DISUSUN OLEH:
(19074)
TAHUN 2022
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................................................. v
LITERATURE REVIEW...........................................................................................1
ABSTRAK...........................................................................................1
Pendahuluan........................................................................................... 2
Rumusan Masalah...........................................................................2
Tujuan Penelitian............................................................................2
Safety MRI..........................................................................................4
Metodologi penelitian....................................................................4
Kesimpulan.......................................................................................9
Saran..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 10
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM 19074
Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian Tugas Akhir / Karya Tulis Ilmiah di
Pembimbing,
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM 19074
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan tim
Jakarta, 4 April
2022 Dewan
Penguji
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Direktur,
Penulis
v
LITERATURE REVIEW:
KARSINOMA NASOFARING
Sukma Rindi Nurhayaniˡ, Raditya Faradina Pratiwi², Burlian Mughni³, Siti Nur
Hidayati⁴
1,2,3,4Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Nusantara Jakarta
E-mail : sukmarindi85@gmail.com
ABSTRAK
Karsinoma Nasofaring adalah adalah kanker yang berasal dari epitel nasofaring. Beberapa
Teknik imejing yang dapat digunakan untuk mendiagnosa karsinoma nasofaring adalah CT-
scan dan MRI. MRI merupakan modalitas pencitraan diagnostik yang dapat menghasilkan irisan
anatomi tubuh multiplanar dalam resolusi yang baik. Hasil yang dihasilkan MRI lebih akurat
untuk mendiagnosis karsinoma nasofaring. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan yaitu dengan mengkaji beberapa jurnal yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui persiapan pasien, prosedur dan parameter yang digunakan secara
rinci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penggunaan parameter pada
jurnal yang dikaji. Teknik imejing MRI Karsinoma Nasofaring adalah dengan menggunakan
sekuen T1 (Turbo Spin Echo) TSE, T2 (Turbo Spin Echo) TSE Fat Saturation, T1 Weighted
Imaging, T2-Weighted (Fast Spin Echo) FSE. Penggunaan parameter pada pemeriksaan ini harus
disesuaikan dengan kondisi pasien, penggunaan banyak parameter dalam pemeriksaan akan
memungkinkan terjadinya motion artefact dan membuat waktu scanning menjadi lebih lama.
Kata kunci: Karsinoma Nasofaring, MRI,
ABSTRACT
Nasopharyngeal carcinoma is cancer originating from the nasopharyngeal epithelium. Several
imaging techniques that can be used to diagnose nasopharyngeal carcinoma are CT- scan and
MRI. MRI is an imaging modality that can produce multiplanar body anatomy sections in good
resolution. The results produced by MRI are more accurate for diagnosing the nasopharynx. This
study uses a library research method, namely by reviewing several previously existing journals.
This study aims to determine the patient preparation, procedures and parameters used in detail.
The results of this study indicate that there are differences in the use of parameters in the journals
studied. Nasopharyngeal Carcinoma MRI imaging technique is to use T1 (Turbo Spin Echo) TSE,
T2 (Turbo Spin Echo) TSE Fat Saturation, T1 Weighted Imaging, T2-Weighted (Fast Spin Echo)
FSE sequences. The use of parameters in this examination must be adjusted to the patient's
condition, the use of many parameters in the examination will allow time for motion artifacts to
occur and make the scan take longer.
1
1. Pendahuluan
2
Stadium Karsinoma Nasofaring
Stadium karsinoma nasofaring
berdasarkan The American Joint Committee
on Cancer Staging (AJCC)
T – Tumor primer di nasofaring
T1 : Tumor terbatas pada nasofaring, atau
tumor meluas ke orofaring dan/atau rongga
hidung tanpa perluasan parafaring.
T2 : Tumor dengan ekstensi parafaring.
Gambar 1. Anatomi Nasofaring(1) T3 : tumor melibatkan struktur tulang dasar
Nasofaring berfungsi untuk melewatkan tengkorak dan/atau sinus paranasal.
udara dari hidung menuju ke tenggorokan T4 : Tumor dengan perluasan ke
yang akhirnya ke paru-paru(1). intrakranial dan/atau keterlibatan saraf
Karsinoma Nasofaring kranial, hipofaring, orbit, atau dengan
perluasan ke fossa infratemporal.
Karsinoma nasofaring merupakan Kelenjar getah bening regional (N)
karsinoma yang muncul pada daerah NX : Kelenjar getah bening regional tidak
nasofaring (area diatas tenggorokan dan dapat dinilai.
dibelakang hidung), yang menunjukkan NO : Tidak ada metastasis kelenjar getah
adanya diferensiasi skuamosa mikroskopik bening regional.
ringan atau ultrastruktur. Terdapat banyak N1 : Metastasis unilateral pada kelenjar
faktor yang dapat meningkatkan terjadinya getah bening, 6cm atau kurang dalam
karsinoma nasofaring adalah jenis kelamin dimensi terbesar diatas fossa
wanita, ras asia dan Afrika Utara, umur 30- supraklavikula, dan/atau kelenjar getah
50 tahun, makanan yang diawetkan, infeksi bening retrofaringeal unilateral atau
virus Epstein-Barr, riwayat keluarga, bilateral.
merokok, dan minum alkohol(3). N2 : Metastasis bilateral pada kelenjar getah
bening, 6 cm atau kurang dalam dimensi
Gejala yang muncul dapat berupa teliga terbesar, diatas fossa supraklavikula.
berasa penuh, tinnitus, otalgia, hidung N3 : Metastasis pada kelenjar getah bening
tersumbat, lendir bercampur darah. Pada kurang dari 6 cm
stadium lanjut dapat ditemukan benjolan N3b : Perluasan ke supraklavikula.
pada leher, terjadi gangguan saraf, diplopa Metastasis Jauh (M)
dan neuralgia(3). M0 : Tidak ada metastasis jauh
Patologi Karsinoma Nasofaring M1 : Metastasis jauh
Tahap/ Kelompok Prognostik
Menurut WHO patologi karsinoma Tahap 0 : Tis N0 M0
nasofaring terdiri dari Keratinizing squamos Tahap 1 : T1 N0 M0
cell carcinoma, Non keratinizaing cell Tahap 2 : T1 N1 M0, T2 N2 M0, T2 N1 M0
carcinoma (Undifferentiated subtype & Tahap 3 : T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N0 M0,
Differentiated subtype), Basaloid squamous T3 N1 M0, T3 N2 M0
carcinoma(10). Tahap 4 A : T4 N0 M0, T4 N1 M0, T4 N2 M0
Nonkeratinizing cell carcinoma – Tahap 4 B : Any T N3 M0
Undifferentiated subtype erat kaitannya Tahap 4 C : Any T Any N M1(6)
dengan adanya faktor lingkungan dan gaya
hidup. Sering terjadi pada Fossa Teknik Pemeriksaan MRI
Rosenmuller , yang mengindikasikan bahwa
karsinogen masuk melalui saluran Persiapan Pasien
pernapasan baik dari udara atau komponen Pasien diharuskan mengisi inform
dari makanan, konsumsi ikan yang di consent dan menjawab setiap
asinkan termasuk salah satu faktor resiko pertanyaannya dengan benar dan harus di
yang dapat menyebabkan Nonkeratinizing tanda tangani oleh pasien atau wali pasien
cell carcinoma – Undifferentiated subtype(10). dan dipertegas oleh personel MRI. Pasien
mengganti pakaian dengan baju
pemeriksaan, melepaskan perhiasan atau
benda logam dari tubuhnya sebelum masuk
ke ruangan MRI(11).
3
Posisi Pasien
Pasien berbaring terlentang di meja
pemeriksaan. Neck coil harus dipusatkan
dipertengahan coil, laring ditempatkan di
pusat coil. Untuk kenyamanan pasien dan
agar pernapasan lebih mudah bantalan
penyangga kaki harus diletakan dibawah
lutut pasien. Headset pelindung pasien dan Gambar 4. Irisan coronal dari bidang
bantalan imobilisasi harus ditempatkan sagital dan axial(12)
disekitar kepala untuk mengurangi
kebisingan dan gerakan kasar pasien(11). Media Kontras yang Digunakan
Media kontras digunakan untuk
Pengambilan Citra mempengaruhi medan magnet lokal. Bahan
Pada pemeriksaan ini localizer kontras yang umum digunakan dalam
sagital dan axial digunakan agar mencakup pemeriksaan MRI adalah Gadolinium,
sinus spenoid. karena unsur gadolinium bersifat
Sagital STIR feromagentik(5).
Menggunakan parameter TR
35ms+, TE 4,925ms+, turbo faktornya 12. Safety MRI
Irisan sagital 4-5 mm pada bidang
coronal(12). Berkaitan dengan tataletak ruangan
MRI, orang yang bekerja di lingkungan MRI,
dan perangkat yang diizinkan untuk dibawa
kedalam ruangan MRI. Pada departemen
MRI terbagi dalam 4 zona, zona 1 merupakan
area yang bebas diakses. Zona 2 merupakan
area skrining pasien, zona 3 merupakan
zona yang harus dibatasi secara fisik dari
Gambar 2. Irisan sagital pada bidang akses publik, dan zona 4 merupakan daerah
coronal dan axial(12) yang harus dibatasi dan ditandai sebagai
potensi bahaya karena adanya medan
T2 TSE Axial magnet yang sangat kuat(13).
Cakupan untuk lesi atau lokasi
anatomis. Menggunakan parameter TE Beberapa perangkat yang dapat
85ms menimbulkan resiko tidak dapat dibawa
, TR5,520ms , dan turbo faktornya 15(12). masuk kedalam ruangan MRI. Pasien
diharuskan untuk melepaskan benda
berbahan logam, seperti perhiasan, alat
bantu dengar serta tidak membawa ponsel
atau alat elektronik yang lainnya(13).
2. Metode Penelitian
Gambar 3. Irisan axial dari bidang
sagital dan coronal(12) Jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (library research) yaitu
T1 FSE Axial serangkaian penelitian yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka
Cakupan untuk lesi atau lokasi
atau penelitian yang objek penelitiannya
anatomis. Menggunakan parameter TE
digali melalui beragam informasi
85ms, TR 620ms, dan turbo faktornya 3(12).
kepustakaan (buku, artikel dan jurnal
ilmiah). Penelitian kepustakaan atau kajian
Coronal T2/T2 Fat Saturation
literatur (literature review) merupakan
Menggunakan parameter TE 85ms,
penelitian yang mengkaji atau meninjau
TR 3,360ms, dan turbo faktornya 18(12).
secara kritis pengetahuan, gagasan atau
temuan yang terdapat didalam tubuh
literatur berorientasi akademik (academic-
oriented literature), serta merumuskan
kontribusi teoritis dan metodologisnya
4
untuk topik tertentu. Fokus penelitian
dengan baju pasien. (h) pasien ditimbang
kepustakaan yang peneliti lakukan adalah
berat badannya untuk menyesuaikan
terkait dengan Teknik Pemeriksaan MRI
jumlah kontras media yang akan digunakan.
dengan Kasus Karsinoma Nasofaring.
Pasien diposisikan supine, head first di
3. Hasil dan Pembahasan
meja pemeriksaan. Pasien diberikan
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti penjelasan mengenai proses pemeriksaan,
terkait dengan masalah yang peneliti ambil tombol emergency dan headphone.
serta membaca dari beberapa literatur Kemudian dilakukakan pemasangan head
maka peneliti akan membahas matrix coil dan neck coil. Kemudian lakukan
permasalahan tersebut, yaitu: registrasi pasien pada komputer dan
memilih parameter yang akan digunakan.
1. Menurut Kartikasari et al (2021) Selanjutnya dilakukan scanning untuk
dengan judul Prosedur Pemeriksaan MRI mendapatkan localizer sagital, coronal dan
Leher dengan Kasus Karsinoma axial. Pulse sekuen yang digunakan pada
Nasofaring Di Instalasi Radiologi RS Ken pemeriksaan MRI di penelitian ini sebelum
Saras Kabupaten Semarang. pemasukan bahan kontras adalah Coronal
(T2 TSE. T2 TSE Fat Saturation dan T1 TSE),
Tujuan penelitian untuk mengetahui Sagital (T2 TSE, T2 TSE Fat Saturation, dan
prosedur pemeriksaan MRI Leher dengan TSE), Axial (T2 TSE, T2 TSE Fat Saturation
Kasus Karsinoma Nasofaring di RS Ken dan T1 TSE). Setelah scanning prekontras
Saras Kabupaten Semarang dan juga dilakukan persiapan pemeriksaan
bertujuan untuk mengetahui alasan menggunakan media kontras Gadolinium,
penambahan sekuen T1 TSE Fat Saturation volume media kontras yang digunakan
setelah penambahan kontras pada adalah 0,2 mL dikalikan dengan berat badan
pemeriksaan MRI leher pada kasus pasien. Dilanjutkan dengan melakukan
karsinoma nasofaring di RS Ken Saras scanning post kontras Coronal T1 dan T1
Kabupaten Semarang. Hasil gambaran MRI TSE Fat Saturation, Sagital T1 dan T1 TSE
lebih akurat untuk mendiagnosa karsinoma Fat Saturation, Axial T1 dan T1 TSE Fat
nasofaring, dengan MRI dapat mendeteksi Saturation.
suatu keganasan dan bisa juga mendeteksi
tingkat tumor. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan melalui
pendekatan studi kasus yang dilakukan
pada Desember 2017 dan April sampai
dengan Mei 2018 di Instalasi Radiologi RS
Ken Saras Kabupaten Semarang. Subyek
dalam penelitian ini adalah 1 pasien dengan
permintaan MRI Leher dengan kasus
karsinoma nasofaring.
Sebelum pemeriksaan pasien melakukan Gambar. 5 T1 TSE Fat Saturation Post
beberapa persiapan, seperti : (a) pasien Kontras
diharuskan puasa 4-5 jam sebelum
pemeriksaan dimulai. (b) pasien diharuskan Hasil gambaran karsinoma nasofaring
melakukan cek laboratorium ureum dan pada gambar B sekuen T1 TSE Fat
kreatinin. (c) pasien tidak mengkonsumsi Saturation Post Kontras terlihat lebih
metformin 2 × 24 jam sebelum dan sesudah hiperintens dan batas dengan jaringannya
pemeriksaan MRI. (d) pasien atau pihak terlihat lebih jelas dibandingkan dengan
keluarga mengisi inform consent yang gambar A sekuen T1 TSE Post Kontras.
disediakan. (e) petugas melakukan skrining
kepada pasien memastikan tidak memakai
alat pacu jantung, koil di pembuluh darah,
katup jantung buatan, stent pada pembuluh
darah (dsb). (f) pasien tidak diperkenankan
membawa benda benda yang mengandung
logam selama pemeriksaan di ruang MRI.
(g) pasien dipersilahkan mengganti
pakaiannya
5
digunakan untuk memantau pasien setelah
terapi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Protokol MRI nya
mencakup T1 Weighted image untuk
mendeteksi keterlibatan dasar tengkorak
dan bidang lemak pada bidang axial dan
sagital. Sekuen T2 Weighted Fast Spin Echo
digunakan untuk penilaian tambahan tumor
pada parafaring awal, invasi sinus paranasal,
efusi telinga tengah dan deteksi kelenjar
Gambar. 6 T1 TSE Fat Saturation Post getah bening serviks. T1 Weighted Images
Kontras dengan penambahan kontras pada axial dan
coronal dengan dan tanpa penekanan lemak
Gambaran limfadenopati pada gambar B digunakan untuk mendeteksi perluasan
(T1 TSE Fat Saturation) terlihat hiperintens tumor termasuk penyebaran perineural dan
dibandingkan dengan gambar A ( T1 TSE dan perluasan tumor ke intrakranial.
Post Kontras). Ketebalan irisan yang digunakan 3-5mm.
Teknik MRI lain yang digunakan adalah
Pada jurnal ini dijelaskan bahwa
diffusion-weighted imaging digunakan untuk
menggunakan 15 sekuen dapat
membedakan karsinoma nasofaring dari
menyebabkan waktu scanning yang cukup
limfoma dan mengkarakterisasi limfa
lama sehingga membuat pasien kurang
denopati serviks.
nyaman dan dapat menimbulkan motion
artefact. Pada pasien tidak kooperatif cukup CT- Scan telah lama digunakan untuk
menggunakan sekuen T1 TSE sagital dan staging karsinoma nasofaring, terutama
axial serta T1 TSE Fat Saturation setelah untuk mendeteksi tumor pada pasien
pemasukkan media kontras. Penambahan karsinoma nasofaring tetapi sebagaian besar
sekuen T1 TSE Fat Saturation setelah mulai digantikan oleh pemeriksaan MRI. CT-
pemasukan media kontras sudah tepat, Scan masih digunakan untuk perencanaan
karena organ-organ disekitar nasofaring radioterapi.
berupa lemak sehingga dengan
penambahan Fat Saturation lemak di sekitar
nasofaring akan tersupresi dan akan tampak
hitam sedangkan bahan kontras yang
diserap oleh massa akan terlihat lebih
enhance. Penambahan Fat Saturation juga
dapat memperjelas kelainan kelenjar limfa,
kelenjar limfa normal akan tersupresi
sehingga akan tampak hitam sedangkan
kelenjar limfa yang ada kelainan akan
tampak enhance. Pada penelitian ini
menggunakan tebal irisan 2mm pada irisan Gambar.7 CT- Scan Axial
axial karena organ-organ di nasofaring kecil Dalam jurnal ini menghasilkan gambaran
juga untuk melihat perluasan stadium di CT-Scan pasien dengan karsinoma
daerah sekitar nasofaring. Pemakaian tebal nasofaring dengan invasi dasar tengkorak
irisan 2 mm mempunyai kekurangan yaitu dan sclerosis pterygoid. CT-Scan Axial
waktu scanning akan lebih lama. menunjukkan karsinoma besar yang
2. Menurut Abdel Razek et al, 2012 dalam mengisi nasofaring dan rongga hidung
jurnal MRI and CT of Nasopharyngeal dengan destruksi tulang dari tulang
Carcinoma sphenoid, termasuk basis pterygoid kanan
yang juga menunjukkan sklerosis dan
Tujuan penelitian untuk mengulas peran terdapat efusi telinga tengah.
MRI dan CT-scan Karsinoma Nasofaring,
perluasan tumor nasofaring terutama MRI merupakan pemeriksaan yang
perluasan ke dasar tengkorak dan ruang akurat untuk diagnosis karsinoma
wajah dapat diilustrasikan dengan baik nasofaring . MRI menggambarkan kanker
melalui pencitraan MRI. MRI umumnya subklinis yang terlewatkan pada
6
pemeriksaan endoskopi dan biopsi endoskopi
3. Menurut Chyi Chin et al, 2016 dalam
dan dapat mengidentifikasi pasien yang
jurnal Pretreatmnet Dinamic Contrast-
tidak memiliki karsinoma nasofaring.
Enhanced MRI Improves Predictions od
Pemeriksaan MRI ini tidak memerlukan Early Distant Metastases in Patients With
persiapan yang khusus, yang harus Nasopharyngeal Carcinoma
dilakukan oleh pasien adalah mengganti
Tujuan penelitian untuk menyelidiki
pakaiannya dengan baju pemeriksaan.
nilai prediktif dari parameter MRI yang
Posisi pasien berbaring terlentang di meja
berbeda untuk mendeteksi dini metastasis
pemeriksaan.
pada pasien dengan karsinoma nasofaring.
Penelitian ini menggunakan metode
retrospektif terhadap data yang
dikumpulkan secara prospektif antara
November 2010 dan Juni 2011 pasien yang
telah di diagnosis karsinoma nasofaring dan
terbukti secara histologi.
(a) (b) (c)
Dinamic Contrast Enhanced (DCE) MRI
Gambar. 8 (a), (b) dam (c) T1 Weighted adalah metode berdasarkan pada akuisisi T1
Axial dengan kontras Weighted Imaging sebelum, selama dan
setelah pemberian zat kontras gadolinium.
Jurnal ini mendapatkan 3 gambaran MRI Studi DCE MRI dilakukan pada pemindai 3T
dengan sekuen yang sama pada 3 pasien GE Discovery MR750 (GE Healthcare)
yang berbeda. Gambar (a) menunjukkan dengan head coil dan neck coil. T2 Weighted
karsinoma nasofaring kecil yang pada bidang axial. Parameter yang
ditunjukkan oleh panah pendek berpusat di digunakan adalah TR 4,9ms, TE 1,3ms, Flip
fossa rosenmuller kiri ditunjukkan oleh angle 2,5,10,
panah panjang yang merupakan tempat 20 dan 30ᵒ, FOV 256 × 256 mm, matrix
paling umum untuk terjadinya karsinoma 256×128, dan slice thickness 2mm. Kontras
nasofaring. Tumor terbatas pada nasofaring berbasis gadolinium disuntikan melalui
dan ada metastasis kecil di nodus vena melalui injektor. Penyuntikan kontras
retrofaring kiri yang ditunjukkan oleh dimulai pada pengukuran kesepuluh setelah
panah melengkung. Gambar (b) karsinoma dimulainya pemindaian dinamis. T1
nasofaring ditunjukkan dengan panah putih Weighted images postkontras diperoleh
dengan ekstensi parafaring kiri dan setelah akuisisi DCE -MRI.
keterlibatan ruang lemak parafaring.
Gambar (c) menunjukkan karsinoma
nasofaring yang ditunjukkan oleh panah
lurus dengan penyebaran luas terutama ke
posterior ke otot longus yang ditunjukkan
oleh mata panah dan klivus yang
ditunjukkan oleh panah melengkung.
Diagnosis pembesaran kelenjar getah
bening retrofaring pada pasien dengan
karsinoma nasofaring dapat dilakukan
melalui pencitraan MRI dan CT-Scan. MRI
lebih unggul dari CT-Scan karena lebih
mampu memisahkan kelenjar getah bening
retrofaring lateral dari tumor primer di Gambar. 9 Gambar pengukuran
nasofaring posteriolateral yang berdekatan. volume tumor (a,d), nilai (b, e) dan
Pada penelitian ini MRI sangat penting gambar pascakontras T1WI (c,f)
untuk mendeteksi dini karsinoma
nasofaring, staging tumor primer dan Menghasilkan gambaran MR dari 2
evaluasi terkait limfadenopati retrofaring pasien dengan karsinoma nasofaring,
dan serviks. gambar A, B, C menggambarkan seorang
pasien dengan keganasan AJCC T1N2 dan
Metastasis jauh. Gambar D, E, F
menggambarkan seorang pasien dengan
7
AJCC T4N3a dan tanpa metastasis jauh.
kontras pada bidang axial dan sagital
Gambar A dan D merupakan pengukuran
diperoleh setelah injeksi bolus intravena
volume tumor, gambar B dan E merupakan
gadopentetate dimeglumine diberikan
nilai ve dan gambar C dan F merupakan
dengan dosis 0,1 mmol/kg berat badan
gambaran T1WI pasca kontras.
pasien. T1WI postkontras diperoleh dengan
Pada penelitian ini menunjukan bahwa menggunakan parameter yang sama dengan
DCE-MRI dapat mendeteksi dini metastasis T1WI prakontras kecuali untuk
yang terjadi dalam waktu 6 bulan dari menggunakan teknik penekanan lemak.
diagnosis awal. DCE-MRI menggambarkan
ruang ekstraseluler ekstravaskuler yang
terdiri dari cairan interstisial dan jaringan
ikat. Peningkatan terkait dengan tingkat
yang lebih tinggi dari tingkat awal
metastasis jauh menggambarkan adanya
ruang eksraseluler yang luas dan
vaskularisasi yang baik dapat mendukung
penyebaran metastasis jauh seperti pada
gambar (f).
Gambar. 10 (a) Volume yang diukur pada
4. Menurut Jiaji Mao et al, 2019 dalam T2WI Axial (b) diukur pada CE- T1WI
jurnal Predictive Value of Pretreatment
Hasil gambaran diatas merupakan (a)
MRI Texture Analysis in Patient With
volume tumor yang diukur pada T2WI Axial
Primary Nasopharyngeal Carcinoma.
lebih besar dari nilai cut off (11,699cm) dan
Tujuan penelitian untuk menentukan diklasifikasikan sebagai kelompok berisiko
nilai prediksi analisis tekstur MRI tinggi. (b) keseragaman yang di ukur pada
pretreatment untuk perkembangan CE-T1WI kurang dari nilai cut off (0,856)
kesehatan pasien dengan karsinoma dan diidentifikasi sebagai kelompok
nasofaring. Metode penelitian ini berupa berisiko tinggi. Pada penelitian ini sudah
retrospektif, terhadap 79 pasien dengan cukup jelas dalam memprediksi kesehatan
kasus karsinoma nasofaring. pasien setelah melalui MRI karena dapat
menunjukkan gambaran volume tumor yang
MRI dilakukan dengan menggunakan lebih besar yang dikaitkan dengan
pemindai 3,0 T dengan head-neck coil 16 prognosis yang lebih buruk. Penambahan
saluran. Dengan sekuen T2 (Turbo Spin analisis tekstur CE-T1WI pada volume
Echo) TSE Axial Weighted Imaging, Axial dan tumor dan stadium keseluruhan dapat
Sagital TSE T1- Weighted Imaging dan meningkatkan prediksi kesehatan pada
Coronal Short Time Inversion Recovery (STIR) pasien dengan karsinoma nasofaring.
Imaging. Pencitraan dengan T1 TSE
Weighted Imaging dengan peningkatan
8
Abdel Razek et T1 Weighted images, T2 Menghasilkan gambaran pada pemeriksaan
al, 2012 Weighted Fast Spin Echo, T1 MRI karsinoma nasofaring dengan
Weighted Images dengan menggunakan T1 Weighted Image.
penambahan kontras. - Gambar (a) menunjukkan karsinoma
nasofaring kecil yang ditunjukan oleh
panah pendek berpusat di fossa
rosenmuller kiri
- Gambar (b) karsinoma nasofaring
ditunjukkan dengan panah putih
dengan ekstensi parafaring kiri dan
keterlibatan ruang lemak parafaring.
- Gambar (c) menunjukkan karsinoma
nasofaring dengan penyebaran luas
terutama ke posterior ke otot longus.
Chyi Chin et al, T2 Weighted pada bidang axial DCE-MRI dengan sekuen T1 Weighted Image
2016 dan T1 Weighted Image. dapat mendeteksi dini metastasis yang
terjadi dalam waktu 6 bulan dari diagnosis
awal. DCE-MRI menggambarkan ruang
ekstraseluler ekstravaskuler yang terdiri
dari cairan interstisial dan jaringan ikat.
Peningkatan terkait dengan tingkat yang
lebih tinggi dari tingkat awal metastasis
jauh menggambarkan adanya ruang
eksraseluler yang luas dan vaskularisasi
yang baik dapat mendukung penyebaran
metastasis.
Jiaji Mao et al, T2 (Turbo Spin Echo) TSE Axial Menghasilkan gambaran yang merupakan
2019 Weighted Imaging, Axial dan merupakan volume tumor yang diukur
Sagital TSE T1- Weighted pada T2WI Axial lebih besar dari nilai cut
Imaging dan Coronal Short Time off (11,699cm) dan diklasifikasikan sebagai
Inversion Recovery (STIR) kelompok berisiko tinggi dan keseragaman
Imaging yang di ukur pada CE-T1WI kurang dari
nilai cut off (0,856) dan diidentifikasi
sebagai kelompok berisiko tinggi.
9
perluasan tumor termasuk penyebaran
perineural dan dan perluasan tumor ke
intrakranial.
Pada salah satu jurnal yang bersumber
5. Saran
dari Kartikasari et al, 2021 menggunakan
T1 TSE multi planar (coronal, sagital dan Dengan berbagai macam parameter
axial), T2 TSE multi planar, T2 TSE multi pada pemeriksaan ini, penggunaan sekuen
planar, dan setelah pemasukan media harus di sesuaikan dengan kondisi pasien,
kontras menggunakan T1 TSE multi planar apabila pasien tidak memungkinkan atau
dan dengan ditambahkan sekuen T1 TSE tidak kooperatif sebaiknya tidak terlalu
Fat Saturation multi planar. Penambahan banyak menggunakan parameter sekuen
sekuen T1 TSE Fat saturation setelah sehingga akan mempengaruhi waktu
pemasukan kontras ditujukan untuk scanning dan mengurangi motion artefact
menekan lemak yang ada di sekitar karena pergerakan pasien. Penggunaan
slice thickness pada pemeriksaan MRI
nasofaring akan tersupresi dan akan
dengan kasus karsinoma nasofaring ini
tampak hitam sedangkan bahan kontras
harus sesuai, karena organ-organ di daerah
yang diserap akan lebih meningkat dan nasofaring kecil diharapkan kelainan yang
akan memperjelas ketika adanya kelainan ada di area nasofaring tidak terlewatkan
kelenjar limfa. selama scanning sehingga dapat mendeteksi
perluasan tumor yang ada.
Daftar Pustaka
1. Brandwein-Weber MS. Textbook of
Head and Neck Pathology. Vol. 1, 8. Carcinoma N, Chin S, Lin C, Huang B,
Textbook of Head and Neck Tsang N. Pretreatment Dynamic
Pathology. 2018. Contrast-Enhanced MRI Improves
Prediction of Early Distant
2. Chan KY, Siu JCW. Local and Metastases in Patients With.
regional staging of 2016;95(6):1–9.
nasopharyngeal carcinoma
using magnetic resonance 9. Mao J, Fang J, Duan X, Yang Z, Cao M,
imaging. Hong Kong J Radiol. Zhang F, et al. Predictive value of
2020;23(2):148–58. pretreatment MRI texture analysis
in patients with primary
3. Marlinda A, Shoehartini G D. 2017, nasopharyngeal carcinoma.
Kanker Nasofaring. 2019;(613):4105–13.
kanker.kemkes.go.id/guidelines/PN
PKKNF.pdf. 10. Kuswandi A, Kuswandi NH, Kasim
M, Tan’im T, Wulandari M.
4. Pangribowo S. Beban Kanker di Karakteristik Histopatologi dan
Indonesia. Pus Data dan Inf Stadium Klinis Kanker Nasofaring. J
Kemeterian Kesehat RI. 2019;1–16. Ilm Kesehat Sandi Husada.
2020;11(1):243–51.
5. Lampignano JP, Kendrick LE.
Bontranger’s 2016 Textbook of 11. Westbrook C. Handbook of MRI
radiography positoning and related technique, 2nd edn. Vol. 10,
anatomy ninth edition. 2018. 2677– European Radiology. 2014. 1827–
2678 p. 1827 p.
6. Lund VJ, Howard DJ, Wei WI. 12. Elmaoglu, muhammed ; Celik A.
Tumors of the Nose, Sinuses, MRI Handbook MR Physivs, Patient
Nasopharynx. Positoning, and Protocols. London:
Springer; 2012.
7. Abdel A, Abdel K, King A, Aak AR,
King A. MRI and CT of 13. Chaterine Westbrook JT. MRI in
Nasopharyngeal Carcinoma. Practice. Edisi keli. London: Willey
2012;(January):11–8.
1
Blackwell; 2018.
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
LEMBAR BIMBINGAN
NIM : 19074
Judul Karya Tulis Ilmiah : Literature Review Teknik Pemeriksaan MRI dengan
5
3 15 Oktober Konsultasi jurnal, 2 jurnal di ACC
2021 mengajukan 3
jurnal
5
9 26 Oktober Konsultasi ACC
2021 proposal
55