Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Pengertian Pariwisata
Sektor pariwisata, telah berperan sebagai penyumbang devisa cukup besar selain minyak dan
gas bumi. Sektor pariwisata menjadi industri atau sektor penting yang diandalkan pemerintah
dimasa depan dan menjadi pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Untuk mencapai tujuan
itu, maka pengembangan sektor pariwisata harus dilaksanakan secara serius, terarah, dan
professional.
Pembangunan kepariwisataan (UU No.10 tahun 2009 Tetang Kepariwisataan) bertujuan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, serta mengkomunikasikan
destinasi pariwisata dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien, dan
bertanggungjawab. Pembangunan kepariwisataan merupakan rangkaian upaya yang
berkesinambungan dari seluruh pemangku kepentingan dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan
berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global. Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan cinta tanah air, citra bangsa, dan memberikan kontribusi bagi perekonomian
nasional melalui penyerapan tenaga kerja, pemerataan kesempatan berusaha, meningkatkan
penerimaan devisa negara, serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan kepariwisataan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan
perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian, dan
mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “keparwisataan” merupakan kata nomina, yaitu
kata benda berarti perihal atau yang berhubungan dengan pariwisata. Sedangkan “pariwisata”
juga merupakan kata nomina yang berarti berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi,
pelancongan, dan turisme. Kata “Pariwisata” berasal dari bahasa Jawa Kuna. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata ‘pariwisata” berasal dari kata: ”pari” berarti semua, segala, sekitar,
sekeliling. ”Wisata” berarti bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-
senang dan sebagainya. Jadi, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

1
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat,
dan pemerintah daerah (UU No. 9 tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No.10 tahun 2009
Tetang Kepariwisataan). Menurut UU No.10 tahun 2009, lingkup pariwisata meliputi:
1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi,
kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata
kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah, seperti keindahan alam, gunung berapi, danau,
pantai dan lain-lain.
3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata seperti biro perjalanan wisata, pramuwisata,
pameran, angkutan wisata, akomodasi dan lain-lain.
Pariwisata menurut Mc. Intosh dan Goeldner (1984:4) sebagai sekumpulan fenomena dan
hubungan yang tumbuh dari interaksi antara wisatawan (para pelancong), para pengusaha dengan
pemerintah dan masyarakat tuan rumah. Murphy (198529) mengatakan pariwisata adalah gejala
ekonomi karena adanya permintaan dari pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa
pariwisata (biro perjalanan, penginapan, rumah makan) atas produk dan berbagai fasilitas terkait.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata (UU No. 9 tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No.10 tahun 2009 Tetang
Kepariwisataan). Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang
dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU
No. 9 tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No. l0 tahun 2009 Tetang Kepariwisataan).
Obyek dan daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata yang meliputi:
a) Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna,
seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis,
serta binatang-binatang langka.

2
b) Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni
budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi dan
tempat hiburan.
Wisatawan menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan kata nomina yang berarti
orang berwisata, pelancong, atau turis artinya orang yang memasuki wilayah atau negara lain
dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan usaha teratur, dan
mengeluarkan uangnya dinegara yang dikunjungi serta tidak memperoleh uang dari negara
tersebut.
Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.
Setiap wisatawan yang berkunjung ketempat wisata mempunayi hak dan kewajiban yang
harus dipatuhi, agar terjadi harmonisasi hubungan antara wisatawan, masyarakat, pemerintah,
dan pengusaha pariwisata. Adapun kewajiban wisatawan, adalah:
a. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat setempat;
b. Memelihara dan melestarikan lingkungan;
c. Turut serta menj aga ketertiban dan keamanan lingkungan; dan
d. Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan
yang melanggar hukum.
Sedangkan hak-hak wisatawan selama berkunjung ke tempat pariwisata adalah memperoleh
informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan
standar, perlindungan hukum dan keamanan, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi dan
perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi.
Untuk menjaga keharmonisasi hubungan antara wisatawan, masyarakat, pemerintah, dan
pengusaha pariwisata maka dibuat slogan “SAPTA PESONA”. Sapta pesona adalah 7 (tujuh)
unsur pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal bagi

3
berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat
wisatawan untuk berkunjung. Ketujuh unsur sapta pesona yang. dimaksud di atas adalah : Aman;
Tertib; Bersih; Sejuk; Indah; Ramah tamah; dan Kenangan.

1.2 Jenis Pariwisata


Definisi pariwisata dan wisatawan yang telah dijelaskan sebelumnya memberi gambaran
tentang tujuan seseorang melakukan pexj alanan wisata. Defnisi tersebut akan mempengaruhi
dan menentukan jenis-jenis pariwisata yang dapat dikembangkan didaerah tujuan wisata
sehingga menarik wisatawan untuk mengunjunginya. Menurut Spillane (1989) terdapat beberapa
jenis pariwisata:
a) Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh
orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang
baru, mengendorkan ketegangan sarafnya, menikmati keindahan alam, menikmati hikayat
suatu daerah, menikmati hiburan, dan sebagainya. Jenis pariwisata ini menyangkut begitu
banyak unsur yang sifatnya berbeda karena pengertian utilitas pleasure yang berbeda
sesuai dengan karakter, citarasa, latar belakang kehidupan, dan temparemen individu.
b) Recreation tourism (pariwisata rekreasi). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang
menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, memulihkan kembali kesegaran
jasmani dan rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahan.
c) Cultural tourism (pariwisata budaya). Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian
motivasi seperti keinginan untuk belajar dipusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari
adat-istiadat, cara hidup masyarakat suatu negara, mengunjungi peninggalan bersejarah,
mengunjungi peninggalan masa kini, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, mengikuti
festival seni musik, film, teater, tari dan sebagainya.
d) Sport tourism (pariwisata olah raga), jenis pariwisata ini dibagi dalam dua kategori:
1) Big sport event seperti: Olympiade games, tenis Wimbledon, balap motor grand prix-
GP, Formula-l, kejuaran sepak bola dunia, sepak bola piala champions, dan
sebagainya.
2) Sporting tourism of practionaer. Yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung,berburu, memancing,

4
dan sebagainya yang tentunya akan menarik wisatawan untuk mengunjungi negara
yang menyediakan fasilitas pariwisata untuk olah raga.
e) Business shaping tourism (pariwisata dagang besar-belanja) Jenis perjalanan ini menurut
banyak ahli tidak termasuk dalam kegiatan pariwisata karena unsur voluntary tidak
terlibat didalamnya. Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah
kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan wisata menggunaan waktu-waktu
bebasnya untuk menjadikan dirinya sebagai wisatawan dengan mengunjungi dan
menikmati obyek wisata dan berbelanja.
f) Convention tourism (pariwisata konvensi). Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan
yang luar biasa dan menjadi penting dalam sumbangan terhadap devisa negara. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya negara yang mulai tertarik dan menggarap jenis pariwisata
ini dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk
menunjang convention tourism. Fasilitas konvensi ini digunakan untuk melakukan
pertemuan-pertemuan kepala negara ataupun organisasi-organisasi dunia yang melibatkan
bayak negara dan banyak peserta.

1.3 Usaha Pariwisata


Industri pariwisata merupakan jenis industri yang mempunyai mata rantai kegiatan
yang sangat panjang. Banyak kegiatan yang terkait dengan indutri pariwisata, hal ini
berarti banyak industri lain yang dapat digerakan oleh industri pariwisata seperti kegiatan
biro perjalanan, transportasi, perhotelan, restoran, kesenian, dan budaya daerah,kerajinan
rakyat, guider, pameran dan olah raga internasional yang diselenggarakan didaerah-daerah.
United Nations Conference on Trade and Development (1971) dalam Guidelines for
Tourism Statistics mengatakan bahwa industri pariwisata atau sektor pariwisata bukan
merupakan suatu sektor ekonomi tertentu atau bukan merupakan cabang produksi tertentu.
Adapun barang-barang dan jasa-jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal dari
beberapa sektor dan ini memenuhi permintaan wisatawan asing maupun dalam negeri.
Berdasarkan hal tersebut sektor-sektor yang dianggap termasuk sektor pariwisata adalah:
1) Akomodasi termasuk didalamya hotel, villa, penginapan, dan pemondokan.
2) Jasa boga termasuk didalamnya restoran, cafetaria, dan rumah makan.

5
3) Usaha wisata termasuk didalamya pengusahaan obyek wisata, usaha souvenir, dan
usaha hiburan.
4) Agen perjalanan wisata termasuk didalamnya travel agent.
5) Perusahaan angkutan atau transportasi termasuk didalamnya perusahaan angkutan
darat, angkutan laut, angkutan udara yang menunj ang perjalanan wisman dan
wisdom.
6) Covention organizer.
7) Pelatihan dan pendidikan.
UU No.10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan telah mendefinisikan Industri
Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata. Sedangkan, usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan
pariwisata. Usaha pariwisata meliputi, antara lain:
a) Daya tarik wisata.
Bidang usaha daya tarik wisata meliputi jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata dan
subj enis usaha meliputi: Pengelolaan pemandian air panas alami; Pengelolaan gua;
Pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala berupa candi, keraton, prasasti,
pertilasan, dan bangunan kuno; Pengelolaan museum; Pengelolaan permukiman
dan/atau lingkungan adat; Pengelolaan objek ziarah; dan Subjenis usaha lainnya dari
jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/
atau Gubernur.
b) Kawasan pariwisata.
c) Jasa transportasi wisata.
Bidang usaha jasa transportasi wisata meliputi jenis usaha: Angkutan jalan wisata;
Angkutan kereta api wisata; Angkutan sungai dan danau wisata; Angkutan laut
domestik wisata; dan Angkutan laut intemasional wisata.
d) Jasa perjalanan wisata.
Bidang usaha jasa pejalanan wisata meliputi jenis usaha: Biro perjalanan wisata; dan
Agen perjalanan wisata.
e) Jasa makanan dan minuman.

6
Bidang usaha jasa makanan dan minuman meliputi jenis usaha: Restoran; Rumah
makan; Bar/rumah minum; Kafe; Jasa boga; Pusat penjualan makanan; Jenis usaha lain
bidang usaha jasa makanan dan minuman yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota
dan/atau Gubemur.
f) Penyediaan akomodasi.
Bidang usaha jasa penyediaan akomodasi meliputi jenis usaha: Hotel; Bumi
perkemahan; Persinggahan karavan; Villa; Pondok wisata; Akomodasi lain meliputi:
Motel; dan Jenis usaha lain bidang usaha jasa penyediaan akomodasi yang ditetapkan
oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur.
g) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
Bidang usaha penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi meliputi jenis usaha:
Gelanggang olahraga; Gelanggang seni; Arena permainan; Hiburan malam; Panti pijat;
Taman rekreasi; Karaoke.
h) Jasa impresariat/promotor, yang meliputi subjenis usaha impresariat/promotor.
i) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran.
j) Jasa informasi pariwisata
k) Jasa konsultan pariwisata
l) Jasa pramuwisata
m) Wisata tirta.
Bidang usaha wisata tirta, meliputi jenis usaha: Wisata bahari dan Wisata sungai,
danau, dan waduk. Wisata Bahari yang meliputi subjenis usaha: Wisata selam; Wisata
perahu layar; Wisata memancing; Wisata selancar Dermaga bahari; dan Subjenis usaha
lainnya dari jenis usaha wisata bahari yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau
Gubernur. Wisata sungai, danau, dan waduk, yang meliputi subjenis usaha: Wisata
arung jeram; Wisata dayung; dan Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha wisata sungai,
danau, dan waduk yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur.
n) SPA.
Bidang usaha SPA belum memiliki jenis maupun subjenis usaha.

1.4 Daya Tarik Wisata dan Motivasi Melakukan Perjalanan

7
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat
daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Sedangkan, daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
H. Peter Gray (1970), mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan
untuk bersenang-senang (pleasure travel) adalah:
1) Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang mendasar pada
tabiat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi meninggalkan sesuatu yang
sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat suatu daerah atau kebudayaan baru yang
berbeda. Jadi ini adalah fungsi dari karakter manusia.
2) Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada adanya
hal-hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik untuk tujuan
tertentu dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri, seperti liburan musim dingin di
Florida, Hawaii atau Caribia oleh orang-orang Canada dan orang-orang yang berasal dari
Amerika Serikat sebelah Utara.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin tahu dan jiwa
petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia merupakan dorongan terhadap
kita untuk melakukan perjalanan kemana saja yang ingin kita lintasi dan nikmati obyek
wisatanya meskipun sampai ke negeri orang. Selain hal tersebut ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab untuk melakukan perjalanan wisata yaitu:
1) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak, lingkungan tempat tinggal yang
bising dan kotor, ataupun pemandangan yang membosankan.
2) Kondisi sosial budaya
Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang rutin dalam masyarakat
sekitar, terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar anggota masyarakat dan lain-
lain yang sering menjadi alasan untuk pergi ke tempat-tempat yang kondisinya lebih baik
dan menyenangkan
3) Kondisi ekonomi

8
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya beli yang
tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif rendahnya ongkos angkutan, juga akan
mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
4) Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan tentang nilai
lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat dapat mendorong
kegiatan wisata.

1.5 Pemasaran Pariwisata


Pemasaran daerah tujuan wisata merupakan keseluruhan usaha untuk mengenalkan produk
wisata yang ditawarkan oleh daerah tujuan wisata baik yang tagiable maupun intangiable
produk, mengenali identitas wisatawan yang mempunyai waktu, uang dan mempunyai keinginan
untuk berwisata, dan mencari cara terbaik untuk mecapai dan menyakinkan wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata. Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya
menyangkut jumlah maksimal wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih
diutamakan quality tourism yang dengan promosi selektif dapat mencapai wisatawan dengan
belanja yang sangat besar dan terjadi repeat guest. Pemasaran daerah tujuan pariwisata
memerlukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti: pemerintah (Kementerian),
perusahaan jasa penerbangan dalam dan luar negeri, jasa transportasi darat, biro wisata, travel,
restoran, dan hotel. Sasaran pasar dapat dicapai dengan menggunakan data statistik, dan
informasi seperti rata-rata lama tinggal, pengeluaran perkapita wisatawan, jumlah kunjungan
wisatawan, dan waktu-waktu pilihan yang menarik wisatawan untuk dating dan mengunjungi
daerah tujuan wisata (peak season and off season).
Realisasi kedatangan wisman ke Indonesia menunjukan bahwa jumlah wisman yang datang
paling banyak pada bulan Agustus dan Desember (peak season) sedangkan bulan Maret, April,
dan Mei merupakan bulan sepi kunjungan (off season). Hal ini dapat dimengerti karena pada
bulan Agustus dan Desember, wisman memperoleh hak menikmati liburan atau hak cuti dari
tempat kerjanya, dan bersamaan liburan natal dan tahun baru.
Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan melakukan promosi
melalui iklan, brosur, internet, ataupun alat-alat promosi lainya tetapi dapat juga dengan
mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing dengan tujuan agar penulis atau wartawan

9
tersebut menulis atau meliput hasil kunjunganya didaerah tujuan wisata. Penentuan posisi pasar
penting bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang produk wisata,
kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif kamar hotel, dan kondisi keamanan
daerah tujuan wisata.
Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix masih berlaku.
Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya mempertemukan antara penawaran dan
permintaan pasar. Stanley dalam (Spillance, 1989), seorang konsultan Pasific Asia Travel
Association (PATA) membagi unsur marketing mix dalam pariwisata menjadi:
1) Product mix
Wisatawan memerlukan jasa obyek wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana wisata
adalah sarana sosial ekonomi secara keseluruhan atau sebagian menghasilkan jasa atau
barang yang digunakan wisatawan seperti hotel, rumah makan, sarana olah raga, dan
atraksi kesenian. Faktor penting dalam product mix adalah masalah pemeliharaan warisan
budaya, peninggalan sej arah, dan pemeliharaan fisik dan nonfisik.
2) Distribution mix
Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk wisata yang
ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat, laut, dan udara yang
melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut, udara, biro perjalanan dan guide.
Kunci penting distribution mix adalah layanan agar wisatawan memperoleh kepuasan saat
mengkonsumsi produk pariwisata.
3) Communicationm mix
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan harus diberi
informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mengunjungi suatu daerah tujuan
wisata. Dalam menginformasikan, mengenalkan, menarik, dan mendorong wisatawan
tersebut diperlukan communication mix. Ada beberapa pendekatan communication mix,
yaitu:
(a) Sales promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada wisatawan
memalui media umum, e-commerce, biro perjalanan, dan hubungan langsung
dengan wisatawan.
(b) Image promotion

10
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus untuk
memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui kunjungan
perkenalan juru foto spesialis, penulis atau wartawan pariwisata, feature khusus
disurat kabar atau maj alah, dan dan pengiriman misi kesenian ke berbagai
Negara.
(c) Melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf organisasi yang
terkait dalam matarantai kegiatan pariwisata.
(d) Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa suratmenyurat, dan
hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.
(e) Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintah untuk
memperlancar perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan visa dan
ketentuan bea cukai.

1.6 Aspek Ekonomis Pariwisata


Berkembangnya industri pariwisata disuatu negara/daerah akan menarik sektor lain untuk
berkembang karena produknya atau jasanya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata,
seperti sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Penelitian yang dilakukan Chau di Hawai
(Spillance,l989) menunjukan bahwa setiap kenaikan kunjungan wisatawan sebanyak 25.000
orang mengakibatkan terciptanya kesempatan kerja langsung sejumlah 390 orang dan tidak
langsung sejumlah 243 orang. Menurut Tambunan (1999), industri pariwisata dapat menjadi
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah industri pariwisata yang dimiliki masyarakat
daerah (community tourism development) atau CTD. Dengan pengembangan CTD, pemerintah
daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam restribusi yan bersifat legal.
Kegiatan CTD meliputi pengembangan dan pelestarian budaya, kesenian dan budaya berbagai
desa di daerah tujuan wisata. Pilar ekonomi CTD dalam meningkatkan PAD dapat dilihat dari
usaha pemerintah daerah dalam melakukan pungutan dan restribusi resmi dari kegiatan industry
yang bersifat multisektoral, yang meliputi usaha perhotelan, restoran, usaha wisata, usaha
perjalanan wisata, professional convention organizer, pendidikan formal dan informal, pelatihan
dan transportasi.

11
Keterkaitan kegiatan industri pariwisata dengan penerimaan daerah melalui jalur PAD yang
terdiri dari pajak daerah, restribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, bagi hasil kekayaan bukan pajak dan pendapatan transfer yang terdiri dari dana bagi
hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum serta dana alokasi khusus.
Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa boga, usaha
wisata yang meliputi obyek wisata, souvenir dan hiburan, usaha perjalanan wisata yang meliputi
travel agent dan guider, convention organizer, dan transportasi dapat menjadi sumber
penerimaan PAD yang berupa pajak daerah, restribusi daerah, laba BUMD, dan penerimaan lain
bukan pajak yang diterima oleh daerah kabupaten kota maupun provinsi. Sebagai contoh,
keberadaan sebuah hotel disuatu daerah kabupaten atau kota akan menjadi sumber PAD bagi
kabupaten atau kota dari penerimaan:
a) Pajak daerah (berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak
minuman berakhohol).
b) Restribusi daerah (berupa uang sepadan reklame, restribusi kebersihan, uang sewa
tanah/bangunan, restribusi ijin mendirikan bangunan, dan restribusi parkir).
c) Laba BUMD (berupa penggunaan jasa bank pemerintah daerah, PD bank pasar, dan PD
air minum).
d) Bagi hasil pajak (berupa bagi hasil pajak bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25, 29, dan pph pasal
21).
e) Bukan pajak (berupa pemberian hak atas tanah pemerintah).
Bagi provinsi, keberadaan hotel yang ada didaerahnya akan menjadi sumber PAD dari
penerimaan:
1) Pajak provinsi (berupa pajak air bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan
pajak kendaraan bermotor).
2) Restribusi provinsi (berupa restribusi pemakaian tanah dan bangunan)
3) Laba BUMD provinsi (berupa penggunaan j asa bank BPD)
4) Bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil paj ak pph pasal 25, 29 dan 21).

1.7 Dampak Pembangunan Pariwisata

12
Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam pembangunan dan
pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan baik adalah:
1. Manfaat ekonomi (kesejahteraan masyarakat) Meningkatnya arus wisatawan baik
nusantara atau mancanegara ke suatu daerah menuntut macam-macam pelayanan dan
fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat
ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat, seperti:
(a) penerimaan devisa akan meningkat
(b) kesempatan berusaha yang semakin luas
(c) terbukanya lapangan kerja baru disekitar daerah wisata
(d) meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
(e) mendorong perkembangan pembangunan daerah
2. Manfaat sosial budaya
(a) adanya upaya pelestarian budaya dan adat istiadat dari masyarakat
(b) meningkatkan kecerdasan masyarakat karena adanya persaingan
(c) meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani
(d) mengurangi konflik social karena meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
3. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
(a) mempererat persatuan dan kesatuan antar daerah
(b) menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan
mempertahankan negara yang berujung pada tumbuh rasa cinta terhadap
tanah air
(c) memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata
4. Manfaat bagi lingkungan
Pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar dapat memenuhi
keinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh dari polusi, santai, dapat
mengembalikan kesehatan fisik maupun mental. Dengan demikian pengembangan
pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan lingkungan,
disamping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang
ada.

13
Dampak-dampak yang tidak diinginkan (negatif) karena berkembangnya kepariwisataan di
suatu daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun lingkungan,
seperti:
1. Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya
pengunjung. Wisatawan selalu dianggap membawa uang banyak. Harga tanah
naik/ikut naik harganya akibat sarana dan fasilitas wisata seperti pembangunan hotel
dan lain-lain.
2. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak
sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri.
3. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab
untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perjudian, pencurian,
pengedaran barang-barang terlarang dan lain-lain.
4. Terjadinya pengrusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan sarana
pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.

KASUS
(Pengusaha Akui Pariwisata Bali 'Terpukul' Virus Corona)

Jakarta, CNN Indonesia - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)


menanggapi mewabahnya Virus Corona secara global. Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani
menyebut virus tersebut telah memberikan 'pukulan' terhadap perekonomian dalam negeri,
terutama dalam sisi pariwisata.
"(Indonesia) sudah terdampak. Seperti Bali, sekarang sudah drop (turun) sekali kalau bicara
soal pariwisata. Pariwisata itu yang paling terpukul, artinya terasa sekali dampaknya," kata
Hariyadi di Gedung DPR RI, Senin (3/2).
Menurut Hariyadi, China telah menjadi salah satu kontributor besar dari sisi kunjungan
pariwisata di Indonesia. "Dari China itu kalo saya gak salah terakhir 1,7 juta orang
(berpariwisata di Indonesia), itu kan otomatis karena tidak ada penerbangan dari China, uang
hilang dari situ," ungkapnya

14
Sayangnya, Hariyadi belum dapat memastikan seberapa kerugian yang dialami oleh para
pengusaha atas berkurangnya kunjungan tersebut. Dia merasa dampak besar terlihat dari
laporan para pengusaha-pengusaha hotel di Bali yang mengaku mengalami penurunan jumlah
kunjungan turis. "Kalau melihat dari pernyataan rekan-rekan Kabupaten Badung, untuk (hotel)
bintang tiga yang memang itu biasanya lumayan banyak di bulan-bulan ini, adalah bulan-
bulan low season-nya bali. Kalau low season, bisa dapat 40 persen (total turis, tapi mungkin
sekarang di bawah 30 (total turis) persen," ungkapnya.
Tak hanya dari sisi bisnis, Hariyadi juga menilai dampak virus akan kena ke sektor ekspor
dan impor barang Indonesia terutama terhadap China. Ia menilai, permasalahan utama terletak
pada kegiatan administrasi. "Misalkan impor, tapi pabrik di sana banyak yang di-
shut  down (tutup). Karena liburan Imleknya juga diperpanjang, dari segi produksinya
bermasalah. Terus, barang yang mau diekspor ke sana itu juga masalah, mau gimana? pesawat
juga gak ada," jelasnya.
Menurut Hariyadi, banyak produk Indonesia yang mengalami perlambatan dalam proses
ekspor ke China karena wabah tersebut, seperti barang-barang komoditas, minyak kelapa sawit
(Crude Palm Oil/CPO), dan barang jenis mineral seperti nikel dan sebagainya. "Kalau impor
dari China ke Indonesia, itu banyak barang konstruksi rumah tangga, barang manufaktur, itu
semua mulai ada perlambatan," paparnya.
Hariyadi pun meminta pemerintah untuk secepatnya bertindak terkait permasalahan tersebut.
Pasalnya, Ia tak yakin penyebaran virus dapat terkendali dalam waktu yang dekat "Kalau
menurut saya harus dikoreksi, karena belum tahu akan berakhir berapa lama. Apabila berkaca
dengan (wabah penyakit) SARS, itu dampaknya gak secepat ini (Virus Corona). Itu saja butuh
enam bulan baru dapat terkendali," pungkasnya.
Sebelumnya, Divisi Market Tiongkok, Association of The Indonesian Tours And Travel
Agencies (Asita) Bali, Elsye Deliana mengatakan, pihaknya telah mencatat paling tidak sekitar
15 ribu wisatawan asal China batal melakukan kunjungan ke Pulau Bali akibat penyebaran
Virus Corona. "Itu data dua hari yang lalu, kami masih terus melakukan pendataan. Namun hal
ini patut kami sayangkan karena padahal di bulan Februari ada banyak grup insentif wisatawan
mancanegara asal China yang akan ke Bali. Ada yang mencatat 1.000 orang, 2.000 orang,
5.000 orang itu semua sementara dibatalkan," katanya.

15

Anda mungkin juga menyukai