Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT, kami telah dapat menyusun Booklet Budidaya
Tanaman Purwaceng di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Booklet
ini sebagai panduan pelaksanaan kegiatan di tingkat kecamatan kususnya di
bidang budidaya purwaceng.
Dalam penyusunan Booklet Budidaya Tanaman purwaceng ini diperoleh
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu disampaikan terima kasih kepada :
1. Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten
Wonosobo.
2. Camat Kejajar
3. Ketua KTNA Kecamatan Kejajar
4. Kepala Desa Sekecamatan Kejajar
5. Ketua Kelompok Tani Se kecamatan Kejajar
6. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya brosur ini
Penyusun berharap buku ini bermanfaat bagi para petani dan semua pihak
yang membutuhkan dalam mendukung kegiatan Budidaya tanaman
Purwaceng di Kecamatan Kejajar.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Booklet ini.

Kejajar,18 September 2021


Mengetahui :
A.n Kepala Dinas Penyusun
Pangan, pertanian dan Perikanan
Kabupaten Wonosobo

Ir. Tri Wahyu Utomo, M.Si BURHANUDIN D, S.TP


NIP. 19640316 199902 1 001 NIP.19810704 201001 1 015

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
PENDAHULUAN................................................................................. iii

A. Morfoliogi tanaman Purwaceng


B. Jenis Tanaman Purwaceng
C. Jenis-jenis tanaman Purwaceng
D. Syarat-syarat tumbuh tanaman Purwaceng
E. Pembersihan lahan dan pengolahan tanah
F. Penanaman
G. Pemeliharaan tanaman Purwaceng
H. Pasca Panen Purwaceng

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

ii
I. PENDAHULUAN

Purwaceng, purwoceng, atau antanan gunung (Pimpinella pruatjan) adalah tumbuhan


berkiat obat anggota suku Apiaceae. Tumbuhan pegunungan ini terkenal karena
khasiat afrodisiak (meningkatkan gairah seksual) pada akarnya. Pada
perkembangannya, akar biasanya diolah dalam bentuk bubuk, campuran kopi atau
susu.

Penampakan fisik purwaceng adalah terna kecil tumbuh mendatar di atas permukaan


tanah seperti tumbuhan pegagan dan semanggi gunung namun tidak merambat.
Daunnya kecil-kecil berwarna hijau kemerahan dengan diameter 1-3 cm.

Purwaceng hanya ditemukan di Jawa.[1] Akibat populasi yang rendah dan permintaan


industri, saat ini semakin langka karena hanya tumbuh di daerah pegunungan tinggi.
Daerah yang diketahui masih ditumbuhi purwaceng adalah Dataran tinggi Dieng,
Jawa Tengah. Tempat lain yang dilaporkan purwaceng juga tumbuh adalah
Pegunungan Hyang (dikenal juga sebagai suripandak abang) dan Pegunungan
Tengger (dikenal sebagai gebangan dhepok).

iii
II. Deskripsi Tanaman
A. Klasifikasi

Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) merupakan tanaman obat asli Indonesia


yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman spesifik di dataran tinggi Dieng
(ketinggian ≥2.000 m dpl) ini tergolong langka karena umumnya tidak
dibudidayakan. Pengembangan tanaman di daerah yang mempunyai kondisi
lingkungan yang hampir sama dengan habitat asli seperti di Gunung Putri, Cipanas
(1.450 m dpl) merupakan salah satu usaha untuk mencegah tanaman dari kepunahan.
Keterbatasan bahan tanaman bermutu dan penerapan teknologi budidaya yang belum
optimal menjadi kendala dalam pengembangan tanaman purwoceng. Benih
purwoceng yang baru dipanen pada saat masak fisiologis (7 – 8 minggu setelah
antesis) mempunyai daya berkecambah sangat rendah (<20%), karena adanya
dormansi afterripening. Peningkatan viabilitas potensial (daya berkecambah) dapat
dilakukan dengan perendaman benih dalam larutan GA3 400 ppm selama 48 jam,
pemanasan pada suhu 50˚C selama 48 jam, dan perendaman dengan KNO3 0,2%
selama 24 jam. Produksi purwoceng lebih baik di lingkungan tumbuh asli (Dieng)
dibandingkan dengan jika ditanam didaerah lain, walaupun pertumbuhan bagus tapi
kandungan zat zat yang dikandung lebih sedikit. Peningkatan produksi dan
kandungan bahan aktif akan didapatkan dengan punggunaan pupuk organic matang
yang lebih banyak . Penerapan teknologi budidaya sederhana untuk luasan 1.000
m2 menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp. 30.000.000. dari tanaman yang
sudah dikeringkan dan siap untuk dijual.

1
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, Purwaceng diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Familia : Umbelliflorae BangsaordoUmbelliferae
Genus : Pimpinella
Spesies : P. alpina, Molk. Pimpinella pruatjan, Molk. Vasconcellea
pubescens A.DC.

B. Morfologi

Deskripsi morfologi tanaman Purwaceng meliputi, habitus, daun, bunga, Akar


dan Tanaman, biji dan akar. 1. Habitus Habitus tanaman Purwaceng berupa
herba, menutup tanah, dengan ketinggian mencapai 25 cm. 2. Daun
Purwaceng berdaun majemuk tanpa anak daun penumpu. Bentuk daun
jantung, memiliki panjang kurang lebih 3 cm, lebar 2,5 cm. Tepi daun
bergerigi, ujung tumpul, dengan pangkal bertoreh. Panjang tangkai daun
kurang lebih 5 cm berwarna kecoklatan. Pertulangan daun menyirip dan
berwarna coklat kehijauan. 3. Bunga pada Purwaceng terangkai dalam
tandan sebagai bunga majemuk, berbentuk payung. Tangkai silindris dengan
panjang kurang lebih 2 cm. Kelopak berbentuk tabung berwarna hijau.
Benangsari berwarna putih, putik berbentuk bulat berwarna hijau. Mahkota

2
berwarna putih dan berambut. 4. Akar dan Tanaman tanaman Purwaceng
benbentuk lonjong menggembung , berukuran kecil dan berwarna hijau putih
5. Biji tanaman Purwaceng berbentuk lonjong dan bulat , berukuran kecil dan
berwarna coklat seperti biji sawi. 6. Akar Akar tanaman Purwaceng berupa
tunggang berbentuk seperti akar tanaman ginseng, berwarna putih kotor.

Gambar tanaman Purwaceng

C. Agroklimat
Tanaman purwaceng memerlukan syarat tumbuh yang spesifik, baik
suhu, kelembaban maupun ketinggian tanah. Tanaman purwaceng hanya
dapat tumbuh dan berAkar dan Tanaman dengan baik pada ketinggian 1.500
– 3.000 mdpl yang beriklim sejuk, dingin dan basah. Suhu udara rata-rata
kurang dari 200C, kelembaban udara antara 60 – 70 persen dan dengan
curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun. Selain itu, tanaman purwaceng akan
tumbuh optimal pada tanah yang subur mengandung banyak humus dengan
derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal antara 5,0 – 7,0.

D. Manfaat
3
Akar dan Tanaman purwaceng merupakan sumber kalsium, zink, vitamin
A dan B dan mineral. Selain itu, Akar dan Tanaman purwaceng mengandung
banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Kebanyakan
merupakan senyawa 3-hidroksiester,
Akar dan Tanaman purwaceng dapat dijadikan bahan campuran untuk kopi
dan coklat sehingga bisa dibuat berbagai macam rasa . Akar dan Tanaman
ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki tingkat kelelahan. Akar dan
Tanaman yang masih muda dapat dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan
pembuatan obat dan kosmetik. Daunnya dapat digunakan sebagai teh yang
memiliki fungsi yang sama dengan akar umbinya walaupun kandungan zat
dan mineralnya lebih sedikit.

III. Teknik Budidaya


A. Penyiapan Bibit
Perbanyakan tanaman purwaceng dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu: 1) perbanyakan vegetatif dengan sempilan tanaman kecil ; dan 2)
perbanyakan generatif dengan biji. Perbanyakan vegetatif memiliki kelebihan
yaitu menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama dengan pohon
induknya dan lebih cepat berAkar dan Tanaman dengan hasil yang lebih
seragam serta relatif sama dengan pohon induknya. Sedangkan
perbanyakan generatif memerlukan seleksi untuk memilih tanaman jantan
yang cenderung memiliki produktivitas yang rendah. Keunggulan
perbanyakan generatif adalah dapat memperoleh bibit dengan skala besar.

4
Tanaman purwaceng dengan perbanyakan biji dapat diusahakan dengan
mengambil biji dari buanga yang telah membiji dan sudah pecah sendiri.
Cara memperoleh biji dari Akar dan Tanaman, adalah:
1. Benih diambail dari tanaman yang sudah tua dan pecah ataupun dengan
mengambil biji yang sudah pecah ke tanah.
2. Benih kemudian direndam dalam air selama sehari semalam;
3. Benih yang tenggelam, selanjutnya diperam dalam kertas Koran atau
kain basah selama kurang lebih seminggu dan tempatkan pada tempat
yang teduh. Selama pemeraman di jaga kelembabannya;
4. Benih kemudian disemai dalam polibag dengan media tanam berupa
tanah halus dan kompos dengan perbandingan 2:1 yang diletakkan
dalam sungkup plastik. Selama dalam persemaian perlu dijaga
kelembabannya dengan cara penyiraman secara rutin.
Bibit yang berasal dari perbanyakan generatif atau biji siap ditanam pada
umur 2 – 3 bulan.

B. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan bertujuan untuk menggemburkan tanah agar
pertumbuhan tanaman menjadi baik dan membersihkan tumbuhan
pengganggu (gulma) sehingga menciptakan lingkungan yang sesuai bagi
tanaman agar dapat tumbuh optimal dan menghasilkan Akar dan Tanaman
purwaceng yang bermutu pada tingkat produktivitas yang optimal. Penyiapan
lahan meliputi: 1) perataan tanah untuk mempermudah pengaturan jarak
tanam, meratakan lahan, pengaturan bedengan dan saluran air; 2)

5
pembersihan gulma; 3) membajak dan mencangkul tanah untuk
menggemburkan tanah; dan 4) pembuatan bedengan dan lubang tanam.
Bedengan dibuat dengan lebar 250 – 300 cm, tinggi 20 – 30 cm dan
panjang sesuai kebutuhan. Jarak antar bedeng adalah 50 – 100 cm. Lubang
tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm diatas bedengan. Jarak tanam
yang ideal adalah 15 x 15 atau 20 x 20. Dimana jarak lubang tanam dalam
bedengan adalah 300 cm dan antar bedengan adalah 300 – 400 cm.
Sebaiknya tanah guludan yang akan ditanami untuk di berikan bakteri
decomposer dan ditunggu satu minggu untuk bisa ditanami

C. Penanaman Bibit
Bibit sebaiknya ditanam pada awal musim penghujan ketika tanah
mengandung cukup air yaitu sekitar 60 – 80 persen. Keadaan tanah yang
gembur dan kelembaban yang cukup memungkinkan akar bibit mampu hidup
dan berkembang secara baik. Penanaman dilakukan pada lubang tanam
yang telah disediakan.
Penanaman bibit dilakukan dengan cara membenamkan media tanam
yang terdapat didalam polybag ke dalam gundukan tanah penutup lubang
tanam. Ditengah tanah penutup lubang tersebut digali lagi dengan ukuran
sebesar polybag. Sebelum bibit dimasukkan ke dalam lubang, polybag
dilepas terlebih dahulu dengan cara menyayat atau merobek bagian samping
dan bagian dasarnya. Pada saat melepas polybag dilakukan dengan hati-hati
dan dijaga agar akar tidak merusak perakaran.

D. Pemeliharaan
6
Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk memperoleh produksi tanaman
yang baik dan produktif. Pemeliharaan tanaman purwaceng meliputi:
penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan dan pengairan.
D.1. Penyulaman
Penyulaman diperlukan untuk mengganti tanaman yang mati,
perkembangannya kurang baik, tidak berproduksi dengan tanaman baru
yang sehat dan berumur sama dengan tujuan untuk mempertahankan
populasi tanaman di kebun. Penyulaman dilakukan sesegera mungkin,
sehingga disediakan bibit setidaknya sebanyak 10 persen dari populasi
tanaman yang ditanam sebagai bibit sulam.
D.2. Penyiangan
Penyiangan adalah membersihan gulma disekitar tanaman karena
apabila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam
memperoleh unsur hara dan air. Tujuan penyiangan adalah memelihara daya
serap perakaran dalam menyerap unsur hara sehingga pertumbuhan
tanaman dapat optimal.
D.3. Pembubunan
Pembubunan bertujuan untuk memperdalam perakaran dan
memperkokoh tanaman.
D.4. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mempertahankan status hara dalam tanah,
menyediakan unsur hara secara seimbang bagi pertumbuhan atau
perkembangan tanaman, meningkatkan mutu Akar dan Tanaman dan
meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu, pemupukan juga bertujuan
untuk mencukupi satu atau beberapa unsur hara pada tanaman agar
7
tanaman berproduksi secara berkelanjutan. Pupuk sebagai suatu bahan
yang diberikan kepada tanah untuk menyediakan unsur-unsur hara tertentu
bagi pertumbuhan tanaman.
Pemupukan tanaman purwaceng, yaitu pemupukan dasar dan
pemupukan rutin. Pemupukan dasar dapat dilakukan pada saat pembuatan
lubang tanam dengan memberikan pupuk kandang sebanyak ± 50 kg.
Sedangkan pemupukan tanaman secara rutin dapat dilakukan sebanyak
2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim
hujan. Dosis pupuk yang diberikan adalah: 1) Pupuk organik atau pupuk
kandang sebanyak 20 kg./tan./tahun; 2) Urea sebanyak 250 gr./tan./tahun; 3)
SP-36 sebanyak 200 gr./tan./tahun; dan 4) KCL sebanyak 150 gr./tan./tahun.
Cara aplikasi pupuk, yaitu pupuk dibenamkan ke dalam lubang parit yang
dibuat melingkari tanaman dan kemudian tutup dengan tanah. Lubang parit
dibuat sekitar tanaman dengan jarak lubang parit dari tanaman sekitar 50 –
100 cm, dengan lebar parit 20 cm dan dalam 15 – 30 cm.
.
E. Panen dan Penanganan Pasca Panen
Tanaman purwaceng yang berasal dari perbanyakan generatif atau biji
sudah dapat menghasilkan Akar dan Tanaman pada saat tanaman berumur
8 – 12 Bulan . Tanaman purwaceng yang telah berumur lebih dari 8 bulan
menghasilkan Akar yang menggembung seperti gingseng.
Untuk Pemanenan tanaman Purwoceng dilakukan dengan cara
mencabut semua tanaman yang sudah tua ditunjukkan dengan tanaman
yang sudah mulai menguning atau bisa dengan melihat akat tanaman yang
sudah menggembung besar
8
Gambar 2. Akar Purwaceng yang tua dan hasil olahan tanaman Purwaceng

Akar dan Tanaman purwaceng yang sudah tua tidak dapat dikonsumsi
langsung karena daging Akar dan Tanamannya banyak mengandung getah,
sehingga rasanya pahit dan menyebabkan gatal di tenggorokan. Sehingga
untuk dapat dikonsumsi, Akar dan Tanaman purwaceng dapat dioleh terlebih
dengan cara menjemur hingga kering sekali kemudian di giling menjadi
bubuk yang kemudian bisa disajikan dengan berbagai macam campuran
seperti coklat dan kopi.

9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Mutu Ekstrak Tumbuhan Obat,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2010. Data Iklim Darmaga


Bogor. Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Akar dan Tanaman-Akar dan


Tanamanan Menurut Provinsi.2008-2009. http://www.bps.go.id [ 24
september 2010 ].

http://www.blokspot.com/teknis budidaya Purwaceng. Diakses pada tgl 10


September 2021.

http://www.wordagroforestry.org/budidaya Purwaceng. Diakses pada tgl 10


September 2021.

Yuhono, J,. 2004, Usaha Tani Purwoceng ( Pimpinella prautjan molkenb)


potensi, Peluang, dan Masalah Pengembangannya, Buletin Tro Xv
(1):25-32.

10

Anda mungkin juga menyukai