Anda di halaman 1dari 3

PEDOMAN SURVEI DAN MONITORING SEDIMENTASI WADUK

1. RUANG LINGKUP
1) Lingkup Pedoman
Pedoman survei dan monitoring sedimentasi waduk memuat
tentang tata cara pelaksanaan survei dan monitoring sedimentasi
waduk

dimulai

pengukuran

dari

pengumpulan

angkutan

sedimen

data

dan

umum,

pengambilan

tata

cara

sampel

di

lapangan, pengujian laboratorium, pengukuran topografi teristris


(tachimetri) dan bathimetri daerah genangan waduk termasuk
syarat-syarat yang harus dipenuhi, analisis data survei untuk
memperoleh hasil sesuai dengan tujuan dilakukannya survei dan
monitoring. Pedoman ini di titik beratkan pada pelaksanaan survei
dan monitoring waduk guna memperkirakan sisa umur layanan
waduk, perubahan pola operasi waduk sehubungan dengan adanya
pengurangan

volume

pengendalian

banjir

perencanaan

tampung
dan

dapat

penanggulangan

termasuk

volume

untuk

digunakan

sebagai

dasar

sedimentasi

pada

waduk

yang

bersangkutan atau pada Daerah Aliran Sungainya. Tata cara


pelaksanaan survei yang tercantum dalam pedoman merupakan
tata

cara

yang

dipilih

sesuai

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan dan teknologi serta tidak mencakup semua tata cara


yang ada atau pernah dilakukan.
2) Maksud dan Tujuan
Penyusunan pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan
kepada

pengelola

waduk

mengenai

tata

cara

atau

metode

pelaksanaan survei dan monitoring sedimentasi waduk yang sudah


ada dengan menggunakan peralatan atau teknologi terkini yakni
dengan Differential Global Positioning System Echo Sounder (DGPS
Echo Sounder) untuk pemeruman kedalaman waduk dan dengan

Real Time Kinematik Global Positioning System (RTK GPS) untuk


pengukuran

topografi

terestris

daerah

genangan

waduk

(tachimetri). Tujuan penyusunan pedoman adalah untuk dapat


dilaksanakannya pekerjaan survei dan monitoring sedimentasi
setiap

waduk

yang

ada

di

Indonesia

secara

periodik

berdasarkan ketentuan dan dapat dilakukan dengan cara yang


effektif, effisien dan dengan kendala seminimal mungkin.
2. ACUAN NORMATIF
1) SNI 03 6737 2002

: Metode Perhitungan Awal Laju


Sedimentasi Waduk
2) SNI 19 6724 2002
: Standar Jaring Kontrol Horisontal
(Bakosurtanal)
3) SNI 19 6459 2000
: Tata Cara Pengontrolan Sedimen
pada Waduk
4) SNI 03 3414 1994
: Tata Cara Pengambilan Contoh
Muatan Sedimen
Layang di Sungai Dengan Integrasi Kedalaman
Berdasarkan Pembagian Debit
5) Pd. T 25 - 2004

Pedoman

Pengoperasian

Tunggal
6) Pd. M. 03 2000A

:
Metode
Perhitungan
Tampungan pada Waduk
7) ASTM D 4581 86 (2001) : Standard Guide for Measurement of
Morphologic Characteristics of
Surface Water Bodies.
8) USBR Chapter 9
: Reservoir Survey and Data Analysis

3.

Waduk
Kapasitas

ISTILAH DAN DEFINISI

Beberapa istilah dan definisi yang berkaitan dengan pedoman ini adalah:
(1) Waduk adalah wadah buatan untuk menampung air, limbah atau bahan cair
lainnya yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
(2) Efisiensi tangkapan sedimen adalah persentase laju angkutan sedimen yang
mengendap di dalam daerah genangan waduk dengan laju angkutan
sedimen total yang masuk ke dalam waduk.
(3) Endapan sedimen waduk adalah timbunan material yang berasal dari hasil
angkutan sedimen sungai dan hasil erosi DAS.
(4) Laju sedimentasi adalah banyaknya pengendapan sedimen di sungai atau
waduk per satuan waktu.
(5) Laju angkutan sedimen adalah besarnya debit angkutan sedimen yang mengalir
pada alur sungai atau waduk per satuan waktu.
(6) Serahan sedimen adalah sedimen yang mengalir masuk dan diangkut ke

dalam sebuah waduk berasal dari daerah drainase/pengaliran di hulunya


(mm/tahun).
(7) Kapasitas efektif waduk adalah volume waduk dari elevasi muka air normal
sampai dengan elevasi muka air eksploitasi terendah untuk periode yang
akan dianalisis (m3); untuk selanjutnya dalam pedoman ini disebut kapasitas.
(8) Kapasitas tersedia adalah volume waduk yang dicadangkan untuk memenuhi
fungsinya seperti untuk air pertanian, industri, tenaga listrik, kebutuhan
domestik dan sebagainya.
(9) Periode retensi adalah kapasitas waduk dibagi oleh debit aliran masuk
(satuan waktu).
(10) Panjang waduk adalah panjang dasar sungai di atas tampungan mati sampai
pada muka air eksploitasi terendah (m).
(11) Tranduser adalah alat untuk mengubah energi elektrik ke energi akustik dan
energi akustik kembali ke tenaga elektrik.
(12) Bar check adalah alat yang digunakan untuk mengkalibrasi slat ukur echo
sounder dengan menggunakan alat pemantul gelombang suara, seperti
lempengan metal dengan permukaan yang rata atau balok I.
(13) Velocity probe adalah metode untuk mengkalibrasi bacaan kedalaman dari
slat echo sounder dengan memperhitungkan variasi kecepatan rambat
gelombang suara pada berbagai variasi kedalaman.
(14) GPS atau Global Positioning System adalah sistem satelit EDM yang
digunakan untuk menentukan koordinat Kartisius (x, y, z) suatu tempat dengan
alat sinyal radio dari satelit NAVSTAR.
(15) EDM atau Electronic Distance Measurement adalah pengukuran jarak
dengan menggunakan sinyal atau sistem perbandingan Ease.
(16) NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh sistem satelit Amerika Serikat yang
didirikan untuk Navigation Satelite Timing and Ranging.
(17) Pemeruman adalah pengukuran kedalaman air dengan alat akustik, echo
sounder atau dengan alat duga.
(18) Total Station adalah alat survei topografi yang berfungsi secara elektronik
dan secara digital mengukur dan menayangkan jarak horizontal dan sudut
vertikal ke suatu obyek.
Beberapa singkatan yang berkaitan dengan pedoman ini adalah:
(1) AWLR : Automatic WaterLlevel Recorder
(2) BTMA: Bed Load Transport Meter A rn h ie m
(3) DAS : Daerah Aliran Sungai
(4) (D)GPS: (Differential) Global Positioning System
(5) DTM: Digital Terrain Model
(6) EDM: Electronic Distance Measurement
(7) EPS: Electronic Positioning System
(8) LADGPS: Local Area Differential Global Positioning System
(9) GDOP: Geometric Dilution of Precision
(10)HDOP: Horizontal Dilution of Precision
(11) PDOP: Position Dilution of Precision

Anda mungkin juga menyukai