TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
7
tahun dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan, urusan bisnis, atau
kepentingan lain.
c. Pariwisata adalah jenis industry baru yang dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja, standar hidup, dan
dapat menggerakkan sektor produktif lainnya (Wahab, 1996) Dilihat dari sudut
pandang ekonomi, pariwisata merupakan bisnis/industry yang kegiatannya
merupakan usaha menjual barang dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam
perjalanan wisata. Sehingga dapat dipahami bahwa pengembangan pariwisata
diharapkan mampu meningkatkan nilai – nilai ekonomi dari perjalanan wisata
yang dilakukan oleh orang – orang.
Pihak swasta yaitu suatu asosiasi atau perkumpulan usaha pariwisata dan
pengusaha setempat yang bertujuansebagai investor maupun pihak yang
membantu pemerintah dalam hal permodalan sektor pariwisata.
8
b. Pemerintah
Pemerintah berperan mengambil kebijakan dan pembuat peraturan, serta yang
memberikan modal untuk meningkatkan sektor pariwisata. Kelompok pemerintah
ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah,
provinsi, kabupaten, desa dll.
c. Masyarakat
Kelompok masyarakat disini berperan sebagai pemilik sah sumber daya wisata
yang ada pada daerah tempat wisata itu berada. Dimana kelompok masyarakat
tersebut juga merupakan tokoh masyarakat, kaum intelektual, LSM, dan media
massa.
a. Something to see, merujuk pada suatu obyek wisata dan atraksi wisata yang
tidak dapat ditemui di tempat lain. Daerah tersebut harus memiliki daya tarik
khusus yang menghibur untuk setiap wisatawan yang berkunjung.
b. Something to do, selain memiliki daya tarik khusus, suatu daerah juga harus
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi yang menghibur dan wahana yang dapat
dimanfaatkan untuk wisatawan beraktivitas.
9
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
1. Daya Tarik Wisata Alam Secara garis besar jenis-jenis daya tarik wisata alam
dapat dibedakan atas :
(a) daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah perairan laut antara lain:
(1) bentang pesisir pantai, seperti: Pantai Kuta, Pantai Pangandaran dan
sebagainya;
(2) bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai maupun lepas pantai yang
menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi bahari, seperti perairan laut
Kepulauan Seribu, perairan laut kepulauan Wakatobi, dan sebagainya; dan
(3) kolam air dan dasar laut, seperti Taman Laut Bunaken, Taman Laut Wakatobi
dan gugusan pulau-pulau kecil Raja Ampat, Atol Pulau Kakaban, dan
sebagainya ;
(b)daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah daratan a antara lain:
(1) Pegunungan dan hutan alam/taman nasional/taman wisata alam/taman hutan
raya, seperti Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman NasionalKomodo dan
sebagainya;
(2) perairan sungai dan danau, seperti danau Toba, Danau Maninjau dan
sebagainya;
(3) perkebunan, seperti agro wisata Gunung Mas, agro wisata Batu-Malang, dan
sebagainya;
(4) pertanian, seperti area persawahan Jatiluwih, area persawahan Ubud, dan
sebagainya;
(5) bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang pasir, dan sejenisnya, seperti
Gua Jatijajar, Gua Gong, Karst Gunung Kidul dan sebagainya.
2. Daya Tarik Wisata Budaya Daya Tarik Wisata budaya adalah daya tarik wisata
berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya
10
tarik wisata budaya dapat dibedakan atas daya tarik yang bersifat berwujud
(tangible) antara lain berupa (a) Cagar budaya, (b) Perkampungan tradisional
dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang khas, seperti Kampung Naga,
perkampungan Suku BaduiDesa Penglipuran, dan sebagainya; (c) Museum,
seperti Museum Nasional, Museum Bahari, dan sebagainya. dan daya tarik yang
tidak berwujud (intangible) antara lain: Kehidupan adat dan tradisi masyarakat
dan aktivitas budaya masyarakat yang khas di suatu area/tempat, seperti sekaten,
karapan sapi, pasola, pemakaman Toraja, ngaben, pasar terapung, kuin, dan
sebagainya. (2) Kesenian, seperti: angklung, sasando, reog, dan sebagainya..
3. Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia Daya tarik wisata hasil buatan
manusia digolongkan sebagai daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi
artifisial (artificially created) dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah
wisata alam dan wisata budaya yang selanjutnya dapat dijabarkan meliputi antara
lain:
(1) Fasilitas rekreasi dan hiburan atau taman bertema, yaitu fasilitas yang
berhubungan dengan motivasi untuk rekreasi, hiburan (entertainment) maupun
penyaluran hobi, seperti taman bertema (theme park)/taman hiburan (kawasan
Trans Studio, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah);
(2) Fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort), yaitu kawasan peristirahatan
dengan komponen pendukungnya yang membentuk kawasan terpadu, seperti
Kawasan Nusa Dua Resort, Kawasan Tanjung Lesung, dan sebagainya; dan
(3) Fasilitas rekreasi dan olahraga, seperti kawasan rekreasi dan olahraga
Senayan, kawasan padang golf, dan area sirkuit olahraga.
11
a. Aspek fisik, meliputi kondisi yang berpengaruh terhadap perubahan iklim,
tanah, flora dan fauna, morfologi.
b. Atraksi, merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi wisatawan
untuk berkunjug di suatu daerah, missal terdapat suatu festival tertentu seperti
Dieng Culture Festival, Festival Durian, upacara adat, dan lainnya.
12
a. Atraksi (atraction) : yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat
terlihat dan dinikmati ataupun segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang menjadi daya tarik agar orang datang berkunjung ke tempat tersebut.
b. Aksesibilitas (accessibility) : dimana aktivitas kepariwisataan banyak tergantung
pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
c. Fasilitas (amenities) : yaitu merupakan salah satu faktor penunjang terciptanya
kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Cooper (1993) dalam Suwena dan Widyatmaja (2017) menyatakan
untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan pariwisata harus didukung empat
komponen utama yaitu 4A : atraksi (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas
(accessibility), dan pelayanan (ancillary services), untuk lebih jelasnya sebagai
berikut :
a. Atraksi (atraction) : Atraksi merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik wisatawan, beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian
penduduk, menikmati keindahan alam, menikmati budaya yang unik atau untuk
mempelajari sejarah daerah tersebut. Atraksi disebut juga sebagai objek daya tarik
wisata yang diminati oleh wisatawan
b. Fasilitas (amenities) : Amenities adalah segala bentuk macam prasarana dan
sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata
c. Aksesibilitas (accessibility) : Jalan masuk / pintu masuk utama ke daerah tujuan
wisata, disisi lain yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke
daerah lain
d. Pelayanan (ancillary services) : Merupakan pelayanan tambahan atau juga
pelengkap yang harus disediakan oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan
wisata baik untuk wisatawan maupun pelaku wisata.
Selain itu menurut Buhalis dalam Wiwit dan Rara mengemukakan teori yang
berbeda bahwa komponen yang harus ada di suatu wisata terdiri dari 6A : atraksi
(attraction), aksesibilitas (accessibility), fasilitas pendukung (amenities),
penginapan (accommodation), aktivitas (activities), dan ancillary services, untuk
lebih jelasnya sebagai berikut :
13
a. Atraksi (atraction) : Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan
untuk berkunjung ke kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa saja yang pertama
kali membuat wisatawan untuk berkunjung ke sebuah kawasan. Atraksi dapat
didasarkan pada sumber daya alam dan budaya (Mill, 2000)
b. Aksesibilitas (accessibility) : Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh wisatawan untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus
tersedianya jasa seperti penyewaan kendaraan transportasi lokal, rute atau pola
perjalanan (Cooper dkk, 2000)
c. Fasilitas pendukung (amenities) : Merupakan berbagai fasilitas pendukung yang
dibuituhkan wisatawan di destinasi wisata.Menurut (inskeep,1991) fasilitas
pendukung di destinasi terdiri dari biro perjalanan wisata, restaurant, retail outlet
kerajinan tangan, penukaran uang, rumah sakit. Setiap destinasi memiliki fasilitas
pendukung yang berbeda, namun destinasi harus melengkapi sesuai dengan
karateristik destinasi tersebut
d. Penginapan (accommodation) : Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan
yang tentunya tiap destinasi akan berbeda dengan yang lainnya, akomodasi pada
umum dikenal dengan hotel dengan beragam fasilitas di dalamnya. Akomodasi
untuk mendukung terselenggaranya kegiatan wisata destinasi dapat terletak
dilokasi wisata atau di luar dekat dengan wisata. ( Hadiwijoyo, 2012)
e. Aktivitas (aktvities) : Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di destinasi yang
akan memberikan pengalaman bagi wisatawan. Setiap destinasti memiliki
aktivitas yang berbeda sesuai dengan karateristik destinasi. Aktifitas wisata di
destinasi merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke
destinasi
f. ancillary services : merupakan dukungan yang disediakan oleh organisasi,
pemerintah daerah, kelompok ataupun pengelola destinasi wisata (cooper dkk,
2000)
Menurut Sugiama (2011) bahwa ada empat komponen pariwisata. Empat
komponen ini biasa disebut dengan 4A, adapun empat komponen tersebut
meliputi:
a. Atraksi (Attraction)
14
Objek yang mempunyai daya tarik yang membuat seseorang tertarik untuk
datang dan menikmati objek tersebut. Daya tarik yang dimiliki dapat berupa
atraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi minat khusus.
b. Aksesibilitas (Accessibility)
Tingkat intensitas sebuah destinasi untuk dapat dijangkau oleh wisatawan.
Berbagai prasarana dan sarana dibutuhkan untuk memenuhi syarat
aksesibilitas, yaitu melalui darat, laut, maupun udara.
c. Ameniti (Amenities)
Layanan ataupun fasilitas yang ditujukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan
akomodasi seperti makanan, minuman, penginapan, dan kebutuhan pendukung
lainnya yang memungkinkan wisatawan untuk tinggal sementara minimal 24 jam.
d. Ansilari (Ancillary)
Lembaga ataupun organisasi kepariwisataan yang aktif dan turut serta mendukung
dalam pengelolaan suatu destinasi atau kawasan wisata, dapat berupa
perusahaan berbadan hukum atau bentuk usaha lainnya.
Menurut Hadiwijoyo (2012) dalam Wiwit Nugroho (2016) komponen yang harus
ada adalah Attraction dan Accomodation.
1) Attraction (Atraksi) Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan
untuk berkunjung ke kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali
membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung ke sebuah kawasan. Atraksi dapat
didasarkan pada sumber daya alam yang memiliki bentuk ciri-ciri fisik alam, dan
keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu, budaya juga dapat menjadi atraksi
untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-hal yang besejarah, agama,
cara hidup masyarakat, tata cara pemerintahan, dan tradisi-tradisi masyarakat baik
dimasa lampau maupun di masa sekarang (Mill, 2000). Hampir setiap destinasi
memiliki atraksi khusus yang tidak dapat dimiliki oleh destinasi lainnya.
2) Accommodation (Penginapan) Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan
yang tentunya di satu destinasi dengan destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi
yang umum dikenal adalah hotel dengan beragam fasilitas didalamnya.
Akomodasi di desa wisata berbeda dengan akomodasi di destinasi lain.
Akomodasi di desa wisata biasaya terdiri dari sebagian tempat tinggal para
penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal
15
penduduk atau biasa dikenal dengan homestay. Akomodasi untuk mendukung
terselenggaranya kegiatan wisata di destinasi dapat terletak di lokasi desa wisata
tersebut atau berada di dekat desa wisata. Jenis akomodasi di desa wisata dapat
berupa bumi perkemahan, villa atau sebuah pondok wisata. Sedangkan menurut
Brown n Stange, komponen ini adalah 3A yaitu Attraction, Activity dan
Accesibility.
16
transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan yang merupakan aspek penting bagi
sebuah destinasi . Jika dilihat dari pemakainya, alat angkutan dapat dibedakan ke
dalam dua kelompok, yaitu :
a. Angkutan yang dapat digunakan untuk penumpang umum maupun wisatawan
b. Angkutan yang khusus digunakan untuk wisatawan
Dan menurut jenisnya angkutan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
angkutan darat, udara, dan laut.
17
Yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung dari adanya
perjalanan wisatawan seperti biro perjalanan (BPW), travel agent, angkutan
wisata, hotel, restaurant
- Sarana Pelengkap Pariwisata
Yaitu merupakan sarana pelengkap bagi sarana pokok dengan tujuan agar
wisatawan bisa lebih lama tinggal di daerah tujuan wisata
- Sarana Penunjang Pariwisata
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai penunjang sarana pokok dan
pelengkap pariwisata dengan tujuan agar wisatawan lebih banyak membelanjakan
uangnya di tempat wisata seperti, toko cinderamata, gedung bioskop, pertunjukan
kasino dll.
18
Merupakan sarana akomodasi yang diminati anak muda dan disediakan bagi
mereka yang bepergian serta memiliki tarif yang murah serta dengan fasilitas yang
terkesan seadanya.
d. Cottage dan Bungalow Cottage
Merupakan akomodasi yang cukup banyak disediakan di kawasan pariwisata yang
memiliki pantai. Bangunan cottage biasanya terpisah satu sama lain dan dekat
dengan pantai. Bungalow lebih mengacu pada bangunan-bangunan yang
disediakan di kawasan dataran tinggi dan disewakan untuk keluarga maupun
aktivitas semiformal maupun formal, seperti rapat, pesta, seminar maupun
lokakarya.
e. Inn
Biasanya terdapat di sebuah daerah yang menjadi penghubung dua kota besar. Inn
memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk sebuah akomodasi dimana pihak Inn
menyediakan penginapan, makanan-minuman dan pelayanan umum lainnya. Para
tamu Inn biasanya hanya beristirahat selama 2 atau 3 jam sebelum kembali
melanjutkan perjalanan.
f. Guest House
Merupakan jenis akomodasi yang biasanya dimiliki oleh instansi pemerintahan
maupun swasta, perusahaan (company). Guest house ini digunakan oleh
pemiliknya sebagai tempat untuk para tamu mereka yang sedang menginap. Guest
house yang dimiliki pemerintah akan menanggung semua biaya akomodasi
tamunya, namun guest house yang dimiliki perusahaan swasta yang disewakan
kepada tamunya semata-mata untuk mencari keuntungan saja; dan
g. Condominium Hotel (Condotel)
Merupakan bangunan yang dimiliki oleh beberapa pengusaha properti dan
bangunan tersebut dapat dijual maupun disewakan untuk pengusaha maupun
perusahaan yang bergerak di bidang lainnya.
Sedangkat menurut Burkart dan Medlik (1974) Akomodasi wisata dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu :
a. Akomodasi jasa (service accommodation), merupakan akomodasi berbentuk jasa
termasuk hotel, apartemen, guest house, dan boarding house
19
b. Akomodasi self-catering (self-catering accommodation), merupakan akomodasi
yang mengharuskan para konsumennya untuk menyiapkan makanannya sendiri,
seperti kegiatan berkemah (camping), caravans, ruangan yang disewa (rented
flats) dan rumah (houses)
c. House of friends and relatives, dalam hal ini akomodasi tidak membutuhkan biaya
karena akomodasi telah disediakan oleh teman, kerabat maupun keluarga di
daerah tujuan; dan
d. Akomodasi lain-lain (other accommodations) termasuk di dalamnya hostels,
youth hostels, boats, dan lain-lain.
20
a. What to see : yaitu di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh daerah lain, dengan kata lain harus memiliki
daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi
wisatawan
b. What to do : yaitu di tempat wisata harus disediakan fasilitas rekreasi yang
membuat wisatawan betah tinggal di tempat wisata
c. What to buy : yaitu di tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk
berberlanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh oleh untuk
dibawa pulang
d. What to arrived : yaitu termasuk aksesibilitas, bagaimana kita mengunjungi daya
tarik wisata tersebut, kendaraan apa yang dapat digunakan dan berapa lama
menuju ketempat wisata tersbut
e. What to stay : yaitu bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama
dia berlibur, maka dari itu diperlukan penginapan – penginapan baik hotel ataupun
sebagainya
Menurut Haditono (1996) dalam Gizni (2016) ada lima jenis komponen
dalam pariwisata untuk pengembangan pariwisata, yaitu :
a. Atraksi Wisata
Atraksi adalah daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang diidentifikasi
( sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya dan sebagainya). Perlu
dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada
peristiwa, bagian utama lain tidak akan di perdulikan.
b. Promosi dan Pemasaran
Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang
ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan,
promosi merupakan bagian penting semisal dengan menggunakan brosur atau
mengiklankan di web/media sosial
c. Pasar Wisata
Pasar wisata merupakan bagian penting. Walaupun untuk perencanaan
belum/tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun informasi
mengenai trend perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya
dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur
21
d. Transportasi
Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan penyuplai trasnportasi.
Trasnportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi
pengembangan pariwisata
e. Masyarakat
Penerima wisatawan yang menyediakan akomodasi dan pelayanan jasa
pendukung wisata (fasilitas dan pelayanan).
22
Jenis kebijakan yang digunakan pada penelitian yang dilakukan kali ini
antara lain ialah:
23
Tinjauan referensi penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian kali ini
antara lain ialah:
a. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam
di Provinsi Jawa Tengah oleh: (Dewi Indri Isnawati) dalam Skripsi S1
Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negri Semarang Tahun 2019,
dengan tujuan sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi potensi wisata
alam di Provinsi Jawa Tengah. 2. Menyusun strategi pengembangan
wisata alam di Provinsi Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan
berupa: 1. Analisis Deskriptif, 2. Analisis SWOT. Adapun hasil
penelitiannya adalah: Strategi yang dilakukan meliputi inovasi produk dan
atraksi wisata, perbaikan kualitas jalan menuju daya tarik wisata alam
yang rusak, terjal, dan dilengkapi dengan sarana prasarana yang memadai
untuk memudahkan wisatawan. Kemudian dengan strategi dengan
bekerjasama bersama Pemerintah melalui Dinas Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah untuk menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dan usaha
jasa pariwisata lainnya dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke
Jawa Tengah.
b. Analisis Potensi Objek Wisata Alam di Kabupaten Semarang oleh: (Adhip
Prihandoko) dalam Skripsi S1 Fakultas Geografi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Tahun 2008, dengan tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui tingkat potensi internal dan eksternal obyek wisata
alam di Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui arah pengembangan
obyek wisata berdasarkan tingkat potensi. 3. Untuk mengetahui
permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan kepariwisataan
di Kabupaten Semarang. Adapun metode yang digunakan antara lain
dengan menggunakan analisis data sekunder dengan teknik skoring. Untuk
hasil penelitiannya sebagai berikut: 1) Klasifikasi tingkat perkembangan
obyek wisata di Kab. Semarang dibagi menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang dan
rendah. 2) Kab. Semarang memiliki obyek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan salah satynya yaitu Obyek wisata alam Telomoyo . 3)
obyek wisata yang kurang berkembang di Kab. Semarang disebabkan
karena kurag promosi dan tingkat aksesbelitas yang rendah.
24
c. Buku Identification and Classification of Nature-Based Tourism
Resources: Wetern Lake Van Basin oleh (Alaeddinoglu & Can) tahun
2011 volume 19. Adapun tujuan di dalam buku tersebut antara lain:
Identifikasi dan pengelompokan sumber daya alam
di barat Danau Van Basin yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
obyek wisata berbasis alam dengan metode analisis deskriptif statistik.
Muatan di dalamnya berupa: Wisatawan cenderung mengunjungi obyek
wisata yang memiliki daya tarik tinggi,
degradasi lingkungan yang rendah, dan didukung dengan infrastruktur
serta fasilitas transportasi yang memadai.
Oleh karenanya, pengambil kebijakan perlu menyusun kebijakan yang
melibatkan sektor publik dan swasta serta masyarakat setempat.
d. Buku Pedoman Identifikasi Potensi Daya Tarik Wisata oleh: (I.B.G
Pujaastawa dan I Nyoman Ariana) Konsorium Riset Pariwisata Universitas
Udayana, Denpasar Tahun 2015. Adapun muatan didalamnya ialah: Buku
ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi jenis-jenis
potensi dan karakteristik daya tarik wisata yang dilakukan berdasarkan
pendekatan ilmiah. Dan diharapkan pengembangan daya tarik wisata dapat
dilakukan secara lebih terencana dan terarah sehingga tidak saja mampu
memberi kepuasan maksimal bagi wisatawan, juga bermanfaat bagi
peningkatan ekonomi, pelestarian budaya dan lingkungan setempat.
e. Jurnal Sosiologi Dilema, Vol.32, No 1 Tahun 2017 dengan judul
Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Sebagai Daerah tujuan
Wisata di Kabupaten Karanganyar oleh (Devy & Soemanto) Tahun 2017.
Adapun tujuan dalam jurnal tersebut ialah: 1. Analisis Potensi di Obyek
Wisata Air Terjun Jumog, 2. Analisis fasilitas dan prasarana penunjang di
Wisata Air Terjun Jumog, 3. Penentuan Strategi pengembangan Obyek
Wisata Air Terjun Jumo. Penelitian ini menggunalkan metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Adapun muatan didalamnya antara lain:
Strategi yang dilakukan dalam mengembangkan Obyek Wisata Air Terjun
Jumog dengan membuat kebijakan yang telah direncanakan oleh BUMDes
didukung oleh Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah serta para pelaku
25
wisata. Kebijakan yang telah dibentuk antara lain ; a. Pelaku wisata
diantaranya adalah pedagang, pengelola lahan parkir dan karyawan Obyek
Wisata Air Terjun Jumog hanya boleh masyarakat yang berasal dari Desa
Berjo. b. Promosi kawasan Obyek Wisata Air Terjun Jumog.
f. Identifikasi Potensi dan Kendala Pengembangan Objek Wisata di
Kecamatan Cilimus oleh (Friolintina, Lilis Sri Mulyani, Ichwan Arief)
dalam Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Perencanaan Wilayah dan
Kota Universitas Pakuan Tahun 2017. Adapun tujuan di dalam penelitian
ini sebagai berikut: 1)Mengidentifikasi potensi pengembangan obyek
wisata yang dapat dikembangkan pada Obyek Wisata diKecamatan
Cilimus. 2)Mengidentifikasi kendala pengembangan Obyek Wisata di
Kecamatan Cilimus. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Adapun muatan di dalamnya antara lain: 1. Lebih menggali produk/daya
tarik wisata yang didalam nya berisikan rencana-rencana yang
berhubungan dengan kegiatan/atraksi alam, kesenian, budaya, olahraga
dan rekreasi. 2. Penambahan fasilitas wisata seperti sarana
perbankan/ATM, penambahan sarana bermain anak, penambahan sarana
akomodasi berupa villa, penambahan fasilitas lahan parkir yang membuat
waktu kunjung wisatawan lebih lama karena kenyamanan terhadap
fasilitas yang ada. 3. Meningkatkan promosi, didalamnya terdiri dari
kegiatan-kegiatan pembuatan brosur wisata.
26
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
c) Permen kepariwisataan No 16 Tahun 2017 yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam proses pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan. Dalam proses pembangunan semua hal yang
direncanakan harus memiliki standarisasi yang jelas terkait element
apa saja yang harus dimiliki, hal ini juga telah disisipkan pada Standar
Nasional Indonesia Nomor 8013:2014 khususnya tentang Pengelolaan
Pariwisata Alam. Muatan pada SNI Nomor 8013:2014 yakni
mencakup prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan pariwisata alam.
27
fasilitas, aksesbilitas, akomodasi, dukungan pemerintah, modal, serta
promosi).
c. Persamaan dengan penelitian, “Identification and Classification of
NatureBased Tourism Resources: Wetern Lake Van Basin” oleh
(Alaeddinoglu & Can, Volume 19, Tahun 2011) yaitu identifikasi potensi
wisata alam beserta penentuan strategi pengembangannya. Adapun
perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian terdahulu
objek yang diteliti adalah Lake Van Basin Turkey sedangkan pada
penelitian ini objeknya yaitu Identifikasi Potensi Wisata di Desa
Selawangi Kabupaten Bogor, dan bukan hanya objeknya, akan tetapi
metode yang digunakan juga berbeda.
d. Persamaan penelitian dengan jurnal sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1
Tahun 2017 tentang “ Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
Sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karanganyar, oleh (Devy &
Soemanto) yaitu, tujuan yang diinginkan berupa strategi atau arahan yang
dapat dilakukan guna mengembangkan potensi objek wisata. Sedangkan
letak perbedaannya ada pada objek yang menjadi acuan dalam proses
identifikasi, objek yang digunakan pada jurnal tersebut hanya berupa objek
wisata Air terjun jumog.
e. Persamaan penelitian dengan jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
“Identifikasi Potensi dan Kendala Pengembangan Obyek Wisata di
Kecamatan Cilimus.” yaitu penggunaan metode analisis yang didapat dari
kuestioner yang disebar kepada pihak Pengelola, Masyarakat, maupun
Pengunjung tempat wisata tersebut.
f. Selain penelitian terdahulu, ada pula teks book yang peneliti jadikan
pedoman terkait metode serta teknik identifikasi potensi daya tarik wisata
yaitu, “ Pedoman Identifikasi Potensi Daya Tarik Wisata, oleh ( I.B.G.
Pujaastawa dan I Nyoman Ariana, dalam Konsorium Riset Pariwisata
Universitas Udayana, Denpasar Tahun 2015)
28