DISUSUN OLEH:
BAGAS RIFKY D
DEWI PUTRI A
FAUZAN FATURASYID
MUHAMMAD KEMAL B
MUHAMMAD IRSYAD R
MUHAMMAD ZIDANE A
PUTRI RAHAYU P
NAJMA ANNISA
Komplek Puragabaya Jl. Cijawura Girang No.14, Sekejati, Kec. Buahbatu, Kota Bandung,
Jawa Barat 40286
PENDAHULUAN
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang
dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah
Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi,
dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal
dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni
musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu
kerajaan tarumanagara yang dilanjutkan dengan kerajaan sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pulan muncul dua kerajaan besar, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Pada abad
ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajahan Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad
ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk konflikasi hukum dan pembentukan
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa.
Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana proses masuknya kerajaan
kerajaan maritim nusantara masa Hindu dan Budha yang meliputi kerajaan Sriwijaya dan
Mataram Kuno?
1.3 tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses masuknya kerajaan kerajaan
Maritim Nusantara pada masa Hindu dan Budha yang meliputi kerajaan Sriwijaya dan
Mataram Kuno.
PEMBAHASAN
A. KERAJAAN SRIWIJAYA
a. Sejarah Sriwijaya
1. Pembentukan dan perkembangan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya berdiri dari tahun 671 masehi menurut catatan I Tsing.
Kerajaan ini merupakan kerajaan maritim yang menjadi pusat perdagangan di
wilayah nusantara pada saat itu
Menurut prasasti kota kapur yang berangka tahun 686 sriwijaya telah berhasil
menguasai wilayah bangka, belitung, selatan sumatera, hingga lampung. Bahkan
kerajaan ini berhasil menaklukan wilayah jawa melalui program menghukum bhumi
jawa, peristiwa ini juga berbarengan dengan runtuhnya kerjaan kalingga di jawa
tengah dan taruma negara di jawa barat. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut
Tiongkok Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Pada Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti
Chola di Koromandel, Indiaselatan mengirim tentaranya untuk menaklukan wilayah
sriwijaya. Dan menurut prasasti tanjore, kerajaan tersebut berhasil menaklukan
wilayah sriwijaya dan beberapa dekade setelahnya seluruh wilayah kerajaan sriwijaya
berhasil ditaklukan.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok , Sriwijaya juga
menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri
Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-
Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa
hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok
disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada
tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Tiongkok, berupa ts'engchi (bermaksud
sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).
Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan
naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak,
terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri
kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari
perdagangan ini.
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan
sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatra dalam perjalanan studinya di Universitas
Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama
Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan
bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti,
seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan
di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha
Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa,
seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha
Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada
masa
pemerintahan SriCudamaniWarmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di S
uvarnadvipa.
.
2. Kebudayaan
Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah
berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa
Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode
Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya.
Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada
masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an),
kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil
pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar
tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil
menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu
ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa
tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
b. Sruktur pemerintahan
Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama
memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum
perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin".
Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya
dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan
Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai
Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.
Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai
Pikatan meskipun Wangsa Sanjayaberkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam
daftar raja-raja versi Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang
bergelar Sang Ratu.
c. Keadaan penduduk
Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan
pada umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal
sebagai negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan
Sriwijaya merupakan negara maritim.
Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu
aliran Siwa Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti
menjadi Buddha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai
Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha tetap hidup
berdampingan dengan penuh toleransi.
PENUTUP
3.1 kesimpulan
3.2 saran
Kebudayaan yang berkembang di Indonesia pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan
kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki
masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau
keraton. Tata kota dipusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan Hindu. Demikian
pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan. Kita harus
menjaga kelestarian dan budaya budaya yang diinginkan agama Hindu-Budha.
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................02
Pendahuluan ...........................................................................................................................02
10 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n
1.3 tujuan ...............................................................................................................................02
BAB II ....................................................................................................................................03
Pembahasan ........................................................................................................................03-09
Penutup ..................................................................................................................................10
Lampiran .................................................................................................................................12
LAMPIRAN
11 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n
12 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n
TUGAS ANGGOTA
13 | M a k a l a h S e j a r a h P e m i n a n t a n