MATERIAL KOMPOSIT
Disusun Oleh:
AFIFAH MUFIDATI
NIM. 14630033
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
B.TUJUAN .................................................................................................... 6
A.PENGERTIAN .......................................................................................... 7
B.KOMPONEN PENYUSUN....................................................................... 7
1.Matriks ................................................................................................... 8
3.Pengisi/Filler.......................................................................................... 9
C.KARAKTERISTIK .................................................................................. 10
D.KLASIFIKASI ......................................................................................... 12
E.SINTESIS ................................................................................................. 23
F.APLIKASI ................................................................................................ 28
3
2.Otomotif ............................................................................................... 29
3.Olahraga ............................................................................................... 30
4.Industri pertahanan............................................................................... 30
6.Kesehatan ............................................................................................. 31
A.KESIMPULAN ........................................................................................ 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan zaman menjadikan kebutuhan manusia juga terus bertambah
dan bervariasi. Hal ini menuntut manusia untuk memproduksi barang sehingga
kebutuhannya dapat terpenuhi. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, para ahli mulai menyadari bahwa hasil produksi dari material tunggal
(homogen) memiliki keterbatasan baik dari sisi sifat, desain maupun kondisi pasar.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan nilai efisiensi terhadap suatu produk maka
dimulailah suatu pengembangan terhadap material. Kebanyakan teknologi modern
memerlukan bahan dengan kombinasi sifat-sifat yang luar biasa yang tidak bisa
dicapai dalam keadaan tunggal oleh bahan-bahan lazim seperti logam besi,
keramik, dan bahan polimer. Contohnya dalam bidang luar angkasa, perumahan,
perkapalan, kendaraan dan industri pengangkutan. Bidang-bidang tersebut
membutuhkan suatu materi yang ringan, kuat, kokoh, murah, tahan karat, daya
tahan tinggi, viskositas yang baik, dan lain-lain agar diperoleh produk yang dapat
bekerja secara maksimal.
Sejatinya, sejak dahulu kala, manusia berusaha untuk menciptakan berbagai
produk yang bisa memenuhi kebutuhannya, salah satunya dengan menggabungan
bahan yang satu dengan bahan yang lain untuk menghasilkan suatu bahan yang
diinginkan, contohnya penggunaan jerami pendek untuk menguatkan batu bata di
Mesir, panah orang Mongolia yang menggabungkan kayu, otot binatang, dan
sutera, serta pedang samurai Jepang yang terdiri dari banyak lapisan oksida besi
yang berat dan liat.
Kemajuan zaman, teknologi dan ilmu pengetahuan kini telah mendorong
peningkatan dalam permintaan terhadap bahan komposit. Pengembangan material
terfokus dalam komposit, karena dengan terbatasnya sumber daya (resources),
material komposit diharapkan dapat meningkatkan sifat material. Dalam
praktiknya, komposit terdiri dari suatu bahan utama (matriks) dan suatu jenis
penguat (reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan
5
kekakuan matriks. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fiber). Komposit
merupakan teknologi rekayasa material yang banyak dikembangkan dewasa ini
karena material komposit mampu mengabungkan beberapa sifat material yang
berbeda karakteristiknya menjadi sifat yang baru dan sesuai dengan desain yang
direncanakan.
Tugas saintis sekarang ini adalah untuk lebih serius mengembangkan material
baru dengan prinsip komposit. Oleh karena itu, dibuatlah makalah tentang Material
Komposit agar dapat lebih mengenal segala sesuatu yang berhubungan dengan
material komposit.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan material komposit
2. Mengetahui klasifikasi material komposit
3. Mengetahui karakteristik material komposit
4. Mengetahui proses pembuatan material komposit
5. Mengetahui aplikasi material komposit
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan material komposit?
2. Bagaimana klasifikasi dari material komposit?
3. Bagaimana karakteristik dari material komposit?
4. Bagaimana proses pembuatan material komposit?
5. Apa sajakah aplikasi material komposit?
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Komposit adalah suatu sistem material yang tersusun dari campuran atau kombinasi
dua atau lebih bahan dimana pada skala makroskopis terlihat tercampur, namun
pada dasarnya tidak saling larut satu sama lain (Kaw, 2006). Prinsip dari
pencampuran dalam komposit adalah dua atau lebih material berbeda dengan sifat
yang paling baik atau penting pada masing-masing individu digabungkan untuk
menghasilkan kombinasi sifat yang lebih baik (Callister, 1940). Masing-masing
komponen penyusun komposit akan mempertahankan identitas, struktur maupun
sifatnya sehingga dapat terlihat walaupun berada dalam gabungan. Material
komposit biasanya memiliki sifat khas, yang berasal dari kombinasi sifat
penyusunnya, seperti kekakuan, kekerasan, kekuatan, berat, sifat termal, ketahanan
terhadap korosi, dimana sifat tersebut tidak dimiliki oleh komponennya secara
individual (Black and Ronald, 2008).
Salah satu contoh material komposit adalah baja pearlitic yang tersusun dari
lapisan mikrostruktur ferrite dan cemenite yang berulang-ulang. Ferrite bersifat
lunak dan ductile atau dapat dibentuk, sedangkan cementite bersifat keras dan
sangat mudah patah. Pearlite memiliki sifat kuat dan dapat dibentuk, dimana sifat
ini merupakan kombinasi dari sifat unggul komponen penyusunnya. Selain
disintesis, material komposit juga terbentuk secara alami, salah satu contohnya
adalah kayu. Kayu tersusun dari serat selulosa yang kuat dan fleksibel yang
disatukan oleh suatu material kaku yang disebut dengan lignin. Selain kayu, ada
juga tulang yang merupakan komposit dari protein kolagen yang kuat tetapi lunak
dan mineral apatit yang keras serta mudah patah (Callister, 1940).
B. KOMPONEN PENYUSUN
Material komposit kebanyakan tersusun dari dua komponen atau fasa, yaitu
matriks dan fasa terdispersi/dispersion phase (Callister, 1940). Fasa terdispersi
7
disebut juga dengan fasa penguat/reinforcement phase atau serat/fiber.
Komponen penyusun material komposit yang lainnya adalah pengisi/filler.
1. Matriks
Matriks bersifat kontinu dan mengelilingi fasa lain (Callister, 1940). Matriks
berfungsi untuk mengikat fasa terdispersi, melindunginya dari lingkungan sekitar
dan kerusakan, serta mendistribusikan atau menyebarkan fasa terdispersi. Matriks
dalam individunya biasanya memiliki sifat mekanik yang lemah bila dibandingkan
dengan fiber, akan tetapi matriks mempengaruhi banyak sifat mekanik dari
komposit. Material yang merupakan matriks contohnya logam, polimer, dan
keramik (Kaw, 2006).
8
c. Bentuk
Bentuk umum fiber adalah bulat karena mudah dibentuk dan dibuat. Ada juga
bentuk heksagonal dan persegi, tetapi keuntungan dari kekuatan dan penataan
yang didapat tidak sebanding dengan kesulitan saat proses pembuatan dan
pengegunaannya.
d. Bahan
Bahan fiber sangat mempengaruhi sifat mekanik dari komposit. Fiber pada
umumnya diharapkan memiliki elastisitas tinggi dan kuat. Karena faktor ini
dan juga karena faktor harga, material grafit, aramid, dan plastik banyak
ditemukan di pasaran.
3. Pengisi/Filler
Pengisi/filler adalah komponen penyusun material komposit yang dicampur
dengan matriks selama proes fabrikasi. Filler biasanya tidak digunakan untuk
meningkatkan sifat mekanik komposit, tetapi lebih digunakan untuk
meningkatkan aspek perilaku komposit. Contohnya, kaca berongga
mikroskopik digunakan untuk menurunkan berat, lempung atau mika
9
digunakan untuk mengurangi biaya, karbon hitam diguakan untuk melindungi
radiasi ultraviolet, dan lain sebagainya. Filler benar-benar menambahkan sifat
fleksbilitas pada material komposit yang dibuat (Gibson, 1994).
C. KARAKTERISTIK
Karakteristik atau sifat material komposit dipengaruhi oleh matriks dan
fiber. Faktor lain yang mempengaruhi sifat mekanik komposit adalah interface
antara matriks dan fiber. Interface menentukan seberapa baik matriks dapat
memberikan muatannya ke fiber. Interface dapat terbentuk karena ikatan kimia
maupun ikatan mekanik (Kaw, 2006). Interaksi yang kuat antara matriks dan fiber
sangat diperlukan, sehingga matriks dapat menguatkan ikatan kimia dan mekanik
dengan fiber. Oleh karena itu, matriks dan fiber haruslah cocok agar tidak terjadi
reaksi yang tidak diinginkan pada interface, seperti reaksi yang cenderung
bermasalah pada temperatur tinggi (Gibson, 1994).
Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan
konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari
beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanikal dan fisikal, keupayaan
(reliability), kebolehprosesan dan biaya. Seperti yang diuraikan dibawah ini :
a. Sifat-sifat mekanikal dan fisikal
Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan
penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat komposit. Gabungan
matriks dan serat dapat menghasilkan komposit yang mempunyai kekuatan dan
kekakuanyang lebih tinggi dari bahan konvensional. Berikut ini sifat mekank
dan fisika dari material komposit
1) Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah berbanding
dengan bahan konvensional.
Ini memberikan implikasi yang penting dalam konteks penggunaan karena
komposit akan mempunyai kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih
tinggi dari bahan konvensional. Implikasi kedua ialah produk komposit
yang dihasilkan akan mempunyai kerut yang lebih rendah dari logam.
Pengurangan berat adalah satu aspek yang penting dalam industri
10
pembuatan seperti automobile dan angkasa lepas. Ini karena berhubungan
dengan penghematan bahan bakar.
2) Dalam industri terkait luar angkasa, terdapat kecendrungan untuk
menggantikan komponen yang diperbuat dari logam dengan komposit
karena telah terbukti komposit mempunyai ketahanan yang baik
terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.
3) Kelemahan logam yang agak terlihat jelas ialah ketahanan terhadap korosi
yang lemah terutama produk yang dibutuhkan sehari-hari. Kecendrungan
komponen logam untuk mengalami korosi menyebabkan biaya pembuatan
yang tinggi. Bahan komposit mempunyai ketahanan terhadap korosi yang
baik.
4) Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility (berdaya
guna) yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik
yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matriks dan serat yang
digunakan. Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat dengan
matriks untuk menghasilkan komposit hibrid.
5) Massa jenis rendah (ringan)
6) Lebih kuat dan lebih ringan
7) Perbandingan kekuatan dan berat yang menguntungkan
8) Lebih kuat (stiff), ulet (tough) dan tidak getas.
9) Koefisien pemuaian yang rendah
10) Tahan terhadap cuaca
11) Mudah diproses atau dibentuk
12) Lebih mudah disbanding metal
b. Biaya
Faktor biaya juga memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu
perkembangan industri komposit. Biaya yang berkaitan erat dengan
penghasilan suatu produk yang seharusnya memperhitungkan beberapa aspek
seperti biaya bahan mentah, pemrosesan, tenaga manusia, dan sebagainya.
Selain kelebihan, material komposit juga memiliki kekurangan,
diantaranya:
11
a. Tidak tahan terhadap beban shock (kejut) dan crash (tabrak) dibandingkan
dengan logam
b. Kurang elastis
c. Lebih sulit dibentuk secara plastis
Karakteristik material komposit juga bisa dilakukan di laboratorium,
diantaraya (Wiratama, 2013):
a. Karakterisasi FTIR, untuk menguji gugus fungsi senyawa komposit atau
campuran.
b. Uji Kuat Tarik
c. Uji kekuatan lentur
d. Uji Kekuatan Bentur
e. Uji Daya serap air
Penyerapan air oleh material komposit berpenguat serat alami akan
mempengaruhi kemampuannya dalam jangka waktu yang lama dan juga
penurunan ikatan interface secara perlahan, serta menurunkan sifat mekanis
seperti kekuatan tariknya.
D. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Berdasarkan Matriks
Matriks yang biasa digunakan adalah polimer, logam, keramik, dan
karbon. (Callister, 1940)
a. Komposit Matriks Polimer (Polymer-Matrix Composite/PMC)
Komposit jenis ini terdiri dari matriks berupa resin polimer atau
polimer dengan berat molekul tinggi dan penguat berupa fiber
berukuran medium(1). Polimer diklasifikasikan menjadi polimer
thermoset dan thermoplastic. Polimer termoset tidak tidak larut dan
tidak melebur karena susunan rantainya kaku dan berikatan dengan
kuat melalui ikatan kovalen, sedangkan termoplastik dapat terbentuk
di temperatur dan tekanan tinggi dan ikatannya lemah melalui ikatan
van der waals. Contoh polimer termoset adalah epoxy, fenol, poliester,
dan poliamida, sedangkan contoh polimer termoplastik adalah
12
polietilena, polistirena, polieter, poliketon, dan lain sebagainya
Perbedaan diantara keduanya disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel Perbedaan Polimer Thermoset dan Thermoplastic
Thermoset Thermoplastik
Pemanasan yang tinggi tidak akan Plastik yang dapat dilunakkan
melunakkan thermoset berulang kali (recycle) dengan
menggunakan panas
Irreversible, sekali pengerasan telah Reversible kepada sifat aslinya
terjadi maka bahan tidak dapat yaitu menjadi keras apabila
dilunakkan kembali didinginkan.
Akan membentuk arang dan terurai Meleleh pada suhu tertentu
pada pemanasan tinggi
13
S-glass,.untuk komposit dengan komponen silika yang
tinggi,S berasal dari Silika. Lebih tahan lama dibanding tipe
E. Banyak digunakan untuk aplikasi dunia penerbangan.
C-glass, C berasal dari kata Corrosion, diaplikasikan untuk
kimia lingkungan, seperti septic tank
D-glas, D dari kata Dielectric, digunakan untuk aplikasi yang
menuntut konstanta dielektrik rendah, seperti kubah radar
R-glas, digunakan untuk aplikasi Structural, seperti
konstruksi
A-glas, A dari kata Appearance, digunakan untuk
memperbaiki penampilan permukaan.
E-CR glas, merupakan tipe kombinasi dari Electrical dan
Corrosion Resistance.
14
karena itu, pada literatur lain disebutkan bahwa karbon yang
dimaksud sebagai fiber disini adalah grafit (Kaw, 2006).
Fiber karbon diklasifikasikan berdasarkan modulus daya
tarik (modulus tensile), yaitu standar, menengah, tinggi, dan
sangat tinggi. Diameter fiber karbon berikisar antara 4-10 μm.
Sebagai tambahan, biasanya fiber karbon dilapisi dengan perekat
epoxy sehingga dapat meningkatkan gaya adhesi dengan matriks
polimer (Callister, 1940).
4) Fiber lainnya
Material fiber lainnya yang tidak banyak digunakan diantaranya
boron, silikon karbida dan aluminum oksida.
15
Contohnya elastisitas kekakuan dan kekerasan logam dapat ditambah,
koefisien termal dan konduktivitasnya diturunkan dengan
penambahan fiber silika karbida (Kaw, 2006).
Kelebihan MMC dibanding PMC:
Ketahanan terhadap temperatur tinggi
Lebih elastis
Tidak sensitif terhadap kelembaban
Konduktivitas termal dan listrik lebih tinggi
Lebih tahan lama dan lebih tahan terhadap kerusakan
Lebih baik saat digunakan
Kekurangan MMC dibanding PMC adalah lebih mahal dan
penggunaannya lebih terbatas (Callister, 1940).
Pada umumnya, pembuatan MMC terdiri dari dua tahap, yakni
sintesis atau penggabungan, yakni menyatukan matriks dengan fiber,
dan dilanjut dengan tahap pembentukan. Proses pembuatan MMC
bervariasi, salah satunya adalah difussion bonding yang digunakan
untuk membuat komposit dari boron atau aluminum (Kaw, 2006).
16
ini menggunakan karbon sebagai matriks dan fiber. Material ini relatif
baru dan mahal, oleh karena itu belum digunakan secara ekstesif.
Sifat yang diinginkan adalah modulus renggang dan daya tarik tinggi
yang dapat bertahan hingga temperatur lebih dari 2000ºC (3630ºF),
dan nilai-nilai ketangguhan fraktur relatif besar. Selain itu, komposit
karbon-karbon memiliki koefisien ekspansi termal rendah dan
konduktivitas termal relatif tinggi. Karakteristik ini, ditambah dengan
kekuatan yang tinggi, sehingga relatif menimbulkan kerentanan
rendah terhadap kejut termal. Kelemahan utama CCC adalah
kecenderungan untuk teroksidasi pada temperatur tinggi (Callister,
1940).
17
2. Klasifikasi Berdasarkan Penguat
18
Material komposit dengan penguat partikel memiliki dua
subklasifikasi, yaitu partikel lebar dan partikel kuat tersebar.
Perbedaan mendasar diantara keduanya adalah mekanisme
penguatannya. Partikel lebar digunakan untuk mengindikasikan
interaksi partikel-matriks tidak diamati pada level atom dan molekul,
biasanya digunakan teori mekanika kuantum. Diameter partikelnya
antara 20-50 nm. Contoh dari large-particle adalah cermet yang
merupakan camputan logam-keramik. Selain itu, ada juga beton dimana
matriks dan fiber nya keramik.
Partikel kuat tersebar ukuran partikelnya lebih kecil, dengan
diameter antara 0,01 – 0,1 μm (10 -100 nm). Interaksi antara partikel-
matriks terjadi di level atom dan molekul. Mekanisme adalah matriks
memikul sebagian besar muatan, partikel kecil yang tersebar
menghalangi perpindahan atau dislokasi (Callister, 1940).
19
Komposit serat ada dua macam, yaitu serat pendek(short fibe ratau
whisker) dan serat panjang(continous fiber)
1) Komposit serat pendek (short fiber composite)
Berdasarkan arah orientasi material komposit yang diperkuat dengan
serat pendek dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu serat acak
(inplane random orientation) dan serat satu arah. Tipe serat acak
sering digunakan pada produksi dengan volume besar karena faktor
biaya pembuatannya yang lebih murah. Kekurangan dari jenis serat
acak adalah sifat mekanik yang masih dibawah dari penguatan
dengan serat lurus pada jenis serat yang sama.
Komposit dengan tipe serat pendek masih dibedakan lagi menjadi :
1) Aligned discontinuous fiber
2) Off-axis aligned discontinuous fiber
3) Randomly oriented discontinuous fiber
Randomly oriented discontinuous fiber merupakan komposit
dengan serat pendek yang tersebar secara acak diantara
matriksnya.
20
tersebut yakni jauh lebih kecil dibandingkan dengan 9 besaran yang
terdapat pada serat panjang yang rendah agar masalah dispersi dapat
dikurangi dan untuk menghemat jumlah serat penguat. Serat yang
sangat kuat akan memaksimalkan pembagi dan tentunya sangat
membantu. Jadi suatu matrik dengan kecenderungan pengerasan
regangan kuat memerlukan fraksi volume serat yang relative banyak
(Smallman, 2000).
c. Material Komposit Hasil Penggabungan Komponen
Komposit gabungan atau struktural dibentuk oleh lembaran-lembaran
material komposit, dimana sifatnya tidak hanya bergantung pada sifat
komponen penyusun material komposit, namun juga pada bentuk
geometri dari elemen-elemen struktur.
1) Laminate
Laminate adalah gabungan dari dua atau lebih lamina (satu lembar
komposit dengan arah serat tertentu) yang membentuk elemen
struktur secara integral pada komposit. Proses pembentukan lamina
menjadi laminate dinamakan proses laminasi. Sebagai elemen
sebuah struktur, lamina yang serat penguatnya searah saja
(unidirectional lamina) pada umumnya tidak menguntungkan
karena memiliki sifat yang buruk. Untuk itulah struktur komposit
dibuat dalam bentuk laminate yang terdiri dari beberapa macam
lamina atau lapisan yang diorientasikan dalam arah yang diinginkan
dan digabungkan bersama sebagai sebuah unit struktur.
21
Lamina
Laminate
2) Sandwich Panels
Sandwich panel didesain untuk menjadi balok atau panel
ringan yang memiliki kekakuan dan kekuatan relatif tinggi. Sebuah
sandwich panel terdiri dari dua lembar lapisan luar/outer, atau
permukaan, yang dipisahkan dan terikat secara adhesive pada inti
tebal/core. Lembaran luar terbuat dari bahan yang relatif kaku dan
kuat, biasanya aluminium alloy, plastik diperkuat, titanium, baja,
atau kayu lapis; yang memberikan kekakuan dan kekuatan yang
tinggi untuk struktur. Lembaran luar harus tebal agar cukup untuk
menahan tarikan dan tekanan yang dihasilkan oleh muatan. Materi
inti idealnya ringan, dan biasanya memiliki modulus elastisitas
rendah. Bahan inti biasanya dibagi dalam tiga kategori: polimer
berbusa yang kaku (yaitu, phenolic, epoxy, poliuretan), kayu (yaitu,
kayu balsa), dan sarang lebah.
Secara struktural, inti memiliki beberapa fungsi. Pertama,
menyokong lembaran luar secara kontinu. Selain itu, ia harus
memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan geseran melintang,
22
dan juga harus harus tebal sehingga kaku untuk menjaga panel agar
tidak menekuk. Tarikan dan tekanan pada inti jauh lebih rendah
daripada di lapisan luar.
Sandwich panel yang digunakan dalam berbagai aplikasi
termasuk atap, lantai, dan dinding bangunan; dan, dalam dunia
penerbangan, seperti untuk sayap, badan, dan ekor pesawat
(Callister, 1940).
E. SINTESIS
Material komposit dapat diproduksi dengan berbagai macam metode proses
pabrikasi. Metode-metode pabrikasi ini disesuaikan dengan jenis matriks penyusun
komposit dan bentuk material komposit yang diinginkan sesuai aplikasi
selanjutnya, antara lain (Schwartz,1984) (Hull, 1981):
23
1. Close Molding Process (Pencetakan Tertutup)
Beberapa jenis metode pabrikasi komposit dengan metode pencetakan tertutup
antara lain (Schwartz,1984) (Hull, 1981):
a. Compression molding
Metode ini menggunakan cetakan yang ditekan pada tekanan tinggi sampai
mencapai 1000 psi. Di awali dengan mengalirkan resin dan reinforcement
dengan viskositas yang tinggi ke dalam cetakan dengan suhu 330 - 400oF,
kemudian mold ditutup dan penekanan terhadap material komposit tersebut,
sehingga terjadi perubahan kimia yang menyebabkan mengerasnya material
komposit secara permanen mengikuti bentuk cetakan.
b. Pultrusion
Pada metode ini pembentukan material komposit yang menggabungkan antara
resin dan fiber berlangsung secara kontinu. Proses pultrusi digunakan pada
pabrikasi komposit yang berprofil penampang lintang tetap, seperti pada
berbagai macam rods, bar section, ladder side rails, tool handles dan komponen
elektrikal kabel. Reinforcement yang digunakan seperti roving, mat diletakkan
pada tempat yang khusus dengan menggunakan performing shapers atau guides
untuk membentuk karakteristiknya. Proses penguatan dilakukan melalui resin
bath atau wet out, yaitu tempat material diselubungi dengan cairan resin.
Adanya panas akan mengaktifkan sistem curing sehingga akan mengubah fasa
resin menjadi padat.
24
dimana reinforcement diletakkan di antara dua permukaan cetakan yang terdiri
dari dua bagian yang satu disebut bagian female dan yang lainnya disebut male.
Pasangan cetakan tersebut lalu ditutup, diberi klem, lalu resin termoset
berviskositas rendah diinjeksikan pada tekanan 50 - 100 psi ke dalam lubang
cetakan melalui port injeksi. Resin diinjeksikan sampai memenuhi seluruh
rongga cetakan hingga meresap dan membasahi seluruh material reinforcement.
d. Vacuum Bag Molding
Metode ini merupakan pengembangan metode close mold yang bertujuan untuk
meningkatkan sifat mekanik dengan cara meminimalisasi jumlah udara yang
terperangkap dalam proses pembuatannya. Selain itu dengan berkurangnya
tekanan di dalam vacuum bag molding maka tekanan udara atmosferik dari luar
akan digunakan sebagai gaya untuk menghilangkan kelebihan resin yang ada
dalam laminasi sehingga menghasilkan kandungan fiber reinforcement yang
tinggi. Bentuk cetakan yang digunakan disesuaikan dengan bentuk produk yang
ingin dibuat.
e. Wet Lay-Up
Metode ini reinforcement digabungkan dengan menggunakan tangan seperti
metode hand lay-up untuk kemudian ditaruh ke dalam cetakan vacuum bag
untuk mempercepat proses laminasi dan menghilangkan udara yang
terperangkap yang dapat menimbulkan adanya void dalam produk komposit
yang dicetak.
f. Prepreg
Metode ini merupakan metode advance dalam pembuatan komposit dengan
adanya pemanasan atau cetakan yang diletakan pada autoclave setelah
campuran komposit dimasukkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan gaya
tekan dari luar. Teknik menggunakan prepreg-vacuum bag-autoclave banyak
dimanfaatkan untuk pembuatan peralatan pesawat terbang dan perlengkapan
militer.
25
Gambar Ilustrasi
produksi prepeg tape
mengguakan polimer
termoset (Callister, 1940)
26
a. Atomized Spray-Up, pada teknik pabrikasinya sistem pada metode ini
tidak kontinu, biasanya digunakan untuk membuat material komposit
dengan ukuran yang lebih kecil.
b. Non Atomized Application, untuk metode ini pada pengaplikasiannya
menggunakan mesin potong fiber, pelaminasi resin dan tekanan dari
roller yang berjalan kontinu. Metode ini lebih menguntungkan bila
digunakan untuk pabrikasi material komposit yang berdimensi besar
mengingat prosesnya yang kontinu.
2. Filament Winding Process
Proses ini melalui metode yang memanfaatkan sistem gulungan benang
pada sebuah sumbu putar. Serat komposit dibuat dalam bentuk benang
digulung pada sebuah mandril yang dibentuk sesuai dengan bentuk
rancangan benda teknik, misalnya berbentuk tabung, kemudian resin yang
berfungsi sebagai matriks dituangkan bersamaan dengan proses
penggulungan serat tersebut, sehingga keduanya merekat dan saling
mengikat antara satu lapisan gulungan dengan gulungan berikutnya, sampai
membentuk benda teknik yang direncanakan.
27
Proses ini dilakukan pada suhu ruangan dan dengan memanfaatkan
keterampilan tangan. Serat bahan komposit ditata sedemikian rupa
mengikuti bentuk cetakan atau mandril, kemudian dituangkan resin sebagai
pengikat antara satu lapisan serat dengan lapisan yang lain. Demikian
seterusnya, sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk yang telah
ditentukan. Ada dua cara aplikasi resin yaitu:
a. Manual Resin Application, proses pengaplikasian antara resin dan fiber
dilakukan secara manual dengan tangan.
b. Mechanical Resin Application, proses pengaplikasian antara resin dan
fiber menggunakan bantuan mesin dan berlangsung secara kontinu.
Gambar Metode
Hand Lay up
(Gibson, 1994)
F. APLIKASI
Material komposit sekarang ini banyak sekali diaplikasikan dalam berbagai
bidang kehidupan, mulai dari otomotif, luar angkasa, militer, kelautan, arsitektur,
peralatan olahraga, dan masih banyak lagi (Gibson, 1994)
1. Bidang Luar Angkasa
Material komposit digunakan sebagai komponen penyusun pesawat terbang,
baling-baling helikopter,
28
(Kaw, 2006).
2. Otomotif
Material komposit dapat digunakan dalam berbagai macam aplikasi.dapat
digunakan dalam sektor aksesoris otomotif, beberapa diantaranya kaca spion, pengisi
jok mobil, bamper mobil, dll. Dalam proses pabrikasi aksesoris tersebut biasanya
menggunakan metode hand lay up (Chandramohan and Bharanichandar, 2013)
29
Gambar Desain stuktur body mobil
Ford Taurus “Tub” (Gibson, 1994)
3. Olahraga
4. Industri pertahanan
Material komposit digunakan sebagai komponen jet tempur, peluru, komponen
kapal selam.
5. Industri Arsitektur
Material komposit digunakan sebagai bahan pembangunan jembatan,
terowongan, rumah, septic tank.
30
6. Kesehatan
Material komposit dapat digunakan untuk membuat kaki palsu, serta
sambungan sendri pada pinggang.
Militer Amerika Serikat adalah pihak yang pertama kali mengembangkan dan
memakai bahan komposit. Pesawat AV-8D mempunyai kandungan bahan komposit
27% dalam struktur rangka pesawat pawa awal tahu 1980-an. Penggunaan bahan
komposit dalam skala besar pertama kali terjadi pada tahun 1985. Ketika itu Airbus
A320 pertama kali terbang dengan stabiliser horisontal dan vertikal yang terbuat
dari bahan komposit. Airbus telah menggunakan komposit sampai dengan 15% dari
berat total rangka pesawat untuk seri A320, A330 dan A340 (Gibson, 1994)
31
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian materi pada makalah, dapat disimpulkan bahwa:
1. Material komposit adalah suatu sistem material yang tersusun dari
campuran atau kombinasi dua atau lebih bahan dimana pada skala
makroskopis terlihat tercampur, namun pada dasarnya tidak saling larut
satu sama lain. Prinsip dari pencampuran dalam komposit adalah dua atau
lebih material berbeda dengan sifat yang paling baik atau penting pada
masing-masing individu digabungkan untuk menghasilkan kombinasi sifat
yang lebih baik.
2. Material diklasifikasikan berdasarkan matriks dan penguat/fiber nya.
Berdasarkan matriksnya, material komposit dibagi menjadi lima jenis,
yaitu: Komposit Matriks Polimer (Polymer-Matrix Composite/PMC),
Komposit Matriks Logam (Metal Matrix Composite/MMC), Komposit
Matriks Keramik (Ceramic Matrix Composite/CMC), Komposit Matriks
Karbon (Carbon-Carbon Composite/CCC), dan Komposit Hibrida
(Hybrid Composite). Sedangkan berdasrkan penguat atau fiber, material
komposit dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Komposit dengan Penguat
Partikel, Komposit dengan Penguat Serat/Fiber, dan yang terakhir
Komposit Struktural.
3. Karateristik atau sifat material komposit dipengaruhi oleh sifat dari
matriks, penguat/fiber dan juga interaksi antara matriks-fiber. Beberapa
sifat yang menguntungkan dari material komposit, antara lain mempunyai
density yang jauh lebih rendah berbanding dengan bahan konvensional,
ketahanan yang baik, tahan terhadap korosi, berdaya guna, massa jenis
rendah (ringan), lebih kuat lebih ringan, perbandingan kekuatan dan berat
yang menguntungkan, lebih kuat (stiff), ulet (tough) dan tidak getas,
koefisien pemuaian yang rendah, tahan terhadap cuaca, mudah diproses
atau dibentuk, lebih mudah dibanding logam. Disamping memiliki
32
kelebihan, material komposit juga memiliki sisi negatif, diantaranya tidak
tahan terhadap beban shock (kejut) dan crash (tabrak) dibandingkan
dengan logam, kurang elastis, dan lebih sulit dibentuk secara plastis.
4. Material komposit secara umum dapat diproduksi dengan berbagai macam
metode proses pabrikasi yang disesuaikan dengan jenis matriks penyusun
komposit dan bentuk material komposit yang diinginkan sesuai aplikasi
selanjutnya. Dua metode umum yang dapat dilakukan adalah Close
Molding Process (Pencetakan Tertutup) dan Open Molding Process
(Pencetakan Terbuka). Jenis-jenis metode yang termasuk dalam Close
Molding Process (Pencetakan Tertutup) antara lain compression molding,
pultrusion, Resin Transfer Molding (RTM) , Vacuum Bag Molding, Wet
Lay-Up, Prepreg, dan Vacuum Infusion Processing. Sementara yang
termasuk ke dalam metode Open Molding Process (Pencetakan Terbuka)
adalah Chopped Laminate Process , Filament Winding Process, dan yang
terakhir Hand Lay-Up Process.
33
DAFTAR PUSTAKA
Schwartz, M.M. 1984. Composite Materials Handbook. New York: McGraw-Hill Inc.
34