Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN KERAJAAN MARITIM NUSANTARA MASA HINDU DAN BUDHA

YANG MELIPUTI KERAJAAN SRIWIJAYA DAN MATARAM KUNO

DISUSUN OLEH:

BAGAS RIFKY D

DEWI PUTRI A

FAUZAN FATURASYID

MUHAMMAD KEMAL B

MUHAMMAD IRSYAD R

MUHAMMAD ZIDANE A

PUTRI RAHAYU P

NAJMA ANNISA

SMA ISTIQAMAH BANDUNG

Komplek Puragabaya Jl. Cijawura Girang No.14, Sekejati, Kec. Buahbatu, Kota Bandung,
Jawa Barat 40286

1|Makalah Sejarah Peminantan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang
dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah
Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi,
dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal
dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni
musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu
kerajaan tarumanagara yang dilanjutkan dengan kerajaan sunda sampai abad ke-16.

Pada masa ini pulan muncul dua kerajaan besar, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Pada abad
ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajahan Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad
ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk konflikasi hukum dan pembentukan
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa.
Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.

1.2 rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana proses masuknya kerajaan
kerajaan maritim nusantara masa Hindu dan Budha yang meliputi kerajaan Sriwijaya dan
Mataram Kuno?

1.3 tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses masuknya kerajaan kerajaan
Maritim Nusantara pada masa Hindu dan Budha yang meliputi kerajaan Sriwijaya dan
Mataram Kuno.

2|Makalah Sejarah Peminantan


BAB II

PEMBAHASAN

A. KERAJAAN SRIWIJAYA

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di


pulau Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung
Malaya, Sumatra, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. Dalam bahasa
Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan"
atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-
gemilang".

a. Sejarah Sriwijaya
1. Pembentukan dan perkembangan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya berdiri dari tahun 671 masehi menurut catatan I Tsing.
Kerajaan ini merupakan kerajaan maritim yang menjadi pusat perdagangan di
wilayah nusantara pada saat itu

Menurut prasasti kota kapur yang berangka tahun 686 sriwijaya telah berhasil
menguasai wilayah bangka, belitung, selatan sumatera, hingga lampung. Bahkan
kerajaan ini berhasil menaklukan wilayah jawa melalui program menghukum bhumi
jawa, peristiwa ini juga berbarengan dengan runtuhnya kerjaan kalingga di jawa
tengah dan taruma negara di jawa barat. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut
Tiongkok Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

2. Penaklukan kerajaan Sriwijaya.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya


mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan
observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja.

3. Masa keemasan Sriwijaya


Menurut catatan arab pada tahun 955 M, kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan
yang sangat kaya dengan pasukan tentara yang banyak. Bahkan disebutkan bahwa
kapal paling cepat pada saat itu tidak cukup untuk mengelilingi wilayah sriwijaya
dalam waktu 2 tahun. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu
gaharu, cengkih, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi
lainya. Catatan ini juga menyebutkan bahwa kerajaan sriwijaya maju di bidang
arargis, catatan ini meyebutkan bahwa wilayah sriwijaya memiliki tanah yang
subur.

3|Makalah Sejarah Peminantan


4. Kemunduran Sriwijaya

Pada Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti
Chola di Koromandel, Indiaselatan mengirim tentaranya untuk menaklukan wilayah
sriwijaya. Dan menurut prasasti tanjore, kerajaan tersebut berhasil menaklukan
wilayah sriwijaya dan beberapa dekade setelahnya seluruh wilayah kerajaan sriwijaya
berhasil ditaklukan.

Faktor lain kemunduran Sriwijaya adalah faktor alam. Karena adanya


pengendapan lumpur di Sungai Musi dan beberapa anak sungai lainnya,
sehingga kapal-kapal dagang yang tiba di Palembang semakin berkurang. Akibatnya,
Kota Palembang semakin menjauh dari laut dan menjadi tidak strategis. Akibat kapal
dagang yang datang semakin berkurang, pajak berkurang dan
memperlemah ekonomi dan posisi Sriwijaya.

b. Pemerintahan Dan Ekonomi Sriwijaya


1. Pemerintahan
Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial.
Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik
Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi
penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.
Kedatuan ini dapat bermakna datu, yaitu tempat disimpanya emas dan hasil
cukai kerajaan sriwijaya. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat
dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di dalamnya
terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam
lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra
mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra(pewaris
berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam
struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga
Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang
raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada pada
zaman Sriwijaya. Adapun, jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut
adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati), senopati(komandan
pasukan), dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an watak
wuruh (pengawas kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai
besi/ pembuat senjata pisau), kayastha (juru
tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga), pratis
ra (pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun
haji(budak raja).

4|Makalah Sejarah Peminantan


2. Perdagangan Dan Perekonomian
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara
India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda.
Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur
barus, kayu gaharu, cengkih, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang
membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini
telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di
seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama
di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari
Kaisar Tiongkok untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa
mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara
Tiongkok dan India.

Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya


dengan selalu mengawasi — dan jika perlu — memerangi pelabuhan pesaing di
negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang
mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar
pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke
dalam mandala Sriwijaya.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok , Sriwijaya juga
menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri
Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-
Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa
hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok
disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada
tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Tiongkok, berupa ts'engchi (bermaksud
sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan
naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak,
terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri
kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari
perdagangan ini.

c. Masyarakat dan kebudayaanya


Sebuah masyarakat yang kompleks, berlapis, kosmopolitan, dan makmur;
dengan cita rasa nan halus dalam seni, sastra, dan budaya, dengan serangkaian ritual
yang dipengaruhi ajaran Buddha Mahayana; berkembang di masyarakat Sriwijaya.
Tatanan sosial mereka yang rumit dapat dilihat melalui studi prasasti, catatan sejarah
asing, serta peninggalan candi-candi yang berasal dari periode ini. Kerajaan telah
mengembangkan masyarakat yang maju; yang ditandai oleh kemajemukan
masyarakat mereka, stratifikasi sosial, dan pembentukan lembaga administratif
nasional kerajaan mereka.

5|Makalah Sejarah Peminantan


1. Agama

Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan
sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatra dalam perjalanan studinya di Universitas
Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama
Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan
bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti,
seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.

Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan
di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha
Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa,
seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha
Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada
masa
pemerintahan SriCudamaniWarmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di S
uvarnadvipa.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh


budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agam
Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha
di Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui
perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7hingga abad ke-9, sehingga secara
langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya
di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat


perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama
Muslim dari Timur Tengah, sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan
bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam
di Sumatra kelak, di saat melemahnya pengaruh Sriwijaya

.
2. Kebudayaan

Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan


kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan
bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7
seperti Prasasti Talang Tuomenggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa
penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk
rakyatnya. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan
pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapurmenyebutkan keperkasaan balatentara
Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur

6|Makalah Sejarah Peminantan


bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno
telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti
Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang
ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa
Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat
komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua
franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.

Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya


hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatra.
Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan
wangsa Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi
Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa
Sriwijaya di Sumatra antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro
Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu
andesit, candi di Sumatra terbuat dari bata merah.

B. KERAJAAN MATARAM KUNO(MEDANG)


Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram
Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri
di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad
ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-
prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun
banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang
akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.

a. Sejarah kerajaan Medang


Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan
dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang adalah Rakai Mataram
Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732,
namun tidak menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya
memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulau Jawa sebelum dirinya,
bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian
tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara perempuan
Sanna.
Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau
"Bratasenawa", merupakan raja Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716 M).
Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh
Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun 716 M. Sena akhirnya
melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa.
Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan
Sunda (setelah Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan

7|Makalah Sejarah Peminantan


Galuh) adalah sahabat baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong
Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya.

1. Dinasti yang pernah ada

Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah
berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa
Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode
Jawa Timur.

Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya.
Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada
masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an),
kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha Mahayana.

Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil
pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar
tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil
menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu
ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa
tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.

Sementara itu, dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa


Isana yang baru muncul pada ‘’periode Jawa Timur’’. Dinasti ini didirikan oleh Mpu
Sindok yang membangun istana baru di Tamwlang sekitar tahun 929. Dalam prasasti-
prasastinya, Mpu Sindok menyebut dengan tegas bahwa kerajaannya adalah
kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

b. Sruktur pemerintahan

Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama
memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum
perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin".

Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya
dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan
Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai
Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.

Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai
Pikatan meskipun Wangsa Sanjayaberkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam
daftar raja-raja versi Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang
bergelar Sang Ratu.

8|Makalah Sejarah Peminantan


Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang
ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang
memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu
Sindokmerupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa.

c. Keadaan penduduk
Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan
pada umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal
sebagai negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan
Sriwijaya merupakan negara maritim.

Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu
aliran Siwa Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti
menjadi Buddha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai
Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha tetap hidup
berdampingan dengan penuh toleransi.

d. Runtuhnya kerajaan Medang


Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan
Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan.
Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam
terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi
permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan
Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia
Tenggara.

9|Makalah Sejarah Peminantan


BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di


Indonesia, yaitu hipotesis waisya. Hipotesis ksatria, hipotesis Brahmana dan teori
Arus Balik. Masuk dan berkembanya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa
pengaruh besar di berbagai bidang kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di
Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan
mutlak dan turun-temurun.

3.2 saran

Kebudayaan yang berkembang di Indonesia pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan
kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki
masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau
keraton. Tata kota dipusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan Hindu. Demikian
pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan. Kita harus
menjaga kelestarian dan budaya budaya yang diinginkan agama Hindu-Budha.

DAFTAR ISI

BAB I ....................................................................................................................................02

Pendahuluan ...........................................................................................................................02

1.1 latar belakang ..................................................................................................................02

1.2 rumusan masalah..............................................................................................................02

10 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n
1.3 tujuan ...............................................................................................................................02

BAB II ....................................................................................................................................03

Pembahasan ........................................................................................................................03-09

BAB III ...................................................................................................................................10

Penutup ..................................................................................................................................10

3.1 simpulan ...........................................................................................................................10

3.2 saran ..................................................................................................................................10

Lampiran .................................................................................................................................12

LAMPIRAN

11 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n
12 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n
TUGAS ANGGOTA

Putri Rahayu: menyusun makalah

Muhammad Zidane: menyusun makalah

Dewi Putri: menyusun power point dan edit makalah

13 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n

Anda mungkin juga menyukai