Disusun Oleh :
Riski Aprianto (24030120140088)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
i
Semarang, 8 Agustus 2001
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok
Menyetujui,
Ketua Departemen
ii
LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS KARYA
REACTION (Research of Applied Chemistry Competition)
Chemistry Week 13
Riski Aprianto
NIM. 24030120140088
iii
DAFTAR ISI
iv
4.5 Pengaruh Penambahan Dopan Cu dan rGO dalam Katalis TiO2 ........... 15
BAB V PENUTUP................................................................................................ 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Pola XRD sebelum dan sesudah doping Cu. ..................................... 14
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
menghasilkan energi bersih yang ramah lingkungan dan juga merupakan alternatik
dalam mengurangi limbah plastik yang dapat mencemari lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana produksi komposit rGo dari limbah plastik polietilena?
2. Bagaimana produksi hidrogen dengan pemanfaatan limbah plastik sebagai
komposit Cu-TiO2 – rGo menggunakan metode fotokatalitik?
3. Bagaimana pengaruh dopan Cu dan rGo limbah plastic polietilen terhadap
produksi hidrogen?
1.3 Tujuan
Penelitian ini diharapkan menjadi solusi dari permasalahan energi fosil dan
limbah plastik yang ada di Indonesia dengan cara memanfaatkan limbah plastik
polietilena sebagai komposit Cu-TiO2 – rGo dengan metode fotokatalitik sebagai
energi bersih ramah lingkungan.
1. Mengetahui proses pembuatan komposit rGo limbah plastik polietilena.
2. Mengetahui proses produksi hydrogen menggunakan komposit Cu-TiO2 –
rGo limbah plaastik polietilena menggunakan metode fotokatalitik.
3. Mengembangkan produksi hidrogen sebagai energi bersih ramah
lingkungan.
4. Pengembangan riset di bidang lingkungan.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan solusi alternatif dalam
permasalahan lingkungan di Indonesia terkhusus mengenai energi fosil dan limbah
plastik sehingga dapat terbentuk hidrogen sebagai energi bersih ramah lingkungan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semikonduktor
Berdasar pita energinya zat padat dikelompokkan menjadi tiga macam (Untari,
1996):
1. Konduktor, memiliki struktur yang tidak terdapat celah antara pita valensi
dan pita konduksi.
2. Semikonduktor, memiliki pita valensi yang terisi penuh dengan celah energi
yang sempit sehingga elektron cepat berpindah dari pita valensi menuju pita
konduksi yang kosong.
3. Isolator, memiliki pita valensi terisi penuh dengan celah energi yang besar
sehingga dibutuhkan energi yang besar untuk elektron berpindah dari pita
valensi menuju pita konduksi yang kosong.
bila dibandingkan pada isolator 6,0 eV. Hal ini memungkinkan elektron dari pita
valensi berpindah ke pita konduksi dengan adanya energi luar yang memenuhi
(biasanya energi panas), sedangkan pada isolator tidak terjadi (Kittel dan Charles,
1979).
Semikonduktor mempunyai dua tipe yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Semikonduktor intrinsik adalah semikonduktor murni dan tidak ditambah doping.
Sedangkan semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang memperoleh
pengotor doping oleh atom asing, jenisnya yaitu tipe-n dan tipe-p. Penentuan tipe
ini berdasarkan pada doping yang diberikan kepada suatu semikonduktor. Misalnya
pada bahan silikon diberi doping phosphorus atau arsenic yang pentavalen yaitu
bahan kristal dengan inti atom memiliki 5 elektron valensi. Dengan doping, silikon
yang tidak lagi murni ini (impurity semiconductor) akan memiliki kelebihan
elektron. Kelebihan elektron membentuk semikonduktor tipe-n. Semikonduktor
tipe-n disebut juga donor yang siap melepaskan elektron.
Sedangkan jika silikon diberi doping Boron, Gallium atau Indium, maka akan
didapat semikonduktor tipe-p. Untuk mendapatkan silikon tipe-p, bahan dopingnya
adalah bahan trivalen yaitu unsur dengan ion yang memiliki 3 elektron pada pita
valensi. Bahan doping disini berperan sebagai atom akseptor.
2.2 Fotokatalis TiO2
Fotokatalis adalah reaksi yang melibatkan cahaya (fotoreaksi) dan mengalami
peningkatan kecepatan reaksi akibat adanya katalis yang mengabsorbsi energi
cahaya ultraviolet (UV) sehingga menghasilkan senyawa pereduksi dan
pengoksidasi pada permukaan katalis. Proses di atas didasarkan pada kemampuan
ganda suatu material semikonduktor (misalnya TiO2, ZnO, Fe2O3, CdS, ZnS)
untuk menyerap foton dan melakukan reaksi transformasi antar muka material
secara simultan (Rahardjo, 2018).
TiO2 merupakan semikonduktor yang memiliki berbagai keunggulan,
terutama untuk aplikasi produksi hidrogen. Keunggulan TiO2 antara lain, memiliki
kestabilan yang tinggi, ketahanan terhadap korosi, ketersediaan yang melimpah di
alam, dan harga yang relatif murah. Disamping itu, TiO2 juga memenuhi
persyaratan khusus untuk water-splitting, yaitu posisi pita konduksi dan pita valensi
6
tertentu agar dapat terjadi pembentukan hidrogen dan oksigen dari air (Radecka M.,
2008).
TiO2 mempunyai energi celah sebesar 3,2 eV, hal ini mengindikasikan
bahwa h+ pada permukaan TiO2 merupakan spesi oksidator kuat, karenanya akan
mengoksidasi spesi kimia lainnya yang mempunyai potensial redoks lebih kecil,
termasuk dalam hal ini molekul air dan/atau gugus hidroksil yang akan
menghasilkan radikal hidroksil. Radikal hidroksil ini pada pH =1 mempunyai
potensial sebesar 2, 8 V, dan kebanyakan zat organik mempunyai potensial redoks
yang lebih kecil dari potensial tersebut (Gunlazuardi, 2001).
Proses mekanisme fotokatalis pada oksida logam seperti TiO2 dapat menyerap
radiasi antara fotokatalis dengan air. Peran dari fotokatalis itu sendiri adalah
menyediakan lubang pada pita valensi (hvb+) dan radikal hidroksil yang berfungsi
meningkatkan efektivitas. Radikal hidroksil merupakan oksidator kuat. (Hoffmann
et al., 1995). Tahap reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Pembentukan pembawa muatan oleh foton (cahaya)
hv
TiO2 Ti (IV) OH + hvb+ + ecb-
2. Trapping pembawa muatan
hvb+ + Ti (IV) OH (Ti (IV) OH●)+
ecb- + Ti (IV) OH (Ti (III) OH)
ecb- + Ti (IV) Ti (III)
3. Rekombinasi pembawa muatan
ecb- + (Ti (IV) OH●)+ Ti (IV) OH
hvb+ + (Ti (III) OH) Ti (IV) OH
4. Transfer muatan antar muka
(Ti (IV) OH●)+ + Red Ti (IV) OH + Red●+
ecb- + Oks Ti (IV) OH + Oks●
Dengan:
TiOH : bentuk terhidrat dari TiO2
Red (reduktor) : pendonor elektron
Oks (oksidator) : akseptor elektron
(Ti (IV) OH●) : permukaan dari penjebakan hvb+ (radikal ●OH)
7
Proses ini memang menghasilkan hidrogen dalam jumlah yang jauh lebih
banyak daripada proses fotokatalitik heterogen. Namun, karena menghasilkan
senyawa CO melebihi toleransi yang diperkenankan untuk aplikasi fuel cell (10-20
ppm), proses ini membutuhkan unit tambahan untuk proses pemurnian hidrogen
(Takenaka, 2001). Selain itu, kebanyakan senyawa metana yang digunakan
bersumber dari minyak bumi dan gas alam yang merupakan sumber energi yang
tidak terbaharukan.
Hidrogen juga dapat diperoleh dengan elektrolisis air. Namun biasanya, listrik
yang digunakan untuk proses ini lebih bernilai daripada hidrogen yang diproduksi.
Oleh sebab itu, sangat jarang sekali ditemukan produksi hidrogen dengan cara ini.
2.4 Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546, titik
lebur 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-jari ion Cu2+
0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna kemerahan,
mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup.
Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu tidak ada lagi
perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terserap maupun pada fase gas atau
cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva berupa plot
distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas atau cair pada
suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar dalam penentuan
kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan adsorben (Kundari,
dkk, 2008).
2.5 Grafena Oksida Tereduksi (reduced Graphene Oxide, Rgo)
Karbon merupakan material penyusun dari semua material organik serta
memiliki berbagai polimorf. Karbon dapat diproduksi melalui pembakaran
(karbonisasi) dan pyrolysis. Karbon memiliki nomor atom 6 dengan konfigurasi
elektron 1s2 2s2 2px1 2py1 yang termasuk sebagai elemen tetravalen (memiliki
elektron valensi 4). Ketika terjadi ikatan dengan atom lain, maka electron yang
berada pada orbital 2s akan mengalami hibridisasi untuk mengisi orbital 2pz yang
kosong sehingga membentuk orbital sp3 (Geim and Novoselov, 2015).
9
pembuatannya yang relatif lebih mudah namun memiliki hasil yang setara. Terdapat
beberapa teknik dalam pembuatan rGO. Secara kimiawi terdapat beberapa reagen
yang digunakan dalam oksidasi seperti sulfida, hydrazine, NaBH4, H2SO4, dan
berbagai asam kuat lainya. Sedangkan secara mekanik, rGO dapat diproduksi
melalui proses eksfoliasi (penyayatan) menggunakan teknik sonikasi (Warner,
2013). GO dan rGO menunjukkan hasil yang baik dalam hal kimiawi, sifat optik,
serta sifat kelistrikan yang baik yang berasal dari gugus fungsi oksigen serta
struktur grafena. Sifat ini menghasilkan sifat hidrofobik dan menghasilkan koloid
yang stabil (Guerrero-Contreras and Caballero-Briones, 2015).
11
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Karaterisasi
Karakterisasi komposit terdiri dari Uji SEM dan Uji XRD. Uji SEM bertujuan
untuk mengetahui morfologi permukaan komposit sedangkan uji XRD bertujuan
untuk mengetahui fasa kristalin komposit. Pada Uji SEM penambahan masa
masing-masing Cu mempunyai morfologi yang hampir mirip. Secara detail, pada
permukaan banyak partikel yang diendapkan secara acak yang menandakan bahwa
terjadi interaksi yang cukup baik antara material Cu dengan rGO dan TiO2.
Reaksi fotokatalis antara TiO2 dengan energi foton akan terbentuk elektron dan
hole. Hole yang terbentuk akan bereaksi dengan air membentuk radikal bebas
hidroksil dan ion hidrogen. Ion hidrogen yang terbentuk akan direduksi oleh
elektron untuk menghasilkan gas hidrogen, reaksinya adalah sebagai berikut.
TiO2-rGO(5%) memiliki aktifitas yang lebih tinggi serta efektif pada panjang
gelombang sinar tampak.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Besarnya band gap dipengaruhi oleh dopan Cu dan rGO pada permukaan
TiO2 ditandai dengan turunnya band gap komposit Cu-TiO2-rGO.
2. Aktiftas fotokatalitik TiO2 mengalami peningkatan setelah didopan oleh
logam Cu dan rGO.
3. Fotokatalitik air menjadi hidrogen dapat terjadi pada daerah sinar tampak
karena bandgap dari semikonduktor yang telah berubah setelah didoping Cu
dan rGO.
5.2 Saran
Sintesis komposit Cu-TiO2-rGO telah berhasil dilakukan. Diperlukan teknik
untuk menganalisis serta mengidentifikasi gas yang dihasilkan pada proses
dekomposisi air. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengidentifikasi gas yang ditimbulkan serta metode untuk mengetahui rasio gas
yang dihasilkan pada dekomposisi air.
18
DAFTAR PUSTAKA
Greenwood, N.N dan Earnshaw, A., 1997. Chemistry of The Elements, Second
Edition, Elsivier Butterworth-Heinemann Linacre House. Jordan Hill, Oxford
Gunlazuardi, J., 2001. “Fotokatalisis pada Permukaan TiO2: Aspek Fundamental
dan Aplikasinya”, Seminar Kimia Fisika II Hartati, E. 2001. Studi Konstanta
Laju Reaksi Proses Photo-Fenton Pada Degradasi Klorolignin. Tesis.
Bandung: ITB
Hoffman, M.R., Martin, S.T., Choi, W., and Bahneman, D.W. 1997. Environmental
Application of Semiconductor Photocatalysis. J. Chem. Rev., 69 96.
Khalid, N. R. et al. 2013. “Cu-Doped TiO2 Nanoparticles/Graphene Composites
for Efficient Visible-Light Photocatalysis.” Ceramics International 39(6):
7107–13. http://dx.doi.org/10.1016/j.ceramint.2013.02.051.
Kittel dan Charles, 1979. Introduction to solid state physics, ed 55, Wiley Eastern
Limited, India, p.130.
Kundari, N.A., dan Wiyuniati, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi
Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit. Seminar Nasional IV
SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
Marlinda, Lenny. 2013. “Peranan Sacrificial Agents Untuk Meningkatkan Produksi
Hidrogen Melalui Teknologi Fotokatalisis Dengan TiO 2.” (1): 219–26.
Radecka M., Rekas M, Trenczek-Zajac A, Zakrzewsk K. 2008. Importance of the
band gap energi and flat band potential for application of modified TiO2
photoanodes in water photolysis. J. Power Sources., Volume 181, 46-55
Ribao, Paula et al. 2019. “Challenges Arising from the Use of TiO2/RGO/Pt
Photocatalysts to Produce Hydrogen from Crude Glycerol Compared to
Synthetic Glycerol.” International Journal of Hydrogen Energy 44(53):
28494–506. https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2018.09.148.
Untari, 1996. Mengenal Sifat- Sifat Material. www.scribd.com
Slamet, and Ratnawati. 2012. “Potensi Titania Nanotube Array Dan Aplikasinya (
Prospect of Titania Nanotube Array and Its Application on Hydrogen
Production and Waste Treatment ).” Jurnal Kimia Kemasan 34(2): 249–62.
Warner, J.H., 2013. Graphene : Fundamentals and Emerging Applications, in:
Graphene. Elsevier, pp. 1–4. doi:10.1016/B978-0-12-394593-8.00001-1
20
LAMPIRAN
KETUA KELOMPOK
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
Intitusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Kementrian Pendidikan
1 Juara VII CCD Nasional 2020
dan Kebudayaan
Finalis 10 besar LKTI
2 Universitas Andalas 2020
Fastweek
Medali Perunggu KSI
3 POSI 2021
Nasional
4 Medali Perak OSI Nasional POSI 2021
22
ANGGOTA I
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
Intitusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Juara Harapan 1 Business
1 Institut Pertanian Bogor 2020
Plan
23
ANGGOTA 2
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
Intitusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
24
DOSEN PEMBIMBING
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
Intitusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Pelatihan Pembuatan Saus
Tomat dan Cabe Alami untuk
1 Meningkatkan Kesejahteraan DIPA FSM 2018
Warga RT 5/RW I Kelurahan
Tembalang,Semarang
Pelatihan Pembuatan Yoghurt
Aneka Buah sebagai
2 Mandiri 2018
Minuman Sehat untuk
Keluarga
Pembuatan Sabun Sereh Cair
3 DIPA FSM 2019
Dari Limbah Sabun Batangan
25