Anda di halaman 1dari 5

KERAJAAN SRIWIJAYA SECARA DIAKRONIS (KRONOLOGI) DAN ATAU

SINKRONIS
Oleh Devita Nirmala Sari, X AKL 3 (18)

Kerajaan Sriwijaya

Pendahuluan:
Sriwijaya adalah kerajaan bahari historis yang berasal dari Pulau Sumatra sekitar abad ke-
6 sampai abad ke-12. Kehadirannya banyak memberi pengaruh pada perkembangan sejarah Asia
Tenggara (terutama dalam kawasan Nusantara Barat). Dalam bahasa Sanskerta, Sri berarti
“bercahaya” atau “gemilang”, dan Vijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan” dengan demikian,
nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”. Lokasi ibukota Sriwijaya dalam
rentang waktu enam abad berpindah-pindah, tetapi pada awalnya diketahui dekat dengan Kota
Palembang, tepatnya di muara Sungai Musi. Sriwijaya terdiri dari sejumlah pelabuhan yang saling
berhubungan di sekitar Selat Malaka.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatra awal, dan salah satu kerajaan terbesar
Nusantara. Pada abad ke-20, Sriwijaya dan Majapahit menjadi referensi oleh kaum nasionalis
untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme
Belanda.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-
fo-shih atau San-fo-ts’I atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, Kedatuan
Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer
menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit
ditemukan.
Kerajaan Sriwijaya Sebagai Pusat Agama Buddha yang Penting.
Kerajaan Sriwijaya tercatat sebagai pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara
dan Asia Timur karena raja-raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung dan penganut agama
yang taat. Tidak mengherankan agama Buddha berkembang pesat. Sehingga Sriwijaya tercatat
sebagai pusat agama Buddha (Mahayana) yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Hal ini
pernah ditulis seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, yang sempat tinggal empat tahun di Sriwijaya
untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha. I Tsing menyebutkan adanya seorang pendeta
Buddha terkenal bernama Sakyakirti. Selain itu, menurut berita dari Tibet, seorang pendeta
bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama
Buddha dari seorang guru bernama Dharmapala.

Kehidupan politik di kerajaan Sriwijaya.


Berdasarkan bukti yang ada dari isi prasasti Leiden, Kerajaan Sriwijaya telah melakukan
kerjasama dengan kerajaan Chola di India yang ditandai dengan pengiriman pendeta dari Sriwijaya
ke India dan pembuatan Biara untuk pendeta tersebut. Berikut ini raja-raja yang pernah berkuasa
di Kerajaan Sriwijaya:
➢ Dapunta Hyang Srijayanasa, adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Saat Srijayasana berkuasa, ia berhasil memperluas wilayah kerajaan sampai ke Jambi. Cita-
cita yang menjadi pedoman yakni menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar.
➢ Balaputeradewa, merupakan raja yang berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya berkembang
pesat. Raja ini menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia,
terutama kerajaan-kerajaan India seperti Benggala dan Colamanda dan kekaisaran
Tiongkok.
Sumber mengenai kehidupan politik Kerajaan Sriwijaya pada masa raja-raja lainnya
kurang lengkap. Nama raja-raja tersebut seperti:
• Sri Indra Waraman 724 M (berasal dari berita China),
• Rudrawikrama 727 M (berita China),
• Wishnu 775 M (Prasasti Ligor),
• Maharaja 851 M (Berita Arab),
• Sriudayadityawarman 960 M (Berita Chiana),
• Marawijayatunggawarman 1044 M (Prasasti Leiden), dan
• Sri Sanggarama Wijayatunggawarman 1044 M (dalam prasasti Chola).

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya.


Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya meliputi kegiatan pertanian, hasilnya kemudian
diperjual belikan kepada para pedagang asing yang singgah yang didukung dengan letak strategis
nya sebagai jalur perdagangan antara India dan Tiongkok.
Faktor lain pendukung kegiatan ekonomi adalah berhasilnya Sriwijaya menguasai wilayah-
wilayah strategis di sekitarnya seperti Selat Sunda, Selat Malaka, Laut Natuna dan Laut Jawa.
Dikuasainya daerah-daerah tersebut tidak terlepas dari kekuatan armada laut Kerajaan Sriwijaya
dengan kapalnya yang begitu banyak.

Kehidupan Budaya Kerajaan Sriwijaya.


Bukti bahwa kerajaan sriwijaya memiliki kebudayaan yang tinggi adalah dari prasasti-
prasasti yang ditemukan. Prasasti tersebut tidak lagi menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi sudah
menggunakan bahasa Melayu Kuno. Yang menunjukkan bahwa masyarakat Kerajaan Sriwijaya
tidak menerima budaya asing begitu saja, tetapi disesuaikan dengan budaya setempat. Hasil
budaya peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah berupa prasasti, arca Buddha di Bukit Siguntang,
bangunan suci di Jambi, kompleks Candi Muara Takus, beberapa bangunan suci di Gunung Tua
(padang lawas), dan Arca Awalokiteswara yang ditemukan di Tapanuli Selatan.

Beberapa faktor yang mendukung kemajuan pesat Kerajaan Sriwijaya pada zaman kekuasaan
Raja Balaputradewa sekitar abad ke 8-9 Masehi, yaitu:
1) Letaknya strategis, yaitu berada di jalur perdagangan antara India dan TionTiongkok.
2) Menguasai jalur-jalur perdagangan, seperti Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung
Melayu dan Tanah Genting Kra.
3) Hasil-hasil buminya, seperti emas, perak, dan rempah-rempah, menjadi komoditas
perdagangan yang berharga.
4) Armada lautnya kuat karena menjalin kerjasama dengan armada laut kerajaan-kerajaan di
India dan Tiongkok.
5) Pendapatan melimpah dari upeti raja-raja yang ditaklukkan, cukai terhadap kapal-kapal
asing dan barang dagangan, serta hasil buminya sendiri.

Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, yaitu:


1) Kota Palembang sebagai ibukota Kerajaan Sriwijaya semakin jauh dari laut dan tidak
strategis. Hal ini terjadi karena pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi yang
menyebabkan proses pendangkalan dasar sungai pada Sungai Musi.
2) Serangan Kerajaan Medang Kamulan, Jawa Timur, di bawah Raja Dharmawangsa pada
990 M. Meski tidak berhasil, Serangan ini cukup melemahkan Sriwijaya.
3) Serangan Kerajaan Colamandala dari India pada 1023 M dan 1030 M.
4) Negara-negara yang pernah ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya seperti Ligor, Tanah
genting Kra, Kelantan, Jambi, dan Sunda, satu persatu melepaskan diri dari kekuasaan
Sriwijaya. Hal ini tentu saja berakibat pada kemunduran ekonomi dan Perdagangan
Kerajaan Sriwijaya.
5) Terdesak oleh kerajaan Thailand yang mengembangkan kekuasaannya sampai
Semenanjung Malaya
6) Serangan Majapahit pada 1477 M dan berhasil menaklukkan Sriwijaya. Sejak saat itu
berakhirlah kekuasaan Sriwijaya.

Kesimpulan:
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada ke-7 dengan raja pertama Srijayanasa dan berpusat di
Palembang, Sumatera Selatan (Muara Sungai Musi). Sriwijaya mengalami zaman keemasan pada
saat diperintah oleh Raja Balaputradewa putra dari Samaratungga yang berasal dari Jawa pada
abad ke-9. Wilayah Sriwijaya meliputi hampir seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Barat,
dan Semenanjung Melayu oleh karena itu, Sriwijaya disebut Kerajaan Nusantara pertama.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Kaum Tionghoa menyebutnya San Fo Si
atau San Fo Qi. Di dalam bahasa Sansekerta disebut Yavadesh, dalam bahasa Pali disebut
Javadesh. Orang Arab menyebutnya Zabag sedangkan orang Khmer menyebutnya Melayu.
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maratim, pusat penyebaran agama Buddha dan pusat
pendidikan, serta sebagai pusat perdagangan:
• Dikenal sebagai kerajaan maritim karena mempunyai angkatan laut yang tangguh &
wilayah perairan yang luas karena begitu luas wilayah nya, maka Sriwijaya disebut sebagai
Kerajan Nusantara pertama.
• Dikenal sebagai pusat pendidikan penyebar agama Budha, dengan bukti catatan I-Tsing
dari China pada tahun 685M, yang menyebut Sriwijaya dengan She-le-fo-she. Bukti yang
kedua adalah Sakyakirti dan Dharmapala dari India, seorang guru agama Buddha yang
terkenal. Banyak pula pemuda Sriwijaya yang dikirim perguruan guru tinggi Nalanda
(india) untuk belajar agama Buddha.
• Dikenal sebagai pusat perdagangan karena Palembang sebagai jalur perdagangan nasional
dan internasioanal, banyak kapal yang singgah sehingga menambah pemasukan pajak.
Peninggalan sejarah berupa Candi Muara Tikus dan bangunan tempat suci biara bakal, serta
prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa berbahasa melayu kuno ada 5 buah prasasti,
yaitu Prasasti Kedudukan Bukit (605M), Prasasti Talang Tuo (684M), Prasasti Telaga Batu
(ketiga prasasti tersebut ditemukan di dekat Palembang), Kota Kapur di Pulau Bangka
(686M), Karangberahi di Jambi (686 M).
Keruntuhan Sriwijaya disebabkan oleh faktor dari dalam & dari luar negeri. Pada tahun
1025 M, Sriwijaya diserbu raja Colamandara dari India Selatan dan raja Sranggama Wijaya
Tunggawarman. Kemudian tahun 1275 M, Singasari menyerang kerajaan Sriwijaya dan tahun
1277 M, kerajaan Majapahit juga menyerang kerajaan Sriwijaya.
Daftar rujukan:
Hapsari, Ratna, M. Adil. 2022. Sejarah SMK/MAK kelas X. Jakarta: Erlangga.
https://sumbersejarah1.blogspot.com/2018/04/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-dan-agama-
kerajaan-sriwijaya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai