L1A016066
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Peneliti .............................................................................. 9
1.3 Tujuan Peneliti ..................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
sosial.Gender mengacu pada peran, perilaku, aktivitas, atribut, dan peluang yang
dianggap sesuai oleh masyarakat mana pun untuk anak perempuan dan anak laki-
dan laki-laki memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan hak asasi mereka
pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Oleh karena itu, kesetaraan
gender adalah penilaian yang setara oleh masyarakat atas persamaan dan
perbedaan pria dan wanita, dan peran yang mereka mainkan.Ini didasarkan pada
wanita dan pria yang menjadi mitra penuh di rumah, komunitas, dan masyarakat.2
dari perbedaan dalam peran gender yang dibangun secara sosial diantara kaum
1
World health organization, Gender, diakses dari <https://www.who.int/health-
topics/gender>, pada tanggal 20 Agustus 2020
2
UNESCO, UNESCO’s Gender Mainstreaming Implementation Framework, diakses
dari<http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/BSP/GENDER/PDF/1.%20Baseli
ne%20Definitions%20of%20key%20gender-related%20concepts.pdf>, pada tanggal 20 Agustus
2020
3
Lumen, Gender Inequality, diakses dari
<https://courses.lumenlearning.com/culturalanthropology/chapter/gender-inequality/>, pada
tanggal 20 Agustus 2020
2
kehidupan, salah satunya dalam bidang pekerjaan. Kesetaraan gender bukan hanya
pasar tenaga kerja namun, kesenjangan gender yang luas masih banyak
bertanggung jawab atas sebagian besar pekerjaan yang tidak dibayar, dan ketika
informal dan di antara kaum miskin. Mereka juga menghadapi perbedaan upah
yang signifikan dengan rekan kerja laki-laki mereka.Di banyak negara, distorsi
pekerjaan.4
menyamai populasi laki-laki yakni sebesar 3.883.425.221 atau sebesar 49,6% dari
total jumlah populasi manusia di dunia (still counting)5, tetapi kontribusi mereka
4
Katrin Elborgh, Women, Work, and the Economy: Macroeconomic Gains from Gender
Equity, IMF Staff Discussion Note, 2013, hal. 4
5
World population, diakses dari <https://countrymeters.info/en/World>, pada tanggal 4
Oktober 2020
3
Meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, pasar
potensi pasar tenaga kerja mereka, akan ada keuntungan ekonomi makro yang
signifikan. Kerugian PDB per kapita yang disebabkan oleh kesenjangan gender di
berkembang pesat, FLFP yang lebih tinggi dapat mendorong pertumbuhan dengan
perempuan yang lebih tinggi juga akan menghasilkan angkatan kerja yang lebih
diskriminasi yang terjadi terhadap perempuan, kemudian pada tanggal 2 juli 2010,
majelis umum PBB, yakni negara-negara anggota PBB sepakat untuk mendirikan
reformasi PBB, menyatukan sumber daya dan mandat untuk dampak yang lebih
besar.UN Women adalah entitas PBB yang didedikasikan untuk kesetaraan gender
standar global untuk mencapai kesetaraan gender, dan bekerja dengan pemerintah
bagi kesetaraan wanita, dan yang dapat membuka kemajuan di semua bidang.
perkembangan.
PBB terkemuka lainnya, Bank Dunia, dan Forum Ekonomi Dunia, memperkuat
6
UN Women, About UN Women, diakses dari <https://www.unwomen.org/en/about-
us/about-un-women>, pada tanggal 20 Agustus 2020
5
perempuan dan laki-laki. Hal ini juga memungkinkan partisipasi aktif dan
Korea Selatan sebagai salah satu negara besar tidak terlepas dari masalah
kehidupan. Hal ini semakin dikuatkan dengan hasil survei yang menunjukkan
bahwa sembilan dari sepuluh wanita merasa jika kaumnya tidak diperlakukan
sama seperti pria di Korea Selatan dan sebagaian besar diskriminasi gender ini
terjadi di rumah. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh kelompok hak asasi
wanita Womenlink terhadap 1257 wanita dari usia remaja hingga 70-an, sebanyak
93% menjawab “tidak” saat ditanya apakah Korea Selatan merupakan negara
7
Ock Hyun-ju, 9 in 10 women say Korea is sexist: survey, The Korea Herald,
<http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20170928000604&ACE_SEARCH=1>, 2017, pada
6
lulusan laki-laki, menurut survei yang baru-baru ini diterbitkan oleh Departemen
dalam tingkat pekerjaan 65,2% untuk wanita dibandingkan dengan 69% untuk
pria. Pada akhir 2015, ada 494.214 karyawan laki-laki dalam 10 chaebol terbesar
sering dianggap tidak kompeten dan tidak efisien dibandingkan dengan laki-
anak-anak daripada suami mereka, yang berarti bahwa mereka memiliki lebih
sedikit waktu untuk dihabiskan untuk beban kerja daripada laki-laki. 8 Akan tetapi,
angkatan kerja perempuan, akan tetapi juga dalam hal gaji, dan perlakuan
Selatan yang telah mengakar. Ajaran ini di Korea Selatan menekankan tentang
filosofi, agama, sistem sosial, politik dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu tema khusus dalam ajaran ini di Korea Selatan adalah patriarki, di
mana setiap jenis kelamin memiliki perannya sendiri dalam keluarga. Dalam
ditantang oleh siapa pun yang statusnya lebih rendah. Peran perempuan adalah
menaati laki-laki: "ayah mereka sebelum mereka menikah, dan suami mereka
setelah menikah.
9
Olivia Kim, South Korea Maternity Leave: How U.S. Law Could Be Less Burdensome To
Employers And Provide More Protection For Women In The Workplace, Southwestern Journal Of
International Lawvol. 24, 2018, hal.347
10
Yutang Jin
8
1.3 TujuanPeneliti
ketimpangan gender di Korea Selatan terutama dalam bidang ekonomi. Dan untuk
1.4 ManfaatPenelitian
1.2.1Secara Teoritis
politik global yang ada sebagai salah satu konsentrasi pada Ilmu
Hubungan Internasional.
1.2.2Secara Praktis
tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Employment Protection Acts on South Korean Women Workers oleh Johee Lee; 2)
Confucianism and the Korean Family oleh ParkInsook Han dan Lee JayCho; dan
yang terakhir; 3) Gender Wage Gap in Korea in Lifecycle Perspective oleh Choi
Selim.
Dalam penelitian yang ditulis oleh Joohee Lee dengan judul “More
kerja standar (SER) di mana laki-laki adalah pencari nafkah dan perempuan
mengherankan bahwa tingkat partisipasi pasar tenaga kerja wanita Korea hampir
tidak meningkat, yakni sebesar 48,6% pada tahun 1997; dan mencapai 48,8%
struktural yang memperluas pendidikan tinggi dan melegitimasi hak yang sama
bagi perempuan. Sementara krisis ekonomi Asia tahun 1997 dan reformasi pasar
besar menghasilkan sejumlah besar pekerja non-standar dan merusak model SER
yang berpusat pada laki-laki, efek pada pekerja perempuan bahkan lebih buruk.
Perbedaan penelitian ini dengan Johee Lee adalah penelitian ini lebih
11
Joohee Lee, More Protection, Still Gendered: The Effects of Non-Standard Employment
Protection Acts on South Korean Women Worker, JOURNAL OF CONTEMPORARY ASIA
VOL. 47, NO. 1, hal.46–65, 2017, diaksespadatanggal 5 Juli 2019
12
Selatan dalam masalah ketimpangan gender yang terjadi. Sedangkan Johee Lee
berdasarkan culture Korea Selatan dalam sudut pandang para pemilik industri
jasa. Persamaandaripenelitianiniadalahsama-samamembahasmengenai
Womendalammengatasipermasalahandiskriminasitersebut.
ParkInsook Han dan Lee JayCho dalam penelitian mereka yang berjudul
Comparative Family Studies, Vol. 26, No. 1menjelaskan bahwa bagaimana ajaran
diutamakan atas anggota individu dan kelompok keluarga tidak dapat dipisahkan
dengan identifikasi klan. Fungsi paling penting dari anggota keluarga adalah
karena itu, hubungan keluarga pusat bukanlah antara suami dan istri, melainkan
antara orangtua dan anak, terutama antara ayah dan anak.Terlebih lagi, hubungan
antara anggota keluarga tidak horizontal - yaitu, berdasarkan cinta dan kesetaraan
timbal balik - tetapi kesalehan berbakti vertikal yang ditandai dengan kebajikan,
istri diamati secara ketat dalam keluarga KoreaSelatan. Hal ini disamakan dengan
hubungan antara raja dan rakyatnya dan antara ayah dan anak. Seorang istri akan
cara yang patut dicontoh. Dia diajari untuk tidak memaksakan pandangannya
Hubungan yang tidak setara ini ditulis ke dalam hukum negara. Sesuai
dengan aturan ketaatan ketiga, seorang wanita diminta untuk mematuhi ayahnya,
suami, dan putranya, aturan keluarga untuk upacara usia, pernikahan, pemakaman
dan pemujaan leluhur yang disusun oleh Ku-zun (1420-95) selama Dinasti Ming
1392). Aturan-aturan ini ditentukan dari bagian awal dinasti Chosun (1392-1650)
tetapi secara luas diamati sebagai aturan keluarga oleh masyarakat umum sejak
desersi di bawah aturan yang menetapkan tujuh sifat buruk yang dianggap sebagai
alasan sah untuk perceraian oleh suami - tetapi tidak oleh istri. Kejahatan itu
adalah ketidaktaatan kepada orang tua suami, gagal melahirkan anak laki-laki,
14
pencurian.12
dilakukan oleh ParkInsook Han dan Lee JayCho hanya berfokus kepada sejarah
dalam keluarga Korea Selatan hingga saat ini. Persamaan penelitian ini adalah
Korea in Lifecycle Perspective” terdapat dalam Japan Labor Issues , vol.3, no.17,
karier wanita selama kehamilan dan sebagainya. Selain itu, beberapa faktor dari
12
ParkInsook Han&Lee JayCho,Confucianism and the Korean Family, Journal of
Comparative Family Studies, Vol. 26, No. 1, FAMILIES IN ASIA : BELIEFS AND REALITIES,
1995, hal.124-125
15
atas rata-rata negara lainnya. Pertama, pengusaha Korea Selatan, baik di sektor
menjalani tugas militer dengan gaji yang lebih tinggi dengan menerima masa
dinas militer (sekarang 18 bulan) sebagai masa jabatan di perusahaan. Faktor lain
dari pasar tenaga kerja Korea Selatan yang berkontribusi terhadap kesenjangan
upah gender adalah budaya jam kerja yang panjang dan penekanan pada dedikasi
kepada majikan.
Jam kerja yang panjang dapat berkontribusi pada kesenjangan upah gender
jika jam kerja berada di atas jam bekerja di pasar tenaga kerja dan di rumah bagi
perempuan (pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak). Jika jam kerja terlalu
bekerja seutuhnya atau fokus terhadap urusan rumah tangga. Dalam kasus Korea
Selatan, secara historis, laki-laki selalu mengkhususkan diri dalam bekerja dan
Selim adalah penelitian yang dilakukan oleh Choi Selim lebih berfokus kepada
bagaimana dengan adanya diskriminasi jenis kelamin pasar kerja dan kesenjangan
upah gender dapat mendorong spesialisasi dalam keluarga yang tidak merata.
13
Selim Choi, Gender Wage Gap in Korea in Lifecycle Perspective, Japan Labor Issues ,
vol.3, no.17, August-September 2019, hal. 20-21
16
bisa memecahkan permasalahan yang tengah di angkat. Maka dari itu dibutuhkan
penyusunan sebuah kerangka teori yang memuat gagasan yang dapat dijadikan
gambaran dari perspektif apa penelitian atau permasalahan yang sedang diangkat
dan yang akan disoroti. Untuk membantu menjelaskan fenomena yang peneliti
angkat, maka penggunaan teori dan konsep yang tepat sangat dibutuhkan.
2.2.1Organisasi Internasional
dasar atau syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama
Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr. adalah “Pengaturan bentuk kerjasama
seperti sebuah kerjasama antar lintas batas negara, yang mana kerjasama tersebut
juga memiliki tujuan yang telah disepakati bersama, baik antar pemerintah
yaitu adanya keinginan untuk bekerja sama yang jelas-jelas kerjasama tersebut
peserta yang memenuhi syarat, instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur
luas, dan sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan
adalah sebagai pelaku (aktor), bahwa organisasi interasional juga bisa merupakan
anggotanya.15
dan ada kalanya bertindak sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan
14
Lisa Martin & Beth Simmons, International Organizations and Institutions, Handbook
Of International Relation, 2012, hal. 328
15
Teuku may rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung:Refika
Aditama,2005, hal. 29
19
bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, peace keeping operation dan lain-
lain).16
pemerintah yang mempunyai tujuan khsusus pada suatu bidang tertentu dan
PBB yang didekasikan khusus untuk mengatasi berbagai masalah gender yang
dialami oleh perempuan di dunia termasuk di Korea sebagai salah satu negara
PBB dalam memajukan kesetaraan gender, dan dalam semua musyawarah dan
Aditama,2009, hal.27
20
perempuan dan menghapus segala bentuk diskriminasi bagi perempuan dan anak-
dan sejauh mana kebijakan yang sudah diambil tersebut sudah dijalankan.UN
Women mendukung Negara Anggota PBB saat mereka menetapkan standar global
untuk memastikan bahwa standar tersebut diterapkan secara efektif dan benar-
benar bermanfaat bagi perempuan di seluruh dunia.Ini bekerja secara global untuk
membuat visi dari SDG’s menjadi kenyataan bagi perempuan dan anak-anak
kehidupan.
Korea Selatan menjadi salah satu negara yang bekerjasama dengan UN Women
memberikan keahlian dan dukungan keuangan untuk negara anggota dan menjalin
diskusi bersama terkait kebijakan yang akan digunakan untuk mengurangi atau
mengatasi diskriminasi yang terjadi. Dalam hal ini maka terjalin kerjsama antara
Korea Selatan dengan negara lain ataupun dengan pemerintah non negara yang
teori feminis liberal sebagai “teori feminis yang percaya bahwa ketidaksetaraan
terhadap hak-hak sipil dan alokasi sumber daya sosial seperti pendidikan dan
pekerjaan”.Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa teori feminis liberal
tanggung jawab berada pada individu yang terkena dampak untuk memperbaiki
keadaannya.17
Feminis liberal juga peduli dengan persamaan hak dan kebebasan individu.
Jika akan ada reformasi, reformasi tersebut harus dilakukan secara bertahap tanpa
mereka tidak secara radikal menantang nilai-nilai yang ada dan oleh karena itu
17
Wellington Samkange, The Liberal Feminist Theory: Assessing Its Applicability To
Education In General And Early Childhood Development (E.C.D) In Particular Within The
Zimbabwean Context, Global journal of advanced research Vol-2, Issue-7, hal. 173
22
mereka bertujuan untuk perubahan bertahap dalam sistem politik, ekonomi dan
sosial.Oleh karena itu, disparitas gender dikaitkan dengan sejumlah faktor. Faktor-
faktor tersebut mencakup budaya dan cara pria dan wanita disosialisasikan dalam
budaya tersebut. Faktor lainnya berkaitan erat dengan sikap individu.Semua ini
yang menghendaki adanya perubahan itu pun menyadari, bahwa upaya emansipasi
yang mereka tuntut tetap tidak akan meninggalkan berbagai tugas yang
diembannya di ranah domestik. Dengan kata lain, meskipun mereka ingin dan
dapat aktif di ranah publik, ranah domestik tetap akan menjadi tugas utama
mereka.
18
Ibid, hal.174
19
Saidul Amin, Pasang Surut Gerakan Feminism, Jurnal Marwah Vol. XII No. 2
Desember 2013 hal.147
23
memang ada ketidakadilan dalam relasi antara laki-laki dan perempuan, dalam
kesempatan kerja dan berusaha serta pendidikan yang tersedia di ranah publik.
Namun demikian, emansipasi yang dituju itu tidak sampai menolak kodratinya
yang memiliki sifat-sifat keibuan dan tidak meninggalkan fungsi sosial di ranah
menjadi norma. data ini menunjukkan peningkatan pesat dalam pendidikan bagi
20
Budi Rajab, Perempuan Dalam Modernisme Dan Postmodernisme, jurnal
Sosiohumaniora, Vol. 11, No. 3, November 2009, hal. 6
21
Ahn Jae Hee, Analysis of Changes in Female Education in Korea from an Education -
Labor Market Perspective, Asian Women Vol 27 no.2, 2011, hal. 114
24
bidang pendidikan, maka J.S. Mill dan Hariet Taylor melangkah lebih
harus sadar akan hak-hak sipil mereka dalam semua aktifitas kehidupan baik
ekonomi, politik dan lainnya Oleh karena itu, selain dengan meningkatkan
utama penindasan perempuan. Dengan kata lain, peran sosial laki-laki (misalnya,
kompetitif dan agresif) diberikan lebih banyak status sosial dan kekuasaan
liberal adalah untuk reformasi bertahap melalui advokasi untuk persamaan hak
penelitian ini, karena dilihat dari sudut pandang feminis liberal perlakuan yang
22
Saidul Amin, hal. 148
23
Amanda Burgess, Intersections of Race, Class, Gender, and Crime: Future Directions
for Feminist Criminology, Feminist Criminology Volume 1 Number 1 January 2006, hal. 29
25
perempuan terhadapterhadap hak-hak sipil dan alokasi sumber daya sosial seperti
pendidikan dan pekerjaan.Dalam hal ini, perempuan di Korea Selatan juga masih
perempuan dikarenakan oleh budaya dan cara pria dan wanita disosialisasikan
dalam budaya tersebut. Seperti yang kita tahu bahwa patriarki di Korea Selatan
masih sangat tinggi karena pengaruh konfusianisme yang telah lama mengakar.Di
bawah sistem diskriminasi yang parah ini, wanita dari dinasti Chosun dikurung di
menikah dilarang berbicara dengan pria manapun kecuali kerabat dekat pria, dan
setelah menikah dia dilarang keluar rumah tanpa izin dari suaminya.
(1392 - 1910), pembagian kerja didasarkan pada jenis kelamin. Sang suami
eksklusif dengan tugas mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga. Studi terbaru
keuangan.24
24
ParkInsook Han &Lee JayCho, hal. 132
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Antara lain, Ali dan Yusof mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai: “Any
penelitian kualitatif.
dan ketajaman penelitian kualitatif sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan
manusia, objek, dan institusi, serta hubungan atau interaksi di antara elemen-
25
Azham Md. Ali & Hamidah Yusof, Quality in Qualitative Studies: The Case of
Validity, Reliability and Generalizabilit, Issues in Social and Environmental Accounting Vol. 5,
No.1,2011, hal. 26
26
Yoni Ardianto, Memahami Metode Penelitian Kualitatif, Artikel Direktoral Jenderal
Kekayaan Negara, diakses dari
<https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12773/Memahami-Metode-Penelitian-
Kualitatif.html>, pada tanggal 9 Agustus 2020
27
sosial dan manusia yang bersifat interdisipliner, fokus pada berbagai metode,
kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian
Teknik pengumpulan terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder.
Data primer diartikan sebagai pengumpulan data langsung dari pihak atau
merupakan proses pengumpulan data dari data yang sudah ada dari dokumen
27
A.Anggito,&J. Setiawan, Metodologi penelitian kualitatif , CV Jejak, Sukabumi,
2018, hal. 9
28
2. Studi Dokumentasi
akan tetapi berupa kata-kata atau gambaran yang berasal dari hasil observasi,
lainnya.Atas dasar itulah maka analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif. Artinya analisis data bukan dengan angka-angka
melainkan dalam bentuk kata-kata, kalimat atau paragraf yang dinyatakan dalam
bentuk deskriptif.
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dengan
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung,
2008, hal. 333.
29
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
ataujawaban dari rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, yakni terkait
Bab ke-4 dari penelitian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian. Pada sub
organisasi internasional untuk kesetaraan gender. Dalam sub bab ini peneliti
hanya akan membahas konvensi CEDAW dan organisasi ILO sebagai salah satu
bahwa ada banyak macam diskriminasi dalam sektor ekonomi, mulai dari jumlah
pekerja perempuan, gaji yang tidak merata dengan jenis pekerjaan yang sama,
hingga penempatan kerja untuk perempuan. Dalam sub bab ini juga akan
dan masuknya UN Women serta peran UN Women di Korea dan kebjakan yang
apa yang diambil oleh UN Women dan pemerintah Korea untuk membantu
Internasional.
termasuk pendanaan yang tidak memadai dan tidak ada satu pun pendorong yang
pemberdayaan perempuan.
32
Umum PBB dengan suara nulat mengadopsi resolusi 64/2289 untuk pembentukan
empat bagian sistem PBB yang sebelumnya berbeda, yang berfokus secara
sistem PBB yang sebelumnya adalah, Divisi Kemajuan Wanita (Division for the
untuk Kemajuan Wanita (International Research and Training Institute for the
Gender dan Kemajuan Perempuan (Office of the Special Adviser on Gender Issues
29
UN Secretary-General’s envoy on youth, UN Women: The United Nations Entity for
Gender Equality and the Empowerment of Women, 2013, diakses dari
<https://www.un.org/youthenvoy/2013/07/un-women-the-united-nations-entity-for-gender-
equality-and-the-empowerment-of-women/>, pada tanggal 5 Januari 2021
33
Women/UNIFEM).30
umum pada pembukaan Majelis Umum ke-65 PBB para delegasi dari negara-
adalah:
seluruh sistem.
mandat yang sudah bentuk akan tetapi juga sebagai pemimpin yang
us/about-un-women#:~:text=In%20July%202010%2C%20the%20United,and%20the
%20empowerment%20of%20women> pada tanggal 7 Januari 2021
34
Women adalah untuk meningkatkan upaya yang dilakukan sistem PBB lainnya,
PBB.
Perburuhan Internasional (ILO) tentang kesetaraan gender. Sejalan dengan ini dan
dengan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa kesetaraan gender secara
berkelanjutan.31
diskriminasi tersebut.32
mereka, pada dasar kesetaraan pria dan wanita, hak asasi manusia dan
31
UN Women, Economic Empowerment Of Women, diakses dari
<https://www.unwomen.org/en/what-we-do/economic-empowerment>, pada tanggal 20 Agustus
2020
32
UN Women, CEDAW, diakses dari <https://www.un.org/womenwatch/daw/cedaw/>,
pada tanggal 19 April 2021
36
perempuan.33
memperebutkan pasar.
34
ILO, History of the ILO, diakses dari <https://www.ilo.org/global/about-the-
ilo/history/lang--en/index.htm>, pada tanggal 19 April 2021
38
ILO tetap relevan saat ini, termasuk pengaturan waktu kerja dan
utama, misalnya upah yang setara untuk pekerjaan yang memiliki nilai
bekerja sama dengan Ms. Bachelet dan tim UN Women. 36Di antara
35
Ibid
36
ILO, ILO Statement to the Third Committee of the 65th General Assembly, diakses dari
https://www.ilo.org/newyork/at-the-un/general-assembly/general-assembly-third-
committee/advancement-of-women/WCMS_210224/lang--en/index.htm , pada tanggal 19, April
2021
39
Perempuan ini ada tiga. Pertama, pekerjaan layak di bidang iptek harus
budaya Korea. Hal ini hampir merupakan hal yang biasa dalam studi Asia Timur
Timur". Dinasti Joseon yang menjadi dinasti terakhir dan paling lama berdiri sejak
tahun 1392 sampai 1910 membanggakan diri atas kepatuhan pada norma-norma
diri sendiri dan orang lain dan memungkinkan perempuan Korea Selatan memiliki
status dan otoritas hanya di dalam arena domestik. Meskipun Korea Selatan
dan warisan Konfusianisme di satu sisi dan pengaruh Barat melalui perubahan
ekonomi dan sosial di sisi lain, akan tetapi para sosiolog berpendapat bahwa nilai-
nilai Konfusianisme terus memberikan pengaruh yang lebih kuat pada budaya
Korea masih menganggap bahwa perempuan lebih baik diam dan mengurus ranah
domestik. Hal ini juga berpengaruh ketika perempuan ingin ikut terlibat dalam
gaji, jumlah angkatan pekerja perempuan yang lebih sedikit, dan penempatan
Sosial 2002 oleh Statistics Korea, 72,4% wanita memiliki persepsi itu. Temuan ini
juga didukung oleh Laporan Kesenjangan Gender Global dari World Economic
gender pada tahun 2013.40Pada tahun 2010, Korea National Statistical Office
perempuan dari tahun 1990-2010 di korea selatan. Sejak tahun 1990 sampai 2010
Growth: An Application Of The Theoretical Model Of Gender Inequality And Economic Growt,
hal 1
42
tenaga kerja Korea Selatan jauh lebih rendah daripada pekerjaan laki-laki. Tingkat
pekerja dan tingkat partisipasi perempuan Korea Selatan dalam angkatan kerja
adalah salah satu yang terendah di antara negara-negara anggota OECD. Hal ini
sebagian besar karena sebagian besar perempuan menarik diri dari angkatan kerja
akan mengurangi dampak negatif dari penuaan populasi yang cepat pada pasokan
tenaga kerja, dan pemerintah Korea telah mencoba berbagai langkah. Ini termasuk
yang lebih ramah keluarga, memperpanjang cuti orang tua, dan meningkatkan
negara OECD. Berdasarkan statistik OECD, pada tahun 2011, perbedaan LFPR
antara pria dan wanita adalah 23,4 poin persentase di Korea Selatan dibandingkan
11 poin persentase di Amerika Serikat, 12,5 poin persentase di Inggris, dan rata-
rata 17,5 poin persentase di semua negara-negara OECD. Pada tahun 2012, hanya
55% perempuan Korea dari usia 15 hingga 64 tahun yang masuk angkatan kerja
LFPR antara laki-laki dan perempuan adalah 23,4 poin. Kesenjangan gender yang
luas dalam LFPR di Korea telah berlangsung sejak lama. 42 Kesenjangan gender
yang lebar dalam LFPR di Republik Korea terus berlanjut dari waktu ke waktu.
yang berpendidikan tinggi. Pada tahun 2011, LFPR laki-laki dan perempuan
dengan gelar master atau lebih tinggi masing-masing adalah 80,6% dan 59,4%. Di
sisi lain, tingkat pekerjaan laki-laki dan perempuan dengan gelar sarjana masing-
masing adalah 58,7% dan 50%. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar setengah dari
angkatan kerja perempuan dan laki-laki akan tetapi juga terkait penempatan kerja
42
Jinyoung Kim, Gender Inequality and Economic Growth in Korea, ADB Economics
Working Paper Series No. 475, 2016, diakses
dari,<https://digitalcommons.ilr.cornell.edu/cgi/viewcontent.cgi?
referer=http://www.freefullpdf.com/index.html&httpsredir=1&article=1497&context=intl> pada
tanggal 19 Februari 2020
44
sebagai 'yeo-sawon' (staf perempuan), dan sering disebut sebagai 'bunga kantor'
dari' sa-won 'laki-laki (staf / karyawan), kata bunga kantor merangkum peran staf
mencerahkan suasana kantor yang kasar dan maskulin; untuk pekerjaan mereka
ditawari tugas yang terbatas dengan status rendah dan upah yang buruk. Peran
teratur di kantor yang terlibat dalam pekerjaan klerikal yang sederhana dan
memiliki pekerjaan bergaji tinggi (seperti posisi manajerial) dan lebih mungkin
dan lebih sedikit kesempatan untuk mendapatkan pelatihan dan promosi. Pada
tahun 2018, misalnya, pangsa perempuan dalam posisi manajerial berkisar 15% di
43
Park Matthews, Development, Culture and Gender in Korea: A Sociological Study of
Female Office Employees in Chaebol, Thesis, 2005, hal.2
44
Gender Equality Discussion within the G20
45
sering terjadi antara pria dan perempuan di Korea dan menjadi salah satu contoh
ketidaksetaraan gender dalam bidang ekonomi yang meluas. Pada tahun 1980,
upah perempuan di bidang manufaktur rata-rata hanya 44,5 persen dari upah laki-
laki; kesenjangan upah 55,5 persen ini melampaui negara lain mana pun yang
Korea untuk semua kelompok pendidikan sebenarnya telah melebar selama tahun
bahwa selama pertengahan 1980-an, perempuan hanya memperoleh 44% dari apa
bahwa laki-laki berpenghasilan dari 33,6% menjadi 46,9% lebih banyak daripada
tenaga kerja.46
Analisis Jung dan Choi (2004) dari data pendapatan tahun 1997 dan 2001
45
Park Matthews, hal.4
46
Fang Lee Cooke, Women’s participation in employment in Asia: a comparative analysis
of China, India, Japan and South Korea, hal. 2258
46
manufaktur dan jasa di Korea menegaskan adanya diskriminasi upah gender yang
substansial, terutama di industri non akademik dan pekerjaan intensif. Baru pada
peraturan ini masih dipertanyakan. Upah perempuan masih hanya 63,3% dan
63,2% dari upah laki-laki masing-masing pada tahun 1999 dan 2002. Selain itu,
Pada tahun 2010, upah bulanan rata-rata (total gaji bulanan dan bagian
bulanan dari bonus tahunan) dilaporkan sebesar 2 juta won Korea untuk wanita
dibandingkan untuk pria sebesar 3,2 juta won (Survei Kondisi Tenaga Kerja
Kerja). Hal ini membuktikan bahwa wanita Korea rata-rata hanya berpenghasilan
Korea, karena rasio upah perempuan-laki-laki hanya 0,47 pada tahun 1985 tetapi
meningkat menjadi 0,63 pada tahun 2000. Bagi perempuan dengan pendidikan
tinggi, kesenjangan gender dalam upah lebih sempit tetapi masih cukup besar.
Pada tahun 2010, wanita dengan gelar sarjana atau lebih tinggi memperoleh
47
Ibid
47
sekitar 66% dari apa yang diperoleh pria dengan kualifikasi akademis yang sama
memberi penghargaan kepada pria yang bertugas militer dengan gaji lebih tinggi
dengan menerima masa dinas militer (sekarang 18 bulan) sebagai masa kerja di
tahun sebelumnya, kesenjangan upah awal ini melebar seiring bertambahnya masa
terakhir, di beberapa bagian Eropa dan Amerika Utara serta Asia Timur dan
Tenggara, transisi dari tingkat kesuburan yang sudah rendah ke tingkat yang lebih
rendah merupakan hasil dari pergeseran dalam proses sosial-budaya dan ekonomi.
angkatan kerja belum diimbangi dengan dukungan negara untuk pengasuhan anak;
akibatnya, perempuan memilih untuk memiliki lebih sedikit anak, atau tidak sama
sekali.
48
Jinyoung Kim, Jong-Wha Lee, and Kwanho Shin, Impact Of Gender Inequality On The
Republic Of Korea’s Long-Term Economic Growth: An Application Of The Theoretical Model
Of Gender Inequality And Economic Growt, ADB Economics Working Paper Series No. 473,
2016, hal 6
49
Selim Choi, hal 13
48
dengan anak, mahasiswa perempuan memilih untuk tidak memiliki anak sama
sekali atau paling banyak hanya satu anak. Kesuburan rendah ditopang oleh
bersalin, orang tua atau pengangguran, sehubungan dengan rasa hormat dan
mengambil bagian yang lebih besar dari perawatan tidak berbayar dan pekerjaan
rumah tangga.
pasar (tenaga kerja). Lebih jauh, feminis liberal juga sebagian besar menerima
49
bahwa apa yang terjadi di rumah adalah masalah pribadi untuk dinegosiasikan
antara suami dan istri. Akibatnya, para ahli teori dari persuasi ini berpendapat
privat.
kelompok tidak secara bawaan kurang berbakat atau kurang rajin dibandingkan
laki-laki tetapi tidak diberi kesempatan hanya karena jenis kelamin mereka.
dalam pekerjaan di pasar tenaga kerja sebagai mekanisme yang dirancang untuk
mengeluarkan perempuan dari pasar tenaga kerja. Doktrin feminis liberal terletak
yang tersedia bagi mereka yang 'diperkuat' oleh masyarakat yang lebih luas.
Meritokrasi adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk
50
memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan, senioritas, dan sebagainya.
51
M. Bittman, Family and Gender, International Encyclopedia of the Social & Behavioral
Sciences, 2001
50
yang tidak adil dapat dibalik hanya dengan memberikan model peran yang lebih
mengalokasikan waktu dan uang secara rasional antara bidang pekerjaan berbayar,
pekerjaan tak berbayar, dan waktu luang. Becker mengklaim bahwa perbedaan
Hal ini mengarah pada situasi di mana upah laki-laki pada umumnya lebih tinggi
daripada perempuan, dan alokasi tambahan waktu laki-laki untuk pekerjaan rumah
dihabiskan dalam pekerjaan tak berbayar di rumah lebih rendah, karena biaya
pendapatan yang hilang lebih kecil. Pemikiran ini mengarah pada klaim bahwa
yang tidak memihak antara kepentingan kelompok yang berbeda yang berasl dari
teori pluralisme negara. Mereka menyadari bahwa negara itu didominasi oleh
52
Ibid
51
tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat didominasi kuat oleh
kepentingan dan pengaruh kaum pria tadi. Singkatnya, negara adalah cerminan
dari kelompok kepentingan yang memang memiliki kendali atas negara tersebut.53
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai “Feminisme Kekuatan” yang
haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada
dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan wanita pada
posisi subordinat.
53
Siti Dana Panti Retnani, Feminisme Dalam Perkembangan Aliran Pemikiran Dan
Hukum Di Indonesia, E-journal Universitas Kristen Satya Wacana, hal. 99, diakses dari
<https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.uksw.edu/alethea/article/download/2518/1176/&ve
d=2ahUKEwiMup3KjY_xAhXTZCsKHTVtCFkQFjADegQICRAC&usg=AOvVaw0fpw8zfPCeL
IKmUL2sN-dn>, pada tanggal 11 Juni 2021
52
sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya
terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada
abad 18 sering muncul tuntutan agar perempuan mendapat pendidikan yang sama,
personal.54
Korea Selatan yang didirikan sebelum Perang Dunia II dan pasca 1945, sebagian
besar kelompok ini tidak hanya berfokus pada hak-hak perempuan sampai
ditelusuri kembali ke minjung undong atau gerakan massa rakyat Korea Selatan.
Seiring dengan berkembangnya gerakan minjung, begitu pula fokus pada hak-hak
adanya masalah terkait ekspoitasi buruh yang terjadi, gerakan minjung menjadi
lebih berfokus terhadap masalah buruh ataupun pekerja perempuan, dimana baik
55
Ririn Darini, Park Chung-Hee Dan Keajaiban Ekonomi Korea Selatan, MOZAIK,
Volume V Nomor 1, Januari 2010, hal 22
53
kolonialisme Jepang di Korea Selatan dan berlanjut hingga tahun 1961 sampai
dari gerakan ini. Selama tahun 1961–1979 atau rezim Jenderal Park Chung Hee,
pekerja pabrik wanita di Korea Selatan (yo 'kong 57). Mereka menderita kondisi
kerja yang buruk, seperti tinggal di asrama dimana kasur dibagi antara dua shift
pekerja dan bekerja di pabrik dimana satu lantai dibagi menjadi dua. Mereka juga
Laju industrialisasi yang pesat pada tahun 1960-an, 1970-an, dan 1980-an
menciptakan pekerja berupah begitu cepat. Proporsi upah dan gaji pekerja dalam
angkatan kerja meningkat dari 31,5 persen pada tahun 1963 menjadi 54,2 persen
pada tahun 1985. Tenaga kerja industri sendiri meningkat dari 10 persen
angkatan kerja pada tahun 1965 menjadi 23 persen pada tahun 1983. Tenaga kerja
ini dimulai untuk membangun gerakan buruh baru di awal tahun 1970-an.
Gejolak pertama dimulai pada apa yang kemudian menjadi 'ujung tombak'
industrialisasi Korea Selatan, yaitu para pedagang tekstil dan garmen di Kompleks
Pasar Perdamaian Seoul.Gerakan ini menjadi terkenal pada tahun 1970, setelah
56
Nicola Anne Jones, Gender and the Political Opportunities of Democratization in South
Korea, Palgrave Macmillan, New York, 2006, hal 46
57
Yo 'kong adalah gadis-gadis dari pedesaan yang bekerja di pabrik elektronik, tekstil,
garmen, plastik, dan pengolahan makanan.
54
untuk penegakan standar minimum kondisi kerja yang sah. Ketika permohonan
Perdamaian Seoul sampai ditutup pada bulan Januari tahun 1991 oleh Jenderal
universitas wanita pertama di Korea Selatan. Pada tahun 1985, muncul aksi
minjung, memainkan peran penting dalam gerakan buruh di tahun 1970-an dan
payung yang berafiliasi dengan 7 cabang dan 30 organisasi anggota yang berjuang
antara kelompok perempuan. Pencapaian pertama dari KWAU terjadi pada tahun
mengenai operator telepon perempuan yang harus pensiun pada usia 25 tahun.61
Korea Selatan. Asosiasi Pekerja Wanita di tingkat daerah telah bekerja sama sejak
tahun 1989. Kemudian Persatuan Pekerja Wanita Korea (Korean Women Workers
perempuan.62
Para pekerja perempuan ini berjuang melawan kesenjangan gaji dan tugas-tugas
seksis (seperti membawa kopi dan membeli rokok untuk rekan kerja dan atasan
laki-laki).
Selatan melakukan banyak cara termasuk dengan cara ikut serta membentuk dan
permasalahan terkait gender yang ada. Maka dari itu diperlukan bantuan
internasional sebagai salah satu aktor luar turut hadir dalam membantu
57
2014-2017, dan 2018-2021. Dalam isi dari Report Executive Board of the
fokus dalam enam prioritas atau fokus utama yang diantaranya: (1)
63
United Nations, United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of
Women strategic plan, 2014-2017 “Making this the century for women and gender equality” ,
Executive Board of the United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of
Women, 2013, hal 8
59
dari segala bentuk kekerasan; dan (5) Perempuan dan anak perempuan
yang sama dari pencegahan bencana alam dan konflik serta aksi
kemanusiaan.64
perempuan yang akan hamil ataupun sudah memiliki anak agar dapat
64
UN Women, UN Women Strategic Plan 2018–2021, 2017 diakses dari ,
https://www.unwomen.org/en/digital-library/publications/2017/8/un-women-strategic-plan-2018-
2021 , 2017, 3 maret 2021
60
SDGs terkait gender di Korea Selatan, tugas yang menjadi komitmen kuat
dan sebagai isu lintas sektor dalam SDGs. Dari sini, dapat dikatakan
66
UN Women ASIA and The Pacific, Korea Women’s Development Institute (KWDI)
says ‘No’ to Violence against Women: Interview with Dr. Myung-Sun Lee, President of KWDI,
diakses dari <https://asiapacific.unwomen.org/en/news-and-events/stories/2016/12/interview-with-
dr-myung-sun-lee>, pada tanggal 27 Juni 2021
62
September tahun 2016. Apalagi, dua artikel yang ditulis oleh UN Women
and Safe Public Spaces for Women and Girls, ada dua inisiatif yang saat
ini dilakukan di Korea Selatan. Salah satunya adalah Proyek Kota Aman
adalah Kota Ramah Perempuan. Kota Ramah Wanita adalah inisiatif yang
KWDI, ada pakar kebijakan dan peneliti yang ikut serta dalam membentuk
diekspresikan dengan jelas melalui pembentukan pusat ini, yang pada saat
global.68
itu, ini akan menjadi platform di mana UN Women dan pemerintah Korea
kawasan Asia-Pasifik.
for Gender Equality (UN Women CGE) pada tanggal 23 Juni (Rabu), 2021
68
Ministry of Gender Equality And Family (MOGEF) News, UN Women Centre of
Excellence for Gender Equality to be established in Korea, diakses dari
<http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001>, pada tanggal 30 Juni 2021
64
kerja sama berlaku selama lima tahun sejak tanggal penandatanganan oleh
timbal balik yang telah berlangsung selama sepuluh tahun sejak berdirinya
69
Ibid
65
antara perempuan dan laki-laki untuk pekerjaan dengan nilai yang sama
menjadi kenyataan.
sama pada tahun 2030. Pertukaran kebijakan antar negara anggota, berbagi
66
yang kuat akan menjadi area prioritas seiring dengan kemajuan koalisi.
ini.70
Prinsip upah yang sama untuk pekerjaan dengan nilai yang sama
lebih sering berada dalam pekerjaan rentan dan informal daripada pekerja
laki-laki dan lebih seringkali kurang memiliki bahkan tidak memiliki akses
yang setara, kesetaraan gender tidak dapat dicapai tanpa upah yang sama
formal hanya memperoleh setengah dari jumlah yang didapat oleh laki-
industri, pekerjaan dan lokasi, kesenjangan upah gender ini tetap 'tidak
kerja. Saat ini, tempat kerja dengan kurang dari lima pekerja penuh waktu
telah dibebaskan dari ketentuan. Pada tahun yang sama (2018), tempat
Childcare Policy
penuh waktu, yang melibatkan jam kerja yang panjang dan / atau
72
Equal Pay International Coalition, The Republic of Korea, diakses darri
<https://www.equalpayinternationalcoalition.org/members/the-republic-of-korea/#:~:text=The
%20Republic%20of%20Korea,relevance%20to%20the%20country%20below. > pada tanggal 4
April 2021
69
terbatas pada, cuti orang tua berbayar untuk semua orang tua tanpa
pengasuhan anak yang berkualitas dan terjangkau; dan hibah anak untuk
semua staf.73
satu tidak perlu dipilih di atas yang lain. Kebijakan yang ramah keluarga
73
UN Women, Joint statement: One UN for family leave and childcare, diakses dari
<https://www.unwomen.org/en/news/stories/2019/5/statement-joint-one-un-for-family-leave-and-
childcare> pada tanggal 4 April 2021
70
keterlibatan ayah yang lebih besar dalam pengasuhan anak, hal ini
bentuk kemungkinan perekrutan atau promosi yang lebih rendah, gaji yang
lebih rendah, dan kompetensi dan komitmen yang dirasakan lebih rendah -
berkurang dalam hal lintasan karier dalam organisasi di mana kedua orang
mencerminkan praktik dengan fokus pada: Dua puluh empat minggu cuti
orang tua berbayar untuk kedua orang tua; Ruang perawatan dan
selama 1000 hari pertama; dan Perlakuan dan penghormatan yang sama
74
Ibid
71
bayi telah ditetapkan (Pasal 6); pengasuh bayi didiskualifikasi jika terjadi
Perempuan” akan ditingkatkan dari 100 menjadi 120 pusat dan jumlah
penempatan kerja, layanan tindak lanjut setelah bekerja bagi para wanita
perempuan yang putus karirnya sebesar 28,3 miliar won pada 2012
75
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
<http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001> pada tanggal 6 April 2021
73
setelah sekolah untuk anak-anak sekolah dasar akan ditingkatkan dari 480
jam (2 jam / hari) menjadi 720 jam (3 jam / hari), dan jumlah keluarga
yang akan mendapat manfaat dari layanan pengasuhan anak paruh waktu
keluarga pasangan yang bekerja sebesar 43,5 miliar won pada 2012
akan meningkat dari 50.000 won / bulan menjadi 70.000 won / bulan.
miliar won pada tahun 2012 ditingkatkan menjadi 48,7 miliar pada tahun
2013.
seorang karyawan dengan anak yang berusia delapan tahun atau lebih
muda, atau yang duduk di kelas dua atau lebih rendah di sekolah dasar,
berhak atas satu tahun cuti penitipan anak dan pengurangan jam kerja,
76
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001 pada tanggal 6 April 2021
74
tahun cuti penitipan anak tidak berhak atas pengurangan jam kerja lebih
memenuhi syarat dapat mengambil satu tahun cuti untuk penitipan anak
per anak yang memenuhi syarat dan satu tahun lagi pengurangan jam kerja
untuk penitipan anak untuk anak yang sama. Selain itu, periode cuti
pengurangan jam.
lima jam per hari daripada dua hingga lima jam per hari yang diizinkan
80 persen dari gaji biasa mereka, dibatasi pada 1.500.000 won Korea per
menjadi 100 persen dari gaji biasa karyawan untuk lima jam pengurangan
pertama setiap minggu, dibatasi pada 2.000.000 won Korea per bulan.
Jumlah subsidi untuk pengurangan jam yang melebihi lima jam pertama
75
tetap sama (yaitu, maksimum 80 persen dari gaji biasa, dibatasi pada
ayah dan cuti perawatan anak dan memberi karyawan hak untuk cuti
dengan alasan yang lebih luas. Sebelum amandemen cuti ayah, yang mulai
hingga lima hari cuti ayah, dengan hanya tiga hari pertama sebagai cuti
lima hari cuti ayah. Sebelumnya tidak ada subsidi yang tersedia untuk cuti
ayah dan akibatnya majikan menanggung beban penuh dari tiga hari
orang tua selama periode waktu yang berkelanjutan. Ini mungkin termasuk
dibayar. Waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan rumah tangga yang tidak
punggung tak terlihat dari semua sistem LTC. Dalam kasus pria yang lebih
sementara non-kerabat (28 persen), pasangan (18 persen) dan kerabat laki-
manfaat bagi populasi lansia yang miskin. Lansia yang secara fisik
rumah atau binatu. Makanan disediakan di ruang makan warga senior dan
bahkan dikirim untuk mereka yang tidak dapat datang ke lokasi layanan
80
Borgenproject, Elderly Poverty In South Korea, diakses dari <Elderly Poverty In South
Korea, https://borgenproject.org/elderly-poverty-in-south-korea/> , diakses pada tanggal 7 April
2021
78
membantu warga lanjut usia serta kelompok rentan lainnya. Program ini
Selain itu, 12 juta won (hampir $ 12.000) akan diberikan sebagai subsidi
untuk warga lanjut usia yang terus tinggal di Program Peduli Komunitas.83
81
Rumah perak adalah istilah yang hanya digunakan di Korea dan mengacu pada unit
apartemen bertingkat tinggi dengan kepadatan tinggi untuk lansia.
82
Silvereco, S. Korea Is Taking Steps To Improve Care And Support For Seniors Living
At Home, 2018 diakses dari <http://www.silvereco.org/en/s-korea-is-taking-steps-to-improve-care-
and-support-for-seniors-living-at-home/>, pada tanggal 7 April 2021
83
Borgenproject
79
meliputi: Lebih banyak cuti berbayar untuk ayah; Lebih banyak pilihan
untuk alokasi cuti penitipan anak; Cuti perawatan keluarga yang lebih
hingga tiga kali dalam setahun. Dari hak cuti perawatan keluarga selama
satu hari (yaitu, satu hari pada satu waktu. dari 30 hari yang berdekatan).
merawat kakek atau cucu; saat ini, hanya orang tua, mertua, pasangan dan
dengan 300 karyawan atau lebih dan sebagian besar pemberi kerja yang
84
SHRM, South Korea: New Leave Entitlements Granted
80
yang berusia 55 atau lebih) dan untuk studi akademis. Ini akan menjadi
instrumen dapat berlaku sebagai alat yang efektif untuk memberikan hasil
yang tepat untuk masalah yang sedang dihadapi oleh negara. Korea
85
Clive Archer, International Organization 3rd Edition, Routeledge; Londonand
Newyork, 2001, hal 69
82
percaya bahwa kerja sama dapat menghasilkan manfaat baru dan bahwa
memberikan ruang bagi UN Women untuk bertindak dalam isu ini karena
86
Clive Archer, International Organization, hal 73
83
masing dan kebebasan di forum publik yang lebih terbuka daripada yang
berfungsi sebagai forum yang tepat sebagai arena dan kerja sama antara
yang turut ikut serta dalam dinamika hubungan internasional. Dalam hal
negara. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh yang diberikan oleh PBB
dari itu, agar sebuah organisasi internasional dapat dianggap sebagai aktor,
kondisi yang terjadi dalam suatu negara, tidak menangkal perannya sebuah
88
Ibid
87
dalam bidang ekonomi di Korea Selatan sendiri dapat kita lihat dari gambar 2
88
bahwa sebelum hadirnya UN Women ke Korea Selatan, yakni pada tahun 2011
perempuan di Korea Selatan adalah 53,5 persen. Meskipun persentase ini lebih
OECD. Akan tetapi hal ini tetap menunjukkan adanya peningkatan dalam jumlah
pada tahun 2019, rasio perbandingan gaji pekerja perempuan dengan pekerja laki-
laki adalah sebesar 67,8 persen. Perempuan semakin banyak yang bekerja di
Korea Selatan dan menerima gaji yang lebih dalam beberapa tahun terakhir,
meskipun untuk jam kerja mereka lebih sedikit ketimbang laki-laki. Statistik
masih menunjukkan bahwa rata-rata pekerja perempuan mencatat jam kerja lebih
bekerja setelah cuti meningkat pada tahun 2019. Kembalinya para pekerja
perempuan setelah cuti diabantu oleh adanya kebijakan yang diterapkan oleh
sosial di Korea Selatan. Alasan utama pekerja perempuan berenti dari pekejaan
utama mereka adalah untuk mengurus anak ataupun karena menikah. Pada saat
masa pemerintahan presiden Moon Jae-in wanita yang sudah menikah didorong
untuk perawatan anak dan perluasan cuti berbayar untuk suami. Pada bulan Juli
pekerjaan setelah istirahat tiga tahun atau lebih, sementara perusahaan yang
91
Korean JoongAng Daily, More women go back to work after marriage, diakses
dari<https://koreajoongangdaily.joins.com/2019/11/26/economy/More-women-go-back-to-work-
after-marriage/3070774.html >pada tanggal 6 April 2021
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Gender ditentukan oleh konsepsi tugas, fungsi dan peran yang dikaitkan
dengan perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dan dalam kehidupan publik
dan pribadi. Dengan adanya konsep gender, maka lahirlah ketidaksetaraan gender.
perempuan terjadi dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pekerjaan.
yang ada dalam masyarakat menjadi salah satu pemicu diskriminasi ini, dan Korea
Selatan merupakan salah satu negara dengan budaya patriarki tertinggi di Asia
Timur.
Dalam kasus diskriminasi di Korea Selatan hal ini juga dipicu oleh norma
terhadap usia dan otoritas. Konfusianisme sudah ada di Korea Selatan sejak
agama, sistem sosial, politik dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Salah
92
satu tema khusus dalam ajaran ini di Korea Selatan adalah patriarki, di mana
ditantang oleh siapa pun yang statusnya lebih rendah. Peran perempuan adalah
menaati laki-laki: "ayah mereka sebelum mereka menikah, dan suami mereka
setelah menikah.
kehidupan rumah tangga. Akan tetapi, hal ini juga merambat ke berbagai aspek
kehidupan perempuan. Salah satunya yaitu dalam aspek ekonomi dan ruang
penempatan kerja yang tidak rata, jumlah gaji yang diterima, cuti tidak berbayar,
dengan pihak luar. Dalam penelitian ini, Korea Selatan bekerjasama dengan UN
Women. Un Women merupakan salah satu entitas PBB yang dikhususkan untuk
di dunia.
lainnya untuk masalah kesetaraan gender bagi seluruh perempuan dan anak-anak
anak, dan juga kebijakan untuk elderly. Adapun kerjasama yang terjalin anatara
berpengaruh dalam waktu dekat, akan tetapi dampaknya akan lebih terlihat dalam
waktu panjang.
5.1 Saran
BUKU
Jurnal
Azham Md. Ali dan Yusof Hamidah. (2011). Quality in Qualitative Studies: The
Case of Validity, Reliability and Generalizabilit. Journal of Issues in
Social and Environmental Accounting Vol. 5, No.1
Amin, S. (2013). Pasang Surut Gerakan Feminism, Jurnal Marwah Vol. XII No. 2
Claude, L. dan Oscar, C. (2020). Gender Equality Discussion within the G20.
SSRN Electronic Journal
Cooke,F.L.(2010). Women’s participation in employment in Asia: a comparative
analysis of China, India, Japan and South Korea, The International
Journal of Human Resource Management
Insook, Han.P dan Jay Cho Lee. (1995). Confucianism and the Korean Family,
Journal of Comparative Family Studies, Vol. 26, No. 1, Families In Asia :
Beliefs And Realities
Joohee Lee. (2017). More Protection, Still Gendered: The Effects of Non-
Standard Employment Protection Acts on South Korean Women Worker,
Journal Of Contemporary Asia VOL. 47, NO. 1 hal. 46–65
Kim Jinyoung dan Lee Jonghwa dan Shin Kwanho.(2016). Impact Of Gender
Inequality On The Republic Of Korea’s Long-Term Economic Growth:
An Application Of The Theoretical Model Of Gender Inequality And
Economic Growt. ADB Economics Working Papers Series.
Lee, Hyun.H. (2012). Growth Policy and Inequality in Developing Asia: Lesson
from Korea, ERIA Discussion Paper Series
Olivia Kim. (2018). South Korea Maternity Leave: How U.S. Law Could Be Less
Burdensome To Employers And Provide More Protection For Women In
The Workplace. Southwestern Journal Of International Law vol. 24.
Selim ,C. (2019). Gender Wage Gap in Korea in Lifecycle Perspective, Japan
Labor Issues , vol.3, no.17.
Siti Dana P.R. Feminisme Dalam Perkembangan Aliran Pemikiran Dan Hukum
Di Indonesia, E-journal Universitas Kristen Satya Wacana, Hal.95-109
Soyeon, K. dan Fred B. Bryant. (2017). The influence of gender and cultural
values on savoring in Korean undergraduates. International Journal of
Wellbeing.
United Nations. (2013). United Nations Entity for Gender Equality and the
Empowerment of Women strategic plan, 2014-2017 “Making this the
century for women and gender equality” , Executive Board of the United
Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women.
ILO, ILO Statement to the Third Committee of the 65th General Assembly, diakses
dari https://www.ilo.org/newyork/at-the-un/general-assembly/general-
assembly-third-committee/advancement-of-women/WCMS_210224/lang--
en/index.htm , pada tanggal 19, April 2021
ILO, ILO Statement to the 55th Commission on the Status of Women, diakses dari
https://www.ilo.org/newyork/at-the-un/commission-on-the-status-of-
women/WCMS_209383/lang--en/index.htm , pada tanggal 19 April 2021
Korean JoongAng Daily, More women go back to work after marriage, diakses
dari <https://koreajoongangdaily.joins.com/2019/11/26/economy/More-
women-go-back-to-work-after-marriage/3070774.html > pada tanggal 6
April 2021
Lumen, Gender Inequality, diakses dari
<https://courses.lumenlearning.com/culturalanthropology/chapter/gender
inequality/>, pada tanggal 20 Agustus 2020
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001 pada
tanggal 6 April 2021
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
<http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001> pada
tanggal 6 April 2021
Ock Hyun-ju, 9 in 10 women say Korea is sexist: survey, The Korea Herald,
<http://www.koreaherald.com/view.php?
ud=20170928000604&ACE_SEARCH=1>, 2017, pada tanggal 1 Juli
2019
Silvereco, S. Korea Is Taking Steps To Improve Care And Support For Seniors
Living At Home, 2018 diakses dari <http://www.silvereco.org/en/s-korea-
is-taking-steps-to-improve-care-and-support-for-seniors-living-at-home/>,
pada tanggal 7 April 2021
Statista, Female to Male Earnings Ratio South Korea 2010-2019, diakses dari
<https://www.statista.com/statistics/641812/south-korea-gender-pay-gap/>
pada tanggal 7 April 2021
UN Women Asia and the Pacific, ILO, UN Women and the OECD launch
International Coalition to boost equal pay for women at work in Asia and
the Pacific, diakses dari <https://asiapacific.unwomen.org/en/news-and-
events/stories/2018/01/ilo-un-women-and-the-oecd-launch-international-
coalition-to-boost-equal-pay> pada tanggal 4 April 2021
UN Women, Joint statement: One UN for family leave and childcare, diakses dari
<https://www.unwomen.org/en/news/stories/2019/5/statement-joint-one-
un-for-family-leave-and-childcare> pada tanggal 4 April 2021
Yutang Jin. 2016 The Issue of Gender Equality in Confucian Culture. Dikutip dari
<https://blogs.lse.ac.uk/gender/2016/01/18/the-issue-of-gender-equality-
in-confucian-culture/>pada tanggal 30 Juni 2019
Tesis
Park Matthews, Nan-Yeong (2005) “Development, culture and gender in Korea:
A sociological study of female office employees in chaebol”. PhD thesis,
London School of Economics and Political Science (United Kingdom).