Anda di halaman 1dari 79

MEKANISME KLAIM DANA TABARRU’ BAGI NASABAH PEMEGANG

POLIS (STUDI KASUS PT. ASURANSI JIWA SYARIAH BUMIPUTERA


CABANG MATARAM)

Oleh
AMIRUS SORIF
NIM. 1502131725

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGARI MATARAM
MATARAM
2019
MEKANISME KLAIM DANA TABARRU’ BAGI NASABAH PEMEGANG
POLIS (STUDI KASUS PT. ASURANSI JIWA SYARIAH BUMIPUTERA
CABANG MATARAM)
Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negri (UIN) Mataram


untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Ekonomi

Oleh
AMIRUS SORIF
NIM. 1502131725

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGARI MATARAM
MATARAM
2019
iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Amirus Sorif, NIM: 1502131725 dengan judul “Mekanisme Klaim
Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang Polis (studi kasus PT. Asuransi Jiwa
Syariah Bumiputera Cabang Mataram)” telah memenuhi syarat dan disetujui
untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 14 November 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag Din Hary Fitriady, M.Ag


NIP. 197111041997031001 NIP. 19711118200511002
iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 14 November 2019

Hal : Ujian Skripsi

Yang Terhormat
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.


Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami
berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Amirus Sorif
NIM : 1502131725
Jurusan/Prodi : Ekonomi Syariah
Judul : Mekanisme Klaim Dana Tabarru’ Bagi Nasabah
Pemegang Polis (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa Syariah
Bumiputera Cabang Mataram).
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skipsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar
skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag Din Hary Fitriady, M.Ag


NIP. 197111041997031001 NIP. 19711118200511002
v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini


Nama : Amirus Sorif
Nim : 1502131725
Jurusan : Ekonmi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Mekanisme Klaim Dana Tabarru’ Bagi
Nasabah Pemegang Polis (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera
Cabang Mataram)” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebelumnya. Jika saya terbukti
melakukan plagiat tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi yang telah
ditetapkan oleh lembaga.

Mataram, 14 November 2019


Saya yang menyatakan

AMIRUS SORIF
vi

PENGESAHAN

Skripsi oleh: Amirus Sorif, NIM: 1502131725 dengan judul “Mekanisme Klaim
Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang Polis (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa
Syariah Bumiputera Cabang Mataram)” telah dipertahankan di depan dewan
penguji Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Mataram pada tanggal 5 Desember 2019

Dewan Penguji

Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag


( Ketua Sidang/Pemb. I )

Din Hary Fitriady, M.Ag


( Sekretaris Sidang/Pemb. II )

Dr. H. M. Zaidi Abdad, M. Ag


( Penguji I )

Any Tsalasatul Fitriyah, M. Si


( Penguji II )

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag


NIP. 197111041997031001
vii

MOTTO

    


“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian
sendiri”
(QS. Al-Isra:7)

PERSEMBAHAN
viii

“Kupersembahkan Skripsi ini untuk Almamaterku,


semua guru-guru dan Dosenku, Ibuku Rohani,
Bapak ku Aminulloh, Kakak-kakakku, keluarga besarku yang sangat
saya cintai, terimaksih atas supportnya selama ini”

KATA PENGANTAR
ix

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah serta inayahnya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi

Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat dan semua pengikutnya. Aamin.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari, bahwa proses menyelesaikan

Skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis memberikan penghargaan setinggi tingginya dan ucapan

terimakasih sebanyak banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu

mereka antara lain adalah:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mutawalli, M. Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang

telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi

bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama dikampus tanpa

pernah selesai.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag selaku pembimbing I dan Bapak

Din Hary Fitriady M. Ag selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi dan mengkoreksi

secara mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya

dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih mateng dan cepat

selesai;

4. Bapak/ibu dosen penguji yang telah meberikan saran konstruktif bagi

penyempurnaan skripsi ini;


x

5. H. Bahrur Rosyid, MM. Selaku ketua jurusan ekonomi islam;

6. Ibu Siti Nurul Khaerani, MM selaku wali dosen yang selalu membimbing,

memberi arahan dan memotivasi.

7. Bapak dan ibu dosen pengajar Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi penulis.

8. Kedua orang tuaku tercinta Rohani dan Aminulloh, penulis sampaikan

terimakasih yang sebesar-besarnya atas do’a, motivasi, semangat yang tak

henti-hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya.

9. Teruntuk keluarga besar ku di rumah Pak De ku Wahidudin, Paman ku

Samsul Basri, Nenek ku Mu’adah, Buk De ku Suniah, Rakyah, Bibik ku

Heriyah, Kakak Misan ku Wazir Rosyidi S. H.I dan Istri dan saudari

kandungku satu-satunya Qurratul Uyun, yang setia dan selalu memberikan

suport dan dukungannya baik berupa doa dan dana.

10. Teruntuk keluarga besar ku yang di Mataram, Nenek ku Johariah dan

Kakek ku M. Saleh, Paman ku Zakarullah, Aminullah, Uben dan Bibik ku

Juhaeriah

11. Teman-teman kelas G, khususnya, Suriadi S.E, Miftahul Padli, Heriadi

S.E, M. Andika Yuda Pratama S.E, Karyawan, Iwan Rahmadin,

Muhsinatun Hidayati, Rosyidayanti, Yuni Astuti dan lain-lain yang penulis

tidak bisa sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kalian semua, yang

telah menggoreskan memori terindah selama masa perkuliahan.


xi

12. Kepada keluarga besar bapak Suhaili dan Ibu Asyiah yang telah berperan

layaknya orang tua bagi penulis.

13. Kepada Organisasiku Pemuda Batur Bajang Majidi (BBM) Kreatif,

Organisasiku PMII dan Sahabat/iku terimakasih atas pengkaderanya

selama saya berperoses.

Mataram, 11 November 2019

Penulis

AMIRUS SORIF
xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................
HALAMAN JUDUL................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH...................................................
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................................
PENGESAHAN........................................................................................................
MOTTO....................................................................................................................
PERSEMBAHAN.....................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ABSTRAK................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................4
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian.........................................................5
E. Telaah Pustaka................................................................................................5
F. Kerangka Teori...............................................................................................9
1. Akad Tabarru’.............................................................................................9
2. Asuransi Syariah.......................................................................................11
G. Metode Penelitian.........................................................................................28
1. Pendekatan atau Jenis Penelitian.............................................................29
2. Tehnik Pengumpulan Data......................................................................29
3. Jenis dan Sumber Data.............................................................................31
4. Analisis Data.............................................................................................32
H. Sistematika Pembahasan..............................................................................34
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum PT.Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera.......................36
1. Sejarah PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Cabang Mataram......36
xiii

5. Struktur Organisasi PT. Asuransi Jiwa Syariah (AJS) Bumiputera


Cabang Mataram.......................................................................................38
6. Produk-Produk PT.Auransi Jiwa Syariah Cabang Mataram................43
7. Visi dan Misi PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera.........................45
B. Mekanisme Penyelesaian Klaim Dana Tabarru’ Bagi Nasabah
Pemegang Polis.............................................................................................46
C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi dalam Proses Penyelesaian Klaim
Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang Polis.........................................49
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Mekanisme Klaim Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang
Polis PT. Asuransi Jiwa Syariah Cabang Mataram...................................54
D. Analisis Hambatan yang Dihadapi dalam Proses Penyelesaian Klaim
Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang Polis Di PT. Asuransi Jiwa
Syariah Bumiputera Cabang Mataram.......................................................58
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................63
E. Saran...............................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kehidupan manusia saat ini sudah sedemikian sarat dengan beragam

ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahannya,

kesalahan-kesalahannya, kealpaannya dan ketidak mengertiannya akan

masalah metafisis. Manusia tidak dapat mengetahui apa yang akan ia perbuat

esok hari, dan manusia pun tidak mengetahui di bumi mana ia akan meninggal

dunia. Manusia setiap waktu dihadapkan dengan sederet bahaya yang

mengancam jiwa, harta, kehormatan, agama, dan tanah airnya. Manusia juga

dihadapkan dengan beragam resiko kecelakaan, mulai dari kecelakaan

transportasi udara, kapal hingga angkutan darat dengan beragam jenisnya,

ditambah kecelakaan kerja, kebakaran, perampokan, pencurian, sakit hingga

kematian. Belum lagi ditambah dengan ancaman mental, seperti kegelisahan

mental perilaku buruk orang-orang yang berintraksi dengannya, ancaman

globalisasi ekonomi, ancaman berbagai perubahan mendadak pada perundang-

undangan dan lain sebagainya.1

Pada dasarnya Perusahaan asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka

mengadakan penawaran atau menawarkan suatu perlindungan atau proteksi

serta harapan pada masa yang akan datang kepada individu atau kelompok-

kelompok dalam masyarakat atau institusi-institusi lain, atas kemungkinan

menderita kerugian lebih lanjut karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak

1
Anshori, Abdul Ghofur. Asuransi Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press. 2007)
hlm. 2.

1
2

tertentu atau belum pasti. Di samping itu perusahaan asuransi dapat pula

memberikan jaminan atas kelangsungan kehidupan perusahaan-perusahaan

dari kerugian ekonomi. Disamping itu perusahaan asuransi juga memberikan

jaminan atas terpenuhinya pendapatan seseorang, karena tempat di mana yang

bersangkutan bekerja tetap terjamin kelangsungan kehidupannya.

Pada tahun 2001 Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI) mengeluarkan fatwa No.21/DSN-MUI /X/2001 tentang Pedoman

Umum Asuransi syariah.2 Dalam ketentuan umum disebutkan bahwa asuransi

syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling tolong diantara

sesama orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’

yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu

melalui akad ( perikat ) yang sesuai dengan syariah.

Akad yang melandasi dalam asuransi syariah biasanya adalah akad

tijarah dan atau akad tabarru’. Akad tijarah merupakan semua bentuk akad

yang dilakukan untuk tujuan komersil, misalnya mudharabah, wadiah dan

wakalah, sedangkan akad tabarru’ merupakan semua bentuk akad yang

dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong, tidak ditujukan untuk

komersil.3

Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada orang

lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan

harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi.

2
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah
3
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik (Upaya Menghilangkan
Gharar, Maisir Dan Riba), (Jakarta: Gema Insani,2006), hlm.2.
3

Prinsip asuransi syariah pada dasarnya adalah bertujuan untuk saling

tolong menolong dan harus ada iktikad baik dalam menjalankannya dan

perusahaan wajib memenuhi prudential principle. Untuk mendapatkan polis

asuransi tidak semudah yang dipikirkan akan tetapi harus memenuhi prosedur

untuk mendapatkannya. Setiap menjalankan usaha, asuransi tidak terlepas dari

problematika yang terjadi antara peserta dan perusahaan mengenai masalah

klaim.4

Hasil wawancara terhadap beberapa peserta asuransi terkait dengan

pengklaiman bahwa “Jika terjadi musibah bagi peserta, mereka (peserta)

sering bingung sendiri bagaimana langkah yang akan dilakukan atau apa-apa

yang harus dipersiapkan sebagai persyaratan sehingga dana tabarru’ tersebut

bisa di klaim kemudian regulasi terhadap klaim dan dana tabarru’ tersebut

belum sepenuhnya dipahami oleh peserta misalnya tentang dana tabarru’

tersebut kemana dan dimana dana tabarru’ tersebut diposisikan sehingga dana

tersebut bisa berkembang dan bisa di klaim oleh peserta asuransi yang

mendapatkan musibah dan sering terjadinya keluhan dari peserta asuransi

karena klaimnya telat/tidak turun”.5

Oleh karena itu segala bentuk persoalan harus diselesaikan secara


profesional sehingga tidak ada peserta yang dirugikan. Untuk itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Mekanisme Klaim Dana
Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang Polis (Studi Kasus di Asuransi Jiwa
Syariah (AJS) Bumiputera Cabang Mataram”

B. Rumusan Masalah
4
Hermawan Darmawi, Manajmen Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), hlm.2.
5
Suhaili dan Burhanuddin, Wawancara, Kebun Sari Ampenan 9 Mei 2019.
4

1. Bagaimana mekanisme penyelesaian klaim dana tabarru’ bagi nasabah

pemegang polis di AJS Bumiputera Cabang Mataram?

2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses penyelesaian

klaim dana tabarru’ bagi nasabah pemegang polis di AJS Bumiputera

Cabang Mataram?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana proses penyelesaian klaim

dana tabarru’pada asuransi syariah.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses

penyelesaian klaim dana tabarru’ pada asuransi syariah.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah refrensi dalam hal sistem asuransi yang ada di Indonesia.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan manfaaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang asuransi.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penulisan maupun peneliti sejenis.

d. Hasil dari penelitian ini dapat memeberikan masukan dan

sumbangan pemikiran bagi pihak yang berkepentingan.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian


5

Berbicara ruang lingkup dan setting penelitian, maka erat kaitannya

dengan batasan-batasan penelitian atau tempat lokasi di mana peneliti bisa

mendapatkan informasi yang akan dijadikan objek penelitiannya karena dalam

melaksanakan penelitian ini disadari bahwa masih adanya keterebatasan baik

dari aspek ilmu pengetahuan, referensi, waktu, tenaga, maupun dari aspek

pendanaan. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk membatasi ruang lingkup

penelitian yaitu fokus pada “mekanisme klaim dana tabarru’ bagi nasabah

pemegang polis” di AJS Bumiputera Cabang Mataram.

Sementara Lokasi yang peneliti gunakan sebagai objek penelitian

untuk memperoleh data dan informasi adalah Asuransi Jiwa Syariah (AJS)

Bumiputera Cabang Mataram. Alasan memilih lokasi tersebut karena

lokasinya yang bisa dijangkau dan tersedianya data-data yang dibutuhkan

peniliti serta permasalahan ini belum pernah diteliti.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan penelusuran terhadap studi-studi atau

karya-karya terdahulu yang terkait, untuk menghindari duplikasi, plagiasi,

repetisi, serta menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang dilakukan,

peneliti mendapatkan atau menemukan beberapa penelitian yang telah

dilakukan peneliti sebelumnya.

1. Penelitian oleh Amalia Fadilah mengenai pengelolaan dana tabarru’ dan

kesesuaian dalam mengelola dana tabarru’ Fatwa Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia Nomor. 53/ DSN-MUI/ III/ 2006 tentang

akad tabarru’.
6

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap produk asuransi

yang terdapat di PT. Asuransi Takaful Keluarga Kabupaten Purbalingga

dan PT. Asuransi Takaful Keluarga Purwokerto telah menerapkan

akad tabarru’. Pengelolaan dana secara keseluruhan terbagi menjadi tiga

yaitu dana peserta, dana perusahaan, dan dan tabarru’.

Dana tabarru’ menjadi dana tolong menolong antar peserta asuransi syariah

yang terkena musibah yang pembayaran klaim dialokasikan langsung dari

pos dana tabarru’ yang dipisahkan dari dana lainnya. Dana tabarru’ dapat

diambil dengan cara pengajuan klaim, tanpa pegajuan klaim, maka

dana tabarru’ tidak dapat diambil. Sementara dalam aspek pengelolaan

dana tabarru’ yang terkumpul oleh pihak perusahaan asuransi syariah

diinvestasikan ke dalam instrumen investasi yang berbasis syariah dan hasil

investasinya diberikan kembali ke rekening tabarru’ milik peserta. Serta

secara umum pengelolaan dana tabarru’ pada PT. Asuransi Takaful

Keluarga Kabupaten Purbalingga dan PT. Asuransi Takaful Keluarga

Purwokerto telah sesuai dengan prinsip syariah.6

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimatuzzahro “Akad Tabarru’ Di

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Syariah Kudus (Analisis

Terhadap Klaim Meninggal)”

Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa pengelolaan dana tabarru’

di AJS Bumiputera Kudus, diinvestasikan pada obligasi syariah, sebab

obligasi syariah mempunyai jumlah margin fee yang tetap dan jelas
6
Amalia Fadilah, “Pengelolaan dana tabarru’ dan kesesuaian dalam mengelola
dana tabarru’ Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor. 53/ DSN-MUI/
III/ 2006 tentang akad tabarru”. (Skripsi: Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2019)
7

return-nya sehingga perusahaan memperoleh pengembalian atas

investasinya dan dana tersebut dapat berkembang dengan nyaman dan

aman. Sedangkan untuk pembagian dana tabarru’ boleh digunakan untuk

siapa saja yang mendapat musibah, namun hanya terbatas pada sesama

nasabah atau pesertsa takaful saja. Sedangkan jika nasabah meninggal

dunia sewaktu masih dalam masa perjanjian atau masa kontrak, maka ahli

waris nasabah akan memperoleh dana santunan atau santunan kebajikan

dari dana tabarru’ tersebut, ditambah dengan pembagian hasil keuntungan

yang diperoleh perusahaan atas pengelolaan dana investasi, dan dana

tabungan yang telah disetorkan. Adapun besaran santunan kebijakan,

ditetapkan oleh perusahaan diluar bagi hasil keuntungan investasi.

Hambatan yang muncul untuk klaim meninggal: dokumen tidak lengkap,

ahli waris tidak sesuai, hilangnya polis atau kwitansi pembayaran premi.

Dan tidak adanya riwayat kesehatan tertanggung. Upaya yang dilakukan

perusahaan untuk penyelesaian klaim meninggal adalah menugaskan

petugas ke lapangan, meminta identitas pendukung menyiapkan arsip polis

asuransi atau kwitansi pembayaran premi, meminta riwayat kesehatan.

Sedangkan untuk penyelesaian klaim penebusan adalah menyiapkan arsip-

arsip polis asuransi jiwa atau kwitansi pembayaran premi, pengaturan

program penjadwalan cash flow.7

3. Fadilah, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah tentang “Pengelolaan Dana

Tabarru’ Pada Asuransi Syariah Dan Relasinya Dengan Fatwa Dewan

7
Siti Fatimatuzzahro “Akad Tabaruuq Di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
Syariah Kudus “Analisis Terhadap Klaim Meninggal” (Skripsi: UIN Wali Songo, 2016)
8

Syariah Nasional (PT. Asuransi Takaful Keluarga Purbalingga dan PT.

Asuransi Takaful Keluarga Purwokerto )

Hasil penelitian dalam artikel ini menunjukkan bahwa setiap

produk asuransi yang terdapat di PT. Asuransi Takaful Keluarga

Kabupaten Purbalingga dan Purwokerto telah menerapkan akad tabarru’.

Pengelolaan dana secara keseluruhan terbagi menjadi tiga yaitu, dana

peserta, dana perusahaan, dan dana tabarru’. Dana tabarru’ menjadi dana

tolong menolong antar peserta asuransi syariah yang terkena musibah yang

pembayaran klaim dialokasikan langsung dari pos dana tabarru’ yang

dipisahkan dari dana lainnya. Dana tabarru’ dapat diambil dengan cara

pengajuan klaim, tanpa pengajuan klaim, maka dana tabarru’ tidak dapat

diambil. Sementara dalam aspek pengelolaan dana tabarru’ yang

terkumpul oleh pihak perusahaan asuransi syariah diinvestasikan ke dalam

instrumen investasi yang berbasis Syariah dan hasil investasinya diberikan

kembali ke rekening tabarru’ milik peserta. Serta secara umum

pengelolaan dana tabarru’ pada PT. Asuransi Takaful keluarga Kabupaten

Purbalingga dan Purwokerto telah sesuai dengan prinsip Syariah.8

F. Kerangka Teori

1. Akad Tabarru’

a. Pengertian Akad Tabarru’

Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan

dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan hanya untuk

8
Fadilah, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi
Syariah Dan Relasinya Dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional, vol.2, Nomor 1, April 2019.
9

tujuan komersial. Kontribusi para peserta yang terkumpul menjadi

dana hibah dalam bentuk dana tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan

asuransi. Selanjutnya, dana tabarru’ yang terkumpul digunakan untuk

klaim asuransi bagi peserta yang terkena musibah. Tabarru’ dalam

makna hibah atau pemberian dapat kita lihat dalam firman Allah surat

An-Nisa ayat 4 yang artinya: “kemudian jika mereka menyerahkan

kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka

makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap

lagi baik akibatnya”9

Dalam konteks akad asuransi syariah, tabarru’ berarti

memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan membantu

satu sama lain sesama peserta takaful (asuransi syariah) apabila ada

diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil

dari rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta

ketika akan menjadi peserta asuransi syariah, untuk kepentingan dana

kebajikan atau dana tolong-menolong. Karena itu dalam akad tabarru’,

pihak yang memberi dengan ikhlas memberikan sesuatu tanpa ada

keinginan untuk menerima apapun dari orang yang menerima, kecuali

kebaikan dari Allah Swt. Hal ini berbeda dengan akad muawwadah

dalam asuransi konvensional dimana pihak yang memberikan sesuatu

kepada orang berhak menerima penggantian dari pihak yang

diberinya.10
9
Al-qur’an, Mushaf Al-Majid (Jakarta Timur: Pustaka Al- Mubin, 2013) hlm. 90
10
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah-Berkah Terakhir Yang Tak Terduga
(Yogyakarta: CV. Andi offset 2016) hlm.67
10

b. Landasan Hukum Akad Tabarru’

Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional telah

menyepakati bahwa praktek Asuransi Syariah di Indonesia itu halal

dan diperbolehkan selama produk asuransi tersebut dikelola dengan

prinsip syariah. Hal tersebut telah tertuang dalam fatwa No 53/DSN-

MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah bahwa:

a. Akad Tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua

produk asuransi.

b. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad yang

dilakukan antar peserta pemegang polis.

c. Asuransi syariah yang dimaksud pada point 1 adalah asuransi jiwa,

asuransi kerugian dan reasuransi.

c. Mekanisme Pengelolaan Akad Tabarru’

Sesuai dengan fatwa MUI, kedudukan para pihak dalam akad

tabarru’ adalah sebagai berikut:

a. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan dana hibah yang

akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang

terkena musibah.

b. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima

dana tabarru’ (mu’amman/mutabarraq lahu) dan secara kolektif

selaku penanggung (mu’ammin/mutabarri’).


11

c. Perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad

wakalah dari para peserta diluar pengelolaan investasi.

d. Dalam akad tabarru’, sekurang-kurangnya harus disebutkan:

1. Hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu.

2. Hak dan kewajiban antara peserta individu dalam akad tabarru’

selaku peserta dalam arti badan/kelompok.

3. Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim.

2. Asuransi Syariah

a. Definisi Asuransi

Istilah asuransi berasal dari bahasa inggris insurance yang berarti

pertanggungan. Dalam bahasa belanda asurantie yang dalam hukum

belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan, yang

kemudian memunculkan istilah assuradeur yang berarti penanggung,

sedangkan greassureerde berarti tertanggung. Definisi asuransi di

Indonesia telah ditetapkan dalam undang-undang no. 2 tahun 1992

tentang usaha perasuransian sebagaimana pasal 1 ayat (1): “asuransi

atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,

dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian

kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada

pihak ketiga yang kan mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari

suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu


12

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang

yang dipertanggungkan”.

b. Definisi Asuransi Syariah

Dalam Islam, asuransi syariah adalah suatu pengaturan

pengelolaan resiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong

menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan oprator.11

Dalam ensiklopedi hukum Islam disebutkan bahwa asuransi

adalah transaksi perjanjian anatara dua belah pihak; pihak yang satu

berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban untuk

memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi

sesuatu yang tak terduga menimpa pihak pertama (pembayar) sesuai

perjanjian yang dibuat.12

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) 13

dalam fatwanya memberikan definisi asuransi syariah (ta’min, takaful

atau tadamun) sebagai usaha saling melindungi dan tolong menolong

diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset

dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk

menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai

syariah.

11
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya Menghilangkan
Gharar, Maisir, Dan Riba, ( Jakarta:Gema Insani,2016) hlm.2.
12
Abdul Aziz Dahlan, Ekslopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru, Van Hoeven,1996)
hlm.138.
13
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah.
13

Jadi, dapat disimpulkan bahwa asuransi jiwa syariah adalah

suatu bentuk kerjasama atau perjanjian untuk saling tolong menolong

yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin meminimalkan risiko

yang diakibatkan oleh risiko kematian, risiko kesehatan, risiko

kecelakaan, yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam dengan tidak

adanya unsur penipuan, perjudian dan riba.

c. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Landasan asuransi syariah adalah hukum praktik asuransi

syariah. Sejak awal asuransi syariah merupakan bisnis pertanggungan

yang didasari nilai-nilai Islam, yaitu merujuk pada Al-Quran dan

sunnah Rasulullah SAW. Untuk itu landasan yang digunakan pada

asuransi syariah tidak jauh beda metodologi yang digunakan oleh ahli

hukum Islam karena merujuk pada syariat Islam.

Landasan asuransi yang dipakai asuransi syariah terdiri dari

landasan asuransi Islam dan landasan yuridis (hukum). Landasan

oprasional asuransi syariah pada dasarnya ada dua macam, yaitu:

Sumber tekstual atau sumber tertulis yang disebut nushush.

Sumber non tekstual atau sumber tak tertulis yang disebut ghair

al-nushush seperti istishan dan qiyas.14

Landasan diatas digunakan untuk melegalisasi praktik bisnis

asuransi, terdiri dari al-quran, sunnah nabi, piagam madinah dan

ijtihad.

14
Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: tinjauan teoritis dan
praktis (Jakarta:Kencana,2013) hlm.158-159
14

1) Al-Quran

Al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas tentang praktik

hukum asuransi. Di dalam al-qur’an tidak ada satu pun disebutkan

istilah asuransi, baik itu at-ta’min atau at-takaful. Walaupun al-

qur’an tidak menyebutkan secara tegas tentang asuransi, tetapi ayat-

ayat dalam al-qur’an menjelaskan tentang konsep asuransi dan

mempunyai muatan nilai-nilai dasar berasuransi, seperti kerja sama,

tolong menolong, atau untuk menghilangkan kesukaran sesama

manusia. Dalam surah Al-Maidah ayat 5 yang artinya: “dan tolong

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan

bertakwalah kamu kepada allah, sesungguhnya allah amat berat

siksanya”.15

2) Sunnah Nabi SAW

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Nabi

Muhammad SAW bersabda yang artinya; Baranng siapa yang

menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka allah

swt akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Barang

siapa mempermudah kesulitan orang lain, maka allah swt akan

mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat.”16

Tolong menolong dalam kandungan makna hadits ini, dalam

dunia asuransi terlihat bentuk pembayaran dana sosial (tabarru’)


15
Al-Qur’an, Mushaf “Al-Majid”..., hlm. 122
16
Shahih Muslim, Kitab al-Birr. No. Hadis 59. Dikutip dalam buku Waldi Nopriansyah,
Asuransi Syariah Berkah Terakhir Yang Tak Terduga, hlm. 37
15

dari pengurus. Perusahaan asuransi sejak awal mengikhlaskan

sebagian dananya untuk kepentingan sosial, yakni untuk membantu

dan mempermudah urusan saudaranya yang secara tak terduga

mengalami musibah atau bencana

3) Piagam Madinah

Dalam piagam Madinah dijelaskan tentang peraturan bersama

antara orang quraisy yang berhijrah dengan suku-suku yang tinggal

di Madinah untuk saling melindungi dan hidup bersama dalam kerja

sama dan tolong menolong.17

Oleh karena itu Piagam Madinah merupakan salah satu

landasan hukum sebagai praktik berasuransi karena memuat

ketentuan bahwa kaum mukmin tidak boleh membiarkan mukmin

lain dalam keadaan kesulitan.

4) Ijtihad

Adapun ijtihad dalam landasan hukum asuransi syariah dapat

berupa fatwa sahabat, ijma’, qiyas dan istishan

a. Fatwa sahabat

Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman

(ganti rugi) pernah dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khattab.

Beliau berkata: “orang-orang yang tercantum dalam diwan

(daftar) tersebut berhak menerima bantuan dari satu sama lain

17
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: UI-
Press,1995) hlm.47.
16

dan harus menyumbang untuk pembayaran ganti rugi atas

pembunuhan tidak disengaja.

b. Ijma’

Para sahabat telah melakukan ittifaq (kesepakatan) dalam hal

aqilah yang dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khattab.

Kesepakatan ini tampak pada tidak adanya sahabat lain yang

menentang pelaksanaan aqilah ini. Ijma’ ulama menyepakati dan

menyetujui hukum dan praktik asuransi.18

c. Qiyas

Dalam kitab Fathul Bari disebutkan dengan datangnya

Islam, sistem aqilah diterima Rasulullah SAW sebagai bagian

dari hukum Islam. Ide pokok aqilah adalah suku Arab zaman

dahulu harus siap untuk melakukan kontribusi finansial atas

nama si pembunuh untuk membayar ahli waris korban. Kesiapan

kontribusi finansial ini sama hal nya dengan praktik pembayaran

premi dalam asuransi syariah. Jadi dapat di qiyaskan. Antara

kedua sistem yang ada pada asuransi syariah memiliki fungsi

yang sama dalam aqilah sehingga tidak ada pertentangan pada

masa Rasulullah tentang aqilah.

d. Istihsan

18
Mohd Ma’sum Billah, Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan Islam,isu-isu
Kontemporer Terpilih (Jakarta: UIN Syarif Hidaytullah,2009) hlm.165.
17

Istihsan adalah cara menentukan hukum dengan jalan

menyimpang dari ketentuan yang sudah ada demi keadilan

dan kepentingan sosial.19 Dalam pandangan ahli usul fiqh,

memandang sesuatu itu baik. Kebaikan dari kebiasaan aqilah

di kalangan masyarakat Arab kuno terletak pada penggantian

terhadap balas dendam berdarah yang bisa saja terjadi lagi.

Aqilah mampu memenuhi unsur kebaikan dalam kehidupan

sosial. Melihat aqilah begitu penting dan baik untuk

kehidupan sosial maka aqilah dijadikan landasan hukum

asuransi.

d. Akad Asuransi Syariah

Asuransi tidak terlepas dari akad yang membentuknya.

Sebagaimana dalam praktik asuransi, asuransi melibatkan dua

orang yang terikat dalam suatu perjanjian, dimana perjanjian

tersebut untuk saling melaksanakan kewajiban, yaitu antara peserta

asuransi dan perusahaan asuransi. Asuransi syriah yang memiliki

tiga akad, yaitu:

1) Akad tabarru’

Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan

dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan hanya

untuk tujuan komersial. Kontribusi para peserta yang terkumpul

menjadi dana hibah dalam bentuk dana tabarru’ yang dikelola

19
H.M. Daud Ali, Hukum Islam:Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004) hlm.120.
18

oleh perusahaan asuransi. Selanjutnya, dana tabarru yang

terkumpul digunakan untuk klaim asuransi bagi peserta yang

terkena musibah.

2) Akad tijarah (Mudharabah)

Akad Mudharabah adalah akad untuk memberikan bagi

hasil atas investasi Dana Tabarru’. Dalam akad ini dana yang

terkumpul dapat diinvestasikan oleh perusahaan asuransi,

dimana risiko investasi ditanggung bersama antara perusahaan

dan nasabah. Dalam akad tijarah (mudharabah) ini perusahaan

asuransi menggunakan akad mudharabah musytarakah, yaitu

bentuk akad mudharabah di mana pengelola (mudharib)

menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi tersebut. akad

ini dilakukan pada produk yang menggunakan unsur tabungan

(saving).

3) Akad Wakalah Bil Ujrah

Wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta

kepada perusahaan asuransi atau reasuransi untuk mengelola

dana peserta dan /atau melakukan kegiatan lain.wakalah bil

ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi syariah yang

mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’

(non-saving).

e. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah


19

Asuransi harus dibangun dengan pondasi dan prinsip dasar

yang kuat dan kokoh. Dalam asuransi harus tertanam prinsip dasar

sebagai berikut:

1) Tauhid (unity)

Prinsip tauhid merupakan hal penting dalam melakukan

kegiatan ekonomi dan merupakan bagian dasar utama dalam

pondasi menjalankan syariat Islam. Asuransi syariah tentu harus

mengoprasionalkan nilai-nilai ketuhanan sebagaimana fiman

Allah swt QS. Al-Hadid (57):4 yang artinya: “dan dia selalu

bersama mu dimanapun kamu berada”.20

2) Keadilan (justice)

Prinsip keadilan dalam menjalankan sisitem asuransi

syariah merupakan jalan keterbukaan dan kepedulian anatara

pihak-pihak yang terikat dengan akad.

3) Tolong menolong (ta’awun)

Dalam berasuransi harus didasari kemauan untuk saling

tolong menolong dan saling menghormati antar pengurus yang

terikat pada akad.

4) Kerjasama

Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang

selalu ada pada dunia bisnis. Pada asuransi syariah, prinsip kerja

20
Al-Qur’an, Mushaf “Al-Majid”....,hlm 537
20

sama dapat berbentuk akad perjanjian, yaitu mudharabah dan

musyarakah.

5) Amanah

Prinsip amanah pada sistem asuransi syariah berbasisi

pada nilai-nilai akuntabilitas. Dalam hal ini perusahaan asuransi

harus memberi kesempatan yang besar bagi peserta untuk

mengakses laporan keuangan. Prinsip amanah ini akan

melahirkan saling percaya. Untuk itu setiap perusahaan asuransi

syariah wajib memberikan laporan keuangan yang diterima dari

peserta karena transparansi dalam menjalankan usaha ini harus

sesuai dengan syariat Islam.

6) Kerelaaan

Prinsip kerelaan dalam asuransi syariah diterapkan pada

setiap peserta sehingga tidak ada paksaan antara pihak-pihak

yang terikat dalam akad. Prinsip ini didasarkan pada firman

allah dalam QS. An-Nisa (4):29 yang artinya: “kerelaan

diantara kamu sekalian...”.21

7) Larangan riba

Dalam setiap transaksi, seorang muslim tidak dibenarkan

untuk memperkaya diri dengan cara yang tidak dibenarkan atau

secara bathil, sebagaimana firman allah swt yang artinya: “hai

orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


21
Al-Qur’an, Mushaf “Al-Majid”...,hlm 77
21

harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara

kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya

allah adalah maha penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa

(4):29).22

8) Larangan Maisir (judi)

Prinsip larangan maisir (judi) dalam sistem asuransi

syariah untuk menhgindari satu pihak yang untung dan pihak

lain rugi. Asuransi syariah harus berpegang teguh menjauhkan

diri dari unsur judi dalam berasuransi.

9) Larangan gharar (ketidak pastian)

Gharar dalam pandangan ekonomi Islam terjadi apabila

dalam suatu kesepakatan/perikatan antara pihak-pihak yang

terikat terjadi ketidak pastian dalam jumlah profit (keuntungan)

maupun modal yang dibayarkan (premi).

f. Klaim (Claims)

A. Pengertian klaim

Klaim adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh

hak-hak berdasarkan perjanjian. Definisi klaim menurut modul

Lisensi AAJI adalah tuntutan yang diajukan pemegang polis

terhadap pelayanan atau janji yang diberikan penanggung pada

22
Ibid...
22

saat kontrak asuransi dibuat. Klaim adalah hak yang wajib

diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan

dalam akad.23

Dalam fatwa DSN-MUI tentang asuransi, klaim dibagi

menjadi empat bagian, yaitu:

1) Klaim yang dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati

pada awal perjanjian.

2) Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai jumlah premi yang

dibayarkan.

3) Klaim atas tijarah sepenuhnya hak peserta dan menjadi

kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.

4) Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta yang

menjadi kewajiban perusahaan sebatas yang disepakati dalam

akad.

Pengajuan klaim dapat dipenuhi jika memenuhi syarat

berikut:

a. Memiliki produk yang diklaim.

b. Polis masih inforce (berlaku/aktif).

c. Sudah melewati masa tunggu (waiting priod) yang berlaku pada

masing-masing manfaat.

d. Tidak termasuk dalam pengecualian (exslusion). Elihat kriteria

polis yang akan diklaim.

23
Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan (Yogyakarta: Graha Ilmu,2010)
hlm.98.
23

e. Kelengkapan dokumen pengajuan klaim.

Jadi klaim merupakan pemabayaran santunan yang

dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada peserta atau ahli

waris sesuai dengan isi akad atau yang telah diperjanjikan, baik

itu klaim karena kontrak habis, klaim kecelakaan, klaim

meninggal, maupun klaim kesehatan.

B. Jenis klaim asuransi jiwa syariah

Tabel

Jenis klaim yang diberikan perusahaan24

Jenis klaim Keterangan

Perusahaan akan memberikan


santunan kepada peserta yang telah
Klaim kontrak habis menyelesaikan kontrak dalam
pembayaran premi, yaitu berupa
tabungan beserta hasil keuntukan
investasi.
Perusahaan akan membiayai
pemulihan kesehatan peserta, baik
Klaim kesehatan itu santunan untuk rawat inap, biaya
oprasi, obat-obatan dan biaya
perawatan lain sesuai akad
sebelumnya.
24
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah Berkah Terakhir Yang Tak Terduga
(Yogyakarta: CV Andi 2016) hal.90
24

Diberikan kepada peserta jika


mengalami kecelakaan, baik yang
Klaim kecelakaan mengakibatkan cacat tetap maupun
tidak.
Perusahaan akan menyerahkan
santunan peserta yang meninggal
dunia kepada ahli waris dengan
besar santunan sesuai akad
sebelumnya. Ahli waris tidak hanya
mendapatkan santunan sesuai
Klaim meninggal dengan akad yang dijanjikan, tetapi
juga berhak mendapat tabungan
peserta beserta hasil keuntungan
dari investasi (dengan catatan
peserta memiliki akad mudharabah
atau sistem tabungan)

C. Persyaratan klaim

Pada polis asuransi terdapat persyaratan yang harus

dipenuhi peserta, yaitu sebagai berikut:

a. Persyaratan umum klaim

1) Surat pengajuan klaim.

2) Polis asli atau polis ganti.

3) Kwitansi kontribusi terakhir yang sah.

4) Foto copy identitas (KTP/SIM/Pasport) yang masih

berlaku.

b. Khusus untuk klaim meninggal dunia dilengkapi:


25

1) Surat keterangan kematian yang sah dari instansi yang

berwenang (Lurah/Kepala Desa/Camat).

2) Surat keterangan dokter jika peserta meninggal dunia di

rumah sakit.

3) Surat keterangan dari kepolisian jika peserta meninggal

dunia akibat kecelakaan, disertai surat keterangan dari

dokter.

4) Daftar pertanyaan klaim.

5) Bahan-bahan lain yang diperlukan.

c. Pengajuan klaim selambat-lambatnya dua belas bulan (12

bulan) beserta persyaratan yang diperlukan.

Semua persyaratan tersebut bisa diurus oleh seorang agen

ataupun peserta sendiri, tetapi kebanyakan agen ikut serta

membantu mengurus klaimnya. Dengan demikian tanggung

jawab agen tidak hanya sampai peserta mendapat polis tetapi

juga membantu peserta yang akan melakukan klaim.

D. Penyebab penolakan klaim

Proses klaim harus dilakukan dengan mengikuti prosedur

yang berlaku. Secara umum prosedur klaim asuransi sama, baik

itu asuransi syariah maupun asuransi konvensional. Penyebab

penolakan klaim asuransi yaitu:

a. Bunuh diri
26

Bunuh diri dilarang dalam agama Islam. Oleh sebab itu

perusahaan asuransi syariah akan menolak klaim tersebut.

akan tetapi pada asuransi konvensional, klaim atas peserta

yang meninggal karena bunuh diri setelah polis berumur 2

tahun diperbolehkan. Ahli waris bisa mendapatkan klaimnya.

b. Melukai diri sendiri

Yang dimaksud dengan melukai diri sendiri adalah

perbuatan yang secara sengaja atau direncanakan yang

mengakibatkan seseorang mendapat santunan, seperti

menabrakkan diri yang menjadikan tubuhnya luka-luka atau

cacat sehingga harus mendapatkan perawatan. Melukai diri

sendiri termasuk yang dilarang dalam asuransi.

c. Melanggar hukum

Melanggar hukum juga dapat menyebabkan

klaimseseorang ditolak. Hal ini didasarkan pada perjanjian

asuransi jiwa syariah yang terdapat dalam polis. Sebagai

contoh, seorang anak yang mengendarai motor sendiri

sedangkan anak itu belum dibolehkan membawa motor

sendiri karena belum mencapai umur 17 tahun dan tidak

memiliki SIM, bila mengalami kecelakaan maka klaim yang

diajukan akan ditolak karena dia telah melanggar hukum.


27

d. Olahraga yang berbahaya

Setiap agen perusahaan asuransi pasti akan

menanyakan apakah calon peserta memiliki hobi olahraga

(panjat tebing, mendaki gunung, jumping atau yang

berbahaya) Jika peserta memiliki hobi tersebut maka

perusahaan tidak akan mengcover jika peserta tersebut luka,

sakit, cacat, atau meninggal akibat hobinya itu.

e. Misrepresentasi

Misrepresentasi adalah kondisi di mana satu pihak

dalam kontrak membuat pernyataan palsu tentang satu fakta

kepada pihak lain yang bergantung padanya. Pihak yang

menerima pernyataan palsu bisa menuntut ganti rugi atas

kerugian mereka.25

Misrepresentasi ada 2 jenis, yaitu:

1. Intentional misrepresentation, yang terjadi jika seseorang

dengan sengaja membujuk orang lain untuk memepercayai

dan berbuat sesuatu dengan memberikan gambaran yang

keliru.

2. Commen law juga mengenal innocent misrepresentation,

yang terjadi ketika seseorang menyusun duduk perkara

yang ia anggap dan ia percayai secara jujur dan wajar

walaupun itu tidak benar. innocent misrepresentation

bukanlah penipuan.
25
http://kamusbisnis.com./arti/misrepresentasi/ diakses tanggal 9 Juli 2019.
28

Jika dilihat sebuah kontrak, sangatlah jelas bahwa

misrepresentasi terjadi saat tahap prakontrak dan tahap

pembuatan, yang mengakibatkan perusahaan menyepakati

perjanjian tanpa mengetahui informasi yang benar dari

calon peserta.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yaitu suatu proses yang diperlukan dalam

melakukan kajian, mulai dari proses penentuan sampai saat penelitian

dilaksanakan. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara

ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan,

yaitu rasional, empiris dan sistematis.26

Adapun metode yang digunakan penulis adalah menggunakan

metode studi kasus, dimana metodologi penelitian merupakan cara

alamiah untuk memperoleh data dengan dan tujuan tertentu. Adapun

alasan penulis menggunakan metode ini karena penulis meneliti disuatu

tempat terkait dengan pengaruh dana tabarru’ terhadap pembayaran

premi dan jumlah klaim yang diberikan.

1. Pendekatan atau Jenis Penelitian

Berdasarkan dengan kontes masalah yang dikaji dalam

penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif.Pendekatan kulitatif bertumpu pada pengumpulan dan

dukungan data-data emperik dilapangan, serta diarahkan pada latar


26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan.... hlm.2
29

dan individu secara utuh.Oleh karna itu, pendekatan kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilkau yang dapat

diamati.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan maslalah yang

diteliti maka dalam hal ini peneliti menggunakan bebrapa metode

dalam pengumpulan data yaitu akan diuraikn sebgai beikut:27

a) Observasi

Menurut Nasution, observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi.28

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung terhadap fonemena yang akan diteliti. Dimana

dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek

dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobservasi

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba

dan pengecap.29Dalam penelitian ini, yang menjadi objek observasi

di Lembaga Asuransi AJS Bumiputera Cabang Mataram.

b) Wawancara

27
Muhammad Nasir, Metode Pnelitian, (Jakarta: Ghlm.ia Indonesia, 1998), hlm. 25.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, kualitatif, dan R&D...., hlm.226
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002) hlm. 128
30

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam.Teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada

laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-

tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.

c) Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti

barang tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan

data dengan mencatat data-data yang sudah ada30.

Dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan

penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari

perorangan. Dokumentasi penelitian merupakan pengambilan

gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

fondumental dari seseorang, namun disini peneliti

menggunakan dokumentasi berbentuk gambar.

3. Jenis dan Sumber Data

a) Jenis Data

Data kualitatif

Data kualitatif adalah prosedur penelitian data deskriptif

berupa kata-kata atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang


30
Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Tinjauan Dasar, (Surabaya: SIC, 1996) hlm. 83
31

dapat diamati, sehingga menemukan kebenaran yang dapat

diterima oleh akal sehat manusia.

b) Sumber Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi

data primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Data Primer merupakan data langsung yang diperoleh dari

data asli atau sumber pertama. Dalam hal ini, maka peroses

pengumpulan data perlu dilakukan dengan memeperhatikan

siapa sumber utama yang akan dijadikan objek

penelitian.31Sumber data primer yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara

wawancara atau observasi langsung dengan manajer dan para

karyawan lembaga Asuransi AJB Bumiputera 1912 cabang

Mataram.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak langsung

tetapi diperoleh melalui orang atau pihak lain, misalnya

dokumen laporan-laporan, buku-buku, jurnal penelitian, artikel

dan majalah ilmiah yang isinya masih berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan.32Dalam penelitian ini juga

31
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, 2008), hlm. 183
32
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009) hlm. 70
32

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumentasi,

website, buku, serta jurnal.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan peroses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langsung,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami

semuanya diinfomasikan kepada orang lain.33

Mengingat peneliti menggunakan kualitatif maka peneliti

mengunakan analisis data, yakni:

a) Deduktif

Deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau

jeneralisasi yang diuraikan menjadi contoh kongkrit atau fakta-fakta

untuk menjelaskan kesimpulan atau jeneralisasi tersebut. Metode

deduktif digunakan pada sebuah penelitian disaat penelitian berangkat

dari sebuah teori yang dibuktikan dengan pencarian fakta.

b) Induktif

Induktif adalah pikiran yang berangkat dari fakta atau data yang

khusus, peristiwa yang kongkrit, kemudian ditraik generalisasi-

generalisasi yang mempunyai sifat umum. Karena penelitian ini

dilakukan terhadap analisis strategi personal selling dalam

meningkatkan volume penjualan sehingga munculah ide-ide yang

dikaitkan dengan hasil penelitian yang berangkat dari fakta di

33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif ....., hlm.244
33

lapangan.

c) Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada.

Menurut Mathinson bahwa teknik pengumpulan data dengan

triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh meluas,

tidak kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik

triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan

lebih konsisten, tuntas dan pasti.34

d) Penilaian Teman Sejawat

Tehnik ini dilkukan dengan cara mendiskusikan dengan apa

yang dilakukan dilapangan dengan teman sejawat yang mempunyai

ilmu pengetahuan yang sama dengan tersebut. Pembahasan dengan ini

maksudnya untuk menghindari penafsiran yang keluar dari focus

penelitian.

H. Sistematika Pembahasan.

Sistematika pembahasan merupakan rangkaian urutan dari

beberapa uraian suatu sistem pembahasan dalam suatu karya ilmiah atu

penelitian. Berkaitan dengan penenlitian ini, secara keseluruhan terdiri dari

4 (empat) bab, antara lain sebagai berikut:

34
Faisal Sanapiah, Penelitian Kuantitatif, Dasar dan Aplikasi (YA3: Malang, 1990)
hlm.241
34

Bab pertama, pendahuluan yang memberikan gambaran umum

tentang arah penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini peneliti akan

menguraikan konteks penelitian, fokus penelitian,ruang lingkup dan

setting penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka,

kerangka teori, metode penelitian yang digunakan dan sistematika

pembahasan sebagai gambaran awal dari penelitian keseluruhanya.

Bab kedua, tentang paparan data dan temuan. Bab ini merupakan

pemaparan data yang diperoleh dari lapangan dan masalah-masalah yang

ditemukan di lapangan.

Bab ketiga, tentang pembahasan peneliti terhadap pesoalan

penelitian. Bab ini merupakan bab inti, dalam bab ini peneliti kan

mendeskripsikan secara menyeluruh tentang hasil analisa secara kualitatif

deskriftif mengenai Mekanisme Klaim Dana Tabarru’ Bagi Nasabah

Pemegang Polis di AJS Bumiputera Cabang Mataram

Bab keempat yaitu penutup, yang merupakan rangkain akhir dari

sebuah penelitian. Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

Kesimpulan dimaksudkan sebagai akhir dari sebuah penelitian, hal ini

penting sekali sebagai penegasan terhadap hasil penelitian yang tercantum

dalam bab II dan bab III. Sedangkan saran merupakan harapan penulis

kepada semua pihak yang terkait dalam masalah ini, agar penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dapat memberikan kontribusi yang maksimal.


35
BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum PT.Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera

1. Sejarah PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Cabang Mataram

PT Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera awalnya adalah unit

usaha syariah AJB Bumiputera 1912 yang beroprasi berdasarkan surat

izin dari DSN MUI Nomor-135/DSN-MUI/VI/2002 tertanggal 26 juni

2002 dan diperkuat dengan Kep. Menkeu RI. No. Kep-268/KM.6/2002

tanggal 7 November 2002. Dengan Ketua Dewan Pengawas Syariah

UUS AJB Bumiputera 1912 pada saat itu adalah DR. KH. Sahal

Mahfudz.

Pada tahun 2002, UUS AJB Bumiputera 1912 ini baru memiliki

satu kantor cabang syariah berlokasi di Jl. Wolter Monginsidi Jakarta

Selatan. Kantor cabang ini membawahi 12 kantor operasional di

Jabodetabek dan Jogyakarta.

Pada tahun 2016 setelah 14 tahun beroperasi, UUS AJB

Bumiputera 1912 mendapatkan izin operasional dari OJK (Kep-

74/D.05/2016 tanggal 5 September 2016) untuk berdiri sendiri menjadi

entesitas baru bernama PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera.35

35
Laporan pertanggung jawaban pengurus dan laporan pengawas, PT. Asuransi Jiwa
Syariah Cabang mataram (tahun buku 2017) hlm.56
37

Kini, PT Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera telah berkembang

dan memiliki 50 kantor Pemasaran dan Pelayanan Asuransi Syariah

(KPPAS) di berbagai kota besar di seluruh Indonesia.

Salah satu kantor pemasaran dan pelayanan asuransi syariah

adalah PT. Asuransi Jiwa Syariah cabang Mataram yang beralamat di

Jl. Pejanggik No. 2 Mataram memiliki agen sebanyak 38 agen yang

terseber di wilayah Kota Matram, Lombok Barat, Lombok Tengah dan

Lombok Timur. Dan menurut keterangan dari kepala cabang bahwa

beliau bercita-cita akan menambah agen sebanyak 150 agen agar

supaya pengaksesan serta layanan dari asuransi syariah tersebut akan

lebih maksimal dan merata karena menurut penuturan beliau betapa

pentingnya akan asuransi tersebut lebih-lebih pada asuransi yang

berbasis syariah.36

36
Elly Puspitasari, S.H, Wawancara, Mataram 4 September 2019.
38

5. Struktur Organisasi PT. Asuransi Jiwa Syariah (AJS) Bumiputera

Cabang Mataram.37

STRUKTUR ORGANISASI

PT. ASURANSI JIWA SYARIAH CABANG MATARAM

RUPS
(RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM)

DEWAN PENGAWAS SYARIAH DEWAN KOMISARIS


(DPS)
1. Selamet Sudarsono
1. Dr. H. Endy M. Astiwara, M.A,
2. Suaranto
FIIS
2. Hj. Siti Hanniatunnisa, LL.B, M.H. Agency Director
Elly Puspitasari, S.H

Finansial Unit Manager


Herni Purwanti, S.H

Kasir Senior Agency Servise


Riawati, S.E Yarni, S.E

37
Dokumentasi PT. Asuransi Jiwa Syariah Cabang Mataram 04 September 2019
39

Berdasarkan struktur organisasi diatas dapat dijabarkan tugas

dan wewenang masing-masing bagian sebagai berikut :

A. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat pemegang saham dilaksanakan setiap tahun, rapat

pemegang saham tahunan ini merupakan suatu kewajiban bagi suatu

Perusahaan AJS Bumiputera Cabang Mataram, karena merupakan

pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan. Dalam forum rapat

pemegang saham tahunan ini melakukan persetujuan dan pengesahan

atas laporan tahunan perseroan untuk tahun buku yang berakhir

tanggal 31 Desember 2018.38

Rapat umum pemegang saham menetapkan :

1. Anggaran Dasar

2. Kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha PT.

Asuranai Jiwa Syariah.

3. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan

pengawas.

4. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja PT.

Asuranai Jiwa Syariah serta pengesahan laporan keuangan.

5. Pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan

tugasnya

6. Pembagian sisa hasil usaha.

7. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran


38
Dokumentasi PT. Asuransi Jiwa Syariah Cabang Mataram 04 September 2019
40

perusahaan.

Keputusan rapat umum pemegang saham diambil berdasarkan

musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila tidak diperoleh

keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan

dilakukan berdasarkan suara terbanyak.

B. Pengurus

1. Tugas Pengurus:

a) Mengelola perusahaan dalam usahanya.

b) Memajukan rancangan kerja serta rancangan anggaran

pendapatan dan belanja perusahaan.

c) Menyelenggarakan rapat kepengurusan.

d) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban

pelaksanaan tugas.

e) Memelihara daftar buku aggota dan pengurus.

2. Wewenang Pengurus

a) Mewakili perusahaan didalam dan diluar pengadilan.

b) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggaran baru serta

pemberhentian pengurus sesuai dengan ketentuan dalam rapat

kepengurusan.

c) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan

pemanfaatan perusahaan sesuai dengan pertanggung

jawabannya dalam keputusan rapat pengurus.

Adapun tugas dari masing-masing pengurus PT. Asuransi


41

Jiwa Syariah Cabang Mataram:39

1) Ketua (Agency Directur)

a. Memimpin, mengkoordinir dan megawasi pelakasanaan tugas

dari pengurus, pengurus serta karyawan.

b. Memimpin Rapat Pengurus Tahunan dan rapat pengurus.

c. Mengesahkan semua surat yang menyangkut organisasi

keluar maupun kedalam yang dilakukan oleh sekretaris

2) Sekretaris (Senior Agency Servise)

a. Memelihara tata kerja perencanaan peraturan serta ketentuan

yang ada.

b. Menyusun laporan organisasi untuk kepentingan Rapat

Pengurus.

c. Bertanggung jawab dalam organisasi

3) Bendahara (Financial Unit Manager)

a. Merencanakan anggaran belanja dan anggaran pendapatan

perusahaan.

b. Mencari dana dengan memupuk simpanan pengurusdan juga

mencari sumber dana lain dari luar.

c. Mengatur dan mengawasi penggunaan sumber dana yang

diperoleh dengan selektif mungkin.

d. Memelihara semua harta perusahaan.

e. Mengatur pengeluaran uang dengan bekerja tidak melampaui

pengeluaran perusahaan.
39
Elly Puspitasari, S.H, Wawancara, Mataram 05 September 2019
42

C. Pengawas

a) Tugas Pengawas

1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan

pengelompokan perusahaan .

2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan.

b) Wewenang Pengawas

1) Meneliti catatan yang ada pada perusahaan.

2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

D. Peserta (tertanggung) Asuransi

1) Hak dan kewajiban Peserata Asuransi

a. Kewajiban untuk membayar premi kepada perusahaan sesuai

yang telah disepakati dalam akad.

b. Kewajiban untuk mengungkapkan keadaannya, baik itu

pekerjaannya, kesehatan ataupun hobi yang berkenaan dengan

polis.

c. Hak untuk mendapatkan pembayaran klaim atas apa yang

dideritanya.

2) Hak dan Kewajiban Penanggung/perusahaan

a. Kewajiban untuk mengelola dana yang diberikan oleh peserta.

b. Kewajiban untuk meberikan informasi tentang kesehatan

perusahaan.

c. Kewajiban untuk memberikan klaim tertanggung.

d. Hak untuk menerima pembayaran premi sesuai dengan


43

akadnya.

e. Hak untuk mengetahui keadaan calon peserta, baik itu

kesehatan, pekerjaan ataupun hobi yang berkaitan dengan

calon peserta.40

6. Produk-Produk PT.Auransi Jiwa Syariah Cabang Mataram

Produk-produk usaha yang dijalankan oleh PT. Asuransi Jiwa

Syariah cabang Mataram tidak jauh berbeda dengan produk-produk

usaha yang dijalankan oleh perusahaan asuransi jiwa syariah yang

lainnya. Adapun produk usaha yang dijalankan dibagi kedalam dua

produk, yaitu: produk asuransi perorangan syariah dan produk asuransi

kumpulan syariah.

1) Produk Asuransi Perorangan – Syariah

a. Mitra Iqra Plus: Produk asuransi jiwa perorangan syariah,

gabungan antara unsur tabungan untuk tujuan pendidikan dan

tolong menolong antar Peserta asuransi dalam menanggulangi

risiko finansial akibat meninggal dunia.

b. Mitra Mabrur Plus: Produk asuransi jiwa perorangan syariah,

gabungan antara unsur tabungan untuk tujuan beribadah Haji dan

tolong menolong antar Peserta asuransi dalam menanggulangi

risiko finansial akibat meninggal dunia.

c. Mitra Bp Link Syariah: Asuransi jiwa syariah yang memberikan

proteksi meninggal dunia dan investasi, dimana Pemegang Polis

40
Dokumentasi PT. Asuransi Jiwa Syariah Cabang Mataram, Mataram 05 September
2019.
44

secara langsung terlibat dalam investasi dengan menentukan

sendiri jenis investasinya.

d. AJSB Assalam Family Silver : Asuransi jiwa berbasis mikro

untuk seluruh pengurus keluarga selama satu tahun dengan premi

sangat terjangkau.

2) Produk Asuransi Kumpulan - Syariah

a. Mitra Ta ‘awun Pembiayaan Manfaat Tetap : Produk asuransi

kredit dengan pembayaran manfaat sesuai nilai pinjaman ketika

terjadi risiko meninggal dunia.

b. Mitra Ta ‘awun Pembiayaan Manfaat Menurun Proporsional:

Produk asuransi kredit dengan pembayaran manfaat secara

menurun proporsional sesuai sisa kredit ketika terjadi risiko

meninggal dunia.

c. Mitra Ta ‘awun Pembiayaan Manfaat Menurun Majemuk :

Produk asuransi kredit dengan pembayaran manfaat secara

menurun sesuai sisa kredit yang diperjanjikan dalam akad kredit

ketika terjadi risiko meninggal dunia.

d. Mitra Perlindungan Kecelakaan Diri : Asuransi kumpulan yang

memberikan manfaat sesuai uang pertanggungan ketika terjadi

risiko meninggal dunia karena kecelakaan.

e. Mitra Ekawarsa : Asuransi kumpulan yang memberikan manfaat

sesuai uang pertanggungan ketika terjadi risiko meninggal dunia

dikarenakan sebab apapun.


45

Dari dua macam produk yang dijalankan, produk yang menjadi

andalan atau yang paling banyak dipilih oleh pengurusnya adalah

produk/usaha mitra iqra’ plus adalah Produk asuransi jiwa perorangan

syariah, gabungan antara unsur tabungan untuk tujuan pendidikan dan

tolong menolong antar peserta asuransi dalam menanggulangi risiko

finansial akibat meninggal dunia. dan yang mana semua produk secara

sistem juga dengan otomatis menggunakan akad yang tiga yaitu akad

tabarru’, akad wakalah bil ujrah dan akad bagi hasil (mudharabah).

Karena bagaimanapun juga, asuransi berfungsi untuk melindungi dan

menjamin jiwa seorang serta finansial nya itulah sebabnya asuransi

diibaratkan seperti halnya sebuah payung, yang mana fungsi dari

payung tersebut adalah melindungi kita dari air yang turun dari langit

(hujan) maupun dari panasnya matahari.

7. Visi dan Misi PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera.

Visi PT.Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera adalah menjadi

perusahaan asuransi jiwa syariah berkulaitas kelas dunia (world calss

bussines) berbasis syariah, Frame Work Governance (SFG) dan Good

Corporate Governance (GCG).

Misi PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera

1. Menyediakan produk asuransi jiwa syariah yang berkualitas

berdasarkan kebutuhan masyarkat.


46

2. Menyediakan pelayanan yang unggul terhadap pelanggan internal

dan pelanggan eksternal melalui program kualitas kehidupan kerja

guna meningkatkan moral, produktivitas, ritensi sumber daya insani,

dan profitabilitas.

I. Mekanisme Penyelesaian Klaim Dana Tabarru’ Bagi Nasabah

Pemegang Polis

Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian klaim dana tabarru’

bagi nasabah pemegang polis, peneliti melakukan wawancara kepada

beberapa elemen yang ada di PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera

cabang Mataram mulai dari kepala cabang, staf, agen dan beberapa

peserta asuransi syariah.

Wawancara yang dilakukan oleh peniliti untuk mencari informasi

tentang mekanisme penyelesaian klaim dana tabarru’ bagi nasabah

pemegang polis, pertama peneliti melakukan wawancara kepada ibu

Elly Puspitasari, S.H selaku kepala cabang PT Asuransi Jiwa Syariah

cabang Mataram yaitu pada hari Rabu 4 September 2019 dengan

pertanyaan pertama yaitu: Bagaimana mekanisme penyelesaian klaim

dana tabarru’ bagi nasabah pemegang polis?

Jawaban ibu Elly Puspitasari, S.H:

Jadi pertama dana tabarru’ itu adalah dana yang terkumpul dari
premi yang disetor oleh peserta, dan memang dana tabarru’ itu
dialokasikan untuk dana kebajikan, dana tabarru’ itu diklaim hanya
untuk musibah meninggal dunia saja, dan untuk yang klaim karena
habis kontrak, tidak bisa diklaim dana tabarru’nya.41

41
Elly Puspitasari, S.H, Wawancara, Mataram 4 September 2019
47

Kemudian peneliti lanjut bertanya, sejauh ini apakah sudah ada nasabah
yang melakukan pengklaiman dana tabarru’ ini?
Jawaban ibu Elly Puspitasari, S.H:

“Sudah banyak yang mengklaim, sejauh ini kurang lebih sebesar


150 juta, perusahaan sudah melakukan pembayaran klaim dana
tabarru’ tersebut. jadi semua jenis produk itu sudah ada dana
tabarru’nya”.
Peneliti lanjut bertanya, apa saja yang harus dilakukan dan yang harus

dipersiapkan oleh peserta dalam penyelesaian pengklaim dana tabarru’

tersebut?

Jawaban ibu Elly Puspitasari, S.H:

Jadi yang harus dipersiapkan oleh peserta untuk melakukan


pengklaiman dana tabarru’ itu ialah peserta harus memenuhi
persyaratan-persyaratan, karena persyaratan dalam pengklaiman
biasa dengan pengklaiaman dana tabarru’ tersebut sama hanya saja
yang membedakannya adalah kalau pengklaiman dana tabarru’ itu
harus ada surat keterangan meninggal, tergantung nanti jikalau
meninggal dirumah dia tetap harus minta surat keterangan dari
desa/kelurahan menuju camat untuk diurus pengeluaran akta
kematian dan kalau meninggalnya dirumah sakit, harus dilengkapi
tambahan persyaratannya surat keterangan meninggal dari rumah
sakit, karena bantuan yang diterima peserta saat terjadi musibah
yang memenuhi ketentuan dari akad tabarru’ untuk memperoleh
bantuan, didapatkan dari peserta asuransi lainnya yang telah
berjanji saling membantu, dengan saling menghibahkan sejumlah
dana milik mereka.42
Peneliti kembali melanjutkan pertanyaan kepada subjek yang berbeda

yaitu ibu Herni Purwanti, S.H selaku bagian keuangan dengan

pertanyaan: dari keseluruhan dana tabarru’ yang terkumpul, bagaimana

perusahaan mengelola dana tabarru’ tersebut?

Jawaban ibu Herni Purwanti, S.H:

Jadi dana tabarru’ tersebut tidak dikelola dan tidak digunakan


untuk yang lain-lain, khusus untuk disimpan dan dicadangkan

42
Ely Puspitasari, Wawancara, Mataram 4 September 2019
48

untuk pembayaran apabila ada pengklaiaman musibah meninggal


dunia, dan sering terjadinya kesalah pahaman tentang praktik akad
tabarru’ tersebut dimana keuntungan yang dinikmati oleh
pengelola asuransi hanya bersumber dari pendapatan hasil investasi
yang dikelola berdasarkan akad mudharabah dan atau bersumber
dari pendapatan ujrah berupa fee dari akad wakalah bil ujrah antara
peserta dan perusahaan karena kalau dana tabarru’ itu digunakan
atau dikelola ya nanti ada untung dan rugi dan itu kita tidak tahu,
apakah untung atau rugi nantinya, sementara musibah itu kan kita
tidak tahu kapan datangnya dan yang digunakan atau dikelola oleh
perusahaan namanya dana investasi untuk pengembangan agar
mendapatkan hasil dan pengelolaannya itu pada lembaga keuangan
syariah seperti BPR dan Bank Mega Syariah.43

Peneliti lanjut bertanya kepada subjek yang berbeda yakni Ibu Yarni,

S.E selaku staf Senoir Agency Servise dengan pertanyaan: untuk

pembagian dari dana tabarru’ tersebut, berapa persen yang didapatkan

peserta dalam pengklaiman dana tabarru’ tersebut?

Ibu Yarni, S.E menjawab:

Untuk pembagian/yang akan didapatkan oleh peserta asuransi jika


melakukan pengklaiman itu dengan komposisi 70% untuk dana
tabarru’ dan 30% untuk perusahaan dan juga tergantung besar dan
kecilnya premi yang dikeluarkan karena kan setiap peserta berbeda-
beda jumlah premi yang akan dibayarkan tergantung usia,
kebutuhan dan jenis produk yang diambilnya karena pembukuan
terpisah dana tabarru’ dengan dana lain yang dikelola
perusahaan.44

Dari hasil wawancara dengan kepala cabang, bagian keuangan dan staf

dapat ditarik benang merahnya bahwa, mekanisme klaim dana tabarru’

bagi nasabah pemegang polis yaitu dana tabarru’ tersebut dialokasikan

untuk peserta yang meninggal dunia saja dan akan diterima oleh ahli

warisnya (sesuai nama yang tercantum di dalam polis), kemudian dalam

pengklaiman dana tabarru’ tersebut peserta harus mempersiapkan


43
Heri Purwanti, Wawancara, Mataram 4 September 2019
44
Yarni S.E, Wawancara, Mataram 5 september 2019
49

persyaratan agar bisa diklaim, adapun persyaratan tersebut sama halnya

dengan persyaratan klaim biasa akan tetapi kalau klaim dana tabarru’

itu harus ada surat keterangan meninggal baik dari desa/kelurahan

lanjut ke kecamatan ataukah dari rumah sakit, tergantung dimana

peserta meninggal, apakah meninggalnya dirumah atau dirumah sakit.

Kemudian untuk pengelolaan dana tabarru’ tersebut, dari pihak

perusahaan tidak mengelolanya hanya saja yang dikelola oleh

perusahaan adalah dana investasi tersebut dan untuk pembagiannya

adalah 70% untuk dana tabarru’ dan 30% untuk perusahaan. Kemudian

pengelolaannya itu, perusahaan bekerja sama dengan lembaga keuangan

syariah seperti BPR Syariah dan Bank Mega Syariah.

J. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi dalam Proses Penyelesaian

Klaim Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang Polis

Untuk mengetahui hambatan dalam penyelesaian klaim dana

tabarru’ bagi nasabah pemegang polis yang dijalankan PT.Asuransi

Jiwa Syariah cabang Mataram, peneliti melakukan wawancara kepada

ibu Elly Puspitasari, S.H selaku kepala cabang PT. Asuransi Jiwa

Syariah Cabang Mataram. Dengan pertanyaan yaitu: apa saja bentuk

hambatan dalam proses pengklaiman dana tabarru’ tersebut?

Jawaban ibu Elly Puspitasari, S.H:

Selama ini perusahaan tidak pernah mempersulit peserta dalam


pengklaiaman bagi pemegang polis selama persyaratan
pengklaiman itu lengkap, namun kendala yang pernah dialami oleh
perusahaan ketika peserta pada awal perjanjian, pada saat itu
peserta tidak memberikan pernyataan secara akurat tentang
50

keadaan kesehatannya dan problem seperti ini sering dialami oleh


perusahaan.45

Peneliti melanjutkan bertanya: kemudian apa yang dilakukan

perusahaan untuk menindak lanjuti problem tersebut buk?

Jawaban ibu Elly Puspitasari, S.H:

“Menindaklanjuti hal tersebut, perusahaan hanya mengembalikan

dana investasinya saja tapi tidak memberikan dana tabarru’nya. Karena

peserta dalam kontrak membuat pernyataan palsu terhadap dirinya”.

Peneliti juga melakukan wawancara pada subjek penelitian yang

lain yakni Senior agen Servise perusahaan kepada Mbak Yarni, S.E

dengan pertanyaan: sejauh mana peran agen dalam memberikan

pemahaman tentang asuransi syariah kepada para calon peserta

asuransi?

Jawaban Mbak Yarni, S.E:

sebenarnya kalau dalam hal ini, kami lebih memberikan gambaran


tentang apa sih asuransi syariah itu, apa saja produknya serta
maksud dan tujuan produk tersebut, pokoknya bagaimana kami
meyakinkan para calon peserta agar mereka bisa ikut dan gabung
untuk berasuransi.46

Peneliti lanjut bertanya: untuk hal yang lebih spesifik, dalam

menjelaskan atau menggambarkan masalah pengklaiman, baik klaim

biasa maupun klaim dana tabarru’, tentang bagaimana cara atau apa

saja yang harus dipersiapkan supaya peserta bisa melakukan

pengklaiman, apakah itu juga dijelaskan?

Jawaban Yarni, S.E:


45
Ely Puspitasari, Wawancara, Mataram 4 September 2019
46
Yarni S.E, Wawancara, Mataram 5 September 2019
51

Mengenai hal tersebut, kami sebagai agen hanya menjelaskan dan


menggambarkan tentang akad-akad, akan tetapi untuk masalah
pengklaiman sudah ada prosedurnya beserta apa-apa yang harus di
persiapkan karena bagaimanapun juga segala bentuk problematika
yang dirasakan oleh peserta, pintu kantor selalu terbuka untuk
melakukan konsultasi dan akan dilayani baik bahkan dalam
pengklaiman pun akan dibantu dan lain-lain karena pada saat
berlangsungnya perjanjian awal atau perikatan antara peserta dan
perusahaan, disanalah mereka akan dijelaskan hak dan kewajiban
antara peserta dan perusahaan agar supaya tidak ada dari salah satu
pihak yang dirugikan.47

Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa peserta yang

pernah melakukan pengklaiaman yakni dengan bapak Sunardi pada

tanggal 11 september 2019 dengan pertanyaan: apa saja hambatan yang

dirasakan bapak ketika melakukan pengklaiaman?

Jawaban bapak Sunardi:

Hambatan yang saya temukan dalam hal ini ialah respon yang
kurang dari peran agen/tim lapangannya yang seharusnya ikut
membantu dalam proses pengklaiman, kemudian menyebabkan
saya harus mengeluarkan tenaga ekstra dalam hal pengurusan
dokumen-dokumen yang diminta oleh perusahaan dan juga sering
molornya waktu dalam pembayaran klaim.48

Peneliti melanjutkan pencarian informan untuk mendapatkan data

pendukung dalam hal ini adalah salah satu peserta asuransi yakni bapak

Heri Wijayanto pada tanggal 12 September 2019 dengan pertanyaan:

apakah bapak sudah melakukan klaim dan apa hambatan yang

dirasakan saat proses penyelesaian klaim?

Pak Heri Wijayanto menjawab:

47
Yarni, S.E, Wawancara, Mataram 5 September 2019
48
Sunardi, Wawancara, Mataram 11 September 2019
52

Iya saya pernah melakukan pengajuan klaim dana tabarru’ untuk


ayah saya yang sebagai peserta waktu itu beliau meninggal dunia,
dan sebenarnya saya juga ikut asuransi sampai sekarang
pungkasnya dalam pertemuan singkat itu, yang kemudian dalam
proses pengajuan sampai dengan pemerosesan yang saya rasakan
adalah ketidak sesuaian perjanjian dalam waktu pembayaran
klaim/telat dalam waktu pembayaran oleh perusahaan namun
perusahaan juga tetap akan bertanggung jawab dalam hal ini,
artinya pihak perusahaan tetap akan membayar klaim akan tetapi
kelemahannya itu dalam hal telat pembayarannya saja.49

Peneliti juga melakukan wawancara dengan ibu Asyiah sebagai peserta

asuransi dengan pertanyaan: apakah ibu pernah melakukan klaim dan

apa yang kendala yang dirasakan saat proses pengklaiman?

Jawaban ibu Asyiah:

“Iya pernah, kendala yang saya rasakan pada saat proses pengajuan
klaim itu adalah telat/tidak tepat waktu dalam pembayaran klaim
tersebut akan tetapi tetap perusahaan memberikan dana klaim
tersebut”.50
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan peneliti yaitu

Ibu Elly Puspitasari, S.H, Mbak Yarni S.E, Bapak Sunardi dan Pak Heri

Wijayanto mengenai hambatan dalam proses pengklaiaman dana

tabarru’ dapat ditarik benang merahnya bahwa dalam pengklaiman,

dari perusahaan tidak pernah menyulitkan para peserta kalau mau

mengklaim, cukup mereka memenuhi persyaratan yang akurat/sesuai

yang telah ditentukan oleh perusahaan, dari perusahan tidak

menginginkan suatu kedustaan dari para peserta karena bagaimanapun

juga diasuransi syariah ini bagaimana kita terhadap sesama saling

tolong menolong dalam kebaikan supaya mendapat keberkahan. Dan

untuk hambatan yang sering terjadi yang dialami oleh perusahaan


49
Heri Wijayanto, Wawancara, Mataram 12 September 2019.
50
Asyiah, Wawancara, Mataram 12 September 2019
53

dalam pengklaiman ialah seringnya calon peserta itu melakukan suatu

pernyataan dan pembuktian yang dilakukan secara tidak jujur pada saat

pengajuan aplikasi kepada underwriter/orang yang menentukan apakah

calon peserta tersebut layak ikut dalam berasuransi.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Mekanisme Klaim Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang

Polis PT. Asuransi Jiwa Syariah Cabang Mataram

Perusahaan asuransi syariah diberi amanah untuk mengelola premi

dengan cara yang halal dan memberikan santunan kepada pihak yang

mengalami musibah sesuai dengan akad yang telah dibuat. Oleh karena

itu ketika ada klaim, perusahaan asuransi selaku penanggung harus

melaksanakan kewajiban sesuai yang tertera pada polis. Sedangkan uang

santunan, baik itu santunan kesehatan, kecelakaan, maupun kematian,

yang diberikan kepada peserta merupakan uang dari dana tabarru’ antar

peserta.

Dari hasil wawancara dan dokumentasi yang ada kemudian analisis

yang kami bisa terangkan dari pada mekanisime klaim dana tabarru’

bagi nasabah pemegang polis di PT. AJS Bumiputera cabang Mataram

ialah bahwa dalam pengajuan pengklaiman, baik itu klaim biasa maupun

klaim dana tabarru’ harus memenuhi dan melengkapi

dokumen/persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Karena

pengklaiman dana tabarru’ pada PT. AJS Bumiputera cabang Mataram

hanya di khususkan untuk peserta yang meninggal dunia saja. Dalam

fatwa DSN-MUI tentang asuransi, klaim atas dana tabarru’ merupakan

hak peserta yang menjadi kewajiban perusahaan sebatas yang disepakati

dalam akad. Terkait dengan pengelolaan dana tabarru’ tersebut bahwa


55

perusahaan tidak mengelolanya hanya saja disave atau disimpan dalam

rekening dana tabarru’ sebagai dana cadangan untuk peserta yang

meninggal dunia saja.

Secara umum, prosedur pengajuan klaim asuransi adalah:51

1. Pelaporan klaim

a. Tertanggung wajib melaporkan kejadian yang dialaminya secara

lisan, tertulis (surat, faks atau teleks) sesuai dengan jangka waktu

yang telah ditentukan.

b. Melengkapi laporan dengan dokumen-dokumen pendukung awal,

seperti formulir laporan kerugian yang telah diisi lengkap dan

ditanda tangani, foto copy polis dan tanda bukti pembayaran premi

(pelunasan maupun penyicilan), surat keterangan dari pihak

kepolisian/lurah/camat setempat.

2. Validitasi dokumen

Segera setelah menerima pemberitahuan adanaya kerugian dari

tertanggung, penanggung melakukan pemeriksaan dokumen akseptasi

mengenai ada tidaknya kepentingan tertanggung atas objek yang

mengalami kerugian. Beberapa hal yang diperiksa, antara lain:

a. Surat permintaan penutupan asuransi

b. Covernote atau nota penutupan sementara

c. Polis asuransi

d. Pembayran premi atas polis yang bersangkutan,

Sigma, Jurus Pintar Asuransi-Agar Anda Tenang, Aman, dan Nyaman (Yogyakarta:
51

Gmedia 2011) hal. 154


56

e. Jangka waktu pertanggungan pada polis

f. Bukti tulisan lainnya seperti teleks, faks, dan lain-lain

3. Proses klaim

Penelitian klaim dilakukan setelah validitas polis terpenuhi, meliputi:

a. Survei klaim

Survey on the spot dilakukan pada objek yang mengalami kejadian

kerugian untuk dapat mengetahui lebih lanjut penyebabnya.

b. Dokumen pendukung klaim.

c. Validitas klaim

1. Klaim dinyatakan valid bilamana dokumen pendukung klaim

telah membuktikan kebenaran terjadinya klaim tersebut dan

dijamin didalam syarat-syarat pertanggungan.

2. Bilamana ternyata klaim tidak valid, maka klaim ditolak.

Dalam praktiknya untuk pengajuan klaim dana tabarru’

(meninggal dunia) yang diperlukan adalah:

a. Surat keterangan kematian yang sah dari instansi yang berwenang

(lurah/kepala desa/camat).

b. Surat keterangan dokter jika peserta meninggal dunia di rumah

sakit.

c. Surat keterangan dari kepolisian jika peserta meninggal dunia

akibat kecelakaan, disertai surat keterangan dari dokter.


57

Adapun jumlah kisaran dana tabarru’ dan persentase klaim

ditentukan dengan usia peserta dan masa asuransi. Perhitungan manfaat

asuransi dapat dihitung cara reguler yaitu:

Manfaat Asuransi= Kontribusi tahunan x Masa Asuransi (maksimal

12 tahun)52

Sehingga peneliti bisa mengambil benang merah terkait dengan

mekanisme klaim dana tabarru’ bagi nasabah pemegang polis yang

diterapkan oleh PT.Asuransi Jiwa Syariah cabang Mataram dengan

teori yang ada, memang tidak salah atau sudah sesuai dengan prinsip

syariah mulai dari penerapan akadnya yakni akad tabarru’ yang

memang untuk saling tolong menolong dalam kebajikan. Karena dari

hasil wawancara yang sudah dilakukan bahwa yang namanya dana

tabarru’ itu ialah dana santunan yang memang diperuntukkan kepada

para peserta pemegang polis apabila peserta pemegang polis

meninggal dunia dengan harus memenuhi segala persyaratan yang

telah ditentukan oleh perusahaan dan dana tabarru’ dapat diambil

dengan cara pengajuan klaim, tanpa pengajuan klaim, maka dana

tabarru’ tidak dapat diambil. Dan tercatat sebesar kurang lebih 150

juta, perusahaan sudah membayar pengklaiman kepada penerima (ahli

waris) dana santunan tersebut.

Dari adanya dana tabarru’ ini akan menghilangkan faktor gharar

(unsur ketidakjelasan) dan maysir (unsur judi) dalam praktik asuransi

52
Dokumentasi PT. Asuransi Jiwa Syariah Cabang Mataram 04 September 2019
58

syariah, peraturan Menteri Keuangan No. 18/010/2010 menekankan

agar ada pemisahan rekening dan tujuan penggunaan serta fungsi

pencatatan terpisah untuk benar-benar menjamin bahwa dana tabarru’

untuk tujuan tolong menolong benar-benar murni dan tidak tercampur

dengan dana operasional bisnis perusahaan, karena peserta saling

menanggung satu sama lain, jadi jika salah satu peserta mendapat

musibah (meninggal dunia), maka peserta lainnya ikut menanggung

bersama resiko tersebut.

K. Analisis Hambatan yang Dihadapi dalam Proses Penyelesaian Klaim

Dana Tabarru’ Bagi Nasabah Pemegang Polis Di PT. Asuransi Jiwa

Syariah Bumiputera Cabang Mataram

Penyelesaian problem terhadap seseorang yang melakukan iktikad

tidak baik dalam memberikan keterangan tentang keadaannya. Pada

hukum acara perdata, hal pembuktian merupakan hal terpenting karena

akan dibuktikan seseorang itu salah atau benar.

Dari hasil wawancara dan dokumentasi yang ada kemudian analisis

yang kami bisa terangkan dari pada hambatan yang dihadapi dalam

proses penyelesaian klaim dana tabarru’ bagi nasabah pemegang polis di

PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera cabang Mataram bahwa

terjadinya pengakuan peserta yang memang tidak benar adanya. Akan

tetapi perusahaan menindak lanjuti hal tersebut dengan menolak

pengajuan pengklaiman dana tabarru’ oleh ahli warisnya tetapi diberikan

atau dikembalikan dana investasinya.


59

Dalam buku maupun praktiknya, proses klaim harus dilakukan

dengan mengikuti prosedur yang berlaku, secara umum prosedur klaim

asuransi sama, baik itu asuransi syariah maupun konvensional. Jika tidak

memenuhi prosedur maka klaim bisa jadi akan ditolak. Penyebab

penolakan klaim asuransi jiwa, yaitu bunuh diri, melukai diri sendiri,

melanggar hukum dan misrepresentasi.

Salah satu penyebab sering terjadinya penolakan klaim yang

dilakukan oleh PT. Asuransi Jiwa Syariah Cabang Mataram ialah karena

misrepresentasi.

Misrepresentasi merupakan pernyataan yang disampaikan secara

tidak jujur pada saat pengajuan aplikasi kepada underwriting.

Misrepresentasi dapat berupa pernyataan bohong mengenai riwayat

kesehatan, umur, pekerjaan dan hobi calon tertanggung.

Misrepresentasi adalah kondisi di mana satu pihak dalam kontrak

membuat pernyataan palsu tentang satu fakta kepada pihak lain yang

bergantung kepadanya.53 Seperti halnya pemalsuan surat keterangan sehat

dari dokter karena dapat menyebabkan kerugian pada satu pihak dan ini

tidak sesuai dengan konsep dalam ketentuan syariah.

Untuk itu misrepresentasi merupakan salah satu alasan penolakan

klaim asuransi jiwa syariah karena berkaitan dengan iktikad baik atau

kejujuran seseorang dalam memberikan keterangan.54

53
Modul Prufast start, PT Prudencial Life Assurance. Hlm.135.
54
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah Berkah Terakhir Yang Tak Terduga,
(Yogyakarta: C.V Andi 2016) hlm. 96
60

Asas kejujuran atau iktikad baik ini pada dasarnya merupakan asas

perjanjian sehingga harus dipenuhi oleh pihak yang melakukan

perjanjian. Bagaimanapun juga iktikad baik merupakan prinsip dasar

utama dalam suatu perjanjian dan hukum pada dasarnya tidak melindungi

orang yang mempunyai iktikad buruk. Iktikad baik diatur dalam kitab

Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 251, bahwa:

“setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak

memberikan hal-hal diketahui oleh si tertanggung, betapapun iktikad

baik padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si

penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu

tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama,

mengakibatkan batalnya pertanggungan”.

Adapun hadist Nabi Muhammad SAW Tentang Kejujuran sebagai

berikut:
َ ُ َّ َ ْ ُ َ ‫ َق‬: ‫ال‬
َ ‫هللا َع ْن ُه َق‬
ُ ‫َع ْن َع ْبد هللا بن َم ْس ُع ْود َرض َي‬
‫هللا َعل ْي ِه‬ ‫صلى‬ ِ ‫ال َرسو ُل‬
‫هللا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ َ ّ ‫ َفإ َّن‬، ‫الص ْدق‬ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ
‫ َو ِإ َّن ال ِب َّر َي ْه ِد ْي ِإلى‬، ‫الص ْد َق َي ْه ِد ْي ِإلى ال ِب ّ ِر‬
ِ
ّ
ِ ِ ِ ‫ عليكم ِب‬: ‫وسلم‬

َْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ّ ‫ص ُد ُق َو َي َت َح َّرى‬
ِ ‫الصدق حتى يكت َب ِعند‬
‫هللا‬ ْ ‫الر ُج ُل َي‬ ُ ‫ َو َما َي َز‬، ‫ْال َج َّن ِة‬
َّ ‫ال‬
ِ

ْ ْ َ َْ َ َْ ُ
‫ َو ِإ َّن ال ُف ُج ْو َر‬، ‫ ف ِإ َّن الك ِذ َب َي ْه ِد ْي ِإلى ال ُف ُج ْو ِر‬، ‫ َو ِإ َّياك ْم َوالك ِذ َب‬، ‫ِص ِّد ْي ًقا‬

َْ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ َ َََ ْ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ َّ ‫َي ْهد ْي إ َلى‬


ِ ‫الرج ُل يك ِذ ُب ويتح َّرى الك ِذب حتى يكت َب ِعند‬
‫هللا‬ ‫ وما يزال‬، ‫الن ِار‬ ِ ِ

َّ َ
‫كذ ًابا‬
61

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw.


bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran
menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga.
Dan sesantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia
tercatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah oleh
mu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan
kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku
dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai
pendusta.”(H.R.Muslim)55

Dalam perdagangan, manusia dituntut untuk berlaku jujur, baik itu

pedagang maupun pembeli. Walau keuntungan yang didatkan sedikit

tetap harus jujur, karena yang terpenting adalah keberkahan, sehingga

harta yang didapatkan menjadi halal. Begitu pula dengan pembeli, apa

yang dibeli akan menjadi halal dan berkah, dengan tidak melakukan tipu

daya.

Pedagang yang baik adalah yang menggenapkan timbangan tidak

mengurangi, pedagang yang tidak berbuat riba, pedagang yang menjual

barang yang halal dan baik bagi konsumen, dan sebagainya. Untuk

sedikit tidak apa-apa yang penting lancar dan mendatangkan banyak

pelanggan, maka insya Allah rezeki Allah tidak akan berpindah kepada

orang lain.

Dan yang dilakukan oleh perusahan PT. Asuransi Jiwa Syariah

cabang Mataram dalam menyelesaikan hal tersebut ialah tidak salah

karena memang yang namanya kebohongan serta ketidak jelasan

menyebabkan salah satu penghambat dari proses kinerja baik itu terhadap

pengklaiman maupun pelayanan yang lain.

55
Huda, Nurul dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis
dan Praktis (Jakarta: Kencana 2013) hal.33
62

Namun disini juga perusahaan seringkali telat dalam pembayaran

dalam proses pengklaiman dan peran agen dalam hal ini kurang

maksimal dalam pelayanan, baik itu membantu peserta dalam hal

menyiapkan apa saja persyaratan yang harus dipersiapkan dalam

pengajuan klaim tersebut.

Semua perusahaan asuransi yang berdasarkan konsep syariah tidak

punya alasan untuk menunda pembayaran klaim. Penundaan klaim tidak

boleh dilakukan karena klaim merupakan suatu proses yang telah

diantisipasi sejak awal oleh perusahaan asuransi dan klaim merupakan

hak peserta yang merupakan amanat yang harus dijalankan oleh

pengelola. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anfaal:2756


ُ ُ َ َّ ُ ُ َ ‫اَل‬ َّ َ
L‫ا‬L‫ و‬L‫ن‬L L‫ و‬L‫خ‬L L‫ت‬L L‫و‬Lَ L‫ل‬Lَ L‫ و‬L‫س‬Lُ L‫ر‬L َّ L‫ل‬L‫ ا‬L‫و‬Lَ L‫ه‬Lَ L‫ل‬L L‫ل‬L‫ ا‬L‫ا‬L‫ و‬L‫ن‬L L‫ و‬L‫خ‬L L‫ت‬L L‫ا‬L‫ و‬L‫ن‬Lُ L‫م‬Lَ L‫ آ‬L‫ن‬Lَ L‫ ي‬L‫ذ‬Lِ L‫ل‬L L‫ ا‬L‫ ا‬L‫ه‬Lَ L‫ي‬Lُّ L‫أ‬L L‫ ا‬L‫ي‬Lَ

َ َ َْ ُ َ َ
L‫ن‬Lَ L‫ و‬L‫م‬Lُ L‫ل‬L L‫ع‬Lْ L‫ت‬L L‫م‬Lْ L‫ت‬Lُ L‫ن‬L L‫أ‬L L‫و‬Lَ L‫م‬Lْ L‫ك‬L L‫ت‬Lِ L‫ ا‬L‫ن‬L L‫ ا‬L‫م‬Lَ L‫أ‬L

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


menghianati Allah dan rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu
menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada mu, sedangkan
kamu mengetahui”.

Dalam prinsip Islam juga, dalam hal ini adalah kita harus tolong

menolong dalam situasi apapun dan dalam kondisi apapun, sebagai agen

harus siap ekstra dalam bekerja. Semua perusahaan asuransi yang

berdasar konsep syariah tidak punya alasan untuk menunda pembayaran

klaim karena itu merupakan hak peserta dan ini juga harus sudah

diantisipasi oleh perusahaan sejak awal.

56
Al-qur’an, Mushaf Al-Majid (Jakarta Timur: Pustaka Al- Mubin, 2013) hlm. 180
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil di lapangan mengenai mekanisme klaim dana tabarru’

bagi nasabah pemegang polis, berdasarkan rumusan masalah, tujuan

penelitian, hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam mekanisme klaim dana tabarru’ bagi nasabah pemegang polis di

PT. Asuransi Jiwa Syariah (AJS) Bumiputera cabang Mataram ialah

bahwa Dana tabarru’ menjadi dana tolong menolong antar peserta

asuransi syariah yang terkena musibah (meninggal dunia) yang

pembayaran klaim dialokasikan langsung dari pos dana tabarru’ yang

dipisahkan dari dana lainnya. Dana tabarru’ dapat diambil dengan cara

pengajuan klaim, tanpa pegajuan klaim, maka dana tabarru’ tidak dapat

diambil.

Dalam pengklaiaman dana tabarru’ peserta harus mempersipakan

persyaratan dalam pengajuan klaim, persyaratan dalam klaim itu

sebenarnya sama, akan tetapi kalau klaim dana tabarru’ itu harus ada

surat keterangan meninggal dunia baik dari kelurahan/desa ataukah dari

rumah sakit tergantung dimana peserta meninggal.

Dalam pengelolaan dana tabarru’ tersebut, dari pihak perusahaan tidak

mengelolanya hanya saja yang dikelola oleh perusahaan adalah dana

investasi para peserta dan untuk pembagiannya adalah 70% untuk dana

tabarru’ dan 30% untuk perusahaan. Kemudian pengelolaannya itu,


64

perusahaan bekerjasama dengan lembaga keuangan syariah seperti BPR

Syariah dan Bank Mega Syariah.

2. Hambatan yang dialami oleh perusahaan dalam proses penyelesaian

klaim adalah sering terjadi para calon peserta itu melakukan suatu

pernyataan dalam pembuktian yang dilakukan secara tidak jujur pada

saat proses pertama mendapatkan polis dan hal ini juga akan menjadi

pertimbangan perusahaan pada saat peserta mengajukan klaim.

Kemudian yang sering dialami oleh peserta dalam proses pengklaiman

ialah agen yang kurang kontributif dalam membantu proses

pengklaiaman baik dalam membantu mempersiapkan dokumen-

dokumen yang dibutuhkan oleh perusahaan dan sering terjadi telat

pembayaran klaim oleh perusahaan.

L. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah

dikemukakan, maka peneliti ingin menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Peran agen dalam perusahaan harus lebih maksimal lagi untuk

menjelaskan berbagai substansi dalam asuransi jiwa syariah tersebut.

2. Perusahaan harus lebih teliti lagi dalam proses penerimaan calon

peserta asuransi karena dalam proses penyeleksian tersebut harus

lebih berhati-hati agar supaya tidak ada dari salah satu pihak yang

dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Abdul Ghofur, Asuransi Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:


UII Press. 2007)

Abdul Aziz Dahlan, Ekslopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru,


Van Hoeven, 1996)

Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945


(Jakarta: UI-Press,1995)

Al-Qur’an, Mushaf Al-Majid (Jakarta Timur: Pustaka Al- Mubin,


2013)

Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan (Yogyakarta: Graha


Ilmu,2010)

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT


Bumi Aksara, 2009)

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang


Pedoman Umum Asuransi Syariah.

H.M. Daud Ali, Hukum Islam:Pengantar Ilmu Hukum dan Tata


Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004)

http://kamusbisnis.com./arti/misrepresentasi/ diakses tanggal 9 Juli


2019.

Hermawan Darmawi, Manajmen Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara,


2001)

Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya


Menghilangkan Gharar, Maisir, Dan Riba( Jakarta:Gema
Insani, 2016)

Mohd Ma’sum Billah, Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan Islam,isu-


isu Kontemporer Terpilih (Jakarta: UIN Syarif Hidaytullah, 2009)

Muhammad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,


1998)

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja


Grapindo Persada, 2008)
Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam:
Tinjauan Teoritis Dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2013)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2016)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek


(Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Sigma, Jurus Pintar Asuransi-Agar Anda Tenang, Aman, dan Nyaman


(Yogyakarta: Gmedia 2011

Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah-Berkah Terakhir Yang Tak


Terduga (Yogyakarta: CV. Andi offset, 2016)

Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Tinjauan Dasar, (Surabaya:


SIC, 1996)

Anda mungkin juga menyukai