NIM : 1306618005
Analisis dan Uji Sifat Mekanik Komposit Resin Epoxy dengan Variasi Massa Serat Kelapa
Dosen Pengampu
Dr. Esmar Budi,M.T.
Disusun Oleh
Muhammad Rishadi 1306618005
Peminatan:
Material Komposit
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya
saya dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “ Analisis dan Uji Sifat Mekanik Komposit
Resin Epoxy dengan Variasi Massa Serat Kelapa ”. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr. Esmar Budi,M.T. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Eksperimen
Fisika. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, khususnya dari Dosen matakuliah Eksperimen Fisika yaitu Bapak Dr.
Esmar Budi,M.T. guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa
yang akan datang.
Ttd
Muhammad Rishadi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…..........................................................................................……………2
DAFTAR ISI………..………………………………………………………………………….. 3
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………........................ 5
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………………………………... 5
1.4 Tujuan Eksperimen………………………………………………………………………... 5
BAB 2. KAJIAN TEORI……………………………………………………….......................... 6
2.1 Komposit.............................................................................................................................. 7
2.2 Jenis Jenis Komposit…………………………………………………………………….....7
2.3 Cara Menghitung Volume Benda Tercelup..……………………………………………….7
BAB 3. METODELOGI EKSPERIMEN……………………………………………………..12
3.1 Alat dan Bahan…………………………………………………………………………….12
3.2 Langkah Percobaan………………………………………………………………………..12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………...14
4.1 Data Hasil Percobaan……………………………………………………………………...14
4.1.1 Perhitungan…………………………………………………………………………...14
4.1.2 Grafik…………………………………………………………………………………18
4.2 Analisis……………………………………………………………………………………22
PENUTUP……………………………………………………………………………………....24
Kesimpulan…………………………………………………………………………………...24
Saran …………………………………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................25
LAMPIRAN…………………………………………………………………............................26
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan alternative serat kelapa selama ini dikenal sebagai tanaman yang sangat mudah
didapatkan dan manfaatnya juga sangat banyak seperti pengganti serat fiberglass pada pembuatan
campuran plafon GRC(Glassfiber Reforced cement), Styrofoam dan lain lain.semua bagian dari
kelapa dapat diolah atau dimanfaatkan oleh manusia.dari uraian diatas maka dilakukan
eksperimen tentang komposit dengan cara memvariasikan sudut serat alam. Serat alam yang
digunakan adalah serat pohon kelapa dengan eksperimen ini diharapkan ada masukan bagi
pengembangan industri material komposit yang diperkuat serat alam sehingga potensi sumber
daya alam penghasil serat dapat lebih meningkatkan pemanfaatanya menjadi suatu produk yang
memiliki nilai jual yang sangat tinggi di masyarakat. ( Edi T, 2013). Sehingga dari latar belakang
masalah diatas penulis akan mengambil judul eksperimen “Uji Sifat Mekanik Komposit Resin
Epoxy dengan Variasi Massa Serat Kelapa“ .
KAJIAN TEORI
2.1 Komposit
Kata komposit (composite) berasal dari kata "to compose" yang berarti menyusun atau
menggabung. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda (Jones, 1975). Karena
bahan komposit bahan gabungan secara makro, maka bahan komposit dapat sebagai suatu sistem
material yang tersusun dari campuran/kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara
makro berbeda di dalam bentuk dan atau komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan (Schwartz, 1984).
Penggabungan material yang berbeda bertujuan untuk menemukan material baru yang
mempunyai sifat antara (intermediate) material penyusunnya yang tidak akan diperoleh jika
material penyusunnya berdiri sendiri. Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan saling
memperbaiki kelemahan dan kekurangan material penyusunnya. Sifat-sifat yang dapat diperbaiki
: kekuatan, kekakuan, ketahanan bending, berat jenis, pengaruh terhadap temperatur, isolasi
termal, dan isolasi akustik (Jones, 1975).
Pada umumnya material komposit terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) dan bahan
pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik.
1) Serat
Serat berperan sebagai penyangga kekuatan dari struktur komposit, beban yang
awalnya diterima oleh matrik kemudian diteruskan ke serat karena itu serat harus mempunyai
kekuatan tarik dan elastisitas yang 6 lebih tinggi daripada matrik. Serat secara umum terdiri
dari dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis (Schwartz, 1984).
Serat alam adalah serat yang dapat langsung diperoleh dari alam. Biasanya berupa
serat yang dapat langsung diperoleh dari tumbuhtumbuhan dan binatang. Serat ini telah
banyak digunakan oleh manusia diantaranya adalah kapas, wol, sutera, pelepah pisang, sabut
kelapa, ijuk, bambu, nanas dan kenaf atau goni. Keunggulan serat alam sebagai filler
komposit dibandingkan dengan serat sintetis sudah dapat diterima dan mendapat perhatian
khusus dari para ahli material di dunia. Keunggulan tersebut antara lain densitas rendah, harga
lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun. Serat alam memiliki kelemahan yaitu
ukuran serat yang tidak seragam, kekuatan serat sangat dipengaruhi oleh usia. Serat sintetis
adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik dengan komposisi kimia tertentu. Serat
sintetis mempunyai beberapa kelebihan yaitu sifat dan ukurannya yang relatif seragam,
kekuatan serat dapat diupayakan sama sepanjang serat. Serat sintetis yang telah banyak
digunakan antara lain serat gelas, serat karbon, kevlar, nylon, dan lain-lain (Schwartz, 1984).
2) Matrik
Matrik dalam struktur komposit dapat berasal dari bahan polimer, logam, maupun
keramik. Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume
terbesar (dominan). Syarat utama yang harus dimiliki oleh bahan matrik adalah bahan matrik
tersebut harus dapat meneruskan beban, sehingga serat harus bisa melekat pada matrik dan
kompatibel antara serat dan matrik. Umumnya matrik yang dipilih adalah matrik yang
memiliki ketahanan panas yang tinggi. Matrik sebagai pengisi ruang komposit memegang
peranan penting dalam mentransfer tegangan, melindungi serat dari lingkungan dan menjaga
permukaan serat dari pengikisan. Matrik harus memiliki kompatibilitas yang baik dengan
serat. 7 matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam, maupun
keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat serat menjadi satu struktur komposit
(Gibson, 1994).
Benda dengan posisi terapung, sebagian volume benda berada di dalam zat cair dan
sebagian volume sisanya berada di atas permukaan zat cair. Bagaimana cara menghitung besar
volume benda yang berada di atas permukaan zat cair? Bagaimana cara menghitung volume
benda yang tercelup dalam zat cair? Kita dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan di
bawah.
Volume Benda
Volume benda beraturan dapat dihitung menggunakan perkalian ukuran sisi-sisinya.
Misalnya sebuah balok berbentuk kubus dengan ukuran sisinya sama dengan 6 cm. Volume
kubus tersebut adalah 216 cm3, nilainya sama dengan 0,216 dm3 atau 0,216 liter. Contoh
lainnya, misalnya benda berbentuk bola dengan jari-jarinya adalah 6 cm. Besar volume bola
tersebut adalah VBola = 4/3πr3= 4/3 × 3,14 × 63 = 904,32 cm3 atau sama dengan 0,90432 liter.
Bagaimana cara menghitung volume benda yang tidak beraturan, misalnya batu dengan
bentuk yang tidak beraturan? Salah satu cara mudah untuk mengetahui volume benda yang
tidak beraturan adalah dengan memasukkan batu tersebut ke dalam gelas ukur berisi air.
Misalnya, sebuah batu dengan bentuk tidak beraturan dimasukkan ke dalam gelas
ukur yang berisi 100 mililiter air. Setelah batu dimasukkan, volume air naik ke ukuran 300
mililiter. Kesimpulannya, batu tersebut memiliki besar volume sama dengan 300 mililiter –
100 mililiter = 200 mililiter atau sama dengan 0,2 liter.
Hukum Archimedes dan Berat Benda
Semua benda yang berada di dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas. Besar gaya
ke atas dipengaruhi oleh massa jenis zat cair (ρ), gaya gravitasi (g), dan volume (V) benda
yang tercelup. Kesimpulan gaya ke atas terdapat pada hukum Archimedes yang berbunyi
“Sebagian atau seluruh benda yang berada di dalam zat cair akan mendapat gaya tekan yang
mengarah ke atas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda
tersebut”.
Secara matematis, hukum Archimedes diberikan seperti persamaan berikut.
BAB III
METODOLOGI EKSPERIMEN
Massa Volume Massa Diameter Volume Densitas Ketebalan Ketebalan setelah dipukul
serat resin komposit komposit komposit komposit sebelum (cm)
3
kelapa (ml) (g) (cm) ( (g/cm ) dipukul (cm) 1x 2x 3x pukul
(g) pukul pukul
1 100 7
2 100 7
3 100 7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Massa Volume Massa Diameter Volume Densitas Ketebalan Ketebalan setelah dipukul
serat resin komposit komposit komposit komposit sebelum (cm)
3
kelapa (ml) (g) (cm) ( (g/cm ) dipukul (cm) 1x 2x 3x pukul
(g) pukul pukul
1 100 127 7 89,75 1,41 3,75 3,75 3,75 3,75
2 100 129 7 89,75 1,44 3,80 3,78 3,75 3,70
3 100 131 7 89,75 1,46 4,00 3,80 3,60 3,45
4.1.1 Perhitungan
Volume komposit = 3,14 = 3,14 = 89,75
Diketahui:
Massa komposit = 127 g
Volume komposit = 89,75
Ditanya: densitas komposit ?
Jawab: = 1,41 g/cm3
Diketahui:
Massa komposit = 129 g
Volume komposit = 89,75
Ditanya: densitas komposit ?
Jawab: = 1,44 g/cm3
Diketahui:
Massa komposit = 131 g
Volume komposit = 89,75
Ditanya: densitas komposit ?
Jawab: = 1,46 g/cm3
Kekuatan Tarik :
=
Regangan :
=
127 3111,50 - - -
131 3209,50
Diketahui material komposit dipukul oleh palu dari ketinggian (h) = 10 cm = 0,1 m dan saat
waktu( ) = 1s , ( ) = 2s , ( ) = 3s
= =
g = 9,8 m/
Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 2 gram, pukulan 1 :
= 490000 N/m2
Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 2 gram, pukulan 2 :
=
=
= 188461,53 N/m2
Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 2 gram, pukulan 3 :
= 90740,74 N/m2
Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 3 gram, pukulan 1 :
= 49000 N/m2
Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 3 gram, pukulan 2 :
= 22272,72 N/m2
Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 3 gram, pukulan 3 :
= 15312,50 N/m2
̅=
no. ̅ (N/m^2)
pukul (rata-rata
̅= regangan
( N/m²) setiap
pukulan)
1 3111,50 0,028 11113
2 3160,50 0,062 50975,80
3 3209,50 0,094 34143,61
̅ =96232,41
4.1.2 Grafik
3220
3200
3180
tegangan(σ)
3160
3140
3120
3100
3080
3060
0.028 0.062 0.094
regangan (ε)
4
3.5
3
Ketebalannya 2.5
setelah 2
dipukul (cm) 1.5
1
0.5
0
1 2 3
3.5
Ketebalannya
setelah 3
dipukul (cm) 2.5
2
1.5
0.5
0
1 2 3
Pukulan 1kali, 2kali, 3kali
600000
500000
Modulus 400000
Elastisitas 300000
(N/m^2) 200000
100000
0
1 2 3
60000
50000
Modulus 40000
Elastisitas 30000
(N/m^2) 20000
10000
0
1 2 3
dan densitas berbanding lurus dan volume yang didapatkanpun juga konstan yaitu sebesar 89,75
. Jadi semakin besar massa komposit maka densitasnya akan semakin besar. Karena massa
dan densitas berbanding lurus maka semakin kecil nilai massa (m) maka semakin kecil pula nilai
densitasnya ( .
Nilai ketebalan komposit yang paling tinggi ada pada sample massa serat kelapa 3 gram yaitu
ketebalan sebesar 4 cm. Hal ini disebabkan karena ketika lebih banyak filler yang akan digunakan
dalam suatu komposit maka dibutuhkan lebih banyak volume resin epoxy untuk dapat menyatu
dengan serat kelapa. Sehingga ketika massa serat kelapa sedikit maka resin epoxy yang
dibutuhkan untuk merekatkan serat kelapa juga tidak perlu berlebihan. Untuk mendapatkan bahan
komposit yang baik, hendaknya volume matrix epoxy dan filler harus seimbang sehingga
komposit yang dihasilkan tidak terlalu keras (karena terlalu banyak filler dibanding resin) atau
tidak terlalu lembut (karena terlalu banyak resin dibandingkan fillernya).
Pada uji pukul terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban menumbuk
spesimen dan saat memuku specimen dipengaruhi juga dengan kecepatan gerak tangan (v) yaitu
14 cm/s dan percepatan gravitasi (g) yaitu 9,8 m/s^2. Energi yang diserap material ini dapat
dihitung menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Pada pengujian pukul ini banyaknya
energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan/deformasi merupakan ukuran
ketahanan impact atau ketangguhan bahan tersebut. Tetapi pada percobaan kali ini dikarenakan
kurangnya alat untuk menguji sampel komposit maka uji impact dilakukan secara manual
menggunakan hammer (palu) dengan ketinggian (h) 10 cm sehingga bukan banyaknya energi
yang diserap sebagai tolak ukur ketangguhan komposit melainkan ketebalan sampel ketika
sebelum dan sesudah dikenai pukulan. Setiap sampel dikenai 1 - 3 . Pada percobaan sample
massa serat kelapa 1 gram, tidak terjadi perubahan ketebalan sama sekali atau nilai ketebalannya
tetap 37,5 cm setelah dipukul 1 -3 menggunakan palu pada material komposit tersebut. Hal
ini disebabkan karena pemberian katalis terlalu banyak pada serat dan resin, jadi proses
pengkristalan pada material komposit terlalu tinggi atau keras dan juga serat kelapa yang
diberikan sedikit yaitu 1 gram jadi seluruh permukaan material komposit ditutupi oleh resin dan
katalis. Dari data hasil percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketinggian ketebalaan
komposit sebelum dipukul ditentukan oleh banyaknya serat kelapa dan volume resin, tetapi
besarnya nilai ketebalan komposit setelah pukul 1 - 3 ditentukan oleh katalis dan serat kelapa.
Karena pemberian katalis terlalu banyak akan membuat material komposit terlalu keras dan jika
dipukul tidak mudah terdeformasi. Modulus elastisitas material komposit tertinggi pada variasi
massa serat 2 gram. hal ini disebabkan karena regangan pada material komposit terlalu kecil,
dibandingkan tegangan yang didapatkannya yaitu sebesar 2450 N/m2, maka nilai modulus
elastisitasnya semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa Semakin tinggi nilai modulus
elastisitas bahan, maka semakin sedikit perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi gaya. Karena
itu semakin besar nilai modulus elastisitas maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi
atau semakin kaku. Sebalikanya jika terlalu kecil nilai modulus elastisitas bahan, maka semakin
besar perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi gaya. Komposit memiliki sifat mekanik yang
lebih bagus dari logam, kekakuan jenis (modulus Young/density) dan kekuatan jenisnya lebih
tinggi dari logam. Beberapa lamina komposit dapat ditumpuk dengan arah orientasi serat yang
berbeda, gabungan lamina ini disebut sebagai laminat.
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Untuk analisis sifat mekanik (uji beban) dengan variasi massa filler, yaitu
dengan semakin banyak filler(serat) maka massa kompositnya akan semakin
besar. dan sifat mekaniknya bergantung pada saat penuangan resin dan
katalisnya ke variasi massa filler(serat). jika resin dan katalisnya terlalu banyak
maka sifat mekaniknya akan mengalami kekerasan, jadi jika variasi massa filler
(serat) seimbang dengan penuangan katalis dan resin maka akan menghasilkan
sifat mekanik yang baik (tidak keras atau tidak terlalu lembut) setelah di uji oleh
beban palu.
Saran :
Sebaiknya percobaan ini dilakukan menggunakan takaran resin dan katalis yang sesuai
dengan teori yang ada. Sebab, pada percobaan ini banyak data yang didapat tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Tetapi sebagian besar pada eksperimen ini sudah baik dan sesuai dengan literatur
literatur yang saya research.
DAFTAR PUSTAKA
Astika, Made, I, Lokantara, Putu, I, dan Karohika, Gatot, Made, I. 2013, Sifat Mekanis Komposit
Polyester dengan Penguat Serat Sabut Kelapa, Jurnal Energi dan Manufaktur Vol.6 No.2,
Oktober 2013:95-202
Gibson, R.F. 1994. Principles of Composites Material Mechanics. Singapore: Mc. Graw Hill
Jones, R.M. 1975. Mechanics of Composite Materials. Washington DC: Scripta Book Company
Schwartz, M.M. 1984. Composite Material Handbook. New York: Mc. Graw Hill
Slamet. 2002. Kelapa (Saccarum Officinarum). Diakses pada tanggal 5 Agustus 2011 dari
http://warintek.progresio.or.id/tebu/perkebun/warintek/merintis bisnis/progresio.html
Supriadi, A. 1992. Rendemen Kebu : Liku-Liku Permasalahannya. Jogjakarta: Kanisius
LAMPIRAN