Anda di halaman 1dari 3

Tingkat Literasi Ekologi Masyarakat Desa Lhoksukon Terhadap Konservasi Kawasan

Rawa Bina. UD Guna Melestarikan Pesrkebunan Dan Perekonomian Masyarakat

A. Latar Belakang

Rawa adalah genangan air daratan pada cekungan yang relatif dangkal dan seringkali
ditutupi tumbuh – tumbuhan air. Letak rawa terutama terdapat di bagian tengah dan hilir
sungai yang mengalir di daratan yang hampir sama tinggi dengan tinggi air sungai. Rawa
memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi ekologi, budidaya dan sosial ekonomi. Rawa
yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Rawa Bina. UD. Dari aspek ekologi rawa
merupakan tempat berlangsungnya siklus ekologis dari komponen air dan kehidupan
akuatik yang ada didalamnya dan keberadaan rawa akan mempengaruhi keseimbangan
ekosistem di sekitarnya. Aspek budidaya, masyarakat di sekitar rawa sering
memanfaatankan rawa sebagai budidaya perikanan jala apung dan keramba. Dari aspek
sosial ekonomi, rawa memiliki fungsi yang berdampak langsung dengan kehidupan
masyarakat sekitar rawa. Contohnya dalam aspek ekonomi yaitu pemanfaatan rawa
sebagai lahan perkebunan atau persawahan.

Rawa Bina. UD dapat dikatakan suatu daerah atau kawasan yang sangat berarti bagi
kehidupan masyarakat yang ada disekitarnya, karena Rawa Bina. UD dimanfaatankan
sebagai perikanan darat, irigasi, pertanian pasang surut, dan sumber air baku air minum.
Dengan banyaknya pemanfaatan berlebih Rawa Bina. UD bagi kehidupan masyarakat
yang tidak didukung oleh pengetahuan atau kesadaran masyarakat mengenai
keberlanjutan Rawa Bina. UD akan membahayakan kelestarian Rawa Pening itu sendiri.
Jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik dan benar serta daya pemahaman masyarakat
yang kurang tentang kelestarian Rawa Bina. UD dikhawatirkan mereka hanya mengenal
Rawa Bina. UD berdasarkan cerita bukan berdasarkan melihat fakta atau tempat yang
sebenarnya, dengan kata lain Rawa Bina. UD akan kehilangan keberadaannya dan hanya
nama yang tersisa.

Kondisi Rawa Bina. UD yang saat ini mengkhawatirkan karena terjadi masalah
ekologi seperti sedimentasi. Sedimentasi merupakan konsekuesi dari perairan yang
bersifat lentik. Sedimentasi tersebut tentu saja dapat mengancam keseimbangan ekologis
di Rawa Bina. UD. Sedimentasi yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yakni
faktor allocbtonous dan autocbtonous. faktor allocbtonous meliputi materi – materi yang
terbawa 4 sungai – sungai yang bermuara di Rawa Bina. UD erosi dari hulu, serta
kegiatan penduduk disekitanya. faktor autocbnous yaitu berasal dari perairan itu sendiri
seperti pembusukan enceng gondok dan alga yang mati.

B. Analisis

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, konservasi sumber daya


alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Sumber daya alam yang selama ini
menjadi pendukung utama pembangunan nasional perlu diperhatikan keberlanjutan
pengelolaannya agar dapat memenuhi kepentingan generasi saat ini dan masa depan.
Untuk itu, telah dilaksanakan berbagai kebijakan, upaya, dan kegiatan yang
berkesinambungan untuk mempertahankan keberadaan sumber daya alam sebagai modal
dalam pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan seluruh bangsa
dengan tetap mempertahankan daya dukung dan fungsi lingkungan hidup.

Sampai saat ini masih terjadi berbagai kerusakan, pencemaran, dan bencana alam
akibat pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang mengesampingkan
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan
fungsi lingkungan hidup sebagai penyediaan sumber daya alam untuk pembangunan
nasional. Saat ini masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya alam dan
kelestarian lingkungan hidup semakin kompleks karena dampak perubahan iklim yang
sudah dirasakan dan diperkirakan akan bertambah besar apabila tidak diantisipasi melalui
kegiatan adaptasi, mitigasi dan konservasi. Kegiatan ini merupakan upaya atau tindakan
untuk menjaga keberadaan SDAL secara terus menerus berkesinambungan baik mutu
maupun jumlah, sehingga dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan
memperlakukannya berdasarkan hukum alam.

Gerakan sekolah ekoliterasi adalah sebuah pilihan kegiatan yang tepat untuk
menunjang pemahaman ekologi kepada masyarakat. Pengenalan konsep dasar yang harus
berlandaskan penguatan literasi merupakan titik tolak keberhasilan aktivitas sekolah ini.
Literasi merupakan salah satu kegiatan membaca, menulis, dan berhitung. Hal ini sejalan
dengan pandangan UNESCO menjelaskan bahwa literasi yaitu seperangkat aksi
keterampilan nyata, khususnya pada kognitif melalui cara baca dan tulis yang terlepas
dari konteks dimanapun keterampilan itu diperoleh seseorang. Kata literasi banyak
disandingkan dengan beberapa kata lain yaitu literasi filantropi, literasi virtual, literasi
media dan lain sebagainya. Literasi dalam kehidupan sosial mencoba memberikan
pemaknaan khusus. Sebenarnya arti literasi itu sendiri merupakan respon, pemahanan,
aktvitas kegiatan yang dapat diaplikasikan sehari-hari melalui pembelajaran
berkelanjutan. Maksud sebenarnya gerakan inilah sebagai basis education center kepada
masyarakat yang harus ditekankan sebagai cara dalam gerakan advokasi dalam
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumber daya manusia lebih penting
daripada sebuah kuantitas. Maka upaya membangun SDM yang peduli lingkungan
merupakan tanggungjawab pemerintah dalam upaya advokasi ekologis. Kekuatan
meregenerasikan manusia yang sadar ekologi tersebut merupakan kunci utama
mempertahankan nilai budaya ekologis.

C. Penutup

Isu Global Warming) adalah kondisi sosial yang berdampak pada adanya degradasi
lingkungan. Maka tindakan preventif guna mengurangi dampak tersebut, melalui gerakan
ekologi literasi (ekoliterasi) yang mencoba menggunakan teori sosial kontemporer,
dimana saya ingin membangun paradigma konservasi ekologis yang tetap berorientasi
pada pembangunan nasional berkelanjutan. Konsep ini tidak akan bisa tercapai dengan
hanya beberapa orang saja, namun hal ini bisa terjadi melalui metode kolaborasi yang
menempatkan pemerintah sebagai navigator utama, serta masyarakat dan swasta sebagai
faktor penyeimbang arah pembangunan dalam memegang prinsip ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

http://lib.unnes.ac.id/42327/1/chrolerra.pdf Diakses Pada Tanggal 28 Agustus 2022

http://repository.ut.ac.id/4311/1/PWKL4220-M1.pdf Diakses Pada Tanggal 28


Agustus 2022

file:///C:/Users/ACER/Downloads/GERAKANEKOLOGIFIX.pdf Diakses Pada


Tanggal 28 Agustus 2022

Anda mungkin juga menyukai