Disusun oleh:
Kelas A
Kelompok 3
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Pengelolaan Air Untuk Pertanian (PAUP) yang berjudul “Pengaruh
Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai” dengan tepat waktu. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Penulis berpedoman bahwa
tugas yang baik adalah tugas yang selesai. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Penulis
berharap semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat dan menjadi kontribusi
positif bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian penting dan pada kondisi terburuk dapat
menyebabkan terjadinya gagal panen. Pada kondisi salin, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terhambat karena akumulasi berlebihan Na dan Cl dalam
sitoplasma, menyebabkan perubahan metabolisme di dalam sel. Aktivitas enzim
terhambat oleh garam. Kondisi tersebut juga mengakibatkan dehidrasi parsial sel
dan hilangnya turgor sel karena berkurangnya potensial air di dalam sel.
Berlebihnya Na dan Cl ekstraselular juga mempengaruhi asimilasi nitrogen karena
tampaknya langsung menghambat penyerapan nitrat (NO3 ) yang merupakan ion
penting untuk pertumbuhan tanaman.
Dengan mengetahui ambang batas salinitas pada tanaman kedelai, dapat
diharapkan menjaga produktivitas tanaman kedelai itu sendiri. Sehingga kebutuhan
kedelai di Indonesia diharapkan dapat meningkat.
Salinitas merupakan proses alami yang terkait erat dengan bentang alam dan
proses pembentukan pada tanah. Garam dalam tanah dapat berasal dari pelapukan
bahan induk yang mengandung suatu deposit garam (El-Swaify 2000), intrusi air
laut atau gerakan air tanah yang direklamasi dari dasar laut (Tan 2000), pupuk
anorganik dan organik, serta dari air yang beririgasi (Kotuby-Amacher et al. 2000).
Kondisi iklim dengan curah hujan yang rendah, tingkat evaporasi tinggi, dan
pengelolaan pengairan yang sangat buruk dapat menimbulkan masalah salinitas
(Sposito 2008; Lambers 2003; Gama et al. 2007).
Penggunaan air tanah untuk irigasi secara terus menerus dapat menyebabkan
akumulasi garam pada lahan pertanian (Tan 2000; Munns et al. 2004; Zhu 2007;
Sonon et al. 2012). Unsur Ca,Mg, dan Na yang terkandung dalam air irigasi akan
mengendap dalam bentuk karbonat seiring dengan terjadinya penguapan (Serrano
et al. 1999). Drainase tanah yang buruk menyebabkan evaporasi lebih besar dari
pada perkolasi sehingga akan mempercepat suatu proses salinisasi.
2
difahami dari aspek morfologis, fisiologis, maupun biokimia tanaman sebagai
langkah dalam menentukan strategis pengembangkan kultivar yang toleran.
Makalah ini membahas tentang karakter morfologi, fisiologi, dan agronomis
kedelai toleran cekaman salinitas, yang diharapkan dapat digunakan sebagai
indikator genotipe kedelai toleran salinitas.
B. Tujuan
3
II. PEMBAHASAN
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
4
Batang tanaman kedelai merupakan batang lunak. Pertumbuhan batang
tanaman kedelai dibedakan atas dua tipe yaitu tipe determinate dan
indeterminate (Fachruddin, 2000). Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai
berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
berbunga. Batang tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada yang tidak
bercabang bergantung varietas. Rata-rata tanaman kedelai memiliki 1-5 cabang
(Adisarwanto, 2009).
Daun kedelai memiliki tipe trifoliate atau bertangkai tiga. Warna daun
tanaman kedelai dibedakan menjadi hijau muda, hijau dan hijau tua (Suhartina
dkk., 2012). Bentuk daun tanaman kedelai bervariasi bergantung varietas yakni
antara oval dan lanceolate atau dengan kata lain berdaun lebar (broad leaf) dan
berdaun sempit (narrow leaf) (Adisarwanto, 2009). Bunga kedelai memiliki
warna putih atau ungu, merupakan bunga sempurna, memiliki alat reproduksi
jantan dan betina dalam satu tempat (Suhartina dkk., 2012). Bunga kedelai
disebut bunga kupu-kupu karena mempunyai dua mahkota dan dua kelopak
bunga.
Bunga kedelai pada umumya muncul pada ketiak daun yaitu setelah
buku kedua, tetapi dapat juga pada cabang tanaman yang mempunyai daun
(Adisarwanto, 2009). Setiap ketiak umumnya terdapat 3 kuntum bunga, namun
sebagian besar bunga mengalami kerontokan dan biasanya hanya 60% yang
menjadi polong (Andrianto dan Indarto, 2004).
5
gepeng atau bulat telur (Adisarwanto, 2009). Biji kedelai dikelompokkan dalam
ukuran biji besar (>14 g/100 biji), ukuran sedang (10-14 g/100 biji) dan ukuran
kecil (<10 g/100 biji) (Adie dan Krisnawati, 2013).
6
rendah menyebabkan terhambatnya permbentukan polong (Sumarno dan
Manshurl, 2013).
Kebutuhan air tanaman kedelai yang dipanen pada 80-90 hari berkisar
antara 360-405 mm (Sumarno dan Manshurl, 2013). Penyerapan air paling
tinggi adalah pada stadia generatif (muncul bunga hingga polong terisi penuh)
(Adisarwanto, 2008).
2.3 Salinitas
7
banyak >15 dS/m (Poerwowidodo, 2002). Terdapat dua jenis salinitas tanah,
yaitu salinitas primer dan salinitas sekunder (Krisnawati dan Adie, 2013).
Konsentrasi garam yang tinggi terutama garam Natrium (Na⁺) dan Khlor
(Cl⁻), merusak struktur tanah dan meningkatkan tekanan osmotik sehingga
menggangu penyerapan air dan unsur hara.
8
menurun diakibatkan oleh berkurangnya konduktansi stomata (Gama dkk,
2007). Penyerapan Na yang berlebihan mengakibatkan terhambatnya
penyerapan air dan K.
Penyerapan Na+ dan Clyang tinggi oleh tanaman disebut toksisitas ion
(Chinnusamy dkk., 2005). Jouyban (2012) menyatakan akumulai ion Na+
menjadi penyebab utama kerusakan tanaman pada cekaman salinitas.
Akumulasi Na+ dalam daun yang terjadi dari waktu ke waktu bersifat toksik
(Munns dan Tester, 2008). Meningkatkanya konsentrasi Na dalam tanah juga
menghambat penyerapan 𝐶𝑎2 ⁺ dalam tanaman. Rendahnya 𝐶𝑎2 ⁺ dapat
menggangu aktivitas dan integritas membran sel dan mendorong akumulasi Na⁺
dalam jaringan tanaman. Rendahnya nisbah 𝐶𝑎2 ⁺/Na⁺ akibat tingginya ion Na⁺
dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan perubahan morfologi dan
anatomi tanaman (Cakmak, 2005).
9
2.5 Toleransi Cekaman Salinitas pada Tanaman
10
Penelitian toleransi tanaman kedelai terhadap salinitas telah banyak
dilakukan pada jenis kedelai kuning. Kedelai tergolong peka terhadap salinitas
dengan ambang batas toleransi pada 2-5 dS/m (Katerji dkk., 2000). Ambang
batas mendeteksi toleransi salinitas kedelai adalah 3,2 dS/m (Chinnusamy dkk.,
2005). Penelitian Damanik dkk. (2013) menyatakan ukuran biji berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, derajat infeksi,
umur panen, jumlah polong berisi, produksi biji pertanaman pada cekaman
salinitas. Berdasarkan penelitian Dianawati dkk. (2013) pada konsentrasi 9,375
dS/m merupakan batas kritis NaCl terhadap perkecambahan kedelai kuning
Burangrang dan Tanggamus. Pertumbuhan dan hasil tanaman pada umumnya
mengalami penurunan pada EC tanah 4 dS/m atau lebih. Batas kritis salinitas
pada pertumbuhan kedelai adalah 5 dS/m.
Cekaman Salinitas menyebabkan penuaan daun lebih cepat sehingga
menurunkan hasil biji yang berakibat turunnya berat polong (Cabot dkk., 2014).
Purwaningrahayu (2013) menyatakan cekaman salinitas membatasi produksi
polong dan biji tanaman. Menurut Ghassemi-Golezani dkk. (2011) penurunan
hasil biji disebabkan rendahnya indeks klorofil daun, aktivitas fotosistem II dan
tingginya kadar prolin.
Kriteria seleksi kedelai tahan salin dilakukan dengan berbagai
parameter. Diantaraya dapat dilihat dari jumlah polong per tanaman dan jumlah
biji per polong, bobot biji per tanaman, jumlah cabang per tanaman dan bobot
100 biji.
11
dalam konsentrasi tinggi dalam durasi yang lama akan mengalami kerusakan
klorofil.
Damanik et al. (2013) juga melaporkan bahwa meningkatnya
fotosintetis merupakan akibat langsung dari tingginya pasokan kandungan
klorofil. Xing et al. (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi klorofil, maka
jumlah cahaya yang diserap oleh tanaman akan meningkat sehingga proses
fotosintetis dan efek selanjutnya akan meningkatkan energi yang dihasilkan
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Salinitas mempengaruhi
pertumbuhan di semua tahap pertumbuhan dan kandungan klorofil (Nokandeh
et al., 2015).
Daun mengakumulasi ion Na+ pada kondisi salin dapat menekan
penyerapan K+, N, dan Mg2+. Unsur N dan Mg2+ merupakan komponen
pembentuk klorofil yang berperan dalam fotosintesis, sehingga penurunan
serapan unsur-unsur tersebut mengakibatkan pembentukan klorofil terganggu
dan fotosintesis terhambat. Cekaman salinitas juga dilaporkan memicu reaksi
foto oksidatif yang merusak membran tilakoid kloroplas (Taufiq et al. 2015).
12
Kematian tanaman diakibatkan oleh peningkatan DHL tanah yang cukup tinggi
dibandingkan dengan DHL tanah saat tanam.
13
dibandingkan bila kedelai tersebut ditanam pada kondisi optimal, yang berarti
mengalami penyusutan ukuran biji.
14
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
15
B. Saran
Saran pada penyusunan makalah kali ini yakni, untuk mengetahui terlebih
dahulu dampak-dampak bahaya salintas bagi tanaman apalagi pada tanaman
kedelai, dan tidak dapat mengancam keberlanjutan pertanian di seluruh dunia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adie, M.M. dan A. Krisnawati. 2013. "Biologi Tanaman Kedelai" dalam Kedelai,
Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman
Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Malang.
Ali, Y., Z. Aslam, M.Y. Ashraf, G.R. Tahir. 2004. Effect salinity on chlorofil
consentration, leaf area, yield and yield component of rice genotypes grown
under saline environment. Internat. J. Sci. Technol. 1:221- 225.
Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani; Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut,
Yogyakarta. Hal. 9-92. Dalam Skripsi M. Ikmal Tawakkal. P. 2009. Respon
Pertumbuhan dan Hasil Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max
L) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
17
Damanik, A.F., Rosmayati, H. Hasyim. 2013. Respon pertumbuhan dan produksi
kedelai terhadap pemberian mikoriza dan penggunaan ukuran biji pada
tanah salin. J. Online Agroteknol. 1:142-153.
Kandil, A.A., A.E. Sharief, and Kh.R. Ahmed. 2015. Performance of some soybean
(Glycine max (L.) Merrill) cultivars under salinity stress to germination
character.
Kondetti, P., N. Jawali, S.K.Apte, and M. G. Shitole. 2012. Salt tolerance in Indian
soybean (Glycine max (L.) Merill) varieties at germination and early
seedling growth. Ann. Biol. Res. 3(3):1489-1498.
Munns, R. and M. Tester. 2008. Mechanism of Salinity Tolerance. Annu. Rev. Plant
Biol. 59: 651-681.
Nurholis, N., & Sugandi, A. (2022, June). Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa
Varietas Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) terhadap Salinitas
(NaCl). In Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS (Vol. 6, No.
1, pp. 350-358).
Putri, P. H., Susanto, G. W. A., & Taufiq, A. (2017). Toleransi genotipe kedelai
terhadap salinitas. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 1(3), 233-242.
18
Sopandie, D. 2013. Fisiologi Adatasi Tanaman Terhadap Cekaman Abiotic Pada
Agroekosistem Tropika. IPB Press
Sundari T. dan Susanto GWA. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Biji Genotipe
Kedelaidi Berbagai Intensitas Naungan. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 34(3).
Taufiq, A., A. Kristiono, dan D. Harnowo. 2015. Respon varietas unggul kacang tanah
terhadap cekaman salinitas. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
34(2):153-164.
Xing, W., J. Wang, H. Liu, D. Zou, H. Zhao. 2013. Influence of natural saline-alkali stress on
chlorophyll content and chloroplast ultrastructure of two contrasting rice (Oryza
sativa L. japonica) cultivars. Austral. J. Crop Sci. 7:289-292.
YUNITA, Sheila Rahma and Sutaryo, Sutaryo and Fuskhah, Eny (2017) RESPON
BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) TERHADAP
TINGKAT SALINITAS AIR PENYIRAMAN. Undergraduate thesis,
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS
DIPONEGORO.
19