Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil
Oleh :
ZAITIN NILAWATI
F1A 012 155
i
ii
iii
PRAKATA
Tak lupa shalawat teriring salam penulis haturkan kepada junjungan alam
Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang tak pernah lelah memperjuangkan
umatnya menuju jalan yang penuh ilmu pengetahuan. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat kebulatan studi Program Strata Satu (S-1) pada Fakultas Teknik
Universitas Mataram Jurusan Teknik Sipil.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Tugas akhir ini dapat diselesaikan berkat bantuan moril maupun materil
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Mama, Bapak dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan
kasih sayangnya kepada penulis.
2. Bapak Akmaluddin, ST., M.Sc. (Eng). Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
3. Bapak Jauhar Fajrin, ST., M.Sc. (Eng). Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Universitas Mataram.
4. Ibu Tri Sulistyowati, ST., MT. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Reguler
Pagi Fakultas Teknik Universitas Mataram.
5. Bapak Ir. I Gede Putu Warka, MT. selaku dosen pembimbing utama yang
dengan penuh kesabaran selalu memberikan begitu banyak ilmu, bantuan,
dukungan dan semangat kepada penulis.
6. Bapak Ir. Isya Ashari, MT. selaku dosen pembimbing pendamping yang tak
lelah memberikan koreksi, bantuan, dukungan dan semangat kepada penulis.
7. Bapak Zaedar Gazalba, ST., MT. selaku dosen penguji I Tugas Akhir.
8. Ibu Rini S. Saptaningtyas, ST., MSc. Selaku dosen penguji II Tugas Akhir.
9. Ibu Aryani Rofaida, ST., MT. selaku dosen penguji III Tugas Akhir.
10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik Universitas Mataram, yang telah
memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis.
11. Seluruh staf dan karyawan PT. Sanur Jaya Utama base camp Lombok, Balai
Pengujian Material Konstruksi Divisi Laboratorium Bahan Bangunan,
Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
12. Sahabat angkatan 2012 Jurusan Teknik Sipil dan semua pihak yang telah
membantu dan mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
v
13. Segenap keluarga besar Fakultas Teknik Universitas Mataram.
14. “Almamater” tercinta yang sudah menghantarkan sampai dititik ini dan
menjadi kebanggan di masa depan.
Mohon maaf kepada pihak-pihak yang tidak disebutkan namanya satu
persatu. Semoga segala do’a juga dukungan serta dorongan yang telah diberikan
kepada penulis selama ini mendapat imbalan dari Allah SWT. Demikian skripsi
ini penulis susun, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya.
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. iv
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
vii
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 13
viii
4.5 Analisis cv pada Mutu Beton ........................................................................ 68
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Skala Nilai Risiko – Mungkin Terjadi atau Frekuensi ........................ 21
Tabel 4.1 Profil Pakar untuk Validasi (Kuesioner Tahap Pertama) .................... 30
Tabel 4.4 Hasil Validasi Pakar (Variabel Hasil Peleburan Beberapa Variabel) .. 32
Tabel 4.11 Hasil Uji Pengaruh Jabatan terhadap persepsi Responden untuk
Frekuensi Risiko ............................................................................... 41
x
Tabel 4.12 Hasil Uji Pengaruh Jabatan terhadap persepsi Responden untuk
Dampak Risiko ................................................................................. 42
Tabel 4.14 Hasil Uji Pengaruh Lama Pengalaman Kerja terhadap persepsi
Responden Untuk Frekuensi Risiko................................................... 45
Tabel 4.15 Hasil Uji Pengaruh Lama Pengalaman Kerja terhadap persepsi
Responden untuk Dampak Risiko...................................................... 46
Tabel 4.29 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton .......... 59
xi
Tabel 4.30 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton ............ 59
Tabel 4.31 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Pengujian Beton Segar ........... 60
Tabel 4.32 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Pengujian Beton Segar ............. 60
Tabel 4.33 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras ........... 60
Tabel 4.34 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras ............. 61
Tabel 4.35 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Struktur dan Peralatan ............ 61
Tabel 4.36 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Struktur dan Peralatan .............. 61
Tabel 4.37 Rangking Risiko pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton .................. 63
Tabel 4.38 Rangking Risiko pada Pekerjaan Pengujian Beton Segar ................... 63
Tabel 4.39 Rangking Risiko pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras ................... 63
Tabel 4.40 Rangking Risiko pada Pekerjaan Struktur dan Peralatan .................... 64
Tabel 4.41 Risiko Dominan pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton .................. 66
Tabel 4.43 Risiko Dominan pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras .................. 66
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.4 Hirarki Risiko terhadap Mutu Beton hasil Produksi Readymixed
Concrete ........................................................................................... 53
xiii
INTISARI
Dalam kegiatan bisnis yang dihadapi oleh suatu perusahaan tidak akan
terlepas dari suatu risiko. Bagi perusahaan ready mixed concrete, pencarian upaya
untuk memperkecil faktor-faktor risiko yang timbul akibat kondisi tersebut adalah
salah satu cara untuk tetap bertahan dalam pasar regional. Risiko yang berdampak
terhadap mutu yaitu mutu beton adalah salah satu risiko yang berpengaruh bagi
perusahaan ready mixed concrete. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
risiko terhadap mutu beton hasil produksi pada ready mixed concrete yang sering
dihadapi (risiko dominan) serta bagaimana respons risikonya .
Kata kunci : Ready mixed concrete, Risiko terhadap mutu, Respons Risiko.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia modern dewasa ini proyek konstruksi semakin hari semakin
kompleks sehubungan dengan adanya standar-standar baru yang dipakai,
teknologi yang semakin canggih, dan keinginan pemilik bangunan yang
senantiasa melakukan pembangunan secara efektif dan efisien disertai dengan
hasil yang memuaskan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan munculnya
perusahaan beton siap pakai atau lebih dikenal dengan perusahaan ready mixed
concrete.
Dalam kegiatan bisnis yang dihadapi oleh suatu perusahaan tidak akan
terlepas dari suatu risiko. Bagi perusahaan beton siap pakai atau ready mixed
concrete, pencarian upaya untuk memperkecil faktor-faktor risiko yang timbul
akibat kondisi tersebut adalah salah satu cara untuk tetap bertahan dalam pasar
regional. Perusahaan beton siap pakai atau ready mixed concrete dalam suatu
proyek konstruksi merupakan salah satu cara yang efektif karena dapat
memberikan keuntungan tersendiri seperti mempercepat didalam melakukan
pengecoran dalam suatu proyek konstruksi, tidak membutuhkan tempat untuk
menimbun material di tempat proyek, dan lain sebagainya.
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus,
semen, air dan admixture. Untuk mendapatkan beton mutu tinggi masing-masing
bahan dasar beton tersebut harus mempunyai komposisi yang tepat. Untuk
mendapatkan beton mutu tinggi perlu juga diperhatikan mutu dari masing-masing
material/bahan.
Secara teoritis mutu beton dipengaruhi oleh komposisi material, semen dan
air. Tetapi pada kenyataannya mutu beton tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor tersebut, akan tetapi ada faktor-faktor lain yang sulit, bahkan tidak dapat
dikendalikan, seperti ketepatan dari batching plant, human eror, dan pekerja, alat
1
pengaduk dan lain-lain yang juga dapat mempengaruhi mutu sehingga beton yang
dihasilkan mempunyai variasi mutu.
Untuk mengelola dan memperkecil risiko dikembangkanlah suatu strategi,
yang dinamakan dengan manajemen risiko. Kehadiran manajemen risiko dapat
merupakan salah satu strategi penting yang dapat mengelola faktor-faktor risiko
yang ada. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil judul tentang Analisis
Manajemen Risiko terhadap Mutu Beton Hasil Produksi Ready mixed
Concrete.
2
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasikan risiko-risiko terhadap mutu beton yang sering dihadapi
(risiko dominan) pada hasil produksi Ready mixed Concrete.
2. Mengetahui respon yang diberikan pada risiko-risiko dominan terhadap mutu
beton yang sering dihadapi pada hasil produksi Ready mixed Concrete.
3
BAB II
DASAR TEORI
4
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Risiko
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia risiko memiliki arti bahaya, akibat,
atau konsekuensi. Kata ini biasa digunakan untuk sesuatu hal yang mungkin akan
terjadi saat kita melakukan sesuatu. Biasanya dalam konotasi negatif atau hal
buruk.
Menurut Asiyanto (2005) risiko adalah suatu kemungkinan kejadian, yang
dapat dihindari atau dikurangi sekecil mungkin agar dampaknya sebatas toleransi
yang diperkenankan.
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi, 2004).
Secara garis besar, manajemen risiko dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.
berikut. (Asiyanto, 2005)
5
2.2.2 Identifikasi Risiko
Setiap identifikasi risiko yang ada dilakukan suatu analisa secara kualitatif,
yaitu ditetapkan penyebab risiko, kemudian ditetapkan level risikonya untuk
prioritas penanganannya. Kemudian terhadap penyebab kemungkinan terjadinya
risiko yang bersangkutan sesuai dengan levelnya ditetapkan tindakan yang harus
dilakukan, apakah risiko tersebut akan ditolak atau diambil, serta menetapkan
siapa yang akan melakukan evaluasi/pengawasan. (Asiyanto, 2005)
Dari gabungan dua aspek tersebut maka akan dapat diteteapkan level setiap
risiko yang bersangkutan, yaitu gabungan antara tingkat probabilitasnya dan
tingkat pengaruhnya akan menentukan pada level apa risiko tersebut berada.
Untuk menetapkan masing-masing penilaian, baik untuk tingkat probabillitas
6
maupun tingkat pengaruh (impact) dapat dilakukan dengan teknik statistik, atau
dengan cara brainstroming diantara para ahli yang berpengalaman.
- High (H)
- Significant (S)
- Medium (M)
- Low (L)
Impact Tidak
Kecil Sedang Besar Fatal
Likely Penting
Jarang L L L M S
Kemungkinan Kecil L L M S S
Cukup mungkin M M S S H
Sangat mungkin S S H H H
Hampir pasti S H H H H
7
- Risiko dialihakan, bila risiko tersebut dapat di-cover / ditutup oleh pihak
lain, baik melalui asuransi atau diserahkan kepada subkontraktor spesialis.
- Risiko dikurangi sendiri, bila perusahaan yakin mampu mengendalikan
dengan suatu perencanaan yang matang. Upaya mengurangi risiko dapat
dengan jalan mengurangi kemungkinannya, mengurangi dampaknya atau
mengurangi keduanya.
- Risiko diterima, bila dampaknya tidak terlalu besar, dan masih layak
dimasukkan sebagai biaya. Namun demkian, risiko ini tetap dikendalikan
walaupun bukan merupakan prioritas.
8
e. Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah besar dan
gudang yang luas.
Beton siap pakai bisa dikirim ke proyek dalam keadaan kering (dry) maupun
basah (wet). Pada keadaan kering, beton siap pakai yang dibawa ke proyek masih
berupa campuran semen dan agregat, belum dicampur dengan air. Setibanya di
proyek, campuran tersebut ditambahkan air sesuai proporsi yang didapat di mix
design kemudian diputar sebanyak 100 kali. Sedangkan pada keadaan basah,
semen dan agregat dicampur dengan air di batching plant. Beton siap pakai
diangkut dengan menggunakan truck mixer. Dalam hal ini, truck mixer hanya
berfungsi sebagai pengangkut. Setelah tiba di lapangan, drum truck mixer diputar
dengan kecepatan 10-15 rpm selama sedikitnya 3 menit (Saputra, 2010).
Secara umum manajemen (pengelolaan) usaha Ready mixed concrete tidak
banyak berbeda dengan manajemen jenis usaha produksi yang lain. Hal-hal yang
termasuk dalam bidang produksi adalah (Asmarawitjitra, 1991 dalam Sutanto dan
Gunawan, 2006) :
1. Peralatan.
Peralatan yang dipakai dalam memproduksi ready mixed concrete terdiri
dari truk mixer, wheel loader dan batching plant unit.
9
B = Alat penimbang
C = Conveyor belt
D = Silo kedap air
E = Corong untuk memasukkan campuran beton ke dalam mixer
2. Bahan Baku dan Penolong.
Bahan baku yang dipergunakan meliputi : semen (curah, semen sak), air
bersih, agregat (pasir dan batu pecah) dan concrete admixture.
3. Sistem Proses Produksi.
Sistem proses produksi pada usaha ready mixed concrete ada dua macam
yaitu :
• Proses kering ( dry process).
Pada proses ini batching plant berfungsi sebagai loading dan penimbangan
material, sedangkan pancampurannya (mixing) dilakukan pada truk mixer.
• Proses basah (wet process).
Dalam proses ini batching plant selain berfungsi sebagai loading dan
penimbangan material juga berfungsi sebagai pencampur (mixing), sedangkan
mixer truk hanya berfungsi sebagai transporting dan menjaga homogenitas
beton.
4. Pelaksanaan proses produksi.
Secara garis besar proses produksi ready mixed concrete dapat digambarkan
sebagai berikut :
10
2.2.6 Aktivitas Pengerjaan Beton
Pengerjaan beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi terdiri
dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan tersebut
harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarry atau tempat penambangan
sumber alam. Perencanaan harus mengambil contoh-contoh material yang akan
digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah ditetapkan.
Pengambilan contoh ini dilakukan secara acak (random) agar sifat-sifat bahan
yang akan diuji terwakili. Contoh uji ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk
dicek dan diuji. Jika parameter besaran yang dimiliki masing-masing bahan
tersebut telah sesuai dengan syarat yang diberikan (code standar), bahan tersebut
dapat digunakan. Jika bahan yang diuji tidak memenuhi syarat, pelaksana harus
mencari sumber bahan yang lainnya atau mencampur bahan yang mutuya kurang
dengan bahan lainnya sehingga komposisi bahan yang dihasilkan sesuai dengan
syarat yang ditentukan. Setelah nilai masing-masing bahan tersebut diperoleh,
perancangan beton (mix design) harus dilakukan. Perancangan beton sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan dapat dilakukan dengan metode-metode yang
dikenal. Di Indonesia, pekerjaan-pekerjaan milik pemerintah harus menggunakan
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar baku ini dulu dikenal
sebagai Standar Industri Indonesia naman saat ini telah direvisi dan
dikembangkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Setelah perancangan beton selesai, perlu dilakukan pengujian lanjutan
melalui pengujian campuran beton dilaboratorium. Pengujian campuran beton ini
meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian beton segar
dimaksudkan untuk mengetahui workability atau kemudahan dalam
pengerjaannya. Indikator dari kemudahan dalam mengerjakannya ini dapat dilihat
dari nilai slump beton. Tujuan pengujian beton segar lainnya adalah untuk melihat
apakah terjadi bleeding segregation atau tidak.
Pengujian beton keras terutama dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan
tekan karakteristik dari beton tersebut (f’c). Pengujian ini dilakukan dengan
11
membuat benda uji berbentuk silinder yang pada umur tertentu diuji. Jika benda
uji tersebut tidak lulus pada pengujian ini, harus dilakukan peranacangan ulang
campuran sampai didapatkan komposisi yang disyaratkan dalam spesifiksi teknik
yang dibuat oleh pemilik.
Setelah pembuatan cmpuran di laboratorium selesai dilakukan, proses
selanjutnya adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix
Formula (JMF) ke tempat pengolahan beton. Tempat pengolahan dapat berupa
pengolahan yang menggunakan mesin mixing biasa (molen) maupun pengolahan
beton yang besar (concrete plant). Selama masa pengolahan beton ini berjalan,
proses pengawasan kualitas harus tetap dilakukan oleh kontraktor, di bawah
pengawasan konsultan pengawas. Jika terjadi perubahan parameter bahan
penyusun beton, pengujian laboratorium harus dilakukan lagi sebagai quality
control bahan-bahan komposisi beton. Dari concrete plant, beton dibawa
ketempat pekerjaan beton, yakni tempat pengecorannya. Selama masa
pengangkutan, beton segar tersebut harus tetap dijaga agar tidak mengalami
kehilangan Faktor Air Semen yang dapat menyebabkan menurunnya kekuatan
tekan beton. Hal ini dilakukan agar beton yang dihasilkn sesuaidengan yang
diinginkan.
Selama masa pelaksanaan pun proses kontrol tidak boleh dihentikan. Pada
masa ini, pelaksanaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan penyelesaiaan harus
diawasi. Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari, uji tekan untuk mengetahui
kekuatannya harus dilakukan. Jika pengujian tersebut tidak dilakukan, dapat
dilakukan tindakan lain sesuai dengan syarat evaluasi beton keras. Pengujian
dapat dilakukan dengan core drill dan load test atau dengan merancang ulang
mekanikanya dengan menggunakan mutu beton aktual (f’ca) (Mulyono, 2003).
12
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
13
Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
Gambar 3.3 Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Mataram
14
3.2 Tahapan Peneitian
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode survey.
Survey dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara kepada pihak
terkait yang dijadikan sumber informasi. Kuesioner disebarkan pada sampel
dalam suatu populasi untuk mendapatkan data primernya. Populasi yang dituju
dalam penelitian ini adalah:
1. PT. Sanur Jaya Utama base camp Lombok Divisi Ready mixed.
2. Balai Pengujian Material Konstruksi Divisi Laboratorium Bahan Bangunan
3. Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Mataram
15
Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Mataram.
b. Data hasil uji kuat tekan beton mutu K175.
Peristiwa-peristiwa yang
No Kode Memungkinkan terjadinya Risiko Sumber
1 Pengujian Bahan Beton
Terjadinya segregasi pada pengambilan Paul Nugraha & Antoni
Q1
contoh agregat (2004)
Sulit didapatkan gradasi yang baik yang
Q2
langsung dari tempatnya (quarry) Tri Mulyono (2004)
Terjadi kehilangan nyala (loss of ignition) Paul Nugraha & Antoni
Q3
dari semen (2004)
Q4 Gradasi agregat yang jelek
Q5 Adanya tanah liat didalam agregat
Terjadi penyusutan dan rambatan kadar Murdock & Brook
Q6
air (1999)
Q7 Agregat yang kotor dan banyak pasirnya
Q8 Kesalahan dalam menentukan proporsi
16
Tabel 3.1 Variabel Bebas (Q) (Lanjutan)
Peristiwa-peristiwa yang
No Kode Memungkinkan terjadinya Risiko Sumber
2 Pengujian Beton Segar
Berkurangnya kelecakan akibat cuaca
Q9
panas Paul Nugraha & Antoni
Terjadi runtuh (collapse) pada beton yang (2004)
Q10
kurang pasir (lean)
Q11 Terdapat gelembung udara
Q12 Kenaikan faktor air semen
Q13 Penggunaan air campuran terlalu banyak Murdock & Brook
Q14 Terjadi pengeringan yang terlalu awal (1999)
Q15 Terjadinya segregasi campuran beton
Q16 Terjadi variasi pada faktor air/semennya
3 Pengujian Beton Keras
Q17 Pemadatan yang kurang
Q18 Terjadi variasi suhu
Q19 Terjadi variasi kualitas semen
Q20 Terjadi kesalahan pengujian
Dihasilkan beton retak-retak karena
Q21
penyusutan awal Murdock & Brook
Q22 Retak akibat penurunan plastis (1999)
Q23 Risiko keropos
Q24 Risiko segregasi
Q25 Terdapat rongga kecil pada beton
Kesalahan dalam meletakkan benda uji
Q26
dalam pelaksanaan pengujian
17
Tabel 3.1 Variabel Bebas (Q) (Lanjutan)
Peristiwa-peristiwa yang
No Kode Memungkinkan terjadinya Risiko Sumber
Q27 Ketidaktelitian kalibrasi mesin penguji
Q28 Kurangnya pasir pada beberapa takaran Murdock & Brook (1999)
Q29 Perubahan gradasi agregat
18
3.2.3 Instrumen Penelitian
Adapun beberapa instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner
Penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan dimana
semua alternatif jawaban responden sudah disediakan oleh peneliti. Responden
tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya sesuai. Terdapat tiga
tahapan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
19
pendidikan yang menunjang dibidangnya dan memiliki pengalaman
mengenai ready mixed concrete.
Tabel 3.3 Contoh Kuesioner 2
Frekuensi Dampak
No Item Kode Identifikasi Risiko
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pengujian Bahan Beton
Terjadinya segregasi pada
Q1
pengambilan contoh agregat
Sulit didapatkan gradasi
Q2
yang baik dari quarry
Sumber : Telah diolah kembali
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada ahli yaitu Koordinator Produksi/Kepala
Laboratorium PT. Sanur Jaya Utama base camp Lombok, Kepala Laboratorium
Bahan Bangunan PUPR dan Kepala Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram.
Pertanyaan wawancara :
Peristiwa apa saja yang memungkinkan terjadinya risiko berkaitan
dampaknya terhadap mutu beton hasil produksi ready mixed concrete. Selain itu,
respon apa saja yang akan diberikan terhadap risiko-risiko dominan tersebut.
20
Tabel 3.4 Skala Nilai Risiko – Mungkin Terjadi atau Frekuensi
21
3.3 Metode Analisis Data
Dalam analisis data dibagi menjadi dua anaisis data, yaitu analisis data
manajemen risiko dan analisis data untuk mengetahui mutu beton ready mixed.
3.3.1 Analisis Data Manajemen Risiko
Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian di analisis untuk
menghasilkan suatu tingkat risiko dan responsnya dari risiko terhadap mutu beton
hasil produksi pada ready mixed concrete. Penelitian ini menggunkan jenis data
kualitatif karena bukan data angka yang sesungguhnya. Maka metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini memiliki kegunaan utuk menyajikan suatu data dari sampel
tertentu sehingga peneliti mengetahui secara cepat gambaran sekilas dan ringkas
dari data yang diperoleh. Analisis ini menggunakan bantuan program SPSS
(Statistikal Program for the Social Sciences) untuk mengolah berbagai tipe
statistik yang digunakan.
Analisis statistik ini dapat dikatakan pula sebagai analisis terhadap
reliabilitas dan validitas dari pengumpulan data yang telah dilakukan. Analisis
statistik diantaranya adalah analisis mean, analisis modus, dan analisis median.
Analisis mean digunakan untuk mendapatkan rata-rata tinggi rendahnya jawaban
responden terhadap tiap variabel kuesioner. Analisis modus digunakan untuk
memperoleh jawaban yang paling sering muncul atas penilaian responden
terhadap setiap variabel kuesioner. Mean (rata-rata), median, dan modus adalah
nilai tengah atau cara kecendrungan tengah yang memberikan gambaran umum
dari suatu seri pengamatan (Nazir 1983, dalam Maharani 2011).
2. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang bertujuan untuk mengetahui
distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang
22
baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal (Nugroho, 2005 dalam Maharani 2011).
3. Analisis Non-parametrik
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menggunakan metode
statistik non-parametrik adalah data harus berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal, maka perlu adanya uji normalitas. Jenis data yang dianalisis
adalah data kualitatif. Hasil pengumpulan data tahap kedua diuji dengan analisis
non-parametrik berupa pengujian lebih dari dua sampel bebas atau Uji Kruskal-
Wallis (HTest) untuk mengetahui adanya pengaruh pendidikan terakhir, jabatan,
dan lama pengalaman kerja responden terhadap jawaban yang dipilih (Nugroho,
2005 dalam Maharani 2011).
23
Gambar 3.4 Dekomposisi Masalah
24
tertentu. Hasi penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks, yaitu matriks
perbandingan berpasangan (pairwise comparasion). Pertanyaan yang biasa
digunakan dalam menyusun skala kepentingan diantara elemen mana yang lebih
penting dan berapa kali lebih penting. Untuk menilai perbandingan tingkat
kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain (Saaty, 2008) menetapkan skala
preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling
rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan
paling tinggi (extreme importance).
Tingkat
Definisi Keterangan
Kepentingan
Sama
1 Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama
Pentingnya
25
c. Perhitungan bobot elemen dengan menggunakan Eigen Vector
Matriks hasil perbandingan berpasangan akan diolah untuk menentukan
perbandingan relatif antara masing-masing pilihan yang dinamakan prioritas yang
disebut juga Eigen Vector. Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan itu
sendiri harus mempunyai hubungan cardinal dan ordinal, sebagai berikut :
Jika elemen-elemen dari suatu tingkat dalam hierarki adalah ci, cj, ….. , cn
dan bobot pengaruh mereka adalah wi, wj, …. , wn. Misalkan aij = wi/wj
menunjukkan kekuatan ci jika dibandingkan dengan cj. Matriks dari angka-
angka ini dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise
comparasion) yang diberi simbol A. Berikut ini adalah formulasi matriks
perbandingan berpasangan :
A=
Dimana :
aij = wi / wj
26
konsisten. Jadi nilai eigen maksimum (λmaks) harus mendekati banyaknya
elemen (n) dan nilai eigen sisa harus mendekati nol.
CR = CI / RI ……………………………………………(3.1)
CI = (λmaks - n) / (n – 1) ……………………………….(3.2)
Dimana :
n : Banyaknya elemen
27
(koefisien variasi) mencerminkan beton yang memiliki kekentalan paling
seragam. Dari data kekuatan beton dihitung rerata, SD, dan CV dari kekuatan
beton yang dihasilkan.
Berikut adalah rumus yang digunakan:
Σ Xi
Rerata (x) = …………………….………..(3.1)
n
28
3.4 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Persiapan
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Primer Sekunder
Metodologi Penelitian
1. Klasifikasi data
2. Analisis data
a. Uji Normalitas
b. Analisis Non-parametrik
c. AHP (Analytical Hierarchy
Process)
3. Analisis data mutu beton K175
Pembahasan
Selesai
29
BAB IV
30
Berdasarkan ketiga responden (ahli) yang masing-masing memberikan
penilaiannya terhadap faktor-faktor risiko terhadap mutu beton hasil produksi
pada ready mixed concrete (39 variabel pada Tabel 3.1), diperoleh hasil bahwa
ada beberapa variabel yang mengalami reduksi, penambahan, peleburan menjadi
suatu variabel baru, dan koreksi pengkategorian variabel tersebut. Variabel-
variabel tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Ahli (Variabel yang Tereduksi)
No. Variabel
Variabel yang mengalami reduksi
Q3 Terjadi kehilangan nyala (loss of ignition) dari semen
Q9 Berkurangnya kelecakan akibat cuaca panas
Q14 Terjadi pengeringan yang terlalu awal
Q19 Terjadi variasi kualitas semen
Q22 Retak akibat penurunan plastis
Q24 Risiko segregasi
Q28 Kurangnya pasir pada beberapa takaran
Q29 Perubahan gradasi agregat
No. Variabel
Variabel yang mengalami penambahan
Kurangnya perawatan /pemeliharaan beton (curring)
Terjadinya penambahan air di lapangan
Proses penuangan yang terlalu lama
31
Tabel 4.4 Hasil Validasi Ahli (Variabel hasil Peleburan Beberapa Variabel)
No. Variabel
Variabel Baru Hasil Peleburan Beberapa Variabel
Q5 dan Q7 Adanya tanah liat didalam agregat
Q1 dan Q24 Terjadinya segregasi pada pengambilan contoh agregat
Q37 – Q39 Kurangnya pengamatan peralatan
Selain itu, hasil validasi ahli tahap pertama ini juga menghasilkan koreksi
terhadap kalimat-kalimat pertanyaan yang akan digunakan dalam penyebaran
kuesioner tahap kedua dan variabel dikelompokkan berdasarkan pekerjaan-
pekerjaan yang memungkinkan terjadinya variabel tersebut. Dari 39 variabel awal,
setelah divalidasi menjadi 31 variabel. Mengenai hasil validasi, selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut.
Tabel 4.5 Variabel Hasil Validasi
32
Tabel 4.5 Variabel Hasil Validasi (lanjutan)
33
4.3 Kuesioner Tahap Kedua
Setelah dilakukan penyesuaian dengan hasil validasi terhadap para ahli,
maka dilakukan pengumpulan data tahap kedua. Dimana pada tahap ini,
pengumpulan data dilakukan dengan memberikan atau menyebarkan angket
kuesioner kepada beberapa orang responden. Angket kuesioner dapat dilihat pada
lampiran penelitian ini.
Responden dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang bekerja di
Kontraktor dan Laboratorium Beton yang telah memiliki pengalaman di bidang
beton dan mengerjakan proyek yang cukup lama, sehingga dapat diperoleh
bagaimana penilaian frekuensi dan dampak dari risiko terhadap mutu beton hasil
produksi Ready mixed Concrete. Tabel berikut akan menguraikan profil para
responden.
Tabel 4.6 Profil Responden Pengumpulan Data Tahap Kedua
Pengalaman
Responden Jabatan Pendidikan
Kerja (Tahun)
R1 Koordinator Produksi 10 S1
R2 Teknisi Lab 7 S1
R3 Teknisi Lab 13 SMA
R4 Kepala seksi Pengujian
30 S1
Lab
R5 Teknisi Lab 7 S1
R6 Teknisi Lab 30 SMA
R7 Teknisi Lab 3 SMA
R8 Teknisi Lab 3 SMA
R9 Teknisi Lab 7 S1
R10 Teknisi Lab 15 SMA
34
Responden diatas diminta untuk mengisi tingkat frekuensi suatu peristiwa
dan dampaknya terhadap mutu beton hasil produksi pada ready mixed concrete.
Tabulasi kuesioner tahap kedua terlampir.
35
1. Uji Normalitas untuk Frekuensi Risiko
Setelah melakukan beberapa langkah operasional, maka output yang
dihasilkan dari uji ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas untuk Frekuensi Risiko
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Q1 0.381 10 0.000 0.640 10 0.000
Q2 0.360 10 0.001 0.731 10 0.002
Q3 0.400 10 0.000 0.658 10 0.000
Q4 0.240 10 0.107 0.886 10 0.152
Q5 0.272 10 0.035 0.802 10 0.015
Q6 0.254 10 0.067 0.833 10 0.036
Q7 0.381 10 0.000 0.640 10 0.000
Q8 0.233 10 0.133 0.904 10 0.245
Q9 0.360 10 0.001 0.731 10 0.002
Q10 0.524 10 0.000 0.366 10 0.000
Q11 0.300 10 0.011 0.815 10 0.022
Q12 0.524 10 0.000 0.366 10 0.000
Q13 0.524 10 0.000 0.366 10 0.000
Q14 0.254 10 0.067 0.833 10 0.036
Q15 0.416 10 0.000 0.650 10 0.000
Q16 0.255 10 0.065 0.866 10 0.090
Q17 0.355 10 0.001 0.743 10 0.003
Q18 0.324 10 0.004 0.794 10 0.012
Q19 0.482 10 0.000 0.509 10 0.000
Q20 0.360 10 0.001 0.731 10 0.002
Q21 0.254 10 0.067 0.833 10 0.036
Q22 0.324 10 0.004 0.794 10 0.012
Q23 0.381 10 0.000 0.640 10 0.000
Q24 0.324 10 0.004 0.794 10 0.012
Q25 0.400 10 0.000 0.751 10 0.004
Q26 0.233 10 0.133 0.904 10 0.245
Q27 0.308 10 0.008 0.756 10 0.004
Q28 0.240 10 0.107 0.886 10 0.152
Q29 0.240 10 0.107 0.886 10 0.152
Q30 0.181 10 0.200 0.895 10 0.191
Q31 0.381 10 0.000 0.640 10 0.000
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar variabel
memiliki tingkat signifikansi atau probabilitas di bawah 0.05, maka dikatakan
distribusi variabel tidak normal.
36
2. Uji Normalitas untuk Dampak Risiko
Setelah melakukan beberapa langkah operasional, maka output yang
dihasilkan dari uji ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas untuk Dampak Risiko
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Q1 0.270 10 0.037 0.848 10 0.055
Q2 0.370 10 0.000 0.752 10 0.004
Q3 0.222 10 0.178 0.906 10 0.258
Q4 0.370 10 0.000 0.752 10 0.004
Q5 0.324 10 0.004 0.794 10 0.012
Q6 0.370 10 0.000 0.752 10 0.004
Q7 0.217 10 0.200 0.896 10 0.198
Q8 0.202 10 0.200 0.878 10 0.124
Q9 0.205 10 0.200 0.929 10 0.436
Q10 0.195 10 0.200 0.871 10 0.102
Q11 0.254 10 0.067 0.833 10 0.036
Q12 0.360 10 0.001 0.731 10 0.002
Q13 0.281 10 0.025 0.791 10 0.011
Q14 0.339 10 0.002 0.791 10 0.011
Q15 0.324 10 0.004 0.804 10 0.016
Q16 0.305 10 0.009 0.781 10 0.008
Q17 0.282 10 0.023 0.890 10 0.172
Q18 0.362 10 0.001 0.717 10 0.001
Q19 0.200 10 0.200 0.918 10 0.344
Q20 0.346 10 0.001 0.730 10 0.002
Q21 0.342 10 0.002 0.841 10 0.045
Q22 0.270 10 0.037 0.848 10 0.055
Q23 0.233 10 0.131 0.824 10 0.028
Q24 0.289 10 0.017 0.812 10 0.020
Q25 0.224 10 0.168 0.911 10 0.287
Q26 0.304 10 0.009 0.786 10 0.010
Q27 0.289 10 0.018 0.868 10 0.095
Q28 0.286 10 0.020 0.885 10 0.149
Q29 0.240 10 0.107 0.886 10 0.152
Q30 0.302 10 0.010 0.781 10 0.008
Q31 0.245 10 0.091 0.820 10 0.025
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar variabel
memiliki tingkat signifikansi atau probabilitas di bawah 0.05, maka dikatakan
distribusi variabel tidak normal.
37
4.3.3 Analisis Non-Parametrik
Dari 10 sampel penelitian yang diperoleh dan uji normalitas yang telah
dilakukan, diketahui bahwa data tidak terdistribusi normal, maka dapat dilakukan
analisis non-parametriknya berdasarakan profil responden. Analisis non-
parametrik ini dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi 23. Analisis non-
parametrik responden dilihat dari jabatan responden, pendidikan, dan lama
pengalaman kerja di bidang konstruksi. Uji yang sigunakan adalah uji K Sample
bebas (Uji Kruskal Wallis H). berikut ini adalah pengkodean dari posisi
responden, pendidikan, lama pengalaman kerja di bidang konstruksi khususnya
beton.
38
metode uji Kruskal-Wallis untuk menguji perbedaan jawaban kuesioner dengan
dua kriteria yang berbeda. Hipotesisi yang diusulkan adalah sebagai berikut:
• Ho = Tidak ada perbedaan persepsi responden yang berbeda jabatan,
pendidikan, dan lama bekerja.
• Ha = Ada perbedaan minimal satu persepsi responden yang berbeda jabatan,
pendidikan, dan lama bekerja.
Sedangkan pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak jika
hipotesis nol (Ho) yang diusulkan:
• Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Asym.Sig > level of significant
(α) sebesar 0,05 dan nilai chi square < dari nilai x² .
• Ho ditolak jika nilai p-value pada kolom Asym.Sig < level of significant (α)
sebesar 0,05 dan nilai chi square > dari nilai x² .
39
Tabel 4.10 Pengelompokkan Jabatan Responden (Lanjutan)
40
a. Pengaruh Jabatan Responden terhadap Penilaian Frekuensi Risiko
Setelah melakukan beberapa langkah operasional, maka output yang
dihasilkan dari uji ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Pengaruh Jabatan terhadap persepsi Responden untuk
Frekuensi Risiko
41
Dari output tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh variabel mempunyai
Asymp. Sig. pada tabel statistik tiap variabel lebih besar dari level of significant
(α) 0,05, dan nilai chi square < nilai x²0,95(df) = 5,991. Jadi Hipotesis nol (H0)
diterima dan Ha ditolak semua variabel, tidak ada perbedaan persepsi respon yang
berbeda jabatan untuk frekuensi risiko.
42
Tabel 4.12 Hasil Uji Pengaruh Jabatan terhadap persepsi Responden untuk
Dampak Risiko (Lanjutan)
Dari output tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh variabel mempunyai Asymp.
Sig. pada tabel statistik tiap variabel lebih besar dari level of significant (α) 0,05,
dan nilai chi square < nilai x²0,95(df) = 5,991. Jadi Hipotesis nol (H0) diterima dan
Ha ditolak semua variabel, tidak ada perbedaan persepsi respon yang berbeda
jabatan untuk dampak risiko.
43
Tabel 4.13 Pengelompokkan Lama Pengalaman Kerja Responden (Lanjutan)
44
Gambar di atas menunjukkan bahwa 20 % responden telah bekerja di bidang
konstruksi khususnya beton selama < 5 tahun, 50% responden telah bekerja di
bidang konstruksi khususnya beton selama 5 - 15 tahun, 30% responden telah
bekerja di bidang konstruksi khususnya beton selama > 15 tahun. Dari hasil
sebaran tersebut, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji
Kruskal-Wallis dengan hasil uji sebagai berikut.
45
Tabel 4.14 Hasil Uji Pengaruh Lama Pengalaman Kerja terhadap persepsi
Responden untuk Frekuensi Risiko (Lanjutan)
Tabel 4.15 Hasil Uji Pengaruh Lama Pengalaman Kerja terhadap persepsi
Responden untuk Dampak Risiko
46
Tabel 4.15 Hasil Uji Pengaruh Lama Pengalaman Kerja terhadap persepsi
Responden untuk Dampak Risiko (lanjutan)
47
diterima dan Ha ditolak semua variabel, tidak ada perbedaan respon yang berbeda
lama pengalaman kerja untuk dampak risiko.
Pendidikan Kode
Responden
Terakhir Pendidikan
R1 S1 2
R2 S1 2
R3 SMA 1
R4 S1 2
R5 S1 2
R6 SMA 1
R7 SMA 1
R8 SMA 1
R9 S1 2
R10 SMA 1
48
Dengan sebaran data seperti berikut :
49
Tabel 4.17 Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Terakhir terhadap persepsi
Responden untuk Frekuensi Risiko (lanjutan)
50
b. Pengaruh Pendidikan Terakhir Responden terhadap Penilaian Dampak
Risiko
Setelah melakukan beberapa langkah operasional, maka output yang
dihasilkan dari uji ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Terakhir terhadap persepsi Responden
untuk Dampak Risiko
Chi- Asymp.
Variabel df
Square Sig
Q1 0.012 1 0.913
Q2 0.267 1 0.606
Q3 1.006 1 0.316
Q4 2.817 1 0.093
Q5 0.914 1 0.339
Q6 0.267 1 0.606
Q7 0.565 1 0.452
Q8 0.105 1 0.746
Q9 0.294 1 0.588
Q10 0.294 1 0.588
Q11 1.556 1 0.212
Q12 5.714 1 0.017
Q13 1.034 1 0.309
Q14 0.319 1 0.572
Q15 0.972 1 0.324
Q16 0.653 1 0.419
Q17 2.157 1 0.142
Q18 0.900 1 0.343
Q19 0.185 1 0.667
Q20 0.014 1 0.906
Q21 4.033 1 0.045
Q22 0.012 1 0.913
Q23 0.048 1 0.827
Q24 0.048 1 0.827
Q25 2.700 1 0.100
Q26 0.453 1 0.501
Q27 0.115 1 0.735
Q28 0.315 1 0.575
51
Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Terakhir terhadap persepsi Responden
untuk Dampak Risiko (lanjutan)
Chi- Asymp.
Variabel df
Square Sig
Q29 2.352 1 0.125
Q30 0.013 1 0.910
Q31 0.000 1 1.000
1. Dekomposisi Masalah
Hirarki dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) level, level 0 merupakan
tujuan, level 1 kriteria risiko dan level 2 sub kriteria risiko.
52
Gambar 4.4 Hirarki Risiko terhadap Mutu Beton hasil Produksi Readymixed
Concrete
Keterangan :
A. Pengujian Bahan Beton
53
Q14 : Terjadi variasi suhu
D. Pekerjaan Struktur/Peralatan
54
Tabel 4.19 Matriks Berpasangan untuk Frekuensi Risiko
Sangat Sangat
Keterangan Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
Sangat Tinggi 1 3 5 7 9
Tinggi 0.33 1 3 5 7
Sedang 0.20 0.33 1 3 5
Rendah 0.14 0.20 0.33 1 3
Sangat Rendah 0.11 0.14 0.2 0.33 1
Jumlah 1.78 4.67 9.53 16.33 25.00
Sangat Sangat
Keterangan Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
Sangat Tinggi 1 3 5 7 9
Tinggi 0.33 1 3 5 7
Sedang 0.20 0.33 1 3 5
Rendah 0.14 0.20 0.33 1 3
Sangat Rendah 0.11 0.14 0.2 0.33 1
Jumlah 1.78 4.67 9.53 16.33 25.00
3. Bobot Elemen
Perhitungan bobot elemen untuk masing-masing unsur dalam matriks baik
untuk frekuensi maupun untuk dampak dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sangat Sangat
Ket. Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas %
Tinggi Rendah
Sangat
0.560 0.642 0.524 0.429 0.360 2.514 0.5028 50.28%
Tinggi
Tinggi 0.187 0.214 0.315 0.306 0.280 1.301 0.2602 26.02%
Sedang 0.112 0.071 0.105 0.184 0.200 0.672 0.134 13.44%
Rendah 0.080 0.043 0.035 0.061 0.120 0.339 0.068 6.78%
Sangat
0.062 0.031 0.021 0.020 0.040 0.174 0.035 3.48%
Rendah
Jumlah 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 5.000 1.000 1.000
55
Tabel 4.22 Perhitungan Bobot Elemen untuk Tingkat Dampak
Sangat Sangat
Ket. Besar Sedang Kecil Jumlah Prioritas %
Besar Kecil
Sangat
0.560 0.642 0.524 0.429 0.360 2.514 0.503 50.28%
Tinggi
Tinggi 0.187 0.214 0.315 0.306 0.280 1.301 0.260 26.02%
Sedang 0.112 0.071 0.105 0.184 0.200 0.672 0.134 13.44%
Rendah 0.080 0.043 0.035 0.061 0.120 0.339 0.068 6.78%
Sangat
0.062 0.031 0.021 0.020 0.040 0.174 0.035 3.48%
Rendah
Jumlah 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 5.000 1.000
Nilai 0.560 diperoleh dari nilai 1 di tabel matriks berpasangan yang dibagi
dengan total dari kolom tersebt yaitu 1.78 dan begitu seterusnya. Lalu dai tiap
baris diambil jumlahnya terhadap semua kolom. Untuk baris “Sangat Tinggi” dan
“Sangat Besar”, jumlah dari 0.560 , 0.642, 0.524, 0.429 dan 0.360 menghasikan
angka 2.514 dan begitu seterusnya hingga baris “Sangat Kecil”, “Sangat Rendah”,
dan “Tidak Ada Pengaruh”. Lalu jumlah setiap baris akan dijumlahkan lagi mulai
dari 2.514, 1.301, 0.672, 0.339 dan 0.174 menghasilkan angka 5. Lalu nilai dari
setiap baris dibuat pembobotan prioritas dengan jumlah keseluruhan sebelumnya.
Sebagai contoh, baris “Sangat Tinggi” dan “Sangat Besar” memiliki bobot
2.514/5 menjadi 0.503. Dan begitu seterusnya hingga baris “Sangat Kecil”,
“Sangat Rendah”, dan “Tidak Ada Pengaruh”. Dengan demikian diperoleh nilai
pembobotan untuk tiap satuan skala dalam penelitian ini yang ditunjukkan pada
tabel bobot elemen berikut.
Tabel 4.23 Bobot Elemen untuk Tingkat Frekuensi
56
4. Uji Konsistensi Matriks, Hirarki, dan Tingkat Akurasi
Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai
diagonal bernilai satu dan konsistensi. Untuk menguji konsistensi, maka nilai
eigen value maksimum ( maks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan
eigen value sisa mendekati nol.
Pembuktian konsisitensi matriks berpasangan dilakukan dengan unsur-unsur
pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan sehingga
dipeoleh matriks sebagai berikut:
Tabel 4.25 Matriks Bobot Elemen untuk Tingkat Frekuensi
Selanjutnya diambil rata-rata untuk setiap baris yaitu 0.50, 0.26, 0.13, 0.067,
dan 0.03. Vektor kolom (rata-rata) dikalikan dengan matriks semula untuk
menghasilkan nilai untuk tiap baris, yang selanjutnya setiap nilai dibagi kembali
dengan nilai vektor yang bersangkutan.
57
Tabel 4.27 Perhitungan Mencari maks untuk Tingkat Frekuensi
mendekati banyaknya elemen (n) dalam matriks yaitu 5 dan eigen value adalah
0.018 yang berarti mendekati nol, maka matriks adalah konsisten.
Untuk menguji kosnistensi hirarki dan tingkat akurasi, banyaknya elemen
dalam matriks (n) adalah 5, sebesar CRI untuk n=5 sesuai dengan Tabel 3.7
adalah 1.11 , maka:
CCI =
CCI= 0.0045
CRH=
CRH =0.004054
58
Nilai CRH yang didapat adalah cukup kecil atau dibawah 10% berarti
hirarki konsisten dan tingkat akurasi tinggi.
a. Nilai Lokal Frekuensi dan Dampak pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton
Tabel 4.29 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton
Tabel 4.30 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton
59
b. Nilai Lokal Frekuensi dan Dampak pada Pekerjaan Pengujian Beton Segar
Tabel 4.31 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Pengujian Beton Segar
Tabel 4.32 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Pengujian Beton Segar
c. Nilai Lokal Frekuensi dan Dampak pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras
Tabel 4.33 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras
60
Tabel 4.34 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras
d. Nilai Lokal Frekuensi dan Dampak pada Pekerjaan Struktur dan Peralatan
Tabel 4.35 Nilai Lokal Frekuensi pada Pekerjaan Struktur dan Peralatan
Tabel 4.36 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Struktur dan Peralatan
61
Tabel 4.36 Nilai Lokal Dampak pada Pekerjaan Struktur dan Peralatan
(lanjutan)
Menurut (Palmer, 2004 dalam Pranestika dan Daluis, 2015) analisa level
risiko dilakukan dengan indeks level risiko yang dikelompokkan dalam empat
kelas yaitu, L (Low), M (Medium), S (Significant) dan H (High).
a. Jika nilai akhir faktor risiko > 2 maka dapat dikategorikan dalam kelas H
(High)
b. Jika nilai akhir faktor risiko < 2 dan > 1 maka dapat dikategorikan dalam
kelas S (Significant)
c. Jika nilai akhir faktor risiko < 1 dan > 0.5 maka dapat dikategorikan dalam
kelas M (Medium)
d. Jika nilai akhir faktor risiko < 0.5 maka dapat dikategorikan dalam kelas L
(Low)
62
Untuk risiko dominannya adalah variabel yang memiliki level risiko H
(High) dengan dua rangking teratas. Berikut adalah peringkat risiko proyek
berdasarkan AHP dan Analisa Level Risiko.
63
Tabel 4.39 Rangking Risiko pada Pekerjaan Pengujian Beton Keras
(lanjutan)
64
Risiko Dominan
Internal Teknis
Pengujian Bahan Beton Pengujian Beton Segar Pengujian Beton Keras Struktur dan Peralatan
[0.199 [0.151] [0.233] [0.416]
65
4.3.6 Risiko Dominan
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempunyai rangking terbaik
berdasarkan bobot, dan masuk kedalm level significant risk dan high risk sesuai
dengan kaidah pada manajemen risiko.
a. Risiko Dominan Pekerjaan Pengujian Bahan Beton
Tabel 4.41 Risiko Dominan pada Pekerjaan Pengujian Bahan Beton
Nilai Akhir Level
Variabel %
Faktor Risiko Risiko
Q4 Adanya tanah liat didalam agregat 4.408 14.3% High
Q3 Gradasi agregat yang jelek 3.015 9.8% High
66
Q25 Lokasi cor belum bersih 4.459 14.5% High
4.4 Respons Risiko Dominan
67
lebih baik.
4.5 Analisis cv pada Mutu Beton K 175
1. Kuat Tekan Beton pada Proyek A
Pengujian Kuat Tekan pada Proyek B menggunakan 4 benda uji berbentuk
kubus dengan ukuran 15x15x15 cm. Kuat tekan yang disyaratkan yaitu sebesar
15 MPa.
Tabel 4.46 Kuat Tekan Beton pada Proyek A
Σ Xi
Rerata (x) = = = 20,70 MPa
n
Σ ( Xi - X ) 2
Standar deviasi (Sd) = = = 0.919
( n -1)
Sd
Koefisien variasi (Cv) = = = 0,044
X
Dari tabel tersebut diperoleh nilai rerata 20,70 Mpa yang berarti nilai kuat
tekan lebih besar dari kuat tekan yang disyaratkan pada proyek B yaitu sebesar 15
MPa dengan sd = 0.919 dan cv= 0.044.
68
Tabel 4.47 Kuat Tekan Beton proyek B
Σ Xi
Rerata (x) =
n
= = 19,47 MPa
Σ ( Xi - X ) 2
Standar deviasi (Sd) = = = 0.62
( n -1)
Sd
Koefisien variasi (Cv) = = = 0,032
X
Dari tabel tersebut diperoleh nilai rerata 19.47 Mpa yang berarti nilai kuat
tekan lebih besar dari kuat tekan yang disyaratkan pada proyek B yaitu sebesar 15
MPa dengan sd = 0.618 dan cv= 0.032.
69
dan yang paling kecil adalah mutu beton pada proyek B yaitu sebesar 19,47 Mpa.
Atas dasar tersebut dapat dikatakan bahwa mutu beton yang sama pada proyek
yang berbeda akan memiliki kuat tekan yang bervariasi. Hal ini memang
dimungkinkan, sebab dalam perencanaan campuran antara proyek satu dan
lainnya menetapkan nilai margin dan kuat tekan yang disyaratkan berbeda.
Hasil perhitungan Cv yang paling tinggi adalah pada Proyek A, hal tersebut
mencerminkan mutu beton ready mixed yang mampu menghasilkan beton dengan
mutu yang paling seragam.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat risiko-risiko dominan yang berdampak terhadap mutu beton
yang dihasilkan pada ready mixed concrete yaitu:
a. Faktor risiko pada pekerjaan pengujian bahan beton yaitu adanya
tanah liat didalam agregat dan gradasi agregat yang jelek
b. Faktor risiko pada pekerjaan pengujian beton segar yaitu kenaikan
faktor air semen dan terjadinya segregasi campuran beton
c. Faktor risiko pada pekerjaan pengujian beton keras yaitu terdapat
rongga kecil pada beton dan dihasilkan beton retak-retak karena
penyusutan awal
d. Faktor risiko pada pekerjaan struktur dan peralatan yaitu kurangnya
perawatan /pemeliharaan beton (curring) dan lokasi cor belum bersih
2. Respons terhadap risiko-risiko yang mempunyai dampak terhadap mutu
beton yang dihasilkan pada ready mixed concrete yaitu dijabarkan
sebagai berikut:
a. Adanya tanah liat didalam agregat, risiko dikendalikan dengan cara
pencucian material (dalam volume kecil) dan penambahan semen
b. Gradasi agregat, risiko dikendalikan dengan cara
mengkombinasikan beberapa material
c. Kenaikan faktor air semen, risiko dikendalikan dengan cara
penambahan semen
d. Terjadinya segregasi campuran beton, risiko dikendalikan dengan
menggunakan alat pemadat beton dan penuangan diatur jaraknya
71
tidak lebih dari 1 meter
e. Terdapat rongga kecil pada beton, risiko dikendalikan dengan cara
pemadatan yang baik
f. Dihasilkan beton retak-retak karena penyusutan awal, biasanya retak
hanya dipermukaan akibat finishing yang kurang baik
g. Kurangnya perawatan /pemeliharaan beton (curring), risiko
dikendalikan dengan cara menyiramkan air dan ditutup dengan
plastik untuk menjaga kelembaban
h. Lokasi cor belum bersih, risiko dikendalikan dengan cara
pembersihan sebelum cor dan pengawasan lebih
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian-penelitian sejenis yang langsung ke proyek.
2. Karena batasan Tugas Akhir ini hanya di batasi pada manajemen risiko
terhadap mutu, maka bisa dilakukan penelitian-penelitian sejenis yang
ditunjukkan kepada kinerja biaya dan waktu.
3. Perlu dilakukan penelitian-penelitian sejenis dengan membandingkan
beberapa perusahaan ready mixed di Pulau Lombok.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Mataram : Jurusan Teknik Sipil
Universitas Mataram.
Antoni dan Paul Nugraha. (2004). Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi.
Asiyanto, 2005. Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Darmawi, Herman. 2004. Manajemen risiko. Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.katabaku.com/2015/10/resiko-atau-risiko-yang-benar-adalah.html
diakses 12/9/17 3:17 pm
Murdock dan Brook. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Jakarta : Erlangga
Maharani, Galuh. R. 2011. Manajemen Risiko Biaya dan Waktu pada Pekerjaan
Struktur Bawah dari Proyek Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi di
Jakarta. Jakrarta, Indonesia: TA No. 1023/FT.01/SKRIP/07/2011.
Universitas Indonesia.
73
Saputra, T. D., Dharmahusada, L. E. 2010. Produktivitas Pengecoran Beton
Ready-mixed dengan Concrete Pump dan Tower Crane. Surabaya,
Indonesia: TA No. 21011734/SIP/2010. Universitas Kristen Petra.
74
LAMPIRAN
A