Anda di halaman 1dari 27

Nama : Muhammad Rishadi

NIM : 1306618005

Prodi : Fisika angkatan 2018

Tugas Akhir Eksperimen Fisika


Kumpulan video eksperimen dan laporan akhir eksperimen fisika :
 Link Video Eksperimen Fisika :
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1vMMCyKZYsNnsnbhbAIDoBomBoReRSl0n
 Proposal Laporan Akhir Eksperimen Fisika :
Ada dihalaman selanjutnya
LAPORAN AKHIR EKSPERIMEN FISIKA

Analisis dan Uji Sifat Mekanik Komposit Resin Epoxy dengan Variasi Massa Serat Kelapa

Dosen Pengampu
Dr. Esmar Budi,M.T.
Disusun Oleh
Muhammad Rishadi 1306618005
Peminatan:
Material Komposit

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya
saya dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “ Analisis dan Uji Sifat Mekanik Komposit
Resin Epoxy dengan Variasi Massa Serat Kelapa ”. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr. Esmar Budi,M.T. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Eksperimen
Fisika. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, khususnya dari Dosen matakuliah Eksperimen Fisika yaitu Bapak Dr.
Esmar Budi,M.T. guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa
yang akan datang.

Ttd

Muhammad Rishadi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..........................................................................................……………2
DAFTAR ISI………..………………………………………………………………………….. 3
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………........................ 5
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………………………………... 5
1.4 Tujuan Eksperimen………………………………………………………………………... 5
BAB 2. KAJIAN TEORI……………………………………………………….......................... 6
2.1 Komposit.............................................................................................................................. 7
2.2 Jenis Jenis Komposit…………………………………………………………………….....7
2.3 Cara Menghitung Volume Benda Tercelup..……………………………………………….7
BAB 3. METODELOGI EKSPERIMEN……………………………………………………..12
3.1 Alat dan Bahan…………………………………………………………………………….12
3.2 Langkah Percobaan………………………………………………………………………..12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………...14
4.1 Data Hasil Percobaan……………………………………………………………………...14
4.1.1 Perhitungan…………………………………………………………………………...14
4.1.2 Grafik…………………………………………………………………………………18
4.2 Analisis……………………………………………………………………………………22
PENUTUP……………………………………………………………………………………....24
Kesimpulan…………………………………………………………………………………...24
Saran …………………………………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................25
LAMPIRAN…………………………………………………………………............................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komposit adalah satu material yang terbenntuk dari kombinasi dua atau lebih material,
dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda, maka akan dihasilkan material
baru komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material-
material pembentukmya. (Jonathan, 2013). Bahan penyusun komposit adalah matrik dan bahan
penguat. Matrik yang biasanya digunakan adalah resin epoxy, karena memiliki kekurangan
sifatnya yang kaku dan rapuh maka untuk meningkatkan kekuatanya diberi penguat serat, sebagai
elemen penguat serat sangat menentukan sifat mekanik dari komposit karena meneruskan beban
yang di distribusikan oleh matrik. Orientasi, ukuran, dan bentuk serta material serat adalah factor
yang mempengaruhi property mekanik dari lamina. Dengan memvariasikan lebar dan tebal
sayatan serat diharapkan akan didapatkan property mekanik komposit yang maksimal untuk
memdukung pemanfaatan komposit. (Huzni, 2014).
Kebanyakan teknologi modern memerlukan bahan dengan kombinasi sifat-sifat yang luar
biasa yang tidak boleh dicapai oleh bahan-bahan lazim seperti logam besi,keramik, dan bahan
polimer. Kenyataan ini adalah benar bagi bahan yang diperlukan untuk penggunaan dalam bidang
angkasa lepas , perumahan, perkapalan, kendaraan dan industry pengangkutan. Karena bidang-
bidang tersebut membutuhkan density yang rendah, flexural, dan tensile yang tinggi, viscosity
yang baik dan hantaman yang baik.
Terminologi Komposit memunculkan beberapa permasalahan, satunya ialah Komposit.
Komposit selalu dibentuk untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan. (Joseriki,2013). Ilmu dan
teknologi dapat berkembang dapat berkembang dengan pesat menunjukan adanya proses yang
tidak terpisahkan dalam perkembanganya dengan nilai-nilai hidup. Dengan perkembangan dunia
industry sekarang ini, kebutuhan material untuk sebuah produk semakin tinggi. Penggunaan
material logam semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh beratnya material logam serta harga
yang semakin mahal. Sehingga dibutuhkan material alternatif yang mempunyai sifat mirip dengan
material logam.
Komponen komposit terdiri dari matrik dan penguat. Matriks merupakan material
pengikat serat penguat pada komposit. Sifat dan matriks umumnya ductile dan mempunyai
kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan material penguatnya. Dalam pembuatan
komposit serat (fiber reinforced plastic) matriks yang digunakan adalah thermosetting polimer,
atau lebih dikenal dengan resin. Resin yang paling sesuai untuk pembuatan komposit serat alam
ditinjau dari aspek teknis-ekonomis adalah unsaturated epoxy resin. Penguat pada komposit
berfungsi sebagai penahan beban utama. Material penguat pada komposit bisa digunakan dari
serat maupun serbuk (Astika dkk, 2013). Pada saat ini, serat alami mulai mendapat perhatian
serius dari para ahli material komposit, selain memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena
memiliki berat jenis rendah, serat alam lebih mudah didapat dan merupakan sumber daya alam
yang dapat diolah kembali tanpa mengandung racun dan harganya jauh lebih murah dibandingkan
fiber glass.

Bahan alternative serat kelapa selama ini dikenal sebagai tanaman yang sangat mudah
didapatkan dan manfaatnya juga sangat banyak seperti pengganti serat fiberglass pada pembuatan
campuran plafon GRC(Glassfiber Reforced cement), Styrofoam dan lain lain.semua bagian dari
kelapa dapat diolah atau dimanfaatkan oleh manusia.dari uraian diatas maka dilakukan
eksperimen tentang komposit dengan cara memvariasikan sudut serat alam. Serat alam yang
digunakan adalah serat pohon kelapa dengan eksperimen ini diharapkan ada masukan bagi
pengembangan industri material komposit yang diperkuat serat alam sehingga potensi sumber
daya alam penghasil serat dapat lebih meningkatkan pemanfaatanya menjadi suatu produk yang
memiliki nilai jual yang sangat tinggi di masyarakat. ( Edi T, 2013). Sehingga dari latar belakang
masalah diatas penulis akan mengambil judul eksperimen “Uji Sifat Mekanik Komposit Resin
Epoxy dengan Variasi Massa Serat Kelapa“ .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengaruh resin epoxy pada serat kelapa, dapat meningkatkan massa komposit dan
kekuatan mekanik kompositnya ?
2. Bagaimana kekuatan masing-masing sampel yang diberikan penempaan beban terhadap
sampel ?
1.3 Batasan Masalah
1. Matriks yang digunakan pada eksperimen adalah matrik resin epoxy
2. Sebagai penguat serat kelapa
3. Eksperimen yang dilakukan adalah pengujian densitas dan impact
1.4 Tujuan Eksperimen
Adapun tujuan dilakukan percobaan ini yaitu:
a) Untuk menganalisis sifat mekanik (uji beban) dengan variasi massa filler.
b) Untuk menganalisis nilai densitas terhadap pengaruh sifat mekaniknya.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Komposit
Kata komposit (composite) berasal dari kata "to compose" yang berarti menyusun atau
menggabung. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda (Jones, 1975). Karena
bahan komposit bahan gabungan secara makro, maka bahan komposit dapat sebagai suatu sistem
material yang tersusun dari campuran/kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara
makro berbeda di dalam bentuk dan atau komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan (Schwartz, 1984).
Penggabungan material yang berbeda bertujuan untuk menemukan material baru yang
mempunyai sifat antara (intermediate) material penyusunnya yang tidak akan diperoleh jika
material penyusunnya berdiri sendiri. Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan saling
memperbaiki kelemahan dan kekurangan material penyusunnya. Sifat-sifat yang dapat diperbaiki
: kekuatan, kekakuan, ketahanan bending, berat jenis, pengaruh terhadap temperatur, isolasi
termal, dan isolasi akustik (Jones, 1975).
Pada umumnya material komposit terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) dan bahan
pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik.
1) Serat
Serat berperan sebagai penyangga kekuatan dari struktur komposit, beban yang
awalnya diterima oleh matrik kemudian diteruskan ke serat karena itu serat harus mempunyai
kekuatan tarik dan elastisitas yang 6 lebih tinggi daripada matrik. Serat secara umum terdiri
dari dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis (Schwartz, 1984).
Serat alam adalah serat yang dapat langsung diperoleh dari alam. Biasanya berupa
serat yang dapat langsung diperoleh dari tumbuhtumbuhan dan binatang. Serat ini telah
banyak digunakan oleh manusia diantaranya adalah kapas, wol, sutera, pelepah pisang, sabut
kelapa, ijuk, bambu, nanas dan kenaf atau goni. Keunggulan serat alam sebagai filler
komposit dibandingkan dengan serat sintetis sudah dapat diterima dan mendapat perhatian
khusus dari para ahli material di dunia. Keunggulan tersebut antara lain densitas rendah, harga
lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun. Serat alam memiliki kelemahan yaitu
ukuran serat yang tidak seragam, kekuatan serat sangat dipengaruhi oleh usia. Serat sintetis
adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik dengan komposisi kimia tertentu. Serat
sintetis mempunyai beberapa kelebihan yaitu sifat dan ukurannya yang relatif seragam,
kekuatan serat dapat diupayakan sama sepanjang serat. Serat sintetis yang telah banyak
digunakan antara lain serat gelas, serat karbon, kevlar, nylon, dan lain-lain (Schwartz, 1984).
2) Matrik
Matrik dalam struktur komposit dapat berasal dari bahan polimer, logam, maupun
keramik. Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume
terbesar (dominan). Syarat utama yang harus dimiliki oleh bahan matrik adalah bahan matrik
tersebut harus dapat meneruskan beban, sehingga serat harus bisa melekat pada matrik dan
kompatibel antara serat dan matrik. Umumnya matrik yang dipilih adalah matrik yang
memiliki ketahanan panas yang tinggi. Matrik sebagai pengisi ruang komposit memegang
peranan penting dalam mentransfer tegangan, melindungi serat dari lingkungan dan menjaga
permukaan serat dari pengikisan. Matrik harus memiliki kompatibilitas yang baik dengan
serat. 7 matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam, maupun
keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat serat menjadi satu struktur komposit
(Gibson, 1994).

2.2 Jenis-Jenis Komposit


1. Menurut struktur dari penyusunnya Komposit dibedakan menjadi 5 kelompok menurut bentuk
struktur dari penyusunnya (Schwartz, 1984), yaitu:
a) Komposit serat (Fiber composite)
Komposit serat merupakan jenis komposit yang menggunakan serat sebagai bahan
penguatnya. Dalam pembuatan komposit, serat dapat diatur memanjang (unidirectional
composites) atau dapat dipotong kemudian disusun secara acak (random fibers) serta
juga 8 dianyam (cross-ply laminate). Komposit serat sering digunakan dalam industri
otomotif dan pesawat terbang (Schwartz, 1984).
b) Komposit Serpih (flake composite)
Flake Composites adalah komposit dengan penambahan material berupa serpih
kedalam matriksnya. Flake dapat berupa serpihan mika, glass dan metal (Schwartz,
1984).
c) Komposit butir (particulate composite)
Particulate composites adalah salah satu jenis komposit di mana dalam matrik
ditambahkan material lain berupa serbuk/butir. Perbedaan dengan flake dan fiber
composites terletak pada distribusi dari material penambahnya. Dalam particulate
composites, material penambah terdistribusi secara acak atau kurang terkontrol daripada
flake composites. Sebagai contoh adalah beton (Schwartz, 1984).
d) Komposit isian (filled composite)
Filled composites adalah komposit dengan penambahan material ke dalam matriks
dengan struktur tiga dimensi dan biasanya filler juga dalam bentuk tiga dimensi
(Schwartz, 1984).
e) Komposit lapisan (laminar composite)
Laminar composites adalah komposit dengan susunan dua atau lebih layer, dimana
masing – masing layer dapat berbeda – beda dalam hal material, bentuk, dan orientasi
penguatannya (Schwartz, 1984).
2. Berdasarkan Matriknya
Berdasarkan bentuk dari matriksnya komposit dapat dibedakan menjadi sebagai berikut
(Gibson, 1994):
 Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
Komposit jenis ini terdiri dari polimer sebagai matriks baik itu thermoplastic maupun
jenis thermosetting. Thermoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali
(recycle) dengan menggunakan panas. Thermoplastic merupakan polimer yang akan
menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic akan meleleh pada suhu tertentu, serta
melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat kembali (reversibel)
kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Thermoplastic yang lazim
dipergunakan sebagai matriks misalnya polyolefin (polyethylene, polypropylene), vinylic
(polyvinylchloride, polystyrene, polytetrafluorethylene), nylon, polyacetal,
polycarbonate, dan polyfenylene (Gibson, 1994).
Thermosets tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang
tinggi tidak akan melunakkan thermoset melainkan akan membentuk arang dan terurai
karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel,seperti jenis-jenis
melamin. Thermosets yang banyak digunakan saat ini adalah epoxy dan polyester tak
jenuh. Resin polyester tak jenuh adalah matrik thermosetting yang paling banyak dipakai
untuk pembuatan komposit. Resin jenis ini digunakan pada proses pembuatan dengan
metode hand lay-up (Gibson, 1994).
 Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
Metal Matrix composites adalah salah satu jenis komposit yang memiliki matrik
logam. Komposit ini menggunakan suatu logam seperti alumunium sebagai matrik dan
penguatnya dengan serat seperti silikon karbida. Material MMC mulai dikembangkan
sejak tahun 1996. Komposit MMC berkembang pada industri otomotif digunakan
sebagai bahan untuk pembuatan komponen otomotif seperti blok silinder mesin, pully,
poros, dan garden (Gibson, 1994).
 Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi sebagai reinforcement dan 1
fasa sebagai matriks, dimana matriksnya terbuat dari keramik. Reinforcement yang
umum digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan nitrid. Salah satu proses
pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu proses pembentukan komposit
dengan reaksi oksidasi leburan logam untuk pertumbuhan matriks keramik di sekeliling
daerah filler (penguat) (Gibson, 1994).
3. Berdasarkan Strukturnya
 Struktur laminate
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung
menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri (Gibson, 1994).
 Struktur sandwich
Komposit sandwich merupakan gabungan dua lembar skin yang disusun pada
dua sisi material ringan ( core ) serta adhesive. Fungsi utama skin adalah menahan beban
aksial dan bending, sedangkan core berfungsi untuk mendistribusikan beban aksial
menjadi beban geser pada seluruh luasan yang terjadi akibat pembebanan gaya dari luar
(Gibson, 1994).
 Kelapa
Sabut kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah didapatkan dan merupakan
hasil samping pertanian. Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar 35% dari berat
keseluruhan buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber) dan gabus (pitch) yang
menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut kelapa terdiri dari 75% serat
dan 25% gabus (Supriadi 1992). (Supriadi 1992).
Potensi penggunaan serat sabut kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan
logam berat dari perairan cukup tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin (35%
– 45%) dan selulosa (23%–43%) (Carrijo,dkk.2002). Serat sabut kelapa sangat berpotensi
sebagai biosorben karena mengandung selulosa yang di dalam struktur molekulnya
mengandung gugus karboksil serta lignin yang mengandung asam phenolat yang ikut
ambil bagian dalam pengikatan logam. Selulosa dan lignin adalah biopolimer yang
berhubungan dengan proses pemisahan logamlogam berat (Slamet 2004).
Sabut kelapa merupakan serat alami alternatif yang dapat digunakan dalam
pembuatan komposit. Serat kelapa mulai banyak dilirik penggunaannya karena mudah di
dapat, murah dan dapat mengurangi polusi lingkungan sehingga penggunaan serat sabut
kelapa sebagai penguat dalam komposit akan mampu mengatasi permasalahan
lingkungan yang mungkin timbul akibat banyaknya sabut kelapa yang tidak digunakan
dan hanya dibuang begitu saja. Komposit ini ramah lingkungan serta tidak
membahayakan kesehatan sehingga pemanfaatannya terus dikembangkan agar dihasilkan
komposit ang lebih sempurna dan lebih berguna (Slamet 2004).
= + dimana: P dan V berturutan adalah sifat bahan dan fraksi
volume; subskrip c, m dan r mengindikasikan komposit, matriks dan penguat
(reinforcement). Kerapatan ( ) bahan komposit yang dibuat juga mengikuti kaidah di alas
dan diformulasikan dalam persamaan (2); = + .

2.3 Cara Menghitung Volume Benda yang Tercelup


Posisi benda yang tercelup dalam zat cair dapat tenggelam, melayang, atau terapung.
Benda dikatakan tenggelam jika seluruh bagian benda berada di dasar wadah berisi zat cair.
Benda dikatakan melayang jika posisi benda berada di tengah wadah berisi zat cair. Sedangkan
benda terapung memiliki bagian benda yang tercelup dalam zat cair dan bagian volume benda
yang lainnya berada di atas permukaan zat cair. Cara menghitung volume benda yang tercelup
dalam zat cair dapat menggunakan hukum Archimedes. Hukum Archimedes adalah hukum yang
menyatakan adanya gaya ke atas (FA) pada benda yang berada di dalam zat cair. Besar gaya ke
atas ini dipengaruhi oleh nilai massa jenis zat cair (ρ), gaya gravitasi (g), dan besar volume benda
dalam zat cair (V). Posisi benda di dalam zat cair dipengaruhi oleh nilai gaya ke atas dan berat
benda yang berada di dalam zat cair. Berat benda (w) dalam besaran fisika dihitung dari perkalian
massa benda dengan gravitasi, w = m × g. Jika gaya ke atas sama dengan berat benda (F A = w)
maka benda akan melayang. Sedangkan jika gaya ke atas lebih kecil dari berat benda (F A < w)
maka benda akan tenggelam. Benda dengan posisi terapung memiliki besar gaya ke atas yang
lebih besar dari berat benda (FA > w). Selain besar nilai gaya ke atas (FA) dan berat benda (w),
posisi benda dalam zat cair/fluida juga dipengaruhi oleh massa jenis benda (ρ B) dan massa jenis
fluida (ρf).

Benda dengan posisi terapung, sebagian volume benda berada di dalam zat cair dan
sebagian volume sisanya berada di atas permukaan zat cair. Bagaimana cara menghitung besar
volume benda yang berada di atas permukaan zat cair? Bagaimana cara menghitung volume
benda yang tercelup dalam zat cair? Kita dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan di
bawah.
 Volume Benda
Volume benda beraturan dapat dihitung menggunakan perkalian ukuran sisi-sisinya.
Misalnya sebuah balok berbentuk kubus dengan ukuran sisinya sama dengan 6 cm. Volume
kubus tersebut adalah 216 cm3, nilainya sama dengan 0,216 dm3 atau 0,216 liter. Contoh
lainnya, misalnya benda berbentuk bola dengan jari-jarinya adalah 6 cm. Besar volume bola
tersebut adalah VBola = 4/3πr3= 4/3 × 3,14 × 63 = 904,32 cm3 atau sama dengan 0,90432 liter.
Bagaimana cara menghitung volume benda yang tidak beraturan, misalnya batu dengan
bentuk yang tidak beraturan? Salah satu cara mudah untuk mengetahui volume benda yang
tidak beraturan adalah dengan memasukkan batu tersebut ke dalam gelas ukur berisi air.

Misalnya, sebuah batu dengan bentuk tidak beraturan dimasukkan ke dalam gelas
ukur yang berisi 100 mililiter air. Setelah batu dimasukkan, volume air naik ke ukuran 300
mililiter. Kesimpulannya, batu tersebut memiliki besar volume sama dengan 300 mililiter –
100 mililiter = 200 mililiter atau sama dengan 0,2 liter.
 Hukum Archimedes dan Berat Benda
Semua benda yang berada di dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas. Besar gaya
ke atas dipengaruhi oleh massa jenis zat cair (ρ), gaya gravitasi (g), dan volume (V) benda
yang tercelup. Kesimpulan gaya ke atas terdapat pada hukum Archimedes yang berbunyi
“Sebagian atau seluruh benda yang berada di dalam zat cair akan mendapat gaya tekan yang
mengarah ke atas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda
tersebut”.
Secara matematis, hukum Archimedes diberikan seperti persamaan berikut.
BAB III

METODOLOGI EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu meliputi:
a. Ressin epoxy secukupnya
b. Serat kelapa 1 cm ( 1 g, 2 g, 3 g ) secukupnya
c. Katalis secukupnya
d. Tempat cetakan 3 buah
e. Gunting 1 buah
f. Neraca digital 1 buah
g. Beaker glass 2 buah
h. Tissu secukupnya
i. Air kran secukupnya
j. Penggaris 1 buah
k. Beban tempa (palu) 1 buah
3.2 Langkah Percobaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu:
Perlakuan pertama (pembuatan serat kelapa)
1. Disiapkan alat dan bahan percobaan dengan baik dan benar.
2. Dijemur ampas kelapa hingga kering (kurang lebih 3-4 hari).
3. Disikat kelapa yang telah kering untuk memisahkan serat dengan ampasnya dan
dipotong serat dengan panjang 1 cm setelah penyikatan selesai.
4. Dilakukan percobaan setelah serat siap digunakan.
Perlakuan kedua (pembuatan sampel)
5. Disiapkan alat dan bahan dengan baik dan benar.
6. Ditimbang serat kelapa sesuai dengan massa yang divariasaikan menggunakan alat
bantu neraca digital.
7. Selanjutnya serat dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml untuk mendapatkan
volumenya.
8. Dibuat adonan campuran resin dan katalis dengan perbandingan 1:10.
9. Dituangkan adonan resin pada 3 wadah cetakan yang telah diisi filler (serat kelapa)
dengan massa yang telah ditentukan.
10. Diaduk adonan resin dan serat kelapa sampai merata antara keduanya.
11. Didiamkan adonan resin dan serat kelapa sampai adonan mengeras (kurang lebih 12
jam).
12. Dikeluarkan dari cetakan setelah sampel mengering.
Perlakuan ketiga (pengujian)
13. Diukur densitas dengan mengimbang massa sampel (m) dengan alat bantu neraca,
diukur volume sampel (V) dengan menghitung selisih antara volume air sebelum
dimasuki sampel dan setelah dimasuki sampel.
14. Diukur kekuatan masing-masing sampel dengan cara diberikan penempaan beban
terhadap sampel menggunakan alat bantu palu sebanyak 3 kali pukulan tiap
sampelnya.
15. Dicatat data hasil percobaan pada tabel. Berikut data yang divariasikannya :

Perhitungan : Massa resin = – , komposit/hasil material


jadinya berupa bentuk setengah bola yang seusai dengan cetakan saat membuat materialnya. Maka
kita dapat mengukur diameter dan juga dapat mengukur volumenya.

Massa Volume Massa Diameter Volume Densitas Ketebalan Ketebalan setelah dipukul
serat resin komposit komposit komposit komposit sebelum (cm)
3
kelapa (ml) (g) (cm) ( (g/cm ) dipukul (cm) 1x 2x 3x pukul
(g) pukul pukul
1 100 7
2 100 7
3 100 7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


Data yang akan digunakan untuk analisa merupakan hasil eksperimen yang saya kerjakan. Pada
eksperimen ini, dilakukan dengan pengukuran ketebalan suatu material komposit yang sebelum
dipukul atau sesudah dipukul dan setelah itu kita bisa menganalisis keelastisitas dari suatu bahan
tersebut. Untuk data hasil tabel pengukuran sebagai berikut:

Massa Volume Massa Diameter Volume Densitas Ketebalan Ketebalan setelah dipukul
serat resin komposit komposit komposit komposit sebelum (cm)
3
kelapa (ml) (g) (cm) ( (g/cm ) dipukul (cm) 1x 2x 3x pukul
(g) pukul pukul
1 100 127 7 89,75 1,41 3,75 3,75 3,75 3,75
2 100 129 7 89,75 1,44 3,80 3,78 3,75 3,70
3 100 131 7 89,75 1,46 4,00 3,80 3,60 3,45

4.1.1 Perhitungan
 Volume komposit = 3,14 = 3,14 = 89,75
 Diketahui:
Massa komposit = 127 g
Volume komposit = 89,75
Ditanya: densitas komposit ?
Jawab: = 1,41 g/cm3

 Diketahui:
Massa komposit = 129 g
Volume komposit = 89,75
Ditanya: densitas komposit ?
Jawab: = 1,44 g/cm3
 Diketahui:
Massa komposit = 131 g
Volume komposit = 89,75
Ditanya: densitas komposit ?
Jawab: = 1,46 g/cm3
 Kekuatan Tarik :

=
 Regangan :
=

 Menghitung tegangan( ) pada beban Palu :


=
=
= N/m²
 Menghitung tegangan( ) pada bahan material komposit :
 Pada massa komposit 127 gram :
=
=
= 3111,50 N/m²

 Pada massa komposit 129 gram :


=
=
= 3160,50 N/m²
 Pada massa komposit 131 gram :
=
=
= 3209,50 N/m²
 Menghitung regangan( ) pada bahan material komposit :
 Pada massa komposit 129 gram setelah dipukul 1 :
=
=
= 0,005
 Pada massa komposit 129 gram 2 :
=
=
=
 Pada massa komposit 129 gram 3 :
=
=
=
 Pada massa komposit 131 gram 1 :
=
=
=
 Pada massa komposit 131 gram 2 :
=
=
=
 Pada massa komposit 131 gram 3 :
=
=
=
 Tabel Data Tegangan ( ) dan Regangan :

Massa Tegangan regangan( )=


komposit (g)
= Setelah Setelah dipukul
Setelah dipukul dipukul
( N/m²) 1 Pukul 3 × pukul
2 × pukul

127 3111,50 - - -

129 3160,50 0,005

131 3209,50

 Modulus elastisitas dari gaya eksternal yang diberikan oleh palu :


Dipengaruhi oleh kecepatan awal.

Diketahui material komposit dipukul oleh palu dari ketinggian (h) = 10 cm = 0,1 m dan saat
waktu( ) = 1s , ( ) = 2s , ( ) = 3s

 = =

Luas penampang pada palu (A) = =2 2=4 =4.

g = 9,8 m/
 Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 2 gram, pukulan 1 :

= 490000 N/m2
 Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 2 gram, pukulan 2 :

=
=

= 188461,53 N/m2

 Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 2 gram, pukulan 3 :

= 90740,74 N/m2

 Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 3 gram, pukulan 1 :

= 49000 N/m2
 Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 3 gram, pukulan 2 :

= 22272,72 N/m2
 Pada massa palu setelah ditimbang oleh neraca digital mendapatkan 100 gram. Dan
pada serat kelapa 3 gram, pukulan 3 :

= 15312,50 N/m2

 Tabel Data Rata-rata Tegangan ( ), Regangan dan Modulus Elastisitas:

̅=
no. ̅ (N/m^2)
pukul (rata-rata
̅= regangan
( N/m²) setiap
pukulan)
1 3111,50 0,028 11113
2 3160,50 0,062 50975,80
3 3209,50 0,094 34143,61
̅ =96232,41
4.1.2 Grafik

Hubungan antara regangan (ε) dan tegangan(σ)

3220
3200
3180
tegangan(σ)
3160
3140
3120
3100
3080
3060
0.028 0.062 0.094

regangan (ε)

Hubungan Massa Komposit dan Densitas


1.6
1.4
Densitas
1.2
komposit
(g/cm3) 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
127 129 131
Massa Komposit (g)
Kekuatan mekanik material komposit pada variasi massa serat 2 gram

4
3.5
3
Ketebalannya 2.5
setelah 2
dipukul (cm) 1.5
1
0.5
0
1 2 3

Pukulan 1kali, 2kali, 3kali

Kekuatan mekanik material komposit pada variasi massa serat 3 gram


4

3.5
Ketebalannya
setelah 3
dipukul (cm) 2.5
2

1.5

0.5

0
1 2 3
Pukulan 1kali, 2kali, 3kali
600000
500000

Modulus 400000
Elastisitas 300000
(N/m^2) 200000
100000
0
1 2 3

Pukulan 1kali, 2kali, 3kali

Modulus Elastisitas saat massa serat 3 gram

60000
50000
Modulus 40000
Elastisitas 30000
(N/m^2) 20000
10000
0
1 2 3

Pukulan 1kali, 2kali, 3kali


4.2 Analisis
Dari data hasil percobaan yang didapatkan saat melakukan eksperimen, diketahui bahwa
massa komposit (resin epoxy + serat kelapa) semakin besar seiring dengan bertambahnya massa
serat kelapa dalam komposit, sehingga massa komposit semakin meningkat. Dari tiga percobaan
mendapatkan massa komposit sebesar 127 gram, 129 gram, 131 gram dan sudah benar menurut
literature yaitu dengan bertambah beratnya filler dalam komposit akan sangat berpengaruh pada
massa komposit itu sendiri. Nilai densitas pada ke tiga sampel yang paling kecil ada pada massa
serat 1 gram hal ini disebabkan karena massa komposit pada sample 1 lebih kecil dibanding
massa komposit sampel 2 dan sampel 3. Hal ini sesuai dengan persamaan dimana massa

dan densitas berbanding lurus dan volume yang didapatkanpun juga konstan yaitu sebesar 89,75
. Jadi semakin besar massa komposit maka densitasnya akan semakin besar. Karena massa
dan densitas berbanding lurus maka semakin kecil nilai massa (m) maka semakin kecil pula nilai
densitasnya ( .
Nilai ketebalan komposit yang paling tinggi ada pada sample massa serat kelapa 3 gram yaitu
ketebalan sebesar 4 cm. Hal ini disebabkan karena ketika lebih banyak filler yang akan digunakan
dalam suatu komposit maka dibutuhkan lebih banyak volume resin epoxy untuk dapat menyatu
dengan serat kelapa. Sehingga ketika massa serat kelapa sedikit maka resin epoxy yang
dibutuhkan untuk merekatkan serat kelapa juga tidak perlu berlebihan. Untuk mendapatkan bahan
komposit yang baik, hendaknya volume matrix epoxy dan filler harus seimbang sehingga
komposit yang dihasilkan tidak terlalu keras (karena terlalu banyak filler dibanding resin) atau
tidak terlalu lembut (karena terlalu banyak resin dibandingkan fillernya).
Pada uji pukul terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban menumbuk
spesimen dan saat memuku specimen dipengaruhi juga dengan kecepatan gerak tangan (v) yaitu
14 cm/s dan percepatan gravitasi (g) yaitu 9,8 m/s^2. Energi yang diserap material ini dapat
dihitung menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Pada pengujian pukul ini banyaknya
energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan/deformasi merupakan ukuran
ketahanan impact atau ketangguhan bahan tersebut. Tetapi pada percobaan kali ini dikarenakan
kurangnya alat untuk menguji sampel komposit maka uji impact dilakukan secara manual
menggunakan hammer (palu) dengan ketinggian (h) 10 cm sehingga bukan banyaknya energi
yang diserap sebagai tolak ukur ketangguhan komposit melainkan ketebalan sampel ketika
sebelum dan sesudah dikenai pukulan. Setiap sampel dikenai 1 - 3 . Pada percobaan sample
massa serat kelapa 1 gram, tidak terjadi perubahan ketebalan sama sekali atau nilai ketebalannya
tetap 37,5 cm setelah dipukul 1 -3 menggunakan palu pada material komposit tersebut. Hal
ini disebabkan karena pemberian katalis terlalu banyak pada serat dan resin, jadi proses
pengkristalan pada material komposit terlalu tinggi atau keras dan juga serat kelapa yang
diberikan sedikit yaitu 1 gram jadi seluruh permukaan material komposit ditutupi oleh resin dan
katalis. Dari data hasil percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketinggian ketebalaan
komposit sebelum dipukul ditentukan oleh banyaknya serat kelapa dan volume resin, tetapi
besarnya nilai ketebalan komposit setelah pukul 1 - 3 ditentukan oleh katalis dan serat kelapa.
Karena pemberian katalis terlalu banyak akan membuat material komposit terlalu keras dan jika
dipukul tidak mudah terdeformasi. Modulus elastisitas material komposit tertinggi pada variasi
massa serat 2 gram. hal ini disebabkan karena regangan pada material komposit terlalu kecil,
dibandingkan tegangan yang didapatkannya yaitu sebesar 2450 N/m2, maka nilai modulus
elastisitasnya semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa Semakin tinggi nilai modulus
elastisitas bahan, maka semakin sedikit perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi gaya. Karena
itu semakin besar nilai modulus elastisitas maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi
atau semakin kaku. Sebalikanya jika terlalu kecil nilai modulus elastisitas bahan, maka semakin
besar perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi gaya. Komposit memiliki sifat mekanik yang
lebih bagus dari logam, kekakuan jenis (modulus Young/density) dan kekuatan jenisnya lebih
tinggi dari logam. Beberapa lamina komposit dapat ditumpuk dengan arah orientasi serat yang
berbeda, gabungan lamina ini disebut sebagai laminat.
PENUTUP

Kesimpulan :

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen ini yaitu:

1. Untuk analisis sifat mekanik (uji beban) dengan variasi massa filler, yaitu
dengan semakin banyak filler(serat) maka massa kompositnya akan semakin
besar. dan sifat mekaniknya bergantung pada saat penuangan resin dan
katalisnya ke variasi massa filler(serat). jika resin dan katalisnya terlalu banyak
maka sifat mekaniknya akan mengalami kekerasan, jadi jika variasi massa filler
(serat) seimbang dengan penuangan katalis dan resin maka akan menghasilkan
sifat mekanik yang baik (tidak keras atau tidak terlalu lembut) setelah di uji oleh
beban palu.

2. Densitas sangat mempengaruhi ketebalan dan kekuatan pukul atau sifat


mekaniknya. Hubungan antara densitas, ketebalan dan kekuatan pukul
berbanding lurus. Semakin besar nilai densitas maka ketebalan dan kekuatan
pukul juga semakin besar. Sebab, dengan tingginya nilai densitas maka
kerapatan benda akan semakin tinggi dikarenakan ikatan antar molekulnya
semakin kuat. Maka dari itu nilai densitasnya selalu naik seiring bertambahnya
massa serat dan volume resin yang konstan.

3. Massa serat sangat mempengaruhi kekuatan pukul suatu komposit. Hubungan


antara keduanya yaitu bebanding lurus. Semakin banyak massa serat yang
terkandung dalam komposit maka semakin kuat komposit dalam menahan
pukulan. Namun dipercobaan ini nilai ketebalan setelah dipukul tidak tergantung
pada banyaknya serat disebabkan katalis yang diberikan tidak konstan.

Saran :
Sebaiknya percobaan ini dilakukan menggunakan takaran resin dan katalis yang sesuai
dengan teori yang ada. Sebab, pada percobaan ini banyak data yang didapat tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Tetapi sebagian besar pada eksperimen ini sudah baik dan sesuai dengan literatur
literatur yang saya research.
DAFTAR PUSTAKA

Astika, Made, I, Lokantara, Putu, I, dan Karohika, Gatot, Made, I. 2013, Sifat Mekanis Komposit
Polyester dengan Penguat Serat Sabut Kelapa, Jurnal Energi dan Manufaktur Vol.6 No.2,
Oktober 2013:95-202
Gibson, R.F. 1994. Principles of Composites Material Mechanics. Singapore: Mc. Graw Hill
Jones, R.M. 1975. Mechanics of Composite Materials. Washington DC: Scripta Book Company
Schwartz, M.M. 1984. Composite Material Handbook. New York: Mc. Graw Hill
Slamet. 2002. Kelapa (Saccarum Officinarum). Diakses pada tanggal 5 Agustus 2011 dari
http://warintek.progresio.or.id/tebu/perkebun/warintek/merintis bisnis/progresio.html
Supriadi, A. 1992. Rendemen Kebu : Liku-Liku Permasalahannya. Jogjakarta: Kanisius
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai