Anda di halaman 1dari 34

INOVASI BETON GEOPOLIMER

BERBASIS FLY ASH DARI LIMBAH ABU AMPAS TEBU,

ABU KULIT KERANG, DAN TEMPURUNG KELAPA

SEBAGAI APLIKASI BETON RINGAN MUTU SEDANG

RAMAH LINGKUNGAN

(MEDIUM STRENGTH GREEN CONCRETE)

Disusun Oleh :

Syahrul Fadli Djiha 5170811192

Divan Yoan Alvino Damanik 5170811225

Lidya Daryati Angeli Sagala 5170811224

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Pembuatan Beton dengan Material Limbah


Berkelanjutan
2. Nama Perguruan Tinggi : Universitas Teknologi Yogyakarta
Nama Tim : ViDiCi
3. Alamat Perguruan Tinggi : Jl. Ring Road Utara Jombor, Sleman
4. Sarana Komunikasi
a. Telepon : (0274)-623310
b. Faksimile : (0274)-623306
c. E-mail : info@uty.ac.id
5. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Syahrul Fadli Djiha
b. NIM : 5170811192
c. Jurusan : S1 Teknik Sipil
d. Fakultas : Sains dan Teknologi
e. Alamat : Jalan Glagahsari,DIY
f. Telp / Hp / Email : 082187620964
6. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 Orang
7. Dosen Pembimbing
a. Nama : Algazt Aryad Masagala.,S.T,.M.Eng.
b. NIP :-

2
Yogyakarta,12 Januari 2019

Menyetujui,

Ketua Program Studi, Ketua Pelaksana,

( ) ( )

NIK. NIK.

Wakil Rektor Dosen Pembimbing,

Bidang Kemahasiswaan,

( ) ( )

NIK. NIK.

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 2
A. Latar Belakang .......................................................................................... 2
B. Perumusan masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
D. Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 4
A. Deskripsi beton ......................................................................................... 4
B. Material penyusun tanah ........................................................................... 6
C. Bahan pengganti ........................................................................................ 7
D. Penggaruh bahan pengganti ...................................................................... 10
E. Kemudahan pengerjaan ............................................................................. 10
F. Faktor air semen ........................................................................................ 10
G. Slump ......................................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 13
A. Data uji material ........................................................................................ 13
B. Inovasi bahan tambah ................................................................................ 13
C. Perhitungan perancangan bahan susun beton ............................................ 13
D. RAB pembuatan beton .............................................................................. 20
E. Pengaplikasian beton dilapangan .............................................................. 21
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 22
A. Kesimpulan ............................................................................................... 22
B. Saran .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN

4
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Material yang digunakan .................................................................... 13


Tabel 3.2 Penambahan bahan tambah ................................................................ 13
Tabel 3.3 Nilai margin........................................................................................ 13
Tabel 3.4 Nilai kuat tekan .................................................................................. 14
Tabel 3.5 Nilai slump berdasarkan penggunaan ................................................ 15
Tabel 3.6 Kebutuhan air beton ........................................................................... 16
Tabel 3.7 Perancangan pembuatan beton ........................................................... 19
Tabel 3.8 RAB pada beton normal ..................................................................... 20
Tabel 3.9 RAB pada beton khusus ..................................................................... 20

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Abu ampas tebu ............................................................................... 8


Gambar 2.2 Abu kerang....................................................................................... 9
Gambar 2.3 Tempurung kelapa ........................................................................... 9
Gambar 2.4 Sketsa modified slump test ............................................................... 11
Gambar 3.1 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen........................... 18
Gambar 3.2 Grafik berat jenis beton

6
ABSTRAK

Beton merupakan bahan utama yang paling populer dan paling banyak
digunakan sebagai bahan konstruksi struktur bangunan di seluruh dunia. Pembuatan
beton terdiri atas campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat. Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang sering
digunakan di bidang Teknik Sipil seperti pada struktur kolom, balok, dan plat lantai,
bangunan jembatan, konstruksi jalan raya, dan lain-lain.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahan
tambah alami sehingga dapat menghasilkan beton ringan mutu sedang yang ramah
lingkungan (medium strength green concrete) dan minim semen serta efisien dalam
biaya dengan pemanfaatan limbah sebagai bahan tambah pengganti semen dan
agregat kasar.
Bahan tambah pengganti semen yang digunakan adalah abu cangkang
kerang yang mengandung zat kapur sebanyak 18,6%, silica fume (abu bagas tebu)
sebanyak 34,37% dari berat total kebutuhan semen, selain itu juga menggunakan
pecahan tempurung kelapa sebagai bahan tambah pengganti coarse aggregates
(agregat kasar) sebanyak 32,5% dari berat total kebutuhan agregat kasar.
Metode yang digunakan dalam perencanaan adalah metode mix design SNI
dengan rencana kuat tekan 40 MPa.

Kata kunci: beton, ringan, mutu sedang,, ramah lingkungan, abu ampas tebu, abu cangkang
kerang, tempurung kelapa, SNI.

7
BAB I
PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Beton merupakan campuran antara semen Portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan tambahan membentuk massa padat (Surya Sebayang, 2000).
Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan didalam dunia konstruksi
bangunan.
Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan
mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/𝑚3 (SNI 03-2847-2002).
Pada dasarnya beton ringan diperoleh dengan cara penambahan pori-pori
udara ke dalam campuran betonnya. Sebagai negara yang sedang
berkembang, pembangunan infrastruktur yang pesat di Indonesia tentunya
tak bisa di hindari. Akan tetapi mengingat letak posisi Indonesia yang
berada di cincin api dunia serta rawan akan bencana gempa bumi, pemilihan
bahan dan perencanaan struktur yang tepat menjadi hal yang harus
diperhatikan dalam tiap pembangunan infrastruktur yang di lakukan. Beton
ringan adalah bahan yang tepat untuk menjadi solusi untuk memecahkan
masalah ini. Selain berguna sebagai bahan bangunan tahan gempa, beton
ringan juga banyak dipakai untuk mengurangi beban mati pada suatu
struktur beton yang digunakan pada bangunan.
Sebagai elemen yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi,
selain bahan yang digunakan untuk menyusun beton nilai kekuatan pada
beton juga menjadi hal yang sangat penting. Beton dikategorikan
mempunyai mutu sedang jika kuat tekannya 21-40 Mpa. Mutu sedang
adalah hal yang tepat direncanakan pada beton ringan, karena penggunaan
kerikil dan pasir sebagai bahan tambah agregat pada umumnya akan
dikurangi pada pembuatan beton ringan. Sehingga selain menekan biaya
dari pembuatan beton, penggunaan beton ringan di lapangan juga bisa
memenuhi standar kualitas beton yang baik.

8
Dewasa ini, teknologi beton mempunyai potensial yang luas dalam
bidang konstruksi. Hal ini menyebabkan beton banyak digunakan untuk
konstruksi bangunan gedung, jembatan, dermaga, dan lain-lain.
Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam konstruksi tersebut
mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton, sehingga memicu
penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara
besar-besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang
tersedia untuk keperluan pembetonan (Suharwanto, 2005). Hal ini
mungkin disebabkan bahan baku seperti semen, dan agregat kasar
maupun agregat halus yang mudah didapat. Padahal cepat atau lambat
material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun
ketahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil
yang hampir 78% menjadi bahan pengisi utama campuran beton
(Astanto 2001).
Geopolimer merupakan material ramah lingkungan yang biasa
dikembangkan sebagai pengganti bahan semen di masa mendatang.
Sebagai terobosan baru, kini berhasil ditemukan jenis material baru
“Geopolimer” yang konon lebih ramah lingkungan, karena material ini
tersusun dari sintesa bahan-bahan alam non organik melalui proses
polimerisasi. Bahan dasar utama pembuatan beton geopolimer adalah
bahan yang banyak mengandung silicon dan alumunium. Unsur-unsur ini
banyak terdapat pada material buangan hasil sampingan industri seperti
abu terbang (fly ash), material pozzolan yang halus (silica fume), maupun
limbah rumah tangga.
Sebagai bahan pembuatan beton, pemilihan akan bahan-bahan yang
digunakan tentunya sangat penting terutama untuk memperoleh mutu beton
dengan sifat-sifat khusus yang diinginkan untuk tujuan tertentu dengan cara
yang paling ekonomis. Penggunaan bahan tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat yang
diinginkan.

9
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah mencari tahu inovasi beton ringan yang kuat dan minim semen serta
mencari tahu pengaruh bahan tambah silica fume (abu cangkang kerang),
bagasse (ampas tebu),dan coconut shell (tempurung kelapa) yang terdiri
atas pecahan tempurung kelapa terhadap mutu beton khususnya kuat tekan
dan efisiensi biaya pembuatan beton.

1.3 TUJUAN
Dari permasalahan yang ada di atas, adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam makalah ini adalah menemukan inovasi beton ringan yang
kuat dan minim semen serta untuk mengetahui pengaruh bahan tambah
silica fume (abu cangkang kerang), bagasse (ampas tebu), dan coconut shell
(tempurung kelapa) yang terdiri atas pecahan tempurung kelapa terhadap
mutu beton khususnya kuat tekan dan efisiensi biaya pembuatan beton.

1.4 MANFAAT
Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan acuan dalam
melaksanakan pembuatan campuran beton mutu sedang yang kuat dan
minim semen dengan material pengganti, yaitu menggunakan bahan tambah
ampas tebu yang berasal dari limbah pemanfaatan tebu, serta abu cangkang
kerang dengan kandungan silika yang berasal dari limbah dari pantai.
Beserta penggunaan pecahan tempurung kelapa sebagai bahan tambah
pengganti agregat kasar.
Menambah pengetahuan tentang sifat mekanik beton mutu normal
yang ringan dan minim semen dengan inovasi bahan tambah ampas tebu,
abu cangkang kerang dan pecahan tempurung kelapa, terutama pengaruhnya
terhadap kuat tekan beton mutu normal tersebut. Sebagai bekal bagi peneliti
selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian mengenai sifat-sifat
mekanik lain dari pengaruh pencampuran bahan tambah ampas tebu, abu
kerang dan pecahan tempurung kelapa pada medium strength concrete.

10
BAB II

DASAR TEORI

2.1 BETON
Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, dan
agregat dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture) tertentu. Material
pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu
menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam
cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. Campuran tersebut bila dibiarkan
akan mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan
air yang berlangsung selama jangka waktu panjang atau dengan kata lain
campuran beton akan bertambah keras sejalan dengan umurnya. Beton
adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002).

2.1.1 Sifat Umum Beton


Pada dasarnya, sifat umum beton sebagai berikut :
a. Beton yang masih basah :
1. Mudah dibentuk sesuai cetakan/ bekisting.
2. Menimbulkan panas akibat reaksi kimia antara semen dan air
sehingga mengakibatkan keretakan saat pengerasan.
3. Kecepatan pengerasan tergantung pada tipe semen yang
dipakai, kekentalan, cuaca dan bahan tambahan yang dipakai.
4. Air semen yang menguap saat proses pengeringan akan
menimbulkan pori-pori.
5. Mudah terjadi pemisahan agregat kasar dan halus apabila
dijatuhkan dari ketinggian yang melebihi persyaratan.
b. Beton yang sudah kering :
1. Berpori.
2. Tidak kedap air.
3. Tahan terhadap gaya tekan, tetapi tidak tahan tarikan.

11
4. Keras dan kuat sesuai dengan desain yang direncanakan.
5. Susah diperbaiki bila terjadi kesalahan bentuk maupun
pengerjaan/ keropos.
6. Keseragaman permukaan tergantung komposisi material
yang dipakai,
7. Sumber material, cara pengerjaan dan permukaan papan
bekistingnya.

2.1.2 Keunggulan Beton


Menurut Nugraha dan Antoni (2007:4), Dari pemakaiannya
yang begitu luas maka dapat diduga sejak dini bahwa struktur beton
mempunyai banyak keunggulan dibanding material struktur yang
lain :
a. Ketersediaan (availability) materi dasar.
Bahan yang digunakan dalam mix design beton relatif mudah untuk
dicari dan didapatkan. Beberapa bahan yang digunakan juga dapat
dimodifikasi dengan menyesuaikan ketersediaan bahan di lokasi
pembuatan.
b. Kemudahan untuk digunakan (versatility).
Struktur beton dapat digunakan dalam berbagai jenis elem struktur
selain sebagai kolom ataupun balok di bangunan gedung tapi juga
dapat digunakan di struktur bendungan, pondasi, dan jalan.
c. Kemampuan beradaptasi (adaptability)
Beton dapat dicetak dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan, seperti
contohnya pada struktur cangkang (shell) maupun bentuk bentuk
tertentu.
d. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal.
Secara umum ketahanan (durability) beton cukup tinggi, lebih tahan
karat, sehingga tidak perlu dicat seperti struktur baja, dan lebih tahan
terhadap bahaya kebakaran.

12
2.2 MATERIAL PENYUSUN BETON

2.2.1 Semen Portland


Semen merupakan bahan pengikat utama yang digunakan dalam
pembuatan beton. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor
15-2019-2004, semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan
dengan cara menggiling terak (clinker portland) terutama yang terdiri
dari kalsium silikat (xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan boleh
ditambah bahan lain. Senyawa hidrolis akan bereaksi dengan air secara
cepat. Reaksi semen dengan air berlangsung irreversible, artinya tidak
dapat kembali lagi ke kondisi semula.

2.2.2 Air
Air merupakan faktor yang sangat penting karena air dapat bereaksi
dengan semen yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga
berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena jika kelebihan
penggunaan air akan berakibat pada penurunan kekuatan beton tersebut.
Sebaliknya jika kelebihan penggunaan air akan mengakibatkan beton
menjadi bleeding, yaitu air bersama sama dengan semen akan naik ke
atas permukaan adukan segar yang baru dituang.

2.2.3 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi
alami batu batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan
memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada
beton, oleh karena itu peranannya dalam campuran beton sangatlah
penting. Kandungan agregat dalam beton dapat mencapai 70% - 75% dari
volume beton.

13
2.3 BAHAN PENGGANTI

1. Abu Ampas Tebu


Selain menghasilkan inti sari yang digunakan sebagai bahan
pembuat gula, tebu juga menghasilkan limbah dari pengambilan
serat tersebut yakni ampasnya (bagasse tebu). Abu ampas tebu
merupakan hasil pembakaran dari ampas-ampas tebu yang telah
diambil sari gulanya, tujuan pembakaran ialah untuk menghilangkan
kandungan air pada ampas tebu tersebut. Tebu mengandung silica
yang sangat tinggi yakni sebesar 75,82% yang berfungsi sebagai
bahan pengikat, dengan kata lain abu dari hasil pembakaran ampas
tebu ini dapat digunakan sebagai bahan pengikat pengganti semen
pada beton.

Gambar 1. Abu Ampas Tebu


Pada pembuatan beton ini campuran yang digunakan ialah
abu ampas tebu sebanyak 24% dari kebutuhan semen, dengan
penambahan campuran khusus ini sifat-sifat dari mekanik beton di
harapkan akan mengalami peningkatan dari sifat-sifat mekanik pada
beton normal.

2. Abu kerang
Kerang laut (Anadara grandis) adalah salah satu dari jenis
kerang yang banyak ditemukan di perairan Indonesia. Kerang ini

14
banyak dikonsumsi masyarakat karena banyak mengandung protein.
Jumlah kerang yang cukup berlimpah akan sebanding dengan
jumlah limbah kulitnya yang selama ini sebagian besar hanya
dibuang dan sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
bahan baku pembuatan kosmetik, dan kerajinan tradisional.

Gambar 2. Abu Kerang


Limbah kulit kerang mengandung senyawa kimia yang
bersifat pozzolan yaitu zat kapur (CaO) sebesar 66,70%, alumina,
dan senyawa silika (Siregar, 2009), sehingga dapat dijadikan sebagai
alternatif bahan baku utama atau bahan subtitusi pembuatan semen.
Dengan demikian optimalisasi pemanfaatan limbah kulit kerang ini
diharapkan dapat mengurangi limbah yang mencemari lingkungan
dan dapat memberi nilai tambah terhadap limbah kulit kerang
tersebut.

3. Pecahan Tempurung Kelapa


Pohon kelapa biasa di sebut dengan pohon seribu manfaat,
hal ini dikarenakan seluruh bagian dari tanaman ini dapat
dimanfaatkan. Selain pemanfaatannya sebagai bahan kerajinan,
tempurung kelapa juga bisa dimanfaatkan sebagai pengganti agregat
kasar pada beton. Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti
mencoba mengganti kebutuhan kerikil dengan pecahan tempurung
kelapa dengan proporsi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Hasilnya adalah
semakin banyak proporsi pecahan tempurung kelapa yang
digunakan maka akan mengurangi berat beton, selain itu

15
penambahan tempurung kelapa pada campuran beton juga dapat
meningkatkan nilai kuat tekan dari beton.

Gambar 3. Pecahan Tempurung Kelapa


Pecahan tempurung kelapa berfungsi untuk menggantikan
agregat kasar berupa kerikil, karena suatu saat kerikil yang ada
dialam akan habis dan juga gabungan dari pecahan beton dan krikil
memiliki ukuran dan gradasi yang berbeda atau bisa dikatakan
beragam hal ini bertujuan untuk akan menaikan kuat tekan beton
ringan.

2.4 PENGARUH BAHAN PENGGANTI


Bahan pengganti adalah bahan selain unsur pokok beton (air, semen,
dan agregat) yang dicampurkan pada adukan beton. Tujuannya adalah untuk
mengubah sifat sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah
mengeras. Bahan pengganti seharusnya hanya berguna kalau sudah ada
evaluasi yang diteliti tentang pengaruhnya pada beton. Bahan pengganti ini
ini biasanya diberikan dalam jumlah yang sedikit dan pengawasan yang
ketat harus dilakukan agar tidak berlebihan yang justru akan memperburuk
sifat beton. Sifat sifat beton yang diperbaiki itu antara lain kecepatan hidrasi
(waktu pengikatan), kemudahan pengerjaan, dan kekedapan terhadap air.

a. Kemudahan Pengerjaan (Workability)


Workability sulit didefinisikan dengan tepat, namun sering
diinterpretasikan sebagai tingkat kemudahan pengerjaan beton
untuk diaduk, dituang, dipadatkan dan diangkat. Inovasi bahan
tambah ini dapat dikerjakan dengan mudah karena bahan tambah

16
yang digunakan memiliki sifat mekanis yang hamper
menyerupai sifat mekanis pada bahan campuran beton pada
umumnya. Contohnya seperti abu ampas tebu berupa bubuk
yang menyerupai bubuk semen.

b. Air Semen
Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dengan
berat semen yang digunakan dalam adukan beton. Faktor air
semen yang sangat tinggi dapat menyebabkan beton yang
dihasilkan memiliki kuat tekan rendah dan semakin rendah
faktor air semen membuat beton yang dihasilkan memiliki kuat
desak tinggi.

c. Slump
Slump merupakan tinggi dalam adukan kerucut terpancung
terhadap tinggi adukan setelah cetakan dicabut. Slump
merupakan pedoman yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kelecekan suatu adukan beton, semakin tinggi tingkat
kekenyalan maka semakin rendah pengerjaannya (nilai
workability tinggi).

10 cm

Nilai
Keruc
30 Slump
ut
cm
Abram Beton

20 cm slump flow (sebaran)

Gambar 2.4. Sketsa Modified Slump Test


Sifat beton segar dalam penelitian ini diuji dengan metode
modified slump test untuk mengukur nilai slump dan slump-flow

17
(sebaran) yang terjadi. Sketsa gambar pelaksanaan modified
slump test dapat dilihat pada Gambar 1.
Prosedur pengujian kuat tekan beton dilaksanakan
berdasarkan SNI: 03-1974-1990, benda uji diletakkan pada
mesin tekan secara sentris, dan mesin tekan dijalankan dengan
penambahan beban antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik.
Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur dan
beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
dicatat. Dalam pengujian kuat tarik beton, metode yang
digunakan adalah uji tarik belah yang mengacu pada ASTM
C496-90. Setiap varian dalam penelitian ini dilakukan uji kuat
tekan pada umur 56 hari dengan jumlah benda uji sebanyak 3
buah silinder beton untuk 1 data uji.
Kuat tekan beton dihitung berdasarkan besarnya beban
persatuan luas, menurut Persamaan 1.
P
f = (1)
c A
di mana ; 𝑓𝑐′ = kuat tekan beton (MPa)
P = beban maksimum (N)
A = luas penampang benda uji (mm2
Sedangkan kuat tarik belah benda uji dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.
2. P
f = (2)
sp  .l.d
di mana; fsp = kuat tarik belah beton (MPa)
P = beban maksimum (N)
l = panjang benda uji (mm)
d = diameter benda uji (mm)

18
BAB III
DESKRIPSI KARYA

3.1 METODE PENGAMBILAN DATA


Untuk membuat perencanaan pembuatan beton diperlukan data-data
yang digunakan sebagai acuan dan hasil dari data yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Pada pengujian ini menggunakan metode
eksperimen yaitu metode pengujian untuk mengadakan kegiatan
percobaaan untuk mendapatkan suatu hasil yang dapat menunjukan
hubungan sebab dan akibat antara variabel satu dengan yang lain

3.2 TEMPAT PENGUJIAN


Pengujian dilakukan di laboratorium teknologi beton jurusan Teknik
Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.

3.3 ALAT DAN BAHAN


3.3.1 Alat Penelitian
a. Alat Pemeriksaaan Beton
Timbangan, Botol Le Chatelier, Piknometer, Oven digital, Satu
set saringan ASTM, Mesin penggetar ayakan, Corong/Conical Mould
yang dilengkapi dengan batang penumbuk untuk mengukur kondisi
SSD agregat halus, Mesin Los Angeles untuk mengukur keausan
agregat, keranjang sample, thermometer,cetok semen, loyang nampan
dan lain-lain.
b. Alat Pembuat, Perawatan dan Pengujian Benda Uji
Cetakan benda uji silinder diameter 15 cm dan 30 cm,
Timbangan, molen yng digunakan dalam mengaduk campuran beton,
kerucut abrams yang terbuat dari baja yang dilengkapi dengan tongkat
baja perojok yang digunakan untuk mengukur nilai slump adukan
beton, cetok semen, bak perendam benda uji untuk perawatan benda
uji, peralatan pembuka cetakan, alat uji lekat dan lain-lain.

19
3.3.2 Material Uji
1. Semen yang dipergunakan adalah semen portland tipe 1.
2. Kerikil (batu pecah) yang dipergunakan merupakan kerikil pecah
yang berasal dari Merapi dan didapat dari laboratorium teknologi
beton jurusan Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.
3. Pasir yang dipergunakan berasal dari pasir Progo.
4. Limbah ampas tebu, cangkang kerang dan tempurung kelapa
didapatkan dari pasar Beringharjo.
5. Air yang dipergunakan ialah air bersih dari jaringan laboratorium
teknologi beton jurusan Teknik Sipil Universitas Teknologi
Yogyakarta.

20
3.4 BAGAN ALIR

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pengujian Bahan :
Pasir, Semen,Kerikil

Perencanaan Campuran
Mix Design

Pembuatan 2 Benda Uji Silinder

Perawatan Benda Uji 3 Hari Perawatan Benda Uji 7 Hari

Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian Kuat Tekan Beton


Umur 3 Hari Umur 7 Hari

Pengambilan data dan Analisa Data

Kesimpulan

Selesai

21
3.5 MIX DESIGN BENDA UJI
3.5.1 Data Pemeriksaan Material
Tabel 3.1. Material yang digunakan

Uraian Nilai
Berat Jenis Pasir (SSD) 2.66
Berat Jenis Kerikil (SSD) 2.62
Berat Jenis Semen 3.15
Modulus Halus Butir Pasir 2.87
Modulus Halus Butir Kerikil 7.25
Ukuran maksimum agregat 10

3.5.2 Proporsi Bahan Tambah Alami


Tabel 3.2. Penambahan bahan tambah

Jenis Bahan Nilai

Abu Ampas Tebu 12,5 % dari berat beton

Abu Cangkang Kerang 6,76% dari berat beton

Tempurung Kelapa 10 % dari berat beton

3.5.3 Perhitungan Rancangan Bahan Susun Beton

Perancangan Campuran Adukan Beton ini menngunakan metode


SNI mutu beton (𝑓′𝑐 ): 40 Mpa.
1. Perhitungan nilai tambah (margin)
Tabel 3.3. Nilai margin
Kuat tekan yang Kuat tekan rata-rata perlu
disyaratkan (f’cr)
(f’c)

𝑓′𝑐 < 21 Mpa 𝑓′𝑐𝑟 = 𝑓′𝑐 + 7.0 Mpa


21 Mpa < f’c > 35 Mpa 𝑓′𝑐𝑟 = 𝑓′𝑐 + 8,3 Mpa

𝑓′𝑐 > 35 𝑓′𝑐𝑟 = 1.10 (f’c) + 5.0 Mpa

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilaui 𝑓′𝑐𝑟 = 𝑓′𝑐 + 8,3 Mpa

22
2. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari
Tabel 3.4. Syarat kuat tekan
Kuat tekan minimum
Faktor air semen
Kondisi lingkungan (MPa)
maksimum

Beton kedap air yang 28


0,50
terkena lingkungan air
Bahaya korosi pada beton
bertulang yang terkena
air yang mengandung 0,40 35

klorida dari garam, atau


air laut
Maka diambil kuat tekan yang disyaratkan terbesar = 40 MPa

3. Kuat tekan rata-rata perlu (𝑓′𝑐𝑟 )

𝑓′𝑐 = 40 Mpa

Kuat tekan yang disyaratkan


𝑓′𝑐𝑟 = 1,10 (𝑓′𝑐 ) + 0,50

= 1,10 (40) + 0,50


= 49 MPa

4. Penetapan jenis semen Portland


Tipe semen yang duigunakan adalah semen biasa (tipe I =
Portland Cement)

5. Penetapan jenis agregat


a. Agregat kasar (kerikil)= batu pecah
b. Agregat halus (pasir) = pasir alami

23
6. Penetapan nilai faktor air semen (fas)

Gambar 3.1 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen
Penetapan nilai fas dilakukan dengan menggunakan gambar
berikut ini:
𝑓′𝑐𝑟 = 49 MPa

dengan metode kira- kira perpanjangan garis diperoleh nilai fas:


0,34

7. Penentuan nilai slump


Tabel 3.4. nilai slump berdasakan penggunaan
Pemakaian beton
Maks Min
(berdasarkan jenis struktur yang
(cm) (cm)
dibuat)

Dinding, plat fondasi dan fondasi


12,5 5,0
telapak bertulang

Fondasi telapak tidak bertulang,


9,0 2,5
kaison, dan strukktur di bawah tanah

Pelat, balok, kolom, dan dinding. 15,0 7,5

Pengerasan jalan 7,5 5,0

24
Pembetonan masal (beton massa) 7,5 2,5

Diperoleh nilai slump yaitu 10 cm 100 mm

8. Penetapan besar butir agregat maksimum


Ukuran butir agregat maksimum yang digunakan = 10 mm
(sesuai dengan data yang terlampir dalam kerangka acuan
lomba)

9. Jumlah air yang diperlukan


Jumlah air yang diperlukan permeter kubik beton ditentukan
berdasarkan tabel:
Ukuran Agregat Maksimum = 10 mm
Nilai Slump = 100 mm
Tabel 3.5 kebutuhan air untuk beton
Kebutuhan air per meter kubik
beton (liter)
Besar ukuran
Jenis
maks. Agregat Slam (mm)
agregat
(mm)
60-
0-10 10-30 30-60
180

Alami 150 180 205 225

10
Batu
180 205 230 250
pecah

Alami 135 160 180 195

20
Batu
170 190 210 225
pecah

Keterangan : dalam tabel apabila agregat halus dan kasar yang


dipakai jenis yang dipakai dari jenis yang berbeda (alami dan
pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan
rumus:
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak

25
Dengan :
A = Jumlah air yang dibutuhkan , liter/m3 .
Ah = Jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat halus.
Ak = Jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat kasar.

Karena :
Ah = 225
Ak = 250
Maka, A = 0.67×( 225 ) + 0.33×( 250 )
= 233,25 dibulatkan 235 liter

10. Berat semen yang diperlukan


Berat semen yang diperlukan dengan rumus
Wsemen = W air / fas
= 235 / 0.34
= 691,176 kg/m3 dibulatkan 691 kg/m3

11. Proporsi berat agregat terhadap agregat campuran


Dengan menggunakan hitungan MHB agregat campuran maka
diperoleh:
MHB agregat halus = 2.87
MHB agregat kasar = 7.25
MHB campuran = 5.00 – 6.00
MHB campuran = 6,00
𝐾−𝐶
W agregat halus = 𝐶−𝑃 ×100%
7,25-6
= 6-2,86 ×100%

= 39,87% dibulatkan 40%


W agregat kasar = 100% - Wpasir
= 100% - 40%
= 60%

26
12. Berat jenis agregat campuran
BJ Pasir = 2,66
BJ Kerikil = 2,62
kh kk
BJ Agregat campuran = 100 ×2,66+ 100 ×2,62
40 60
= 100 ×2,66+ 100 ×2,62

= 2,64

13. Perkiraan berat beton


W Beton = ≤1900 kg/m3
W Agregat campuran = W Beton – W Semen – W Air
= 1900 – 691 – 235
= 974 kg/m3
W Agregat halus = 40%×974
= 389,6 kg/m3
W Agregat kasar = 60%×974
= 584,4 kg/m3

14. Perkiraan berat beton


W Agregat halus = 40%×974
= 389,6 kg/m3
W Agregat kasar = 30%×974
= 292,2 kg/m3
W Tempurung kelapa = 32,5%×584,4
= 190 kg/m3
W Semen = 325 kg/m3
W Abu ampas tebu = 34,37%×691
= 237,5 kg/m3
W Abu cangkang kerang = 18,6%×691
= 128,5 kg/m3
W Beton = 1797,8 kg/m3

27
Tabel 3.6 perancangan kebutuhan
FORMULIR PERANCANGAN KEBUTUHAN
ADUKAN BETON RINGAN 40 MPa per m3
No Uraian Nilai
1. Kuat tekan yang di syaratkan pada umur
40 Mpa
28 hari
2. Standar Deviasi (S) 1,10f’c + 5,0
3. Kuat Tekan rata-rata yang di rencanakan
49 Mpa
( f’cr)
4. Jenis Semen Portland Tipe 1
5. Jenis Pasir Pasir Alami
6. Jenis Kerikil Batu Pecah
7. MHB agregat halus (pasir) 2,87
8. MHB agregat kasar (kerikil) 7,25
9. Faktor Air Semen (fas) 0,28
10. Nilai Slump 100 mm
11. Ukuran Maksimal Butiran 10 mm
12. Perkiraan Berat Beton 1797,8 kg
13. Kebutuhan Air 235 liter
14. Total Semen 691 kg
18. Kebutuhan Semen Portland 325 kg
15. Abu Ampas Tebu (34,37%) 237,5 kg
16. Abu Kerang (18,6%) 128,5 kg
17. Prosentase agregat halus terhadap agregat
40%
campuran
20. Prosentase agregat kasar terhadap agregat
60%
campuran
21. Total Agregat halus 389,6 kg
25. Total Agregat kasar 584,4 kg
28. Kebutuhan kerikil. 292,2 kg
26. Kebutuhan tempurung kelapa sebagai
pengganti agregat kerikil sebesar 10% dari 190 kg
total berat beton.

28
15. Kebutuhan Bahan Pembuatan Benda Uji Beton
A. 4 buah benda uji silinder beton (d = 15 cm dan h = 30 cm)
 Volume silinder = 4 (1/4.π.𝑑 2 .h)
= 4 (0,25.π.0,152 .0,3)
= 0,0212 𝑚3
 Volume tambahan 10% dari volume benda uji
= (10/100) x 0,0212 = 0,00212 𝑚3
 Volume total benda uji silinder yang akan di buat
= 0,0212 + 0,00212 = 0,02332 𝑚3
 Kebutuhan bahan untuk membuat 4 buah benda uji silinder
dengan volume 0,02332 𝑚3 :
Semen = 325 x 0,02332 = 7,579 kg
Pasir = 389,6 x 0,02332 = 9,085 kg
Kerikil = 292,2 x 0,02332 = 6,814 kg
Air = 235 x 0,02332 = 5,480 liter
Abu Ampas Tebu = 237,5 x 0,02332 = 5,538 kg
Abu Kerang = 128,5 x 0,02332 = 2,997 kg
Tempurung Kelapa = 190 x 0,02332 = 4,431 kg

3.6 PENGAPLIKASIAN BETON DI LAPANGAN


Limbah kulit kerang mengandung senyawa kimia yang bersifat pozzolan
yaitu zat kapur (CaO) sebesar 66,70%, alumina, dan senyawa silika (Siregar,
2009), sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku utama atau
bahan subtitusi pembuatan semen. Berdasarkan berbagai penelitian
sebelumnya, peneliti ingin mencoba menggantikan kadar semen dengan abu
bagasse tebu kedalam campuran beton dengan proporsi 34,37% dari total
kebutuhan semen. Abu ampas tebu yang digunakan berasal dari pabrik gula
Madukusumo, Yogyakarta yang dibakar menggunakan incinerator dengan
suhu treatment 600°C selama 2-3 jam. Kemudian dilakukan tes X-Ray
Fluorescence untuk mengetahui kandungan kimianya. Penelitian ini dilakukan
beberapa pengujian untuk mengetahui workability, kuat tekan, dan kuat tarik

29
untuk melihat kontribusi abu ampas tebu sebagai material pozzolan pengganti
semen.
Beton dengan bahan tambah abu ampas tebu, abu cangkang kerang, dan
pecahan tempurung kelapa ini dapat digunakan pada konstruksi struktural
(kolom, balok, dan dak) dan konstruksi non struktural (semenisasi dan
drainase) dengan desain mutu K-125 dan K-175. Selanjutnya beton juga dapat
digunakan pada konstruksi perumahan sederhana dan pada industri pembuatan
conblok dengan persyaratan nilai kuat tekan minimum 10 MPa.
Beton dapat diaplikasikan di dunia konstruksi khususnya untuk daerah tepi
pantai, seperti daerah kepulauan dimana mudah memperoleh bahan cangkang
kerang, dan juga penggunaan abu ampas tebu dari sisa pembakaran boiler dapat
ditemukan di pabrik-pabrik gula terdekat maupun limbah dari pedagang es sari
tebu di lingkungan sekitar. Tempurung kelapa yang digunakan juga dapat
dengan mudah ditemukan disekitar kita, mengingat pohon kelapa merupakan
tanaman endemik yang banyak tumbuh di seluruh wilayah Indonesia.
Beton ini juga merupakan beton ringan yang sangat berguna untuk
bangunan tahan gempa, mengingat kondisi geografis Indonesia yang rawan
akan bencana alam khususnya gempa bumi sehingga penggunaan beton ringan
sangat diperlukan guna menekan bahaya bangunan yang roboh akibat
terjadinya bencana.

30
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA

4.1 PENGERTIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA


Rencana Anggaran Biaya suatu bangunan atau proyek adalah
perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,serta
biaya- biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau
proyek.

4.2 HASIL RENCANA ANGGARAN BIAYA


Adapun rencana anggaran biaya yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
RAB beton Normal
Tabel 3.7 RAB pada beton normal
Harga
Nama Jumlah Satuan Total
Satuan
Bahan Campur
1. Kerikil 584,4 Kg Rp. 470,- Rp. 274.668,-
2. Pasir 389,6 Kg Rp. 500,- Rp. 194.800,-
3. Semen 691 Sak Rp. 55.000,- Rp. 950.125,-
(@40kg)
4. Air 235 Liter Rp. - Rp. -

Jumlah Rp 1.419.593,-
Dibulatkan menjadi Rp 1.420.000,- per m3

RAB beton Khusus


Tabel 3.8 RAB pada beton khusus
Nama Jumlah Satuan Harga Total
Satuan
Bahan Campur
1. Kerikil 292,2 Kg Rp. 470,- Rp. 137.334,-
2. Pasir 389,6 Kg Rp. 500,- Rp. 194.800,-

31
3. Semen 325 Sak Rp. 55.000,- Rp. 446.875,-
(@40kg)
4. Air 235 Liter Rp. - Rp. -
5. Ampas tebu 237,5 Kg Rp. - Rp. -
6. Abu Kulit Kg Rp. - Rp. -
Kerang 128,5
7. Tempurung Kg Rp. - Rp. -
Kelapa 190
Jumlah Rp 779.009,-
Dibulatkan menjadi Rp 779.000,- per m3

32
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Penggunaan bahan ganti penyusun beton seperti abu ampas tebu, abu kulit
kerang, dan tempurung kelapa bertujuan untuk mengurangi limbah yang telah
ada dan juga untuk menekan atau mengurangi biaya yang diperlukan.
Abu kayu digunakan sebagai pengganti semen karena bersifat phozolan
yang dimana reaksinya akan terjadi setelah air dan semen bereaksi, jadi beton
akan mendapatkan kekuatan aslinya di umur 28 hari atau lebih, abu kulit kerang
sendiri memiliki kandungan silika yang lumayan tinggi hal ini dimanfaatkan
sebagai bahan campuran beton karena kandungan silika pada abu kulit kerang
bisa membantu mengencerkan adukan beton supaya bisa mendapatkan nilai
slump sesuai rencana, dan pecahan beton berfungsi untuk menggantikan agrgat
kasar berupa kerikil, karena suatu saat kerikil yang ada dialam akan habis dan
juga gabungan dari pecahan beton dan krikil memiliki ukuran dan gradasi yang
berbeda atau bisa dikatakan beragam hal ini bertujuan untuk akan menaikan
kuat tekan beton.

5.2 SARAN
Dalam pembuatan beton yang dilakukan, terutama pada beton mutu
tinggi, proporsi bahan pengganti yang digunakan ditentukan dengan detail agar
penggunaan bahan yang digunakan sebagai pengganti semen tidak terlalu
berdampak pada kekuatan beton, bahkan jika memungkinkan meningkatkan
kekuatan beton tersebut.
Bahan-bahan yang digunakan juga diusahakan berasal dari kualitas
terbaik, seperti pada abu cangkang kerang laut, proses pengovenan yang
dilakukan terhadap cangkang kerang harus maksimal untuk menghilangkan
kandungan air yang ada pada kerang. Proses penghancuran dari cangkang keras
juga harus semaksimal mungkin sehingga dapat diperoleh abu cangkang
kerang yang dibutuhkan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adi, N. S.dkk, (2013), PEMANFAATAN ABU KULIT KERANG (ANADARA


GRANDIS) UNTUK PEMBUATAN EKOSEMEN , Mahasiswa Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru.

Algazt, A. M., (2010), LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTURKSI, program studi teeknik sipil Universitas Teknologi
Yogyakarta, Yogyakarta.

Junius, M. I.dkk, (2013), PEMANFAATAN ABU LIMBAH GERGAJI KAYU


SEBAGAI CAMPURAN PEMBUATAN BETON,Program Studi Teknik Sipil
Universitas Kristen Petra Yogyakarta, Yogakarta.

Novianti, N. A., (2016), LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN, program


studi teeknik sipil Universitas Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta.

Sri, A. R. PENGARUH SUBSTITUSI ABU KULIT KERANG TERHADAP SIFAT


MEKANIK BETON (EKSPERIMENTAL), Departemen Teknik Sipil ,
Universitas Sumatera Utara, Medan.

34

Anda mungkin juga menyukai