Anda di halaman 1dari 29

PERANCANGAN ALAT PRES

LIMBAH SAGU MENJADI BAHAN BAKAR PADAT (PELLET)

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Untuk Penyusunan Tugas Akhir
Pada Program Studi S-1 Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih

Disusun Oleh :
GRAND PAPUA WINDESI
20170611034014

PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1) TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal Penelitian:

PERANCANGAN ALAT PRES LIMBAH SAGU MENJADI BAHAN BAKAR


PADAT (PELLET)

Disusun oleh :

GRAND PAPUA WINDESI / 20170611034014

Telah di periksa dan di setujui pada :


Hari :

Tempat :

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

David Mangallo,S.T.,M.T Yohanis Tangke Tosuli,S.T.,M.T


NIP:196807252001121002 NIP:19740606 200812 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Kaprodi S1 Teknik Mesin,

Dr. Obet Takke Ranteallo, S.T.,M.T Dr. Joni, S.T.,M.T


NIP : 196910112004011001 NIP : 197311162003121002

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………………….. 1


1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2
1.3. Batasan Masalah ………………………………………………… 2
1.4. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 2
1.5. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 2
1.6. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 4

2.1. Biomassa ………………………………………………………….. 4


2.2. Sagu ……………………………………………………………… 5
2.3. Pellet ……………………………………………………………… 6
2.4. Mesin Pembuat Pellet Biomassa ………………………………….. 7
2.5. Hidrolik …………………………………………………………… 9
2.6. Komponen-Komponen Utama …………………………………….. 10
2.7. Rumus Yang Digunakan ………………………………………… 16

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………. 21

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………… 21


3.2. Skema Alat Penelitian …………………………………………… 21
3.3. Alat Dan Bahan Penilitian ……………………………………….. 22
3.4. Prosedur Pembuatan Disain Penelitian …………………………… 22
3.5. Proses Pembuatan Alat …………………………………………… 23
3.6. Pengujian Alat ……………………………………………………. 23
3.7. Diagram Alir Penelitian ………………………………………….. 24
3.8. Jadwal Penelitian ………………………………………………….. 25

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat ini masyarakat Indonesia khususnya di daerah Papua dihadapkan oleh
berbagai macam permasalahan dalam hal limbah, jika masyarakat memiliki
pengetahuan akan pemanfaatan limbah yang ada di lingkungan sekitar maka
permasalahan ini akan dapat teratasi dengan baik, contohnya limbah yang berasal dari
daun kering, ampas tebu, serbuk kayu dan ampas sagu yang dapat dimanfaatkan
menjadi bahan bakar biomassa.
Salah satu potensi limbah biomassa yang dapat dimanfaatkan di Papua untuk
diolah menjadi bahan bakar alternatif adalah sagu yang sampai saat ini belum
termanfaatkan dengan maksimal. Sagu dalam bahasa latinnya disebut (Metroxylon)
adalah tanaman yang tumbuh dan tersebar luas di kawasan Asia Tenggara. Pohon sagu
tumbuh dan berkembang didaerah hutan-hutan pesisr atau sungai, pohon sagu adalah
tumbuhan khas daerah tropis yang dapat tumbuh diatas rata-rata 1,5 m pertahun dan
pohon sagu dapat mencapai tinggi 9-33 m. Metroxylon atau lebih dikenal dengan nama
sagu yang diduga berasal dari Papua dan Maluku (Mc Clatcchey dkk, 2004).
Untuk saat ini limbah ampas Sagu kebanyakan tidak di manfaatkan dan hanya di
buang saja ketika proses pembuatan sagu (tokok sagu) telah selesai, sehingga
membusuk begitu saja yang dapat menyebabkan lingkungan disekitar pembuatan sagu
(tokok sagu) tercemar. Oleh karena itu, untuk meningkatan nilai guna dan sebagai energi
alternatif dari limbah biomassa ampas sagu, maka limbah sagu ini akan dijadikan menjadi
pellet biomassa.
Pada penelitian ini akan dirancang sebuah alat pres pellet limbah sagu, dengan
harapan dapat menunjang dalam pemanfaatan limbah sagu menjadi pellet sebagai bahan
bakar alternatif. Alat pres yang dirancang menggunakan system hidrolik untuk kendali
penekanan. Sedangkan untuk penahan menggunakan mekanisme pin pengunci.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pada penelitian ini direncanakan sebuah
penelitian dengan judul: “Perancangan Alat Pres Limbah Sagu Menjadi Bahan
Bakar Padat (Pellet)”.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang alat
pres limbah ampas sagu menjadi bahan bakar padat (pellet)?

1.3. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada perancangan ini dibatasi pada permasalahan
sebagai berikut:
1. Bahan baku pellet biomassa dari limbah ampas sagu yang telah diekstrasi
menjadi pati sagu.
2. Pembuatan disain menggunakan software SketchUp 2017.
3. Perhitungan Stress hanya pada material rangka dan penahan.
4. Alat pres yang buat digerakkan secara manual
5. Mesin pres yang dirancang menggunakan sistem hidrolik.
6. Tidak melakukan perhitungan analisis pengujian pellet dari limbah sagu.

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu membuat perancangan
alat pres limbah ampas sagu menjadi bahan bakar padat (pellet).

1.5. Manfaat Penelitian


Melalui penelitian tentang perancangan alat pres linbah sagu menjadi bahan bakar
padat penulis mengharapkan untuk dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Menambah dan memperkaya konsep atau teori tentang bahan bakar biomassa
(energi terbarukan) khususnya untuk menjadikan limbah sagu menjadi bahan
bakar padat.
2. Manfaat praktis
- Bagi penulis, salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di jurusan
teknik mesin di universitas cendrawasih
- Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan bahan bakar biomassa untuk
keperluan bahan bakar padat. Khususnya tentang perancangan alat pres
limbah sagu menjadi bahan bakar padat

2
- Bagi peneliti lain : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi tambahan untuk penelitian sejenis berikutnya.
- Bagi pihak kampus : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi untuk pengembangan/penggunaan pemanfaatan tentang bahan
bakar biomassa menjadi bahan bakar padat.

1.6. Sistimatika Penulisan


Proposal tugas akhir ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang teori-teori yang melandasi penulisan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang Waktu dan Tempat Penelitian, Alat dan Bahan
Penelitian, Tabel Pengambilan Data, Teknik Pengambilan Data, dan Diagram
Alir Penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dan
pembahasan hasil dari penelitian .
BAB V KESIMPULAN
Bagian ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
penelitian.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biomassa
Biomassa adalah bahan yang berasal dari makhluk hidup, termasuk tanaman,
hewan dan mikroba. Menjadikan biomassa sebagai sumber untuk memenuhi berbagai
kebutuhan menjadi sangat menarik sebab biomassa merupakan bahan yang dapat
diperbaharui. Contoh biomassa meliputi pohon, tanaman produksi dan residu serat-serat
tanaman, limbah hewan, limbah industri dan limbah-limbah lain yang berupa bahan
organik. Pemanfaatan energi biomassa yang sudah banyak saat ini adalah dari limbah
biomassa itu sendiri, yakni sisa-sisa biomassa yang sudah tidak terpakai, bekas tebu
kering, tangkai jagung, tangkai padi dan sebagainya.
Biomassa adalah salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari tanaman
atau limbah yang dapat digunakan dengan atau tanpa proses terlebih dahulu (Fauzie,
2019). Menurut Silalahi (2009), biomassa adalah campuran material organik yang
kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa mineral lain
yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium, dan besi.
Biomassa dikonversi menjadi energi dalam bentuk bahan bakar cair, gas, panas,
dan listrik. Teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar padat, cair, dan gas,
antara lain dengan teknologi pirolisa (bio-oli), esterefikasi (bio-diesel), teknologi
fermentasi (bio-etanol), anaerobic digester (biogas) (Gandhi, 2009). Energi biomassa
dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti bahan bakar fosil
yang saat ini harganya semakin tinggi dan cadangannya semakin sedikit. Menurut
Tsukahara dan Sawayama (2005) Biomassa menjadi sumber energi utama untuk
makhluk hidup dan diperkirakan berkontribusi 13% dari pasokan energi dunia.

2.2. Sagu
Sagu merupakan salah satu sumber daya alam nabati di Indonesia yang mulai
akhir tahun 70-an semakin meningkat pemanfaatannya sebagai akibat dari program
pemanfaatan swasembada pangan nasional. Potensi lestari produksi sagu sebesar
5.000.000 ton per tahun, namun yang baru dimanfaatkan sebesar 200.000 ton per tahun.
Pada pengolahan sagu terdapat limbah atau hasil ikutan yang berupa kulit batang dan

4
ampas. Ampas yang dihasilkan dari proses ekstraksi ini sekitar 14% dari total berat
basah batang sagu (Flach, 1997). Di sentra-sentra produksi, limbah ampas sagu pada
umumnya belum dimanfaatkan dan ditumpuk begitu saja yang pada akhirnya akan
mencemari lingkungan (Kompiang, 1995).
Ampas sagu (Metroxylon sago) merupakan limbah yang dihasilkan dari
pengolahan sagu, dimana dalam proses tersebut diperoleh tepung dan ampas sagu dalam
perbandingan 1 : 6, yang kaya akan karbohidrat dan bahan organik lainnya. Ampas yang
dihasilkan dari proses extraksi ini sekitar 14% dari total berat basah batang sagu (Flach,
1997 dan Rumalatu, 1981).
Jumlah limbah yang banyak tersebut, sampai saat ini belum dimanfaatkan
sebagaimana mestinya hanya dibiarkan menumpuk pada tempat - tempat pengolahan
tepung sagu sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Kalaupun ada ternak yang
memanfaatkannya, hanya ternak-ternak yang berada di sekitar lokasi pengolahan tepung
sagu, yang langsung mengkonsumsi di tempat penumpukan ampas tanpa dikontrol.

2.3. Pellet
Pelet merupakan salah satu bentuk energi biomassa, yang diproduksi pertama kali
di Swedia pada tahun 1980-an. Pelet digunakan sebagai pemanas ruang untuk ruang
skala kecil dan menengah. Pelet dibuat dari hasil samping terutama serbuk kayu. Pelet
kayu digunakan sebagai penghasil panas bagi pemukiman atau industri skala kecil. Di
Swedia, pelet memiliki diameter ukuran 6–12 mm serta panjang 10–20 mm (NUTEK
1996; Jonsson 2006 dan Zamiraza, 2009 ). Pelet merupakan hasil pengempaan biomassa
yang memiliki tekanan yang lebih besar jika dibandingkan dengan briket (60 kg/m3,
kadar abu 1% dan kadar air kurang dari 10%) (El Bassam dan Maegaard 2004).
Pelet diproduksi oleh suatu alat dengan mekanisme pemasukan bahan secara
terus-menerus serta mendorong bahan yang telah dikeringkan dan termampatkan
melewati lingkaran baja dengan beberapa lubang yang memiliki ukuran tertentu. Proses
pemampatan ini menghasilkan bahan yang padat dan akan patah Ketika mencapai
panjang yang diinginkan (Ramsay 1982 dalam Zamiraza, 2009). Adapun beberapa
karakteristik yang ada pada bio pelet, seperti pada tabel di bawah ini:

5
Tabel 2.1 Karakteristik Biopelet
No Uji Karakteristik Biopellet
1 Kadar Air 15,06% - 17,26%
2 Lama Kebakaran 5,42 menit/200 gr – 7,29 menit/200 gr
3 Nilai Kalor 4029 Kkal/kg – 4106 Kkal/kg
Sumber : Andrian, dalam Christianto, 2019)

Keunggulan utama pemakaian bahan bakar pelet biomassa adalah penggunaan


kembali bahan limbah seperti serbuk kayu yang biasanya dibuang begitu saja. Serbuk
kayu yang terbuang begitu saja dapat teroksidasi di bawah kondisi yang tak terkendali
akan membentuk gas metana atau gas rumah kaca (Cook, 2007).

Gambar 2.1 Bahan bakar biomassa pelet.


Sumber : http://energibarudanterbarukan.blogspot.com/
Menurut PFI (2007), pelet memiliki konsistensi dan efisiensi bakar yang dapat
menghasilkan emisi yang lebih rendah dari kayu. Bahan bakar pellet menghasilkan
emisi bahan partikulat yang paling rendah dibandingkan jenis lainnya. Arsenik, karbon
monoksida, sulfur, dan gas karbon dioksida merupakan sedikit polutan air dan udara
yang dihasilkan oleh penggunaan minyak sebagai bahan bakar. Sistem pemanasan
dengan pelet menghasilkan emisi CO2 yang rendah, karena jumlah CO2 yang
dikeluarkan selama pembakaran setara dengan CO2 yang diserap tanaman ketika
tumbuh, sehingga tidak membahayakan lingkungan. Dengan efisiensi bakar yang tinggi,
jenis emisi lain seperti NOX dan bahan organik yang mudah menguap juga dapat
diturunkan. Masalah yang masih tersisa adalah emisi debu akibat peningkatan
penggunaan sistem pemanasan dengan pelet.

6
2.4. Mesin Pembuat Pellet Biomassa
Mesin pembuat briket adalah mesin yang digunakan untuk memproses limbah dan
residu usaha kehutanan dan pertanian menjadi briket. Sebelum dijadikan briket, bahan
mentah harus diberikan perlakuan tertentu seperti pemurnian dan pengecilan ukuran
partikel. Mesin pres briket bekerja dengan tiga mekanisme dasar antara lain (Mardika,
Prassetiyo, & Yuniar, 2015 :
1. Tipe Ulir
Briket ditekan dengan memanfaatkan mekanisme ulir archimedes.Tipe ulir
dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tipe Ulir


2. Tipe Stamping
Mekanisme menekan dengan tuas sehingga bahan baku briket terpadatkan. Tipe
stamping dapat dilihat pada gambar 2-3.

Gambar 2.3 Tipe Samping

7
3. Tipe Hidrolik
Mesin pembuat briket yang bekerja dengan sistem hidrolik. Tipe hidrolik dapat dilihat
pada gambar 2-4.

Gambar 2.4 Tipe Hidrolik

4. Black Widow Hydraulic Press


Mesin press ini menggunakan dongkrak hidrolik silinder dengan tenaga 20
toonage. Keuntungan dari mesin press ini adalah dimensinya yang tidak terlalu
besar dan desainnya yang simpel sehingga mudah untuk dipindah-pindahkan.
Kekurangan dari mesin press ini adalah lebar meja kerja yang pendek sehingga
hanya dapat mengerjakan benda-benda yang berukuran kecil.
Papan partikel adalah papan buatan yang terbuat dari serbuk kayu dengan
bantuan perekat sintetis kemudian mengalami kempa panas sehingga memiliki
sifat seperti kayu, tahan api dan merupakan bahan isolasi serta bahan akustik
yang baik (Dumanauw, 1993). Menurut Badan Standar Nasional (1996) papan
partikel adalah produk kayu yang dihasilkan dari pengempaan panas antara
campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat
organik serta bahan perekat lainnya yang dibuat dengan cara pengempaan
mendatar dengan dua lempeng datar.

8
Gambar 2.5 Black Widow Hydraulic Press

2.5. Hidrolik
Hidrolik berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari 2 kata Hydra dan Aulos.
Hydra berarti air, dan aulos untuk pipa, gambaran yang menunjukkan bahwa fluida
adalah air walaupun minyak lebih sering digunakan. Dari keterangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa sistem hidrolik merupakan sistem berbasis fluida yang
menggunakan cairan sebagai media transmisi.
Aliran fluida pada sistem hidrolik digerakkan dengan menggunakan pompa
hidrolik, dimana sebuah pompa mengambil minyak dari sebuah tangki dan
mengirimkannya kebagian bagian lain sirkuit hidrolik. Dengan melakukan itu, pompa
menaikkan minyak ketingkat yang dibutuhkan.
a) Pengertian Sistem Hidrolik
Dalam sistem hidrolik fluida cair berfungsi sebagai penerus gaya, minyak
mineral adalah jenis fluida cair yang umum dipakai. Adapun prinsip dasar sistem
hidrolik didasarkan pada hukum pascal yang menyatakan bahwa gaya yang
dikerjakan pada suatu zat cair dalam ruang tertutup akan di teruskan oleh zat cair
tersebut dengan sama besar ke segala arah.

9
Apabila gaya bekerja pada suatu fluida tertutup melalui luasan, maka tekanan
akan terjadi dalam fluida tersebut. Tekanan yang bekerja sesuai dengan jumlah
gaya yang dipakai secara tegak lurus menekan luasan permukaan tersebut
(Sugihartono, 1988).
b) Keuntungan dan Kerugian Sistem Hidrolik
Keuntungan - keuntungan sistem hidrolik antara lain:
1. Dalam sistem hidrolik, gaya yang sangat kecil dapat digunakan untuk
menggerakkan atau mengangkat beban yang sangat berat dengan cara
mengubah sistem perbandingan luas penampang silinder.
2. Sistem hidrolik menggunakan minyak mineral sebagai media pemindah
gayanya. Pada sistem ini bagian-bagian yang bergesekan terselimuti oleh
lapisan minyak (oli). Sehingga pada bagian-bagian tersebut dengan
sendirinya akan terlumasi.
Kerugian sistem hidrolik antara lain:
1. Sistem hidrolik membutuhakan suatu lingkungan yang betul-betul bersih.
Komponennya sangat peka terhadap kerusakan - kerusakan yangdiakibatkan
oleh debu, korosi, dan kotoran-kotoran lain, serta panas yang mempengaruhi
sifat-sifat minyak hidrolik. Karena kotoran akan ikut minyak hidrolik yang
kemudian akan bergesekan dengan bidang -bidang gesek komponen hidrolik,
sehingga kebocoran - kebocoran akan timbul sehingga akan menurunkan
efisisensi dari mesin tersebut.
2. Berbagai hal yang dapat mengakibatkan penurunkan efisisensi tersebut, maka
sistem hidrolik membutuhakan perawatan yang intensif. Hal ini akan sangat
menonjol sekali bila dibandingkan dengan sistem transmisi mekanik, atau
sistem - sistem lain.

2.6. Komponen-Komponen Utama


Kompoenen-komponen utama dari alat press hidrolik adalah sebagai berikut:

1. Pompa Tangan
Kapasitas pompa tangan yang digunakan adalah 20 [ton] dengan ukuran tinggi
sebelum ada pemanjangan adalah 180 [mm], memiliki pemanjangan batang

10
pendorong 115 [mm], dan tinggi pada penambahan baut adalah 50 [mm],
seperti pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Pompa Tangan

2. Silinder Hidrolik

Silinder hidrolik menggunakan aktuator kerja tunggal (single acting), dengan


kapasitas silinder hidrolik 20 [ton]. Silinder hidrolik kerja tunggal dapat
mentransfer tenaga hidrolik hanya dalam satu arah. Untuk kembali ke posisi
semula, diperlukan gaya yang berlawanan arah yang didapat dari desakan
gravitasi atau tenaga dari luar. Dan berisikan oli hidrolik SAE 20 memiliki
nilai viskositas 68 (tabel 2.2 dan 2.3) dan silinder hidrolik ditunjukkan pada
gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Silinder Hidrolik

11
Tabel 2.2 Standar Oli Hidrolik Sesuai SAE

Tabel 2.3 Standar Oli Hidrolik Sesuai Tingkat Viskositas ISO

12
3. Pressure Gauge

Gambar 2.8 Pressure Gauge

Sebuah alat yang dapat digunakan sebagai penanda besarnya tekanan fulida
yang terdapat dalam sebuah alat proses pada mesin press untuk papan partikel
agar selalu memiliki nilai pada hasil press yang selalu konstan/tidak berubah.

4. Dies
Menurut Society of Manufacturing Engineers (SME), Dies adalah suatu alat
perkakas yang digunakan untuk mencetak produk sesuai dengan bentuk
cetakan. Cetakan yang ingin dibuat adalah berdimensi 8 x 30 x 20 (mm2).

5. Punch
Adalah bagian dari dies set yang merupakan pasangan dari dies.
Punch tersebut adalah plat baja hitam yang berukuran 8 x 30 x 20 (mm 2)
dengan memiliki 2 batang besi kanal u sebagai penguat dari punch tersebut
memiliki panjang 600 [mm].

6. Kerangka
a. Besi Kanal UNP
Kerangka yang digunakan pada mesin press hidrolik biomassa ini
merupakan besi kanal u standar ukuran 80 [mm] atau UNP 8 dan besi kanal
ukuran 120 [mm] atau UNP 12. Besi kanal U atau UNP adalah besi dengan

13
profil penampang berbentuk U yang dihasilkan dari proses canai panas (hot
rolling mill). Besi kanal UNP merupakan bahan utama yang biasanya untuk
kebutuhan konstruksi. Bahan konstruksi jenis ini sudah memenuhi standar
konstruksi sehingga sangat direkomendasikan sebagai bahan konstruksi.
Pada pembuatan mesin press ini juga menggunakan besi kanal UNP sebagai
rangka yang kokoh untuk menopang komponen utama penggerak mesin
press.

Tabel 2.3 Ukuran besi kanal UNP (Sumber : SNI 07 - 0052 – 2006)
Ukuran Panjang (meter) Berat (kg/batang)
UNP 5 50x38x5 6 31
UNP 6,5 65x42x5 6 42
UNP 7,5 75x40x5 6 45,52
UNP 8 80x45x6 6 49
UNP 10 100x50x5 6 56,2
UNP 12 120x55x7 6 80
UNP 12,5 125x65x6 6 80
UNP 14 140x60x7 6 96
UNP 15 150x75x6,5 6 112
UNP 16 160x65x7,5 6 113
UNP 18 180x70x8 6 132
UNP 18 180x75x7 6 128
UNP 20 200x75x8,5 6 152
UNP 20 200x80x7,7 6 148
UNP 20 200x90x8 6 182
UNP 22 220x80x9 6 176,4
UNP 24 240x85x9,5 6 200
UNP 25 250x90x9 6 208

14
b. Sambungan Mur dan Baut

Gambar 2.9 Sambungan Baut dan Mur

Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kerusakan mesin, pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat
harus dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Pada
mesin ini sambungan mur dan baut digunakan untuk mengikat kerangka
atas, ke batang penyanggah, sambungan silinder hidrolik ke punch dan
dudukan silinder hidrolik ke rangka atas.

c. Sambungan Las

Gambar 2.10 Sambungan Las

Sambungan las adalah sambungan tetap yang memiliki kekuatan yang


besar, jenis las yang digunakan dari rancang bangun mesin press ini adalah
las listrik (Electric Arc Welding), tipe sambungan las yang digunakan
adalah corner joint untuk menyambung rangka mesin.

15
2.7. Rumus yang digunakan
1. Dies / Wadah yang mampu ditampung

[ 𝑔𝑟⁄ 3 ]
m
ρ= (1)
V 𝑐𝑚
dengan:
m = massa [gr]
𝜌 = massa jenis [gr/cm 3]
V = Volume [cm 3]

2. Silinder Hidrolik
a. Luas Penampang Torak Pada Inlet
𝜋 𝑥 𝐷12
𝐴1 = [𝑚𝑚2 ] (2)
4

dengan:
A1 = luas penampang batang torak inlet [mm2]
D1 = diameter batang torak pada sisi inlet [mm]
π = nilai phi (3,14)
b. Luas Penampang Batang Torak
𝜋 𝑥 𝐷22
𝐴2 = [𝑚𝑚2 ] (3)
4

dengan:
A2 = luas penampang batang torak pada sisi outlet [mm2]
D2 = diameter batang torak pada sisi outlet [mm]
π = nilai phi (3,14)

c. Luas Penampang Kerja / Analus Area

𝐴𝑅 = 𝐴1 – 𝐴2 (4)

dengan:
Ar = luas penampang kerja/Anulus area [mm 2]
A1 = luas penampang batang torak pada sisi inlet [mm 2]
A2 = luas penampang batang torak pada sisi outlet [mm 2]

16
d. Volume Silinder Penampung Hidrolik

[𝑘𝑔⁄𝑐𝑚3 ]
𝑚
𝜌𝑜𝑙𝑖 = (5)
𝑉𝑏

dengan:
𝑉h = Volume pada Penampung Silinder Hidrolik [cm3]
𝑚 = Total Massa yang Bisa Dilakukan Hidrolik [kg]
𝜌𝑜𝑙𝑖 = Massa Jenis Oli Hidrolik [kg]

e. Luas Penampang Silinder Hidrolik


𝑉ℎ
𝐴ℎ = [𝑚𝑚2 ] (6)
𝑡

dengan:
Ah = Luas Penampang pada Silinder Hidrolik [cm 2]
𝑉h = Volume pada Penampung Silinder Hidrolik [cm 3]
T = tinggi pada Silinder Hidrolik
f. Gaya Penekanan Maksimal pada Silinder Hidrolik
𝐹p = 𝑚 . 𝑔 (7)
dengan:
Fp = Gaya penekanan maksimal [N]
m = massa [kg]
𝑔 = percepatan gravitasi [m/s 2]

3. Pompa Tangan
a. Volume pada Penampung Pompa Tangan
𝑚𝑝
𝑉𝑝 = [𝑚𝑚3 ] (8)
𝜌𝑜𝑙𝑖

dengan:
Vp = Volume pada Tabung Pompa Tangan [mm 3]
𝑚p = Total Massa yang Bisa Dilakukan Pompa Tangan [kg]
𝜌𝑜𝑙𝑖 = Massa Jenis Oli Hidrolik

17
b. Luas Penampang pada Pompa Tangan
𝑉𝑝
𝐴𝑝 = [𝑚𝑚2 ] (9)

dengan:
Ap = Luas Penampang pada Pompa Tangan [mm 2]
Vp = Volume pada Tabung Pompa Tangan [mm 3]
h = tinggi pada Penampung Pompa Tangan [mm]

c. Gaya yang dibutuhkan oleh Pompa Tangan


𝐹𝑝 𝐴ℎ
= (10)
𝐹ℎ 𝐴𝑝

dengan:
𝐹p = Gaya yang dibutuhkan oleh Pompa Tangan [N]
𝐹h = Gaya Penekanan Maksimal pada Silinder Hidrolik [N]
𝐴h = Luas Penampang pada Silinder Hidrolik pada sisi outlet [mm2]
Ap = Luas Penampang pada Pompa Tangan [mm 2]
4. Baut
a. Tegangan Geser

Gambar 2.11 Tegangan geser yang terjadi pada baut


Tegangan geser pada baut dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝜋
𝐹𝑔 = 𝑑 2 𝑥 𝜏𝑔 𝑥 𝑛 (11)
4

(RS Khurmi, 2005;390)

dengan:
𝐹𝑔 = Gaya geser yang ditahan oleh baut [N]
d = Diameter mayor baut [mm]
𝜏𝑔 = Tegangan Geser yang Diijinkan [kg/mm2]
𝑛 = Jumlah Baut

18
b. Tegangan Tarik
𝜋
𝐹= 𝑑𝑐2 𝑥 𝜎𝑡 (12)
4

(RS Khurmi, 2005;390)

dengan:
𝐹 = Gaya luar yang bekerja [N]
𝑑𝑐 = Diameter core ulir [mm]
𝜎𝑡 = Tegangan tarik ijin bahan baut [kg/mm2]

c. Beban Total Baut


𝑎
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐹1 + ( ) 𝐹2 (13)
1+𝑎

dengan:
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Hasil gaya aksial pada baut [N]
𝐹1 = Tegangan awal penyekatan [N]
𝐹2 = Gaya eksternal pada baut [N]
𝑎 = Rasio elastisitas bagian yang terhubung dengan elastisitas baut

5. Kerangka
a. Momen Inersia
(𝑏+1) 4−6.𝑏2 .𝑙 2
𝐼 = 8. (14)
12 (𝑏+1)

dengan:
I = Momen inersia [Nm]
𝑏 = Lebar total [mm]
l = Panjang batang tengah murni [mm]

b. Momen Bending
𝐸 .𝐼
𝑀= [𝑁𝑚] (15)
𝑅

19
dengan:
𝑀 = Momen bending pada penampang yang ditentukan [Nm]
𝐸 = Modulus elastisitas dari material beam
𝐼 = Momen inersia penampang lintang sekitar sumbu netral [Nm]
𝑅 = radius lengkungan beam

c. Tegangan Bending

𝐸
𝜎𝑏 = 𝑦 [𝑘𝑔/𝑚𝑚2 ] (16)
𝑅

dengan:
b = Tegangan bending [kg/mm2]
y = Jarak dari permukaan netral ke lapisan paling luar [mm]
𝐸 = Modulus elastisitas dari material beam [kg/mm]

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat Penilitian


Penelitian ini bertempat di Laboratorium Mesin Produksi Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Jayapura Papua. Penelitian direncanakan
akan dilaksanakan dari bulan April 2021 sampai dengan Juli 2021

3.2. Skema Alat Penelitian

Pressure gauge

Dudukan cetak biopelet

Tuas penekan

Besi penyangga

Kaki Press Hidrolik

Gambar 3.1 Skema Rencana Penelitian

21
3.3. Alat Dan Bahan Penilitian
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan alat pres pellet adalah
sebagi berikut:

a. Alat yang digunakan


- Las busur Listrik
- Gerinda Potong
- Gerinda Tangan
- Mesin Bor
- Sarung Tangan
- Kaca Mata Las Listrik
b. Bahan yang digunakan
- Besi Kanal U Baja UNP
- Besi Hollow
- Besi Pejal Silinder (St 60)
- Plat Baja
- Pompa Hidrolik
- Pipa galvanis

3.4. Prosedur Pembuatan Disain Penelitian


Desain rangka berdasarkan gambar skema penelitian yang ditunjukkan p ada gambar
3.1, Ukuran ini didapat hasil study literature tentang ukuran rangka yang dianjurkan untuk
pres pllet hidrolik dan mempertimbangkan ketinggian operator ketika mengoperasikan
yakni tinggi 800 mm dan lebar 450 mm.
Adapun prosedur disain penelitian adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur
2. Membuat disain dengan menggunakan software SkecthUp 2017
3. Membuat disain cetakan pellet, yang meliputi: desain cetakan, corong cetakan,
dudukan penekan pellet, dan penutup cetakan.
4. Desian penekan pellet
5. Desain penehan pellet
6. Perhitungan volume cetakan

22
3.5. Proses Pembuatan Alat
Proses pembuatan alat dapat dilakukan setelah alat dan bahan telah tersedia
dengan lengkap, Adapun tahapan proses pembuatan alat press dilakukan sebagai
berikut:

1. Pembuatan Rangka
2. Pembuatan Cetakan
3. Pembuatan Penekan
4. Pembuatan Penahan
5. Proses Assembly

3.6. Pengujian Alat


Untuk mengetahui keberhasilan suatu produk maka diperlukan pengujian. Dari
produk ini akan diadakan pengujian alat pres pellet yang sudah dibuat dengan
menggunakan limbah ampas sagui sebagai objek ujinya. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengepres limbah ampas sagui menjadi
pellet sebagai bahan energi alternatif dan kapasitas bahan yang dapat dicetak.

23
3.7. Diagram Alir Penelitian

Star

Jurnal
Studi Literatur
Buku, dan lainnya

Kriteria disain dan Perancangan

Pembuatan Disain

No
Apakah disain konsep memenuhi kriteria?

Ya
Pengujian Alat

Apakah Pellet tercetak dengan baik dan sesuai kriteria?

Ya

Analisa Data Dan Pembahasan

Kesimpulan

Stop

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

24
3.8. Jadwal penilitian

Table 3.1 Jadwal Rencana Penelitian

Waktu (Bulan) 2021


No Tahap April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
Pengumpulan
2.
data sekunder
Pembuatan
3.
Disain

4. Analisa Alat
Analisa Data dan
5.
Pembahasan
6. Kesimpulan

7. Selesai

25
DAFTAR PUSTAKA

Djeni Hendra (2012). Rekayasa pembuatan mesin pelet kayu dan pengujian hasilnya
(Design and Manufacture of Wood Pellets Machine and Testing of its Product)

Afriani, C. D., Yufita, E., & Nurmalita, N. (2017). Heat Energy of Candlenut Shell and
Tamarind Skin Briquet with Variation on Particle Size and Pressure Pressing.
Journal of Aceh Physics Society, 6(1), 6–9.

Aisyah, I. S., Saifullah, A., & Satya, T. (2017). Proses Desain dan Pengujian Mesin Press
Hidrolik Briket Limbah Bambu. Dipresentasikan pada Prosiding SENTRA (Seminar
Teknologi dan Rekayasa).

Astuti, M., Meliala, A., Dalais, F. S., & Wahlqvist, M. L. (2000). Tempe, a nutritious and
healthy food from Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 9(4), 322–
325.

Fabiola, F. (2017). Rancang Bangun Press Briket Arang.

Hidayat, R. (2016). Rancang Bangun Alat Pencetak Briket Sistem Hidrolik dan Kompor
Briket (Analisis Variasi Tekanan dan Komposisi Terhadap Kualitas Br iket Dengan
Batubara dan Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku).

Himawanto, D. A. (2007). Pengaruh Variasi Tekanan Pengepresan Terhadap Karakteristik


Mekanik dan Karakteristik Pembakaran Briket Kokas Lokal.

Indonesia, O. E. (2016). Pengembangan Energi untuk Mendukung Industri H ijau.


Dipresentasikan pada Delivered at the National Technology Congress.

Jamilatun, S. (2008). Sifat-sifat penyalaan dan pembakaran briket biomassa, briket batubara
dan arang kayu. Jurnal Rekayasa Proses, 2(2), 37–40.

Ketaren, S. (1986). Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.

Kurniawan, I. O., & Marsono, I. (t.t.). Superkarbon bahan Bakar Alternatif. Niaga
Swadaya.

Mardika, L. S., Prassetiyo, H., & Yuniar, Y. (2015). Rancangan Mesin Briket Biomassa
Tenaga Diesel Di PT Hidro Daya Kineja. Reka Integra, 3(3).

Nur, I. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Rancangan (Design Load)


Terkait Dengan Perhitungan Kontruksi Kapal-Kapal Niaga Berbahan Baja Menurut
Regulasi KLAS. Bina Teknika, 11(2), 198–204.

26

Anda mungkin juga menyukai