Anda di halaman 1dari 6

Jurnal

Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937


Vol. 5 No 1, 2017

Praktik Ekowisata Di Kampung Waerebo Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara
Timur
Maria Ariyanti Pandung a,1, I Nyoman Sukma Arida a,2
1anpandung@gmail.com, 2sukma_arida@unud.ac.id
a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

The purpose of this research was to determine ecotourism practice in Wae Rebo Village and to
determine involvement of stakeholder such as local community, government, and investor. This research
was conducted in Wae Rebo village with a survey method. Data was collected through observation and in-
depth interviews to the informan. Speaker retrieval method is random with interviewing stackeholders
such as adviser of LPBW (Lembaga Pelestarian Budaya Waerebo) all at once representation of young
generation and owner of travel agent, representation of guide community, representation of souvenir
seller community, representation of local community, representation of homestay owner, and
representation of tourism departement as a section head of tourism destination development. The data
were analyzed using the ecotourism concept according to Fennel (Arida, 2009) and World Conservation
Union (WCU in Arida, 2009). These results indicate that ecotourism practices in Wae Rebo Village have
happened agree with ecotourism concept and ecotourism principle. Local community have a big role in the
management of that gets a lot of help from various travel agent in promoting Wae Rebo.

Keywords: ecotourism, organizer, local community

menikmati keunikan atau keaslian budaya
I. PENDAHULUAN tersebut sehingga wisatawan dapat mencapai
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kepuasan tertinggi dalam berwisata. Keempat,
wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu partisipasi aktif masyarakat lokal sangat
menjadikan ekowisata sering diposisikan diperlukan dalam kegiatan ekowisata dengan
sebagai antitesa dari pariwisata massal. tujuan masyarakat lokal dapat merasakan
Sebenarnya yang lebih membedakannya dari keuntungan secara langsung dari kegiatan
pariwisata massal adalah karakteristik produk ekowisata tersebut untuk peningkatan
dan pasar (Damanik dan Weber, 2006). kesejahteraan hidup masyarakat lokal itu
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang sendiri.
menaruh perhatian besar terhadap kelestarian Ekowisata adalah salah satu jenis wisata
sumber daya pariwisata (Damanik dan Weber, yang banyak dikembangkan di Provinsi Nusa
2006). Jika karateristik pariwisata massal lebih Tenggara Timur (NTT) saat ini . NTT
mengutamakan jumlah kunjungan wisatawan, merupakan salah satu provinsi di Indonesia
maka ekowisata lebih mengutamakan kualitas yang mempunyai kekayaan sumber daya alam
wisatawan yang berkunjung ( quality tourist). dan budaya yang beranekaragam serta
Damanik dan Weber (2006) memiliki keunikan tersendiri yang tidak
mengungkapkan bahwa terdapat empat ciri dimiliki oleh kebudayaan lainnya. Oleh karena
utama yang dapat membedakan ekowisata kekayaan sumber daya dan kebudayaan
dengan jenis wisata lainnya. Pertama, yaitu tersebut maka NTT mempunyai peluang yang
kegiatan ekowisata harus lebih banyak sangat besar untuk dikembangkan sebagai
berkaitan dengan konservasi lingkungan. destinasi berbasis ekowisata. Terdapat dua dari
Kedua, Menawarkan peluang bagi wisatawan tujuh keajaiban dunia di Provinsi NTT yaitu
untuk ikut menghargai lingkungan maupun pertama keberadaan hewan langka Komodo
kebudayaan masyarakat lokal sehingga baik dan Danau Kelimutu yang dikenal dengan tiga
wisatawan maupun masyarakat lokal saling kawah danau dengan masing-masing warna
menikmati dan sekaligus melestarikan yang berbeda. Keberadaan kedua destinasi ini
lingkungan dan kebudayaan tersebut. Ketiga, menempatkan NTT sebagai Provinsi yang
daya tarik atau atraksi wisata yang ditawarkan sudah dikenal secara nasional maupun
kepada wisatawan adalah berbasis alam atau internasional.
budaya dengan tujuan wisatawan dapat

78

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 1, 2017

Manggarai merupakan salah satu mengunjungi daerah yang masih asli (pristine)
kabupaten di NTT yang saat ini sedang untuk menikmati dan menghargai keindahan
mengembangkan ekowisata. Salah satu alam (termasuk kebudayaan lokal) dan
destinasi yang sedang gencar dikembangkan mempromosikan konservasi.
adalah Kampung Waerebo. Waerebo sendiri Berdasarkan konsep-konsep ekowisata di atas,
merupakan sebuah kampung adat dengan daya maka konsep ekowisata menurut Fennel dan
tarik yang unik yaitu mbaru niang sebagai satu- World Conservation Union akan menjadi acuan
satunya peninggalan rumah adat Masyarakat dalam mendeskripsikan tentang praktik
Mangggarai yang masih tertinggal sampai ekowisata di Desa Wae Rebo sehingga yang
dengan saat ini. Kampung Waerebo lebih dimaksud dengan ekowisata dalam penelitian
banyak dikunjungi oleh wisatawan ini adalah kegiatan mengunjungi suatu daya
mancanegara yang ingin menyaksikan dan tarik wisata untuk menikmati alam maupun
merasakan kehidupan masyarakat lokal yang kebudayaan yang masih asli dengan
tinggal dalam mbaru niang tersebut dengan mengutamakan kegiatan konservasi sehingga
keunikan dan kebudayaannya yang masih asli dapat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
serta jauh dari hiruk pikuk kehidupan yang lokal.
modern. Kampung Waerebo mendapatkan
penghargaan Award of Excellence pada tahun III. METODE PENELITIAN
2012 dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Lokasi penelitian ini yaitu di Kampung
Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau Waerebo yang berada di Desa Satar Lenda,
UNESCO kawasan Asia Pasifik. Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten
Kegiatan ekowisata sangat diminati oleh Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
wisatawan yang berkunjung ke Kampung Karena berada di ketinggian 1200 mdpl, maka
Waerebo karena selain keberadaan kampung hawa di Kampung ini cukup dingin. Kampung
ini yang jauh dari keramaian, wisatawan dapat Wae Rebo berada diantara gunung dan hutan
merasakan kehidupan masyarakat lokal yang lebat serta jauh dari kampung-kampung
masih menyatu dengan alam dan sangat terikat tetangga. Untuk mencapai Kampung Waerebo
dengan kebudayaannya yang unik. Wisatawan wisatawawan melakukan trekking selama
yang berkunjung mendapatkan pengalaman empat jam.
dan pengetahuan yang baru mengenai struktur Teknik pengumpulan data yang akan
arsitektur dan fungsi dari masing-masing digunakan dalam penelitian ini adalah
mbaru niang. Selain itu wisatawan juga dapat observasi, wawancara mendalam, dan studi
mempelajari kesenian masyarakat lokal yaitu kepustakaan. Aspek data yang diperoleh
menenun dan mempelajari upacara adat atau mencakup penyelengaraan ekowisata di
ritual adat masyarakat Waerebo. Berdasarkan Kampung Waerebo. Selanjutnya data yang
penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan terkumpul dianalisis menggunakan teknik
untuk mengetahui praktik ekowisata di reduksi data, penyajian data, dan yang terakhir
Kampung Waerebo, Kabupaten Manggarai. dilakukan penarikan kesimpulan, dijabarkan
dalm bentuk deskriptif kualitatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA Teknik penentuan informan yang akan
digunakan adalah teknik purposive samping
2. 1 Konsep Ekowisata
dengan memilih narasumber yang dianggap
Ekowisata merupakan wisata berbasis
memiliki pengetahuan mendalam mengenai
alam yang berkelanjutan dengan fokus
aspek data yang akan dicari, seperti ketua adat
pengalaman dan pendidikan tentang alam,
(tu’a mbaru gendang) Kampung Waerebo,
dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu
Ketua Badan Pengelola DTW Kampung
dan memberi dampak negatif paling rendah
Waerebo, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif
Manggarai, perwakilan travel agent,
dan berorientasi pada lokal (dalam hal kontrol,
perwakilan masyarakat lokal yang mengelola
manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
akomodasi pariwisata (homestay) dan
usaha, ( Fennel, dalam Arida ,2009).
perwakilan generasi muda di Waerebo.
Menurut World Conservation Union (WCU

dalam Arida,2009), ekowisata adalah

perjalanan bertanggung jawab secara ekologis,

79

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 1, 2017

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN nama adat yang berbeda satu dengan yang
lainnya meliputi: Niang Gendang, Niang Gena
4.1 Praktik Ekowisata di Kampung Waerebo
Mandok, Niang Gena Jekong (dibangun ulang
( Atraksi)
pada tahun 2010), Niang Gena Ndorom
Keberadaan mbaru niang menjadikan
(dibangun ulang pada tahun 2009), Niang Gena
Warebo sebagai sebuah kampung yang unik
Keto, Niang Gena Jintam, Niang Gena Maro (
dan otentik. Keindahan alam dan keunikan
Dokumentasi dari buku “ Pesan-pesan dari
budaya menjadi daya tarik utama bagi
Waerebo”).
wisatawan. Kehidupan masyarakat lokal yang

masih terikat dengan adat istiadat beserta
benda-benda fisik peninggalan leluhur
merupakan aset utama Kampung Waerebo.
Daya tarik utama yang terdapat di Kampung
Waerebo adalah mbaru niang (rumah adat) dan
kehidupan masyarakat adat ( Dokumentasi dari
buku “ Pesan-pesan dari Waerebo”). Mbaru
niang merupakan lambang perlindungan dan
persatuan bagi masyarakat Waerebo yang
berbentuk kerucut meruncing ke arah atas.
Lantai bangunan mbaru niang yang berbentuk
lingkaran dimaknai oleh masyarakat lokal Gambar 4.2 Penamaan Mbaru Niang
sebagai simbol keharmonisan serta keadilan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
yang terjalin antar warga dan keluarga di dalam
mbaru niang. Lantai pertama pada mbaru niang yang
disebut dengan tenda merupakan ruang
kegiatan bagi keluarga maupun masyarakat
lokal. Diameter mbaru niang utama atau yang
disebut dengan niang gendang miliki diameter
sekitar 14 meter sedangkan keenam mbaru
niang lainnya memiliki diameter sekitar 11
meter. Perbedaan tersebut yaitu berdasarkan
jumlah keluarga yang menghuni masing-masing
mbaru niang. Masing-masing mbaru niang
terdiri dari lima tingkat dengan fungsi yang
berbeda-beda yaitu sebagai berikut: (1).
Gambar 4.1 Mbaru Niang Tingkat pertama yang disebut Tenda. Tenda
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016 merupakan ruang bagi penghuninya untuk
melakukan segala aktivitas. Pada tingkat
Di Kampung Waerebo terdapat tujuh pertama ini terdapat ruang untuk berkumpul
bangunan mbaru niang yang dipercaya oleh bagi penghuni maupun masyarakat lainnya,
masyarakat lokal sebagai bentuk penghormatan ruang tungku atau disebut juga sebagai dapur
kepada tujuh arah puncak gunung yang dan ruang untuk makan serta kamar-kamar
mengelilingi Kampung Waerebo. Ketujuh tidur bagi penghuni mbaru niang yang
puncak gunung tersebut diyakini oleh biasanya terdiri dari enam sampai delapan
masyarakat sebagai “para pelindung” kepala keluarga. (2). Tingkat kedua yaitu Lobo.
kemakmuran kampung. Ketujuh mbaru niang Pada tingkat kedua dalam mbaru niang ini
tersebut mengelilingi compang yaitu sebuah digunakan oleh masyarakat sebagai tempat
altar batu atau pelataran yang merupakan untuk menyimpan bahan makanan dan barang-
tempat untuk penyembahan kepada Tuhan barang yang lain. (3). Tingkat ketiga adalah
maupun leluhur. Compang merupakan titik Lentar yang difungsikan oleh masyarakat lokal
pusat dari keberadaan tujuh mbaru niang dan sebagai tempat untuk menyimpan benih-benih
merupakan tempat yang diyakini paling sakral tanaman ladang dan kebun. (4). Tingkat
oleh masyarakat lokal. Ketujuh mbaru niang keempat yaitu Lempa Rae. Pada tingkat ini,
yang terdapat di Kampung Waerebo memiliki masyarakat menggunakannya sebagai ruang

80

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 1, 2017

atau tempat untuk menyimpan cadangan Keunikan mbaru niang dan
makanan. (5). Tingkat kelima sebagai tingkat keanekaragaman hayati menjadikan Waerebo
yang paling tinggi adalah Hekang Kode sebagai destinasi yang sangat diminati oleh
merupakan tempat yang sakral karena wisatawan. Selain itu terdapat juga upacara
berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan penti yaitu upacara syukur masyarakat
sesajen kepada leluhur yang berupa anyaman Manggarai kepada Sang Pencipta atas segala
bambu. (Dokumentasi dari buku “Pesan-pesan rejeki dan berkat yang telah diberikan selama
dari Waerebo”). setahun. Masyarakat Manggarai memaknai
penti sebagai simbol hubungan yang harmonis
yang dibangun antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan sesamanya, serta manusia
dengan alam lingkungannya. Upacara penti
dilaksanakan sebagai perayaan pesta tahun
baru adat masyarakat Manggarai untuk
mensyukuri segala kebaikan dan keberhasilan
selama setahun dan memohon berkat serta
perlindungan untuk tahun yang selanjutnya.
Penti biasanya dilaksanakan pada setiap bulan
November setiap tahunnya yang oleh
masyarakat lokal disebut sebagai bulan bako
yang merupakan awal bulan berdasarkan
perhitungan siklus masyarakat Waerebo.
Gambar 4.3 Susunan Mbaru Niang Tarian caci juga merupakan atraksi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016 wisata yang banyak diminati oleh wisatawan
terutama wisatawan mancanegara. Para
Tidak saja menawarkan keunikan mbaru pemeran tarian caci membutuhkan fisik yang
niang, Kampung Waerebo juga memiliki kuat karena akan menampilkan adu
keanekaragam hayati sebagai salah satu daya ketangkasan dan kekuatan antara pemainnya
tarik yang dapat dinikmati oleh wisatawan. yang saling mencambuk maupun menangkis
Daerah pegunungan yang berada pada cambukan lawan. Tarian caci yang hanya bisa
ketinggian diatas 1.000 meter memiliki iklim diperankan oleh kaum laki-laki ini diidentikan
yang lebih basah sehingga hutan yang berada di dengan sifat keperkasaan laki-laki Manggarai
barat daya Flores ini tetap hijau selama karena menampilkan sikap keberanian,
setahun. Hutan pegunungan tersebut meliputi kejantanan, dan menjadi daya tarik bagi kaum
kawasan hutan Waerebo. Berdasarkan survei perempuan.
keanekaragan hayati pada tahun 2013 4.2 Kesesuaian Praktik Ekowisata dengan
ditemukan 42 jenis pohon yang menyusun Konsep ekowisata menurut Fennel dan
ekosistem hutan ini. Diantaranya adalah pohon- World Conservation Union (WCU) )
pohon natu (planchonella firma), ketang Keberadaan Waerebo yang berada di
(planchonella obovata), maras ( dysoxylum sp), tengah-tengah pegunungan dan jauh dari
dan worok (Dysoxylum nutans) yang berada keramaian serta kampung-kampung tertangga,
pada ruas ketinggian antara 761 mdpl ( Wae secara tidak langsung menjadikannya sebagai
Lomba) sampai 1.099 mdpl (Poco Roko). sebuah destinasi wisata berbasis ekowisata. ,
Sedangkan di atas ketinggian 1.000 mdpl dapat Sesuai dengan pengertian ekowisata menurut
dijumpai pohon-pohon moak (dacrycarpus Fennel (dalam Arida, 2009) yang menyatakan
imbricatus). Pinus (podocarpus amarus), dan bahwa kegiatan ekowisata haruslah berbasis
rukus (adinandra javanica) bersama jenis-jenis pada keaslian alam lingkungannya maka
pohon khas pegunungan lainnya seperti kenti Kampung Waerebo sangat cocok untuk
(leptosperum flavescens), rentigi (vaccinium dikembangkan sebagai DTW berbasis
timorensis), dan mpuing (decaspermum ekowisata. Wisatawan yang ingin mengunjungi
fruticosum). (Dokumentasi dari buku “Pesan- Kampung Waerebo harus melakukan
Pesan dari Wae Rebo”). perjalanan selama empat jam melewati jalan-
jalan kecil di dalam hutan dan melewati

81

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 1, 2017

pegunungan. Dalam perjalanan wisatawan akan mampu memberikan pelayanan yang prima
disuguhkan dengan keanekaragaman flora kepada wisatawan.
maupun fauna yang berada di sepanjang hutan Selain kegiatan wisata yang berbasis
menuju Kampung Waerebo. alam, ekowisata juga harus mengedepankan
Selain berbasis alam, suatu destinasi upaya-upaya konservasi sehingga tetap
wisata dapat dikategorikan sebagai ekowisata menjaga kelestarian lingkungan dan
apabila sudah memiliki sistem pengelolaannya mengutamakan partisipasi aktif dari
sendiri. Masyarakat lokal yang ternaung masyarakat lokal dengan membeli atau
dibawah Lembaga Pelestarian Budaya Waerebo menggunakan produk-produk lokal. Untuk
(LPBW) bertanggung jawab terhadap segala tetap menjaga kelestarian lingkungan dan
kegiatan pariwisata yang terjadi di Kampung sebagai wujud dari upaya konservasi maka
Waerebo. Lembaga pegelola ini memiliki terdapat aturan-aturan yang mengikat
struktur kepengurusan serta program-program wisatawan dan harus ditaati. Aturan-aturan
yang jelas sehingga ekowisata dapat berjalan tersebut seperti wisatawan dilarang merusak
dengan baik sampai dengan saat ini. Beberapa lingkungan dengan tidak memetik atau bahkan
bagian atau kelompok masyarakat yang berada mencubit tumbuhan yang berada di kawasan
dibawah tanggung jawab LPBW adalah hutan Kampung waerebo. Tidak hanya itu,
kelompok pemandu lokal atau guide, kelompok wisatawan dilarang keras untuk berteriak atau
porter, kelompok ibu-ibu yang menjual mengeluarkan suara bising agar tidak
souvenir dan bertanggung jawab terhadap menganggu hewan-hewan yang berhabitat di
kebutuhan makan dan minum wisatawan. hutan. Sebagai wujud menghargai alam, limbah
Kampung Waerebo tidak akan menjadi sisa makanan bagi wisatawan didaur ulang oleh
seperti sekarang ini jika bukan karena bantuan masyarakat lokal yang digunakan sebagai
dan pendampingan dari sebuah Lembaga makanan ternak. Sangat jarang ditemukan
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bernama sampah-sampah plastik di Kampung Waerebo
Indecon. Indecon merupakan sebuah LSM yang karena selain terdapat larangan keras untuk
khusus bergerak dibidang ekowisata. Sejak tidak membuang sampah di sembarangan
masuknya Indecon ke Kampung Waerebo pada tempat, untuk memenuhi kebutuhan makan
tahun 2006, Indecon telah banyak melakukan dan minum wisatawan menggunakan hasil
pendekatan maupun pendampingan kepada perkebunan masyarakat lokal seperti padi,
masyarakat lokal. Salah satu bentuk dukungan sayur-mayur, dan buah-buahan.
dari Indecon yang sangat dirasakan oleh Sedangkan konsep ekowisata menurut
masyarakat lokal adalah revitalisasi rumah adat World Conservation Union (WCU dalam
atau mbaru niang. Sebelum direvitalisasi, hanya Arida,2009) yang menyatakan bahwa kegiatan
tersisa empat mbaru niang dan hanya tiga ekowisata merupakan perjalanan yang
mbaru niang yang layak dihuni. Oleh karena itu mengunjungi daerah yang masih asli,
pada tahun 2008 bersama dengan kelompok menghargai keindahan alam, dan
arsitek dari Jakarta, Indecon bersama-sama mengedepankan konservasi sudah dijalankan di
dengan masyarakat lokal membangun kembali Kampung Waerebo. Wisatawan yang akan
ketujuh mbaru niang tersebut dengan tidak mengunjungi Kampung Waerebo melakukan
menghilangkan nilai keasliannya. Sampai perjalanan selama kurang lebih empat jam
dengan tahun 2016, Indecon telah dengan melewati hutan dan pegunungan dan
mendampingi masyarakat lokal selama sepuluh diwajibkan membawa seorang pemandu lokal.
tahun. Selama perjalanan, wisatawan akan dijelaskan
Selama sepuluh tahun masa mengenai keanekaragaman hayati yang
pendampingan di Kampung Waerebo sejak terdapat di sepanjang hutan menuju Waerebo
tahun 2006 hingga tahun 2016, Indecon telah seperti berbagai jenis flora dan fauna.
banyak membagikan pengetahuan maupun Tujuannya adalah wisatawan mendapatkan
keterampilan kepada masyarakat lokal pengetahuan baru tentang keanekaragaman
diantaranya adalah diberikan latihan memandu, tumbuhan dan hewan tersebut sehingga
pelatihan bahasa asing, dan pelatihan memasak muncullah sikap untuk menghargai alam.
bagi kaum ibu-ibu sehingga masyarakat lokal Dalam perjalanan menuju Kampung Waerebo,
pemandu lokal mengharuskan wisatawan

82

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 1, 2017

untuk menjaga kebersihan dan ketenangan 1.2 Saran
dengan membawa kembali plastik-plastik Berdasarkan pemaparan di atas, maka
sampah keluar dari kawasan Waerebo, dilarang dapat diberikan beberapa saran sebagai
merusak tumbuhan dengan mencubit atau berikut:
memetik dedaunan maupun bunga serta 1. Lembaga Pelestarian Budaya Waerebo
dilarang mengeluarkan atau menghasilkan (LPBW) sebagai pengelola agar menjalin
suara keras dengan tujuan tidak menganggu komunikai yang lebih intensif dengan
hewan yang berhabitat di dalam hutan. masyarakat lokal baik yang bernanung
Setibanya di Kampung yang otentik ini, dibawah lembaga maupun tidak sehingga
wisatawan dapat menyaksikan keunikan dan dapat mencari jalan keluar untuk dapat
kemegahan ketujuh mbaru niang yang menjalankan ekowisata secara mandiri
mengitari sebuah altar yang disebut compang. tanpa kehadiran Indecon sebagai
Keberadaan mbaru niang semakin diperindah pendamping.
dengan pegunungan yang mengitari kampung 2. Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai
ini. Sebelum memulai aktivitas di Kampung agar memfasilitasi masyarakat lokal
Waerebo, wisatawan harus memasuki rumah dengan program-program yang nyata
adat utama terlebih dahulu dan melaksanakan untuk tetap menjaga kelestarian Waerebo
ritual adat serta diwajibkan menyumbangkan sebagai sebuah DTW unggulan di
sejumlah uang kepada pengurus adat sebagai kabupaten Manggarai
bentuk dan tanda penghormatan kepada
leluhur sehingga wisatawan dapat diterima Daftar Pustaka:
Arida, I Nyoman Sukma. 2009. Meretas Jalan Ekowisata
secara adat di Kampung Waerebo. Sejumlah
Bali. Denpasar. Udayana University Press.
uang yang diberikan tersebut digunakan untuk Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
kegiatan konservasi. Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Berdasarkan penjabaran diatas maka konsep Damanik dan Weber F. 2006. Perencanaan Ekowisata dari
ekowisata menurut Fennel dan World Teori ke Aplikasi. Yogjakarta: Andi Offset.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori
Conservation Union yang dapat disimpulkan dan Praktik. Jakarta:Bumi Aksara.
sebagai sebuah perjalanan wisata yang Indecon, Infest. 2013. Pesan-pesan dari Waerebo. Jakarta.
mengunjungi suatu daya tarik yang masih asli Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
baik alam maupun budayanya, mengutamakan Alfabeta.
kegiatan konservasi dan berorientasi pada
kesejahteraan masyarakat lokal sebagian besar
sudah sesuai dan dijalankan di Kampung
Waerebo. Namun beberapa hal yang harus
dibenahi adalah masih sangat minimnya
fasilitas penginapan untuk wisatawan di
Kampung Waerebo.

V. SIMPULAN DAN SARAN
1.1 Simpulan
Kampung Waerebo sudah menjalankan
prinsip-prinsip pengembangan suatu daya tarik
berbasis ekowisata yaitu kegiatan yang
berbasis alam, mengutamakan upaya-upaya
konservasi, dan mengedepankan kesejahteraan
masyarakat lokal. Namun, dengan kehadiran
Indecon sebagai pendamping masyarakat
mengalami ketergantungan sehingga tidak
memikirkan exit strategy yang nantinya mampu
membuat masyarakat menjadi mandiri.


83

Anda mungkin juga menyukai