Kajian Awal Ekoturisme Sungai Ciliwung Ruas Depok yang Berbasis Kearifan Lokal
OLEH:
KOTA DEPOK
2017
I. PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan wisata minat khusus yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, bahkan telah
menjadi isu global yaitu dengan berkembangnya ekowisata (ecotourism) sebagai kegiatan wisata
alam yang berdampak ringan. Kehadiran ekowisata dalam era pembangunan berwawasan
lingkungan merupakan suatu misi pengembangan pariwisata alternatif yang tidak banyak
menimbulkan dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap sosial budaya dan daya
tarik wisata lainnya. Kegiatannya lebih berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alami, asli, dan
belum tercemar.
Secara definisi, ekowisata, menurut pengertian Panduan Ekowisata yang dikeluarkan oleh UNESCO,
merupakan jenis wisata yang bertanggung jawab pada tempat alami serta memberi kontribusi
terhadap kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Sedangkan menurut Kementerian Pariwisata, ekowisata merupakan konsep pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan dengan tujuan mendukung pelestarian alam dan budaya serta
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi
kepada masyarakat lokal.
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya
dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah
wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan
ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para
rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam salah satu seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada (Fandeli,
1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya
bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada
hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap
kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan
mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk
ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk
dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990)
sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan
penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan
di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya
tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak
digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan
kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru
dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri
pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah
berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam
mengembangkan ekowisata ini.
Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian
ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang
didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang mendefinisikan ekowisata
adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap
lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini
memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata
lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest
tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.
Tempat tinggal manusia banyak yang berada berdekatan dengan sungai, karena di dalam
kehidupannya manusia membutuhkan air, yang dengan mudah didapatkan dari sungai. Sungai juga
sudah lama dimanfaatkan sebagai sumber air untuk berbagai macam kebutuhan hidup manusia, dari
air untuk keperluan rumah tangga, irigasi, perikanan, pariwisata bahkan sungai pun dapat digunakan
sebagai sarana transportasi. Sungai tidak hanya dimanfaatkan airnya, tetapi alur sungai juga
dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Pemanfaatan alur sungai dilakukan oleh masyarakat
setempat untuk berbagai keperluan, dari pertanian sampai ke permukiman. Di dalam Undang-
Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan
bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Oleh sebab itu pemanfaatan dan pemeliharaan
sungai dan alur sungai merupakan bagian dari pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Fakta
di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan alur sungai tersebut tidak sesuai dengan
perundangan yang berlaku. Daerah bantaran sungai yang seharusnya tidak boleh digunakan untuk
berbagai keperluan sudah dimanfaatkan untuk permukiman. Selain memanfaatkan alur sungai,
masyarakat setempat juga melakukan pemeliharaan agar alur sungai terhindar dari kerusakan yang
timbul, baik kerusakan yang timbul secara alamiah maupun kerusakan yang timbul karena aktivitas
manusia. Di dalam memanfaatkan dan memelihara alur sungai masyarakat banyak yang melakukan
berdasarkan kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun, namun juga ada juga yang
melakukannya dengan menggunakan teknologi yang relatif baru. Kondisi lingkungan setempat
mempunyai pengaruh pada cara masyarakat memanfaatkan dan memelihara alur sungai. Budaya
masyarakat setempat dengan tradisi yang dimilikinya merupakan hal yang berpengaruh juga
terhadap cara masyarakat memanfaatkan air sungai dan memelihara alur sungai. Pemeliharaan
sungai-sungai yang besar biasanya dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, namun pemanfaatan dan pemeliharaan sungai-sungai yang kecil yang seringkali
juga tidak dikenal namanya banyak dilakukan oleh masyarakat setempat dengan menggunakan
kebiasaan yang dimilikinya.
Studi banding ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui serta mengkaji cara masyarakat setempat memanfaatkan air sungai.
2) Mengetahui dan menganalisis cara masyarakat memanfaatkan dan memelihara alur sungai-
sungai kecil berdasarkan atas kebiasaan yang dimilikinya.
III. METODE
Studi banding ini dilakukan di daerah sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan
mengambil objek penelitian pada sungai Citarik yang dimanfaatkan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Pengamatan lebih mendetail difokuskan pada kawasan sempadannya. Studi banding
dilakukan dengan survei langsung di lapangan. Data dikumpulkan dengan cara melakukan observasi,
pengukuran dan dokumentasi terhadap karakteristik sungai. Wawancara di lapangan dilakukan
dengan cara tidak terstruktur terhadap masyarakat yang memanfaatkan air sungai dan alur sungai,
agar lebih dapat secara bebas menggali pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan dan
pemeliharaan alur sungai. Wawancara mendalam yang dilakukan terhadap tokoh masyarakat
setempat, terutama yang berdekatan dengan sungai Citarik yang dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat. Hasil wawancara direkam dan dicatat kemudian diolah dengan cara kualitatif selanjutnya
dianalisis untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang pemanfaatan dan pemeliharaan
alur sungai di daerah penelitian.
V. Penutup
Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami. Meskipun
perjalanan ini bersifat berpetualang, namun wisatawan dapat menikmatnya. Ekowisata selalu
menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan rnenjamin keberpihakan
kepada masyarakat. Peranan masyarakat lokal sangat besar dalam upaya menjaga keutuhan alam.
Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan, saat pelaksanaan pengembangan dan
pengawasan dalam pemanfaatan. Studi banding ini bersifat sebagai kajian awal untuk merumuskan
formulasi Ekowisata Sungai Ciliwung di Ruas Kota Depok ke depannya.