Anda di halaman 1dari 21

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH KETEKNIKSIPILAN

NASIONAL 2023

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI


ALTERNATIF INSULATOR TERMAL RAMAH LINGKUNGAN
DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI

Sub Tema : PEMANFAATAN LIMBAH

Disusun oleh:
1. BENEDICTA PUTRI PELEALU NIM. 20E511071002
2. DIMAS HANDRIYANTO NIM. 20E512001007
3. ALYA PUTRI YULIANTI NIM. 21E512001004

INSTITUT TRANSPORTASI DAN LOGISTIK TRISAKTI JAKARTA


JAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG


SEBAGAI ALTERNATIF INSULATOR TERMAL
RAMAH LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI
KONSTRUKSI
2. Sub-tema : PEMANFAATAN LIMBAH
3. Ketua Tim
A. Nama Lengkap : BENEDICTA PUTRI PELEALU
B. NIM : 20E511071002
C. Prodi : S1 - TEKNIK KELAUTAN (KEPELABUHANAN)
D. Fakultas : FAKULTAS TEKNIK TRANSPORTASI
LOGISTIK
E. Universitas : INSTITUT TRANSPORTASI DAN LOGISTIK
TRISAKTI
F. Alamat email : benedicta.pelealu@gmail.com
G. No. Telp/HP : 088971736520
4. Dosen Pendamping
A. Nama Lengkap dan Gelar : DENI PRIYANSYAH, S.T., M.Ars.
B. NIP/NIDN : 0318129202
C. No. HP : 08122254949

Jakarta, 16 Oktober 2023

Dosen Pendamping, Ketua Tim,

DENI PRIYANSYAH, S.T., M.Ars. BENEDICTA PUTRI PELEALU


NIDN. 0318129202 NIM. 20E511071002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Transportasi Logistik

NYARU MURIS TEWENG, S.E., M.M.tr


NIDN. 9903261301

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai bentuk kontribusi dalam Lomba Karya Tulis
Ilmiah Ketekniksipilan Nasional (LKTIKN) 2023 yang diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Sipil (HMS) Bulldozer, Universitas Negeri Gorontalo.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Bapak Deni
Priansyah, S.T., M.Ars. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Keberhasilan penulisan karya ini
tidak terlepas dari dorongan, motivasi, dan dukungan yang diberikan oleh beliau.
Karya tulis ini berfokus pada permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan
meningkatnya konsumsi pisang di Indonesia, yang sayangnya juga meningkatkan potensi
limbah kulit pisang. Untuk mengatasi dampak lingkungan dari peningkatan ini,
penelitian ini merinci potensi pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan isolasi panas dalam
industri konstruksi. Dengan menyajikan informasi dan analisis yang mendalam mengenai
insulator termal ramah lingkungan berbasis kulit pisang, diharapkan karya tulis ini dapat
memberikan kontribusi positif dan pemahaman kita terhadap pemanfaatan limbah
organik di industri konstruksi.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan wawasan dan
kontribusi yang bermanfaat, serta menjadi sumbangsih positif, khususnya bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di industri konstruksi.

"Pemanfaatan Limbah Organik Sebagai Bahan Infrastruktur Untuk Nusantara


Bebas Sampah"
Jakarta, 16 September 2023
Homat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................iv

ABSTRAK ........................................................................................................................ v

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 4

METODE PENELITIAN ................................................................................................ 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 8

PENUTUP ...................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... xv

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik produksi pisang di Indonesia berdasarkan BPS .........................1


Gambar 2 Konduktivitas termal dari berbagai macam material .............................5
Gambar 3 Diagram alir kerangka pemikiran penulisan ..........................................7
Gambar 4 Proses pengolahan material sampah kulit pisang ..................................8
Gambar 5 Proses fabrikasi komposit ......................................................................8
Gambar 6 Hasil uji konduktivitas termal dan elektrik pada masing-masing
material.....................................................................................................................9
Gambar 8 Lapisan dinding tanpa insulator (kiri) dan dengan insulator (kanan) ..10
Gambar 9 Properti material batu bata (kiri), insulator kulit pisang (tengah), dan
semen plester (kanan) .............................................................................................10
Gambar 7 Dimensi denah rumah tipe 75 skala 1:100 ...........................................10
Gambar 10 Properti material gypsum (kiri) dan insulator kulit pisang (kanan) ...11
Gambar 11 Lapisan partisi terinsulasi ..................................................................11
Gambar 12 Perbandingan R dan U Value dinding terinsulasi (kiri) dengan partisi
tidak terinsulsasi (kanan)........................................................................................12
Gambar 13 Perbandingan R dan U Value partisi terinsulasi (kiri) dengan dinding
tidak terinsulasi (kanan) .........................................................................................12

iv
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI ALTERNATIF
INSULATOR TERMAL RAMAH LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI
KONSTRUKSI
a
Benedicta Putri Pelealu, bDimas Handriyanto, cAlya Putri Yulianti,
a
Prodi Teknik Kelautan (Kepelabuhanan)
b,c
Prodi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (Perkeretaapian)
Fakultas Teknik Transportasi Logistik
Institut Transportasi Logistik Trisakti,
Jl. IPN Kebon Nanas No.2, Cipinang Besar Sel., Kecamatan Jatinegara, Kota
Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13410

ABSTRAK

Indonesia, sebagai negara agraris mempunyai sumber daya alam yang melimpah,
khususnya dalam produksi pisang. Data dari Food and Agriculture Organization
(FAO) tahun 2019 menunjukkan bahwa Indonesia adalah produsen pisang terbesar
ketiga di dunia dengan produksi tahunan sekitar 7.280.659 ton. Namun, konsumsi
pisang dalam negeri yang melesat pada tahun 2021 hingga 2,39 juta ton
menyebabkan peningkatan limbah kulit pisang hingga 2,09 juta ton per tahun.
Penelitian ini mengusulkan pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan insulator termal
dalam industri konstruksi. Kulit pisang mengandung serat sekitar 20-30% yang
membantu mengurangi konduktivitas termal. Kandungan senyawa selulosa
(14,4%) pada kulit pisang membentuk lapisan berpori yang memperpanjang jalur
perpindahan panas. Penelitian ini menggunakan sampel bio-komposit yang terdiri
dari kulit pisang (80%) dan polystyrene (20%). Pengujian menunjukkan
konduktivitas termal rendah, sekitar 0,028-0,030 W/m.K. Sampel kemudian
digunakan untuk mengevaluasi karakteristik mekanik dan mengeksplorasi potensi
penggunaan komposit ini dalam aplikasi struktur bangunan dengan merujuk pada
literatur terbaru. Diharapkan penggunaan bahan ini dapat mengurangi dampak
lingkungan negatif dari peningkatan konsumsi pisang sambil memberikan alternatif
yang ramah lingkungan dalam industri konstruksi.

Kata Kunci: kulit pisang, insulator panas, bio-komposit

v
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah,
khususnya dalam produksi pisang. Menjadikan Indonesia negara keempat di dunia
yang memproduksi pisang terbesar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
Indonesia berhasil memproduksi sekitar 8,74 juta ton pisang sepanjang tahun 2021.
Angka ini meningkat 6,82% dibandingkan tahun sebelumnya yang produksinya
mencapai 8,18 juta ton.

Gambar 1 Grafik produksi pisang di Indonesia berdasarkan BPS

Data di atas menunjukkan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat


peningkatan produksi pisang nasional yang terus berlanjut selama lima tahun
terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 5,2%. Semakin meningkat
pertumbuhan produksi pisang maka semakin meningkat juga limbah dari kulit
pisang. Pada umumnya, kulit pisang seringkali hanya dibuang begitu saja atau
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat pupuk kompos dan pakan ternak.
Kurangnya pemanfaatan kulit pisang menyebabkan peningkatan produksi limbah
dari kulit pisang. Padahal kenyataannya, kulit pisang mengandung serat sekitar 20-
30% dengan rongga udara dalam serat yang membantu mengurangi konduktivitas
termal. Membuat pisang menjadi isolator yang efisien. Di sisi lain, kandungan
senyawa selulosa (14,4%) pada kulit pisang membentuk lapisan berpori yang
memperpanjang jalur perpindahan panas, dapat mengurangi aliran panas, dan area
penampang lintas untuk konduksi padat.Oleh karena itu, salah satu pemanfaatan
limbah organik sebagai bahan infrastruktur untuk Nusantara bebas sampah ialah
dengan memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai alternatif insulator termal ramah
lingkungan dalam industri konstruksi.

1
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti
selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan infrastruktur
untuk Nusantara bebas sampah?
b. Bagaimana kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif insulator
termal ramah lingkungan dalam indsutri konstruksi?
c. Bagaimana karakteristik mekanik dan potensi penggunaan komposit dalam
aplikasi struktur bangunan?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari dilakukannya
penulisan karya ilmiah yang berjudul “Pemafaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai
Alternatif Insulator Termal Ramah Lingkungan dalam Industri Konstruksi” ini
adalah:
a. Untuk mengidentifikasi pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan
infrastruktur untuk Nusantara bebas sampah.
b. Untuk mengidentifikasi pemanfaatan kulit pisang sebagai alternatif
insulator termal ramah lingkungan dalam indsutri konstruksi.
c. Untuk mengidentifikasi karakteristik mekanik dan mengeksplorasi potensi
penggunaan komposit dalam aplikasi struktur bangunan.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari dilakukan penulisan karya ilmiah yang berjudul
“Pemafaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Alternatif Insulator Termal Ramah
Lingkungan dalam Industri Konstruksi” ini adalah:
a. Secara Teoritis
Penulisan ini sebagai salah satu bahan pertimbangan dari penelitian lebih
lanjut kedepannya dalam hal pemanfaatan limbah organik sebagai bahan
infrastruktur untuk Nusantara bebas sampah. Terutama pada pemanfaatan
limbah kulit pisang sebagai alternatif insulator termal ramah lingkungan
dalam industri konstruksi.
b. Secara Praktis
Menjelaskan peran limbah organik, khususnya kulit pisang dalam hal

2
alternatif insulator termal ramah lingkungan dalam industri konstruksi agar
kelak dapat tercapainya target Nusantara bebas sampah.
c. Secara Empirik
Memberikan konstribusi terhadap literatur mengenai pemanfaatan limbah
organik sebagai bahan infrastruktur untuk Nusantara bebas sampah
khsusunya pemanfaatan limbah kulit pisang.

3
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia termasuk salah satu negara produsen pisang dunia, dengan tingkat
produksi sebanyak 6,20% dari total produksi dunia dan 50% pisang Asia berasal
dari Indonesia. Sentra pisang di Indonesia tersebar di daerah-daerah seperti Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Lampung, Kalimantan, Sulawesi, Bali, serta Nusa Tenggara Barat (Pipin
et al. 2022).
Konsumsi energi di dunia saat ini bertanggung jawab atas polusi, kerusakan
lingkungan, dan emisi gas rumah kaca. Salah satu sektor yang paling boros energi
adalah indsutri konstruksi. Di seluruh dunia, bangunan terlibat dalam sekitar 1/3
dari emisi gas rumah kaca dan mengonsumsi 40% sumber daya (Saloua et al. 2023).
Pemanfaatan bahan isolasi termal dari limbah pertanian dapat mencerminkan
konsep ekonomi melingkar sebagai solusi optimal untuk mengurangi pembentukan
limbah dan konsumsi energi (Gehad et al. 2023).
Karakteristik isolasi termal alami dari bahan dasar tanaman lignoselulosa
seperti serat pisang menunjukkan karakteristik isolasi yang menguntungkan untuk
digunakan sebagai alternatif pilihan insulasi bangunan. Serat pisang memiliki
berbagai sifat yang dibutuhkan seperti daya tahan, tahan minyak, tahan api, tahan
air, kekuatan tarik, tahan terhadap sinar UV, jeli suara, ringan berat dan kemampuan
putaran yang tinggi. Serat pisang juga mempunyai sifat isolasi. Hal ini menjadikan
serat pisang sebagai alternatif yang menarik untuk digunakan sebagai membangun
isolasi termal (Shobha R et al. 2020).
Kulit pisang memiliki kandungan Protein Kasar 3,63%, Lemak Kasar
2,52%, Serat kasar 18,17%, Calsium 7,8%, dan Phospor 2,06% (Ellen et al. 2022).
Dari analisis, diamati bahwa isolasi serat pisang 13,04% lebih efisien dibandingkan
model tanpa insulasi, sedangkan Polystyrene 13,43% dan Mineral Wool 13,83%
lebih efisien dibandingkan model tanpa isolasi (Vinod BR et al. 2020).
Serat pisang mempunyai panas yang lebih rendah konduktivitas dan
memenuhi syarat dalam kasaran 0,002W/m.K hingga 0,004W/m.K yang
merupakan rentang bangunan konduktivitas termal (Vivek et al. 2020). Insulator
termal membantu mengurangi konsumsi energi dalam pemanasan dan pendinginan
bangunan. Dengan memperkenalkan isolator berbahan dasar limbah dan bahan

4
alami dapat memberikan kontribusi yang berharga berkelanjutan (Baqer et al.
2019).
Konduktivitas termal komposit bervariasi dari 0,245 sampai dengan 0,363
W/m.K untuk pisang dan serat rami, 0,149 W/ m.K untuk limbah padat pisang,
0,0183 sampai 0,03168 W/ m.K untuk daun pisang dan polystyrene, 0,6 W/ m.K
untuk pisang, ampas tebu, dan batu bata, serta 0,3880 sampai 0,4495 W/ m.K untuk
serat pisang (Shaban et al. 2023).

Gambar 2 Konduktivitas termal dari berbagai macam material

5
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemanfaatan limbah kulit
pisang sebagai alternatif insulator termal ramah lingkungan dalam industri
konstruksi. Metode penelitian dilaksanakan melalui tinjauan pustaka yang
mendalam terhadap literatur terkait dan penelitian sebelumnya. Informasi dari
berbagai sumber studi literatur, termasuk jurnal akademik dan publikasi ilmiah
dalam domain material konstruksi dan isolasi termal, dianalisis secara sistematis
untuk mendapatkan wawasan yang diperlukan.
Pada tahap awal, dilakukan identifikasi dan seleksi literatur yang paling
relevan untuk mendukung penelitian. Setelah itu, dilakukan analisis informasi dari
literatur tersebut dengan memerinci karakteristik kulit pisang, terutama serat dan
kandungan senyawa selulosa yang berpotensi sebagai isolator termal. Untuk
menguji hipotesis penelitian, simulasi dilakukan menggunakan software khusus
untuk mengukur konduktivitas termal dari sampel bio-komposit yang terdiri dari
kulit pisang dan polystyrene.
Metode penulisan mencakup teknik pengumpulan data, yakni identifikasi
sumber literatur dan proses simulasi menggunakan software DesignBuilder Selain
itu, kerangka berpikir penelitian dirinci dengan merinci konsep-konsep kunci,
variabel, dan hubungan yang relevan dengan pemanfaatan limbah kulit pisang
sebagai insulator termal. Proses pengolahan data melibatkan analisis kualitatif dan
kuantitatif untuk menghasilkan temuan yang valid dan dapat diandalkan.
Penting untuk mencatat bahwa penelitian ini memperhatikan keterbatasan,
seperti potensi bias dalam literatur yang ditinjau dan keterbatasan sampel dalam
simulasi. Untuk memastikan integritas akademik, referensi dan kutipan dilakukan
secara akurat dan etis. Validitas dan reliabilitas temuan penelitian ditingkatkan
melalui teknik validasi silang-referensi dan penyelarasan temuan melalui beberapa
sumber.
Penelitian ini akan melibatkan evaluasi karakteristik mekanik dari bio-
komposit yang dihasilkan, dan kemungkinan penggunaannya dalam aplikasi
struktur bangunan akan dieksplorasi dengan merujuk pada literatur terbaru. Hasil
akhir penelitian akan dilaporkan secara komprehensif dengan fokus pada
transparansi dan kejujuran mengenai cakupan serta batasan penelitian.

6
Rekomendasi kebijakan akan dihasilkan berdasarkan temuan literatur yang
disintesis, dan arah penelitian di masa depan akan diusulkan untuk memberikan
kontribusi pada pengembangan lebih lanjut dalam bidang ini.

Gambar 3 Diagram alir kerangka pemikiran penulisan

7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan diskusi untuk penelitian ini
merujuk pada penelitian yang sebelumnya
dilakukan oleh Gehad R. Mohamed pada tahun
2023. Sampel penelitian dipersiapkan dengan
mengumpulkan sampah kulit pisang diperoleh
dari pasar buah lokal di Beni-suef, Mesir, dan
diolah seperti yang diilustrasikan. Kulit pisang
dipotong menjadi potongan kecil sekitar 4-5 cm,
lalu sampel dikeringkan di udara terbuka selama
lima hari. Setelah itu, sampel dikeringkan di
Gambar 4 Proses pengolahan material dalam oven laboratorium pada suhu 50 °C
sampah kulit pisang
selama 4 jam menggunakan oven T 6060
Heraeus untuk menghilangkan kadar air. Selanjutnya, kulit pisang yang telah kering
digiling menggunakan blender rumah tangga dan disaring secara manual untuk
mendapatkan bubuk halus. Bubuk ini kemudian disegel dan disimpan di dalam
laboratorium pada suhu ruangan sekitar 25 °C.
Selanjutnya, persiapan polimer dilakukan
dengan mensintesis Polysterene (PS) melalui
polimerisasi oksidasi radikal bebas dari 5 ml
stiren (bebas dari inhibitor) yang dilarutkan ke
dalam 20 ml dimetilformamida (DMF), dengan
menggunakan 5 gram amonium persulfat yang
dilarutkan dalam 10 ml air suling pada suhu 60
°C di bawah atmosfer nitrogen selama 3 jam. PS
kemudian disaring pada suhu ruangan setelah 12
jam, dicuci dengan campuran air/DMF, dan
Gambar 5 Proses fabrikasi komposit
dikeringkan dengan vakum pada suhu 60 °C.
Kemudian, polysterene dicampur dengan bubuk kulit pisang dalam rasio
berat yang bervariasi. Dalam penulisan ini, kami memfokuskan penggunaan sampel
dengan kadar 20% polysterene dan 80% kulit pisang. Selanjutnya, komposit
dikompresi menggunakan kompressor hidrolik 200 Pascal untuk menghasilkan

8
sampel silinder dengan berat 0.5 g, diameter 1 cm, dan ketebalan 0.5 cm. Properti
termo-fisik dari komposit ini kemudian dievaluasi, dan hasilnya diambil rata-rata
dan dilaporkan.
Karakterisasi material termasuk pengukuran konduktivitas termal yang
dilakukan dengan menggunakan alat buatan sendiri yang memungkinkan
pengukuran konduktivitas termal pada suhu hingga 25 °C. Alat ini terdiri dari dua
plat dingin Peltier, isolator termal, pemanas tambahan, sensor suhu, dan piring
panas listrik yang dijaga dengan baik. Konfigurasi ini memungkinkan aliran panas
melalui sampel dalam cara adiabatik. Konduktivitas termal diukur dengan
menerapkan hukum Fourier-Biot konduksi panas. Konduktivitas termal dan
konduktivitas listrik DC diestimasi dari karakteristik arus-tegangan DC yang
diukur.

Gambar 6 Hasil uji konduktivitas termal dan elektrik pada masing-masing material

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konduktivitas termal komposit (10–


40% polysterene) memiliki koefisien konduktivitas termal berkisar antara 0.027–
0.132 W/m.K. Penambahan polysterene menghasilkan variasi kecil dalam koefisien
konduktivitas termal dibandingkan dengan kulit pisang murni. Semua hasil ini
sesuai dengan definisi bahwa suatu material dapat dianggap sebagai isolator termal
ketika konduktivitas termalnya kurang dari 0.1 W/m.K (Al-Kadhemy, 2013).

9
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, data yang ada diolah
menggunakan software Design
Builder. Dalam permodelan ini,
komposit akan digunakan pada
dinding dan partisi dari rumah tipe 75.
Model ini dipilih dengan
memperhatikan desain hunian modern
yang umumnya digunakan di
perumahan Jabodetabek. Dalam
Gambar 9 Dimensi denah rumah tipe 75 skala 1:100 permodelan ini, lapisan dinding
berinsulasi memiliki ketebalan 14 cm secara keseluruhan yang terdiri dari bata
merah setebal 10 cm, bahan insulator setebal 2 cm dan plesteran setebal 2 cm.
Sedangkan untuk dinding tidak berinsulasi setebal 12 cm. Selanjutnya
mendefinisikan layer dari masing-masing dinding. Untuk rincian properti material
yang digunakan dan susunan layer dinding dapat melihat gambar berikut:

Gambar 8 Properti material batu bata (kiri), insulator kulit pisang (tengah), dan semen plester (kanan)

Gambar 7 Lapisan dinding tanpa insulator (kiri) dan dengan insulator (kanan)

10
Dikarenakan bagian rumah yang umumnya sangat membutuhkan insulator
adalah kamar tidur untuk menjaga hawa tetap sejuk dan sirkulasi udara terjaga
selama tidur, bagian kamar tidur menjadi dalam permodelan ini. Mengingat di
dalam kamar tidur terdapat dinding partisi sebagai pembatas dengan bagian lain,
partisi juga dimodelkan menggunakan insulator termal. Dalam hal ini, partisi
menggunakan dua buah Gypsum Plasterboard. Untuk partisi yang tidak terinsulasi,
kedua gypsum diberikan jarak (kosong) sebesar 10 cm. Berikut adalah rincian
properti dari masing-masing material beserta susunan layer dinding:

Gambar 10 Properti material gypsum (kiri) dan insulator kulit pisang (kanan)

Perlu diketahui bahwa pemodelan


menggunakan area Jakarta dengan rata-rata
temperatur tiap bulannya mencapai 33⸰C. Data
tersebut menjadi acuan untuk melakukan
perbandingan U-value dan R-value. U-Value
(Koefisien Permeabilitas Termal) dan R-Value
Gambar 11 Lapisan partisi terinsulasi
(Nilai Insulasi) adalah konsep kunci dalam
insulasi bangunan. U-Value mengukur kehilangan panas melalui material; semakin
rendah U-Value, semakin baik isolasinya. Ini diukur dalam W/m²K atau
BTU/hr·ft²·°F. Sementara itu, R-Value mengukur kemampuan material untuk
mengisolasi panas, semakin tinggi R-Value semakin baik. R-Value diukur dalam
K·m²/W atau °F·ft²·h/BTU. Kedua nilai ini digunakan dalam perencanaan efisiensi
energi bangunan. Semakin tinggi R-Value atau semakin rendah U-Value, semakin
baik bangunan menjaga suhu dalamnya, terutama dalam musim dingin dan panas.

11
Perlu diingat bahwa posisi insulator termal berada di dalam ruangan. Berikut adalah
hasil perbandingan R dan U value dari dinding dan partisi baik terinsulasi maupun
tidak:

Gambar 13 Perbandingan R dan U Value dinding terinsulasi (kiri) dengan dinding tidak terinsulasi (kanan)

Gambar 12 Perbandingan R dan U Value partisi terinsulasi (kiri) dengan partisi tidak terinsulasi (kanan)

Spesifikasi material
dimodifikasi sesuai dengan
karakteristik termofisik dari insulator,
pemodelan temperature ruangan dapat
dilihat sebagai berikut. Dengan
menggunakan rata-rata suhu Jakarta
sebagai temperatur eksternal, maka
suhu ruangan yang terinsulasi dengan
biokomposit dapat tereduksi hingga 27.27⸰ - 24.55⸰ C . Suhu ini tergolong ke dalam
standard SNI Nyaman Optimal (22.8⸰ –25.8⸰ C) dan Hangat Nyaman (TE) (25.8⸰–
27.2⸰ C).

12
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, penelitian ini berhasil menjawab permasalahan utama
terkait pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai alternatif insulator termal ramah
lingkungan dalam industri konstruksi. Dengan melakukan simulasi menggunakan
software dan analisis yang cermat terhadap literatur terkait, penelitian ini
menghasilkan temuan yang signifikan. Pertama, kulit pisang dapat efektif
digunakan sebagai bahan isolasi termal berdasarkan karakteristik serat dan
kandungan senyawa selulosa yang dimilikinya. Sampel bio-komposit yang
dihasilkan menunjukkan konduktivitas termal yang rendah, menegaskan potensi
aplikatifnya dalam konstruksi. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi
karakteristik mekanik dan mengeksplorasi potensi penggunaan komposit ini dalam
aplikasi struktur bangunan, sejalan dengan literatur terbaru. Berdasarkan hasil
penelitian dapat dikatakan bahwa biokomposit kulit pisang-polysterene dapat
secara efektif menjadi bahan insulator termal untuk meningkatkan efisiensi energi
dengan menghambat perpindahan kalor dari ruangan.
Saran
Pertama, penelitian ini menunjukkan perlunya pengembangan teknologi
pengeringan kulit pisang yang lebih efisien untuk memastikan kualitas serat dan
senyawa selulosa yang optimal. Pengembangan teknologi ini dapat dilakukan
melalui kerjasama antara penelitian akademis dan industri. Kedua, langkah-langkah
lanjutan perlu difokuskan pada karakteristik mekanik bio-komposit untuk
memastikan kekuatan dan daya tahan dalam aplikasi konstruksi. Penelitian ini
merekomendasikan evaluasi lebih lanjut terkait stabilitas dan keandalan material ini
dalam berbagai kondisi lingkungan.
Selain itu, dalam konteks pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan insulator termal,
kolaborasi antara pemerintah, industri konstruksi, dan produsen pisang perlu
ditingkatkan. Pemerintah dapat memberikan insentif dan kebijakan yang
mendukung penggunaan bahan ramah lingkungan, sedangkan industri konstruksi
dapat mengintegrasikan material ini dalam praktik konstruksi mereka. Produsen
pisang juga dapat berperan dalam mengelola limbah pisang secara berkelanjutan.
Pengembangan produk bio-komposit ini harus melibatkan uji coba lapangan yang

13
lebih luas untuk mengevaluasi kinerjanya dalam situasi praktis. Oleh karena itu,
penelitian ini merekomendasikan kolaborasi lebih lanjut antara peneliti, kontraktor
konstruksi, dan produsen material untuk mempercepat adopsi teknologi ini dalam
skala industri. Keseluruhan, saran-saran ini diarahkan untuk mendukung
implementasi nyata dan berhasilnya pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai
insulator termal ramah lingkungan dalam industri konstruksi.
Implikasi
Implikasi praktis dari penelitian ini memiliki beberapa saran khusus yang dapat
diadopsi untuk menggerakkan industri konstruksi menuju praktik yang lebih
berkelanjutan dan ramah lingkungan.
a. Penerapan dalam Praktik Konstruksi: Rekomendasi kebijakan sebaiknya
mencakup dorongan pada penerapan kulit pisang sebagai bahan isolasi
termal dalam regulasi konstruksi. Hal ini dapat mencakup insentif atau
regulasi yang mendukung penggunaan bahan ramah lingkungan untuk
meningkatkan kesadaran dan adopsi di industri.
b. Pengembangan Material Komposit: Penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan polystyrene sebagai bahan pendukung memberikan hasil yang
baik. Oleh karena itu, pengembangan material komposit dengan bahan
pendukung yang ramah lingkungan perlu diperhatikan lebih lanjut, mungkin
dengan eksplorasi bahan-bahan alternatif yang memiliki dampak
lingkungan lebih rendah.
c. Kolaborasi dengan Industri Konstruksi: Penelitian ini memberikan landasan
untuk kolaborasi lebih lanjut antara dunia akademis dan industri konstruksi.
Pelibatan aktif industri konstruksi dapat mempercepat adopsi teknologi dan
material baru dalam skala yang lebih besar.
d. Pada sisi implikasi teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap
pemahaman tentang pemanfaatan limbah organik sebagai bahan konstruksi.
Implikasi ini dapat membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut dalam
pengembangan material konstruksi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dalam kerangka ini, penelitian dapat diperluas untuk mencakup aspek-
aspek seperti siklus hidup material, analisis biaya, dan performa jangka
panjang dari bahan konstruksi alternatif.

14
DAFTAR PUSTAKA
Akbarnejad, A., Azadbakht, M., & Asghari, A. 2015. Determination of thermal
properties of the Cavendish banana peel as a function of temperature and moisture
(Vol. 17, Issue 4). http://www.cigrjournal.org
Alhabeeb, B. A., & Mohammed, H. N. 2020. Investigating New Thermal Insulators
Based on Cheap Natural Organic and Waste Materials: Part 1. IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering, 671(1). https://doi.org/10.1088/1757-
899X/671/1/012007
Alhabeeb, B. A., Mohammed, H. N., & Alhabeeb, S. A. 2021. Thermal insulators based
on abundant waste materials. IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering, 1067(1), 012097. https://doi.org/10.1088/1757-899x/1067/1/012097
Davey, R. (2022). Making Rigid Polyurethane Biofoams from Banana and Bergamot
Peels.
Dwiminanti, I., Daniel, S. A., & Amijaya, S. Y. 2022. PENGARUH DINDING
INSULASI TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN
HUNIAN. Seminar on Architecture Research and Technology (SMART)
Mohamed, G. R., Mahmoud, R. K., Shaban, M., Fahim, I. S., Abd El-Salam, H. M., &
Mahmoud, H. M. 2023. Towards a circular economy: valorization of banana peels
by developing bio-composites thermal insulators. Scientific Reports, 13(1), 12756.
https://doi.org/10.1038/s41598-023-37994-1
Pavelek, M., & Adamová, T. 2019. Bio-waste thermal insulation panel for sustainable
building construction in steady and unsteady-state conditions. Materials, 12(12).
https://doi.org/10.3390/ma12122004
R, V. B., Vedant, M., & Bhatia, P. 2020. Banana Fibre as Alternative Thermal Insulation
and Comparison with Conventional Thermal Insulation in Buildings.
https://www.researchgate.net/publication/339795506
Schritt, H., & Pleissner, D. 2022. Recycling of organic residues to produce insulation
composites: A review. Cleaner Waste Systems, 3, 100023.
https://doi.org/10.1016/j.clwas.2022.100023
Trobiani Di Canto, J. A., Malfait, W. J., & Wernery, J. 2023. Turning waste into
insulation – A new sustainable thermal insulation board based on wheat bran and
banana peels. Building and Environment, 244.

xv

Anda mungkin juga menyukai