Anda di halaman 1dari 2

NOVEL BUMI MANUSIA

Novel ini berlatar akhir abad 18, menampilkan suasana dengan sangat apik
dan detail. Lokasi yang diceritakan pada buku Bumi Manusia yatiu
Wonokromo pada akhir abad 19, yang merupakan kawasan perkebunan tebu,
Surabaya, Blora. Ketika membacanya seolah-olah pembaca berada pada abad
masa itu. BerceritaBercerita tentang seorang keturunan Jawa, Minke, yang
sering diperolok-olok oleh kaum totok belanda karena kulitnya, karena
pribumi! Pram memberikan karakter minke sebagai manusia pribumi yang
terpelajar, melawan penindasan terhadap dirinya, terhadap orang lain dan
terhadap bangsanya. Minke bersekolah di H.B.S (Hogere Burger School)yaitu
sekolah yang setara SMA yang tidak semua pribumi bisa bersekolah sampai
sejauh itu, hanya keturunan minimal ningrat yang boleh bersekolah. Minke
merupakan anak dari bupati kota B (disebutkan dalam novelnya seperti itu,
mungkin maksud Pram adalah Blora karena menceritakan tentang RM. TAS)
karena itulah dia dapat bersekolah di H.B.S. Tetapi hidup ditengah-tengah
pergaulan eropa menjadikan pandangan minke menjadi pengagung eropa, dia
melupakan tradisi dan adat jawanya, tradisi yang ada dari nenek moyangnya
hilang begitu saja karena pengetahuan eropanya bahkan ia tidak mau
memakai baju adat jawa karena sudah terbiasa dengan pakaian-pakaian
eropanya. Hal tersebut sempat membuat geram ayahnya yang merupakan
Bupati B akan tetapi sang ibunda lah yang terus mendukung anaknya minke
agar melaksanakan apa yang ia cita-citakan, disini minke mengalami
pencarian jati dirinya, seorang pribumi tapi pengagung eropa.

Adalah Robert Surhof teman sekaligus akan menjadi lawan, teman yang
memiliki niat picik, serakah dan ingin mendapatkan apapun yang dia inginkan
meskipun melakukan dengan cara-cara kotor. Suatu hari Robert Surhof
mengajak minke berkunjung ke Wonokromo, sebuah perkebunan tebu dan
perusahaan perdagangan, peternakan milik Nyai Ontosoroh (Nyai adalah
sebutan bagi gundik-gundik kompeni). Perkebunan yang begitu luas dengan
rumah yang bagai istana, selain perkebunan Nyai memelihara ternak karena
pelataran nya sangatlah luas. Pertemuan kali pertama Minke dengan Annelies
(putri dari Nyai Ontosoroh) menjadi poin penting dalam novel ini. Kisah Cinta
pada pandangan pertama digambarkan oleh Pram begitu romantis. Annelies
dideskripsikan oleh Pram sebagai Gadis indo-Belanda yang memiliki paras
sangat cantik, bertubuh langsing, beramput pirang dan lurus, dikatakan bahwa
kecantikannya melebihi Ratu Wilhemnia (Ratu belanda), mungkin akan
membuat pembacanya jatuh cinta pada sosok Annelies. Walaupun taraf
pendidikan Annelies tidak sampai H.B.S akan tetapi dia memiliki pesona luar
biasa lainnya, yaitu di usianya yang masih dikatakan belia dia mampu
mengurusi perkebunan dan peternakan dan membantu ibunya menjalankan
perusahaan, karena ayahnya,Mellema, kelakuannya berubah 180 derajat yang
dikatakan akibat pengaruh hobinya pelesiran dan mabuk-mabukan pada saat
itu. Semenjak pertemuan pertama minke dan annelies sekiranya telah
menimbulkan benih cinta dikeduanya, Minke yang terpandang terpelajar dan
pintar dalam berbahasa belanda serta prancis membuat Nyai Ontosoroh
kagum dan tak ragu menyetujui jika mereka berhubungan. Namun masalah
lain timbul, Robert Surhof yang ternyata temannya memang mengincar
annelies sejak lama, Robert berteman lama dengan kakak kandung annelies,
Robert Mellema, tentunya surhof memandang annelies secara nafsu. Berbagai
siasat ditempuh surhof untuk menjauhkan minke dari annelies. Suatu hari
Annelies jatuh sakit karena memikirkan sang pangerannya, Minke, karena
minke pernah berjanji kepada annelies pada kunjungan yang pertamanya
bahwa dia akan menemuinya lagi beberap hari kedepan, namun sudah
berminggu-minggu minke tidak berkunjung ke kediaman Nyai Ontosoroh.
Akhirnya karena melihat anaknya sakit, Nyai menyuruh salah seorang
pekerjanya untuk mengirimkan surat kepada minke serta menjemput minke
untuk bersedia tinggal di kediamannya. Begitu besar kisah cinta yang
digambarkan antar Minke dan Annelies sehingga akhirnya mereka menikah
walaupun banyak pertentangan dari orang tua Minke yang tidak menyetujui ia
menikah dengan seorang keturunan Belanda. Namun yang menarik, Pram
menyajikan novel selalu diluar dugaan, ketika kondisi pembaca tengah asik
dan memiliki perasaan senang tiba-tiba pram membalikan kondisi tersebut
menjadi terbalik. Kisah cinta antara Minke dan Annelies mengalami sesuatu
yang sangat memilukan, yaitu karena Annelies anak dari seorang Gundik yang
bernama Nyai Ontosoroh, akibatnya perkawinan antara Nyai Ontosoroh
dengan Robert Mellema tidak diakui pengadilan tinggi belanda. Begitupun
dengan pernikahan Minke dan Annelies tidak di akui pengadilan belanda
karena tidak ada ijin orangtua sah dari annelies, hak asuh annelies diberikan
kepada ibu tirinya di Belanda. Dan Akhirnya secara terpaksa Annelies harus
angkat kaki dari dan pergi ke Belanda. Mendengar kabar tersebut Anneies
kembali jatuh sakit dan selama berhari—hari dia tidak makan dan tidak bicara,
kekecewaan yang mendalam dirasakan annelies, dia akan kehilangan
cintanya, ibunya dan semua kenangan-kenangan dari masa kecilnya.
Sementara Minke dan Nyai Ontosoroh tidak tinggal diam melawan
ketidakadilan pengadilan putih belanda, minke dengan kepiawannya menulis
pengaduan diberbagai media cetak telah menyalakan api para pembacanya,
pendukung Minke tidak hanya sekedar kerabat-kerabatnya, kini seluruh
masyarakat di wonokromo dan Madura ikut protes terhadap ketidakadlilan
belanda. Namun apalah yang bisa dilakukan oleh seorang Pribumi terhadap
pengadilan tinggi, semuanya tidak ada hasil. Annelies harus pergi ke Belanda
dan terpisah dari pangerannya Minke. Hal tersebut merubah semua pemikiran
minke yang semula pengagum belanda kini dia merasakan ketidakadilan,
penjajahan, diskriminasi belanda terhadap pribumi.

NAMA : DIKA FACHRIYUDA


KELAS : 1 B

Anda mungkin juga menyukai