Skripsi
Ernanda Destriati
3225162090
Penanggung Jawab
Dekan : Dr. Adisyahputra, M.S …………. ……….
NIP 196011111987031003
Anggota
Pembimbing I : Prof. Dr. Mangasi A. Marpaung, M.Si ………….
26/08/2020
NIP 195711231987031002
LEMBAR PERNYATAAN
Ernanda Destriati
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya yang
telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Identifikasi Kandungan Logam Merkuri dalam Kosmetik Menggunakan Teknik
Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS)” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Adisyahputra, M.S selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) UNJ.
2. Ibu Prof. Dr. Muktiningsih N., M. Si selaku Wakil Dekan I Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNJ.
3. Ibu Dr. Widyaningrum Indrasari, M.Si selaku Koordinator Progam Studi
Fisika FMIPA UNJ.
4. Bapak Dr. Erfan Handoko, M.Si., Ibu Dr. Widyaningrum Indrasari, M.Si., dan
Bapak Riser Fahdiran, M.Si selaku Dosen Penguji dalam penelitian skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Mangasi Alion Marpaung, M.Si dan Bapak Dr. Indra Karnadi
selaku Dosen Pembimbing dalam penelitian skripsi ini.
6. Bapak Dr. Koo Hendrik Kurniawan selaku Direktur Maju Makmur Mandiri
Research Center yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian di
Laboratorium Maju Makmur Mandiri Research Center.
7. Bapak Dr. Marincan Pardede selaku staf peneliti dari Maju Makmur Mandiri
Research Center dan Universitas Pelita Harapan, atas bantuannya selama
pengambilan data penelitian.
8. Bapak dan Ibu dosen, serta staf Program Studi Fisika FMIPA UNJ.
9. Teman-teman Fisika 2016 atas kebersamaannya selama perkuliahan hingga
penyusunan tugas akhir ini.
10. Orang tua, keluarga, serta semua kerabat yang selalu memberikan semangat
dan dukungannya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun sebagai proses
pembelajaran untuk masa yang akan datang. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Terima kasih.
Ernanda Destriati
ABSTRAK
Merkuri (Hg) merupakan salah satu logam berat berbahaya, yang apabila
mengenai kulit dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun. Namun, sering
terjadi penyalahgunaan dengan mencampurkan merkuri ke dalam kosmetik
sebagai pemutih kulit secara instan. Penggunaan merkuri yang berlebihan dapat
menyebabkan berbagai resiko penyakit atau bahkan mengakibatkan kematian.
Dalam penelitian ini dikembangkan suatu metode untuk mendeteksi kandungan
merkuri dalam kosmetik dengan cepat, akurat dan real time, yaitu menggunakan
teknik Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS). Dalam metode ini,
Mercury chloride (HgCl) yang berupa serbuk dicampur dengan kosmetik (bedak
tabur), dengan kandungan Merkuri (Hg) sebanyak 1%, 5%, dan 10% dalam 10
gram sampel. Sampel yang sudah digerus kemudian ditaburkan di atas arang
bambu beukuran 20 x 20 mm2 dengan ketebalan 5 mm, yang berfungsi sebagai
holder sample. Arang bambu yang berisi sampel kemudian ditempelkan pada
holder utama di dalam ruang chamber sampel yang dapat divakumkan. Berkas
laser dari Nd:YAG (1064 nm, 8 ns) difokuskan pada permukaan sampel serbuk
sehingga timbul plasma. Emisi plasma ini direkam dengan Spektrometer yang
dilengkapi dengan OMA (Optical Multichannel Analyzer) yang dioperasikan
melalui komputer. Spektrum emisi plasma yang terekam pada komputer kemudian
dianalisis untuk dilihat garis emisi merkuri di dalamnya, yang menandakan
kehadiran atom merkuri pada sampel.
Mercury (Hg) is one of the toxic heavy metals, when exposed to the skin, even
only small concentrations can be toxic. However, often occurs abuse of mercury
into cosmetics as an instant skin whitening. Excessive use of mercury can cause
various risks of disease or even death. This research was conducted to detect the
content of mercury in cosmetics quickly, accurately and in real time, using Laser
Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS). In this method, Mercury chloride
(HgCl) in the form of powder is mixed with cosmetics (powder), with a content of
1%, 5%, and 10% of mercury (Hg) in 10 gram samples. Samples that have been
crushed are then sprinkled on bamboo charcoal (20 x 20 x 5 mm 3). The Bamboo
charcoal with its sampel powder then attach to the main pad holder and then
placed in a chamber that can be evacuated. The laser beam from Nd: YAG (1064
nm, 8 ns) is focused on the surface of the powder sample so that plasma
generated. The plasma emission was recorded with a Spectrometer with OMA
(Optical Multichannel Analyzer) which was operated through a computer. The
recorded plasma emission spectrum is then analyzed to see the mercury emission
line and it’s intensity.
A. Latar Belakang
Kosmetik merupakan bahan yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia
seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar, untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, serta melindungi
tubuh supaya tetap terlihat dalam keadaan baik, tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dkk, 2013).
Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat dengan
ditambahkan bahan tambahan lain seperti bahan pewarna, bahan pengawet, serta
bahan tabir surya. Pada pencampuran bahan tersebut harus memenuhi kaidah
pembuatan kosmetik yang ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan
kosmetik.
Kosmetik telah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama
kaum wanita. Salah satu fungsi kosmetik yaitu untuk memperbaiki penampilan
dan kecantikan dengan menyamarkan bagian tubuh yang kurang menarik agar
terlihat lebih menarik. Misalnya seperti make-up, pewarna rambut, cat kuku dan
sebagainya.
Sayangnya, banyak sekali isu kecantikan yang dijanjikan oleh berbagai produk
kosmetik namun tidak mengindahkan efek samping dari bahan-bahan kosmetik
yang digunakan. Kesehatan kulit tidak lagi dipertimbangkan demi penampilan
yang bersifat sementara, yang berujung pada kerusakan di kemudian hari
(Tranggono dkk, 2013). Terkadang produsen yang tidak bertanggung jawab
menggunakan bahan berbahaya sebagai bahan campuran dalam kosmetik untuk
menarik minat konsumen. Misalnya, logam Merkuri (Hg) ditambahkan ke bahan
kosmetik pemutih kulit agar didapatkan hasil yang cepat. Penggunaan kosmetik
yang dicampur dengan logam Merkuri tersebut dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerusakan pada organ tubuh dan juga bersifat racun (Wijaya, 2013).
Dalam kosmetik biasanya digunakan merkuri anorganik, yaitu ammoniated
mercury. Ammoniated mercury sebanyak 1-10% digunakan sebagai bahan
1
pemutih kulit karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya
pemutih merkuri pada kulit sangat kuat. Namun karena toksisitasnya terhadap
organ-organ tubuh seperti ginjal, saraf, dan otak sangat kuat maka pemakaiannya
dilarang dalam produk kosmetik (Gianti, 2013).
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI, Penny K. Lukito,
mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil pengawasan selama tahun 2018, BPOM
menemukan 126 miliar rupiah kosmetik illegal. Temuan tersebut didominasi oleh
produk kosmetik perawatan kulit dengan jenis bahan berbahaya yang
teridentifikasi di dalamnya mengandung Merkuri. Temuan kosmetik yang
teridentifikasi mengandung Merkuri ini mencapai 230 produk. Hal ini
menunjukkan bahwa Merkuri merupakan salah satu bahan yang sering
dicampurkan pada kosmetik. Merkuri berbahaya bagi kesehatan karena
merupakan bahan yang bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan
teratogenic (mengakibatkan cacat pada janin).
Merkuri termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun
dapat bersifat racun (Parengkuan dkk, 2013). Berdasarkan peraturan perundang-
undangan bidang kosmetik, z tentang persyaratan cemaran mikroba dan logam
berat dalam kosmetika adalah 1 mg/kg atau 1 mg/L (1 ppm). Pada peraturan
persyaratan teknis bahan kosmetik menyebutkan kadar maksimum Merkuri dalam
kosmetik adalah 0,007% dalam berbagai campuran merkuri atau garam merkuri.
Penggunaan Merkuri yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi kulit, bintik-
bintik hitam pada kulit, penipisan kulit, alergi, kerusakan permanen pada susunan
saraf otak, ginjal, gangguan perkembangan janin (teratogenic), hingga
mengakibatkan kematian. Bahkan resiko dalam jangka pendek dengan pemakaian
dosis tinggi dapat menyebabkan diare, muntah-muntah, dan kerusakan paru-paru,
serta merupakan zat karsinogenik (Indriaty dkk, 2018).
Merkuri yang terkandung pada kosmetik dapat diserap oleh kulit dan diedarkan
oleh darah ke seluruh tubuh. Merkuri dalam darah akan mengendap di dalam
ginjal dan akan mengakibatkan gagal ginjal. Merkuri juga akan menyerang sistem
saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan sistem saraf seperti tremor,
insomnia, pikun, gangguan penglihatan, ataksia (gerakan tangan tidak normal),
gangguan emosi, dan depresi.
2
Melihat bahaya yang ditimbulkan dari efek pemakaian Merkuri, maka
penelitian untuk mengidentifikasi kandungan logam Merkuri (Hg) dalam produk
kosmetik dengan mudah, cepat, dan secara real time perlu untuk dikembangkan.
Saat ini, pencemaran logam berat dalam kosmetik hanya dapat dideteksi
melalui pengujian laboratorium, antara lain menggunakan teknik Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS) atau Inductively Coupled Plasma (ICP) (Biro
Hukum dan Humas Badan POM, 2016).
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian untuk mendeteksi
kandungan merkuri dalam kosmetik. Sebagai contoh, Gianti (2013), mendeteksi
kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam kosmetik krim racikan dokter dengan
menggunakan alat Mercury Analyzer yang dapat mendeteksi Hg hingga
konsentrasi part per trillion (ppt). Untuk mengetahui adanya senyawa merkuri
dengan alat ini, diperlukan kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat dengan tiga
konsentrasi yang berbeda yaitu, 5 ppb, 50 ppb, dan 100 ppb, dengan
menggunakan larutan L-sistein sebagai larutan standar. Dari hasil penelitian
tersebut didapatkan hasil kandungan merkuri pada ketiga sampel krim racikan
dokter dengan kadar 0,1833% pada krim A; 0,1708% pada krim B; dan 0,1324%
pada krim C. Batas deteksi merkuri menggunakan alat ini didapatkan sebesar 18
µg/L.
Penelitian relevan juga dilakukan oleh Nastiti Kartikorini dkk (2018), yang
mendeteksi variasi kandungan merkuri (Hg) pada 22 macam bedak whitening
menggunakan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Pada metode
AAS, sampel akan menyerap energi foton datang yang sesuai dengan kandungan
unsur didalamnya. Dengan mengetahui spektrum absorbansi dari sampel maka
kandungan unsur di dalamnya dapat ditentukan. Sampel yang digunakan dalam
metode ini harus dalam bentuk larutan, sehingga membutuhkan preparasi sampel
yang cukup rumit. Untuk sampel berbentuk padatan maka harus dilarutkan
terlebih dahulu menggunakan larutan asam. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Nastiti Kartikorini dkk (2018) tersebut, didapatkan hasil rata-rata kandungan
merkuri (Hg) dalam sampel sebesar 0,002 mg/kg (ppm).
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan logam
Merkuri dalam kosmetik adalah Atomic Emission Spectroscopy (AES). Pada
3
teknik ini, spektrum emisi dari sampel dianalisis untuk mengetahui kandungan
unsur didalamnya. Salah satu teknik AES yang saat ini banyak dipakai adalah
Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS). LIBS merupakan teknik anlisis
elementer yang berbasiskan deteksi emisi atomik dan ionik dari plasma. Pada
teknik ini, plasma dihasilkan melalui interaksi antara laser pulsa dengan material.
Disamping dapat digunakan untuk menganalisis material padat, cair, dan gas,
teknik ini juga menawarkan banyak keunggulan, antara lain tidak membutuhkan
persiapan sampel yang rumit, cepat, dapat diaplikasikan langsung secara real-
time, dan hampir tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada sampel yang
dianalisis.
Pada penelitian ini, kandungan logam Merkuri dalam kosmetik khususnya pada
produk kosmetik berbentuk serbuk (powder) akan dideteksi menggunakan teknik
Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS). Analisis kuantitatif dilakukan
menggunakan beberapa sampel kosmetik dengan kandungan Merkuri yang
berbeda.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana mengidentifikasi kandungan logam Merkuri dalam kosmetik
menggunakan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS)?
2. Bagaimana melakukan analisis kuantitatif kandungan Merkuri dalam kosmetik
menggunakan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi kandungan logam Merkuri dalam kosmetik menggunakan
Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
2. Melakukan analisis kuantitatif kandungan Merkuri dalam kosmetik
menggunakan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
4
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Sebagai sumber informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk mengetahui
produk kosmetik yang mengandung logam Merkuri dengan mudah dan cepat
menggunakan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti masalah kandungan
logam berat yang kemungkinan terkandung dalam jenis kosmetik maupun
sampel lain menggunakan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan
menghias, mengatur (Tranggono dkk, 2013). Definisi kosmetik dalam Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2019 adalah bahan atau
sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi
dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik. Bahan kosmetik adalah bahan atau
campuran bahan yang berasal dari alam dan/atau sintetik yang merupakan
komponen kosmetik termasuk bahan pewarna, bahan pengawet, dan bahan tabir
surya. Pada pencampuran tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik
ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik.
6
Berdasarkan fungsinya kosmetik dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kosmetik untuk memperbaiki penampilan dan kecantikan tujuannya adalah
untuk memperbaiki penampilan dengan menyamarkan pada bagian tubuh yang
kurang menarik agar terlihat lebih menarik. Misalnya: make-up, pewarna
rambut, cat kuku dan sebagainya.
2. Kosmetik untuk perawatan kulit tujuannya untuk mencapai dan
mempertahankan kehalusan dan kelenturan kulit. Misalnya: pelembab dan
pencuci muka.
3. Kosmetik untuk pelindung kulit yang bertujuan untuk melindungi kulit dari
paparan sinar matahari.
7
Jenis Kosmetika Klaim yang Tidak Diperbolehkan
pertumbuhan rambut.
Sediaan untuk perawatan Merangsang pertumbuhan kuku melalui nutrisi
dan rias kuku
Perawatan kulit Mencegah, mengurangi atau mengembalikan
perubahan fisiologi dan kondisi degenerasi
yang disebabkan factor usia;
Menghilangkan bekas luka;
Menimbulkan efek kebas/mati rasa;
Mencegah, mengobati, atau menghentikan
jerawat;
Mengobati selulit;
Mengurangi ukuran tubuh (contoh: ukuran
lingkar pinggang);
Mengurangi/mengontrol pembengkakan/udem;
Menghilangkan/membakar lemak;
Memiliki efek antifungi/antijamur;
Memiliki efek antivirus;
Memiliki efek antimikroba;
Memiliki efek germisidal.
Sedian perawatan gigi dan Mengobati atau mencegah abses pada gigi,
mulut gumboils, peradangan mulut/gigi, luka pada
mulut, periodontitis, pyorrhoea, periodontal,
disease, stomatitis, sariawan atau masalah lain
pada gigi/mulut.
Deodorant dan atiperspiran Mencegah keringat secara total.
Sediaan wangi-wangian Menimbulkan efek afrodisiak atau pengaruh
hormonal.
Pada penelitian ini digunakan produk kosmetik yang berbentuk serbuk yaitu
bedak tabur. Bedak tabur merupakan jenis kosmetik yang hampir semua bahan
8
bakunya berupa serbuk. Bedak tabur yang digunakan pada penelitian ini yaitu
bedak tabur bermerk Johnson’s dengan bahan baku antara lain Talk, Fragrance,
Panthenol, Sodium Ascorbyl Phosphate, Tocopheryl Acetat, Oriza Sativa (Rice)
Seed Protein, Milk protein, Magnesium Aspartate, Zinc Gluconate, dan Copper
Gluconate.
Penelitian kandungan unsur dalam bedak bayi yang berbentuk serbuk (bedak
tabur) pernah dilakukan oleh Handani (2012) menggunakan XRF portable
XMET-5100. Hasil dari penelitian tersebut yaitu kandungan unsur yang terdapat
pada sampel jenis bedak bayi (bedak tabur) tersebut antara lain Besi (Fe), Timah
(Sn), Zink (Zn), Kalsium (Ca), Timbal (Pb), Tungsten (W), Kadmium (Cd),
Zirkonium (Zr), Stibium (Sb), Tantalum (Ta), Cobalt (Co), Titanium (Ti),
Mangan (Mn), Nikel (Ni), Strontium (Sr), Cromium (Cr), dan Tembaga (Cu).
9
Bentuk merkuri di alam dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni merkuri metal
(Hg), merkuri anorganik, dan merkuri organik.
1. Merkuri Metal (Hg)
Merkuri Metal (Hg) merupakan logam berwarna perak berwujud cair pada
suhu ruang dan mudah menguap akibat pemanasan. Uap merkuri tidak berwarna
dan tidak berbau. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin banyak uap merkuri
terlepas ke lingkungan. Tetes-tetes merkuri elemental berwarna logam mengkilap
dan memiliki tegangan permukaan yang tinggi, sehingga berbentuk butiran di
permukaan datar. Merkuri metal banyak digunakan untuk pemurnian emas dan
digunakan pada thermometer.
2. Merkuri Anorganik
Merkuri anorganik merupakan senyawa yang muncul ketika merkuri elemental
bereaksi dengan klorin, sulfur atau oksigen. Senyawa merkuri anorganik
umumnya berwujud serbuk, dan berwarna putih, dan disebut juga garam merkuri.
Merkuri anorganik biasanya berbentuk Hg (II) atau Hg2+ dan Hg (I) atau Hg+,
yang menunjukkan bahwa Hg (I) memiliki jumlah muatan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan Hg (II). Merkuri anorganik telah lama dikenal, salah
satunya yaitu amoniak merkuri klorida dan merkuri iodide yang digunakan untuk
krim pemutih kulit dan antiseptik.
3. Merkuri Organik
Merkuri organik terjadi apabila merkuri bereaksi dengan senyawa karbon,
senyawa yang dihasilkan disebut merkuri organik. Merkuri organik dapat ditemui
dalam 3 bentuk, yakni aryl, alkil pendek, dan alkil panjang. Merkuri organik
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam dunia medis.
Merkuri organik juga ditemukan dalam fungisida, desinfektan, dan pengawet cat.
10
sehingga memberikan kesan lebih putih bersinar bagi penggunanya (Tranggono
dkk, 2013). Daya pemutih merkuri pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya
terhadap organ-organ ginjal, saraf, dan otak sangat kuat maka pemakaiannya
dilarang dalam sediaan kosmetik (Gianti, 2013).
Efek jangka panjang dari pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri
adalah:
1. Memperlambat pertumbuhan janin
2. Mengakibatkan keguguran (kematian janin dan mandul)
3. Gangguan ginjal
4. Kerusakan saraf otak
5. Mengakibatkan kanker kulit.
11
C. Analisis Spektrokimia
Analisis spektrokimia merupakan analisis yang paling sering digunakan untuk
mengidentifikasi unsur-unsur yang terkandung pada material secara kuantitatif
maupun kualitatif berdasarkan spektrum yang dihasilkan. Spektrum adalah
tampilan dari intensitas yang dihasilkan dari radiasi yang dipancarkan, diserap,
atau disebar oleh material sebagai fungsi panjang gelombang dan frekuensi.
Analisis spektrokimia dapat melibatkan pengukuran optik secara langsung dari
foton yang dipancarkan atau ditransmisikan dan pengukuran tidak langsung dari
kuantitas yang berkaitan dengan hasil penyerapan foton.
Dalam menentukan unsur pada material dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Atomic Emission atau Atomic Absorption Spectroscopy. Teknik ini
digunakan untuk menganalisa elemen berdasarkan pada emisi atomik dari plasma
laser hasil pembangkitan dengan memfokuskan laser pada permukaan sampel.
Analisis spektrokimia termasuk ke dalam salah satu ilmu tentang spektroskopi.
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan
cahaya atau partikel yang dipancarkan, diserap, atau dipantulkan oleh materi
tersebut. Teknik spektrokimia terbagi menjadi dua yaitu spektroskopi atomic dan
spektroskopi molekul. Spektroskopi atomic berkaitan dengan fenomena yang
melibatkan atom bebas yang biasanya terjadi dalam keadaan uap. Spektroskopi
molekul berkaitan dengan pengukuran optik pada molekul yang dapat dilakukan
dalam kondisi uap, larutan, dan padat. Teknik yang sering digunakan dalam
spektroskopi ialah Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan Atomic Emission
Spectroscopy (AES).
12
Gambar 2. 1 Komponen Spektroskopi Serapan Atom
Sumber: www.scimedia.com
13
Gambar 2. 2 Komponen Spektroskopi Emisi Atom
Sumber: www.scimedia.com
14
Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) merupakan salah satu
pengembangan dari teknik Laser Atomic Emission Spectrochemical Analysis
(LAESA) yang menggunakan laser pulsa dengan kerapatan daya tinggi yang
difokuskan ke permukaan sampel dalam tekanan atmosfer (1 atm) untuk
menghasilkan plasma yang mengandung atom tereksitasi dari material tersebut.
Interaksi antara berkas laser dengan atom-atom sampel akan membangkitkan
plasma dari materi yang terionisasi dengan densitas dan temperatur yang tinggi.
Karakteristik-karakteristik plasma LIBS yaitu suhu, densitas electron dan derajat
ionisasi, ditentukan oleh berbagai parameter jenis sampel (Idris dkk, 2018).
Plasma merupakan gas panas yang berisikan atom-atom netral, ion-ion, atom-
atom tereksitasi, dan elektron-elektron. Elektron akan tereksitasi dari tingkat
energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi ketika menerima energi dari luar.
Energi tersebut dapat diperoleh dengan menembakkan foton pada atom, sehingga
elektron dalam atom mendapatkan energi yang cukup untuk melakukan eksitasi.
Pada tingkat energi yang lebih tinggi, elektron menjadi tidak stabil sehingga
elektron akan kembali ke tingkat energi yang lebih rendah yang disebut dengan
emisi spontan. Emisi foton dari unsur-unsur dalam plasma ini kemudian ditangkap
oleh spektrometer dan ditampilkan dalam personal computer sebagai intensitas
fungsi panjang gelombang. Panjang gelombang menunjukkan jenis unsur dalam
sampel yang digunakan sebagai analisis kualitatif, dan intensitas menunjukkan
jumlah unsur dalam sampel yang digunakan sebagai analisis kuantitatif.
Teknik LIBS banyak digunakan untuk menganalisis unsur kimia dalam fase
padat, cair, maupun gas (Kim&Lin, 2012). Densitas plasma yang tinggi
disebabkan atom dalam plasma dipengaruhi oleh medan listrik karena elektron
bergerak cepat dan ion bergerak lambat, maka medan listrik akan terbagi dan
menggeser tingkat energi atom sehingga garis emisi diperluas. Hal ini sangat
penting dalam mengkarakterisasi plasma yang mempengaruhi kinerja teknik
LIBS. Plasma yang diinduksi oleh interaksi pulsa laser dengan sampel
memancarkan cahaya yang terdiri dari garis-garis diskrit menyatakan panjang
gelombang dengan ciri khas tertentu, intensitas, dan bentuk materi.
Menurut (Kim&Lin, 2012) dalam (Luthfi, 2018), plasma dihasilkan ketika
laser sebagai sumber energi yang ditembakkan dapat melebihi ambang batas dari
15
densitas energi pada sampel (breakdown). Ambang batas energi pada sampel
dipengaruhi oleh koefisien absorbansi permukaan sampel dari Panjang gelombang
laser yang mana ambang batas energi tersebut berbeda-beda pada saat keadaan
gas, cair, dan padat. Pada saat material dalam keadaan gas dan cair, dibutuhkan
lebih banyak energi untuk melakukan breakdown daripada saat material dalam
keadaan padat. Material padat berwarna gelap lebih mudah untuk melakukan
breakdown dibandingkan material berwarna.
Prinsip dasar Teknik LIBS yaitu elektron pada kulit terluar yang menyerap
energi akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Kemudian elektron
yang tereksitasi akan kembali ke tingkat energi dasar (ground state) dengan
melepaskan kelebihan energi berupa cahaya (foton) dengan spektrum yang
mempunyai karekteristik berbeda pada setiap unsur. Emisi foton tersebut akan
ditangkap oleh spektrometer melalui serat optik dan spektrumnya akan
ditampilkan melalui personal computer. Spektrum emisi yang terbentuk
menyatakan intensitas dan panjang gelombang khas suatu unsur (Suyanto dkk,
2014). Setelah didapatkan spektrum emisi berupa emisi signal, emisi background,
dan noise dalam kondisi optimum maka selanjutnya dapat digunakan untuk
melakukan analisis kuantitatif dengan menghitung batas limit deteksi atau Limit
of Detection (LOD).
16
Jenis laser yang paling sering digunakan pada teknik LIBS yaitu laser
Nd:YAG yang dioperasikan dengan mode Q-Switching. Susunan peralatan teknik
LIBS yang digunakan terdiri dari sebuah laser Nd-YAG dengan panjang
gelombang 1064 nm, energi keluaran sebesar 30 – 100 mJ, dengan lebar pulsa
sebesar 5 – 15 ns, laju repetisi sebesar 1 – 10 Hz, dan sebuah sistem detektor optik
kanal banyak, Optical Multichannel Analyzer (OMA) (Hongbo Fu dkk, 2018).
Berikut adalah tabel dari beberapa jenis laser pulsa yang tersedia secara
komersial di pasaran:
17
Pada penelitian ini dilakukan pendeteksian logam Merkuri (Hg) menggunakan
teknik LIBS, yang mana spektrum yang dihasilkan dari logam Merkuri (Hg)
berdasarkan United States National Institute of Standards and Technology (NIST)
LIBS Database, yaitu sebagai berikut:
18
Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation, yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi yang
terstimulasi. Yang mana emisi terstimulasi ini adalah cahaya (foton) yang
menjalar dengan arah, energi, dan fase yang sama (koheren). Terdapat tiga prinsip
interaksi antara cahaya dengan materi, yaitu absorpsi, emisi spontan, dan emisi
terstimulasi (Vebrian, 2018).
Proses pembentukan laser dimulai dengan proses pemompaan yang
menyebabkan inversi populasi pada eksitasi atom-atom (molekul, ion, elektro
semikonduktor) yang ada di dalam medium laser dari tingkat energi rendah
menuju tingkat energi tinggi. Setelah itu, elektron akan kembali menuju tingkat
energi semula dengan memancarkan foton. Kemudian foton tesebut akan begerak
bolak-balik membentuk osilasi secara terus menerus, sehingga mengeluarkan
foton yang sangat kuat yang menjadi cahaya keluaran laser.
Dalam penelitian ini jenis laser yang digunakan adalah Laser Nd:YAG. Laser
Nd:YAG merupakan jenis laser yang paling sering digunakan untuk
pengaplikasian Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS), karena laser ini
memiliki sumber pulsa laser yang sederhana, dan mudah digunakan dengan fokus
berdensitas tinggi. Laser yang menggunakan crystal Nd:YAG sebagai medium
lasing-nya ini, memiliki koherensi yang baik dan spektrum berkas luaran yang
sempit, serta dapat diproduksi dengan daya yang bervariasi mulai dari beberapa
milliwatt hingga kilowatt (Khasanah, 2019).
Pada laser Nd:YAG, sebagai material host digunakan kristal Y3Al5O12 (Yttrium
Aluminium Garnet, YAG) yang didoping dengan Neodymium (Nd3+),
menghasilkan kristal dengan kekuatan dan kekerasan cukup tinggi secara optik.
Kristal ini merupakan kristal isotropic dengan struktur kubik, fluorescent
linewidth yang sempit, menghasilkan penguatan yang tinggi dan ambang rendah
untuk operasi laser. Pulsa laser ini biasanya dioperasikan dalam mode Q-
switching yaitu dengan daya keluaran dari perbandingan energi keluaran dengan
durasi pulsa. Laser Nd:YAG bekerja pada daya keluaran rata-rata 1000 watt
(Pasyah, 2019). Laser ini banyak digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti
pemrosesan material (drilling dan welding), aplikasi medis, scientific,
telekomunikasi, industri, dan militer.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Operasional
Tujuan operasional dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui spektrum yang
terbentuk dari logam Merkuri (Hg) dan mengidentifikasi kosmetik yang
mengandung logam Merkuri dari spektrum yang dihasilkannya menggunakan
Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
20
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kajian pustaka,
eksperimen, dan analisis data. Metode eksperimen yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui kandungan logam Merkuri dalam kosmetik yang berbentuk powder
menggunakan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
E. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Sampel
Tahapan pertama yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menyiapkan bahan
sampel yang akan digunakan, antara lain bahan kimia Merkuri klorida (HgCl)
dan produk kosmetik berupa powder (bedak tabur) yang terdaftar BPOM.
Dosis fatal penggunaan Merkuri adalah 1 gr, maka pada pembuatan sampel
digunakan bahan Merkuri klorida (HgCl) yang dicampur dengan kosmetik
(bedak tabur), dengan kandungan logam Merkuri (Hg) sebanyak 1%, 5%, dan
10% dalam 10 gram sampel . Dengan perhitungan sampel sebagai berikut:
21
Tabel 3. 1 Daftar Sampel yang Digunakan
No. Sampel yang digunakan
Setelah sampel dicampur dan digerus sampai halus dan bersifat homogen,
kemudian ditaburkan di atas permukaan arang bambu berukuran 20 x 20 x 5
mm3 dengan ketebalan sekitar 1-2 mm. Arang bambu yang berisi sampel
kemudian ditempelkan pada holder sampel utama dan dimasukkan ke dalam
ruangan berukuran 11 x 11 x 12,5 cm3 yang terbuat dari logam Aluminium.
Ruangan ini dilengkapi dengan aliran gas masuk dan keluar, sehingga dapat
diisi dengan gas tertentu, yang mana dalam percobaan ini digunakan gas
Helium. Pada aliran gas keluar dihubungkan dengan sebuah pompa vakum
untuk mengatur tekanan gas dalam ruang, selama percobaan berlangsung
tekanan gas Helium dijaga tetap stabil sebesar 20 Torr. Sampel holder utama
dihubungkan dengan sebuah step motor dengan kecepatan 1-5 rpm, sehingga
sampel dapat berputar. Hal ini diperlukan supaya berkas laser terfokus selalu
mengenai titik sampel yang baru.
22
menghasilkan spektrum emisi. Spektrum emisi yang didapatkan diidentifikasi
dan dikonfirmasi menggunakan basis data spektrum atom dari United States
National Institute of Standards and Technology (NIST).
2. Eksperimen
23
Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
24
Pada Bab ini dibahas hasil penelitian dan analisis logam Merkuri (Hg) dalam
produk kosmetik berbentuk serbuk (bedak tabur), dengan kandungan Merkuri
(Hg) sebesar 1%, 5%, dan 10 % dalam 10 gram sampel kosmetik. Penelitian ini
dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain preparasi sampel dan identifikasi
kandungan Merkuri (Hg) dalam sampel dengan analisis kualitatif dan kuantitatif
menggunakan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
Seperti yang telah dijelaskan pada metode penelitian, sampel dibuat dari
campuran kosmetik dengan kandungan Merkuri (Hg) yang bervariasi, kemudian
sampel ditaburkan di atas permukaan arang bambu berukuran 20 x 20 x 5 mm 3
dengan ketebalan sekitar 1-2 mm. Penelitian ini dilakukan menggunakan laser
Nd:YAG dengan panjang gelombang 1064 nm yang dioperasikan dengan mode
Q-Switching. Energi laser diatur sesuai sampel yang diuji agar kondisi plasma
yang terbentuk lebih optimal, energi laser yang digunakan pada penelitian ini
yaitu sebesar 83 mJ dengan repetisi 10 Hz. Berkas laser diiradiasikan ke arah
permukaan arang bambu yang berisi sampel, sehingga interaksi laser dengan
sampel akan mengevaporasi sebagian kecil dari sampel. Evaporasi (penguapan)
ini merupakan perubahan fase dari material padat menjadi gas dengan temperatur
tinggi, gas inilah yang disebut dengan plasma. Plasma dihasilkan ketika laser
sebagai sumber energi yang ditembakkan dapat melebihi ambang batas dari
densitas energi pada sampel sehingga akan terjadi breakdown, energi diserap oleh
partikel-partikel yang terablasi dan digunakan untuk mengeksitasikan elektron-
elektron dalam atom ke energi yang lebih tinggi. Elektron-elektron dalam atom-
atom yang tereksitasi kembali ke keadaan dasar (ground state) dan memancarkan
atau mengemisikan foton dengan panjang gelombang sesuai jenis unsurnya.
Cahaya plasma yang dihasilkan ditransmisikan melalui fiber optic yang kemudian
ditangkap dan dibaca menggunakan spektrometer yang dilengkapi dengan OMA
(Optical Multichannel Analyzer) yang dioperasikan dengan komputer, sehingga
menghasilkan spektrum emisi antara intensitas dan panjang gelombang khas satu
unsur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam Merkuri (Hg)
yang terdapat dalam kosmetik dengan mengamati dan menganalisa spektrum yang
25
dihasilkan dengan mudah, cepat, dan secara real time. Berikut adalah hasil
spektrum Merkuri yang terbentuk dari senyawa Merkuri klorida (HgCl).
Gambar 4.1 menunjukkan spektrum emisi yang dihasilkan dari plasma yang
dibangkitkan pada sampel senyawa Merkuri klorida (HgCl) yang mengandung 85
% atom Merkuri. Pada spektrum tersebut dapat dilihat dengan jelas garis-garis
emisi Merkuri, antara lain Hg I (253,65 nm), Hg II (284,76 nm), Hg I (296,72
nm), Hg I (313,18 nm), Hg I (365 nm), Hg I (404,6 nm), Hg I (435,8 nm), dan Hg
I (546,1 nm). Unsur Klorin (Cl) tidak terdeteksi pada spektrum tersebut salah
satunya dikarenakan oleh energi eksitasi unsur Cl yang besar yaitu 28,3 eV
dibandingkan dengan energi eksitasi unsur Hg yang hanya sebesar 4,9 eV.
Semakin tinggi nilai energi eksitasi suatu unsur, maka elektron akan semakin sulit
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan semakin sulit juga
menghasilkan emisi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah energi eksitasi suatu
unsur, maka semakin mudah elektron tereksitasi dan menghasilkan emisi. Hal
26
tersebut yang menyebabkan unsur Merkuri (Hg) lebih mudah untuk tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi dan menghasilkan emisi.
(a)
27
(b)
(c)
Gambar 4. 2 Spektrum Emisi dari Sampel (a) kosmetik dengan 1% Hg, (b)
kosmetik dengan 5% Hg, dan (c) kosmetik dengan 10% Hg
28
intensitas yang bervariasi bergantung dengan konsentrasi kandungan Merkuri
(Hg) di dalamnya.
29
1 mg/kg atau 1 mg/L (1 ppm). Apabila penggunaan kosmetik yang mengandung
logam Merkuri (Hg) melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan, maka akan
menyebabkan efek yang berbahaya bagi tubuh manusia karena Merkuri bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker), teratogenik (menyebabkan cacat pada janin),
dan bersifat kumulatif di dalam tubuh.
Untuk mengetahui limit deteksi atau Limit of Detection (LOD) pengukuran
kadar Merkuri yang terkandung dalam kosmetik menggunakan teknik LIBS,
digunakan persamaan sebagai berikut:
noise
LOD = 3 x (4. 1)
slope
dimana, slope merupakan kemiringan garis yang didapatkan dari grafik kurva
kalibrasi yang menyatakan hubungan antara konsentrasi unsur dan intensitasnya.
30
5000
4500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000
Konsentrasi (ppm)
31
sampel yang rumit, dengan waktu pendeteksian yang cepat, serta dapat
menganalisis secara real time.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Teknik Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) terbukti dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kandungan Merkuri (Hg) dalam kosmetik.
Garis emisi dari Hg dapat teramati dengan jelas pada spektrum sampel yang
dianalisis.
2. Dari hasil analisis kuantitatif yang dilakukan menggunakan tiga buah sampel
kosmetik dengan kandungan Hg yang berbeda, didapatkan limit deteksi Hg
pada penelitian ini sebesar 4278,07 ppm. Nilai yang diperoleh jauh lebih besar
32
dari standar yang ditetapkan pemerintah sebagai batas minimum penggunakan
Hg. Hal ini diakibatkan antara lain oleh kurang optimalnya sistem LIBS yang
dipakai waktu melakukan penelitian dan penggunaan sampel yang tidak
terstandarisasi.
B. Saran
Untuk melakukan penelitian menggunakan bahan kimia sebaiknya
memperhatikan sifat dari bahan tersebut. Merkuri (Hg) bersifat sangat mudah
bereaksi dengan logam lain, maka disarankan untuk tidak menggunakan peralatan
yang terbuat dari logam agar menghindari reaksi-reaksi yang akan menyebabkan
kontaminasi pada sampel. Untuk meningkatkan keakuratan pendeteksian Hg
menggunakan Teknik LIBS, maka parameter-parameter seperti energi laser,
tekanan gas, dan lainnya perlu untuk dioptimasi terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
33
https://www.pom.go.id/new/view/more/klarifikasi/35/Deteksi-Cemaran-
Logam-Berat-dalam-Kosmetika.html.
BPOM. (2014). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba
dan Logam Berat dalam Kosmetika .
BPOM. (2017). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Tentang Kriteria dan Tata Cara Penarikan dan Pemusnahan
Kosmetika, Nomor 11.
BPOM. (2019). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun
2019 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.
Chang, R. (2003). General Chemistry : The Essential Concepts Third Edition. The
McGraw - Hill Companies.
Cremers, D. A., & Radziemski, L. J. (2013). Handbook of Laser-Induced
Breakdown Spectroscopy. John Wiley&Sons.
Declarossy, S. N., Hery, S., & Manuntun, M. (2014). Analisis Unsur Ag pada
Sampel Cair dengan Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).
Buletin Fisika Volume 15 Nomor 1, Hal. 16-23.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2011). Pedoman
Pelaksanaan Pelayanan Izin Produksi Kosmetika. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan.
Fu, H., Jia, J., Wang, H., Ni, Z., & Dong, F. (2018). Calibration Methods of
Laser- Induced Breakdown Spectroscopy. IntechOpen.
Gianti. (2013). Analisis Kandungan Merkuri dan Hidrokuinon dalam Kosmetik
Krim Racikan Dokter. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hadi, M. C. (2013). Bahaya Merkuri di Lingkungan Kita. Jurnal Skala Husada,
Volume 10 Nomor 2, Hal. 175-183.
Handani, S., Mulyadi, S., & Pudjadi, E. (2012). Penentuan Sifat-sifat Fisis
Partikel dari Beberapa Jenis Bedak Bayi dan Hubungannya dengan proses
Inhalasi. Jurnal Ilmu Fisika (JIF), Voume .4 Nomor 2, Hal.46-52.
Harminta. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Volume I Nomor 3, Hal. 117-
135.
https://physics.nist.gov/PhysRefData/ASD/LIBS/libs-form.html. (t.thn.).
Idris, N., Usmawanda, T. N., Herman, Lahna, K., & Ramli, M. (2018).
Karakteristik Fisik Plasma dalam Laser-Induced Breakdown Spectroscopy
(LIBS) Menggunakan Laser Neodymium:Yttrium-Aluminum-Garnet (Nd-
YAG) Pada Sampel Daging Kerang Sungai. Risalah Fisika, Volume 2
Nomor 1, Hal. 9-14.
34
Indriaty, S., Hidayati, N. R., & Bachtiar, A. (2018). Bahaya Kosmetika Pemutih
yang Mengandung Merkuri dan Hidroquinon serta Pelatihan Pengecekan
Registrasi Kosmetika di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Jurnal Surya
Masyarakat, Volume 1 Nomor 1, Hal. 8-11.
Kartikorini, N., & Setiawan, V. H. (2018). Variasi Kandungan Merkuri (Hg) Pada
Berbagai Macam Bedak Whitening Yang Dijual Pasar Blauran Surabaya.
The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist,
Volume 1, Nomor 2, Hal. 70-76.
Khasanah, I. (2019). Analisis Kandungan Unsur pada Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Bahan Bakar Bensin Premium, Pertalite, dan
Pertamax Menggunakan Teknik Laser Induced Breakdown Spectroscopy
(LIBS). Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2019, Hal.
153-160.
Kim, T., & Lin, C.-T. (2012). Laser-Induced Breakdown Spectroscopy. In M. A.
Farrukh, Advanced Aspects of Spectroscopy, Hal. 131-164.
Lestari, F. (2018). Analisis Kandungan Unsur Biji Kopi Arabika dan Robusta
Berdasarkan Daerah Tumbuh Menggunakan teknik Laser Induced
Breakdown Spectroscopy. Jakarta: FMIPA, Fisika. Universitas Negeri
Jakarta.
Luthfi. (2018). Analisis Kandungan Unsur Biji Kopi Luwak Menggunakan Teknik
Laser-Induced Breakdown Spectroscopy. Jakarta: FMIPA, Fisika.
Universitas Negeri Jakarta.
Madjid, S. N. (2012). Studi Analisis Serbuk dengan Teknik Krim Silikon
Menggunakan Plasma Tekanan Tinggi yang Diinduksi oleh Laser
Nd:YAG. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Volume 9 Nomor 2,
Hal. 74-80.
Maliki, Firdausi, K. S., & Budi, W. S. (2009). Peningkatan Emisi Hidrogen
Melalui Atom Helium Metastabil dengan Metode Laser Induced Plasma
pada Sampel Zircaloy. Jurnal Sains & Matematika Volume 17 Nomor 2,
April 2009, Hal. 105-114.
Marpaung, M. A. (2013). Pembangkitan Plasma dengan Laser Pulsa Daya Tinggi.
Seminar Nasional Fisika, Universitas Negeri Jakarta.
Muliyawan, D., & Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT.Elex
Media Komputindo.
Palar. (2008). Pencemaran dan Toksikolofi Logam Berat. Jakarta: Rinneka Cipta.
Pandey, S. J., Locke, R., Gaume, R. M., & Baudelet, M. (2017). Effect of Powder
Compact Density on the LIBS Analysis of Ni Impurities in Alumina
Powders. Spechtrochimica Acta Part B: Atomic Spectroscopy.
Pardede, M., Hedwig, R., Abdulmadjid, S. N., Lahna, K., Idris, N., Jobiliong, E., .
. . Kagawa, K. (2015). Quantitative and Sensitive analysis of CN
35
Molecules Using Laser Induced Low Pressure He Plasma. Journal of
Applied Physics.
Parengkuan, K., Fatimawati, & Citraningtyas, G. (2013). Analisis Kandungan
Merkuri pada Krim Pemutih yang Beredar di Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi - UNSRAT, Volume 2 Nomor 1, Hal. 62-68.
Pasyah, A. G. (2019). Analisi Distribusi Timbal Sebagai Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor dengan Teknik Laser-Induced Breakdown
Spectroscopy (LIBS). Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
SNF2019, Hal. 161-166.
Skoog, D. A., West, D. M., Crouch, S. R., & Holler, F. J. (2014). Fundamentals
of Analytical Chemistry. Brooks/Cole, Cengage Learning.
Suyanto, H., Manurung, M., & Sinaga, D. N. (2014). Studi Perbandingan Analisis
Unsur Plumbum (Pb) dari Hasil Elektrolisis Antara Metode Laser Induced
Breakdown Spectroscopy (LIBS) dengan Metode Konvensional. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, Hal. 178-185.
Suyanto, H., Wendri, N., & Manurung, M. (2016). Study of Adsorption Ag and
Pb in Liquid Sample Using Berea Sandstone by Commercial Laser-
Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS). Journal of Physics: Conference
Series.
Tranggono, SpKK, D. I., & D. L. (2013). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuian
Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tripa, S. (2019). Ada Merkuri di Kampung Kami. Banda Aceh: Bandar
Publishing.
Vebrian, G. (2018). Analisis Pengaruh Sangrai Terhadap Kandungan Unsur Kopi
Arabika dan Robusta Menggunakan Teknik Laser Induced Breakdown
Spectroscopy. Jakarta: FMIPA, Fisika. Universitas Negeri Jakarta.
Wijaya, F. (2013). Analisis Kadar Merkuri (Hg) Dalam Sediaan Hand Body
Lotion Whitening Pagi Merek X, Malam Merek X, dan Bleaching Merek
X yang Tidak terdaftar pada BPOM. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Volume 2 Nomor 2.
Zhang, W., Zhuo, Z., Lu, P., Tang, J., Tang, H., Lu, J., . . . Wang, Y. (2020). LIBS
Analysis of Ash Content, Volatile Matter, and Calorific Value in Coal by
Partial Least Square Regression Based on Ash Classification. Journal of
Analytical Atomic Spectrometry.
36
LAMPIRAN
Lampiran 2. Spektrum Database dari NIST Atomic Spectra Database Lines Data
37
RIWAYAT HIDUP
38