Anda di halaman 1dari 43

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA ANTEBRACHI

DENGAN KLINIS FRAKTUR DI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT ADVENT BANDAR LAMPUNG

DISUSUN OLEH :

Cindy Arzana (1901016012)


Didik Nurhadi (1901016013)
Gustiara (1901016016)
Hari Perdana Fadilah Rahman (1901016017)
Melky Cristian Dillak (1901016033)

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

ATRO PATRIOT BANGSA LAMPUNG

2021
LEMBAR KONSULTASI LAPORAN

NAMA : : 1. Cindy Arzana


2. Didik Nurhadi
3. Gustiara
4. Hari Perdana Fadilah Rahman
5. Melky Cristian Dillak
DOSEN PEMBIMBING : RIA DWI WIJAYANTHI, S.ST

JUDUL LAPORAN :TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOFRAFI OSSA

ANTEBRACHI DENGAN KLINIS FRAKTUR

DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT

ADVENT BANDAR LAMPUNG.

NO TANGGAL KETERANGAN PARAF


PEMBIMBING

i
Bandar Lampung, Agustus 2021
Klinik Instruktur
\

RIA DWI WIJAYANTHI, S.ST

LEMBAR PENGESAHAN

ii
Study kasus yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

OSSA ANTEBRCHI DENGAN KLINIS FRAKTUR DI INSTALASI

RADIOLOGI RUMAH SAKIT ADVENT BANDAR LAMPUNG”

Telah di setujui dan diketahui pada :

Hari/Tanggal : Agustus 2021

Tempat : RS. Advent Bandar Lampung

Mengetahui,

Ka. Instalasi Radiologi Ka. Diklat

Jemson Sagala, Amd.Rad Reni Sarah Asih Nababan, S.Kep.NS

Menyetujui,

Direktur

ATRO PATRIOT BANGSA LAMPUNG

Irma Rahmania, S.ST, M.Kes


NIP. 022030100101

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

laporan study kasus ini dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN

RADIOGRAFI OSSA ANTEBRCHI DENGAN KLINIS FRAKTUR DI

INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT ADVENT BANDAR

LAMPUNG”. Laporan Study kasus ini di ajukan sebagian salah satu syarat

kelulusan Praktek Kerja Lapangan I pada Akademi Teknik Radiodiagnostik dan

RadioterapiPatriotBangsa Lampung.

Dalam menyusun makalah ini,tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

kami alami,namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang

terdekat,sehingga kami mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu kami pada

kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan YME yang senantiasa selalu memberikan keselamatan juga kemudahan

kepada penulis sehingga dapat terselesaikan laporan studi kasus ini,

2. Bapak dr. Charles Z. Suoth, MARS. Sebagai direktur RS. Advent Bandar

Lampung

3. Ibu Reni Sarah Asih Nababan, S. Kep.NS Sebagai kepala diklat RS. Advent

Bandar Lampung

4. Bapak Jemson Sagala, Amd. Rad. Sebagai kepala ruangan radiologi RS.

Advent Bandar Lampung

iv
5. Ibu Ria Dwi Wijayanthi, S.ST. Klinik instruktur RS. Advent Bandar Lampung

6. Ibu Irma Rahmania, S.ST.,M.Kes Sebagai Direktur ATRO Patriot Bangsa

Lampung,

7. Ibu Novita Wijaya, Amd.Rad.,SKM Selaku Penanggung Jawab Praktikum

PKL1

8. Seluruh Radiografer dan staf di Instalasi Radiologi RS Advent Bandar

Lampung

9. Seluruh dosen di ATRO Patriot Bangsa Lampung,

10.Rekan-rekan mahasiswa ATRO Patriot Bangsa Lampung yang telah

berpartisipasi dalam diselesaikan nya laporan ini.

Kamiberharap agar laporan study kasus ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa

dan mahasiswi Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Patriot Bangsa

Lampung, semoga menjadi bahan informasi untuk masa yang akan mendatang

dan kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan

kasus ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan laporan kasus ini.

Bandar Lampung,Agustus 2021

Penulis

DAFTAR ISI

v
LEMBAR KONSULTASI LAPORAN.........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................Iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................3

1.3 TUJUAN PENELITIAN................................................................................3

1.4 MANFAAT PENELITIAN............................................................................4

BAB II..................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
2.1 ANATOMI OSSA ANTEBRACHI...............................................................6

2.2FISIOLOGI OSSA ANTEBRACHI...............................................................8

2.3PATOLOGI OSSA ANTEBRACHI...............................................................9

2.4 JENIS JENIS FRAKTUR.......................................................................10

2.5PENGERTIAN SINAR X.............................................................................11

2.6PESAWAT RADIOLOGI KONVENSIONAL............................................13

2.7 COMPUTED RADIOGRAPHY..................................................................13

2.8TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHI.....................................16

BAB III...............................................................................................................................20
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................20
3.1 HASIL..........................................................................................................20

vi
3.1.2ALAT DANBAHAN.....................................................................................................20
3.2 HASIL GAMBARAN..................................................................................25

3.3 PEMBAHASAN..........................................................................................25

BAB IV..............................................................................................................................28
PENUTUP..........................................................................................................................28
4.1 KESIMPULAN............................................................................................28

4.2 SARAN........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30
LAMPIRAN........................................................................................................................31

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin

meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat

diantaranya adalah di bidang radiodiagnostik yang perkembangannya diawali

dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman

yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895.

Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang yaitu dengan

ditemukannya alat dan metode yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa

terhadap penderita sehingga untuk memperlihatkan gambaran radiografi.

(Analisakualitasgamabarradiografidenganmerek film yang berbeda, 2017)

Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis

dengan gelombang radio, panas, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang

gelombang yang sangat pendek. Karena panjang gelombang yang sangat pendek

maka sinar X dapat menembus benda – benda ( Sjahriar Rasad, 2005 ).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang,

kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder

akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur

yang patologis (Renaldi A, 2014)

1
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma

tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang,

biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor

langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik

tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar

mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang

itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis (Renaldi A,

2014)

Fraktur dibagi atas fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka

merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui

kulit Secara umum fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang

yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Fraktur terbuka

resikonya meningkat terhadap kontaminasi dan infeksi. Fraktur tertutup adalah

fraktur dimana kulit tidak tertembus oleh frakmen tulang, sehingga tempat fraktur

tidak tercemar oleh lingkungan diluar kulit. Fraktur tertutup bisa dikatahui dengan

melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan

bentuk berupa sudut yang mengarah ke samping, depan, atau belakang. Selain itu

ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan pemendekan tulang(A Widiawati 2018)

OssaAntebrachii( tulanglenganbawah ) adalahsusunantulangpanjang yang

terdiriatasOs. Radius ( tulangpengumpil ), danOs. Ulna ( tulang hasta )

merupakanOssa extremitas superior libera ( tulanganggotagerakatasbebas ). Ossa

antebrachiibagianproksimalterhubungolehsendisikuatau elbow joint dan di

bagiandistal terhubungolehsendipergelangantanganatau wrist joint.

2
Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur

ekstemitas dan fraktur vertebra. Fraktur ektremitas mencakup fraktur pada tulang

lengan atas, lengan bawah, tungkai atas, tungkai bawah, tangan dan kaki. Salah

satu fraktur yang sering terjadi dianggota gerak atas yaitu fraktur antebrachii.

Banyak nya kasus fraktur extremitas khususnya os antebrachi di rs advent

bandar lampung sehingga kami tertarik untuk mengkatnya sebagai studi kasus

Berdasarkan pengertian diatas kami tertarik untuk mengangkatnya dalam

studi kasus dengan judul “ TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA

ANTEBRACHI DENGAN KLINIS FRAKTUR DI INSTALASI

RADIOLOGI RUMAH SAKIT ADVENT BANDAR LAMPUNG “

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

“ Bagaimanakah Prosedurpemeriksaan radiografi ossa antebrachi dengan klinis

frakturdi Instalasi Radiologi Rumah Sakit Advent Bandar Lampung ? “

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penulisan ini adalah :

1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui prosedurradiografi ossa antebrachi dengan klinis

frakturdi Instalasi Radiologi Rumah Sakit Advent Bandar Lampung

3
1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengetahui persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam

pemeriksaan ossa antebrachi dengan klinis frakturdi Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Advent Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan yang digunakan dalam

pemeriksaan radiografi ossa antebrachi dengan klinis fraktur di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Advent Bandar Lampung

3. Untuk mengetahui hasil gambaran pemeriksaan radiografi ossa

antebrachi dengan klinis fraktur di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Advent Bandar Lampung

4. Untukmengetahuijenisfrakturpadahasilgambaranpemeriksaan radiografi

ossa antebrachi dengan klinis fraktur di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Advent Bandar Lampung

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penulisan ini laporan studi ini adalah

1.4.1 BAGI INSTALASI RADIOLOGI RSABL

Dengan pembuatan laporan studi kasus ini diharapkan dapat memberi

masukan dan saran yang berguna bagi Rumah Sakit, dalam hal ini Instalasi

Radiologi pada umumnya dan Radiografer.

1.4.2 BAGI INSTITUSI ATRO PATRIOT BANGSA

Semoga laporan studi kasus ini bisa bermanfaat untuk menambah

pengetahuan, wawasan, dan keterampilan tentang pemeriksaan radiografi

4
ossa antebrachi dengan klinis fraktur bagi mahasiswa ATRO Patriot

Bangsa.

1.4.3 BAGI PENULIS

Diharapkan laporan studi kasus ini dapat menambah pengetahuan

penulisan, baik dari teknik, tata laksana pemeriksaan, serta keterampilan

dalam melaksanakan pemeriksaan radiografi ossa antebrachi dengan klinis

fraktur di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Advent Bandar Lampung

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI OSSA ANTEBRACHI

2.1.1 OS. RADIUS

Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus

danmembentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas

epiphysisproximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis

terdapat caput radii berbentuk concave dan bagiansuperiornya terdapat fovea

articularis bertemu dengan capitulum humeri membentukarticulatio

humeroradialis. Pada caput radii terdapat circumferentia articularis

(radii)bertemu dengan incisura radialis (ulna) membentuk artic radioulnaris

proximalis.Caput radii ke distal membentuk collum radii dan corpus radii.

Bagianproximal corpus bagian anterior terdapat tuberositas radii untuk

insertio m. bicepsbrachii. Bagian distal sisi ulnar terdapat margo

nterossea.Epiphysis distalis lebar dan tebal. Bagian sisi ulna terdapat lekukan

yangdisebut incisura ulnaris bertemu circumferential articularis (ulna)

membentukarticulatio radioulnaris distalis. Bagian distal terdapat dataran

sendi segi tiga disebutfacies articularis carpalis bersendi dengan carpalia

proximal yaitu articulationradiocarpalis. Ujung epiphysis distalis bagian

lateral menonjol disebut processusstyloideus (radii).(Yoxy Gilar, 2021)

6
Gambar 2.1 Os Radius

2.1.2 OS. ULNA

Merupakan os longum.Epiphysis proximalis ke volar terdapat incisura

trochlearis untuk bersendi dengantrochlea humeri membentuk articulatio

humeroulnaris. Bagian proximal dorsal terdapattonjolan yang disebut

olecranon. Dataran radial ke volar terdapat incisura radialisbersendi dengan

caput radii membentuk artic radioulnaris proximalis.Diaphysis merupakan

corpus ulnae. Sisi radial terdapat margo interossea. Bagianproximal radial

terdapat crita musculi supinator untuk perlengketan m. supinator.Epiphysis

Jdistalis ukurannya lebih kecil yang berakhir membulat yang disebutcaput

ulnae dengan dataran sendi circumferential articularis (ulna) bertemu

denganincisura ulnaris (radius) membentuk articradioulnaris distalis. Ujung

epiphysis bagiandorsal menonjol disebut processus styloideus.Antara artic

humeroradialis, artic humeroulnaris dan artic radioulnaris proximalisbesama-

sama membentuk articulatio cubiti atau elbow joint.(Yoxy Gilar, 2021)

7
Gambar 2.2 Os Ulna

2.2 FISIOLOGI OSSA ANTEBRACHI

a) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

b) Melindungi organ tubuh.

c) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksidan

pergerakan).

d) Membentuk sel

1. sel darah merah didalam sum

2. sum tulang.

e) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.(Muh, 2016)

f)

2.3 PATOLOGI OSSA ANTEBRACHI

Pemeriksaan Ossa Antebrachi ditujukan untuk indikasi patologis sebagai berikut :

2.3.1.TRAUMA (KECELAKAAN)

8
1) Fraktur

Fraktur adalah kondisi dimana patah tulang atau terputusnya

kontinuitas tulang.

2) Fisura

Fisura adalah kondisi dimana retak pada tulang.

3) Dislokasi

Dislokasi adalah kondisi dimana tulang keluar dari mangkok sendi.

4) Luksasi

Luksasi lebih ringan dari dislokasi.

5) Ruptur

Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.

2.3.2ARTHERITIS

Artheritis adalah suatu radang pada persendian.

2.3.3OSTEOMA

Osteoma adalah suatu kanker pada tulang.

2.3.4BENDA ASING (CORPUS ALIENUM)

Benda asing yatu benda yang tidak seharusnya ada dalam sistem Fisiologi dan

mengganggu sirkulasi tubuh atau sistem Fisiologi tubuh.(Muh, 2016)

2.4 JENIS JENIS FRAKTUR

2.4.1 Fraktur terbuka

9
Patah tulang terbuka merupakan kasus patah tulang yang disertai

dengan luka pada kulit di permukaan daerah tulang yang patah. Pada kasus

yang lebih serius, bagian tulang yang patah akan terlihat dari luar.Jenis

patah tulang terbuka ini sangat jarang terjadi. Bila terjadi, kondisi ini

membutuhkan pertolongan pertama atau perawatan darurat, karena luka

yang terbuka memungkinkan kuman masuk sehingga bisa terjadi infeksi.

Kondisi ini pun memungkinkan seseorang mengalami perdarahan.

2.4.2 Fraktur tertutup

Kebalikan dari fraktur terbuka, patah tulang tertutup tidak

menimbulkan luka pada kulit di sekitar lokasi patah tulang. Pada fraktur

tertutup pun, kulit tidak robek akibat patahan tulang tersebut. Oleh karena

itu, tipe fraktur tertutup ini umumnya tidak lebih mudah diidentifikasi

daripada patah tulang terbuka.

2.4.3 Fraktur parsial

Fraktur parsial disebut juga dengan patah tulang tidak lengkap. Ini

merupakan kondisi ketika tulang yang patah tidak seutuhnya atau hanya

parsial.

2.4.4 Fraktur total

10
Kebalikan dari parsial, patah tulang total disebut juga dengan

fraktur lengkap. Jenis fraktur ini terjadi ketika tulang yang patah terjadi

seutuhnya, hingga menyebabkan tulang terpisah atau terbagi menjadi dua

atau lebih.

2.4.5 Displaced fracture

Displaced fracture adalah tipe fraktur yang terjadi ketika tulang

yang patah bergeser dan ujung-ujung patahan tulang tersebut menjadi tidak

sejajar. Pada macam fraktur ini, tulang yang patah perlu diatur dan

disejajarkan kembali agar bisa sembuh dengan baik.

2.4.6 Nondisplaced fracture

Nondisplaced fracture merupakan kebalikan dari displaced

fracture. Pada jenis fraktur ini, tulang yang patah tidak bergeser atau tetap

berada di dalam posisi yang sejajar. Oleh karena itu, proses penyembuhan

tipe fraktur ini tidak perlu mensejajarkan kembali posisi tulangnya.

Dari macam-macam fraktur di atas, patah tulang terbagi lagi ke dalam

beberapa type berdasarkan bentuk garis patahan tulangnya. Type-type fraktur ini

juga tergantung pada seberapa kuat tekanan yang diterima tulang dan kondisi yang

menyebabkannya. Berikut klasifikasi fraktur berdasarkan bentuk garis patah

tulang yang umum terjadi:

11
2.5 Type- Type Fraktur

2.5.1 Fraktur transversal

Fraktur transversal adalah jenis patah tulang yang tergolong dalam fraktur

total atau lengkap. Tipe fraktur ini terjadi ketika patahan tulang berbentuk

melintang atau garis horizontal. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh

tekanan atau benturan yang kuat dan langsung tegak lurus ke arah tulang.

2.5.2 Fraktur oblik

Oblique fracture atau fraktur oblik adalah jenis patah tulang yang memiliki

pola patahan miring atau diagonal. Kondisi ini biasanya terjadi karena ada

tekanan atau pukulan dari sudut tertentu, yaitu atas atau bawah.

Tipe fraktur ini tergolong ke dalam patah tulang lengkap atau total. Namun,

fraktur oblik ada yang bersifat displaced atau bergeser maupun nondisplaced.

2.5.3 Fraktur spiral

Fraktur spiral juga merupakan bagian dari jenis patah tulang lengkap atau

total. Tipe fraktur ini terjadi ketika tulang yang patah telah terpelintir atau

berputar dari titiknya.

2.5.4 Fraktur kominutif

Jenis fraktur kominutif juga merupakan bagian dari patah tulang lengkap atau

total. Pada fraktur kominutif, tulang pecah menjadi tiga bagian atau lebih dan

tidak lagi sejajar. Umumnya, fraktur ini terjadi di area tulang kecil yang rentan

12
patah, seperti di tangan atau kaki, akibat kecelakaan mobil atau kejadian serius

lainnya.

2.5.5 Fraktur linear atau longitudinal

Bentuk fraktur ini sejajar dengan panjang tulang, baik di sepanjang atau

hampir sepanjang tulang tersebut. Tipe ini juga merupakan macam patah

tulang total atau lengkap.

2.5.6 Fraktur greenstick

Fraktur greenstick tergolong ke dalam tipe patah tulang parsial atau tidak

lengkap. Kondisi ini terjadi ketika tulang yang patah atau retak hanya di satu

sisi, sedangkan sisi lainnya tidak sehingga tulang dapat menekuk atau

bengkok.

Dilansir dari Peconic Bay Medical Center, jenis fraktur greenstick paling

sering terjadi pada anak-anak karena tulangnya belum berkembang dengan

sempurna. Dengan demikian, tulang anak-anak lebih lunak daripada orang

dewasa dan mungkin tidak patah saat mendapat tekanan yang kuat.

2.5.7 Fraktur torus atau buckle

Fraktur bruckle atau torus juga tergolong ke dalam jenis patah tulang tidak

lengkap atau parsial dan umumnya terjadi pada anak-anak karena terjatuh.

Kondisi ini terjadi ketika tulang yang patah hanya terjadi di satu sisi, tetapi

13
patahan tersebut tidak sampai terlepas. Ujung-ujung patahan tersebut saling

mendorong atau menekan satu sama lain sehingga retakan atau patahan tulang

tampak menonjol.

2.5.8 Fraktur stres atau hairline fracture

Fraktur stres atau disebut juga dengan hairline (garis rambut) umumnya

dialami oleh atlet atau seseorang yang melakukan gerakan berulang sehingga

terus menerus menekan tulang. Biasanya, jenis patah tulang ini terjadi di kaki

atau tungkai kaki. Sesuai namanya, tipe fraktur stres berbentuk seperti garis

rambut atau hanya terdapat retakan kecil di tulang.

2.5.9 Fraktur kompresi

Fraktur kompresi adalah salah satu macam-macam patah tulang yang sering

terjadi di tulang belakang dan umumnya terjadi pada lansia dengan penyakit

osteoporosis. Jenis fraktur kompresi terjadi ketika tulang menjadi hancur atau

remuk akibat tekanan, tetapi masih tampak rata.

2.5.10 Fraktur segmental

Fraktur segmental terjadi ketika tulang yang sama mengalami patah di dua

tempat. Kondisi ini menyebabkan ada bagian tulang yang tampak

mengambang.

2.5.11 Fraktur avulsi

Jenis fraktur avulsi terjadi ketika fragmen tulang, yaitu tendon atau ligamen,

terlepas dari tulang. Fragmen tulang yang terlepas itu biasanya menarik atau

14
mengambil bagian dari tulang. Fraktur avulsi ini umumnya disebabkan oleh

adanya gaya tarikan yang kuat pada tulang dan biasanya terjadi pada sendi

lutut dan bahu.

2.5.12 Fraktur patologis

Berbeda dengan jenis-jenis patah tulang di atas, fraktur patologis umumnya

terjadi karena kondisi medis atau penyakit tertentu yang melemahkan tulang,

seperti osteoporosis. Seseorang dengan osteoporosis memiliki tulang yang

rapuh dan lemah, sehingga lebih mudah patah daripada tulang yang sehat.

2.6 PENGERTIAN SINAR X

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gelombang radio, panas, cahaya ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang

yang sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar x ditemukan

oleh sarjana fisika berkebangsaan jerman yaitu Wilheln Conrad Roentgen pada

tanggal 8 November 1895.(Putri, 2016)

2.6.1 PROSES TERJADINYA SINAR X

1) Didalam tabung rontgent ada anoda dan katoda, katoda dipanaskan

oleh filament (lebih dari 20.000C) yang menghasilkan awan-awan

elektron

2) Awan-awan elektron bergerak bebas di dalam tabung hampa

3) Antara anoda dan katoda diberi beda potensial yang tinggi

4) Elektron-elektron bergerak menuju target

15
5) Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target)

sehimgga terbentuk 99% panas dan 1% sinar X

6) Sinar X keluar dari tabung melalui jendela.(Putri, 2016)

2.6.2 SIFAT-SIFAT SINAR X

1. Daya Tembus Sinar X dapat menembus bahan atau massa yang padat

dengan daya tembus yang sangat besar

2. Pertebaran Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau zat, maka

berkas sinar tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan

radiasi sekunder (radiasi hambur)

3. Penyerapan Sinar X dalam radiografi diserap oleh bahan atau suatu zat

sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut

4. Floresensi Sinar X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium

5. Ionisasi Efek primer dari sinar X apabila mengenai suatu bahan atau

zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut

6. Efek Fotografi Sinar X dapat menghitamkan emulsi film yang diproses

di kamar gelap.(Putri, 2016)

2.7 PESAWAT RADIOLOGI KONVENSIONAL

Pesawat radiografi konvensional adalah salah satu jenis pesawat sinar yang

digunakan dalam pemeriksaan radiologi. Maksud dari kata konvensional adalah

pesawat radiologi yang dari ara pergerakannya terbatas pada stasioner dan tidak

dapat dipindahkan dari satu ruang ke ruang yang lainnya.

16
Gambar 2.3 Pesawat Radiologi Konvensional

2.8 COMPUTED RADIOGRAPHY

Computed radiography merupakan suatu sistem atau proses untuk

mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi.

Computer radiography adalah proses digitalisasi gambar menggunakan imaging

plate untuk akusisi data gambar X – ray ( Ballinger,1999 ). Merupakan teknologi

digital yang mendukung perkembangan komputer berbasis sistem informasi dan

prosesing. Radiograf yang dihasilkan CR akan terformat dalam bentuk digital

sehingga dapat dimanipulasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal ( Ballinger,

1999 ). Adapun beberapa komponen dari CR sebagai berikut :

2.8.1 IMAGING PLATE

Imaging plate atau IP merupakan komponen utama dari CR yang

berfungsi untuk menyimpan energi sinar x. IP terbuat dari bahan

photostimulable phospor. Dengan menggunakan IP memungkinkan prosesing

gambar pada komputer untuk dilakukan modifikasi.

17
Gambar 2.4 Imaging Plate

2.8.2 Kaset

Kaset merupakan wadah atau casing untuk melindungi imaging plate.

Bagian depan terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari

alumunium.

Gambar 2.5 kaset

2.8.3 Image Reader

Image reader berfungsi sebagai pembaca dan pengolah gambar yang

diperoleh dari imaging plate. Semakin besar kapasitas memorinya maka

semakin cepat waktu yang diperlukan untuk membaca imaging plate.

18
Gambar 2.6 Image Reader

2.8.4 Image Console

Image console pada CR merupakan perangkat keras dan perangkat lunak

yang sama seperti perangkat komputer yang sering kita pakai atau Personal

Computer ( PC ).

Gambar 2.7 Image Console

2.8.5 IMAGE RECORDER

Image recorder mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu

pemeriksaan, yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah diproses dari

awal penangkapan sinar x oleh imaging plate kemudian dibaca oleh image

reader dan diolah oleh image console yang kemudian akan dikirimkan ke

19
image recorder untuk dilakukan output, dapat berupa Compact Disk ( CD )

atau dengan printer laser yang berupa laser imaging film.

2.9 TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHI( Merril’s Atlas of


wwnRadiographic Positioning & Procedures )

2.9.1 PROYEKSI AP

PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk menyamping di meja


pemeriksaan dengan posisi tangan bagian
atas diletakkan ke kaset

PO (Posisi Objek) :1. Lengan bawah diletakkan supine, dan


memanjang di atas kaset

2. pergelangan tangan dan sendi siku termasuk


di atas kaset.

Ukuran kaset : 24x30 cm dengan posisi kaset vertikal

CP : Pada pertengahan Ossa Antebrachii

CR : Tegak Lurus Vertikal

FFD : 90-100cm

Marker R/L

Batas atas yaitu 1/3 Distal Oss Humerus dan Batas bawah 1/3 Proksimal
Carpal.

Kriteria Gambaran :1. Tampak gambaran Ossa antebrachi posisi


AP

2. Tampak gambaran kedua sendi antara wrist

joint dan elbow joint (Aditya, 2013)

20
Gambar 2.8 Proyeksi AP

2.8.2 PROYEKSI LATERAL

PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk menyamping meja

pemeriksaan.

PO (posisi Objek) :1. Elbow joint difleksikan membentuk sudut 90

derajat pada meja pemeriksaan.

2. lengan bawah diletakkan posisi lateral di

atas kaset dengan tepi ulnaris menempel

pada kaset.

Ukuran kaset : 24x30 cm dengan posisi kaset vertikal

CP : Pada pertengahan ossa Antebrachii

CR : Tegak Lurus Vertikal

21
FFD : 90-100 cm

Marker = R/L

Batas Atas yaitu 1/3 Dital Humerus dan batas bawahnyah 1/3 Proksimal Oss

Carpal

Kriteria gambaran :1. Tampak gambaran Ossa antebrachi posisi


lateral

2. Tampak gambaran kedua sendi antara wrist

joint dan elbow joint (Aditya, 2013)

Gambar 2.9 Proyeksi Lateral

22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

3.1.1 DATAPASIEN

Data pasien yang

digunakandalampenelitianinisebagaiberikut:

Nama : An.MA

Umur : 6 Tahun

Jeniskelamin : Laki - laki

Tanggalpemeriksaan : 6 Agustus 2021

Alamat : BandarLampung

Klinis : Fx Radius

3.1.2ALAT DANBAHAN

1. PesawatRontgen

Pesawatradiologi yang digunakan di InstalasiRadiologi RSABL

merupakanmerk Quantum sei Odyssey HF Series.

23
Gambar 3.1 Pesawat Rontgen

2.Kaset

Kaset yang digunakanukuran 24 x 30 cm.

Gambar 3.2 Kaset

3. Marker

Marker R/Lsebagaimenandakanan / kiri .

Gambar 3.3 Marker

24
4.Pesawat CR

Gambar 3.4 Pesawat CR

3.1.3 TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHI

1.Proyeksi AP

PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk menyamping di meja

pemeriksaan dengan posisi tangan

bagian atas diletakkan ke kaset

PO (Posisi Objek) :1.) Lengan bawah diletakkan supine,

dan memanjang di atas kaset

2.) pergelangan tangan dan sendi siku

termasuk di atas kaset.

Ukuran kaset : 24x30 cm dengan posisi kaset

vertikal

CP : Pada pertengahan Ossa Antebrachii

25
CR : Tegak Lurus Vertikal

FFD : 90-100cm

Marker R/L

Batas atas yaitu 1/3 Distal Oss Humerus dan Batas bawah 1/3
Proksimal Carpal.

Gambar 3.4 Proyeksi AP

2.Proyeksi Lateral

PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk menyamping meja

pemeriksaan.

PO (posisi Objek) :1). Elbow joint difleksikan membentuk

sudut 90 derajat pada meja

pemeriksaan.

2). lengan bawah diletakkan posisi

lateral di atas kaset dengan tepi

ulnaris menempel pada kaset.

26
Ukuran kaset : 24x30 cm posisi kaset vertikal

CP : Pada pertengahan ossa Antebrachii

CR : Tegak Lurus Vertikal

FFD : 90-100 cm

Marker = R/L

Batas Atas yaitu 1/3 Dital Humerus dan batas bawahnyah 1/3

Proksimal Ossa Carpal

Gambar 3.5 Proyeksi Lateral

3.1.4 HASIL EXPERTISEDOKTER

Klinis : FX Radius

Hasil Pemeriksaan :

AntebrachiDextra :

Kesan :

a) Fraktur 1/3 distal Os.Radius dan fraktur 1/3 distal


Os.Ulna

b) Calus (+)

27
c) Oposisi dan alignment relatif baik

d) Tak tampak osteomyelitis

3.2 HASIL GAMBARAN

Gambar 3.6 Hasil Pemeriksaan

3.3 PEMBAHASAN

Pasien datang dari IGD pada tanggal 6 Agustus 2021 kurang lebih pada

pukul 10.30WIB dengan sadar diatas kursi roda dan tangan kanan

terasasakit . Pasien didampingi oleh petugas IGD .Petugas IGD

memberikan list permintaan foto. Salah satunya yaitu foto os Antebrachi

dextra .Petugas radiographer langsung melaksana kantindakan.

Pertama kami menanyakanidentitaspasiensetelahitu kami melakukan

penjelasan kepasien bahwaakan melaksanakan pemeriksaan terhadap

tangannya dan meminta persetujuannya. Ketika pasien sudah menyetujui

28
pemeriksaan kami mengambil kaset dengan ukuran 24 x 30 cm yang ada

diruangan. Lalu kami melakukan pemeriksaan dengan pasien yang

terlentang diatas meja pemeriksaan .Setelah itu kami melakukan

pemeriksaan yang pertama Antebrachi antero posterior (AP). Kami

menempatkan kaset dibawah lengan pasien dengan lengan bawah menempel

pada kaset ,lalu mengatur kolimator dan central point kearah pertengahan os

Antebrachi, dengan central ray tegak lurus dengan jarak kaset 100cm dan

factor eksposi kv 55 dan MaS 5.

Gambar 3.7 Proyeksi AP

Setelah kami melakukan pemeriksaan antero posterior kami langsung

melanjutkan pemeriksaan yang kedua Antebrachi lateral. Kaset kami

tempatkan di lengan bawah pasien, .Pasien tetap kami posisikan seperti tadi

namun posisi tangannya kami miringkan kearah dalam sampai terbentuk

sudut 90 derajat dari kaset. Kemudian kami mengatur kolimator dan central

point kearah pertengahan os Antebrachi, dengan central ray tegak lurus

dengan jarak kaset 100cm dan factor eksposi kv 55 dan MaS 5.

29
Gambar 3.8 Proyeksi Lateral

Hasil bacaan dokter pada hasil gambaran didapatkan gambaran Fraktur

pada 1/3 distal os radius dan tampak fraktur 1/3 distal os ulna. Distal adalah

bagian anatomi yang lebih jauh dari batang tubuh. Sedangkan Proksimal

adalah bagian anatomi yang lebih dekat dari batang tubuh. Aposisi (keadaan

fragmen tulang mengalami perubahan letak) dan alignment (kondisi

miringnya fragmen tulang panjang) relatif baik ,tak tampak osteomyelitis

(peradangan pada tulang yang disebabkan oleh bakteri).

30
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data diatas dengan klinis corpus alienum , kami dapat

menyimpulkan laporan ini dengan sebagai berikut :

1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini yaitu : Pesawat

rontgen, kasetukuran 24x30, marker, dan pesawat CR.

2. Pada kasus ini, teknik pemeriksaan yang digunakan adalah proyeksi

Antero Posterior (AP) dan Lateral

3. Dari gambaran tersebut, didapatkan gambaran Fraktur pada 1/3 distal os

radius dan tampak fraktur 1/3 distal os ulna. Distal adalah bagian

anatomi yang lebih jauh dari batang tubuh. Sedangkan Proksimal

adalah bagian anatomi yang lebih dekat dari batang tubuh.Aposisi

(keadaan fragmen tulang mengalami perubahan letak) dan alignment

(kondisi miringnya fragmen tulang panjang) relatif baik ,tak tampak

osteomyelitis (peradangan pada tulang yang disebabkan oleh bakteri).

4. jenis fraktur yang terjadi adalah fraktur tertutup, yaitu patah tulang

tanpa disertai hilangnya integritas kulit.

31
4.2 SARAN

1. Rumah sakit

Untuk Rumah Sakit Advent Bandar Lampung untuk memberikan

pelayan yang lebih adil dan profesional tanpa melihat status pasien

2. Radiologi

Untuk Instalasi Radiologi lebih diperhatikan lagi dalam keamanan

keluarga pasien yang ikut didalam ruang pemeriksaan dengan

penggunaan apron.

3. Pembaca

Bagi pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang pemeriksaan ini serta dapat membagikan

pengalamannya kepada lingkungan sekitar.

32
DAFTAR PUSTAKA

Frank, Eugene D., Long, Bruce W., Smith Barbara J.

Merril’s Atlas of Radiographic Positioning & Procedures, Twelfth Edition


Volume One. Penerbit : Elsevier

A, Widiawati., 2018.
Konsep fraktur. [online] Google.com.

Aditya, R., 2013.


Proyeksi Pemeriksaan Antebrachii. [online] Google.com.

Ayu Chandra D, D., 2018.


PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR
ANTEBRACHII DISTAL SINISTRA POST GIPS DI RST DR.
SOEDJONO MAGELANG. [online] Google.com.

Muh, F., 2016.


LK ANTEBRACHI. [online] Google.com.

Putri, N., 2016.


PENATALAKSANAAN RADIOGRAFI VERTEBRAE THORACOLUMBAL
DENGAN KLINIS SKOLIOSIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
PASAR REBO JAKARTA TIMUR. [online] Google.com.

Rasad Sjahrial, 2005


Radiologi diagnostik,balai penerbit FKUI: Jakarta
Renaldi A, A., 2014.
FRAKTUR TERTUTUP 1/3 TENGAH FEMUR DEXTRA. [online]
Google.com.

Yoxy Gilar, P., 2021.


Anatomi Antebracii. [online] Google.com.

33
LAMPIRAN

Permintaan Dokter

Hasil Expertise Dokter

34
35

Anda mungkin juga menyukai