LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas
Praktek Kerja Lapangan II
Disusun Oleh:
Yasir Ahmad
NIM: 4501.06.21.A.038
PROGRAM STUDI
DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK
DAN RADIOTERAPI SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN CIREBON
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja II Program Studi DIII
Teknik Radiologi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes
Cirebon.
Nama : Yasir Ahmad
NIM : 45010621A038
Nurohman, S.ST
NIP. 19721225 199703 1 005
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
“Teknik Pemeriksaan Radiografi fistulografi dengan Kasus enterocutan di
Instalasi Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon”. Laporan Kasus ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) II
Semester IV, Prodi DIII Teknik Radiologi STIkes Cirebun, yang bertempat di
Instalasi Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat-nya
2. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan Doa dan dukungan
motivasi , moral dan material yang tak tenilai harganya
3. Dr.Awis Hamid Dani.ST.,M.PD Selaku ketua STIKes Cirebon
4. Bapak Yusron Adi Utomo,S.Tr.,Rad.,M.KM ketua Prodi DIII
Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon
5. Dr. Katibi, MKM selaku Direktur RSD Gunung Jati Kota Cirebon
ii
11. Teman-teman seperjungan pada Praktik Kerja Lapangan II (PKL) di Instalasi
Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus pada
Praktik Kerja Lapangan II ini.
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.
Penulis
YASIR AHMAD
45010621A038
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
KAJIAN TEORI......................................................................................................3
2.2 PATOFISIOLOGI..........................................................................................5
BAB III..................................................................................................................13
3.2Prosedur Pemeriksaan...................................................................................14
3.3Teknik Pemeriksaan......................................................................................17
3.4Hasil Expertise..............................................................................................20
BAB IV..................................................................................................................22
iv
PENUTUP..............................................................................................................22
Kesimpulan........................................................................................................22
Saran...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
LAMPIRAN...........................................................................................................24
v
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Gambar 2.1 Daerah Rektum (Ballinger and W, 2003)
1. colon asenden
2. Kolon transversum
3. Kolon desenden
5. Kolon sigmoid
4
rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoideum bersatu
dengan rektum di depan
6. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, ukuran nya memiliki panjang 12 cm dimulai dari
pertengahan sakrum sampai kanalis anus. Rektum terletak dalam rongga
pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
7. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan bagian luar tubuh(udara luar). (Syaifuddin, 2009)
2.2 PATOFISIOLOGI
A. Fistula
Fistula / fistel adalah saluran atau jalur abnormal antara organ atau
pembuluh darah yang tidak normal, fistula biasanya disebabkan oleh
cedera atau pembedahan, tetapi juga bisa disebalbkan oleh infeksi atau
pembengkakan (Garefalakis et al., 2016)
5
diantara organ yang berbeda, seperti antara esophagus dan tenggorokan
atau usus dan vagina.
B. Enterokutan
Enterkcutan adalah adanya lubang berupa saluran yang
permukaannya berepitel, menghubungkan organ saluran cerna di
permukaan tubuh atau dinding perut yang berisi usus atau kotoran. Fistel
dapat terbentuk karena keadaan yang tidak diinginkan (yang timbul secara
spontan) akibat pascaoperasi ataupun karena keadaan penyakit atau
kondisi patologis. Sebagian besar dari fistel sembuh spontan dalam 4-6
minggu dengan penanganan konservatif. Bila penutup tidak terjadi setelah
waktu tersebut merupakan indikasi untuk intervensi atau dilakukan bedah
walaupun dalam beberapa kasus menutup secara spontan dalam rentang
waktu 6 bulan hingga 1 tahun lebih.
C. Colostomy
Colostomy adalah formasi bedah dari sebuah artifisial atau hubungan
bedah antara dua bagian usus besar, lalu dibuat sebuah lubang di abdomen
yang disebut (stoma). Dalam kasus penyakit tumor atau dalam proses
înflamasi serta tumor di usus besar atau rektum sigmoid, bagian usus
bawah ini dihilangkan. Ujung saluran usus dibawa ke permukaan anterior
perut, di mana pembukaan buatandibuat. Pembukaan buatan ini disebut
stoma. Dalam beberapa kasus, colostomy sementara dilakukan untuk
memungkinkan penyembuhan bagian yang terlibat dari usus besar.
Wilayah yang terlibat dilewati melalui penggunaan colostomy. Setelah
6
penyembuhan selesai, dua bagian usus besar terhubung kembali.
(Lampignano, John P. Kendrick, 2018). Kolostomi dapat dibuat secara
permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien (Nurhayati et al., 2017)
7
a. Media Kontras Non – Iodinated (Barium sulfat)
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak
larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen
tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan
ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan; biasanya
ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan
ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces. Adapun cirri-
cirinya :
Contoh (BaSO4O) garam tidak larut air
Menggunakan stabilizer à mencegah suspense terurai
Ditambahkan zat perasa (oral)
Dapat secara oral atau rectal (enema)
Ekskresi via feses
8
Golongan tidak larut dalam air (non water soluble)
1. Indikasi
adanya penyakit kronik
infeksi anatomi post operasi
carcinoma
diverticulitis
cacat bawaan (kelainan kongenital)
2. Kontra indikasi
infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat
alergi pada bahan kontras
3. Persiapan Pasien
1 hari sebelum pemeriksan, pasien harus makan makanan yang lunak dan
tidak berserat
malam hari jam 20.30 makan garam inggris atau dulcolax tablet 6 buah
makan terakhir jam 22.00
saat pasien datang ke unit radiologi, lakukan plain foto (abdomen polos)
9
bengkok
alcohol atau betadine
Abocat 22cc
5. Teknik Pemeriksaan
a. foto polos
Tujuan dilakukannya foto polos adalah untuk melihat persiapan pasien
sudah maksimal atau belum sebelum media kontras diberikan, jika pada
foto polos hasilnya kurang baik dan terdapat gambaran feses maka
persiapan kurang maksimal, dan tindakan harus ditunda agar tidak
mengganggu hasil dari radiograf. Foto polos juga digunakan untuk
menentukan faktor eksposi yang akan diberikan pada saat pemeriksaan
fistulografi
b. teknik pemberian kontras
10
crista Iliaca
FFD : 120cm
(Bontrager’s, 2018)
d. Proyeksi Lateral
11
beradadipertengahan meja dengan lutut pasiendi
fleksikan
Central Ray : Tegak lurus terhadap IP
Central Point : Berada pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari
titiktengah keduacrista iliaca.
FFD : 120cm
12
BAB III
Nama : An. HB
Umur : 2 tahun
Riwayat Pasien
Pada hari senin tanggal 15 Mei 2023, pasien mendatangi instalasi radiologi
RSD Gunung Jati Cirebon di dampingi kedua orang tuanya dan membawa surat
permintaan dari poli klinik bedah anak. Sebelumnya pasien sudah pernah di
lakukan tindakan pembedahan kolostomi lalu dokter pengirim meminta
melakulan pemeriksaan fistulografi untuk melihat kondisi fistula di area
abdomen.
13
3.2Prosedur Pemeriksaan
1) Pesawat Sinar –X
Merk :Italray
Maximun Kv :150 Kv
Gambar 3. 2 Media Kontras Iodine Hexiol RSD Gunung Jati Kota Cirebon
14
3) Marker
4) Plester
5) Spuit
Gambar 3.6 Spuit ukuran 20cc RSD Gunung Jati Kota Cirebon
15
6) Abocath ukuran 22
7) Handscoon
Cirebon
16
9) Kasa
2. Persiapan Pasien
3.3Teknik Pemeriksaan
tubuh pasien
FFD : 115 cm
17
Faktor Eksposi : Kv 60, mAs 5.2
Kriteria radiograf:
18
- pasien mengeluh sakit
- reaksi perlawanan saat diinjeksi
jika kontras media masuk, lalu bersihkan tumpahan
kontras di sekitar tubuh pasien
lakukan eksposi (dapat menggunakan floroskopi atau
konvesional)
jika kontras belum terisi sampai pangkal maka
ditambahkan hingga terjadi spill back lalu di eksposi.
Eksposi dengan posisi AP
selesai pemeriksaan introducer dan spuit dilepaskan dari
lubang fistel
bersihkan meja pemeriksaan dab pasien diminta untuk
menggati pakaian
kiritubuh pasien
FFD : 115 cm
19
Gambar 3. 12 Hasil Proyeksi AP Post Kontras
Kriteria radiograf:
3.4Hasil Expertise
Plain foto :
kiri samar
20
Contrast Study :
Kesan:
Pada Tanggal 15 Mei 2023 Pasien atas nama H.B datang ke instalasi
Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon dengan membawa surat
permintaan rontgen fistulografi. Pemeriksaan fistulografi memerlukan
persiapan yaitu berupa puasa makan selama 8 jam sebelum pemeriksan, 30
menit sebelum pemeriksaan pasien sudah berada di Instalasi Radiologi RSD
Gunung Jati Cirebon, mengisi informed consent, membawa kain perlak dan
kain panjang. Sebelum pemeriksaan fistulografi harus menyiapkan alat dan
bahan yaitu : Pesawat X-ray dilengkapi dengan Flouroscopy, media kontras
Hexiol, marker, plester, spuit 20cc,Abocath no. 22, handscoon, kassa,
mangkok dan bengkok.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fistulografi di unit pelayanan Instalasi
radiologi RSD Gunung Jati Kota dengan proyeksi AP polos dan AP post
kontras. Setelah penulis melakukan wawancara dengan dokter radiolog dan
radiografer poyeksi AP sudah cukup untuk menegakan diagnosa.
21
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN