Anda di halaman 1dari 1

Kemaritiman Kedatuan Sriwijaya

Angga Fatih Fadhlurrohman


21407141006
Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim memilik peran yang penting dalam perdagangan
dan pelayaran Indonesia , baik itu berkaitan erat dengan perdagangan internasional antara
India dan Cina maupun perdagangan regional daerah di Nusantara dan Asia Tenggara, serta
Nusantara dan Cina. Kemampuannya untuk mengelola perdagangan yang lalu-lalang di
Nusantara kawasan bagian Barat sehingga pastilah kerajaan tersebut mampu mengontrol
kawasan Selat malaka dan Selat Sunda. Kemungkinan bahwa letaknya tidak terlalu strategis
karena agak jauh dari selat Malaka, tetapi dengan kekuatan armadanya ia mampu menguasai
daerah-daerah yang berpotensial untuk menjadi pesaingnya dan juga dapat mengontrol jalur
perdagangan dari perampokan dan kemungkinan agresi dari negara lain yang berada di bawah
kekuasaannya (Mulyadi, 2016; Sulistiyono, 2004)
Pada abad XIII, kerajaan Sriwijaya mampu menguasai titik-titik simpul perdagangan antara
lain P’eng-F’eng (Pahang), Theng-ya-nung (Trengganu), Ling-ya-ssu-chia (Langkasuka) Chi-
lan-tan (Kelantan), Fo-lo-an (Kuala berang), Tan-ma-ling (tambralingga, Ligor, Chia-lo-si
(Grahi, Teluk Brandon, dan Sin-t’o(Sunda). Dalam mencari titik aman perdagangannya
terhadap Cina, Sriwijaya rela mengakui Cina sebagai Negara besar yang berhak untuk diberi
upeti. Dengan demikian Sriwijaya akan merasa aman akan bahaya ekspansi militer Cina yang
sudah merambah ke Vietnam dan Funan. Dari itu pula, kapal-kapal Sriwijaya juga mendapat
perlakuan yang baik di pelabuhan-pelabuhan di Cina. Sriwijaya pada waktu itu telah
mengembangkan strategisnya untuk bertahan dan mengembangkan kekuasaannya. Sriwijaya
menjalin perdagangan dengan negeri Timur Tengah terutama Arab dan Persia pada abad ke-
11 dengan saling menukar komoditi. Azyumardi Azra dalam bukunya mengutip tulisan Ibn
Abd Al Rabbih dalam karyanya Al Iqd al Farid, yang menyebutkan adanya korespondensi
antara Raja Sriwijaya (Sri Indravarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis pada sekitar
tahun 100 Hijriah atau 719 Masehi (Azra, 2005). Arab dan Persia memperoleh kemenyan
sebagai bahan wangi-wangian dari Sriwijaya.

Pertanyaan: Bagaimana pengaruh Sriwijaya pada era sekarang?

Sumber

Azra, A. (2005). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia. Mizan.
Mulyadi, Y. (2016). Kemaritiman, Jalur Rempah, dan Warisan Budaya Bahari Nusantara.
ResearchGate, November, 1–11. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.22616.08966
Sulistiyono, S. T. (2004). Pengantar Sejarah Maritim Indonesia. Direktorat Pendidikan
Tinggi Kemdikbud.

Anda mungkin juga menyukai