Anda di halaman 1dari 8

NILAI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE DAERAH

PESISIR KOTA SURABAYA

Ahzha Andhar ‘Awwady


Anugrah Kritian Putra
Azis Kinanda

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel . Surabaya
ABSTRACT.
Kata kunci: mangrove, ekosistem, ekologi, valuasi ekonomi
PENDAHULUAN :

Latar Belakang
Kota Surabaya memiliki sisi lain yang masih berbentuk hutan mangrove di pinggiran kota, sekitar 6 kilometer dari pusat
kota surabaya, tempat yang paling jarang dijamah oleh masyarakat kota Surabaya . Hutan Mangrove merupakan salah satu
sumberdaya kota pesisir seperti Surabaya, yang masih memiliki daya tarik bagi masyarakat luas untuk di jadikan tempat
wisata . Oleh karena itu kawasan pesisir pantai menjadi bagian yang sangat penting dalam kegiatan pariwisata. Seperti yang
diperkirakan bahwa dengan kurangnya tempat pariwisata yang masih alami di Surabaya sehingga akan menarik minat
pengunjungnya .
kota Surabaya mempunyai Hutan mangrove yang merupakan potensi wisata alami yang perlu dikembangkan. Struktur
di kawasan pesisir Surabaya ini perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan terencana tanpa menghilangkan fungsi awalnya
sebagai pelindung dan pelestari lingkungan. Pengembangan pariwisata yang sangat memungkinkan untuk kawasan ini adalah
dengan menjadikannya sebagai suatu kawasan ekowisata. Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian
besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat ekowisata internasional mengartikannya sebagai perjalanan
wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lokal1.
adanya lahan yang masih luas dan juga infrastruktur yang baik di Surabaya harapannya akan ada Kemujan pada objek
wisata mangrove, maka perlu dilakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata mangrove dipesisir
kota surabaya. Berdasarkan faktor tersebut maka selanjutnya akan dikembangkan strategi pengembangan wisata mangrove
dipesisir kotaSurabaya.

Rumusan Masalah
Dengan faktor yang ada ,Pembangunan wilayah pesisir Surabaya dengan sistem berkelanjutan merupakan kebijakan yang
dirasa jadi yang terbaik yang dapat diambil oleh pemerintah kota surabaya. pemikiran bahwa wilayah pesisir secara ekologis
dan ekonomis sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat, mendasari Kebijakan
- kebijakan tersebut Pengembangan ekowisata menjadi sebuah alternatif pembangunan yang dapat membantu ekonomi
masyarakat pesisir kota surabaya.
Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-
upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga
memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat, dan memberi peluang bagi generasi muda
sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya 2. Ekowisata adalah perjalanan wisata alam
yang bertanggung jawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal3.
Konsep Ekowisata mengutamakan partisipasi langsung masyarakat sekitar untuk mengelola tempat wisata dan
merupakan salah satu upaya pemerintah menghadirkan konsep wisata tanpa mengabaikan lingkungan. Dengan penerapan
ekowisata ini juga merupakan arah pengembangan dari aspek keruangan, aspek lingkungan, nilai sosial-budaya dan kegiatan
ekonomi nelayan dapat terintegrasi dengan baik, maka dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pesisir kota surabaya melalui potensi kelautan. Dengan adanya partisipasi masyarakat sekitar dalam ekowisata akan
memberikan dampak positif. Dari segi lingkungan dan ekonomi, jikalau masyarakat lokal tidak dilibatkan, sumberdaya yang
ada dipastikan tidak akan berjalan maksimal dan nilai jual kawasan beserta investasinya akan menurun 4.
Dari penjelasan diatas, agar system yang akan di jalankan berjalan optimal, objek sumberdaya mangrove dan lingkungan
pesisir diperlukan sebuah pengkajian untuk dapat mengetahui sebuah potensi, permasalahan dan strategi pengelolaan
berkelanjutan, serta diperlukan pengetahuan tentang nilai strategis dari keberadaan hutan mangrove yang bermanfaat bagi
masyarakat sekitar. Cara mengoptimalkan sistem yang ada yaitu dengan melalui upaya konservasi, proses pemberdayaan
masyarakat dan kegiatan rekreasi yang dilakukan secara terpadu, sebagai identitas terbentuknya ekowisata mangrove di
pesisir kota surabaya.

Tujuan
Di buatnya jurnal Ini di harapkan agar pembaca dapat mengetahui potensi dan kelemahan dari ekowisata mangrove
pesisir kota Surabaya , sudah jadi sebuah rahasia umum jika Surabaya kurang mempunyai tempat wisata mandiri di dalam
kota . semoga kedepan akan menjadi icon baru yang dapat menaikan wisatawan yang datang ke Surabaya serta terjadi sebuah
kegiatan ekonomi masyarakat sekitar pesisir kota Surabaya .

1
Garrod dan Wilson, 2003
2
UNESCO, 2009; Sudiarta, 2006
3
Eplerwood, 2002
4
Fandeli, 2001
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan mangrove
hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena
merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem
perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Dalam dua dekade ini keberadaan ekosistem mangrove
mengalami penurunan kualitas secara drastis. Saat ini mangrove yang tersisa hanyalah berupa komunitas-komunitas
mangrove yang ada disekitar muaramuara sungai dengan ketebalan 10-100 meter, didominasi oleh Avicennia Marina,
Rhizophora Mucronata, Sonneratia Caseolaris yang semuanya memiliki manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia
memiliki kemampuan dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan dalam organ daun, akar, dan batang) logam berat
pencemar, sehingga keberadaan mangrove dapat berperan untuk menyaring dan mereduksi tingkat pencemaran diperairan
laut, dan manfaat ekonomis seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai pelindung bagi lingkungan ekosistem daratan dan
lautan5.

B. Mangrove
merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah
tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan
pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai,
mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri
dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sehingga
dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah
ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai. Mangrove
adalah individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Hutan mangrove sering
disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis
bakau, dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau. Arti mangrove
dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa
pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari bermacam-macam campuran apa yang mempunyai
nilai ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas, arang) 6.

C. Definisi Pariwisata
perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang dilakukan seseorang atau kelompok bersifat sementara disebuat dengan
Pariwisata, menemukan kesenangan dan keserasian serta kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi social , budaya,
alam adalah sebuah tujuannya 7.
D. Komponen Wisata
Di suatau daerah wisata, Setiap kawasan wisatanya memiliki komponen yang saling mendukung untuk pengembangan
daerah. Yang bertujuan agar para wisatawan dapat mendapatkan pengalaman yang maksimal dan dapat menarik minat pada
pengunjung yang berpotensi untuk datang di kemudian harinya. komponen wisata terdiri dari objek dan daya tarik,
aksesibilitas, amenitas, fasilitas pendukung dan kelembagaan 8.

E. Tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah9:


A. Mengembangkan pengertian dan kepedulian sehingga dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
lingkungan dan ekonomi.
B. Meperbaiki kualitas hidup masyarakat setempat.
C. Memberikan pengalaman yang baik bagi pengunjung.
D. Melihat kualitas lingkungan.
Undang-undang No 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, Bab1 ketentuan umum, menjelaskan definisi mengenai kawasan
pariwisata yaitu kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Kawasan yang digunakan untuk kegiatan pariwisata memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
A. Berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan daerah.
B. Meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi.
C. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
D. Tidak mengganggu fungsi lindung, meskipun kegiatan pariwisata dapat berlangsung di kawasan lindung.
E. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam.
F. Melestarikan budaya terkait dengan upaya perlindungan, pemanfaatan ,dan pengembangan benda cagar budaya.
G. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial masyarakat

f. Konservasi

5
Wijayanti, 2007
6
Anonim, 2000
7
H. Kodyat, Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Grasindo, 1998
8
L. Y. L. Yung and S. L. Cooper, “Neutrophil adhesion on phosphorylcholine-containing polyurethanes,” Biomaterials, vol. 19, no. 1–3, pp. 31–40,
Jan. 1998, doi: 10.1016/S0142-9612(97)00220-2.
9
Inskeep (1991:337)
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save)
yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara
bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana
konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi
ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Konservasi hutan
mangrove adalah usaha perlindungan, pelestarian alam dalam bentuk penyisihan areal sebagai kawasan suaka alam baik
untuk perairan laut, pesisir, dan hutan mangrove10.

G. Pengetian Ekowisata
Ekowisata adalah Pengertian tentang perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata
adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk
ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada
hakekatnya konservasionis. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak
digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Menurut
Eplerwood Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggung
jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata. Dari kedua definisi ini dapat dimengerti
bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam
mengembangkan ekowisata ini11.

Metode Penelitian dan Materi Penelitian


Metode Penelitian pada judul yang penulis buat ini, menggunakan metode pendektan kuantitatif, dimana metode
kuantitatif tersebut adalah metode penelitian ilmiah yang sistematis serta masalah yang dibahas juga sudah jelas serta sudah
diidentifikasi. Selain itu metode penelitian ini juga bersifat teoritis dan kopseptual, yang artinya penelitian ini dibuat
berdasarkan asumsi dan merupakan tulisan pribadi yang mengandalkan cara berfikir kritis dan bukan berbasis riset.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat asosiatif. Penelitian yang bersifat asosiatif disini
digunakan untuk melihat pada hubungan antar variabel satu dengan variabel yang lain.
Sumber data yang diambil untuk penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana data sekunder sendiri
merupakan data yang diperooleh secara tidak langsung dari objek penelitian dari sebuah penelitian. Dalam hal penelitian ini,
data yang dibutuhkan harus merupakan data yang mendukung pada suatu penelitian ini, yaitu data tentang nilai sumber daya
alam dan pengembangan ekowisata mangrove.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode observasi non partisipan. Metode
observasi non partisipan ini sendiri dilakukan dan didapat dengan cara mengamati serta menganalisis suatu dokumen atau
data yang bersifat historis yang isinya tentang data-data tentang nilai semberdaya alam dan pengembangan ekowisata
mangrove spesifiknya di surabaya , penulis tidak hanya mengambil dari jurnal yang telah ada tapi juga buku-buku terbitan
serta data dari pemerintah kota surabaya tentang ekowisata mangrove yang masih relevan dengan jurnal yang penulis buat .
data pemerintah kota Surabaya dapat di lihat langsung di situs resminya
Sebagai data utama yang dikaji dalam penelitian, diambil dari berbagai jurnal penelitian yang relevan dengan jurnal
yang penulis buat ini , penulis mengambil data yang sudah dirasa valid dan sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yaiu telah
di pulish oleh peneliti sebelumnya . jumlah jurnal yang di ambil yaitu 10 buah jurnal yang telah terpulish sebelumnya ,
peneliti mengambil data yang sedikit banyak dapat membuat sebuah hipotesa baru dari berbagai jurnal yang telah di ambil .
berikut jurnal yang telah di ambil oleh penulis :
1. Sri Wahyuni (2015), STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO,KECAMATAN
RUNGKUT SURABAYA
2. Novia Indah Permatasari (2021), PENGEMBANGAN WISATA BAHARI MANGROVE DI KOTA SURABAYA
BERDASARKAN TINGKAT KEBERLANJUTAN
3. Susi Watina Simanjuntak (2015), STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MANGROVE DI PULAU
KEMUJAN, KARIMUNJAWA
4. Bagus Nugraha (2015), PERENCANAAN LANSKAP EKOWISATA HUTAN MANGROVEDI PANTAI SARI
RINGGUNG DESA SIDODADI KECAMATAN PADANGCERMIN KABUPATEN PESAWARAN
5. Widagdyo (2015), PERSAMAAN DAYA TARIK EKOWISATA DAN MINAT BERKUNJUNG WISATAWAN
6. Nuddin Harahab (2010), PEMETAAN HUTAN MANGROVE SERTA NILAI EKONOMI BARANG DAN JASA
LINGKUNGAN YANG DIHASILKAN
7. Edi Mulyadi (2010), KONSERVASI HUTAN MANGROVE SEBAGAI EKOWISATA
8. Muthmainnah (2018), NILAI MANFAAT HUTAN KOTA UNIVERSITAS HSANUDIN MAKASSAR
9. Endyka Putra Perdana (2015), VALUASI EKONOMI MANFAAT SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN WISATA
ALAM BONO MENGGUNAKAN METODE PERJALANAN

10
Anonim, 2007c
11
Anonim, 2000
10. Mukhlisi (2017), POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI KAMPUNG TANJUNG BATU,
KECAMATAN PULAU DERAWAN, KABUPATEN BERAU

Anda mungkin juga menyukai