Anda di halaman 1dari 29

DETEKTOR LOGAM BERAT Hg MENGGUNAKAN SENSOR

KOLORIMETRI BERBASIS BIOSINTESIS NANOPARTIKEL PERAK


DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK DAUN ANDROGRAHIS
PANICULATA NESS

( Proposal ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi dan
Publikasi )

Dosen Pembimbing : Dr. Ahmad Fauzi, M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Reza Novita Sari

Nim : 17034124

Prodi : Fisika

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGATAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidaya-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal pada mata kuliah
Metodologi Penelitian dan Publikasi.

Dalam penyusunan proposal ini penyusun mendapat banyak bantuan dari


berbagai pihak, untuk itu tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
dosen mata kuliah Metodologi Penelitian dan Publikasi , yang telah membimbing
dan memberikan ilmunya kepada kami. Orang tua yang telah memberikan
dorongan spiritual dan material. Teman-teman yang memberikan saran dan
kritiknya dalam penyusunan proposal ini.

Penyusun menyadari kalau proposal ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan-kekurangan. Dikarenakan terbatasnya kemampuan
kami sebagai penyusun. Adapun demikian, kami telah berusaha untuk membuat
proposal ini dengan sebaik-baiknya.

Penyusun berharap agar proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
baik dalam ilmu pengetahuan maupun untuk kehidupan sehari-hari.

Padang, 13 Maret 2020

Reza Novita Sari

ii
Daftar Isi
KATA PENGATAR................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
Daftar Gambar........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Dampak Negatif Logam Berat Hg dalam Kehidupan...............................4
2.2 Klasifikasi Dan Kandungan Kimia Andrograhis Paniculata Ness...........5
2.3 Proses Biosintesis Nanopartikel Perak Dengan Memanfaatkan Ekstrak
Daun Andrograhis Paniculata Ness.....................................................................8
2.4 Prinsip Kerja Dari Sensor Kolorimetri....................................................12
BAB 3. METODE PENELITIAN.........................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................23

iii
Daftar Gambar
Gambar 1. Struktur molekul Thimerosal yang mengandung 49.6 % etil merkuri..5
Gambar 2. Tumbuhan Andrograhis Paniculata Ness..............................................6
Gambar 3. Struktur kimia senyawa Flavonoid.........................................................8
Gambar 4. Skema UV-Vis.....................................................................................12
Gambar 5. UV Vis Spektofotometer......................................................................13

iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman menyebabkan aktivitas juga meningkat


termasuk sector perindustrian yang membantu kemudahan hidup manusia.
Namun hal ini menyebabkan permasalahan karena adanya limbah industry
yang mencemari lingkungan. Salah satunya adalah limbah logam berat
yang memiliki sifat toksik[ CITATION End15 \l 1033 ]. Tidak dapat
diuraikan secara biologi dan cenderung terakumulasi dalam air, sedimen
dasar perairan dan tubuh organisme. Salah satu logam berat dengan tingkat
toksitasi tinggi adalah merkuri (Hg). Zat ini berasal dari industry
pertambangan, kertas,batrai, cat, dan electroplating. Logam berat Hg di
dalam air membentuk ion Hg (II) dengan kosentrasi tinggi dapat
membahayakan kesehatan. Berdasarkan peraturan mentri No. 492 tahun
2010 tentang persyratan kualitas air minum, batas maksimum konsentrasi
merkuri di dalam air minum adalah 1 ppb (0.001 ppm) [ CITATION
Dwi17 \l 1033 ].
Berdasarkan hal ini,diperlukannya suatu instrument yang bisa
mendeteksi logam berat Hg. Salah satunya adalah dengan sensor
kolorimetri. Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan
perbedaan warna. Metode kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai
perbandingan. Biasanya cahaya putih digunakan sebagai sumber cahaya
untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap suatu zat. Selain
kolorimetri, metode lain yang menggunakan warna sebagai pembanding
adalah spektofotometri. Kelebihan metode kolorimetri adalah
kemudahannya dalam menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Sehingga logam berat Hg dengan konsentrasi kecil masih bisa dideteksi.
Instrument yang biasa digunakan untuk mengetahui kadar logam
Hg dalam lingkungan adalah inductive coupled plasma mass spectrometry
(ICP-MS) dan atomic absorbsion spektroskopi (AAS). Kedua instrument
ini memiliki harga yang mahal sehingga tidak semua orang bisa

1
menggunakannya. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan nanopartikel
perak (NPP) dengan metoda biosintesis. Dimana metoda ini
memanfaatkan tumbuhan sebagai bioreduktor [ CITATION Ren17 \l
1033 ]. Bioreduktor adalah cara sintesis nanopartikel dengan
menggunakan media dari bahan-bahan biologi baik mikroorganisme
ataupun ekstrak dari tumbuh-tumbuhan. Penggunaan bahan ramah
lingkungan tersebut memberikan manfaat terhadap keamanan lingkungan
serta cocok untuk aplikasi biomedis dan farmasi, karena dalam proses
sintesisnya tidak menggunakan bahan kimia beracun. [ CITATION
Nyo17 \l 1033 ].
Dari laporan beberapa peneliti tersebut di atas, dapat dijelaskan
bahwa setiap tanaman memberikan hasil dan karakteristik nanopartikel
yang berbeda. Oleh sebab itu diperlukan banyak data tentang sintesis
nanopartikel dengan menggunakan berbagai jenis tanaman. Tanaman
Sambiloto adalah salah satu jenis tanaman obat tradisional. Tanaman
Sambiloto kaya akan senyawa polifenol seperti flavonoid, fenol dan
tannin. Juga mengandung senyawa kimia lainnya seperti andrographolide,
panikulida, farnesol, protein arabinogalaktan, dan saponin [6]. Senyawa
polifenol adalah salah satu senyawa kimia yang diduga dapat berperan
sebagai agen pereduksi. Oleh sebab itu tumbuhan Sambiloto dapat
digunakan untuk mensintesis nanopartikel khususnya nanopartikel perak. [
CITATION Nyo17 \l 1033 ]
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dibuatlah detektor logam
berat Hg menggunakan sensor kolorimetri berbasis biosintesis
nanopartikel perak dengan memanfaatkan ekstrak daun Andrograhis
Paniculata Ness (tumbuhan sambiloto). Sebagai salah satua plikasi
biosensor yang berguna dalam pendeteksi logam berat Hg. Sensor
kolorimetri ini ramah lingkungan, murah dan aman digunakan dalam
bidang kesehatan serta farmasi karena dalam proses sintesisnya tidak
menggunakan bahan kimia yang beracun.

1.2 Tujuan Penelitian

2
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mendeteksi
logam berat Hg dalam air dengan menggunakan sensor kolorimetri
berbasis nanopartikel perak.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam proposal ini adalah :

1. Bagaimana dampak negatif dari logam berat Hg dalam kehidupan ?


2. Bagaimana senyawa kimia daun Andrograhis Paniculata Ness sehingga
bisa dimanfaatkan sebagai biosiontesis nanopartikel perak ?
3. Bagaimana proses biosintesis nanopartikel perak dengan memanfaatkan
ekstrak daun Andrograhis Paniculata Ness ?
4. Bagaimana prinsip kerja dari sensor kolorimetri?

1.4 Manfaat

Hasil dari proposal ini diharapkan memberikan manfaat pada:


1. Sebagai acuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk melahirkan ide-ide yang inovatif.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk pengembangan penelitian
sejenis pada tahap berikutnya.

3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak Negatif Logam Berat Hg dalam Kehidupan

Air raksa (Hg), atau sering disebut juga sebagai merkuri merupakan
satu dari lima unsur golongan logam transisi (bersama cesium, fransium,
galium, dan brom) yang berbentuk cair pada suhu kamar dan mudah menguap.
Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya
pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur
merkuri (Hg), merkuri monovalen (Hg1+), dan merkuri bivalen (Hg2+).
Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor,
belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya
berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih
dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di
udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan
tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas
volkanik.
Bentuk Hg utama di lingkungan yaitu uap Hg, garam Hg anorganik
(Hg+ dan Hg 2+) dan Hg organic (metilmerkuri dan dimetil merkuri. Merkuri
oraganik mengandung merkuri dengan satu ikatan kovalen dengan atom
karbon merupakan senyawa heterogen yang mempunyai kemampuan
mengahasilkan toksik. Hg mudah membentuk ikatan kovalen dengan sulfur
dalam bentuk sulfidril membentuk atom hydrogen X-Hg-SR dan Hg(SR), X
menunjukan suatu radikal elektronegatif dan R adalah protein. Hg organic
membentuk merkaptida tipe RHg- SR. aktifitas enzim sulfidril dapat
menghambat Hg sehingga metabolism dan fungsi sel terganggu[ CITATION
End10 \l 1033 ].

4
Gambar 1. Struktur molekul Thimerosal yang mengandung 49.6 % etil
merkuri

Hg anorganik dan ionic dapat menyebabkan toksisitas berat. Efek


korosifnya pada mukosa usus menyebabkan Hemathocheid yang ditandai
lepasnya mukosa kedalam tinja. Efek sistemik paling serius dan paling sering
terjadi akibat Hg anorganik merupakan nefrotoksian yang menyerang sel-sel
tubular proksimal. Hg berikatan dengan gugus sulfidril dari protein
membrane, sehingga mempengaruhi system membrane dan menyebabkan
nekrosis tubuli ginjal yang disertai oliguria, anurisis dan uremia dan kerusakan
glomerular.[ CITATION End10 \l 1033 ]
Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
saluran pencernaan, gangguan kardiova sculer, kegagalan ginjal akut maupun
shock. Pada lingkungan perairan. Ada tiga media yang dapat digunakan
sebagai indicator pencemaran logam berat yaitu air, sedimen, dan organisme
hidup yang dianggap tinggal menetap di wilayah tersebut. [ CITATION Dik19
\l 1033 ]

2.2 Klasifikasi Dan Kandungan Kimia Andrograhis Paniculata Ness

2.2.1 Klasifikasi dan morfologi tumbuhan Andrograhis Paniculata Ness


Tumbuhan Andrograhis Paniculata Ness atau dalam bahasa
Indonesia dikenal sebagai sambioto merupakan tumbuhan yang
berasal dari India. Menurut data specimen di Herbarium
Bogoriense di Bogor, Andrograhis Paniculata Ness sudah ada di
Indonesia sejak 1893. Tanaman ini juga sering dimanfaatkan oleh
banyak orang sebagai obat untuk bisa mencegah pembentukan
radang, obat sakit perut, dan kencing manis.Bisa juga untuk

5
memperlancar air seni, untuk menurunkan panas badan, dan juga
terkena racun[ CITATION Zah15 \l 1033 ]. Berikut ini ada
beberapa rincian klasifikasi dan morfologi dari sambiloto, yaitu :

KINGDOM : Plantae

SUB KINGDOM : Viridiplantae

INFRA KINGDOM : Streptophyta

SUPER DIVISI : Embryophyta

DIVISI : Tracheophyta

SUB DIVISI : Spermatophytina

KELAS : Magnoliopsida

SUPER ORDO : Asteranae

ORDO : Lamiales

FAMILI : Acanthaceae

GENUS : Andrographis Wall. ex Nees

SPESIES : Andrographis paniculata

6
Gambar 2. Tumbuhan Andrograhis Paniculata Ness

2.2.2 Kandungan Kimia Andrograhis Paniculata Ness

Secara kimia Andrograhis Paniculata Ness mengandung


flavonoid dan lakton. Pada lakton, komponen utamanya adalah
andrographolide, yang juga merupakan zat aktif utama dari
tanaman ini. Andrographolide sudah diisolasi dalam bentuk murni
dan menunjuk-kan berbagai aktivitas farmakologi. Zat aktif herba
ini dapat ditentukan dengan metode gravimetrik atau dengan high
performance liquid chromatography [HPLC]. Berdasarkan
penelitian lain yang telah dilakukan, kandungan yang di-jumpai
pada tanaman sambiloto diantaranya diterpene lakton dan
glikosidanya, seperti andrographolide deoxyandrographolide,
11,12-didehydro-14- eoxyandro grapholide, dan
neoandrographolide. Flavonoid juga dilaporkan ada terdapat pada
tanaman ini.[ CITATION Wid07 \l 1033 ].
Sambiloto adalah salah satu jenis tanaman obat tradisional.
Tanaman Sambiloto kaya akan senyawa polifenol seperti
flavonoid, fenol dan tannin. Senyawa polifenol adalah salah satu
senyawa kimia yang diduga dapat berperan sebagai agent
pereduksi . Oleh sebab itu tanaman Sambiloto dapat digunakan
untuk mensintesis nanopartikel khususnya nanopartikel perak. Juga
dilaporkan proses optimasi untuk memperoleh protocol biosintesis
dengan hasil optimal dan karakteristik nano partikel perak dari
hasil biosintesis tersebut [ CITATION Nyo17 \l 1033 ].

7
Gambar 3. Struktur kimia senyawa Flavonoid

2.3 Proses Biosintesis Nanopartikel Perak Dengan Memanfaatkan Ekstrak


Daun Andrograhis Paniculata Ness

2.3.1 Nano Partikel Perak

Nanopartikel (NPs) dikelompokkan menjadi dua jenis


utama yaitu organik dan anorganik. Yang termasuk nanopartikel
organic adalah Karbon. Sedangkan nanopartikel anorganik terdiri
dari nanopartikel magnetic (nanopartikel logam mulia (platinum,
emas dan perak) dan nanopartikel semikonduktor (titanium oksida
dan seng oksida). Nanopartikel anorganik meningkat
penggunaannya karena kemudahan dalam bidang kesehatan,
pengiriman obat, fungsional yang baik, kemampuan spesifikasi
target. Nanoteknologi dengan skala ukuran nanomaterial (1-100
nm). Bahan nano juga bisa diperoleh dengan bahan sintesis
biologis melalui teknik green chemistry. Ekstrak tanaman yang
dilakukan secara eksperimental memberikan berbagai karakterisasi
yang mengarah pada identifikasi senyawa dengan ukuran nano
yang berbeda bentuk. Biosintesis nanopartikel dalam bentuk yang
berbeda seperti bola, batang, kubik, segitiga dan juga didalam
ukuran berbeda.[ CITATION Nan18 \l 1033 ]
Mekanisme nanopartikel perak sebagai zat antimikroba,
yaitu nanopartikel perak dapat melekat pada dinding sel
mikroorganisme sehingga dapat mengganggu permeabilitas
dinding sel serta respirasi seluler. Selain itu, nanopartikel perak
juga dapat menembus jauh kedalam dinding sel sehingga
menyebabkan terjadinya kerusakan sel dengan cara berinteraksi
dengan fosfor ataupun senyawa yang mengandung sulfur, seperti
DNA dan protein yang terdapat didalam sel. Sifat bakteriosidal
nanopartikel perak disebabkan karena adanya proses pelepasan ion

8
perak dari partikel yang dapat memberikan aktifitas
antimikroba[ CITATION ARA \l 1033 ].
Pada tahun 2003, Gardea-Torresdey et al., memanfaatkan
tumbuhanafalfa (Medicago sativa) yang ditanam pada media
dengan penambahan prekursor AgNO3 sebagai sumber ion Ag .
Hasil yang diperolehmenunjukkan akar dari tumbuhan afalfa
mampu mengabsorbsi perak sebagai Ag+ dari media agar melalui
suatu kanal dan kemudian ditransfer kebagian tunas tumbuhan
pada kondisi oksidasi yang sama. Atom-atom perak tersebut akan
membentuk partikel berukuran < 100 nm melalui proses nukleasi
dan beberapa diantaranya saling bergabung membentuk
ukuranyang lebih besar hingga terakumulasi di dalam jaringan
tumbuhan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan
mampu menyintesis nanopartikel perak. [CITATION ARA \l
1033 ]

2.3.2 Biointesis Nano Partikel Perak

Sintesis nanopartikel dapat terjadi dengan memanfaatkan


tumbuhan hidup, biomassa tumbuhan, dan ekstrak tumbuhan.
Proses reduksi ion Ag menjadi nanopartikel dapat terjadi didalam
atau diluar sel. Perkembangan teknologi nano tidak terlepas dari
riset mengenai material nano. Dalam pengembangannya, material
nano diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: material nano
berdimensi nol (nanoparticle), material nano berdimensi satu
(nanowire), dan material nano berdimensi dua (thin films)..
Nanopartikel dapatterjadi secara alamiah ataupun melalui proses
sintesis oleh manusia. Sintesis nanopartikel bermakna pembuatan
nanopartikel dengan ukuran yang kurang dari 100 nm dan
sekaligus mengubah sifat atau fungsinya. Preparasi material
nanopartikel merupakan tahap awal untuk pengembangan
teknologi skala nano.[ CITATION ARA \l 1033 ]. Beberapa jenis
tumbuhan mengandung senyawa kimia tertentu yang dapat

9
berperan sebagai bahan pereduksi dan saat ini penelitian yang
berkaitan dengan sintesis nanopartikel perak dengan bahan dasar
ion perak dan ekstrak tumbuhan telah banyak
dilakukan[ CITATION Tab19 \l 1033 ].
Selama ini, preparasi material nanopartikel dilakukan
melalui proses sintesis bottom up dengan cara sintesis secara
kimiawi ataupun top down secara fisika untuk memperoleh jenis,
ukuran, bentuk, dan komposisi nanopartikel yang diinginkan.
Sintesis nanopartikel logam dengan metoda kimiawi dilengkapi
dengan penggunaan surfaktan atau polimer yang membentuk
susunan teratur (self assembly) pada permukaan nanopartikel
logam. Bagian surfaktan atau polimer yang hidrofob langsung
teradsorpsipada permukaan nanopartikel dan bagian hidrofilnya
berada pada bulk larutan. Bahan organik tersebut (surfaktan dan
polimer) dapat mengontrol kecepatan reduksi danagregasi
nanopartikel logam.
Nanopartikel logam mempunyai struktur 3 dimensi
berbentuk seperti bola (solid). Partikel ini dibuat dengan cara
mereduksi ion logam menjadi logam yang tidak bermuatan (nol).
Reaksi yang terjadi adalah
Mn+ + pereduksi nanopartikel
atau bisa dituliskan sebagai berikut:
AgNO3 + ekstrak tumbuhan +-Ago+ NO Agn+
M adalah ion logam yang akan dibuat menjadi
nanopartikel. Contoh: Au, Pt, Ag, Pd, Co, Fe. Sedangkan, contoh
dari zat pereduksi adalah natrium sitrat, borohidrat, NaBH4, dan
alkohol. Proses ini terjadi karena adanya transfer elektron dari zat
pereduksimenuju ion logam. Faktor yang mempengaruhi dalam
sintesis nanopartikel, antara lain konsentrasi reaktan, molekul
pelapis (capping agent), temperatur, dan pengadukan.[ CITATION
ARA \l 1033 ]

10
2.3.3 Proses Biosintesis Nanopartikel Perak Dengan Memanfaatkan
Ekstrak Daun Andrograhis Paniculata Ness

Tahapan dalam biosintesis dan karakterisasi nanopartikel


perak (AgNP) menggunakan ekstrak daun Sambiloto sebagai
berikut. Pertama, dilakukan biosintesis nanopartikel perak
menggunakan ekstrak daun Sambiloto untuk menemukan protokol
biosintesis dengan hasil optimal. Pada tahap ini, hasil biosintesis
optimal ditentukan menggunakan teknik spektrofotometerUV-Vis.
Selanjutnya, karakterisasi perak nanopartikel menggunakan
beberapa teknik diantaranya spektrofotometer UV-Vis, FTIR, XRD,
EDS dan TEM. Dari semua tahapan tersebut diperoleh protokol
biosintesis nanopartikel perak menggunakan ekstrak daun
Sambiloto dan karakteristik nanopartikel perak hasil biosintesis
tersebut.
Tiga (3) g daun Sambiloto kering dicampur dengan 400 mL
aqua-demineral (aqua-dm), yang dalam hal ini konsentrasinya
yaitu 7,5 g/mL, kemudian dipanaskan sampai mendidih dan
matikan pemanas. Diamkan ekstrak Sambiloto sampai suhu ruang,
selanjutnya saring dengan kain kasa bersih. Diperoleh ekstrak
Sambiloto sebesar 396 mL dan siap digunakan[ CITATION
Nyo17 \l 1033 ].
Konsentrasi larutan AgNO3 yang digunakan adalah 1
M.Biosintesis dilakukan dengan mencampurkan ekstrak Sambiloto
dengan larutan AgNO3 . Amati perubahan warna campuran
menjadi larutan kecoklatan. Perubahan warna tersebut merupakan
satu indikasi sudah terbentuknya nanopartikel perak. Pada tahap
optimasi, telah dilakukan variasi rasio volume larutan AgNO3
terhadap ekstrak Sambiloto dalam µL dan mL,masing-masing yaitu
2:10, 5:10, 10:10, 20:10, 30:10 dan 40:10. Setelah 30 menit reaksi
berlangsung, kemudiandari sampel diambil untuk dilakukan
pengukuran spektrofotometer UV-Vis[ CITATION Ren17 \l 1033 ].

11
2.4 Prinsip Kerja Dari Sensor Kolorimetri

2.4.1 Silver ink Screen-Printed Electrode

Perkembangan pendeteksi senyawa merkuri menggunakan aplikasi


elektrokimia pun terlihat memiliki keuntungan tersendiri
dibandingkan dengan penggunaan instrument lain seperti
spektroskopi UV-Vis yang terkendala akibat seringnya muncul
interferensi oleh senyawa-senyawa logam lain yang secara tidak
sengaja terdapat pada sampel. Pengembangan sensor elektrokimia
untuk mendeteksi senyawa merkuri memiliki target yang sama pada
umumnya yaitu mengembangkan suatu sensor elektrokimia yang
memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap senyawa uji, merespon
dengan cepat saat mengidentifikasi senyawa tersebut
Terdapat beberapa sensor elektrokimia yang telah dikembangkan
untuk mendeteksi senyawa merkuri, salah satu contohnya ialah sensor
elektrokimia yang menggunakan penginduksi structure-switching
DNA (basa timin) yang mampu mengikat merkuri secara spesifik.
Selain itu, terdapat pula penggunaan Silver ink Screen-Printed
Electrode dalam larutan KI. Penelitian yang telah dilakukan oleh Chiu
tahun 2008 menyatakan bahwa Silver ink Screen-Printed Electrode
dalam larutan KI merupakan pengaplikasian metode elektrokimia
yang memanfaatkan teknologi elektroda plat yang berbahan perak.
Sensor elektrokimia ini memanfaatkan larutan KI (dalam Asam sulfat
0,05 M) sebagai agen yang mampu memisahkan merkuri dari sampel
yang ada. Iodine yang teroksidasi oleh perbedaan potensial elektroda
akan berinteraksi dengan merkuri yang telah dicampurkan kedalam
larutan KI dan membentuk [HgI4]- sehingga dapat lebih mudah
dideteksi oleh sensor.
2.4.2 Karakterisasi nanopartikel perak dengan UV-Vis

12
Nanopartikel perak menyerap cahaya pada panjang gelombang
dengan karakteristik tertentu (karena plasmon permukaan metalik)
mengarah ke warna kuning. Melihat optik yang dimiliki, penambahan
nanopartikel perak dengan nanopartikel dari logam lain dapat disetel
untuk membuat filter optik yang bekerja berdasarkan daya serap
nanopartikel Nanopartikel perak atau nanosilver memiliki serapan dan
sebaran cahaya yang sangat efisien, serta tidak seperti bahan lainnya.
Nanopartikel perak memiliki warna yang bergantung dari ukuran dan
bentuk partikel. Warna nanopartikel perak bergantung pada ukuran
partikelnya. Semakin besar ukuran partikelnya (anak panah ke kanan)
, maka hasil uji Uv-vis akan bergeser ke arah warna merah (panjang
gelombang makin besar)

Gambar 4. Skema UV-Vis

Gambar 4 menunjukkan gambar skema spektroskopi Uv-vis


dimana sumber radiasi tertentu dilewatkan pada monokromator
sehingga panjang gelombang yang akan dilewatkan pada sampel
menjadi spesifik. Lalu detector akan menyerap radiasi yang
dipancarkan sampel. Spektrofotometer Uv-Vis digunakan sebagai
alat uji secara kualitatif yang akan menapilkan absorbansi
maksimal pada panjang gelombang tertentu menunjukkan karakter
tertentu dari suatau senyawa atau partikel.

13
Gambar 5. UV Vis Spektofotometer

Pada Gambar 5, spektrofotometer Uv-Vis digunakan untuk


mengetahui karakteristik dari nanopartikel yang terbentuk
berdasarkan spectrum puncak absorbansinya. Absorbansi di
panjang gelombang tertentu menunjukkan karakter tertentu dari
suatu senyawa atau partikel. Nilai puncak absorbansi dari
nanopartikel perak umumnya sekitar 400-500 nm, sementara
nanopartikel emas memiliki puncak absorbansi di kisaran panjang
gelombang 550 nm. Dari hasil spektroskopi Uv-vis, nilai
absorbansi dapat menunjukkan secara kualitatif jumlah
nanopartikel perak terbentuk. Sementara spectrum absorbansi
maksimal (nm) dapat menunjukkan ukuran dari nanopartikel yang
dihasilkan. Semakin besar panjang gelombang maksimum
semakin besar pula ukuran nanopartikel[ CITATION Reg18 \l
1033 ]

14
BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika FMIPA
Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini dimulai dengan
beberapa tahap kegiatan meliputi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan akhir.
B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian


1. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


nilai panjang gelombang. Gambar 7 menunjukkan bentuk dari
spektrofotometer UV-Vis.

Gambar 7. Spektrofotometer UV-Vis


2. Magnetik Stirrer
Magnetik stirrer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Gambar 8
menunjukkan bentuk dari magnetik stirrer.

Gambar 8. Magnetik stirrer


3. Timbangan Elektrik atau Neraca Digital

15
Timbangan elektrik atau neraca digital berfungsi untuk menimbang
bahan yang digunakan. Gambar 9 menunjukkan bentuk dari timbangan
elektrik atau neraca digital.

Gambar 9. Timbangan elektrik atau neraca digital


4. Oven (Lab Line)
Oven (Lab Line) merupakan alat pemanas tertutup yang bisa diatur
suhunya dan untuk jenis oven terkini dapat diatur timer-nya (waktu nyalanya).
Gambar 10 menunjukkan bentuk dari oven (Lab Line).

Gambar 10. Oven (Lab Line)


5. Studio Foto Sampel
Studio foto sampel merupakan tempat untuk memfoto sampel. Gambar
11 menunjukkan bentuk dari studio foto sampel.

Gambar 11. Studio foto sampel


6. Mikropipet
Mikropipet berfungsi untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil
secara akurat. Gambar 12 menunjukkan bentuk dari mikropipet

16
Gambar 12. Mikropipet
7. Termometer
Termometer berfungsi untuk mengukur suhu ketika larutan di stirring.
Gambar 13 menunjukkan bentuk dari termometer.

Gambar 13. Termometer


8. Spatula
Spatula berfungsi untuk mengambil bahan kimia yang padat. Gambar
14 menunjukkan bentuk dari spatula.

Gambar 14. Spatula


9. Tube 2 ml
Tube 2 ml berfungsi sebagai tempat untuk larutan cair yang akan
diradiasi. Gambar 15 menunjukkan bentuk dari tube 2 ml.

Gambar 15. Tube 2 ml


10. Rak Tube

17
Rak tube merupakan rak untuk sampel berukuran 2 ml. Gambar 16
menunjukkan bentuk dari rak tube.

Gambar 16. Rak tube


11. Cuvette Semi Mikro
Cuvette semi mikro berfungsi untuk meletakkan sampel yang akan di
Uv-Vis. Gambar 17 menunjukkan bentuk dari cuvette semi mikro.

Gambar 17. Cuvette semi mikro


12. Kamera Digital
Kamera Digital digunakan untuk foto sampel setelah diradiasi.
13. Flashdisk
Flashdisk digunakan untuk menyimpan data hasil UV-Vis
menggunakan spektrofotometer.
b. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian

1) Logam berat Hg
2) PVA
3) Akuades
4) Alumunium foil
5) Kertas nama label
6) Plastik untuk meletakkan sampel
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan

18
sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbendingkan
hasilnya dengan satu aau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
kondisi perlakuan.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah besaran-besaran atau data-data yang
berpengaruh dalam penelitian. Secara umum variabel penelitian terbagi
atas 3 macam yaitu : variabel bebas yang besarnya dapat diubah-ubah,
variabel terikat yang besarnya tergantung pada variabel bebas dan variabel
kontrol yang nilainya dapat diubah tetap sehingga mempengaruhi
terjadinya perubahan variabel terikat. Rincian dari variabel-variabel
tersebut diberikan sebagai berikut:
1. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu dosis radiasi.
2. Variabel terikat, variabel terikat pada penelitian ini adalah
absorbansi dan panjang gelombang dari larutan yang sudah
diradiasi.
3. Variabel kontrol untuk penelitian ini adalah Hg+PVA dan
konsentrasi.
E. Prosedur Penelitian
Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 18
berikut.

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

α
19
Pembuatan Larutan Nanopartikel Hg+PVA dengan
Konsentrasi Ag 1 M dan 1M

Sensor Kolorimetri

Karakterisasi Dengan Spektrofotometer UV-Vis

Analis

Kesimpulan dan saran

selesai

Gambar 18. Diagram alir penelitian

Berdasarkan diagram alir penelitian pada Gambar 18, berikut ini


penjelasan mengenai prosdur yang dilakukan selama penelitian.
a. Melakukan Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk penelusuran pustaka melalui beberapa
jurnal relevan dan buku-buku yang menunjang terhadap kajian detektor dosis
radiasi gamma menggunakan prinsip LSPR nanopartikel perak AgNO3+PVA
b. Preparasi larutan Hg+PVA
Melarutkan PVA (mw=60.000 fully hydrolysis) sebanyak 10 gram ke
dalam air aquabides 250 mL (4% berat/volume). Larutan PVA diaduk dengan
magnetik stirrer dan dipanaskan sampai mencapai temperatur 90 oC selama 6
jam sampai larutan tersebut menjadi homogen. Selanjutnya membuat larutan
Hg 0.5 M (17 gram dalam 20 mL) dan Hg 1M ( 1,7 gram dalam 10 mL).

20
Larutan PVA 60 mL ditambahkan larutan Hg 0.5M secara perlahan-
lahan menggunakan mikropipet sebanyak 1,8 mL ( 3% volume/volume ),
kemudian melakukan langkah yang sama terhadap larutan Hg 1M. Setelah itu
Larutan PVA-Hg diaduk selama 1 jam.
Setelah satu jam kemudian larutan Hg +PVA 0.5M dan 1M, dengan
menggunakan mikropipet dimasukkan ke dalam tube ukuran 2 mL sebanyak
12 buah tube pada masing-masing konsentrasi, kemudian di isi berdasarkan
jumlah variasi dosis yang akan di iradiasi.
c. Karakterisasi UV-Vis
Larutan PVA+Hg yang sudah di iradiasi dengan varisi dosis,
selanjutnya akan dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui panjang gelombang serapan saat
absorbansi maksimum terhadap sampel larutan nanopartikel perak Hg+PVA.
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan. Teknik
analisa data yang akan dilakukan dalam penelitian adalah secara grafik
variable-variabel yang diukur. Teknik umum yang digunakan untuk memplot
data pada grafik XY yaitu, variable bebas diplot pada sumbu X, sedangkan
variable terikat diplot pada sumbu Y .
Sampel nanopartikel perak dengan konsentrasi dan dosis tertentu
dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui
panjang gelombang dan absorbansi dari larutan nanopartikel perak yang sudah
diiradiasi. Data yang diperoleh dikumpulkan dalam bentuk excel, dan
kemudian data tersebut akan diolah menggunakan software Originpro,
sehingga diperoleh hasil berupa grafik hubungan antara panjang gelombang
serapan dengan absorbansi pada sampel nanopatikel perak yang digunakan.
Gambar 19 adalah hasil UV-Vis menggunakan spektrofotometer.

21
Gambar 19. Spektrum hasil UV-Vis menggunakan spektrofotometer

Dari gambar dapat ditentukan peak atau puncak serapan dari


masing-masing dosis radiasi, dan kemudian nilai peak yang didapatkan di
plot kembali dalam bentuk kurva yang dinamakan sebagai kurva kalibrasi.

22
Daftar Pustaka

Ardiansyah, R. (2017). ANALISIS Hg (II) dengan menggunakan nanopartikel


perak (NPP) sebagai indikator kolorimetri dengan metoda
spektrofotometri. Alotrop jurnal pendidikan dan ilmu kimia , 136-143.

Atmiasari. (2011). Pendeteksi Logam Untuk Makanan Berbasis PLC. Jurnal


Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 01 – Januari 2011 – ISSN : 1412 –
1867 , 77-81.

Darmoni. 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: Universitas Indonesia


Press.

Dwistika, R. (2018). KARAKTERISTIK NANOPARTIKEL PERAK HASIL


PRODUKSI DENGAN TEKNIK ELEKTROLISIS BERDASARKAN UJI
SPEKTROFOTOMETR UV-VIS DAN PARTICLE ANALYZER (PSA).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Endrinaldi. (2010). Logam LOgam Berat Pencemaran Lingkungan dan Efeknya


Terhadap Manusia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 4 No.1, 42-46.

Fikri Fadillah Azhar, S. A. (2019). Pemanfaatan Partikel Perak Ekstrak Belimbing


Wuluh Sebagai Indikator Kolorimetri Loogam Merkuri. Research of
Applied Science and Education V13.i1 , 34-44.

Hastuti, D. (2017). MITIGASI, KESIAPSIAGAAN, DAN ADAPTASI


MASYARAKAT. Jurnal GeoEco, 47.

Hidayat, D. (2019). Kajian Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd), Kromium


(Cr), dan Merkuri (Hg) pada Sedimen di Sungai Way Kuala Lampung
Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Analit:Analytical and
Enviromental Chemistry VOL 4 No. 01, 41-50.

Nalawati, A. N. (2015). SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK (NPAg) DENGAN


RAMAH LINGKUNGAN DAN KAJIAN AKTIFITASNYA DALAM
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI GRAM POSITIF DAN
NEGATIF. Bogor: Institut Pertanian Bogro.

Soemirat, Juli, dkk. 2007. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

23
Supriyantini, E. (2015). Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Tembaga (Cu)
Pada Akar Dan Buah. Jurnal Kelautan Tropis September 2015 Vol. 18(2) ,
98–106.

Taba, P. (2019). SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN


EKSTRAK DAUN SALAM SEBAGAI BIOREDUKTOR DAN UJI
AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTI OKSIDAN. Indo. J. Chem. Res.,
2019, 7(1), 51-60 .

Wendri, N. (2017). BIOSINTESIS NANOPARTIKEL PERAK


MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN SAMBILOTO: OPTIMASI
PROSES DAN KARAKTERISASI. Jurnal Sains Materi Indonesia, 162-
167.

Widyawati, T. (2007). Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata


Nees. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September 2007 ,
216-222.

William, N. (2018). MARINE BIO-NANOTECHNOLOGY SILVER (AgNPs)


OF MANGROVE. urnal Zarah, Vol. 6 No. 1 (2018) , 13-20.

Zahrina, A. D. (2015). Uji Aktivitas Antifertlisasi Ekstrak Etanol 96% Daun


Sambiloto. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Farmasi
Jakarta.

  

24
25

Anda mungkin juga menyukai