L1A016066
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Peneliti .............................................................................. 9
1.3 Tujuan Peneliti ..................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
sosial. Gender mengacu pada peran, perilaku, aktivitas, atribut, dan peluang yang
dianggap sesuai oleh masyarakat mana pun untuk anak perempuan dan anak laki-
dan laki-laki memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan hak asasi mereka
pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Oleh karena itu, kesetaraan
gender adalah penilaian yang setara oleh masyarakat atas persamaan dan
perbedaan pria dan wanita, dan peran yang mereka mainkan.Ini didasarkan pada
wanita dan pria yang menjadi mitra penuh di rumah, komunitas, dan masyarakat.2
dari perbedaan dalam peran gender yang dibangun secara sosial diantara kaum
1
World health organization, Gender, diakses dari <https://www.who.int/health-
topics/gender>, pada tanggal 20 Agustus 2020
2
UNESCO, UNESCO’s Gender Mainstreaming Implementation Framework, diakses
dari<http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/BSP/GENDER/PDF/1.%20Baseli
ne%20Definitions%20of%20key%20gender-related%20concepts.pdf>, pada tanggal 20 Agustus
2020
3
Lumen, Gender Inequality, diakses dari
<https://courses.lumenlearning.com/culturalanthropology/chapter/gender-inequality/>, pada
tanggal 20 Agustus 2020
2
kehidupan, salah satunya dalam bidang pekerjaan. Kesetaraan gender bukan hanya
gender tetap tertanam kuat di setiap masyarakat. Perempuan tidak memiliki akses
pasar tenaga kerja namun, kesenjangan gender yang luas masih banyak
bertanggung jawab atas sebagian besar pekerjaan yang tidak dibayar, dan ketika
informal dan di antara kaum miskin. Mereka juga menghadapi perbedaan upah
yang signifikan dengan rekan kerja laki-laki mereka. Di banyak negara, distorsi
pekerjaan.4
menyamai populasi laki-laki yakni sebesar 3.883.425.221 atau sebesar 49,6% dari
total jumlah populasi manusia di dunia (still counting)5, tetapi kontribusi mereka
4
Katrin Elborgh, Women, Work, and the Economy: Macroeconomic Gains from Gender
Equity, IMF Staff Discussion Note, 2013, hal. 4
5
World population, diakses dari <https://countrymeters.info/en/World>, pada tanggal 4
Oktober 2020
3
Meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, pasar
potensi pasar tenaga kerja mereka, akan ada keuntungan ekonomi makro yang
signifikan. Dalam ekonomi yang berkembang pesat, FLFP yang lebih tinggi dapat
kerja. Partisipasi tenaga kerja perempuan yang lebih tinggi juga akan
perempuanyang tinggi.
diskriminasi yang terjadi terhadap perempuan, kemudian pada tanggal 2 juli 2010,
majelis umum PBB, yakni negara-negara anggota PBB sepakat untuk mendirikan
reformasi PBB, menyatukan sumber daya dan mandat untuk dampak yang lebih
PBB saat mereka menetapkan standar global untuk mencapai kesetaraan gender,
dan bekerja dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk merancang undang-
bahwa standar tersebut diterapkan secara efektif dan benar-benar bermanfaat bagi
bagi kesetaraan wanita, dan yang dapat membuka kemajuan di semua bidang.
perkembangan. Salah satu area fokus kritis melibatkan advokasi untuk mengukur
pekerjaan berbayar7.
perempuan dan laki-laki. Hal ini juga memungkinkan partisipasi aktif dan
6
UN Women, About UN Women, diakses dari <https://www.unwomen.org/en/about-
us/about-un-women>, pada tanggal 20 Agustus 2020
7
UN Women, Economic empowerment, diakses dari
<https://www.unwomen.org/en/what-we-do/economic-empowerment>, pada tanggal 20 Agustus
2020
5
Korea Selatan sebagai salah satu negara besar tidak terlepas dari masalah
kehidupan. Hal ini semakin dikuatkan dengan hasil survei yang menunjukkan
bahwa sembilan dari sepuluh wanita merasa jika kaumnya tidak diperlakukan
sama seperti pria di Korea Selatan dan sebagaian besar diskriminasi gender ini
terjadi di rumah. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh kelompok hak asasi
wanita Womenlink terhadap 1257 wanita dari usia remaja hingga 70-an, sebanyak
93% menjawab “tidak” saat ditanya apakah Korea Selatan merupakan negara
lulusan laki-laki, menurut survei yang baru-baru ini diterbitkan oleh Departemen
dalam tingkat pekerjaan 65,2% untuk wanita dibandingkan dengan 69% untuk
8
Ock Hyun-ju, 9 in 10 women say Korea is sexist: survey, The Korea Herald,
<http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20170928000604&ACE_SEARCH=1>, 2017, pada
tanggal 1 Juli 2019.
6
pria. Pada akhir 2015, ada 494.214 karyawan laki-laki dalam 10 chaebol terbesar
sering dianggap tidak kompeten dan tidak efisien dibandingkan dengan laki-
anak-anak daripada suami mereka, yang berarti bahwa mereka memiliki lebih
sedikit waktu untuk dihabiskan untuk beban kerja daripada laki-laki. 9 Akan tetapi,
angkatan kerja perempuan, akan tetapi juga dalam hal gaji, dan perlakuan
Selatan yang telah mengakar. Ajaran ini di Korea Selatan menekankan tentang
filosofi, agama, sistem sosial, politik dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu tema khusus dalam ajaran ini di Korea Selatan adalah patriarki, di
mana setiap jenis kelamin memiliki perannya sendiri dalam keluarga. Dalam
9
Yutang Jin. 2016, The Issue of Gender Equality in Confucian Culture, Dikutip dari
<https://blogs.lse.ac.uk/gender/2016/01/18/the-issue-of-gender-equality-in-confucian-culture/>
pada tanggal 30 Juni 2019
7
ditantang oleh siapa pun yang statusnya lebih rendah. Peran perempuan adalah
menaati laki-laki: "ayah mereka sebelum mereka menikah, dan suami mereka
setelah menikah.
10
Olivia Kim, South Korea Maternity Leave: How U.S. Law Could Be Less Burdensome To
Employers And Provide More Protection For Women In The Workplace, Southwestern Journal Of
International Lawvol. 24, 2018, hal.347
11
Yutang , The Issue of Gender Equality in Confucian Culture
8
ketimpangan gender di Korea Selatan terutama dalam bidang ekonomi. Dan untuk
1.2.1Secara Teoritis
politik global yang ada sebagai salah satu konsentrasi pada Ilmu
Hubungan Internasional.
tersebut.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Employment Protection Acts on South Korean Women Workers oleh Johee Lee; 2)
Confucianism and the Korean Family oleh ParkInsook Han dan Lee JayCho; dan
yang terakhir; 3) Gender Wage Gap in Korea in Lifecycle Perspective oleh Choi
Selim.
Dalam penelitian yang ditulis oleh Joohee Lee dengan judul “More
kerja standar (SER) di mana laki-laki adalah pencari nafkah dan perempuan
mengherankan bahwa tingkat partisipasi pasar tenaga kerja wanita Korea hampir
tidak meningkat, yakni sebesar 48,6% pada tahun 1997; dan mencapai 48,8%
struktural yang memperluas pendidikan tinggi dan melegitimasi hak yang sama
bagi perempuan. Sementara krisis ekonomi Asia tahun 1997 dan reformasi pasar
besar menghasilkan sejumlah besar pekerja non-standar dan merusak model SER
yang berpusat pada laki-laki, efek pada pekerja perempuan bahkan lebih buruk.
Perbedaan penelitian ini dengan Johee Lee adalah penelitian ini lebih
12
Joohee Lee, More Protection, Still Gendered: The Effects of Non-Standard Employment
Protection Acts on South Korean Women Worker, JOURNAL OF CONTEMPORARY ASIA
VOL. 47, NO. 1, hal.46–65, 2017, diakses pada tanggal 5 Juli 2019
12
Selatan dalam masalah ketimpangan gender yang terjadi. Sedangkan Johee Lee
berdasarkan culture Korea Selatan dalam sudut pandang para pemilik industri
prempuan. Didalam penelitian yang dilakukan oleh Johee Lee juga tidak
Park Insook Han dan Lee Jay Cho dalam penelitian mereka yang berjudul
Comparative Family Studies, Vol. 26, No. 1 menjelaskan bahwa bagaimana ajaran
diutamakan atas anggota individu dan kelompok keluarga tidak dapat dipisahkan
dengan identifikasi klan. Fungsi paling penting dari anggota keluarga adalah
untuk memelihara dan melestarikan rumah tangga dalam sistem tradisional. Oleh
karena itu, hubungan keluarga pusat bukanlah antara suami dan istri, melainkan
antara orangtua dan anak, terutama antara ayah dan anak. Terlebih lagi, hubungan
antara anggota keluarga tidak horizontal - yaitu, berdasarkan cinta dan kesetaraan
timbal balik - tetapi kesalehan berbakti vertikal yang ditandai dengan kebajikan,
otoritas, dan kepatuhan. Kewenangan ada pada kepala (laki-laki) rumah tangga,
istri diamati secara ketat dalam keluarga KoreaSelatan. Hal ini disamakan dengan
hubungan antara raja dan rakyatnya dan antara ayah dan anak. Seorang istri akan
cara yang patut dicontoh. Dia diajari untuk tidak memaksakan pandangannya
Hubungan yang tidak setara ini ditulis ke dalam hukum negara. Sesuai
dengan aturan ketaatan ketiga, seorang wanita diminta untuk mematuhi ayahnya,
suami, dan putranya, aturan keluarga untuk upacara usia, pernikahan, pemakaman
dan pemujaan leluhur yang disusun oleh Ku-zun (1420-95) selama Dinasti Ming
1392). Aturan-aturan ini ditentukan dari bagian awal dinasti Chosun (1392-1650)
tetapi secara luas diamati sebagai aturan keluarga oleh masyarakat umum sejak
bagian terakhir dari periode Chosun (1650-1910). Mereka juga disebut sebagai
desersi di bawah aturan yang menetapkan tujuh sifat buruk yang dianggap sebagai
alasan sah untuk perceraian oleh suami - tetapi tidak oleh istri. Kejahatan itu
adalah ketidaktaatan kepada orang tua suami, gagal melahirkan anak laki-laki,
14
pencurian.13
Insook Han dan Lee Jay Cho adalah penelitian ini lebih berfokus terhadap
dilakukan oleh ParkInsook Han dan Lee Jay Cho hanya berfokus kepada sejarah
dalam keluarga Korea Selatan hingga saat ini. Persamaan penelitian ini adalah
Korea in Lifecycle Perspective” terdapat dalam Japan Labor Issues , vol.3, no.17,
karier wanita selama kehamilan dan sebagainya. Selain itu, beberapa faktor dari
pasar tenaga kerja Korea Selatan berkaitan dengan kesenjangan upah gender di
Park Insook Han & Lee Jay Cho, Confucianism and the Korean Family, Journal of
13
Comparative Family Studies, Vol. 26, No. 1, FAMILIES IN ASIA : BELIEFS AND REALITIES,
1995, hal.124-125
15
atas rata-rata negara lainnya. Pertama, pengusaha Korea Selatan, baik di sektor
menjalani tugas militer dengan gaji yang lebih tinggi dengan menerima masa
dinas militer (sekarang 18 bulan) sebagai masa jabatan di perusahaan. Faktor lain
dari pasar tenaga kerja Korea Selatan yang berkontribusi terhadap kesenjangan
upah gender adalah budaya jam kerja yang panjang dan penekanan pada dedikasi
kepada majikan.
Jam kerja yang panjang dapat berkontribusi pada kesenjangan upah gender
jika jam kerja berada di atas jam bekerja di pasar tenaga kerja dan di rumah bagi
perempuan (pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak). Jika jam kerja terlalu
bekerja seutuhnya atau fokus terhadap urusan rumah tangga. Dalam kasus Korea
Selatan, secara historis, laki-laki selalu mengkhususkan diri dalam bekerja dan
Selim adalah penelitian yang dilakukan oleh Choi Selim lebih berfokus kepada
bagaimana dengan adanya diskriminasi jenis kelamin pasar kerja dan kesenjangan
upah gender dapat mendorong spesialisasi dalam keluarga yang tidak merata.
14
Selim Choi, Gender Wage Gap in Korea in Lifecycle Perspective, Japan Labor Issues ,
vol.3, no.17, August-September 2019, hal. 20-21
16
bisa memecahkan permasalahan yang tengah di angkat. Maka dari itu dibutuhkan
penyusunan sebuah kerangka teori yang memuat gagasan yang dapat dijadikan
gambaran dari perspektif apa penelitian atau permasalahan yang sedang diangkat
dan yang akan disoroti. Untuk membantu menjelaskan fenomena yang peneliti
angkat, maka penggunaan teori dan konsep yang tepat sangat dibutuhkan.
dasar atau syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama
Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr. adalah “Pengaturan bentuk kerjasama
seperti sebuah kerjasama antar lintas batas negara, yang mana kerjasama tersebut
juga memiliki tujuan yang telah disepakati bersama, baik antar pemerintah
yaitu adanya keinginan untuk bekerja sama yang jelas-jelas kerjasama tersebut
peserta yang memenuhi syarat, instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur
luas, dan sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan
lain sebagainya). Dan peran Organisasi Internasional yang ketiga adalah sebagai
pelaku (aktor), bahwa organisasi interasional juga bisa merupakan aktor yang
anggotanya.16
dan ada kalanya bertindak sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan
15
Lisa Martin & Beth Simmons, International Organizations and Institutions, Handbook
Of International Relation, 2012, hal. 328
16
Teuku may rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung:Refika
Aditama,2005, hal. 29
19
bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, peace keeping operation dan lain-
lain).17
pemerintah yang mempunyai tujuan khsusus pada suatu bidang tertentu dan
PBB yang didekasikan khusus untuk mengatasi berbagai masalah gender yang
dialami oleh perempuan di dunia termasuk di Korea sebagai salah satu negara
PBB dalam memajukan kesetaraan gender, dan dalam semua musyawarah dan
Aditama,2009, hal.27
20
perempuan dan menghapus segala bentuk diskriminasi bagi perempuan dan anak-
dan sejauh mana kebijakan yang sudah diambil tersebut sudah dijalankan.UN
Women mendukung Negara Anggota PBB saat mereka menetapkan standar global
untuk memastikan bahwa standar tersebut diterapkan secara efektif dan benar-
benar bermanfaat bagi perempuan di seluruh dunia.Ini bekerja secara global untuk
membuat visi dari SDG’s menjadi kenyataan bagi perempuan dan anak-anak
kehidupan.
dengan memberikan keahlian dan dukungan keuangan untuk negara anggota dan
mengurangi atau mengatasi diskriminasi yang terjadi. Dalam hal ini maka terjalin
kerjsama antara Korea Selatan dengan negara lain ataupun dengan pemerintah non
negara yang dimana merupakan salah satu syarat organisasi internasional yaitu
atas tindakan dan pilihan mereka. Dalam catatan serupa, Giddens mendefinisikan
teori feminis liberal sebagai “teori feminis yang percaya bahwa ketidaksetaraan
terhadap hak-hak sipil dan alokasi sumber daya sosial seperti pendidikan dan
pekerjaan”.Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa teori feminis liberal
tanggung jawab berada pada individu yang terkena dampak untuk memperbaiki
keadaannya.18
Feminis liberal juga peduli dengan persamaan hak dan kebebasan individu.
Jika akan ada reformasi, reformasi tersebut harus dilakukan secara bertahap tanpa
mereka tidak secara radikal menantang nilai-nilai yang ada dan oleh karena itu
18
Wellington Samkange, The Liberal Feminist Theory: Assessing Its Applicability To
Education In General And Early Childhood Development (E.C.D) In Particular Within The
Zimbabwean Context, Global journal of advanced research Vol-2, Issue-7, hal. 173
22
mereka bertujuan untuk perubahan bertahap dalam sistem politik, ekonomi dan
sosial. Oleh karena itu, disparitas gender dikaitkan dengan sejumlah faktor.
Faktor-faktor tersebut mencakup budaya dan cara pria dan wanita disosialisasikan
dipublikasikan aliran feminisme liberal. Inti dari karya tersebut adalah penolakan
yang menghendaki adanya perubahan itu pun menyadari, bahwa upaya emansipasi
yang mereka tuntut tetap tidak akan meninggalkan berbagai tugas yang
diembannya di ranah domestik. Dengan kata lain, meskipun mereka ingin dan
19
Wellington, The Liberal Feminist Theory: Assessing Its Applicability To Education In
General And Early Childhood Development (E.C.D) In Particular Within The Zimbabwean
Context, hal.174
20
Saidul Amin, Pasang Surut Gerakan Feminism, Jurnal Marwah Vol. XII No. 2
Desember 2013 hal.147
23
dapat aktif di ranah publik, ranah domestik tetap akan menjadi tugas utama
mereka.
memang ada ketidakadilan dalam relasi antara laki-laki dan perempuan, dalam
kesempatan kerja dan berusaha serta pendidikan yang tersedia di ranah publik.
Namun demikian, emansipasi yang dituju itu tidak sampai menolak kodratinya
yang memiliki sifat-sifat keibuan dan tidak meninggalkan fungsi sosial di ranah
menjadi norma. data ini menunjukkan peningkatan pesat dalam pendidikan bagi
21
Budi Rajab, Perempuan Dalam Modernisme Dan Postmodernisme, jurnal
Sosiohumaniora, Vol. 11, No. 3, November 2009, hal. 6
24
bidang pendidikan, maka J.S. Mill dan Hariet Taylor melangkah lebih
harus sadar akan hak-hak sipil mereka dalam semua aktifitas kehidupan baik
ekonomi, politik dan lainnya Oleh karena itu, selain dengan meningkatkan
utama penindasan perempuan. Dengan kata lain, peran sosial laki-laki (misalnya,
kompetitif dan agresif) diberikan lebih banyak status sosial dan kekuasaan
liberal adalah untuk reformasi bertahap melalui advokasi untuk persamaan hak
penelitian ini, karena dilihat dari sudut pandang feminis liberal perlakuan yang
22
Ahn Jae Hee, Analysis of Changes in Female Education in Korea from an Education -
Labor Market Perspective, Asian Women Vol 27 no.2, 2011, hal. 114
23
Amin, Pasang Surut Gerakan Feminism, hal. 148
24
Amanda Burgess, Intersections of Race, Class, Gender, and Crime: Future Directions
for Feminist Criminology, Feminist Criminology Volume 1 Number 1 January 2006, hal. 29
25
diskriminasi. Karena seperti yang kita tahu, feminis liberal berpendapat bahwa
terhadap hak-hak sipil dan alokasi sumber daya sosial seperti pendidikan dan
pekerjaan. Dalam hal ini, perempuan di Korea Selatan juga masih banyak
perempuan dikarenakan oleh budaya dan cara pria dan wanita disosialisasikan
dalam budaya tersebut. Seperti yang kita tahu bahwa patriarki di Korea Selatan
masih sangat tinggi karena pengaruh konfusianisme yang telah lama mengakar. Di
bawah sistem diskriminasi yang parah ini, wanita dari dinasti Chosun dikurung di
menikah dilarang berbicara dengan pria manapun kecuali kerabat dekat pria, dan
setelah menikah dia dilarang keluar rumah tanpa izin dari suaminya.
(1392 - 1910), pembagian kerja didasarkan pada jenis kelamin. Sang suami
eksklusif dengan tugas mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga. Studi terbaru
elah meningkat tetapi masih di bawah suami, terutama dalam masalah keuangan.25
25
Park & Lee , Confucianism and the Korean Family, hal. 132
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Antara lain, Ali dan Yusof mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai: “Any
penelitian kualitatif.
fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna dari fenomena tersebut. Analisis
dan ketajaman penelitian kualitatif sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan
kalimat yang digunakan. Perhatian penelitian kualitatif lebih tertuju pada elemen
manusia, objek, dan institusi, serta hubungan atau interaksi di antara elemen-
26
Azham Md. Ali & Hamidah Yusof, Quality in Qualitative Studies: The Case of
Validity, Reliability and Generalizabilit, Issues in Social and Environmental Accounting Vol. 5,
No.1,2011, hal. 26
27
Yoni Ardianto, Memahami Metode Penelitian Kualitatif, Artikel Direktoral Jenderal
Kekayaan Negara, diakses dari
<https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12773/Memahami-Metode-Penelitian-
Kualitatif.html>, pada tanggal 9 Agustus 2020
27
sosial dan manusia yang bersifat interdisipliner, fokus pada berbagai metode,
kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian
Teknik pengumpulan terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder.
Data primer diartikan sebagai pengumpulan data langsung dari pihak atau
merupakan proses pengumpulan data dari data yang sudah ada dari dokumen
28
A.Anggito dan J. Setiawan, Metodologi penelitian kualitatif , CV Jejak, Sukabumi,
2018, hal. 9
28
2. Studi Dokumentasi
akan tetapi berupa kata-kata atau gambaran yang berasal dari hasil observasi,
lainnya. Atas dasar itulah maka analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif. Artinya analisis data bukan dengan angka-angka
melainkan dalam bentuk kata-kata, kalimat atau paragraf yang dinyatakan dalam
bentuk deskriptif.
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dengan
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung,
2008, hal. 333.
29
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas
2. Penyajian Data
data. Dalam penelitian ini penyajian data sebagai bentuk uraian singkat,
3. Penarikan Kesimpulan
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pembahasan sebagai hasil atau
jawaban dari rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, yakni terkait
Bab ke-4 dari penelitian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian. Pada sub
juga akan dibahas mengenai konvensi dan organisasi yang membantu dan
organisasi internasional untuk kesetaraan gender. Dalam sub bab ini peneliti
hanya akan membahas konvensi CEDAW dan organisasi ILO sebagai salah satu
bahwa ada banyak macam diskriminasi dalam sektor ekonomi, mulai dari jumlah
pekerja perempuan, gaji yang tidak merata dengan jenis pekerjaan yang sama,
hingga penempatan kerja untuk perempuan. Dalam sub bab ini juga akan
dan masuknya UN Women serta peran UN Women di Korea dan kebjakan yang
apa yang diambil oleh UN Women dan pemerintah Korea untuk membantu
Internasional.
pendanaan yang tidak memadai dan tidak ada satu pun pendorong yang diakui
pemberdayaan perempuan.
32
Umum PBB dengan suara nulat mengadopsi resolusi 64/2289 untuk pembentukan
empat bagian sistem PBB yang sebelumnya berbeda, yang berfokus secara
sistem PBB yang sebelumnya adalah, Divisi Kemajuan Wanita (Division for the
untuk Kemajuan Wanita (International Research and Training Institute for the
Gender dan Kemajuan Perempuan (Office of the Special Adviser on Gender Issues
30
UN Secretary-General’s envoy on youth, UN Women: The United Nations Entity for
Gender Equality and the Empowerment of Women, 2013, diakses dari
<https://www.un.org/youthenvoy/2013/07/un-women-the-united-nations-entity-for-gender-
equality-and-the-empowerment-of-women/>, pada tanggal 5 Januari 2021
33
Women/UNIFEM).31
umum pada pembukaan Majelis Umum ke-65 PBB para delegasi dari negara-
adalah:
seluruh sistem.
mandat yang sudah bentuk akan tetapi juga sebagai pemimpin yang
us/about-un women#:~:text=In%20July%202010%2C%20the%20United,and%20the
%20empowerment%20of%20women> pada tanggal 7 Januari 2021
34
Women adalah untuk meningkatkan upaya yang dilakukan sistem PBB lainnya,
PBB.
Perburuhan Internasional (ILO) tentang kesetaraan gender. Sejalan dengan ini dan
dengan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa kesetaraan gender secara
berkelanjutan.32
diskriminasi tersebut.33
mereka, pada dasar kesetaraan pria dan wanita, hak asasi manusia dan
32
UN Women, Economic Empowerment Of Women.
33
UN Women, CEDAW, diakses dari <https://www.un.org/womenwatch/daw/cedaw/>,
pada tanggal 19 April 2021
36
perempuan.34
memperebutkan pasar.
35
ILO, History of the ILO, diakses dari <https://www.ilo.org/global/about-the-
ilo/history/lang--en/index.htm>, pada tanggal 19 April 2021
38
ILO tetap relevan saat ini, termasuk pengaturan waktu kerja dan
utama, misalnya upah yang setara untuk pekerjaan yang memiliki nilai
36
ILO, History of the ILO.
37
ILO, ILO Statement to the Third Committee of the 65th General Assembly, diakses dari
https://www.ilo.org/newyork/at-the-un/general-assembly/general-assembly-third-
committee/advancement-of-women/WCMS_210224/lang--en/index.htm , pada tanggal 19, April
2021
39
pembangunan global.
Perempuan ini ada tiga. Pertama, pekerjaan layak di bidang iptek harus
budaya Korea. Hal ini hampir merupakan hal yang biasa dalam studi Asia Timur
Timur". Dinasti Joseon yang menjadi dinasti terakhir dan paling lama berdiri sejak
tahun 1392 sampai 1910 membanggakan diri atas kepatuhan pada norma-norma
diri sendiri dan orang lain dan memungkinkan perempuan Korea Selatan memiliki
status dan otoritas hanya di dalam arena domestik. Meskipun Korea Selatan
dan warisan Konfusianisme di satu sisi dan pengaruh Barat melalui perubahan
ekonomi dan sosial di sisi lain, akan tetapi para sosiolog berpendapat bahwa nilai-
nilai Konfusianisme terus memberikan pengaruh yang lebih kuat pada budaya
Korea masih menganggap bahwa perempuan lebih baik diam dan mengurus ranah
domestik. Hal ini juga berpengaruh ketika perempuan ingin ikut terlibat dalam
gaji, jumlah angkatan pekerja perempuan yang lebih sedikit, dan penempatan
Sosial tahun 2002 oleh Statistics Korea, 72,4% wanita memiliki persepsi itu.
Temuan ini juga didukung oleh Laporan Kesenjangan Gender Global dari World
kesetaraan gender pada tahun 2013.41 Pada tahun 2010, Korea National Statistical
perempuan dari tahun 1990-2010 di korea selatan. Sejak tahun 1990 sampai 2010
Growth: An Application Of The Theoretical Model Of Gender Inequality And Economic Growt,
hal 1
42
tenaga kerja Korea Selatan jauh lebih rendah daripada pekerjaan laki-laki. Tingkat
pekerja dan tingkat partisipasi perempuan Korea Selatan dalam angkatan kerja
adalah salah satu yang terendah di antara negara-negara anggota OECD. Hal ini
sebagian besar karena sebagian besar perempuan menarik diri dari angkatan kerja
akan mengurangi dampak negatif dari penuaan populasi yang cepat pada pasokan
tenaga kerja, dan pemerintah Korea telah mencoba berbagai langkah. Ini termasuk
yang lebih ramah keluarga, memperpanjang cuti orang tua, dan meningkatkan
negara OECD. Berdasarkan statistik OECD, pada tahun 2011, perbedaan LFPR
antara pria dan wanita adalah 23,4 poin persentase di Korea Selatan dibandingkan
11 poin persentase di Amerika Serikat, 12,5 poin persentase di Inggris, dan rata-
rata 17,5 poin persentase di semua negara-negara OECD. Pada tahun 2012, hanya
55% perempuan Korea dari usia 15 hingga 64 tahun yang masuk angkatan kerja
LFPR antara laki-laki dan perempuan adalah 23,4 poin. Kesenjangan gender yang
luas dalam LFPR di Korea telah berlangsung sejak lama. 43 Kesenjangan gender
yang lebar dalam LFPR di Republik Korea terus berlanjut dari waktu ke waktu.
yang berpendidikan tinggi. Pada tahun 2011, LFPR laki-laki dan perempuan
dengan gelar master atau lebih tinggi masing-masing adalah 80,6% dan 59,4%. Di
sisi lain, tingkat pekerjaan laki-laki dan perempuan dengan gelar sarjana masing-
masing adalah 58,7% dan 50%. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar setengah dari
Diskriminasi dalam bidang ekonomi bukan hanya dari jumlah angkatan kerja
perempuan dan laki-laki akan tetapi juga terkait penempatan kerja yang berbeda
43
Jinyoung Kim, Gender Inequality and Economic Growth in Korea, ADB Economics
Working Paper Series No. 475, 2016, diakses
dari,<https://digitalcommons.ilr.cornell.edu/cgi/viewcontent.cgi?
referer=http://www.freefullpdf.com/index.html&httpsredir=1&article=1497&context=intl> pada
tanggal 19 Februari 2020
44
sebagai 'yeo-sawon' (staf perempuan), dan sering disebut sebagai 'bunga kantor'
dari' sa-won 'laki-laki (staf / karyawan), kata bunga kantor merangkum peran staf
mencerahkan suasana kantor yang kasar dan maskulin; untuk pekerjaan mereka
ditawari tugas yang terbatas dengan status rendah dan upah yang buruk. Peran
teratur di kantor yang terlibat dalam pekerjaan klerikal yang sederhana dan
cenderung memiliki pekerjaan bergaji tinggi (seperti posisi manajerial) dan lebih
rendah, dan lebih sedikit kesempatan untuk mendapatkan pelatihan dan promosi.
Pada tahun 2018, misalnya, pangsa perempuan dalam posisi manajerial berkisar
adalah 20 persen atau lebih pada setidaknya setengah dari ekonomi G20.45
44
Park Matthews, Development, Culture and Gender in Korea: A Sociological Study of
Female Office Employees in Chaebol, Thesis, 2005, hal.2
45
Gender Equality Discussion within the G20
45
sering terjadi antara pria dan perempuan di Korea dan menjadi salah satu contoh
ketidaksetaraan gender dalam bidang ekonomi yang meluas. Pada tahun 1980,
upah perempuan di bidang manufaktur rata-rata hanya 44,5 persen dari upah laki-
laki; kesenjangan upah 55,5 persen ini melampaui negara lain mana pun yang
Korea untuk semua kelompok pendidikan sebenarnya telah melebar selama tahun
bahwa selama pertengahan 1980-an, perempuan hanya memperoleh 44% dari apa
bahwa laki-laki berpenghasilan dari 33,6% menjadi 46,9% lebih banyak daripada
tenaga kerja.47
Analisis Jung dan Choi (2004) dari data pendapatan tahun 1997 dan 2001
manufaktur dan jasa di Korea menegaskan adanya diskriminasi upah gender yang
substansial, terutama di industri non akademik dan pekerjaan intensif. Baru pada
peraturan ini masih dipertanyakan. Upah perempuan masih hanya 63,3% dan
63,2% dari upah laki-laki pada tahun 1999 dan 2002. Selain itu, kesenjangan upah
Pada tahun 2010, upah bulanan rata-rata (total gaji bulanan dan bagian
bulanan dari bonus tahunan) dilaporkan sebesar 2 juta won Korea untuk wanita
dibandingkan untuk pria sebesar 3,2 juta won (Survei Kondisi Tenaga Kerja
Kerja). Hal ini membuktikan bahwa wanita Korea rata-rata hanya berpenghasilan
Korea, karena rasio upah perempuan-laki-laki hanya 0,47 pada tahun 1985 tetapi
meningkat menjadi 0,63 pada tahun 2000. Bagi perempuan dengan pendidikan
tinggi, kesenjangan gender dalam upah lebih sempit tetapi masih cukup besar.
Pada tahun 2010, wanita dengan gelar sarjana atau lebih tinggi memperoleh
48
Cooke, Women’s participation in employment in Asia: a comparative analysis of China,
India, Japan and South Korea, hal 2259
47
sekitar 66% dari apa yang diperoleh pria dengan kualifikasi akademis yang sama
memberi penghargaan kepada pria yang bertugas militer dengan gaji lebih tinggi
dengan menerima masa dinas militer (sekarang 18 bulan) sebagai masa kerja di
tahun sebelumnya, kesenjangan upah awal ini melebar seiring bertambahnya masa
terakhir, di beberapa bagian Eropa dan Amerika Utara serta Asia Timur dan
Tenggara, transisi dari tingkat kesuburan yang sudah rendah ke tingkat yang lebih
rendah merupakan hasil dari pergeseran dalam proses sosial-budaya dan ekonomi.
angkatan kerja belum diimbangi dengan dukungan negara untuk pengasuhan anak;
akibatnya, perempuan memilih untuk memiliki lebih sedikit anak, atau tidak sama
sekali.
49
Jinyoung Kim, Jong-Wha Lee, and Kwanho Shin, Impact Of Gender Inequality On The
Republic Of Korea’s Long-Term Economic Growth: An Application Of The Theoretical Model
Of Gender Inequality And Economic Growt, ADB Economics Working Paper Series No. 473,
2016, hal 6
50
Selim Choi, Gender Wage Gap in Korea in Lifecycle Perspective, hal 13.
48
dengan anak, mahasiswa perempuan memilih untuk tidak memiliki anak sama
sekali atau paling banyak hanya satu anak. Kesuburan rendah ditopang oleh
bersalin, orang tua atau pengangguran, sehubungan dengan rasa hormat dan
mengambil bagian yang lebih besar dari perawatan tidak berbayar dan pekerjaan
rumah tangga.
menganalisis kasus tersebut karena dari data-data yang peneliti temukan selama
pasar (tenaga kerja). Lebih jauh, feminis liberal juga sebagian besar menerima
49
bahwa apa yang terjadi di rumah adalah masalah pribadi untuk dinegosiasikan
antara suami dan istri. Akibatnya, para ahli teori dari persuasi ini berpendapat
privat.
kelompok tidak secara bawaan kurang berbakat atau kurang rajin dibandingkan
laki-laki tetapi tidak diberi kesempatan hanya karena jenis kelamin mereka.
dalam pekerjaan di pasar tenaga kerja sebagai mekanisme yang dirancang untuk
mengeluarkan perempuan dari pasar tenaga kerja. Doktrin feminis liberal terletak
yang tersedia bagi mereka yang 'diperkuat' oleh masyarakat yang lebih luas.
Meritokrasi adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk
51
memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan, senioritas, dan sebagainya.
52
M. Bittman, Family and Gender, International Encyclopedia of the Social & Behavioral
Sciences, 2001
50
yang tidak adil dapat dibalik hanya dengan memberikan model peran yang lebih
mengalokasikan waktu dan uang secara rasional antara bidang pekerjaan berbayar,
pekerjaan tak berbayar, dan waktu luang. Becker mengklaim bahwa perbedaan
Hal ini mengarah pada situasi di mana upah laki-laki pada umumnya lebih tinggi
daripada perempuan, dan alokasi tambahan waktu laki-laki untuk pekerjaan rumah
dihabiskan dalam pekerjaan tak berbayar di rumah lebih rendah, karena biaya
pendapatan yang hilang lebih kecil. Pemikiran ini mengarah pada klaim bahwa
yang tidak memihak antara kepentingan kelompok yang berbeda yang berasl dari
teori pluralisme negara. Mereka menyadari bahwa negara itu didominasi oleh
53
Bittman, Family and Gender.
51
tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat didominasi kuat oleh
kepentingan dan pengaruh kaum pria tadi. Singkatnya, negara adalah cerminan
dari kelompok kepentingan yang memang memiliki kendali atas negara tersebut.54
dalam” negara hanya sebatas warga negara bukannya sebagai pembuat kebijakan,
sehingga dalam hal ini ada ketidaksetaraan perempuan dalam politik atau
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai “Feminisme Kekuatan” yang
haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada
54
Siti Dana Panti Retnani, Feminisme Dalam Perkembangan Aliran Pemikiran Dan
Hukum Di Indonesia, E-journal Universitas Kristen Satya Wacana, hal. 99, diakses dari
<https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.uksw.edu/alethea/article/download/2518/1176/&ve
d=2ahUKEwiMup3KjY_xAhXTZCsKHTVtCFkQFjADegQICRAC&usg=AOvVaw0fpw8zfPCeL
IKmUL2sN-dn>, pada tanggal 11 Juni 2021
52
sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya
terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada
abad 18 sering muncul tuntutan agar perempuan mendapat pendidikan yang sama,
personal.55
Korea Selatan yang didirikan sebelum Perang Dunia II dan pasca 1945, sebagian
besar kelompok ini tidak hanya berfokus pada hak-hak perempuan sampai
ditelusuri kembali ke minjung undong atau gerakan massa rakyat Korea Selatan.
Seiring dengan berkembangnya gerakan minjung, begitu pula fokus pada hak-hak
adanya masalah terkait ekspoitasi buruh yang terjadi, gerakan minjung menjadi
lebih berfokus terhadap masalah buruh ataupun pekerja perempuan, dimana baik
55
Retnani, Feminisme Dalam Perkembangan Aliran Pemikiran Dan Hukum Di Indonesia,
hal. 100.
Ririn Darini, Park Chung-Hee Dan Keajaiban Ekonomi Korea Selatan, MOZAIK,
56
kolonialisme Jepang di Korea Selatan dan berlanjut hingga tahun 1961 sampai
dari gerakan ini. Selama tahun 1961–1979 atau rezim Jenderal Park Chung Hee,
pekerja pabrik wanita di Korea Selatan (yo 'kong 58). Mereka menderita kondisi
kerja yang buruk, seperti tinggal di asrama dimana kasur dibagi antara dua shift
pekerja dan bekerja di pabrik dimana satu lantai dibagi menjadi dua. Mereka juga
Laju industrialisasi yang pesat pada tahun 1960-an, 1970-an, dan 1980-an
menciptakan pekerja berupah begitu cepat. Proporsi upah dan gaji pekerja dalam
angkatan kerja meningkat dari 31,5 persen pada tahun 1963 menjadi 54,2 persen
pada tahun 1985. Tenaga kerja industri sendiri meningkat dari 10 persen
angkatan kerja pada tahun 1965 menjadi 23 persen pada tahun 1983. Tenaga kerja
ini dimulai untuk membangun gerakan buruh baru di awal tahun 1970-an.
Gejolak pertama dimulai pada apa yang kemudian menjadi 'ujung tombak'
industrialisasi Korea Selatan, yaitu para pedagang tekstil dan garmen di Kompleks
Pasar Perdamaian Seoul.Gerakan ini menjadi terkenal pada tahun 1970, setelah
57
Nicola Anne Jones, Gender and the Political Opportunities of Democratization in South
Korea, Palgrave Macmillan, New York, 2006, hal 46
58
Yo 'kong adalah gadis-gadis dari pedesaan yang bekerja di pabrik elektronik, tekstil,
garmen, plastik, dan pengolahan makanan.
54
untuk penegakan standar minimum kondisi kerja yang sah. Ketika permohonan
Perdamaian Seoul sampai ditutup pada bulan Januari tahun 1991 oleh Jenderal
universitas wanita pertama di Korea Selatan. Pada tahun 1985, muncul aksi
minjung, memainkan peran penting dalam gerakan buruh di tahun 1970-an dan
payung yang berafiliasi dengan 7 cabang dan 30 organisasi anggota yang berjuang
antara kelompok perempuan. Pencapaian pertama dari KWAU terjadi pada tahun
mengenai operator telepon perempuan yang harus pensiun pada usia 25 tahun.62
Korea Selatan. Asosiasi Pekerja Wanita di tingkat daerah telah bekerja sama sejak
tahun 1989. Kemudian Persatuan Pekerja Wanita Korea (Korean Women Workers
Para pekerja perempuan ini berjuang melawan kesenjangan gaji dan tugas-tugas
seksis (seperti membawa kopi dan membeli rokok untuk rekan kerja dan atasan
laki-laki).
Selatan melakukan banyak cara termasuk dengan cara ikut serta membentuk dan
permasalahan terkait gender yang ada. Maka dari itu diperlukan bantuan
internasional sebagai salah satu aktor luar turut hadir dalam membantu
2014-2017, dan 2018-2021. Dalam isi dari Report Executive Board of the
fokus dalam enam prioritas atau fokus utama yang diantaranya: (1)
dari segala bentuk kekerasan; dan (5) Perempuan dan anak perempuan
yang sama dari pencegahan bencana alam dan konflik serta aksi
kemanusiaan.65
perempuan yang akan hamil ataupun sudah memiliki anak agar dapat
65
UN Women, UN Women Strategic Plan 2018–2021, 2017 diakses dari ,
https://www.unwomen.org/en/digital-library/publications/2017/8/un-women-strategic-plan-2018-
2021 , 2017, 3 maret 2021
60
Institute)
SDGs terkait gender di Korea Selatan, tugas yang menjadi komitmen kuat
dan sebagai isu lintas sektor dalam SDGs. Dari sini, dapat dikatakan
67
UN Women ASIA and The Pacific, Korea Women’s Development Institute (KWDI)
says ‘No’ to Violence against Women: Interview with Dr. Myung-Sun Lee, President of KWDI,
diakses dari <https://asiapacific.unwomen.org/en/news-and-events/stories/2016/12/interview-with-
dr-myung-sun-lee>, pada tanggal 27 Juni 2021
62
September tahun 2016. Apalagi, dua artikel yang ditulis oleh UN Women
media sosial, mencapai lebih dari 50.000. Sehubung dengan inisiatif global
UN Women tentang Safe Cities and Safe Public Spaces for Women and
Girls, ada dua inisiatif yang saat ini dilakukan di Korea Selatan. Salah
Metropolitan Seoul yang dikutip sebagai studi kasus dalam laporan 'Born
perempuan dan kelompok rentan sosial lainnya. Saat ini, terdapat 66 Kota
68
UN Women ASIA and The Pacific, Korea Women’s Development Institute (KWDI) says
‘No’ to Violence against Women: Interview with Dr. Myung-Sun Lee, President of KWDI.
63
diekspresikan dengan jelas melalui pembentukan pusat ini, yang pada saat
global.69
itu, ini akan menjadi platform di mana UN Women dan pemerintah Korea
kawasan Asia-Pasifik.
for Gender Equality (UN Women CGE) pada tanggal 23 Juni (Rabu), 2021
69
Ministry of Gender Equality And Family (MOGEF) News, UN Women Centre of
Excellence for Gender Equality to be established in Korea, diakses dari
<http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001>, pada tanggal 30 Juni 2021
64
kerja sama berlaku selama lima tahun sejak tanggal penandatanganan oleh
70
Ministry of Gender Equality And Family (MOGEF) News, UN Women Centre of
Excellence for Gender Equality to be established in Korea.
65
timbal balik yang telah berlangsung selama sepuluh tahun sejak berdirinya
antara perempuan dan laki-laki untuk pekerjaan dengan nilai yang sama
menjadi kenyataan.
sama pada tahun 2030. Pertukaran kebijakan antar negara anggota, berbagi
yang kuat akan menjadi area prioritas seiring dengan kemajuan koalisi.
ini.71
Prinsip upah yang sama untuk pekerjaan dengan nilai yang sama
lebih sering berada dalam pekerjaan rentan dan informal daripada pekerja
laki-laki dan lebih seringkali kurang memiliki bahkan tidak memiliki akses
yang setara, kesetaraan gender tidak dapat dicapai tanpa upah yang sama
71
UN Women Asia and the Pacific, ILO, UN Women and the OECD launch International
Coalition to boost equal pay for women at work in Asia and the Pacific, diakses dari
<https://asiapacific.unwomen.org/en/news-and-events/stories/2018/01/ilo-un-women-and-the-
oecdlaunch
-international-coalition-to-boost-equal-pay> pada tanggal 4 April 2021
72
UN Women Asia and the Pacific, ILO, UN Women and the OECD launch International
Coalition to boost equal pay for women at work in Asia and the Pacific.
67
formal hanya memperoleh setengah dari jumlah yang didapat oleh laki-
industri, pekerjaan dan lokasi, kesenjangan upah gender ini tetap 'tidak
kerja. Saat ini, tempat kerja dengan kurang dari lima pekerja penuh waktu
telah dibebaskan dari ketentuan. Pada tahun yang sama (2018), tempat
300 karyawan dan lebih banyak pada tahun 2022. Pemerintah telah
berkomitmen pada kebijakan yang responsif gender dan ramah keluarga untuk
semua staf Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini termasuk, namun tidak terbatas pada,
cuti orang tua berbayar untuk semua orang tua tanpa memandang jenis kelamin,
termasuk orang tua yang mengadopsi, mengasuh, atau memiliki anak melalui ibu
untuk orang tua; kamar istirahat pribadi yang sesuai untuk menyusui dan
pemompaan; pengasuhan anak yang berkualitas dan terjangkau; dan hibah anak
73
Equal Pay International Coalition, The Republic of Korea, diakses darri
<https://www.equalpayinternationalcoalition.org/members/the-republic-of-korea/#:~:text=The
%20Republic%20of%20Korea,relevance%20to%20the%20country%20below. > pada tanggal 4
April 2021
74
UN Women, Joint statement: One UN for family leave and childcare, diakses dari
69
tidak perlu dipilih di atas yang lain. Kebijakan yang ramah keluarga membantu
mengurangi stres dan konflik yang dapat muncul di antara keluarga yang berjuang
keterlibatan ayah yang lebih besar dalam pengasuhan anak, hal ini bermanfaat
bagi pertumbuhan sosial, emosional, dan kognitif anak, dan mengurangi stereotip
promosi yang lebih rendah, gaji yang lebih rendah, dan kompetensi dan komitmen
yang dirasakan lebih rendah - berkurang dalam hal lintasan karier dalam
dengan fokus pada: Dua puluh empat minggu cuti orang tua berbayar untuk kedua
orang tua; Ruang perawatan dan pemompaan yang ditunjuk resmi dan istirahat
rutin; Pengasuhan anak yang berkualitas dan terjangkau, serta hibah tunjangan
<https://www.unwomen.org/en/news/stories/2019/5/statement-joint-one-un-for-family-leave-and-
childcare> pada tanggal 4 April 2021
70
anak, termasuk selama 1000 hari pertama; dan Perlakuan dan penghormatan yang
tuntutan orang tua yang berkaitan dengan pengasuhan anak dan mendukung
75
UN Women, Joint statement: One UN for family leave and childcare.
71
fasilitas dan tenaga penyedia layanan harus diputuskan dan pemerintah daerah
mereka. Selain itu, landasan hukum disiapkan untuk membuat pemerintah negara
bagian dan lokal membantu sebagian atau seluruh biaya layanan pengasuhan bayi
sehingga beban pengasuhan anak orang tua dapat dikurangi. Dengan menetapkan
anak di rumah seperti 'Bisnis Penunjang Pengasuhan Bayi' dan ' Bisnis
dari 100 menjadi 120 pusat dan jumlah program pelatihan kejuruan akan
ditingkatkan dari 432 menjadi 551 program. Pusat Pekerjaan Baru untuk Wanita
penempatan kerja, layanan tindak lanjut setelah bekerja bagi para wanita yang
rumah tangga. Anggaran untuk dukungan pekerjaan bagi perempuan yang putus
karirnya sebesar 28,3 miliar won pada 2012 menjadi 34,6 miliar won pada 2013.
76
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
<http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001> pada tanggal 6 April 2021
72
keluarga orang tua tunggal berpenghasilan rendah akan ditingkatkan. Mulai pada
bulan Maret 2013, dukungan pengasuhan anak setelah sekolah untuk anak-anak
sekolah dasar akan ditingkatkan dari 480 jam (2 jam / hari) menjadi 720 jam (3
jam / hari), dan jumlah keluarga yang akan mendapat manfaat dari layanan
pengasuhan anak paruh waktu akan ditingkatkan dari 30.000 keluarga menjadi
mendukung keluarga pasangan yang bekerja sebesar 43,5 miliar won pada 2012
menjadi 66,6 miliar pada 2013.77 Mulai Januari 2013, tunjangan pengasuhan anak
untuk anak di bawah 12 tahun dari keluarga orang tua tunggal berpenghasilan
akan meningkat dari 50.000 won / bulan menjadi 70.000 won / bulan. Anggaran
untuk mendukung keluarga orang tua tunggal sebesar 33,2 miliar won pada tahun
Tahun 2019 cuti perawatan anak dan pengurangan jam kerja diberlakukan
cuti penitipan anak, yang mulai berlaku 1 Oktober, seorang karyawan dengan
anak yang berusia delapan tahun atau lebih muda, atau yang duduk di kelas dua
atau lebih rendah di sekolah dasar, berhak atas satu tahun cuti penitipan anak dan
pengurangan jam kerja, digabungkan, yang dapat digunakan sekaligus atau dibagi
77
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001 pada tanggal 6 April 2021
73
satu tahun cuti penitipan anak tidak berhak atas pengurangan jam kerja lebih
jam kerja untuk penitipan anak. Jadi, karyawan yang memenuhi syarat dapat
mengambil satu tahun cuti untuk penitipan anak per anak yang memenuhi syarat
dan satu tahun lagi pengurangan jam kerja untuk penitipan anak untuk anak yang
sama. Selain itu, periode cuti penitipan anak yang tidak terpakai dapat digunakan
sebagai periode pengurangan jam. Selain itu, amandemen ini memberikan lebih
satu hingga lima jam per hari daripada dua hingga lima jam per hari yang
persen dari gaji biasa mereka, dibatasi pada 1.500.000 won Korea per bulan.
Pemerintah berencana untuk meningkatkan jumlah subsidi ini menjadi 100 persen
dari gaji biasa karyawan untuk lima jam pengurangan pertama setiap minggu,
dibatasi pada 2.000.000 won Korea per bulan. Jumlah subsidi untuk pengurangan
jam yang melebihi lima jam pertama tetap sama (yaitu, maksimum 80 persen dari
Tahun 2019 pemerintah Korea Selatan juga memperluas hak cuti ayah dan
cuti perawatan anak dan memberi karyawan hak untuk cuti dengan alasan yang
lebih luas. Sebelum amandemen cuti ayah, yang mulai berlaku 1 Oktober 2019,
78
SHRM, South Korea: New Leave Entitlements Granted,diakses dari
<https://www.shrm.org/ResourcesAndTools/legal-and-compliance/employment-law/Pages/global-
South-Korea-new-leave-entitlements.aspx#:~:text=Currently%2C%20an%20employee%20on
%20family,amendment%20will%2C%20as%20of%20Jan>pada tanggal 6 April 2021
74
pemberi kerja diharuskan memberikan tiga hingga lima hari cuti ayah, dengan
mengharuskan pemberi kerja untuk menjamin 10 hari cuti ayah yang dibayar.
Selain itu, untuk meringankan beban keuangan yang meningkat pada perusahaan
kecil, pemerintah akan memberikan subsidi kepada bisnis yang memenuhi syarat
Sebelumnya tidak ada subsidi yang tersedia untuk cuti ayah dan akibatnya
majikan menanggung beban penuh dari tiga hari pembayaran yang dijamin.
tua selama periode waktu yang berkelanjutan. Ini mungkin termasuk bantuan
gender yang substansial dalam pekerjaan yang tidak dibayar. Waktu yang
dihabiskan untuk pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar, termasuk pekerjaan
merawat lansia (lanjut usia), telah diidentifikasi sebagai salah satu kontributor
utama untuk perbedaan gender dan menjadi kewajian atau tanggung jawab
sebagian besar perempuan daripada laki-laki untuk terlibat dalam pekerjaan yang
tidak dibayar. Di antara negara-negara yang datanya tersedia dalam OECD, Korea
menjadi salah satu negara dengan kesenjangan gender terbesar setelah Italia,
Jepang, Meksiko, Turki, dan India, di mana perempuan melakukan lebih dari tiga
79
OECD Development Center, 2014, hal 38
75
anggota keluarga tanpa dibayar. Mayoritas pengasuh ini adalah wanita: pasangan,
putri atau menantu perempuan, yang membentuk tulang punggung tak terlihat dari
semua sistem LTC. Dalam kasus pria yang lebih tua di Korea Selatan, pasangan
(istri) yang mengerjakan sebagian besar pekerjaan perawatan tidak berbayar (76
persen), sementara kerabat wanita (7 persen), kerabat pria (3 persen) dan non-
kerabat (14 persen) memberikan dukungan tambahan. Namun, dalam kasus wanita
yang lebih tua, sebagian besar perawatan tidak berbayar disediakan oleh kerabat
wanita (43 persen), mungkin anak perempuan dan menantu perempuan, sementara
non-kerabat (28 persen), pasangan (18 persen) dan kerabat laki-laki (12 persen)
menyediakan sisanya.80
Komprehensif untuk memberi manfaat bagi populasi lansia yang miskin. Lansia
yang secara fisik terganggu diberi bantuan dalam rutinitas sehari-hari, seperti
pekerjaan rumah atau binatu. Makanan disediakan di ruang makan warga senior
dan bahkan dikirim untuk mereka yang tidak dapat datang ke lokasi layanan
makan. Program layanan dan kegiatan sosial juga dilaksanakan, yang membantu
meningkatkan suasana hati para lansia yang tidak akan mendapatkan bentuk
panjang sebagai prioritas hak asasi manusia dan kesetaraan gender; Mendukung
dan mempromosikan upaya oleh pengasuh yang dibayar dan tidak dibayar;
berpenghasilan tinggi, untuk mengurangi beban dan stres yang dialami oleh
untuk mensubsidi biaya perumahan bagi lansia yang tidak mampu dengan
menawarkan sekitar 40.000 unit perumahan umum untuk tahun 2022. Di antara
serta kelompok rentan lainnya. Program ini tersebar di seluruh Korea Selatan,
82
Rumah perak adalah istilah yang hanya digunakan di Korea dan mengacu pada unit
apartemen bertingkat tinggi dengan kepadatan tinggi untuk lansia.
83
Silvereco, S. Korea Is Taking Steps To Improve Care And Support For Seniors Living
At Home, 2018 diakses dari <http://www.silvereco.org/en/s-korea-is-taking-steps-to-improve-care-
and-support-for-seniors-living-at-home/>, pada tanggal 7 April 2021
77
dengan stan lamaran di banyak area lokal. Mirip dengan Program Kesejahteraan
makanan. Program ini juga menyediakan perumahan umum dan tempat penitipan
lansia bagi mereka yang membutuhkan bantuan dan perawatan khusus. Selain itu,
12 juta won (hampir $ 12.000) akan diberikan sebagai subsidi untuk warga lanjut
Assistance Act (EEA). Perubahan utama pada EEA meliputi: Lebih banyak cuti
berbayar untuk ayah; Lebih banyak pilihan untuk alokasi cuti penitipan anak; Cuti
perawatan keluarga yang lebih fleksibel dan; Karyawan juga berhak mengambil
cuti karena berbagai alasan seperti untuk mengurus naggota keluarga yang
lansia.85
menggunakan setidaknya 30 hari dari waktu 90 hari yang diizinkan per tahun.
Artinya, karyawan dapat menggunakan cuti perawatan keluarga hingga tiga kali
dalam setahun. Dari hak cuti perawatan keluarga selama 90 hari, amandemen baru
10 hari setiap tahun dalam basis satu hari (yaitu, satu hari pada satu waktu. dari 30
84
Borgenproject, Elderly Poverty In South Korea.
85
SHRM, South Korea: New Leave Entitlements Granted
78
merawat kakek atau cucu; saat ini, hanya orang tua, mertua, pasangan dan anak-
jumlah tenaga kerja. 1 Januari 2020, untuk pemberi kerja dengan 300 karyawan
atau lebih dan sebagian besar pemberi kerja yang diinvestasikan oleh pemerintah
atau dikendalikan oleh pemerintah. 1 Januari 2021, untuk pemberi kerja dengan
30-299 karyawan. 1 Januari 2022, untuk pemberi kerja dengan kurang dari 30
untuk perawatan keluarga, sakit atau cedera karyawan, persiapan pensiun (untuk
mereka yang berusia 55 atau lebih) dan untuk studi akademis. Ini akan menjadi
pertama kalinya undang-undang Korea memberi hak cuti kepada karyawan karena
instrumen dapat berlaku sebagai alat yang efektif untuk memberikan hasil
yang tepat untuk masalah yang sedang dihadapi oleh negara. Korea
86
Clive Archer, International Organization 3rd Edition, Routeledge; Londonand
Newyork, 2001, hal 69
80
percaya bahwa kerja sama dapat menghasilkan manfaat baru dan bahwa
memberikan ruang bagi UN Women untuk bertindak dalam isu ini karena
masing dan kebebasan di forum publik yang lebih terbuka daripada yang
berfungsi sebagai forum yang tepat sebagai arena dan kerja sama antara
87
Clive Archer, International Organization, hal 73
82
yang turut ikut serta dalam dinamika hubungan internasional. Dalam hal
negara. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh yang diberikan oleh PBB
dari itu, agar sebuah organisasi internasional dapat dianggap sebagai aktor,
88
Clive Archer, International Organization, hal 79
84
kondisi yang terjadi dalam suatu negara, tidak menangkal perannya sebuah
89
Clive Archer, International Organization, hal 79
85
ekonomi.
perempuan dalam bidang ekonomi di Korea Selatan sendiri dapat kita lihat
adalah 53,5 persen. Meskipun persentase ini lebih rendah dari rata-rata
kerja perempuan.90
90
Female Labor Force Participation Rate in South Korea 2010-2019,Statista.com, diakses
dari <https://www.statista.com/statistics/641654/south-korea-female-labor-force-participation-
rate/> pada tanggal 7 April 2021
88
gaji yang lebih dalam beberapa tahun terakhir, meskipun untuk jam kerja
kembali bekerja setelah cuti meningkat pada tahun 2019. Kembalinya para
dari pekejaan utama mereka adalah untuk mengurus anak ataupun karena
menikah. Pada saat masa pemerintahan presiden Moon Jae-in wanita yang
perempuan ini akan mendapatkan kredit pajak sebesar 30 persen atas biaya
92
Korean JoongAng Daily, More women go back to work after marriage, diakses
dari<https://koreajoongangdaily.joins.com/2019/11/26/economy/More-women-go-back-to-work-
after-marriage/3070774.html >pada tanggal 6 April 2021
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Gender ditentukan oleh konsepsi tugas, fungsi dan peran yang dikaitkan
dengan perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dan dalam kehidupan publik
dan pribadi. Dengan adanya konsep gender, maka lahirlah ketidaksetaraan gender.
perempuan terjadi dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pekerjaan.
yang ada dalam masyarakat menjadi salah satu pemicu diskriminasi ini, dan Korea
Selatan merupakan salah satu negara dengan budaya patriarki tertinggi di Asia
Timur.
Dalam kasus diskriminasi di Korea Selatan hal ini juga dipicu oleh norma
terhadap usia dan otoritas. Konfusianisme sudah ada di Korea Selatan sejak
agama, sistem sosial, politik dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Salah
91
satu tema khusus dalam ajaran ini di Korea Selatan adalah patriarki, di mana
ditantang oleh siapa pun yang statusnya lebih rendah. Peran perempuan adalah
menaati laki-laki: "ayah mereka sebelum mereka menikah, dan suami mereka
setelah menikah.
kehidupan rumah tangga. Akan tetapi, hal ini juga merambat ke berbagai aspek
kehidupan perempuan. Salah satunya yaitu dalam aspek ekonomi dan ruang
penempatan kerja yang tidak rata, jumlah gaji yang diterima, cuti tidak berbayar,
dengan pihak luar. Dalam penelitian ini, Korea Selatan bekerjasama dengan UN
Women. Un Women merupakan salah satu entitas PBB yang dikhususkan untuk
di dunia.
lainnya untuk masalah kesetaraan gender bagi seluruh perempuan dan anak-anak
anak, dan juga kebijakan untuk elderly. Adapun kerjasama yang terjalin anatara
berpengaruh dalam waktu dekat, akan tetapi dampaknya akan lebih terlihat dalam
waktu panjang.
5.1 Saran
BUKU
Jurnal
Amin, S. (2013). Pasang Surut Gerakan Feminism, Jurnal Marwah Vol. XII No. 2
Azham Md. Ali dan Yusof Hamidah. (2011). Quality in Qualitative Studies: The
Case of Validity, Reliability and Generalizabilit. Journal of Issues in
Social and Environmental Accounting Vol. 5, No.1
Claude, L. dan Oscar, C. (2020). Gender Equality Discussion within the G20.
SSRN Electronic Journal
Cooke,F.L.(2010). Women’s participation in employment in Asia: a comparative
analysis of China, India, Japan and South Korea, The International
Journal of Human Resource Management
Insook, Han.P dan Jay Cho Lee. (1995). Confucianism and the Korean Family,
Journal of Comparative Family Studies, Vol. 26, No. 1, Families In Asia :
Beliefs And Realities
Joohee Lee. (2017). More Protection, Still Gendered: The Effects of Non-
Standard Employment Protection Acts on South Korean Women Worker,
Journal Of Contemporary Asia VOL. 47, NO. 1 hal. 46–65
Kim Jinyoung dan Lee Jonghwa dan Shin Kwanho.(2016). Impact Of Gender
Inequality On The Republic Of Korea’s Long-Term Economic Growth:
An Application Of The Theoretical Model Of Gender Inequality And
Economic Growt. ADB Economics Working Papers Series.
Lee, Hyun.H. (2012). Growth Policy and Inequality in Developing Asia: Lesson
from Korea, ERIA Discussion Paper Series
Olivia Kim. (2018). South Korea Maternity Leave: How U.S. Law Could Be Less
Burdensome To Employers And Provide More Protection For Women In
The Workplace. Southwestern Journal Of International Law vol. 24.
Selim ,C. (2019). Gender Wage Gap in Korea in Lifecycle Perspective, Japan
Labor Issues , vol.3, no.17.
Siti Dana P.R. Feminisme Dalam Perkembangan Aliran Pemikiran Dan Hukum
Di Indonesia, E-journal Universitas Kristen Satya Wacana, Hal.95-109
Soyeon, K. dan Fred B. Bryant. (2017). The influence of gender and cultural
values on savoring in Korean undergraduates. International Journal of
Wellbeing.
United Nations. (2013). United Nations Entity for Gender Equality and the
Empowerment of Women strategic plan, 2014-2017 “Making this the
century for women and gender equality” , Executive Board of the United
Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women.
ILO, ILO Statement to the 55th Commission on the Status of Women, diakses dari
https://www.ilo.org/newyork/at-the-un/commission-on-the-status-of-
women/WCMS_209383/lang--en/index.htm , pada tanggal 19 April 2021
ILO, ILO Statement to the Third Committee of the 65th General Assembly, diakses
dari https://www.ilo.org/newyork/at-the-un/general-assembly/general-
assembly-third-committee/advancement-of-women/WCMS_210224/lang--
en/index.htm , pada tanggal 19, April 2021
Korean JoongAng Daily, More women go back to work after marriage, diakses
dari <https://koreajoongangdaily.joins.com/2019/11/26/economy/More-
women-go-back-to-work-after-marriage/3070774.html > pada tanggal 6
April 2021
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001 pada
tanggal 6 April 2021
Ministry of Gender Equality & Family, Press & Public Affairs, diakses dari
<http://www.mogef.go.kr/eng/pr/eng_pr_s101d.do?mid=eng001> pada
tanggal 6 April 2021
Ock Hyun-ju, 9 in 10 women say Korea is sexist: survey, The Korea Herald,
<http://www.koreaherald.com/view.php?
ud=20170928000604&ACE_SEARCH=1>, 2017, pada tanggal 1 Juli
2019
Silvereco, S. Korea Is Taking Steps To Improve Care And Support For Seniors
Living At Home, 2018 diakses dari <http://www.silvereco.org/en/s-korea-
is-taking-steps-to-improve-care-and-support-for-seniors-living-at-home/>,
pada tanggal 7 April 2021
Statista, Female to Male Earnings Ratio South Korea 2010-2019, diakses dari
<https://www.statista.com/statistics/641812/south-korea-gender-pay-gap/>
pada tanggal 7 April 2021
UN Women Asia and the Pacific, ILO, UN Women and the OECD launch
International Coalition to boost equal pay for women at work in Asia and
the Pacific, diakses dari <https://asiapacific.unwomen.org/en/news-and-
events/stories/2018/01/ilo-un-women-and-the-oecd-launch-international-
coalition-to-boost-equal-pay> pada tanggal 4 April 2021
UN Women, Joint statement: One UN for family leave and childcare, diakses dari
<https://www.unwomen.org/en/news/stories/2019/5/statement-joint-one-
un-for-family-leave-and-childcare> pada tanggal 4 April 2021
Yutang Jin. 2016 The Issue of Gender Equality in Confucian Culture. Dikutip dari
<https://blogs.lse.ac.uk/gender/2016/01/18/the-issue-of-gender-equality-
in-confucian-culture/>pada tanggal 30 Juni 2019
Tesis
Park Matthews, Nan-Yeong (2005) “Development, culture and gender in Korea:
A sociological study of female office employees in chaebol”. PhD thesis,
London School of Economics and Political Science (United Kingdom).