Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI FISTULOGRAFI

DENGAN KLINIS ENTEROCUTAN


DI INSTALASI RADIOLOGI RSD GUNUNG JATI KOTA
CIREBON

LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas
Praktek Kerja Lapangan II

Disusun Oleh:
Yasir Ahmad
NIM: 4501.06.21.A.038

PROGRAM STUDI
DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK
DAN RADIOTERAPI SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN CIREBON
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja II Program Studi DIII
Teknik Radiologi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes
Cirebon.
Nama : Yasir Ahmad

NIM : 45010621A038

Judul Laporan Kasus : “Teknik Pemeriksaan Radiografi fistulografi


dengan Kasus enterocutan di Instalasi Radiologi
RSD Gunung Jati Kota Cirebon”

Tempat :RSD Gunung Jati Kota Cirebon

Cirebon,10 juni 2023

Clinical Instructure Pembimbing Laporan Kasus

Dawud Arassy, S.Tr.Rad Siti Suharti, AMR


NIP. 19911220 202012 1 008 NIP. 19850226 201001 2 011

Wakil Kepala Unit Pelayanan Instalasi Radiologi

Nurohman, S.ST
NIP. 19721225 199703 1 005

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
“Teknik Pemeriksaan Radiografi fistulografi dengan Kasus enterocutan di
Instalasi Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon”. Laporan Kasus ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) II
Semester IV, Prodi DIII Teknik Radiologi STIkes Cirebun, yang bertempat di
Instalasi Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat-nya

2. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan Doa dan dukungan
motivasi , moral dan material yang tak tenilai harganya
3. Dr.Awis Hamid Dani.ST.,M.PD Selaku ketua STIKes Cirebon
4. Bapak Yusron Adi Utomo,S.Tr.,Rad.,M.KM ketua Prodi DIII
Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon
5.  Dr. Katibi, MKM selaku Direktur RSD Gunung Jati Kota Cirebon

6. Ibu dr. Dahni Riantika, Sp.Rad.,M.Sc selaku Kepala Unit Pelayanan


Instalasi Radiologi Diagnostik RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

7. Bapak Nurohman, S.ST Selaku Kepala Ruangan Unit Pelayanan Instalasi


Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon
8. Bapak Dawud Arassy, S.Tr.Rad selaku Clinical Instructure Praktik Kerja
Lapangan II di Unit Pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik RSD
Gunung Jati Kota Cirebon.
9. Ibu Siti Suharti,AMR selaku pembimbing Laporan Kasus Praktik Kerja
Lapangan II RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
10. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon

ii
11. Teman-teman seperjungan pada Praktik Kerja Lapangan II (PKL) di Instalasi
Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus pada
Praktik Kerja Lapangan II ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan

laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang

membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis

juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Cirebon,10 juni 2023

Penulis

YASIR AHMAD

45010621A038

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumus Masalah........................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2

1.4 Manfaat penelitian.....................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

KAJIAN TEORI......................................................................................................3

2.1 Anatomi Usus Besar.......................................................................................3

2.2 PATOFISIOLOGI..........................................................................................5

2.3 Media Kontras................................................................................................7

2.4 Prosedur Teknik Pemeriksaan Fistulografi....................................................9

BAB III..................................................................................................................13

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN.............................................................13

3.1 Identitas Pasien............................................................................................13

3.2Prosedur Pemeriksaan...................................................................................14

3.3Teknik Pemeriksaan......................................................................................17

3.4Hasil Expertise..............................................................................................20

3.5 Pembahasan Teknik Pemeriksaan................................................................21

BAB IV..................................................................................................................22

iv
PENUTUP..............................................................................................................22

Kesimpulan........................................................................................................22

Saran...................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

LAMPIRAN...........................................................................................................24

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah penemuan sinar-X oleh Wilhem Conrad Rontgen, seorang ahli


fisika berkebangsaan jerman melalui percobaannya pada tanggal 8 November
1995, telah memberikan perkembangan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi
termasuk dalam dunia kedokteran. Prinsip dari radiodiagnostik yaitu sinar-X
yang mengenai suatu objek akan menghasilkan gambaran radiograf yang
dapat membantu menegakkan diagnosa adanya suatu kelainan penyakit.
(Atlas Radiologi, Atlas III)
Salah satu pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras
ialah pemeriksaan fistulografi. Menurut etimologi pengertian fistul berasal
dari bahasa yunani yang berari "pipa" atau "saluran" maksudnya adalah
saluran yang menghubungkan dua organ dengan keadaan normal justru
terhubung. Penjelasan dari klinis fistul ani sendiri yaitu saluran abnormal
yang terhubung antara saluran anus dengan kulit pada daerah perianal. Kasus
fistul ani sendiri sebagian besar terbentuk melalui infeksi yang
mengakibatkan tersumbatnya krípta anus oleh kotoran yang padat maupun
yang keras (Faradilla 2009).
Patofisiologi yang biasa terjadi pada pemeriksaan Fistulografi
adalah Fistula enterokutan suatu hubungan yang abnormal antara dua
permukaan berepitel, dimana salah satunya berasal dari organ berongga.
Fistula enterokutan (ECF) atau disebut juga fistula intestinal eksternal
merupakan kondisi dimana didapatkannya hubungan abnormal antara usus
besar atau usus halus dengan permukaan kulit. Suatu fistula enterokutan dapat
berasal dari lambung, duodenum, jejunum, ileum, kolon, maupun rektum.
Fistula enterokutan seringkali berhubungan dengan trias sepsis, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan malnutrisi.
Berdasarkan studi pendahuluan pada pasien An. H. B. di Instalasi
Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon prosedur Pemeriksaan Fistulografi
menggunakan metode pemasukan media kontras positif berupa Water Soluble
dan menggunakan proyeksi Anterior Posterior (AP) tanpa proyeksi tambahan
Sehingga penulis tertarik mengangkat kasus tersebut ke dalam Laporan Kasus
yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI PADA
KASUS ENTEROCUTAN DI INSTALASI RADIOLOGI RSD GUNUNG
JATI KOTA CIREBON “

1.2 Rumus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah di paparkan diatas dapat


dirumuskan data sebagai berikut:
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan fistulografi dengan kasus fistula
enterocutan di RSD Gunung Jati Kota Cirebon ?
2. Apakah dengan teknik AP Supine sudah dapat menegakan diagnosis?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai


berikut:
1. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan fitulografi dengan kasus
fistula enterocutan di RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
2. Untuk mengetahui Apakah dengan teknik AP Supine sudah dapat
menegakan diagnosis?

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari pembuatan Laporan Kasus ini semoga menjadi referensi


dan menambah wawasan bagi penulis atau pembaca khususnya mengenai tata
laksana pemeriksaan Radiologi Fistulografi pada kasus Fistel Enterocutan .

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Anatomi Usus Besar

2.1 Definisi Kolon

Definisi Kolon Colon merupakan saluran penceranaan


berupaususberpenampang luas atau berdiameter besar denganpanjang 1,5-
1,7 m dan berpenampang 5-6 cm. Usus besarmerupakan lanjutan dari usus
halus yang tersusunseperti huruf U terbalik dan mengelilingi usus
halusdarivalvula ileosekalissampai ke anus (Syaifuddin, 2013). Usus besar
atau colon dimulai dari area iliacadanberhubungan dengan usus halus yaitu
ileumyangberbentuklengkungan mengelilingi usus halus sampai di anus.
Colonmemiliki diameterlebih besar dari usus halus. Usus besar atau colon
terdiri dari empat bagian yaitu: cecum, colon, rectum, dan anal canal
(Long et al., 2016).

3
Gambar 2.1 Daerah Rektum (Ballinger and W, 2003)

Sekum berupa kantong dengan ujung buntu yang menonjol ke


bawah pada region iliaca kanan di bawah junctura leocaecalis. Appendiks
vermiformis adalah suatu kantong buntu yang sempit berisi jaringan
limfoid, menonjol dari ujung sekum, berbentuk seperti cacing dan berasal
dari sisi medialusus besar. ukuran sekum sekitar 6 cm dan berjalan ke
kaudal Akhir dari sekum yaitu sebagai kantong buntu yang berupa
processus vermiformis(apendiks) yang mempunyai panjang antara 8-13
cm.

1. colon asenden

Kolon asenden adalah bagian yang meluas dari sekum ke fossa


illiaka kanan sampai sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm terletak
di regio bawah abdomen sebelah kanan dan di bawahhati ke sebelah kiri.
Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura koli dextra) dan
dilanjutkan kolon tranversum.

2. Kolon transversum

Kolon tranversum panjangnya 38 cm dari kolon asenden sampai ke


kolon desenden. Berada dibawah regio abdomen sebelah kanan tepat pada
lekukan yang disebut fleksura lienalis (fleksura koli sinistra). Mempunyai
mesenterium yang melekat pada omentum mayus.

3. Kolon desenden

Kolon desenden terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang


sekitar 25 cm. Kolon desenden ini berjalan ke bawah dari fleksura lenalis
sampai pinggir pelvis membentuk fleksura sigmoideum dan berlanjut
sebagai kolon sigmoideum.

5. Kolon sigmoid

Kolon sigmoid mulai dari atas panggul. Kolon sigmoideum


merupakan lanjutankolon desenden dan tergantung ke bawah dalam

4
rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoideum bersatu
dengan rektum di depan

6. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, ukuran nya memiliki panjang 12 cm dimulai dari
pertengahan sakrum sampai kanalis anus. Rektum terletak dalam rongga
pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
7. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan bagian luar tubuh(udara luar). (Syaifuddin, 2009)

2.2 PATOFISIOLOGI

A. Fistula

Gambar 2.2 Anatomi Fistula (Linda J. Vorvick, 2019)

Fistula / fistel adalah saluran atau jalur abnormal antara organ atau
pembuluh darah yang tidak normal, fistula biasanya disebabkan oleh
cedera atau pembedahan, tetapi juga bisa disebalbkan oleh infeksi atau
pembengkakan (Garefalakis et al., 2016)

Fistula umumnya merupakan kondisi penyakit, tetapi dapat terjadi


melalui pembedahan untuk alasan terapeutik. Fistula dapat berkembang

5
diantara organ yang berbeda, seperti antara esophagus dan tenggorokan
atau usus dan vagina.

Mereka juga dapat berkembang diantara dua pembuluh darah,


seperti antara arteri dan vena atau di antara dua arteri. Beberapa orang
terlahir dengan fistula. Penyebab umum fistula di antaranya adalah
komplikasi dari pembedahan, kecelakaan, penyakit seperti Chron atau
Kolitis ulseratif. Beberapa fistula akan menutup sendiri. (Medlineplus,
2019)

B. Enterokutan
Enterkcutan adalah adanya lubang berupa saluran yang
permukaannya berepitel, menghubungkan organ saluran cerna di
permukaan tubuh atau dinding perut yang berisi usus atau kotoran. Fistel
dapat terbentuk karena keadaan yang tidak diinginkan (yang timbul secara
spontan) akibat pascaoperasi ataupun karena keadaan penyakit atau
kondisi patologis. Sebagian besar dari fistel sembuh spontan dalam 4-6
minggu dengan penanganan konservatif. Bila penutup tidak terjadi setelah
waktu tersebut merupakan indikasi untuk intervensi atau dilakukan bedah
walaupun dalam beberapa kasus menutup secara spontan dalam rentang
waktu 6 bulan hingga 1 tahun lebih.

C. Colostomy
Colostomy adalah formasi bedah dari sebuah artifisial atau hubungan
bedah antara dua bagian usus besar, lalu dibuat sebuah lubang di abdomen
yang disebut (stoma). Dalam kasus penyakit tumor atau dalam proses
înflamasi serta tumor di usus besar atau rektum sigmoid, bagian usus
bawah ini dihilangkan. Ujung saluran usus dibawa ke permukaan anterior
perut, di mana pembukaan buatandibuat. Pembukaan buatan ini disebut
stoma. Dalam beberapa kasus, colostomy sementara dilakukan untuk
memungkinkan penyembuhan bagian yang terlibat dari usus besar.
Wilayah yang terlibat dilewati melalui penggunaan colostomy. Setelah

6
penyembuhan selesai, dua bagian usus besar terhubung kembali.
(Lampignano, John P. Kendrick, 2018). Kolostomi dapat dibuat secara
permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien (Nurhayati et al., 2017)

2.3 Media Kontras

1. Definisi Media Kontras


Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk
meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah
pencitraan diagnostik medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan
dengan sinar X untuk meningkatkan daya atenuasi sinar X (bahan kontras
positif) atau menurunkan daya atenuasi sinar X (bahan kontras negatif
dengan bahan dasar udara atau gas). Ada berbagai macam jenis media
kontras berdasarkan bahannya yaitu salah satunya media kontras berbahan
iod ine(Bontrager, 2014)

2. Fungsi Media Kontras


Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan
yang tidak dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga
untuk memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang
diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.
Secara terperinci fungsi dari kontras media adalah:
a. Visualisasi saluran kemih (ginjal, vesika dan saluran kemih).
b. Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung, ginjal).
c. Visualisasi saluran empedu (kandung empedu dan saluran
empedu).
d. Visualisasi saluran cerna (lambung dan usus).

3. Jenis Media Kontras


Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan
dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Berikut
merupakan contoh media kontras positif :

7
a. Media Kontras Non – Iodinated (Barium sulfat)
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak
larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen
tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan
ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan; biasanya
ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan
ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces. Adapun cirri-
cirinya :
Contoh (BaSO4O) garam tidak larut air
 Menggunakan stabilizer à mencegah suspense terurai
 Ditambahkan zat perasa (oral)
 Dapat secara oral atau rectal (enema)
 Ekskresi via feses

4. Media Kontras Iodinated (mengandung yodium)


Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau
sebuah senyawa ionic. Banyak dari efek samping yang diakibatkan oleh
larutan hyperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih
banyak atom iodine per molekul. Semakin banyak iodine, maka daya
attenuasi sinar-X bertambah. Ada banyak molekul yang berbeda. Media
kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya
bagi tubuh. Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair
jernih yang tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam
mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bisa digunakan hampir di
semua bagian tubuh. Kebanyakan diantaranya digunakan secara
intravenous, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan secara
intraarterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally – hampir
pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial.
Media kontras ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
 Golongan larut dalam air (water soluble)

8
 Golongan tidak larut dalam air (non water soluble)

2.4 Prosedur Teknik Pemeriksaan Fistulografi

Fistulografi adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan


panjang dari fistula ( saluran abnormal yang biasanya diantara dua organ.

1. Indikasi
 adanya penyakit kronik
 infeksi anatomi post operasi
 carcinoma
 diverticulitis
 cacat bawaan (kelainan kongenital)

2. Kontra indikasi
 infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat
 alergi pada bahan kontras

3. Persiapan Pasien
 1 hari sebelum pemeriksan, pasien harus makan makanan yang lunak dan
tidak berserat
 malam hari jam 20.30 makan garam inggris atau dulcolax tablet 6 buah
 makan terakhir jam 22.00
 saat pasien datang ke unit radiologi, lakukan plain foto (abdomen polos)

4. Persiapan Alat & Bahan


 Spuit 20 cc
 Introducer
 sarung tangan
 kain kasa steril
 ampul bahan
 media kontras

9
 bengkok
 alcohol atau betadine
 Abocat 22cc
5. Teknik Pemeriksaan
a. foto polos
Tujuan dilakukannya foto polos adalah untuk melihat persiapan pasien
sudah maksimal atau belum sebelum media kontras diberikan, jika pada
foto polos hasilnya kurang baik dan terdapat gambaran feses maka
persiapan kurang maksimal, dan tindakan harus ditunda agar tidak
mengganggu hasil dari radiograf. Foto polos juga digunakan untuk
menentukan faktor eksposi yang akan diberikan pada saat pemeriksaan
fistulografi
b. teknik pemberian kontras

Metode Saxon Basil Stickland

 persiapkan alat dan bahan


 bersihkan bagian yang ingin disuntikan bahan kontras
 beri marker pada daerah tersebut
 suntikan media kontras secara perlahan-lahan dan lakukan
fluoroscopy
 ambil foto I , foto II dan seterusnya

c. Proyeksi Antero Posterior ( AP )

Posisi pasien : Berbaring terlentang di atas mejapemeriksaan


Posisi objek : Mid Sagital Plane (MSP) dipertengahangaris
meja pemeriksan. Batas atas objek adalah
processus xypoideus danuntukbatas bawah
simpisis pubis tidakterpotong serta kedua crista
iliaka beradadipertengahan film.
Central ray : Tegak lurus pada IP
Central point : Dipertengahan antara processusxypoideus dan

10
crista Iliaca
FFD : 120cm

Gambar 2.4 Proyeksi Anteroposterior (AP)

(Bontrager’s, 2018)

d. Proyeksi Lateral

Posisi Pasien : Terlentang menyamping diatas meja pemeriksaan


dengan bantalan kepala
Posisi Objek : Sejajarkan bidang mid axillaris dengangaris
tengah meja. Lenturkan dan tumpang tindih lutut
dengan meletakkan lengan di depan kepala,
pastikan tidak ada rotasi.
Central Ray : Tegak lurus terhadap IP
Central Point : Mid axillary line setinggi SIAS
FFD : 120cm

Gambar 2.6 Abdomen Lateral

e. Proyeksi Right Posterior Oblique

Posisi Pasien : Terlentang diatas meja pemeriksaan


Posisi Objek : Rotasikan tubuh pasien kurang lebih35- 45 derajat
terhadap meja pemeriksaan. Pastikan posisi MSP

11
beradadipertengahan meja dengan lutut pasiendi
fleksikan
Central Ray : Tegak lurus terhadap IP
Central Point : Berada pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari
titiktengah keduacrista iliaca.
FFD : 120cm

Gambar 2. 15 Abdomen Oblique

12
BAB III

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien

Nama : An. HB

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 2 tahun

Alamat : DUSUN PUSPASARI

No. Rekam Medis : B096XXX

Dr. Pengirim : dr. Rhiza Muhammad

Tanggal Pemeriksaan : 15 Mei 2023

Permintaan Pemeriksaan : Fistulografi

Diagnosa : fistula enterokutan

Riwayat Pasien

Pada hari senin tanggal 15 Mei 2023, pasien mendatangi instalasi radiologi
RSD Gunung Jati Cirebon di dampingi kedua orang tuanya dan membawa surat
permintaan dari poli klinik bedah anak. Sebelumnya pasien sudah pernah di
lakukan tindakan pembedahan kolostomi lalu dokter pengirim meminta
melakulan pemeriksaan fistulografi untuk melihat kondisi fistula di area
abdomen.

13
3.2Prosedur Pemeriksaan

1. Persiapan Alat dan Bahan

1) Pesawat Sinar –X

Merk :Italray

Type :C52 Super

Filter Addheren :1.5 Al

No. Tube :N288W

Maximun Kv :150 Kv

Gambar 3. 1 Pesawat X-ray dilengkapi dengan Flouroscopy di

Instalasi Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon

2) Media kontras Hexiol

Gambar 3. 2 Media Kontras Iodine Hexiol RSD Gunung Jati Kota Cirebon

14
3) Marker

Gambar 3. 4 Marker RSD Gunung Jati Kota Cirebon

4) Plester

Gambar 3. 5 Plester RSD Gunung Jati Kota Cirebon

5) Spuit

Gambar 3.6 Spuit ukuran 20cc RSD Gunung Jati Kota Cirebon

15
6) Abocath ukuran 22

Gambar 3. 7 abocath ukuran 22 RSD Gunung Jati Kota Cirebon

7) Handscoon

Gambar 3. 8 Handscoon RSD Gunung Jati Kota Cirebon

8) Mangkok dan Bengkok

Gambar 3.9 Mangkok Dan Bengkok RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

16
9) Kasa

Gambar 3. 10 kasa RSD Gunung Jati Kota Cirebon

2. Persiapan Pasien

 Puasa makan selama 8 jam sebelum pemeriksaan.

 30 menit sebelum pemeriksaan pasien sudah berada di Instalasi

Radiologi RSD Gunung Jati Cirebon.

 Petugas meminta orang tua untuk melepas pakaian pasien dan

menyingkirkan semua benda yang dapat menimbulkan artefak.

 Pasien di harap membawa kain perlak dan kain panjang.

3.3Teknik Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Sebelum Pemasukan Media Kontras

a. Foto Plain Abdomen

Posisi Pasien : Terlentang diatas meja pemeriksaan

Posisi Objek : Tempatkan pasien tepat dibawah tube X-ray

Kedua tangan berada disisi atas kanan kiri

tubuh pasien

Central Ray : Tegak lurus terhadap detector

Central Point : Pada Lumbal 3 atau sejajar pada umbilikus

FFD : 115 cm

17
Faktor Eksposi : Kv 60, mAs 5.2

Gambar 3. 11 Hasil Proyeksi Plain Abdomen AP

RSD Gunung Jati Kota Cirebon

Kriteria radiograf:

 Tampak udara di usus dan lambung


 Terlihat lumbal 1 -5 yang tertutup colon dan thorakal 5-12
 Terlihat marker di lubang anus dan lubang fistula
 Prosessus spinosus berada di pertengahan vertebra
2) Pemeriksaan Setelah Memasukan Media Kontras

 Bersihkan mulut fistel dengan disinfektan


(betadin/alcohol)
 pilih introducer yang sesuai dengan mulut fistel (abocath
no 22)

 abocath disambung ke spuit ukuran 20cc yang berisi


media kontras Iodine Hexiol
 injeksi kontras media ke dalam fistel secukupnya
 perhatian : hentikan pemasukan kontras media jika terjadi:
- kontras spill back

18
- pasien mengeluh sakit
- reaksi perlawanan saat diinjeksi
 jika kontras media masuk, lalu bersihkan tumpahan
kontras di sekitar tubuh pasien
 lakukan eksposi (dapat menggunakan floroskopi atau
konvesional)
 jika kontras belum terisi sampai pangkal maka
ditambahkan hingga terjadi spill back lalu di eksposi.
 Eksposi dengan posisi AP
 selesai pemeriksaan introducer dan spuit dilepaskan dari
lubang fistel
 bersihkan meja pemeriksaan dab pasien diminta untuk
menggati pakaian

a. Proyeksi AP Abdomen Post Kontras

Posisi Pasien : Terlentang diatas meja pemeriksaan

Posisi Objek : Tempatkan pasien tepat di bawah tube X-ray

Kedua tangan berada disisi atas kanan

kiritubuh pasien

Central Ray : Tegak lurus terhadap IP

Central Point : Pada Lumbal 3 atau sejajar pada umbilikus

FFD : 115 cm

Faktor Eksposi : Kv 60, mAs 5.2

19
Gambar 3. 12 Hasil Proyeksi AP Post Kontras

RSD Gunung Jati Kota Cirebon

Kriteria radiograf:

1.Terlihat artefak pada radiograf

2.Terliat marker di fistula dan anus

3.Tampak udara di usus dan lambung

4.Terlihat lambal 1 -5 yang tertutup colon dan thorakal 5-12

6.Prosesus spinosus berada di pertengahan vertebra

3.4Hasil Expertise

Telah diakukan Pemeriksaan fistulografi:

Plain foto :

1.Tampak bayangan colon yang bercarmpur fecal material dengan

distribusi di cavum abdomen dan minimal di cavum pevis

2.Bayangan hepar lien tak tampak membesar, Contour ginjal kanan

kiri samar

3.Tak tampak bayangan radiopaque sepanjang traktus urinarius

4.Psoas shadow kanan kiri simetris

5.Corpus,pedicie dan spatium intervertebralis tampak baik

20
Contrast Study :

Kontras water soluble dimasukkan ke titik di aspek sinistra

abdomen menggunakan folley catheter

- Tampak kontras tumpah ke sisi sinistra ekstrakutan

- Tak tampak track maupun kanal

- Tak tampak fling defect/addtional shadow

- Tak tampak leakage contrast

Kesan:

Tidak tampak gambaran fistula enterokutan pada pemeriksaan saat ini

3.5 Pembahasan Teknik Pemeriksaan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, dihasilkan pembahasan sebagai berikut :

1. Teknik Pemeriksaan Radiografi Fistulografi Dengan Klinis Enterocutan Di


Instalasi Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

Pada Tanggal 15 Mei 2023 Pasien atas nama H.B datang ke instalasi
Radiologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon dengan membawa surat
permintaan rontgen fistulografi. Pemeriksaan fistulografi memerlukan
persiapan yaitu berupa puasa makan selama 8 jam sebelum pemeriksan, 30
menit sebelum pemeriksaan pasien sudah berada di Instalasi Radiologi RSD
Gunung Jati Cirebon, mengisi informed consent, membawa kain perlak dan
kain panjang. Sebelum pemeriksaan fistulografi harus menyiapkan alat dan
bahan yaitu : Pesawat X-ray dilengkapi dengan Flouroscopy, media kontras
Hexiol, marker, plester, spuit 20cc,Abocath no. 22, handscoon, kassa,
mangkok dan bengkok.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fistulografi di unit pelayanan Instalasi
radiologi RSD Gunung Jati Kota dengan proyeksi AP polos dan AP post
kontras. Setelah penulis melakukan wawancara dengan dokter radiolog dan
radiografer poyeksi AP sudah cukup untuk menegakan diagnosa.

21
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Teknik pemeriksaan fistulografi dengan klinis enterocutan di


instalasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon menggunakan proyeksi
AP polos dan AP post kontras.
2. Proyeksi AP supine sudah cukup untuk dapat menegakan
diagnose

Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, K. L. and Lampignano, J. P. (2018) Textbook of radiographic

positioning and related anatomy. 9th edn. Elsevier Health Science

Long, B. W., 2016. Merrill's Atlas Of Radiographic Positioning and Procedures

thirteenthedition. St. Louis:Elsevier Mosby.

23
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai