Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata


Istilah pariwisata dalam bahasa Sansekerta terdiri atas beberapa komponen kata
yakni: “Pari” yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; “Wis(man)” yang berarti
rumah, properti, kampung, komunitas; dan “ata” berarti pergi terus-menerus,
mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata pariwisata
yang berarti: pergi secara lengkap meningggalkan rumah (kampung) berkeliling
terus menerus dan tidak bermaksud untuk menetap ditempat yang menjadi tujuan
perjalanan (Pendit, 2002 dalam Dewi Indri Isnawati 2019).
Menurut Eoh (2015), dalam kepariwisataan ada tiga elemen utama yang
menjadikan kegiatan tersebut :
a) Wisatawan : aktor wisata yang berwisata untuk mendapatkan perjalanan yang
dinikmati dalam masa masa kehidupan.
b) Elemen geografi yang terdiri atas tiga bagian :
1) Daerah/Negara Asal Wisatawan (DAW/NAW)
2) Daerah/Negara Transit (DT/NT)
3) Daerah/Negara Tujuan Wisata (DTW/NTW)
c) Industri pariwisata yaitu industri yang menyediakan produk atau jasa, atraksi
dan sarana wisata. Industri pariwisata yang mencakup bisnis multisektor tersebar
di ketiga area elemen geografi di atas.

Pariwisata didefinisikan secara luas oleh beberapa ahli sebagai berikut:

a. Spillane dalam (Wahid, 2015) mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan


berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya bersifat sementara, dilakukan
perseorangan atau sekelompok orang, yang tujuannya untuk mencari kebahagian
terhadap lingkungan hidup secara sosial, budaya, alam, dan ilmu.
b. World Tourism Organization (WTO) dalam (Muljadi,
2009)mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan seseorangyang melakukan
perjalanan dan tinggal di luar lingkungannya dalam jangka waktu kurang dari satu

7
tahun dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan, urusan bisnis, atau
kepentingan lain.
c. Pariwisata adalah jenis industry baru yang dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja, standar hidup, dan
dapat menggerakkan sektor produktif lainnya (Wahab, 1996) Dilihat dari sudut
pandang ekonomi, pariwisata merupakan bisnis/industry yang kegiatannya
merupakan usaha menjual barang dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam
perjalanan wisata. Sehingga dapat dipahami bahwa pengembangan pariwisata
diharapkan mampu meningkatkan nilai – nilai ekonomi dari perjalanan wisata
yang dilakukan oleh orang – orang.

Berdasarkan Undang-undang nomer 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


menjelaskan tentang fungsi dan tujuan pariwisata tepatnya pada pasal 3 dan 4
menyatakan bahwa :
“ Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual
setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan
negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.”
Adapun tujuannya berdasarkan dengan pada pasal 4 yakni:
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. menghapus kemiskinan;
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. memajukan kebudayaan; g. mengangkat citra bangsa;
h. memupuk rasa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa.
Hal diatas akan terlaksana serta dianggap berhasil apabila didukung oleh beberapa
pihak yaitu:
a. Swasta

Pihak swasta yaitu suatu asosiasi atau perkumpulan usaha pariwisata dan
pengusaha setempat yang bertujuansebagai investor maupun pihak yang
membantu pemerintah dalam hal permodalan sektor pariwisata.

8
b. Pemerintah
Pemerintah berperan mengambil kebijakan dan pembuat peraturan, serta yang
memberikan modal untuk meningkatkan sektor pariwisata. Kelompok pemerintah
ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah,
provinsi, kabupaten, desa dll.

c. Masyarakat

Kelompok masyarakat disini berperan sebagai pemilik sah sumber daya wisata
yang ada pada daerah tempat wisata itu berada. Dimana kelompok masyarakat
tersebut juga merupakan tokoh masyarakat, kaum intelektual, LSM, dan media
massa.

2.2 Daya Tarik Wisata


Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata
merupakan segala sesuatu yang unik, indah, dan memiliki nilai berupa
keanekaragam kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang merupakan
tujuan kunjungan wisatawan. (Yoeti, 1996), yang menyebutkan bahwa sesuatu
dapat digolongkan sebagai daya tarik wisata yang dapat dikunjungi oleh
wisatawan apabila memenuhi syarat untuk pengembangan daerahnya, yaitu:

a. Something to see, merujuk pada suatu obyek wisata dan atraksi wisata yang
tidak dapat ditemui di tempat lain. Daerah tersebut harus memiliki daya tarik
khusus yang menghibur untuk setiap wisatawan yang berkunjung.

b. Something to do, selain memiliki daya tarik khusus, suatu daerah juga harus
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi yang menghibur dan wahana yang dapat
dimanfaatkan untuk wisatawan beraktivitas.

c. Something to buy, merujuk pada tersedianya tempat untuk berbelanja seperti


pusat souvenir dan oleh – oleh. Fasilitas belanja ini juga harus dilengkapi dengan
money changer, ATM Center, Bank, dan lainnya.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2020 Tentang


Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bogor Tahun 2020-
2025, . Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

9
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Penjabaran tentang jenis-jenis daya tarik wisata tertuang dalam Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, sebagai berikut:

1. Daya Tarik Wisata Alam Secara garis besar jenis-jenis daya tarik wisata alam
dapat dibedakan atas :
(a) daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah perairan laut antara lain:
(1) bentang pesisir pantai, seperti: Pantai Kuta, Pantai Pangandaran dan
sebagainya;
(2) bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai maupun lepas pantai yang
menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi bahari, seperti perairan laut
Kepulauan Seribu, perairan laut kepulauan Wakatobi, dan sebagainya; dan
(3) kolam air dan dasar laut, seperti Taman Laut Bunaken, Taman Laut Wakatobi
dan gugusan pulau-pulau kecil Raja Ampat, Atol Pulau Kakaban, dan
sebagainya ;
(b)daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah daratan a antara lain:
(1) Pegunungan dan hutan alam/taman nasional/taman wisata alam/taman hutan
raya, seperti Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman NasionalKomodo dan
sebagainya;
(2) perairan sungai dan danau, seperti danau Toba, Danau Maninjau dan
sebagainya;
(3) perkebunan, seperti agro wisata Gunung Mas, agro wisata Batu-Malang, dan
sebagainya;
(4) pertanian, seperti area persawahan Jatiluwih, area persawahan Ubud, dan
sebagainya;
(5) bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang pasir, dan sejenisnya, seperti
Gua Jatijajar, Gua Gong, Karst Gunung Kidul dan sebagainya.
2. Daya Tarik Wisata Budaya Daya Tarik Wisata budaya adalah daya tarik wisata
berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya

10
tarik wisata budaya dapat dibedakan atas daya tarik yang bersifat berwujud
(tangible) antara lain berupa (a) Cagar budaya, (b) Perkampungan tradisional
dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang khas, seperti Kampung Naga,
perkampungan Suku BaduiDesa Penglipuran, dan sebagainya; (c) Museum,
seperti Museum Nasional, Museum Bahari, dan sebagainya. dan daya tarik yang
tidak berwujud (intangible) antara lain: Kehidupan adat dan tradisi masyarakat
dan aktivitas budaya masyarakat yang khas di suatu area/tempat, seperti sekaten,
karapan sapi, pasola, pemakaman Toraja, ngaben, pasar terapung, kuin, dan
sebagainya. (2) Kesenian, seperti: angklung, sasando, reog, dan sebagainya..
3. Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia Daya tarik wisata hasil buatan
manusia digolongkan sebagai daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi
artifisial (artificially created) dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah
wisata alam dan wisata budaya yang selanjutnya dapat dijabarkan meliputi antara
lain:
(1) Fasilitas rekreasi dan hiburan atau taman bertema, yaitu fasilitas yang
berhubungan dengan motivasi untuk rekreasi, hiburan (entertainment) maupun
penyaluran hobi, seperti taman bertema (theme park)/taman hiburan (kawasan
Trans Studio, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah);
(2) Fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort), yaitu kawasan peristirahatan
dengan komponen pendukungnya yang membentuk kawasan terpadu, seperti
Kawasan Nusa Dua Resort, Kawasan Tanjung Lesung, dan sebagainya; dan
(3) Fasilitas rekreasi dan olahraga, seperti kawasan rekreasi dan olahraga
Senayan, kawasan padang golf, dan area sirkuit olahraga.

2.3 Potensi Wisata


Suatu tempat yang ditetapkan sebagai Daya Tarik Wisata harus memiliki potensi
yang mengundang minat wisatawan untuk berkunjung. (Sujali, 1989))
mengartikan potensi sebagai perubahan bentuk permukaan bumi sebagai akibat
sebuah proses alam dengan tenaga endogen sehingga membentuk pegunungan,
sungai, danau, dan bentuk lainnya. Berkaitan dengan potensi daya tarik wisata,
maka juga dapat disebabkan oleh adanya budaya atau kreativitas manusia.
Terdapat faktor – faktor yang berpengaruh terhadap potensi wisata suatu tempat,
yaitu:

11
a. Aspek fisik, meliputi kondisi yang berpengaruh terhadap perubahan iklim,
tanah, flora dan fauna, morfologi.

b. Atraksi, merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi wisatawan
untuk berkunjug di suatu daerah, missal terdapat suatu festival tertentu seperti
Dieng Culture Festival, Festival Durian, upacara adat, dan lainnya.

c. Aksesbilitas, berkaitan dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk mencapai


tempat wisata, dalam hal ini semakin mudah tempat wisata ditemukan maka akan
semakin tinggi pula minat wisatawan untuk berkunjung.

d. Pemilikan dan penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap lokasi tempat


wisata serta arah kebijakan pengembangannya. Kepemilikan lahan seperti lahan
pribadi atau dimiliki pemerintah.

e. Sarana dan prasarana pendukung wisata. Sarana wisata meliputi transportasi,


biro perjalanan wisata, penginapan, restoran. Sedangkan prasarana wisata seperti
komunikasi, listrik, persediaan air minum, sistem perbankan, pelayanan
kesehatan. Sarana dan prasarana yang lengkap akan mendukung wisatawan untuk
lebih lama berada di lokasi tersebut (Wahab, 1996)

f. Masyarakat, peran masyarakat sangat penting sebagai pemilik atraksi wisata,


oleh karenanya pemerintah secara berkala melakukan penyuluhan kepada
masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadarwisata (Suwantoro, 1997).

2.4 Komponen-Komponen Pariwisata


Komponen pariwisata merupakan hal yang harus dimiliki oleh daerah tujuan
wisata, baik yang masih berpotensi maupun yang sedang dalam pengembangan
untuk memenuhi kebutuhan dan daya dukung pelayanan di daerah tujuan wisata.
Menurut Kemenparekraf (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ) destinasi
pariwisata berkualitas adalah destinasi yang memenuhi unsur 3A yaitu atraksi,
Amenitas dan Aksesibilitas.
Menurut Oka A.Yoeti (1997) dalam Gizni Nur (2016) berhasilnya suatu
tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu
atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibility), dan fasilitas (amenities), untuk
lebih jelasnya sebagai berikut :

12
a. Atraksi (atraction) : yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat
terlihat dan dinikmati ataupun segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata  yang menjadi daya tarik agar orang datang berkunjung ke tempat tersebut.
b. Aksesibilitas (accessibility) : dimana aktivitas kepariwisataan banyak tergantung
pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
c. Fasilitas (amenities) : yaitu merupakan salah satu faktor penunjang terciptanya
kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Cooper (1993) dalam Suwena dan Widyatmaja (2017) menyatakan
untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan pariwisata harus didukung empat
komponen utama yaitu 4A : atraksi (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas
(accessibility), dan pelayanan (ancillary services), untuk lebih jelasnya sebagai
berikut :
a. Atraksi (atraction) : Atraksi merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik wisatawan, beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian
penduduk, menikmati keindahan alam, menikmati budaya yang unik atau untuk
mempelajari sejarah daerah tersebut. Atraksi disebut juga sebagai objek daya tarik
wisata yang diminati oleh wisatawan
b. Fasilitas (amenities) : Amenities adalah segala bentuk macam prasarana dan
sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata
c. Aksesibilitas (accessibility) : Jalan masuk / pintu masuk utama ke daerah tujuan
wisata, disisi lain yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke
daerah lain
d. Pelayanan (ancillary services) : Merupakan pelayanan tambahan atau juga
pelengkap yang harus disediakan oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan
wisata baik untuk wisatawan maupun pelaku wisata.
Selain itu menurut Buhalis dalam Wiwit dan Rara mengemukakan teori yang
berbeda bahwa komponen yang harus ada di suatu wisata terdiri dari 6A : atraksi
(attraction), aksesibilitas (accessibility), fasilitas pendukung (amenities),
penginapan (accommodation), aktivitas (activities), dan ancillary services, untuk
lebih jelasnya sebagai berikut :

13
a. Atraksi (atraction) : Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan
untuk berkunjung ke kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa saja yang pertama
kali membuat wisatawan untuk berkunjung ke sebuah kawasan. Atraksi dapat
didasarkan pada sumber daya alam dan budaya (Mill, 2000)
b. Aksesibilitas (accessibility) : Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh wisatawan untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus
tersedianya jasa seperti penyewaan kendaraan transportasi lokal, rute atau pola
perjalanan (Cooper dkk, 2000)
c. Fasilitas pendukung (amenities) : Merupakan berbagai fasilitas pendukung yang
dibuituhkan wisatawan di destinasi wisata.Menurut (inskeep,1991) fasilitas
pendukung di destinasi terdiri dari biro perjalanan wisata, restaurant, retail outlet
kerajinan tangan, penukaran uang, rumah sakit. Setiap destinasi memiliki fasilitas
pendukung yang berbeda, namun destinasi harus melengkapi sesuai dengan
karateristik destinasi tersebut
d. Penginapan (accommodation) : Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan
yang tentunya tiap destinasi akan berbeda dengan yang lainnya, akomodasi pada
umum dikenal dengan hotel dengan beragam fasilitas di dalamnya. Akomodasi
untuk mendukung terselenggaranya kegiatan wisata destinasi dapat terletak
dilokasi wisata atau di luar dekat dengan wisata. ( Hadiwijoyo, 2012)
e. Aktivitas (aktvities) : Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di destinasi yang
akan memberikan pengalaman bagi wisatawan. Setiap destinasti memiliki
aktivitas yang berbeda sesuai dengan karateristik destinasi. Aktifitas wisata di
destinasi merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke
destinasi
f. ancillary services : merupakan dukungan yang disediakan oleh organisasi,
pemerintah daerah, kelompok ataupun pengelola destinasi wisata (cooper dkk,
2000)
Menurut Sugiama (2011) bahwa ada empat komponen pariwisata. Empat
komponen ini biasa disebut dengan 4A, adapun empat komponen tersebut
meliputi:
a. Atraksi (Attraction)

14
Objek yang mempunyai daya tarik yang membuat seseorang tertarik untuk
datang dan menikmati objek tersebut. Daya tarik yang dimiliki dapat berupa
atraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi minat khusus.
b. Aksesibilitas (Accessibility)
Tingkat intensitas sebuah destinasi untuk dapat dijangkau oleh wisatawan.
Berbagai prasarana dan sarana dibutuhkan untuk memenuhi syarat
aksesibilitas, yaitu melalui darat, laut, maupun udara.
c. Ameniti (Amenities)
Layanan ataupun fasilitas yang ditujukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan
akomodasi seperti makanan, minuman, penginapan, dan kebutuhan pendukung
lainnya yang memungkinkan wisatawan untuk tinggal sementara minimal 24 jam.
d. Ansilari (Ancillary)
Lembaga ataupun organisasi kepariwisataan yang aktif dan turut serta mendukung
dalam pengelolaan suatu destinasi atau kawasan wisata, dapat berupa
perusahaan berbadan hukum atau bentuk usaha lainnya.
Menurut Hadiwijoyo (2012) dalam Wiwit Nugroho (2016) komponen yang harus
ada adalah Attraction dan Accomodation.
1) Attraction (Atraksi) Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan
untuk berkunjung ke kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali
membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung ke sebuah kawasan. Atraksi dapat
didasarkan pada sumber daya alam yang memiliki bentuk ciri-ciri fisik alam, dan
keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu, budaya juga dapat menjadi atraksi
untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-hal yang besejarah, agama,
cara hidup masyarakat, tata cara pemerintahan, dan tradisi-tradisi masyarakat baik
dimasa lampau maupun di masa sekarang (Mill, 2000). Hampir setiap destinasi
memiliki atraksi khusus yang tidak dapat dimiliki oleh destinasi lainnya.
2) Accommodation (Penginapan) Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan
yang tentunya di satu destinasi dengan destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi
yang umum dikenal adalah hotel dengan beragam fasilitas didalamnya.
Akomodasi di desa wisata berbeda dengan akomodasi di destinasi lain.
Akomodasi di desa wisata biasaya terdiri dari sebagian tempat tinggal para
penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal

15
penduduk atau biasa dikenal dengan homestay. Akomodasi untuk mendukung
terselenggaranya kegiatan wisata di destinasi dapat terletak di lokasi desa wisata
tersebut atau berada di dekat desa wisata. Jenis akomodasi di desa wisata dapat
berupa bumi perkemahan, villa atau sebuah pondok wisata. Sedangkan menurut
Brown n Stange, komponen ini adalah 3A yaitu Attraction, Activity dan
Accesibility.

2.5 Indikator Daya Tarik Wisata

2.5.1 Indikator Atraksi (Attraction)


Menurut Yoeti (1996) dalam Astuti dan Noor (2016), menjelaskan bahwa
astraksi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata
yang merupakan daya tarik agar orang ingin berkunjung ke suatu tempat dengan
daerah tujuan wisata. Adapun jenis-jenis atraksi wisata diantaranya adalah :
a. Benda benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dalam istilah
pariwisata disebut Natural Amenitias, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
- Iklim, diantaranya cuaca cerah, banyak cahaya matahari, sejuk, kering, panas,
hujan, dll
- Bentuk tanah dan pemandangan
- Hutan belukar, diantaranya hutan yang luas, banyak pohon-pohon
- Fauna dan Flora, diantaranya tanaman yang langka, burung, ikan, binatang buas,
cagar alam, dll
- Pusat pusat kesehatan, diantaranya sumber air mineral, mandi lumpur, sumber air
panas, dimana diharapkan dapat menyembuhkan penyakit
b. Hasil ciptaan manusia, kelompok ini dapat dibagi ke dalam 3 bagian penting yaitu
:
- Benda bersejarah
- Benda kebudayaan
- Benda keagamaan
c. Tata cara hidup masyarakat, tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat
merupakan salah satu sumber yang amat penting untuk ditawarkan kepada 2.5.1
Indikator Aksesibilitas (Accesibility)
Menurut Isdarmanto (2017), accesibility atau aksesibilitas adalah sarana
dan infrasstruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya, ketersediaan sarana

16
transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan yang merupakan aspek penting bagi
sebuah destinasi . Jika dilihat dari pemakainya, alat angkutan dapat dibedakan ke
dalam dua kelompok, yaitu :
a. Angkutan yang dapat digunakan untuk penumpang umum maupun wisatawan
b. Angkutan yang khusus digunakan untuk wisatawan
Dan menurut jenisnya angkutan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
angkutan darat, udara, dan laut.

2.5.2 Indikator Fasilitas (Facilitiess)


Menurut Suwena dan Widyatmaja 2017 pengertian amenities secara umum
adalah segala macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan
selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang di maksud
adalah :
a. Usaha makanan dan minuman yang juga merupakan salah satu komponen
pendukung penting untuk memenuhi kebutuhan sehari hari selama berada di
tempat wisata, usaha ini seperti, restoran, warung, dan cafe, selain itu makanan
dan minuman menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke
tempat wisata
b. Transportasi dan infrastruktur, komponen ini adalah salah satu untuk mendukung
kelancaran kegiatan pariwisata, mengingat hubungan antara sarana dan prasarana
jelaslah bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus mendahului sarana.
Prasarana pariwisata merupakan fasilitas yang memungkinkan proses kegiatan
pariwisata dapat berjalan dengan lancar sehingga memudahkan setiap orang yang
terlibat dalam kegiatan berwisata. Untuk prasarana dalam pariwisata
dikelompokan menjadi 2 yaitu :
- Prasarana umum
Prasarana umum yaitu fasilitas yang harus ada di daerah tujuan wisata misalnya
seperti air, jalan, listrik, alat komunikasi, pelabuhan, dan bandara.
- Prasarana kebutuhan masyarakat banyak
Untuk kebutuhan masyarakat sangat di perlukan adanya prasarana seperti rumah
sakit, apotek, bank, pos, dan pom bensin
Lalu untuk sarana kepariwisataan dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
- Sarana Pariwisata Pokok

17
Yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung dari adanya
perjalanan wisatawan seperti biro perjalanan (BPW), travel agent, angkutan
wisata, hotel, restaurant
- Sarana Pelengkap Pariwisata
Yaitu merupakan sarana pelengkap bagi sarana pokok dengan tujuan agar
wisatawan bisa lebih lama tinggal di daerah tujuan wisata
- Sarana Penunjang Pariwisata
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai penunjang sarana pokok dan
pelengkap pariwisata dengan tujuan agar wisatawan lebih banyak membelanjakan
uangnya di tempat wisata seperti, toko cinderamata, gedung bioskop, pertunjukan
kasino dll.

2.5.3 Indikator Akomodasi (Accommodation)


Akomodasi wisata merupakan hal yang penting dalam memenuhi
kebutuhan wisatawan yang sedang berwisata. Para wisatawan cenderung
membutuhkan akomodasi yang dimiliki beragam varian harga maupun
macamnya. Bentuk akomodasi primer yang dibutuhkan wisatawan yaitu adanya
temat untuk menginap saat mereka melakukan perjalanan wisata. Menurut Setzer
Munavizt (2009) menyatakan, terdapat beberapa jenis akomodasi wisata yang
biasa dipakai untuk tujuan komersil, :
a. Hotel
Hotel kembali dibagi menjadi empat berdasarkan jumlah kamarnya yaitu
1. Hotel kecil : hotel yang memiliki kurang dari dua puluh lima kamar
2. Hotel sedang : hotel yang memiliki kapasitas lebih dari duapuluh lima kamar dan
kurang dari seratus kamar
3. Hotel besar : hotel yang memiliki lebih dari tiga ratus kamar.
b. Motel (motor hotel)
Penginapan yang didesain bagi mereka yang sedang bepergian jauh (biasanya
motel ini terletak di jalur highway di Amerika Serikat) dan harus memiliki
fasilitas parkir kendaraan bermotor (private garage) dan juga akses yang mudah
menuju highway.
c. Hostel (Youth Hostel)

18
Merupakan sarana akomodasi yang diminati anak muda dan disediakan bagi
mereka yang bepergian serta memiliki tarif yang murah serta dengan fasilitas yang
terkesan seadanya.
d. Cottage dan Bungalow Cottage
Merupakan akomodasi yang cukup banyak disediakan di kawasan pariwisata yang
memiliki pantai. Bangunan cottage biasanya terpisah satu sama lain dan dekat
dengan pantai. Bungalow lebih mengacu pada bangunan-bangunan yang
disediakan di kawasan dataran tinggi dan disewakan untuk keluarga maupun
aktivitas semiformal maupun formal, seperti rapat, pesta, seminar maupun
lokakarya.
e. Inn
Biasanya terdapat di sebuah daerah yang menjadi penghubung dua kota besar. Inn
memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk sebuah akomodasi dimana pihak Inn
menyediakan penginapan, makanan-minuman dan pelayanan umum lainnya. Para
tamu Inn biasanya hanya beristirahat selama 2 atau 3 jam sebelum kembali
melanjutkan perjalanan.
f. Guest House
Merupakan jenis akomodasi yang biasanya dimiliki oleh instansi pemerintahan
maupun swasta, perusahaan (company). Guest house ini digunakan oleh
pemiliknya sebagai tempat untuk para tamu mereka yang sedang menginap. Guest
house yang dimiliki pemerintah akan menanggung semua biaya akomodasi
tamunya, namun guest house yang dimiliki perusahaan swasta yang disewakan
kepada tamunya semata-mata untuk mencari keuntungan saja; dan
g. Condominium Hotel (Condotel)
Merupakan bangunan yang dimiliki oleh beberapa pengusaha properti dan
bangunan tersebut dapat dijual maupun disewakan untuk pengusaha maupun
perusahaan yang bergerak di bidang lainnya.
Sedangkat menurut Burkart dan Medlik (1974) Akomodasi wisata dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu :
a. Akomodasi jasa (service accommodation), merupakan akomodasi berbentuk jasa
termasuk hotel, apartemen, guest house, dan boarding house

19
b. Akomodasi self-catering (self-catering accommodation), merupakan akomodasi
yang mengharuskan para konsumennya untuk menyiapkan makanannya sendiri,
seperti kegiatan berkemah (camping), caravans, ruangan yang disewa (rented
flats) dan rumah (houses)
c. House of friends and relatives, dalam hal ini akomodasi tidak membutuhkan biaya
karena akomodasi telah disediakan oleh teman, kerabat maupun keluarga di
daerah tujuan; dan
d. Akomodasi lain-lain (other accommodations) termasuk di dalamnya hostels,
youth hostels, boats, dan lain-lain.

2.5.4 Indikator Aktivitas (Aktivities)


Aktivitas dalam suatu kawasan rekreasi yang merupakan bagian dari
kawasan wisata terbagi atas 4 (empat) aktivitas, yaitu:
a. Aktivitas penerima, yaitu aktivitas dengan kegiatan utamanya menerima
kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
b. Aktivitas pengunjung, meliputi aktivitas yang dilakukan pengunjung dalam
kawasan untuk melakukan aktivitas rekreasi.
c. Aktivitas pengelola, meliputi aktivitas para pengelola kawasan rekreasi dalam
mengelola dan melayani pengunjung yang datang ke kawasan rekreasi tersebut.
d. Aktivitas penunjang, yaitu aktivitas yang menunjang terhadap aktivitas utama
para pengunjung kawasan rekreasi atau aktivitas yang menunjang aktivitas
rekreasi suatu kawasan.
2.5.5 Indikator Pelayanan (Ancillary Services)
Menurut (Copper dkk 2000 dalam Fitri dan Any 2016) Ancillary adalah
dukungan yang disediakan oleh organisasi, pemerintah daerah, kelompok, atau
pengelola destinasi wisata untuk menyelenggarakan kegiatan wisata. Dalam hal
ini organisasi dapat berupa kebijakan dan dukungan yang diberikan pemerintah /
organisasi lain agar terselenggaranya destinasi wisata.

2.6 Pengembangan Pariwisata


Ada beberapa hal yang menunjang atau menentukan pengembangan suatu
objek wisata. Menurut Maryani (1991) dalam Ahmad dan Ratna, Suatu daya tarik
wisata harus memenuhi syarat syarat untuk mengembangkan daerahnya meliputi :

20
a. What to see : yaitu di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh daerah lain, dengan kata lain harus memiliki
daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi
wisatawan
b. What to do : yaitu di tempat wisata harus disediakan fasilitas rekreasi yang
membuat wisatawan betah tinggal di tempat wisata
c. What to buy : yaitu di tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk
berberlanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh oleh untuk
dibawa pulang
d. What to arrived : yaitu termasuk aksesibilitas, bagaimana kita mengunjungi daya
tarik wisata tersebut, kendaraan apa yang dapat digunakan dan berapa lama
menuju ketempat wisata tersbut
e. What to stay : yaitu bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama
dia berlibur, maka dari itu diperlukan penginapan – penginapan baik hotel ataupun
sebagainya
Menurut Haditono (1996) dalam Gizni (2016) ada lima jenis komponen
dalam pariwisata untuk pengembangan pariwisata, yaitu :
a. Atraksi Wisata
Atraksi adalah daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang diidentifikasi
( sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya dan sebagainya). Perlu
dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada
peristiwa, bagian utama lain tidak akan di perdulikan.
b. Promosi dan Pemasaran
Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang
ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan,
promosi merupakan bagian penting semisal dengan menggunakan brosur atau
mengiklankan di web/media sosial
c. Pasar Wisata
Pasar wisata merupakan bagian penting. Walaupun untuk perencanaan
belum/tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun informasi
mengenai trend perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya
dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur

21
d. Transportasi
Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan penyuplai trasnportasi.
Trasnportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi
pengembangan pariwisata
e. Masyarakat
Penerima wisatawan yang menyediakan akomodasi dan pelayanan jasa
pendukung wisata (fasilitas dan pelayanan).

2.7 Faktor Penunjang Pengembangan Obyek Wisata


Faktor penunjang adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia 2010). Modal kepariwisataan (tourism assets) sering disebut sumber
kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat
menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang
dikembangkan menjadi atraksi wisata.

2.8 Faktor Penghambat Pengembangan Obyek Wisata


Pengembangan obyek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor-
faktor penghambat. Berikut beberapa faktor penghambat pengembangan obyek
wisata menurut Heri (2011) sebagai berikut kurangnya peran serta masyarakat
dalam sektor pariwisata, kurangnya prioritas pembangunan pemerintah kabupaten
untuk sektor pariwisata, kurangnya kuantitas dan spesialisasi Sumber Daya
Manusia pada dinas terkait, kurangnya kerja sama dengan investor, belum
terdapat sistem promosi yang menarik, keterbatasan sarana dan prasarana kerja
pada Dinas dan obyek wisata, keterbatasan dan kurangnya perawatan fasilitas
penunjang obyek .

2.9 Penelitian Terdahulu


Dalam menjamin keaslian penelitian yang dilakukan, peneliti melakukan kajian
yang lebih mendalam untuk mengetahui persamaan dan keterkaitan dalam
berbagai sumber referensi baik itu jurnal maupun hasil penelitia yang berkaitan
dengan identifikasi potensi wisata yang akan digunakan oleh peneliti dalam
penelitian yang sedang dilakukan, Adapun mengenai jenis kebijakan serta
referensi penelitian dapat dilihat dibawah ini:

22
Jenis kebijakan yang digunakan pada penelitian yang dilakukan kali ini
antara lain ialah:

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 yang memuat:


Tentang Kepariwisataan (Pasal 6: Pembangunan kepariwisataan dilakukan
berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan
melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan
memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan
alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata).
b. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan KAbupaten Bogor Tahun
2020-2025, Adapun muatan di dalamnya mengenai daya tarik wisata
sebagai berikut: Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
c. Peraturan Mentreri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016
Tentang Pedoman Destinasi Wisata Berkelanjutan. Adapun muatan di
dalamnya antara lain: Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional yang
selanjutnya disingkat KPPN adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup
luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan komponen
Kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk wisata
tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan
kawasan tersebut.
d. Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 8013: 2014 tentang Pengelolaan
Pariwisata Alam. Adapun muatan yang ada di dalamnya antara lain:
Pengelolaan Pariwisata Alam adalah standar yang menetapkan prinsip,
kriteria dan indikator pengelolaan pariwisata alam sebagai panduan
pengelolaan pariwisata alam di kawasan hutan dan/atau kawasan lainnya
yang dikelola dengan prinsip-prinsip pariwisata alam. SNI 8013:2014
Pengelolaan Pariwisata Alam digunakan sebagai pedoman bagi pemangku
kepentingan untuk pengelolaan pariwisata alam secara lestari.

23
Tinjauan referensi penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian kali ini
antara lain ialah:
a. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam
di Provinsi Jawa Tengah oleh: (Dewi Indri Isnawati) dalam Skripsi S1
Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negri Semarang Tahun 2019,
dengan tujuan sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi potensi wisata
alam di Provinsi Jawa Tengah. 2. Menyusun strategi pengembangan
wisata alam di Provinsi Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan
berupa: 1. Analisis Deskriptif, 2. Analisis SWOT. Adapun hasil
penelitiannya adalah: Strategi yang dilakukan meliputi inovasi produk dan
atraksi wisata, perbaikan kualitas jalan menuju daya tarik wisata alam
yang rusak, terjal, dan dilengkapi dengan sarana prasarana yang memadai
untuk memudahkan wisatawan. Kemudian dengan strategi dengan
bekerjasama bersama Pemerintah melalui Dinas Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah untuk menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dan usaha
jasa pariwisata lainnya dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke
Jawa Tengah.
b. Analisis Potensi Objek Wisata Alam di Kabupaten Semarang oleh: (Adhip
Prihandoko) dalam Skripsi S1 Fakultas Geografi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Tahun 2008, dengan tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui tingkat potensi internal dan eksternal obyek wisata
alam di Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui arah pengembangan
obyek wisata berdasarkan tingkat potensi. 3. Untuk mengetahui
permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan kepariwisataan
di Kabupaten Semarang. Adapun metode yang digunakan antara lain
dengan menggunakan analisis data sekunder dengan teknik skoring. Untuk
hasil penelitiannya sebagai berikut: 1) Klasifikasi tingkat perkembangan
obyek wisata di Kab. Semarang dibagi menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang dan
rendah. 2) Kab. Semarang memiliki obyek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan salah satynya yaitu Obyek wisata alam Telomoyo . 3)
obyek wisata yang kurang berkembang di Kab. Semarang disebabkan
karena kurag promosi dan tingkat aksesbelitas yang rendah.

24
c. Buku Identification and Classification of Nature-Based Tourism
Resources: Wetern Lake Van Basin oleh (Alaeddinoglu & Can) tahun
2011 volume 19. Adapun tujuan di dalam buku tersebut antara lain:
Identifikasi dan pengelompokan sumber daya alam
di barat Danau Van Basin yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
obyek wisata berbasis alam dengan metode analisis deskriptif statistik.
Muatan di dalamnya berupa: Wisatawan cenderung mengunjungi obyek
wisata yang memiliki daya tarik tinggi,
degradasi lingkungan yang rendah, dan didukung dengan infrastruktur
serta fasilitas transportasi yang memadai.
Oleh karenanya, pengambil kebijakan perlu menyusun kebijakan yang
melibatkan sektor publik dan swasta serta masyarakat setempat.
d. Buku Pedoman Identifikasi Potensi Daya Tarik Wisata oleh: (I.B.G
Pujaastawa dan I Nyoman Ariana) Konsorium Riset Pariwisata Universitas
Udayana, Denpasar Tahun 2015. Adapun muatan didalamnya ialah: Buku
ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi jenis-jenis
potensi dan karakteristik daya tarik wisata yang dilakukan berdasarkan
pendekatan ilmiah. Dan diharapkan pengembangan daya tarik wisata dapat
dilakukan secara lebih terencana dan terarah sehingga tidak saja mampu
memberi kepuasan maksimal bagi wisatawan, juga bermanfaat bagi
peningkatan ekonomi, pelestarian budaya dan lingkungan setempat.
e. Jurnal Sosiologi Dilema, Vol.32, No 1 Tahun 2017 dengan judul
Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Sebagai Daerah tujuan
Wisata di Kabupaten Karanganyar oleh (Devy & Soemanto) Tahun 2017.
Adapun tujuan dalam jurnal tersebut ialah: 1. Analisis Potensi di Obyek
Wisata Air Terjun Jumog, 2. Analisis fasilitas dan prasarana penunjang di
Wisata Air Terjun Jumog, 3. Penentuan Strategi pengembangan Obyek
Wisata Air Terjun Jumo. Penelitian ini menggunalkan metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Adapun muatan didalamnya antara lain:
Strategi yang dilakukan dalam mengembangkan Obyek Wisata Air Terjun
Jumog dengan membuat kebijakan yang telah direncanakan oleh BUMDes
didukung oleh Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah serta para pelaku

25
wisata. Kebijakan yang telah dibentuk antara lain ; a. Pelaku wisata
diantaranya adalah pedagang, pengelola lahan parkir dan karyawan Obyek
Wisata Air Terjun Jumog hanya boleh masyarakat yang berasal dari Desa
Berjo. b. Promosi kawasan Obyek Wisata Air Terjun Jumog.
f. Identifikasi Potensi dan Kendala Pengembangan Objek Wisata di
Kecamatan Cilimus oleh (Friolintina, Lilis Sri Mulyani, Ichwan Arief)
dalam Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Perencanaan Wilayah dan
Kota Universitas Pakuan Tahun 2017. Adapun tujuan di dalam penelitian
ini sebagai berikut: 1)Mengidentifikasi potensi pengembangan obyek
wisata yang dapat dikembangkan pada Obyek Wisata diKecamatan
Cilimus. 2)Mengidentifikasi kendala pengembangan Obyek Wisata di
Kecamatan Cilimus. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Adapun muatan di dalamnya antara lain: 1. Lebih menggali produk/daya
tarik wisata yang didalam nya berisikan rencana-rencana yang
berhubungan dengan kegiatan/atraksi alam, kesenian, budaya, olahraga
dan rekreasi. 2. Penambahan fasilitas wisata seperti sarana
perbankan/ATM, penambahan sarana bermain anak, penambahan sarana
akomodasi berupa villa, penambahan fasilitas lahan parkir yang membuat
waktu kunjung wisatawan lebih lama karena kenyamanan terhadap
fasilitas yang ada. 3. Meningkatkan promosi, didalamnya terdiri dari
kegiatan-kegiatan pembuatan brosur wisata.

Adapun untuk mengetahui keterkaitan tinjauan referensi peelitian terdahulu


dengan penelitian yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

a) Keterkaitan antara Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009


dimaksudkan dalam sebuah pembangunan kepariwisataan harus
melihat potensi keanekaragaman serta keunikan dan budaya tertentu
yang akan menjadikan suatu ciri khas dalam proses pembangunan
pariwisata tersebut.
b) Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bogor Tahun
2020-2025, menunjukan bahwa proses pembangunan kepariwisataan
berkaitan erat dengan daya tarik wisata, yakni segala sesuatu yang

26
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
c) Permen kepariwisataan No 16 Tahun 2017 yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam proses pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan. Dalam proses pembangunan semua hal yang
direncanakan harus memiliki standarisasi yang jelas terkait element
apa saja yang harus dimiliki, hal ini juga telah disisipkan pada Standar
Nasional Indonesia Nomor 8013:2014 khususnya tentang Pengelolaan
Pariwisata Alam. Muatan pada SNI Nomor 8013:2014 yakni
mencakup prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan pariwisata alam.

Selain kebijakan-kebijakan diatas, ada juga beberapa hasil dari penelitian


dahulu yang dijadikan acuan oleh peneliti guna memberikan pandangan serta
melihat persamaan dan juga perbedaan apa yang sedang diteliti saat ini dengan
penelitian terdahulu.

a. Persamaan dengan penelitian “Identifikasi Potensi dan Strategi


Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam di Provinsi Jawa Tengah, oleh
Dewi Indri Isnawati Tahun 2019 yaitu, dalam proses pembangunan
terutama pengelolaan daya tarik memerlukan sebuah strategi guna
meningkatkan. daya tarik wisata. Adapun perbedaannya dengan penelitian
yang sedang dilakukan adalah cakupan wilayah, untuk penelitian
sebelumnya mencakup wisata alam yang ada di Jawa Tengah, sedangkan
objek yang sedang diteliti hanya sebatas wilayah administrasi Desa.
b. Semarang, oleh Adhip Prihandoko Tahun 2008 yaitu, tujuan dari
penelitiannya antara lain: 1. Untuk mengetahui potensi apa saja yang ada
di wilayah penelitian, 2. Untuk mengetahui arah pengembangan
berdasarkan potensi wisata, 3. Untuk mengetahui permasalahan atau
kendala dalam pengembangan kepariwisataan. Sedangkan perbedaannya
pada objek yang diteliti, perbedaan variable yang digunakan pada
penelitian terdahulu (karakteristik responden; potensi sumberdaya wisata
alam dan manusia; persepsi dan keinginan masyarakat; minat, persepsi,
dan motivasi pengunjung) dan pada penelitian ini (daya tarik wisata,

27
fasilitas, aksesbilitas, akomodasi, dukungan pemerintah, modal, serta
promosi).
c. Persamaan dengan penelitian, “Identification and Classification of
NatureBased Tourism Resources: Wetern Lake Van Basin” oleh
(Alaeddinoglu & Can, Volume 19, Tahun 2011) yaitu identifikasi potensi
wisata alam beserta penentuan strategi pengembangannya. Adapun
perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian terdahulu
objek yang diteliti adalah Lake Van Basin Turkey sedangkan pada
penelitian ini objeknya yaitu Identifikasi Potensi Wisata di Desa
Selawangi Kabupaten Bogor, dan bukan hanya objeknya, akan tetapi
metode yang digunakan juga berbeda.
d. Persamaan penelitian dengan jurnal sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1
Tahun 2017 tentang “ Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
Sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karanganyar, oleh (Devy &
Soemanto) yaitu, tujuan yang diinginkan berupa strategi atau arahan yang
dapat dilakukan guna mengembangkan potensi objek wisata. Sedangkan
letak perbedaannya ada pada objek yang menjadi acuan dalam proses
identifikasi, objek yang digunakan pada jurnal tersebut hanya berupa objek
wisata Air terjun jumog.
e. Persamaan penelitian dengan jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
“Identifikasi Potensi dan Kendala Pengembangan Obyek Wisata di
Kecamatan Cilimus.” yaitu penggunaan metode analisis yang didapat dari
kuestioner yang disebar kepada pihak Pengelola, Masyarakat, maupun
Pengunjung tempat wisata tersebut.
f. Selain penelitian terdahulu, ada pula teks book yang peneliti jadikan
pedoman terkait metode serta teknik identifikasi potensi daya tarik wisata
yaitu, “ Pedoman Identifikasi Potensi Daya Tarik Wisata, oleh ( I.B.G.
Pujaastawa dan I Nyoman Ariana, dalam Konsorium Riset Pariwisata
Universitas Udayana, Denpasar Tahun 2015)

28

Anda mungkin juga menyukai