengan masyarakat.
Masyarakat perlu diberi penjelasan mengenai aspek hukum sempadan
waduk serta manfaat sempadan waduk bagi keberlanjutan kondisi dan
fungsi waduk.
Berdasarkan hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) diketahui sikap
dan tanggapan masyarakat terhadap garis batas sempadan waduk ini
beragam dengan berbagai alasan.
25
Aspek sosial ekonomi ini akan menjadi pertimbangan dalam
menentukan jarak garis batas Sempadan Waduk Lempake.
b. Aspek Budidaya Lahan
Kajian kegiatan penggunaan lahan terkait budidaya lahan pertanian
(non permukiman) yang berdampak resiko terhadap waduk (erosi,
sedimentasi, limbah dan pencemaran waduk).
Kawasan Waduk Lempake sebagian besar dikelilingi oleh perbukitan
dengan peruntukan lahansemak belukar dengan tanaman liar.
Sebagian lahan sudah beralih fungsi menjadi lahan dengan konsesi
pertambangan.Pengalihan kawasan semak belukar menjadi area
pertanian juga kurang ramah terhadap kelestarian waduk.
Kondisi perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam sangat
rawan memicu aliran permukaan (run-off) yang menghasilkan erosi
dan longsor dan menimbulkan sedimentasi di waduk. Hal ini dapat
ditekan diantaranya dengan konservasi lahan di perbukitan dengan
mempertahankan dan menambah tanaman berkayu, terutama tanaman
pohon unggul/berharga (misal tanaman buah dan non kayu lain)
melalui usaha agrowisata. Pada alur sungai di muara atau inlet
sebelum masuk ke waduk juga perlu dibuat bangunan pengendali
(penangkap) sedimen seperti check dam.
Sebagian area (sempadan) waduk digunakan sebagai area budidaya
pertanian, terutama tanaman sayur.Kegiatan ini dinilai tidak ramah
lingkungan karena berpotensi menambah nutrisi pupuk yang
mencemari badan waduk.Praktek pertanian ini dapat dilakukan di
sempadan waduk asalkan di alihkan ke teknis pertanian organik
dengan sistim terassering.
c. Aspek Permukiman dan Area Terbangun
Kajian lokasi pemukiman dan area terbangun ini terkait dengan
perlindungan waduk dan resiko lingkungan.Kawasan sekitar
BendunganLempake terutama di sekitar lokasi bangunan utama (tubuh
bendungan dan bangunan penunjang lainnya) pada saat ini masih
ditempati untuk pemukiman, dan bahkan perumahan yang cukup
padat.Kawasan tersebut mempunyai potensi resiko (rawan) terkena
genangan yang merugikan masyarakat dan memicu konflik
26
sosial.Infrastruktur jalan di lingkungan juga rawan mengalami
kerusakan dan memerlukan biaya tambahan untuk
perbaikan.Kabaradaan permukiman juga potensi resiko menghasilkan
limbah domestik dan industri yang mencemari waduk sehingga
berdampak terjadinya penurunan kualitas air.
Dalam hal lahan sempadan waduk yang telah terlanjur dimanfaatkan
dan dimiliki oleh masyarakat untuk penggunaan permukiman dan
bangunan maka, peruntukannya secara bertahap harus dikembalikan
sebagai sempadan waduk. Apabila sempadan waduk tersebut belum
dapat diwujudkan sesuai peruntukannya maka, masyarakat tetap
diijinkan berada di daerah sempadan waduk tersebut namun,
masyarakat wajib mematuhi penetapan peruntukan lahan tersebut
sebagai daerah sempadan waduk dan tidak dibenarkan menggunakan
kawasan tersebut untuk peruntukan lain. Bangunan-bangunan yang
telah terlanjur berdiri di sempadan waduk dinyatakan statusnya sebagai
status quo, artinya bangunan yang ada tersebut tidak boleh diubah,
ditambah dan dikembangkan.
Meskipun kawasan permukiman dan area terbangun di daerah
sempadan waduk diijinkan dengan status quo namun, karena tujuan
penentuan sempadan waduk adalah untuk melindungi kondisi fisik dan
fungsi waduk, maka terhadap kondisi tersebut harus tetap diupayakan
dengan sungguh-sungguh agar fungsi waduk tetap dapat dilindungi
yaitu dengan upaya pencegahan pencemaran air waduk akibat limbah,
sampah dan bahan polutan yang lain. Salah satu upaya yang harus
dilakukan adalah pembuatan instalasi pengelolaan limbah.

Berdasarkan kondisi karakteristik daerah sempadan waduk pada setiap


segmen dan hasil analisis komprehensip multi aspek yang telah
dilakukan maka dapat diidentifikasi batas garis sempadan waduk
seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

27
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
1 1a - Permukiman penduduk dengan kepadatan 100 meter Jarak garis sempadan waduk
(0+00 - 0+542) cukup tinggi menjadi sumber pencemaran ke ditentukan maksimal yaitu
waduk yang berasal dari sampah dan limbah 100 meter karena terdapat
Catatan : domestik maupun industri. Berdasarkan potensi resiko timbal balik
Titik awal (sta.00) dampak negatif tersebut dan potensi masing-masing adalah :
dimulai dari pangkal perkembangan permukiman maka, jarak garis - Terhadap waduk :
bangunan intake sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 pencemaran
(spillway) selanjutnya meter.
- Terhadap permukiman :
dihitung berlawanan - Topografi yang datar/landai mempunyai potensi
genangan banjir.
arah gerak jarum jam. resiko genangan sehingga jarak garis
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 Selain itu, pada kawasan ini
meter. juga berpotensi terjadinya
- Kawasan ini sangat dekat (berdampingan) pengembangan kawasan
dengan kawasan privat yang merupakan permukiman.
kawasan steril dari kegiatan lain yang bukan Direkomendasikan dilakukan
terkait dengan operasional bendungan. pemindahan permukiman
- Berdasarkan hasil FGD, diketahui kepemilikan sehingga daerah sempadan
lahan dan bangunan adalah SHM dan Non waduk dapat berfungsi
SHM namun, masyarakat di kawasan ini tidak sebagai kawasan lindung
menolak garis sempadan. Namun untuk pindah, dan tidak ada resiko
masyarakat berharap ada penggantian biaya genangan di kawasan
bangunan/lahan ataupun tali asih. permukiman.
Dengan kondisi tersebut diatas maka, garis Namun bila masih cukup
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100 banyak rumah (permukiman)
meter. di daerah sempadan maka,
harus dilakukan pengelolaan
Apabila tidak ada pembebasan lahan dan limbah, sampah dan
masyarakat tidak pindah maka, ditetapkan
drainase agar tidak
"status quo" dimana, bangunan yang ada mencemari waduk.
tersebut tidak boleh diubah, ditambah dan
dikembangkan.
1. 1b - Permukiman penduduk dengan kepadatan 100 meter Jarak garis sempadan waduk
(0+542 - 1+775) cukup tinggi menjadi sumber pencemaran ke ditentukan maksimal yaitu
waduk yang berasal dari sampah dan limbah 100 meter karena terdapat

28
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
domestik maupun industri. Berdasarkan potensi resiko terhadap
dampak negatif tersebut maka, jarak garis waduk yaitu :
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 - pencemaran akibat limbah
meter. domestik
- Kondisi tebing yang curam mempunyai potensi - erosi dan longsor yang
erosi dan longsor sehingga garis sempadan menjadi sumber sedimen
minimal adalah = 1,5 x 5 (tinggi tebing) = 7,5 di waduk.
meter. Permukiman sendiiri juga
- Berdasarkan hasil FGD, diketahui kepemilikan rawan terhadap resiko
lahan dan bangunan sebagian besar adalah longsor.
Non SHM namun, masyarakat tidak menolak Selain itu, pada kawasan ini
garis sempadan. Namun untuk pindah, juga berpotensi terjadinya
masyarakat berharap ada penggantian biaya pengembangan kawasan
bangunan/lahan ataupun tali asih. Beberapa permukiman.
rumah berlokasi sangat dekat dengan waduk, Direkomendasikan dilakukan
berstatus HM dan tidak mau pindah. pemindahan permukiman
Dengan kondisi tersebut maka, garis sempadan sehingga daerah sempadan
dapat ditentukan maksimal yaitu 100 meter. waduk dapat berfungsi
Apabila tidak ada pembebasan lahan dan sebagai kawasan lindung
masyarakat tidak pindah maka, ditetapkan dan tidak ada resiko longsor
"status quo" dimana, bangunan yang ada di kawasan permukiman.
tersebut tidak boleh diubah, ditambah dan Namun bila masih cukup
dikembangkan. banyak rumah (permukiman)
di daerah sempadan maka,
harus dilakukan pengelolaan
limbah, sampah dan
drainase agar tidak
mencemari waduk.
1. 1c - Permukiman penduduk dengan kepadatan 75 meter Jarik garis sempadan waduk
cukup tinggi menjadi sumber pencemaran ke ditentukan maksimal 75
(1+776 - 2+124)
waduk yang berasal dari sampah dan limbah meter karena sebagian
domestik maupun industri. Berdasarkan masyarakat tidak menyetujui
dampak negatif tersebut dan potensi garis sempadan dan

29
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
perkembangan permukiman maka, jarak garis menolak pindah. Batas
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 tersebut dibuat dengan
meter. mengoptimalkan kondisi
- Topografi yang datar/landai mempunyai potensi lapangan terutama jarak
resiko genangan sehingga jarak garis aman terhadap kondisi dan
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 fungsi waduk serta
meter. memperhatikan keberadaan
infrastruktur yang ada yaitu
- Namun berdasarkan hasil FGD, diketahui cukup
jalan.
banyak masyarakat dengan kepemilikan aset
berupa SHM tidak setuju rumahnya berada di Direkomendasikan dilakukan
dalam daerah sempadan dan menolak pindah, pemindahan permukiman
sehingga garis sempadan ditentukan maksimal sehingga daerah sempadan
75 meter untuk menghindari aset tersebut. waduk dapat berfungsi
Penentuan jarak garis sempadan ini juga sebagai kawasan lindung
memperhatikan kondisi infrastruktur yang ada dan daerah permukiman
berupa Jalan. tidak tergenang banjir.
Sebagian rumah dan bangunan berstatus SHM Namun bila masih cukup
dan Non SHM namun, tidak menolak garis banyak rumah (permukiman)
sempadan dan bersedia pindah. Dalam hal ini, di daerah sempadan maka,
bila masyarakat tidak mau pindah maka, daerah harus dilakukan pengelolaan
sempadan ditetapkan "status quo" dimana, limbah, sampah dan
bangunan yang ada tersebut tidak boleh drainase agar tidak
diubah, ditambah dan dikembangkan. mencemari waduk.

1. 1d - Permukiman pendudukdengan kepadatan cukup 95 meter Jarik garis sempadan waduk


(2+125 - 3+863) tinggi menjadi sumber pencemaran ke waduk ditentukan maksimal yaitu 95
yang berasal dari sampah dan limbah domestik meter karena terdapat
maupun industri. Berdasarkan dampak negatif potensi resiko terhadap
tersebut maka, jarak garis sempadan waduk yaitu pembuangan
ditentukan maksimal yaitu 100 meter. limbah, longsor dan erosi.
- Kondisi tebing yang curam mempunyai potensi Permukiman sendiiri juga
erosi dan longsor sehingga garis sempadan rawan terhadap resiko
minimal adalah = 1,5 x 5 (tinggi tebing) = 7,5 longsor.

30
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
meter. Direkomendasikan dilakukan
- Berdasarkan hasil FGD, diketahui status rumah/ pemindahan permukiman
lahan adalah SHM dan Non SHM. Masyarakat sehingga daerah sempadan
di kawasan ini tidak menolak garis sempadan. waduk dapat berfungsi
Namun untuk pindah, masyarakat berharap ada sebagai kawasan lindung
penggantian biaya bangunan/lahan ataupun dan tidak ada resiko longsor
tali asih. Dengan kondisi ini maka, garis di kawasan permukiman.
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100 Namun bila masih cukup
meter. banyak rumah (permukiman)
Dengan mempertimbangkan adanya di daerah sempadan maka,
infrastruktur berupa Jalan maka, garis harus dilakukan pengelolaan
sempadan ditentukan dengan jarak 95 meter. limbah, sampah dan
drainase agar tidak
Apabila tidak ada pembebasan lahan dan
mencemari waduk.
masyarakat tidak pindah maka, ditetapkan
"status quo" dimana, bangunan yang ada
tersebut tidak boleh diubah, ditambah dan
dikembangkan.
1 1e - Permukiman pendudukdengan kepadatan cukup 40 meter Jarik garis sempadan waduk
tinggi menjadi sumber pencemaran ke waduk ditentukan maksimal yaitu 40
(2+504 - 3+863)
yang berasal dari sampah dan limbah domestik meter karena sebagian besar
maupun industri. Berdasarkan dampak negatif masyarakat di kawasan ini
tersebut dan potensi perkembangan tidak menyetujui/menolak
permukiman maka, jarak garis sempadan pindah. Batas tersebut dibuat
ditentukan maksimal yaitu 100 meter. dengan mengoptimalkan
kondisi lapangan terutama
- Topografi yang datar/landai mempunyai potensi
jarak aman terhadap kondisi
resiko genangan sehingga jarak garis
dan fungsi waduk serta
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100
adanya infrastruktur Jalan.
meter.
Direkomendasikan dilakukan
- Berdasarkan hasil FGD, diketahui sebagian
pemindahan permukiman
besar masyarakat dengan kepemilikan aset
yang ada di daerah
berupa SHM tidak setuju rumahnya berada di
sempadan sehingga daerah
dalam daerah sempadan dan menolak pindah,
sempadan waduk dapat
sehingga garis sempadan ditentukan maksimal

31
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
yaitu 40 meter untuk menghindari aset tersebut. berfungsi sebagai kawasan
Penentuan jarak garis sempadan ini juga lindung dan daerah
memperhatikan kondisi infrastruktur yang ada permukiman tidak beresiko
yaitu Jalan. tergenang banjir.
Apabila tidak dilakukan pemindahan dan Namun bila masih cukup
pembebasan lahan/bangunan untuk rumah banyak rumah (permukiman)
yang berada di daerah sempadan maka, di daerah sempadan maka,
ditetapkan "status quo" dimana, bangunan yang harus dilakukan pengelolaan
ada tersebut tidak boleh diubah, ditambah dan limbah, sampah dan
dikembangkan. drainase agar tidak
mencemari waduk.
1 1f - Permukiman pendudukdengan kepadatan cukup 100 meter Jarik garis sempadan waduk
tinggi menjadi sumber pencemaran ke waduk ditentukan maksimal yaitu
yang berasal dari sampah dan limbah domestik 100 meter karena terdapat
maupun industri. Berdasarkan dampak negatif potensi resiko timbal balik
tersebut dan potensi perkembangan masing-masing adalah :
permukiman maka, jarak garis sempadan - Terhadap waduk :
ditentukan maksimal yaitu 100 meter. pencemaran
- Terhadap permukiman :
- Topografi yang datar/landai mempunyai potensi
genangan banjir.
resiko genangan sehingga jarak garis
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 Direkomendasikan dilakukan
meter. pemindahan permukiman
sehingga daerah sempadan
- Berdasarkan hasil FGD, diketahui sebagian
waduk dapat berfungsi
rumah di kawasan ini berstatus SHM dan Non
sebagai kawasan lindung
SHM. Sebagian menolak pindah dan sebagian
dan daerah permukiman
bersedia pindah. Sebagian besar rumah
tidak tergenang banjir.
dengan status HM dan menolak pindah berada
pada jarak lebih 100 meter dari waduk. Namun bila masih cukup
Sebagian lagi berada di daerah sempadan banyak rumah (permukiman)
waduk namun, untuk pindah, masyarakat di daerah sempadan maka,
berharap ada penggantian biaya harus dilakukan pengelolaan
bangunan/lahan ataupun tali asih. limbah, sampah dan
Dengan kondisi tersebut maka, garis sempadan drainase agar tidak

32
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
dapat ditentukan maksimal yaitu 100 meter mencemari waduk.
dengan syarat perlu pembebasan lahan.
Apabila tidak ada pembebasan lahan dan
masyarakat tidak pindah maka, ditetapkan
"status quo" dimana, bangunan yang ada
tersebut tidak boleh diubah, ditambah dan
dikembangkan.
2 2a - Permukiman penduduk dengan kepadatan 100 meter Jarik garis sempadan waduk
(0+00 - 2+822) cukup tinggi yang berada di kawasan lahan ditentukan maksimal yaitu
kering memang tidak terlalu banyak namun, 100 meter karena terdapat
keberadaannya di tepi waduk menjadi sumber potensi resiko terhadap
pencemaran ke waduk yang berasal dari waduk yaitu pembuangan
sampah dan limbah domestik. Selain itu, limbah, longsor dan erosi.
kawasan permukiman tersebut berpotensi Potensi resiko longsor di
mengalami perkembangan. Berdasarkan kawasan ini cukup
dampak negatif tersebut maka, jarak garis panjang/lebar sehingga juga
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 membahayakan kawasan
meter. permukiman.
- Kondisi tebing yang curam mempunyai potensi Direkomendasikan dilakukan
erosi dan longsor sehingga garis sempadan pemindahan permukiman
minimalnya adalah = 1,5 x 23 (tinggi tebing) = sehingga daerah sempadan
34,5 meter. waduk dapat berfungsi
- Kodisi tebing yang curam tersebut juga sebagai kawasan lindung
berpotensi mengalami erosi yang dapat menjadi dan tidak ada resiko longsor
sumber sedimen di waduk di kawasan permukiman.
- Berdasarkan hasil FGD, masyarakat di kawasan
ini tidak menolak garis sempadan. Namun
untuk pindah, masyarakat berharap ada
penggantian biaya bangunan/lahan ataupun
tali asih.
Dengan kondisi tersebut maka, garis sempadan
dapat ditentukan maksimal yaitu 100 meter
dengan syarat perlu pembebasan lahan.

33
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
Apabila tidak ada pembebasan lahan dan
masyarakat tidak pindah maka, ditetapkan
"status quo" dimana, bangunan yang ada
tersebut tidak boleh diubah, ditambah dan
dikembangkan.
2 2b - Tata guna lahan pada segmen ini berupa lahan 100 meter Jarik garis sempadan waduk
kering (tegalan). Lahan di kawasan ini dan ditentukan maksimal yaitu
(2+822 - 3+434)
sekitarnya diusulkan dikembangkan menjadi 100 meter karena terdapat
kawasan pariwisata sebagai pengganti lokasi potensi resiko genangan
pariwisata yang sekarang berada di kawasan banjir dan akan digunakan
"private" yaitu di area bangunan utama sebagai kawasan pariwisata.
(bendungan). Direkomendasikan dilakukan
Untuk kawasan pariwisata diusulkan di lahan kajian lebih lanjut untuk
yang berada di luar garis sempadan, kawasan pariwisata agar
sedangkan kawasan yang berada di daerah daerah sempadan tetap
sempadan diusulakan untuk kawasan mempunyai fungsi sebagai
pariwisata dengan pemanfaatan terbatas kawasan lindung dan daerah
namun tetap sebagai ruang terbuka hijau. pemanfaatan lain yang aman
Kawasan lahan kering di segmen ini cukup luas dan nyaman..
sehingga jarak garis sempadan dapat
ditentukan maksimal yaitu 100 meter.
- Topografi yang datar/landai mempunyai potensi
resiko genangan sehingga jarak garis
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100
meter.
- Berdasarkan hasil FGD dan inventarisasi lahan,
masyarakat pemilik lahan di lokasi ini tidak
berkebaratan bila lahannya akan digunakan
untuk daerah sempadan waduk asalkan ada
ganti rugi yang sesuai. Dengan demikian garis
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100
meter.

34
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
2 2c - Tata guna lahan pada segmen ini berupa lahan 100 meter Jarik garis sempadan waduk
(3+435 - 4+257) kering (tegalan). Kawasan lahan kering di ditentukan maksimal yaitu
segmen ini cukup luas sehingga jarak garis 100 meter karena terdapat
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100 potensi resiko terhadap
meter. waduk yaitu longsor dan
- Kondisi tebing yang curam mempunyai potensi erosi yang merupakan
erosi dan longsor sehingga garis sempadan sumber sedimen.
minimalnya adalah = 1,5 x 23 (tinggi tebing) = Direkomendasikan dilakukan
34,5 meter. pembebasan lahan sehingga
- Berdasarkan hasil FGD dan inventarisasi lahan, daerah sempadan waduk
masyarakat pemilik lahan di lokasi ini tidak dapat berfungsi sebagai
berkebaratan bila lahannya akan digunakan kawasan lindung dan ada
untuk daerah sempadan waduk asalkan ada kepastian hukum atas lahan
ganti rugi yang sesuai. Dengan demikian garis daerah sempadan waduk.
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100
meter.
3 3a - Tata guna lahan pada segmen ini berupa 100 meter Jarik garis sempadan waduk
(0+00 - 3+303) semak belukar. Kawasan semak belukar pada ditentukan maksimal yaitu
segmen ini cukup luas sehingga jarak garis 100 meter karena terdapat
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100 potensi resiko terhadap
meter. waduk yaitu longsor dan
- Kondisi tebing yang curam pada segmen ini erosi yang merupakan
mempunyai potensi erosi dan longsoryang sumber sedimen.
dapat menjadi sumber sedimen di waduk Direkomendasikan dilakukan
sehingga garis sempadan minimalnya adalah = pembebasan lahan sehingga
1,5 x 23,05 (tinggi tebing) = 34,5 meter. daerah sempadan waduk
- Berdasarkan hasil FGD dan inventarisasi lahan, dapat berfungsi sebagai
masyarakat pemilik lahan di lokasi ini tidak kawasan lindung dan ada
berkebaratan bila lahannya akan digunakan kepastian hukum atas lahan
untuk daerah sempadan waduk. Namun daerah sempadan waduk.
masyarakat berharap ada penggantian biaya
pengganti untuk lahan. Dengan demikian garis
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100

35
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
meter.
3 3b - Pada segmen ini, selain semak belukar yang 100 meter Jarik garis sempadan waduk
dominan, juga terdapat area permukiman, ditentukan maksimal yaitu
(3+303 -8+602)
sawah dan lahan kering. 100 meter karena terdapat
potensi resiko timbal balik
Keberadaan permukiman, sawah dan lahan
masing-masing adalah :
kering menjadikan kawasan ini sebagai sumber
- Terhadap waduk :
pencemaran ke waduk, baik yang berasal dari
pencemaran
sampah dan limbah domestik maupun sisa
- Terhadap permukiman/
pertisida dan pupuk pertanian. Selain itu,
lahan :
kawasan permukiman tersebut berpotensi
genangan banjir.
mengalami perkembangan. Sehingga
berdasarkan dampak negatif tersebut maka, Direkomendasikan dilakukan
jarak garis sempadan ditentukan maksimal pemindahan permukiman
yaitu 100 meter. sehingga daerah sempadan
waduk dapat berfungsi
- Topografi yang datar/landai mempunyai potensi
sebagai kawasan lindung
resiko genangan sehingga jarak garis
dan daerah permukiman
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100
tidak tergenang banjir.
meter.
- Berdasarkan hasil FGD dan inventarisasi lahan,
masyarakat pemilik lahan di lokasi ini tidak
berkebaratan bila lahannya akan digunakan
untuk daerah sempadan waduk, namun
masyarakat berharap ada penggantian biaya
pengganti untuk lahan. Dengan demikian garis
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100
meter.
3 3c - Tata guna lahan pada segmen ini berupa 100 meter Jarik garis sempadan waduk
(8+602 - 10+834) semak belukar. Kawasan semak belukar pada ditentukan maksimal yaitu
segmen ini cukup luas sehingga jarak garis 100 meter karena terdapat
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100 potensi resiko terhadap
meter. waduk yaitu longsor dan
erosi yang merupakan
- Kondisi tebing yang curam pada segmen ini sumber sedimen. Selain itu,

36
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
mempunyai potensi erosi dan longsoryang kawasaan di sekitar segmen
dapat menjadi sumber sedimen di waduk ini berkembang area
sehingga garis sempadan minimalnya adalah = pertambangan batubara.
1,5 x 28,60 (tinggi tebing) = 42,90 meter. Direkomendasikan dilakukan
- Berdasarkan hasil FGD dan inventarisasi lahan, pembebasan lahan sehingga
masyarakat pemilik lahan di lokasi ini tidak daerah sempadan waduk
berkebaratan bila lahannya akan digunakan dapat berfungsi sebagai
untuk daerah sempadan waduk. Namun kawasan lindung dan ada
masyarakat berharap ada penggantian biaya kepastian hukum atas lahan
pengganti untuk lahan. Dengan demikian garis daerah sempadan waduk.
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100
meter.
3 3d - Tata guna lahan pada segmen ini adalah semak 100 meter Jarik garis sempadan waduk
belukar, namun sebagian besar lahan di ditentukan maksimal yaitu
(10+834 - 12+399)
kawasan ini merupakan konsesi pertambangan 100 meter karena terdapat
yang dimiliki oleh PT Rinda Putra Sejahtera. potensi resiko timbal balik
Adanya konsesei pertambangan tersebut masing-masing adalah :
menjadikan kawasan ini berpotensi sebagai - Terhadap waduk :
sumber sedimen dan bahan pencemaran yang Sedimentasi dan
masuk ke waduk. Berdasarkan dampak negatif pencemaran
tersebut maka, jarak garis sempadan - Terhadap lahan :
ditentukan maksimal yaitu 100 meter. genangan banjir.
- Topografi yang datar/landai mempunyai potensi Direkomendasikan dilakukan
resiko genangan sehingga jarak garis pembebasan lahan sehingga
sempadan ditentukan maksimal yaitu 100 daerah sempadan waduk
meter. dapat berfungsi sebagai
kawasan lindung dan ada
- Berdasarkan hasil FGD dan inventarisasi lahan,
kepastian hukum atas lahan
masyarakat pemilik lahan di lokasi ini tidak
daerah sempadan waduk.
berkebaratan bila lahannya akan digunakan
untuk daerah sempadan waduk, namun
masyarakat berharap ada penggantian biaya
pengganti untuk lahan. Dengan demikian garis
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100

37
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
meter.
3 3e - Tata guna lahan pada segmen ini berupa semak 100 meter Jarik garis sempadan waduk
(12+399 - 19+450) belukar. Kawasan semak belukar pada segmen ditentukan maksimal yaitu
ini cukup luas sehingga jarak garis sempadan 100 meter karena terdapat
dapat ditentukan maksimal yaitu 100 meter. potensi resiko terhadap
- Kondisi tebing yang curam pada segmen ini waduk yaitu longsor dan
mempunyai potensi erosi dan longsoryang erosi yang merupakan
dapat menjadi sumber sedimen di sumber sedimen. Selain itu,
waduksehingga garis sempadan minimalnya kawasaan di sekitar segmen
adalah = 1,5 x 34,50 (tinggi tebing) = 51,75 ini berkembang area
meter. pertambangan batubara.
- Berdasarkan hasil FGD dan inventarisasi lahan, Direkomendasikan dilakukan
masyarakat pemilik lahan di lokasi ini tidak pembebasan lahan sehingga
berkebaratan bila lahannya akan digunakan daerah sempadan waduk
untuk daerah sempadan waduk. Namun dapat berfungsi sebagai
masyarakat berharap ada penggantian biaya kawasan lindung dan ada
pengganti untuk lahan. Dengan demikian garis kepastian hukum atas lahan
sempadan dapat ditentukan maksimal yaitu 100 daerah sempadan waduk.
meter.
4 4a - Segmen ini merupakan area yang berada di 50 meter Jarik garis sempadan waduk
(0+00 - 0+342) kawasan 'private' yaitu lokasi bendungan pada kawasan ini ditentukan
beserta bangunan pelengkapnya. Pada segmen dengan memperhatikan
ini terdapat kawasan permukiman padat yang infrastruktur yang ada yaitu
berada di hilir bendungan dengan jarak yang berada pada Jalan dengan
relatif dekat yaitu 30 sampai 40 meter. jarak 50 meter.
- Kondisi lahan yang landai dan datar serta Direkomendasikan dilakukan
berada tepat di hilir bendungan menjadikan pengosongan kawasan dan
kawasan ini sangat rawan dan mempunyai dilakukan pembebasan lahan
potensi resiko yang sangat tinggi terhadap sehingga keamanan
genangan dan banjir. penduduk terjamin dan
- Berdasarkan hasil FGD, sebagian besar daerah sempadan waduk
masyarakat dengan kepemilikan aset berupa dapat berfungsi sebagai

38
Ruas Jarak Garis Keterangan
Segmen Analisis Kondisi Daerah Sempadan
(Km.) Sempadan Waduk
Non SHM tidak setuju rumahnya berada di kawasan lindung.
dalam daerah sempadan dan menolak pindah, Kawasan ini juga harus
sehingga garis sempadan ditentukan berada dipastikan menjadi kawasan
pada infrastruktur Jalan yaitu dengan jarak 50 "private" yang berstatus
meter dari tebing kanan alur pembuang dari BMN.
pelimpah darurat.
Dengan adanya kondisi tersebut maka, daerah
sempadan ditetapkan "status quo" dimana,
bangunan yang ada tersebut tidak boleh
diubah, ditambah dan dikembangkan.

39
Tabel 4.3. Analisis Garis Batas Sempadan Waduk Lempake

Data dan Peta Usulan Garis Sempadan Waduk Lempake hasil kajian selengkapnya
disajikan pada bagian berikut ini.

No. Segmen Sub Segmen Jarak Garis Sempadan (m)


1 1 1a, 1b dan 1f 100
2 1 1c 75
3 1 1d 95
4 1 1e 40
5 2 2a, 2b dan 2c 100
6 3 3a, 3b, 3c, 3d dan 100
3e
7 4 4 50

Tabel 4.4. Jarak Garis Sempadan Waduk Lempake pada Setiap Segmen

Selengkapnya kondisi garis Sempadan Waduk Lempake untuk masing-masing alternatif


(Jarak 50 meter, 100 meter dan Usulan) disajikan pada Tabel dan Peta berikut ini.

40
Garis Sempadan (Jarak 50 meter) Garis Sempadan (Jarak 100 meter) Garis Sempadan Usulan (Jarak bervariasi)
Jumlah rumah/bangunan sesuai Jumlah rumah/bangunan sesuai Respon Jumlah rumah/bangunan sesuai Respon
Penggunaan Jarak/ Kondisi Lahan
Segmen Ruas Panjang Luas Respon dan Status Kepemilikan Panjang Luas dan Status Kepemilikan Panjang Luas dan Status Kepemilikan Potensi Resiko
Lahan (TGL) Lebar (Slope /Elevasi)
Setuju Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju
TAD TAD TAD
(m) (m2) (%) HM Non HM HM Non HM (m) (m2) (%) HM Non HM HM Non HM (m) (m) (m2) (%) HM Non HM HM Non HM
Genangan banjir,
1a Permukiman 268.52 12,016.32 8.97 13 22 - 3 - 336.73 27,653.73 11.56 13 32 - 3 - 329.64 100.00 29,838.24 14.37 12 26 - 3 - Landai/Rendah
sumber pencemaran
Rawan erosi, longsor,
1b Permukiman 439.29 24,457.88 18.25 7 21 7 9 - 454.10 46,074.84 19.26 7 21 7 10 - 551.26 100.00 46,021.72 22.16 3 18 7 10 - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Genangan banjir,
1c Permukiman 341.73 16,010.61 11.95 24 7 9 3 - 378.72 13,766.84 5.76 40 12 21 4 - 334.29 75.00 13,766.84 6.63 20 7 2 3 - Landai/Rendah
sumber pencemaran
1 Rawan erosi, longsor,
1d Permukiman 606.15 42,372.11 31.62 65 10 3 - - 671.50 69,424.84 29.02 113 18 14 - - 556.03 95.00 68,892.34 33.17 113 21 6 - - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Genangan banjir,
1e Permukiman 482.05 23,344.64 17.42 37 - 35 - - 547.33 49,179.65 20.56 64 - 67 - - 490.85 40.00 18,029.59 8.68 6 4 9 1 - Landai/Rendah
sumber pencemaran
Genangan banjir,
1f Permukiman 330.55 15,822.54 11.81 8 - 5 - - 422.45 33,104.02 13.84 9 9 10 1 - 422.45 100.00 31,166.11 15.00 6 4 9 1 - Landai/Rendah
sumber pencemaran
Jumlah 2,468.28 134,024.11 100.00 154 60 59 15 2,810.84 239,203.93 100.00 246 92 119 18 2,684.52 207,714.84 100 160 80 33 18 0 -
Rawan erosi, longsor,
Lahan Kering 158,476.13 67.56 - - - - - 286,318.82 67.58 - - - - - 286,318.82 67.58 - - - - - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
2a 2,667.21 2,760.31 1,960.31 100.00
Rawan erosi, longsor,
Permukiman 13,522.64 5.76 - - - - 4 13,522.64 3.19 - - - - 9 13,522.64 3.19 - - - - 9 Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
2 Genangan banjir,
2b Lahan Kering 406.82 18,355.59 7.82 - - - - - 424.08 27,034.12 6.38 - - - - - 324.08 100.00 27,034.12 6.38 - - - - - Landai/Rendah
sumber pencemaran
Rawan erosi, longsor,
2c Lahan Kering 806.83 44,230.34 18.85 - - - - - 828.92 96,818.59 22.85 - - - - - 718.92 100.00 96,818.59 22.85 - - - - - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Jumlah 3,880.86 234,584.70 100.00 0 0 0 0 4 4,013.32 423,694.18 100.00 0 0 0 0 9 3,003.32 423,694.18 100 0 0 0 0 9
Rawan erosi, longsor,
3a Semak Belukar 4,171.19 394,917.23 28.67 - - - - - 4,306.13 638,868.88 27.87 - - - - - 2,906.13 100.00 638,868.88 27.87 - - - - - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Genangan banjir,
Permukiman 14,124.65 1.03 - 12 - - - 18,674.79 0.81 - 13 - 1 - 100.00 18,674.79 0.81 - 16 - 1 - Landai/Rendah
sumber pencemaran
Genangan banjir,
Sawah 119,531.86 8.68 - - - - - 119,531.86 5.22 - - - - - 100.00 119,531.86 5.22 - - - - - Landai/Rendah
sumber pencemaran
3b 2,487.04 2,605.26 2,405.26
Genangan banjir,
Lahan Kering 14,359.89 1.04 - - - - - 21,262.63 0.93 - - - - - 100.00 21,262.63 0.93 - - - - - Landai/Rendah
sumber pencemaran
Genangan banjir,
Semak Belukar 169,607.91 12.31 - - - - - 281,143.02 12.27 - - - - - 100.00 281,143.02 12.27 - - - - - Landai/Rendah
sumber pencemaran
3 Rawan erosi, longsor,
3c Semak Belukar 2,811.04 166,175.37 12.06 - - - - - 2,839.11 320,523.84 13.98 - - - - - 1,839.11 100.00 320,523.84 13.98 - - - - - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Genangan banjir,
3d Semak Belukar 382.21 16,297.05 1.18 - - - - - 404.31 31,530.31 1.38 - - - - - 404.31 100.00 31,530.31 1.38 - - - - - Landai/Rendah
sumber pencemaran
Rawan erosi, longsor,
Permukiman - 0.00 - - - - - 17,839.63 0.78 - - - - 10 100.00 17,839.63 0.78 - - - - 10 Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Rawan erosi, longsor,
3e Lahan Kering 7,248.77 - 0.00 - - - - - 7,450.69 21,419.98 0.93 - - - - - 7,050.69 100.00 21,419.98 0.93 - - - - - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Rawan erosi, longsor,
Semak Belukar 482,538.28 35.03 - - - - - 821,119.84 35.83 - - - - - 100.00 821,119.84 35.83 - - - - - Tebing/Tinggi
sumber pencemaran
Jumlah 17,100.26 1,377,552.24 100.00 0 12 0 0 0 17,605.50 2,291,914.78 100.00 0 13 0 1 10 14,605.50 2,291,914.78 100 0 16 0 1 10
Hilir
Bendung
Permukiman 309.91 29,459.34 100.00 341.51 50 49,741.29 100 - - - - - Landai/Rendah Genangan banjir
an

Tabel 4.5. Jarak Garis Sempadan Waduk Lempake pada Setiap Segmen

41
Gambar 4.1. Garis Sempadan Waduk Lempake (Jarak 50 meter)

42
Gambar 4.2. Garis Sempadan Waduk Lempake (Jarak 100 meter)

43
Gambar 4.3. Garis Sempadan Waduk Lempake Usulan (Jarak Bervariatif)

44
Tabel 4.6. Patok BM dan CP di Daerah Sempadan Waduk Lempake

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan :
Segmentasi dan Tipe Daerah Sempadan Waduk Lempake secara berurutan adalah
sebagai berikut :
1. Segmen 1 : Permukiman

45
2. Segmen 2 : Lahan kering (tegalan)
3. Segmen 3 : Semak belukar
4. Segmen 4 : Bendungan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kajian, beberapa saran yang dapat sampaikan antara lain :
1. Pentingnya penentuan/penetapan garis batas sempadan waduk sebaiknya
diberlakukan untuk semua bendungan/waduk guna keberlangsungan kelestarian
dan perlindungan waduk

REFERENSI
Soemarto, C.D., 1987. Hidrologi Teknik, Pt. Erlangga, Surabaya.
Triatmodjo, Bambang, 2010. Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta
Permen PUPR nomor : 27/PRT/M/2015 tentang BENDUNGAN
Permen PUPR nomor : 28/PRT/M/2015 tentang PENETAPAN GARIS SEMPADAN
SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU

46

Anda mungkin juga menyukai