Anda di halaman 1dari 17

GREEN SYNTHESIS NANOPARTIKEL PERAK (AgNP)

MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR BERBASIS


TANIN PROPAGUL MANGROVE

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

SUCIANI ZUBAIR
NIM: G1C018075

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021

i
GREEN SYNTHESIS NANOPARTIKEL PERAK (AgNP)
MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR BERBASIS
TANIN PROPAGUL MANGROVE

PROPOSAL PENELITIAN

Proposal penelitian sebagai salah satu syarat


untuk melakukan penelitian
.

Oleh

SUCIANI ZUBAIR
NIM: G1C018075

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : GREEN SYNTHESIS NANOPARTIKEL PERAK (AgNP)


MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR BERBASIS TANIN
PROPAGUL MANGROVE

Penyusun : SUCIANI ZUBAIR

NIM : G1C018075

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ni Komang Tri Dharmayani, S.Si., M.Si. Sudirman, S.Si., M.Si


NIP. 198204112009122002 NIP. 198906062018031001

Mengetahui:

Ketua Program Studi KIMIA


Fakultas MIPA Universitas Mataram,

Dr. Maria Ulfa, S.Si., M.Si


NIP. 19750711 200012 2 001

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii


DAFTAR ISI………………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… v
DAFTAR TABEL………….…………………………………………….... vi
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 2
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………….. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 3
2.1 Nanopartikel Perak (AgNP)………………………………….. 3
2.2 Propagul Mangrove (Rhizopohora)…….……………………… 3
2.3 Ekstraksi Tanin Propagul Mangrove…….……………………. 4
2.4 Sintesis Nanopartikel Perak…….……………………………... 4
2.5 Karakterisasi Nanopartikel Perak……………………………... 6
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………... 10
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………... 10
3.2 Alat dan Bahan………………………………………………… 10
3.3 Prosedur Penelitian…………………………………………….. 10
3.4 Karakterisasi Nanopartikel Perak dan Ekstrak Propagul 11
mangrove ……………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 12

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Propagul Mangrove Segar (A) Limbah Propagul 3


Mangrove (B)……………………………………………..
2.2 Gambar 2.2 Struktur (A) Tanin Terhidrolisis (B) Tanin 4
Terkondensasi…………………………………………….
2.3 Mekanisme Pembentukan Nanopartikel Perak 6
Mengggunkan Bioreduktor Berbasis Tanin………………
2.4 Spektrum FTIR Sintesis Nanopartikel Perak…………….. 6
2.5 Spektrum UV-VisNanopartikel………………………….. 7
2.6 Pola XRD AgNP, Ekstrak, dan Standar Ag……………… 8
2.7 Hasil Analisis PSA Nanopartikel Perak, Histogram 9
Dispersi Ukuran (A) Dengan Intensitas, (B) Dengan
Nomor dan (C) Dengan Volume………………………….
2.8 Hasil Analisis Sampel Nanopartikel Perak Dengan 9
Menggunakan SEM Pada (A) Skala 2 µm (7,500 X) dan
(B) Skala 1µm(15,000X)…………………………………

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Sintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Bioreduktor 5


Berbasis Tanin Ekstrak Tumbuhan……….......................

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sintesis nanopartikel logam dengan pendekatan green synthesis telah
banyak dikembangkan dalam berbagai bidang (Fahmi, et al., 2021).
Keunggulan dari green synthesis adalah metodenya lebih sederhana,
ekonomis dan ramah lingkungan. Salah satu sintesis nanopartikel logam yang
menjadi banyak perhatian untuk dikembangkan adalah perak. Logam perak
memiliki sifat fisik, biologis dan kimia yang khas seperti sifat konduktivitas,
stabilitas termal, antimikroba, dan aktivitas katalitik (Oktavia dan Sutoyo,
2021). Saat ini sintesis nanopartikel perak banyak dilakukan dengan
mereaksikan prekursor berupa logam Ag+ dengan agen preduksi (reduktor)
(Purnomo, et al., 2017).
Reduktor yang biasa digunakan yaitu dari bahan kimia anorganik
seperti, natrium tetraborohidrat (NaBH4), polivinilpirolidin (PVP) dan karbon
tetraklorida (CCl4) (Handayani, 2011). Kelemahan reduktor tersebut adalah
bersifat toksik terhadap lingkungan, dan tidak ekonomis. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan green synthesis dengan menerapkan reduktor ramah
lingkungan berbasis bahan alam yang disebut dengan bioreduktor (Jannah, et
al., 2020). Penelitian green synthesis nanopartikel perak telah dilakukan
menggunakan ekstrak daun, batang, dan akar mangrove seperti yang
dilakukan oleh Willian (2018). Hasil yang diperoleh berupa partikel perak
berukuran ratar-rata <100 nm dengan strutur yang berbeda-beda. Senyawa
yang berperan sebagai bioreduktor diduga adalah senyawa metabolit sekunder
seperti flavonoid, alkaloid polifenol, dan tanin (Mahardika dan Roanisca.,
2018).
Penggunaan tanin dari kulit batang pohon mangrove sebagai
bioreduktor telah dilakukan oleh Raja, et al. (2014). Hasil nanopartikel perak
yang didapat berukuran 30-75 nm dengan bentuk kristal kubik berpusat muka.
Terdapat bagian pohon mangrove lainnya yang megandung tanin dan belum
dimanfaat sebagai bioreduktor seperti, propagul (buah) mangrove.
Handayani, et al. (2018) memperoleh ekstrak limbah propagul dengan kadar

1
tanin sebesar 22,7 %. Propagul mangrove sangat mudah ditemukan di
Indonesia dan belum dimanfaatkan secara optimal (Imran, et al., 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas, propagul mangrove berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai bioreduktor. Oleh karena itu, perlu
dilakukannya penelitian mengenai green synthesis nanopartikel perak
menggunakan bioreduktor berbasis ekstrak propagul mangrove. Propagul
mangrove diperoleh dari pesisir pantai Cemare Lombok Barat. Ekstraksi
propagul mangrove dilakukan menggunkan pelarut etanol dengan metode
maserasi. Analisis hasil sintesis dan ekstraksi dilakukan dengan Fourier
Transform Infra Red (FTIR), uji spektrofotometer UV-visible (UV-vis), dan
X-ray Diffraction (XRD).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak propagul mangrove dapat dijadikan sebagai bioreduktor
pada sintesis nanopartikel perak ?
2. Bagaimanakah karakteristik nanopartikel perak dengan bioreduktor
berbasis ekstrak propagul mangrove ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui ekstrak propagul mangrove dapat dijadikan sebagai
bioreduktor pada sintesis nanopartikel perak.
2. Mengetahui karakteristik nanopartikel perak dengan bioreduktor berbahan
dasar ekstrak propagul mangrove.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai sintesis nanopartikel perak menggunakan
ekstrak propagul mangrove pada metode green synthesis sebagai dasar
pertimbangan ilmiah dalam pengembangan aplikasi dibidang kosmetik dan
kesehatan.
2. Memberikan informasi mengenai senyawa pada ekstrak propagul
mangrove yang berperan sebagai bioreduktor.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanopartikel Perak (AgNP)


Partikel berukuran nano mengkibatkan sifat luas permukaan yang
besar, sehingga perak dengan ukuran nano akan menghasilkan berbagai
aplikasi ilmiah dan produk baru (Fahmi, et al., 2021). Secara luas
nanopartikel perak diaplikasikan sebagai agen antijamur dan antibakteri.
Produk yang dihasilkan seperti, kaos kaki, tisu basah, wadah penyimpanan
makanan, tekstil, dan lain-lain (Oktavia dan Sutoyo, 2021). Keunggulan dari
nanopartikel perak ini yaitu harga produksi relatif murah, mudah untuk
produksi, bersifat antimikroba, mempunyai konduktivitas listrik dan panas
yang tinggi, mempunyai sifat netral didalam air, tahan asam, garam, dan
berbasa lemah (Gusrizal, 2020).
2.2 Propagul Mangrove (Rhizopohora)
Indonesia mempunyai hutan mangrove yang sangat luas dan tersebar
diberbagai pulau, salah satunya dipulau Lombok yang berada di Pantai
Cemare, Lombok Barat (Janiarta, et al., 2021). Terdapat berbagai jenis
mangrove di pesisir tersebut, yaitu Rhizophora mucronata, Avicennia alba,
Sonneratia alba, Rhizophor apiculatadengan, dan Xylocarpus granatum
(Imran, et al., 2016). Salah satu biomassa mangrove yang berpotensi menjadi
bioreduktor adalah propagul mangrove. Propagul mangrove diketahui
mengandung senyawa flavonoid, polifenol, dan tanin (Ramli, et al., 2020).

Tangkai Buah
Kelopak Bakal Daun

Keping Buah
Lentisel Lentisel

A B
Gambar 2.1 Propagul Mangrove Segar (A) Limbah Propagul Mangrove (B)

3
Propagul mangrove terdiri dari tangkai, kelopak, buah, keping buah,
bakal daun dan lentisel. Berdasarkan survei yang telah dilakukan penulis,
bahwa terdapat propagul mangrove yang banyak berjatuhan disekitar hutan
tersebut dan belum dimanfaatkan secara optimal.
2.3 Ekstraksi Tanin Propagul Mangrove
Secara umum ektraksi tanin dilakukan dengan metode maserasi.
Handayani et al. (2018) melakukan ekstraksi tanin propagul mangrove
menggunakan pelarut etanol dan aquades. Kadar tanin yang diperoleh lebih
besar menggunakan pelarut etanol yaitu sebesar 27,5 %, sedangkan aquades
sebesar 22,7 %. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dengan
pelarut polar dan senyawa non polar dengan pelarut non polar. Tanin dapat
larut dalam air dan pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut
organik lainnya (Pramudita, et al., 2013). Halimu, et al. (2017) melakukan
maserasi buah mangrove selama 24 jam pada suhu kamar dengan hasil uji
fitokimia yang diperoleh yaitu postif mengandung tanin.
2.4 Sintesis Nanopartikel Perak
Green synthesis nanopartikel perak dilakukan menggunakan
bioreduktor berbasis ekstrak tumbuhan yang mengandung senyawa
antioksidan seperti flavonoid, polifenol, tanin, dan lain-lain (Priya, et al.,
2016). Penggunaan tanin sebagai bioreduktor telah dilakukan oleh Raja, et al.
(2014). Jenis tanin yang diduga bereperan sebagai bioreduktor memiliki
kemiripin dengan tanin terhidrolisis dan tanin terkondesasi. Strutur tanin
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

A (B)
Gambar 2.2 Struktur (A) Tanin Terhidrolisis (B) Tanin Terkondensasi
(Raja , et al., 2014)

4
Hasil sintesis yang didapat oleh Raja, et al., 2014 yaitu nanopartikel
berukuran 30-75 nm dengan bentuk kristal kubik berpusat muka. Penelitian
lainnya mengenai sintesis nanopartikel perak menggunakan bioreduktor
berbasis tanin dari ekstrak tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Bioreduktor Berbasis


Tanin Ekstrak Tumbuhan
Tumbuhan Bagian Hasil Refrensi
Tumbuhan
Rhizophora Daun Berukuran 60-69 (Willian, et al., 2020)
stylosa nm dengan bentuk
Spherical
Cratoxylum Daun Berukuran 35,59 (Fabiani, et al., 2018)
glaucum nm dengan bentuk
Spherical
Excoecaria Daun Berukuran 9-57 nm (Bhuvaneswari, et al.,
Agallocha dengan bentuk 2017)
Spherical dan
hexagonal
Terminalia Daun, Berukuran 47,1 nm (Rusnaenah, et al.,
catappa dengan bentuk 2017)
Spherical
Terminalia Daun Berukuran 92,48 nm (Payapo, et al., 2016)
catappa dengan bentuk
kristal kubik
Caesalpinia Daun Berukuran antara 78 (Jeeva, et al., 2014)
coriaria nm dan 98 nm
dengan bentuk
Spherical
Aegle Daun Berukuran 60 nm (Rao dan Paria, 2013)
marmelos dengan bentuk
Spherical
Piper Buah Berukuran 46 nm (Reddy, et al., 2013)
longum dengan bentuk
Spherical
Annona Daun Berukuran 20-100 (Vivek, et al., 2012)
squamosa nm dengan bentuk
Spherical
Memecylon Daun Berukuran 50-90 (Elavazhagan, et al.,
nm dengan bentuk 2011)
Spherical

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa tanin sebagai


bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak mampu menghasilkan
nanopatikel perak berukuran < 100 nm dengan bentuk Spherical, dan kristal

5
kubik. Green synthesis nanopartikel perak menggunakan bioreduktor berbasis
tanin dilakukan pula oleh Ritthichai dan Pimpan, 2019) dengan bantuan
radiasi UV. Mekanisme pembetukan nanopartikel perak mengggunkan
bioreduktor berbasis tanin dapat dilihat pada Gambar 2.3. Berdasarkan
mekanisme reaksi pada Gambar 2.3, gugus hidroksil dari senyawa tanin akan
mengalami oksidasi, kemudian membentuk karbonil dan mereduksi Ag +,
sehingga Ag akan terkelat (membentuk ikatan koordinasi dengan gugus
karbonil).

Gambar 2.3. Mekanisme Pembentukan Nanopartikel Perak Mengggunkan


Bioreduktor Berbasis Tanin ( Ritthichai, dan Pimpan, 2019)
2.5 Karakterisasi Nanopartikel Perak
2.5.1 Uji FTIR
Analisis FTIR dilakukan untuk mengindentifikasi perubahan gugus
fungsi ekstrak tanin ketika mengikat secara khusus pada permukaan perak.
Karakteristik tanin pada analisis FTIR menunjukan beberapa ciri khas, yaitu
terdapat gugus fungsi hidroksil (OH) dan karbonil (C=O) (Danarto, 2011).

Gambar 2.4 Spektrum FTIR Sintesis Nanopartikel Perak (Raja, et al. 2014)

6
Raja, et al. (2014) melakukan analisis FTIR dengan hasil spektrum
pada Gambar 2.4 Spektrum FTIR senyawa tanin pada tersebut menunjukan
kemiripan yang dekat dengan senyawa tanin yaitu, terdapat pita serapan
lebar pada daerah 3400 cm-1 untuk gugus hidroksil, tiga pita pada daerah
1610, 1494, dan 1450 cm-1 sebagai karakteristik puncak untuk cincin aromatik
dan beberapa puncak antara 1000-1300 cm-1 untuk cincin benzen. Spektrum
FTIR dari ekstrak tanin kulit pohon mangrove menunjukan kemiripan yang
dekat dengan spektrum ekstrak tanin terkondensasi. Spektrum tersebut
reduksi terjadi melalui gugus hidroksil.
2.5.1 Uji Spektrofotometer UV-Vis
Karakterisasi nanopartikel perak menggunakan spektrofotometer UV-
vis didasarkan pada absorbsi absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya
tampak. Absorbsi tersebut mengakibatkan terjadinya transisi elektron yaitu
elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tinggi (Amiruddin dan Taufikurrohmah, 2013).
Cherian, et al. (2018) melakukan analisis UV-vis terhadap hasil sintesis
nanopartikel perak menggunakan ekstrak daun mangrove. Spektrum UV-vis
yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Spektrum UV-VisNanopartikel Perak (Cherian, et al., 2018)

Berdasarkan spektrum diatas menunjukan bahwa, absorbansi


maksimum terjadi pada panjang gelombang 421 nm. Nilai absorbansi ini,
menunjukan adanya transisi π  π* yang mengindikasikan ikatan C=C
terkonjugasi serta transisi π  π* berupa kromofor C=O (Sastrohamidjojo,

7
2001 dalam Sari et al., 2015). Panjang gelombang pada kisaran 395-405 nm
mengindikasikan terbentuknya nanopartikel perak berukuran 10-14 nm
(Solomon, et al., 2007).
2.5.2 Uji XRD
U j i XRD bertujuan untuk mendapatkan informasi bentuk struktur
serta ukuran nanopartikel perak menggunakan persamaan Scherrer pada
identifikasi pola difraksi dan intensitas puncak. Willian, et al., (2020)
melakukan penentuan struktur AgNP menggunakan analisis XRD. Pola
difraksi ditunjukkan pada Gambar 2.7. Berdasarkan pola difraksi diatas,
puncak yang diamati pada nilai 2θ 38,27◦, 44,45◦, 64,56◦ dan 77,53◦ dengan
muka- struktur kubus pusat dari perak (ICSD N0 4068). Terdapat puncak di
2θ sekitar 46.050 derajat. Berdasarkan persamaan Scherrer, Ukuran kristal
nanopartikel perak yang terbentuk dalam reaksi adalah 25-32 nm.

111 AgNP
200 220 311
Int
ens
Ekstrak
itas
Standar Ag

30 40 50 60 70 80
2 Theta
Gambar 2.6 Pola XRD AgNP, Ekstrak, dan Standar Ag
2.5.3 Analisis PSA dan SEM
Pengukuran partikel secara akurat dapat dilakukan dengan analisis
menggunakan PSA, sedangkan SEM untuk mengetahui morfologi partikel.
Penentuan distribusi ukuran nanopartikel perak menggunakan PSA telah
dilakukan oleh Taba, et al. (2019). Hasil pengukuran PSA ditunjukkan pada
Gambar 2.7. Data ukuran partikel yang diperoleh berupa tiga distribusi yaitu
intensitas, nomor dan volume, sehingga dapat menggambarkan keseluruhan
kondisi sampel (Nikmatin et al, 2011).

8
Gambar 2.7. Hasil Analisis PSA Nanopartikel Perak, Histogram Dispersi Ukuran
(A) Dengan Intensitas, (B) Dengan Nomor dan (C) Dengan Volume

Gambar 2.8. Hasil Analisis Sampel Nanopartikel Perak Dengan Menggunakan


SEM Pada (A) Skala 2 µm (7,500 X) dan (B) Skala 1µm(15,000X)

Berdasarkan Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 dapat diketahui bahwa hasil
analisis PSA menjukkan secara keseluruhan rata-rata ukuran diameter
panopartikel yang diperoleh sebesar 45,7 nm dengan bentuk yang tidak
seragam dan berbentuk batang agak memanjang (berdasarkan analisis SEM).
Ukuran partikel yang tidak seragam ditunjukkan pada perbesaran 7.500 kali
dengan ukuran partikel yaitu 1,25; 2,5; 3,25; dan 3,5 µm. Sedangkan
pada perbesaran 15.000 kali dengan ukuran partikel yaitu 1; 1,37; 1,5; dan 2,5
µm.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium kimia lanjutan,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram
selama 3 bulan yaitu dari bulan Februari-April 2022.
3.2 Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan peralatan penunjang berupa blender, botol
sampel, ember, erlenmeyer, gelar arloji, gelas kimia, gelar ukur, magnetik
stirer, pipet tetes, pipet volume, pisau, oven, refluks, rubble bulb, set alat
sentrifugasi, evaporasi, set FTIR, set spektrofotometer UV-Vis, spatula,
termometer dan tanur. Bahan-bahan yang digunakan yaitu asam klorida,
aquades, etanol, ketas saring, perak nitrat, natrium hidroksida dan propagul
mangrove dari pesisir pantai Cemara Lombok Barat.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.3 Ekstrak Propagul Mangrove
Ekstraksi propagul mangrove menggunakan metode maserasi yang
mengacu pada penelitian Kaseng, et al. (2017) dengan modifikasi. Propagul
mangrove dicuci bersih, dipotong, dikering anginkan pada suhu kamar, dan
dioven pada suhu 40 oC selama 4 jam. Sampel dihaluskan menggunakan
blender. Sebanyak 500 gram serbuk propagul mangrove dilakukan maserasi
dengan pelarut etanol selama 24 jam pada suhu kamar. Maserat yang
diperoleh selanjutnya diuapakan dengan evaporasi, sehingga didapatkan
ekstrak propagul mangrove.
3.3.2 Sintesis Nanopartikel Perak
Sintesis nanopartikel perak menggunkan metode Green synthesis
berdasarkan penelitian Fabiani, et al. (2018) dan Riaz, et al (2021) dengan
modifikasi suhu. Sebanyak 10 gram ekstrak kental propagul mangrove dalam
etanol dicampurkan dalam 100 mL larutan AgNO3 0,05 M. Campuran
tersebut diaduk menggunakan stirer dan diatur pH larutan menjadi 5,7, dan 9
menggunakan HCl atau NaOH. Pengadukan dilakukan selama 30 menit pada
suhu yang bervairiasi yaitu 40, 60 dan 80 oC menggunakan magnetic stirer

10
dan refluks. Campuran yang diperoleh selanjutnya dilakukan sentrifugasi
dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit, sehingga diperoleh endapan
dan filtrat. Endapan tersebut dipanaskan dalam tanur pada suhu 200 oC
selama 1 jam, kemudian digerus hingga halus dan ditimbang.
3.4. Karakterisasi Nanopartikel Perak Dan Ekstrak Propagul Mangrove
Nanopartikel Perak dalam ekstrak propagul mangrove yang diperoleh
dilakukan karakterisasi dengan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk
mengidentifikasi gugus fungsi serta mengetahui interaksi antara Ag dengan
senyawa yang terkandung pada ekstrak propagul mangrove, uji
spektrfotometer UV-visible (UV-vis) untuk mengetahui pembentukan
kompleks kelat Ag-Tanin, X-ray diffraction (XRD) untuk mengetahui
struktur kristal dari Ag, dan Particle Size Analyzer (PSA) untuk menganalisis
distribusi ukuran partikel.

11

Anda mungkin juga menyukai