RAMAH LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2019
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
Yogyakarta,12 Januari 2019
Menyetujui,
( ) ( )
NIK. NIK.
Bidang Kemahasiswaan,
( ) ( )
NIK. NIK.
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
ABSTRAK
Beton merupakan bahan utama yang paling populer dan paling banyak
digunakan sebagai bahan konstruksi struktur bangunan di seluruh dunia. Pembuatan
beton terdiri atas campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat. Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang sering
digunakan di bidang Teknik Sipil seperti pada struktur kolom, balok, dan plat lantai,
bangunan jembatan, konstruksi jalan raya, dan lain-lain.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahan
tambah alami sehingga dapat menghasilkan beton ringan mutu sedang yang ramah
lingkungan (medium strength green concrete) dan minim semen serta efisien dalam
biaya dengan pemanfaatan limbah sebagai bahan tambah pengganti semen dan
agregat kasar.
Bahan tambah pengganti semen yang digunakan adalah abu cangkang
kerang yang mengandung zat kapur sebanyak 18,6%, silica fume (abu bagas tebu)
sebanyak 34,37% dari berat total kebutuhan semen, selain itu juga menggunakan
pecahan tempurung kelapa sebagai bahan tambah pengganti coarse aggregates
(agregat kasar) sebanyak 32,5% dari berat total kebutuhan agregat kasar.
Metode yang digunakan dalam perencanaan adalah metode mix design SNI
dengan rencana kuat tekan 40 MPa.
Kata kunci: beton, ringan, mutu sedang,, ramah lingkungan, abu ampas tebu, abu cangkang
kerang, tempurung kelapa, SNI.
7
BAB I
PEDAHULUAN
8
Dewasa ini, teknologi beton mempunyai potensial yang luas dalam
bidang konstruksi. Hal ini menyebabkan beton banyak digunakan untuk
konstruksi bangunan gedung, jembatan, dermaga, dan lain-lain.
Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam konstruksi tersebut
mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton, sehingga memicu
penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara
besar-besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang
tersedia untuk keperluan pembetonan (Suharwanto, 2005). Hal ini
mungkin disebabkan bahan baku seperti semen, dan agregat kasar
maupun agregat halus yang mudah didapat. Padahal cepat atau lambat
material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun
ketahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil
yang hampir 78% menjadi bahan pengisi utama campuran beton
(Astanto 2001).
Geopolimer merupakan material ramah lingkungan yang biasa
dikembangkan sebagai pengganti bahan semen di masa mendatang.
Sebagai terobosan baru, kini berhasil ditemukan jenis material baru
“Geopolimer” yang konon lebih ramah lingkungan, karena material ini
tersusun dari sintesa bahan-bahan alam non organik melalui proses
polimerisasi. Bahan dasar utama pembuatan beton geopolimer adalah
bahan yang banyak mengandung silicon dan alumunium. Unsur-unsur ini
banyak terdapat pada material buangan hasil sampingan industri seperti
abu terbang (fly ash), material pozzolan yang halus (silica fume), maupun
limbah rumah tangga.
Sebagai bahan pembuatan beton, pemilihan akan bahan-bahan yang
digunakan tentunya sangat penting terutama untuk memperoleh mutu beton
dengan sifat-sifat khusus yang diinginkan untuk tujuan tertentu dengan cara
yang paling ekonomis. Penggunaan bahan tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat yang
diinginkan.
9
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah mencari tahu inovasi beton ringan yang kuat dan minim semen serta
mencari tahu pengaruh bahan tambah silica fume (abu cangkang kerang),
bagasse (ampas tebu),dan coconut shell (tempurung kelapa) yang terdiri
atas pecahan tempurung kelapa terhadap mutu beton khususnya kuat tekan
dan efisiensi biaya pembuatan beton.
1.3 TUJUAN
Dari permasalahan yang ada di atas, adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam makalah ini adalah menemukan inovasi beton ringan yang
kuat dan minim semen serta untuk mengetahui pengaruh bahan tambah
silica fume (abu cangkang kerang), bagasse (ampas tebu), dan coconut shell
(tempurung kelapa) yang terdiri atas pecahan tempurung kelapa terhadap
mutu beton khususnya kuat tekan dan efisiensi biaya pembuatan beton.
1.4 MANFAAT
Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan acuan dalam
melaksanakan pembuatan campuran beton mutu sedang yang kuat dan
minim semen dengan material pengganti, yaitu menggunakan bahan tambah
ampas tebu yang berasal dari limbah pemanfaatan tebu, serta abu cangkang
kerang dengan kandungan silika yang berasal dari limbah dari pantai.
Beserta penggunaan pecahan tempurung kelapa sebagai bahan tambah
pengganti agregat kasar.
Menambah pengetahuan tentang sifat mekanik beton mutu normal
yang ringan dan minim semen dengan inovasi bahan tambah ampas tebu,
abu cangkang kerang dan pecahan tempurung kelapa, terutama pengaruhnya
terhadap kuat tekan beton mutu normal tersebut. Sebagai bekal bagi peneliti
selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian mengenai sifat-sifat
mekanik lain dari pengaruh pencampuran bahan tambah ampas tebu, abu
kerang dan pecahan tempurung kelapa pada medium strength concrete.
10
BAB II
DASAR TEORI
2.1 BETON
Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, dan
agregat dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture) tertentu. Material
pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu
menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam
cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. Campuran tersebut bila dibiarkan
akan mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan
air yang berlangsung selama jangka waktu panjang atau dengan kata lain
campuran beton akan bertambah keras sejalan dengan umurnya. Beton
adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002).
11
4. Keras dan kuat sesuai dengan desain yang direncanakan.
5. Susah diperbaiki bila terjadi kesalahan bentuk maupun
pengerjaan/ keropos.
6. Keseragaman permukaan tergantung komposisi material
yang dipakai,
7. Sumber material, cara pengerjaan dan permukaan papan
bekistingnya.
12
2.2 MATERIAL PENYUSUN BETON
2.2.2 Air
Air merupakan faktor yang sangat penting karena air dapat bereaksi
dengan semen yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga
berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena jika kelebihan
penggunaan air akan berakibat pada penurunan kekuatan beton tersebut.
Sebaliknya jika kelebihan penggunaan air akan mengakibatkan beton
menjadi bleeding, yaitu air bersama sama dengan semen akan naik ke
atas permukaan adukan segar yang baru dituang.
2.2.3 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi
alami batu batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan
memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada
beton, oleh karena itu peranannya dalam campuran beton sangatlah
penting. Kandungan agregat dalam beton dapat mencapai 70% - 75% dari
volume beton.
13
2.3 BAHAN PENGGANTI
2. Abu kerang
Kerang laut (Anadara grandis) adalah salah satu dari jenis
kerang yang banyak ditemukan di perairan Indonesia. Kerang ini
14
banyak dikonsumsi masyarakat karena banyak mengandung protein.
Jumlah kerang yang cukup berlimpah akan sebanding dengan
jumlah limbah kulitnya yang selama ini sebagian besar hanya
dibuang dan sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
bahan baku pembuatan kosmetik, dan kerajinan tradisional.
15
penambahan tempurung kelapa pada campuran beton juga dapat
meningkatkan nilai kuat tekan dari beton.
16
yang digunakan memiliki sifat mekanis yang hamper
menyerupai sifat mekanis pada bahan campuran beton pada
umumnya. Contohnya seperti abu ampas tebu berupa bubuk
yang menyerupai bubuk semen.
b. Air Semen
Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dengan
berat semen yang digunakan dalam adukan beton. Faktor air
semen yang sangat tinggi dapat menyebabkan beton yang
dihasilkan memiliki kuat tekan rendah dan semakin rendah
faktor air semen membuat beton yang dihasilkan memiliki kuat
desak tinggi.
c. Slump
Slump merupakan tinggi dalam adukan kerucut terpancung
terhadap tinggi adukan setelah cetakan dicabut. Slump
merupakan pedoman yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kelecekan suatu adukan beton, semakin tinggi tingkat
kekenyalan maka semakin rendah pengerjaannya (nilai
workability tinggi).
10 cm
Nilai
Keruc
30 Slump
ut
cm
Abram Beton
17
(sebaran) yang terjadi. Sketsa gambar pelaksanaan modified
slump test dapat dilihat pada Gambar 1.
Prosedur pengujian kuat tekan beton dilaksanakan
berdasarkan SNI: 03-1974-1990, benda uji diletakkan pada
mesin tekan secara sentris, dan mesin tekan dijalankan dengan
penambahan beban antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik.
Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur dan
beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
dicatat. Dalam pengujian kuat tarik beton, metode yang
digunakan adalah uji tarik belah yang mengacu pada ASTM
C496-90. Setiap varian dalam penelitian ini dilakukan uji kuat
tekan pada umur 56 hari dengan jumlah benda uji sebanyak 3
buah silinder beton untuk 1 data uji.
Kuat tekan beton dihitung berdasarkan besarnya beban
persatuan luas, menurut Persamaan 1.
P
f = (1)
c A
di mana ; 𝑓𝑐′ = kuat tekan beton (MPa)
P = beban maksimum (N)
A = luas penampang benda uji (mm2
Sedangkan kuat tarik belah benda uji dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.
2. P
f = (2)
sp .l.d
di mana; fsp = kuat tarik belah beton (MPa)
P = beban maksimum (N)
l = panjang benda uji (mm)
d = diameter benda uji (mm)
18
BAB III
DESKRIPSI KARYA
19
3.3.2 Material Uji
1. Semen yang dipergunakan adalah semen portland tipe 1.
2. Kerikil (batu pecah) yang dipergunakan merupakan kerikil pecah
yang berasal dari Merapi dan didapat dari laboratorium teknologi
beton jurusan Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.
3. Pasir yang dipergunakan berasal dari pasir Progo.
4. Limbah ampas tebu, cangkang kerang dan tempurung kelapa
didapatkan dari pasar Beringharjo.
5. Air yang dipergunakan ialah air bersih dari jaringan laboratorium
teknologi beton jurusan Teknik Sipil Universitas Teknologi
Yogyakarta.
20
3.4 BAGAN ALIR
Mulai
Pengujian Bahan :
Pasir, Semen,Kerikil
Perencanaan Campuran
Mix Design
Kesimpulan
Selesai
21
3.5 MIX DESIGN BENDA UJI
3.5.1 Data Pemeriksaan Material
Tabel 3.1. Material yang digunakan
Uraian Nilai
Berat Jenis Pasir (SSD) 2.66
Berat Jenis Kerikil (SSD) 2.62
Berat Jenis Semen 3.15
Modulus Halus Butir Pasir 2.87
Modulus Halus Butir Kerikil 7.25
Ukuran maksimum agregat 10
22
2. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari
Tabel 3.4. Syarat kuat tekan
Kuat tekan minimum
Faktor air semen
Kondisi lingkungan (MPa)
maksimum
𝑓′𝑐 = 40 Mpa
23
6. Penetapan nilai faktor air semen (fas)
Gambar 3.1 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen
Penetapan nilai fas dilakukan dengan menggunakan gambar
berikut ini:
𝑓′𝑐𝑟 = 49 MPa
24
Pembetonan masal (beton massa) 7,5 2,5
10
Batu
180 205 230 250
pecah
20
Batu
170 190 210 225
pecah
25
Dengan :
A = Jumlah air yang dibutuhkan , liter/m3 .
Ah = Jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat halus.
Ak = Jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat kasar.
Karena :
Ah = 225
Ak = 250
Maka, A = 0.67×( 225 ) + 0.33×( 250 )
= 233,25 dibulatkan 235 liter
26
12. Berat jenis agregat campuran
BJ Pasir = 2,66
BJ Kerikil = 2,62
kh kk
BJ Agregat campuran = 100 ×2,66+ 100 ×2,62
40 60
= 100 ×2,66+ 100 ×2,62
= 2,64
27
Tabel 3.6 perancangan kebutuhan
FORMULIR PERANCANGAN KEBUTUHAN
ADUKAN BETON RINGAN 40 MPa per m3
No Uraian Nilai
1. Kuat tekan yang di syaratkan pada umur
40 Mpa
28 hari
2. Standar Deviasi (S) 1,10f’c + 5,0
3. Kuat Tekan rata-rata yang di rencanakan
49 Mpa
( f’cr)
4. Jenis Semen Portland Tipe 1
5. Jenis Pasir Pasir Alami
6. Jenis Kerikil Batu Pecah
7. MHB agregat halus (pasir) 2,87
8. MHB agregat kasar (kerikil) 7,25
9. Faktor Air Semen (fas) 0,28
10. Nilai Slump 100 mm
11. Ukuran Maksimal Butiran 10 mm
12. Perkiraan Berat Beton 1797,8 kg
13. Kebutuhan Air 235 liter
14. Total Semen 691 kg
18. Kebutuhan Semen Portland 325 kg
15. Abu Ampas Tebu (34,37%) 237,5 kg
16. Abu Kerang (18,6%) 128,5 kg
17. Prosentase agregat halus terhadap agregat
40%
campuran
20. Prosentase agregat kasar terhadap agregat
60%
campuran
21. Total Agregat halus 389,6 kg
25. Total Agregat kasar 584,4 kg
28. Kebutuhan kerikil. 292,2 kg
26. Kebutuhan tempurung kelapa sebagai
pengganti agregat kerikil sebesar 10% dari 190 kg
total berat beton.
28
15. Kebutuhan Bahan Pembuatan Benda Uji Beton
A. 4 buah benda uji silinder beton (d = 15 cm dan h = 30 cm)
Volume silinder = 4 (1/4.π.𝑑 2 .h)
= 4 (0,25.π.0,152 .0,3)
= 0,0212 𝑚3
Volume tambahan 10% dari volume benda uji
= (10/100) x 0,0212 = 0,00212 𝑚3
Volume total benda uji silinder yang akan di buat
= 0,0212 + 0,00212 = 0,02332 𝑚3
Kebutuhan bahan untuk membuat 4 buah benda uji silinder
dengan volume 0,02332 𝑚3 :
Semen = 325 x 0,02332 = 7,579 kg
Pasir = 389,6 x 0,02332 = 9,085 kg
Kerikil = 292,2 x 0,02332 = 6,814 kg
Air = 235 x 0,02332 = 5,480 liter
Abu Ampas Tebu = 237,5 x 0,02332 = 5,538 kg
Abu Kerang = 128,5 x 0,02332 = 2,997 kg
Tempurung Kelapa = 190 x 0,02332 = 4,431 kg
29
untuk melihat kontribusi abu ampas tebu sebagai material pozzolan pengganti
semen.
Beton dengan bahan tambah abu ampas tebu, abu cangkang kerang, dan
pecahan tempurung kelapa ini dapat digunakan pada konstruksi struktural
(kolom, balok, dan dak) dan konstruksi non struktural (semenisasi dan
drainase) dengan desain mutu K-125 dan K-175. Selanjutnya beton juga dapat
digunakan pada konstruksi perumahan sederhana dan pada industri pembuatan
conblok dengan persyaratan nilai kuat tekan minimum 10 MPa.
Beton dapat diaplikasikan di dunia konstruksi khususnya untuk daerah tepi
pantai, seperti daerah kepulauan dimana mudah memperoleh bahan cangkang
kerang, dan juga penggunaan abu ampas tebu dari sisa pembakaran boiler dapat
ditemukan di pabrik-pabrik gula terdekat maupun limbah dari pedagang es sari
tebu di lingkungan sekitar. Tempurung kelapa yang digunakan juga dapat
dengan mudah ditemukan disekitar kita, mengingat pohon kelapa merupakan
tanaman endemik yang banyak tumbuh di seluruh wilayah Indonesia.
Beton ini juga merupakan beton ringan yang sangat berguna untuk
bangunan tahan gempa, mengingat kondisi geografis Indonesia yang rawan
akan bencana alam khususnya gempa bumi sehingga penggunaan beton ringan
sangat diperlukan guna menekan bahaya bangunan yang roboh akibat
terjadinya bencana.
30
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Jumlah Rp 1.419.593,-
Dibulatkan menjadi Rp 1.420.000,- per m3
31
3. Semen 325 Sak Rp. 55.000,- Rp. 446.875,-
(@40kg)
4. Air 235 Liter Rp. - Rp. -
5. Ampas tebu 237,5 Kg Rp. - Rp. -
6. Abu Kulit Kg Rp. - Rp. -
Kerang 128,5
7. Tempurung Kg Rp. - Rp. -
Kelapa 190
Jumlah Rp 779.009,-
Dibulatkan menjadi Rp 779.000,- per m3
32
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penggunaan bahan ganti penyusun beton seperti abu ampas tebu, abu kulit
kerang, dan tempurung kelapa bertujuan untuk mengurangi limbah yang telah
ada dan juga untuk menekan atau mengurangi biaya yang diperlukan.
Abu kayu digunakan sebagai pengganti semen karena bersifat phozolan
yang dimana reaksinya akan terjadi setelah air dan semen bereaksi, jadi beton
akan mendapatkan kekuatan aslinya di umur 28 hari atau lebih, abu kulit kerang
sendiri memiliki kandungan silika yang lumayan tinggi hal ini dimanfaatkan
sebagai bahan campuran beton karena kandungan silika pada abu kulit kerang
bisa membantu mengencerkan adukan beton supaya bisa mendapatkan nilai
slump sesuai rencana, dan pecahan beton berfungsi untuk menggantikan agrgat
kasar berupa kerikil, karena suatu saat kerikil yang ada dialam akan habis dan
juga gabungan dari pecahan beton dan krikil memiliki ukuran dan gradasi yang
berbeda atau bisa dikatakan beragam hal ini bertujuan untuk akan menaikan
kuat tekan beton.
5.2 SARAN
Dalam pembuatan beton yang dilakukan, terutama pada beton mutu
tinggi, proporsi bahan pengganti yang digunakan ditentukan dengan detail agar
penggunaan bahan yang digunakan sebagai pengganti semen tidak terlalu
berdampak pada kekuatan beton, bahkan jika memungkinkan meningkatkan
kekuatan beton tersebut.
Bahan-bahan yang digunakan juga diusahakan berasal dari kualitas
terbaik, seperti pada abu cangkang kerang laut, proses pengovenan yang
dilakukan terhadap cangkang kerang harus maksimal untuk menghilangkan
kandungan air yang ada pada kerang. Proses penghancuran dari cangkang keras
juga harus semaksimal mungkin sehingga dapat diperoleh abu cangkang
kerang yang dibutuhkan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34