ABSTRAK
Kawasan wisata danau biru di Kabupaten Kolaka Utara menggunakan pendekatan arsitektur organik penting didesain
sebagai berikut: (1) penulis ikut mensukseskan visi misi BUMDeS (2) bangunan-bangunan pada kawasan danau biru belum
mewadahi semua aktifitas dalam kawasan wisata; (3) Fasilitas penginapan pada kawasan danau biru belum tersedia; (4)
potensi perbukitan, pantai, dan goa belum terintegrasikan dengan baik; (5) jaringan utilitas belum tersedia serta; (6)
kawasan danau biru tampak kurang terurus. Tulisan ini menggunakan metode analisis desktiptif kualitatif dengan
menguraikan berbagai permasalahan dan kebutuhan kawasan wisata. Data primer dikumpulakn melalui observasi dan
wawancara. Sedangkan untuk data sekunder berasal dari beberapa buku referensi, dokumen perencaan tata ruang, studi
kasus dan literatur lainnya. Penelitian ini ditujukan sebagai berikut: (1) untuk mengolah tapak pada kawasan wisata dengan
pendekatan arsitektur organik di Kabupaten Kolaka Utara; (2) untuk mengolah kebutuhan ruang pada kawasan dengan
pendekatan arsitektur organik di Kabupaten Kolaka Utara; (3) untuk menerapkan prinsip-prinsip arsitektur organic pada
kawasan wisata di Kabupaten Kolaka Utara. Penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: Pertama Tapak memperhatikan
aspek klimatologi, aspek topografi, aspek Sirkulasi, aspek vegetasi, aspek view, serta aspek utilitas pada tapak. Kedua
Wadah yang tersedia memperhatikan aspek bentuk, aspek sirkulasi dan penataan, aspek struktur, aspek kebutuhan ruang,
persyartan ruang, hubungan ruang yang sesuai perkembangan tren Kawasan wisata. Ketiga Prinsip-prinsip Arsitektur
Organik yang diterapkan pada bangunan - bangunan dikawasan danau biru adalah sebagai berikut: Building as nature,
Continous present, Form Follows Flow, Of the people, Of the hill, Of the materials, Youthful and unexpected dan Living
music. Konsep perencanaan yang di aplikasikan pada tapak, fasad ataupun interior bangunan, terlihat dari penggunaan
material dan bangunan yang menyesuaikan bentuk dari tapak.
ABSTRACT
The blue lake tourism area in North Kolaka Regency uses an important organic architectural approach which is
designed as follows: (1) the author participates in the success of the vision and mission of BUMDes (2) the building in the
blue lake area has not accommodated all activities in the tourist area; (3) Lodging facilities in the blue lake area are not
yet available; (4) the potential for hills, beaches, and caves has not been well integrated; (5) utility network is also not yet
available; (6) the blue lake area looks neglected. This paper uses a qualitative descriptive analysis method by describing
various problems and needs of tourist areas. Primary data were collected through observation and interviews. While
secondary data comes from several reference books, spatial planning documents, case studies and other literature. This
study aims as follows: (1) cultivate the site in a tourist area with an organic architectural approach in North Kolaka
Regency; (2) processing space requirements in the area with an organic architectural approach in North Kolaka Regency;
(3) apply the principles of organic architecture in tourist areas in North Kolaka Regency. This study concludes as follows:
First, the site pays attention to climatological aspects, topographic aspects, circulation aspects, vegetation aspects,
appearance aspects, and utility aspects at the site. The two available containers pay attention to aspects of form, aspects of
circulation and arrangement, aspects of structure, aspects of space requirements, space requirements, spatial relations in
accordance with the development of tourism trends. The three principles of Organic Architecture which are applied to the
buildings in the blue lake area are as follows: Building as nature, Sustainable Presence, Form goes with the flow, Human,
Hill, Material, Young and unpredictable, and Live music. The planning concept that is applied to the site, facade or interior
of the building, can be seen from the use of materials and buildings that adapt to the shape of the site.
PENDAHULUAN unik. Potensi suatu kawasan wisata akan lebih tepat bila
A. Latar Belakang didesain dengan konsep alam yaitu konsep arsitektur
Potensi suatu kawasan mempunyai ciri khas tertentu organis. Arsitektur organis mempunyai filosofi arsitektur
yang dapat membedakannya dengan yang lain sehingga tentang keselarasan antara tempat tinggal manusia dan
bila dikembangkan dapat menjadi destinasi wisata yang dunia alam yang ditujukan untuk menciptakan
Volume 7 No. 1 | April 2022 153
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN ::)2503-3344)
dengan caranya masing masing yang sering kali kesan Tapak terletak di Jln.Poros Ranteangin, Desa
organik yang dimunculkan mengantarkan pada bentuk- Walasiho, Kecamatan Wawo, Kabupaten Kolaka Utara,
bentuk bebas dan ekspresif (Ndari Dkk, 2017) Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas tapak yaitu ±
50.082 m². Memiliki potensi untuk dilakukan
Arsitektur organik adalah sebuah filosofi arsitektur
pengembangan pariwisata dengan pertimbangan
yang mengangkat keselarasan antara tempat tinggal kepadatan penduduk masih rendah serta tersedianya
manusia dan alam, melalui desain yang mendekatkan wisata-wisata alam yang secara alami.
dengan harmonis antara lokasi bangunan, perabot, dan 1. Gambaran Umum Tapak
lingkungan menjadi bagian dari satu komposisi, a. Peruntukan : Kawasan Konservasi, Kawasan
dipersaatukan dan saling berhubungan. Menurut David Budidaya, Kawasan Wisata Pantai, Kawasan Wisata
Pearson dalam bukunya David Pearson’s Gaia of Agro Dan Kawasan Wisata Alam.
b. Luas Tapak : 50.082 m²
Organic Architecture & design arsitektur organik
c. KDB : 30 %
memiliki strategi perancangan sebagai berikut: (Oranye
& Moniaga, 2013).
METODE
A. Metode Pembahasan Penulisan
Metode pembahasan dalam tulisan ini terdiri dari
sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data. Sumber data terdiri dari Data primer, dan
data sekunder. Data primer terdiri dari data tapak dan Gambar 1. Tapak di Desa Walasiho
data lokasi. Data sekunder terdiri dari jumlah penduduk,
eksisting tapak, kajian pustaka, aturan-aturan a. Timur : Bukit
bangunan,standar-standar bangunan, rencana tata ruang b. Barat : laut
kabupaten kolaka uatara, rencana tata bangunan dan c. Utara : rumah warga
lingkungan Kabupaten Kolaka Utara, peta wilayah d. Selatan : Gunung
Kabupaten Kolaka Utara, letak petageografi, batas
wilayah, luas wilayah, dan peta danau biru. Teknik B. Pengolahan Tapak
pengumpulan data terdiri dari sebagai berikut: 1. Pengolahan Tapak Terhadap Matahari
1. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau
dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan
data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan
alat standar lain untuk keperluan tersebut.
2. Wawancara
Menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur,
yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan Gambar 2. Orientasi Tapak Terhadap Matahari
ditanyakan.
3. Dokumentasi Secara normal Matahari memiliki dampak positif
Yaitu eksisting tapak, kajian pustaka, aturan-aturan dan negatif terhadap keberlangsungan kegiatan dalam
bangunan,standar-standar bangunan, rencana tata ruang bangunan. Pemanfaatan dan pengendalian panas
kabupaten kolaka uatara, rencana tata bangunan dan matahari yang menerpa bangunan secara benar bisa
lingkungan Kabupaten Kolaka Utara, peta wilayah bermanfaat terhadap bangunan itu sendiri. Adapun
Kabupaten Kolaka Utara, letak petageografi, batas pengolahan tapak terhadap sinar matahari yaitu :
wilayah, luas wilayah, dan peta danau biru. a. Pengaturan orientasi bangunan pada Kawasan
Teknik analisis data dilakasanakan dengan cara dominan ke arah Barat menghadap Teluk Bone
pengumpulan data, pereduksian data, penyajian data, dan untuk mendapatkan view Matahri terbenam. Dengan
penarikan kesimpulan. memanfaatkan pencahayaan alami dapat mengurangi
penggunaan energi pada bangunan.
Gambar 4. Atap Dan Dinding Kaca Gambar 7. Orientasi Bangunan terhadap Arah Angin
c. Menggunakan media vertikal garden Secondary Angin berehembus cukup kencang dari Barat Teluk
Skin untuk tanaman rambat dan penggunaan Bone begitupun sebaliknya sehingga dapat
secondary skin material Aluminium Composit mempengaruhi kenyamanan termal di dalam maupun
Panel pada fasad bangunan untuk menghalangi luar bangunan. Untuk itu, dalam perancangannya
paparan sinar matahari secara langsung serta mempertimbangkan fungsi ruang luar sebagai filter pada
mereduksi panas yang masuk pada bangunan. arah laju angin. Adapun pengolahan tapak terhadap
terhadap orientasi arah angin adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan konvigurasi bentuk dan fasad bangunan
yang dapat mengarahkan angin.
a. Pencapaian Ke Tapak
Gambar 15. Pemisahan Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki Gambar 18. Fasilitas Parkir
6. Penzoningan
3) Sirkulasi pejalan kaki pada tapak dibuat linear
dan jaringan agar sirkulasi dapat menghubungkan
beberapa titik pusat kegiatan .
4) Terdapat beberapa jalur sirkulasi pada tapak yaitu a. Zona inti; dimana lokasi atraksi/daya tarik utama
sirkulasi kendaraan pengunjung dan kendaraan suatu kawasan wisata berada. Aktivitas utama
pengelola, dan sirkulasi servis. berwisata di daerah ini harus dilengkapi dengan
fasilitas utama.
b. Zona penyangga; area penyangga merupakan daerah
antara/buffer antara dua kegiatan berbeda, yaitu
aktivitas utama dan fasilitas pendukung. Fungsi
utama daerah ini adalah menjaga citra kawasan
wisata dan kenyamanan pengunjung.
c. Zona pelayanan; suatu area dimana seluruh aktivitas
dan fasilitas pendukung ditempatkan.
7. Panca Indera
a. View Keluar Tapak
Untuk view terbaik keluar tapak berada pada sisi
utara, barat, dan selatan tapak dimana dapat menjadi area
Gambar 17. Sirkulasi Kendaraan pandang pada ruang terbuka yang dapat menjadi area
Wisata bagi pengguna Bangunan.
Gambar 20. View Utara Keluar Tapak Gambar 23. View Barat Kedalam Tapak
Gambar 21. View Selatan Keluar Tapak Gambar 24. View Timur Kedalam Tapak
Gambar 22. View Barat Keluar Tapak Gambar 25. View Barat Keluar Tapak
b. Deviasi Perancangan
Volume 7 No. 1 | April 2022 159
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN ::)2503-3344)
Selisih (deviasi) besaran ruang : Lingkaran membatasi apa yang ada di dalam dan
menjaga hal-hal lain tetap di luar.
= Sesudah Perancangan – Sebelum Perancangan x 100%
Sebelum Perancangan b. Tampilan Bangunan
= 7.945,08– 7.276,175 x 100% Tapilan bangunan mengikuti bentuk dasar bangunan
dengan memberi modifikasi pada fasad bangunan untuk
7.945,08 menarik perhatian pengunjung.
= 9,2%
Perubahan pada besaran ruang terjadi karena adanya
beberapa ruang yang pada saat penyusunan menjadi
denah harus dikurangi dan ditambah besarannya untuk
menyesuaikan pada bentuk dasar bangunan dan tapak
bangunan. Gambar 27. Transformasi Tampilan
Gambar 31. Plaza Depan Gedung B Gambar 35. Sirkulasi Menuju ke Danau
d. Mushollah
e. Coffee Shop
b. Penginapan Type B
KESIMPULAN
Penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: Pertama
Tapak memperhatikan aspek klimatologi, aspek
topografi, aspek Sirkulasi, aspek vegetasi, aspek view,
serta aspek utilitas pada tapak. Kedua Wadah yang
tersedia memperhatikan aspek bentuk, aspek sirkulasi
dan penataan, aspek struktur, aspek kebutuhan ruang,
persyartan ruang, hubungan ruang yang sesuai
perkembangan tren Kawasan wisata. Ketiga Prinsip-
prinsip Arsitektur Organik yang diterapkan pada
bangunan - bangunan dikawasan danau biru adalah
sebagai berikut: Building as nature, Continous present,
Form Follows Flow, Of the people, Of the hill, Of the
materials, Youthful and unexpected dan Living music.
Gambar 40. Kamar Typ B DAFTAR REFERENSI
Aprilian, H. & Suryandari, P. 2019. Perencanaan
Kawasan Wisata Alam Dengan Penerapan Arsitektur
Volume 7 No. 1 April 2022 162
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)