Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN
5. Sarana Komunikasi
b. Fax :-
c. Email :-
b. NIM : 1805511053
8. Dosen Pembimbing
b. NIP : 196910161996011001
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3. Tujuan .................................................................................................. 3
1.4. Manfaat ................................................................................................ 3
iii
3.4.4. Analisa Aplikasi Karya di Lapangan ........................................... 18
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Rancangan Campuran Berat Kondisi SSD untuk Beton Inovasi ......... 19
v
ABSTRAK
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Agregat berupa pasir dan kerikil sudah lumrah digunakan untuk membuat
beton. Tidak dapat dipungkiri untuk memperoleh bahan agregat konvensional
tersebut masih bergantung dengan alam. Penambangan pasir secara
berlebihan tentu akan mempengarugi kondisi alam sekitar tempat
penambangan. Sedangkan, pesatnya pembangunan yang berbanding lurus
dengan jumlah produksi beton mengharuskan ketersediaan bahan agregat
dalam jumlah besar.
Bahan pengganti yang dapat digunakan dalam pembuatan beton yaitu abu
sekam padi, cangkang kerang kepah dan batok kelapa. Ketersediaan bahan-
bahan tersebut dianggap limbah dan dapat ditemui dengan mudah dalam
jumlah yang banyak. Abu sekam padi dipilih karena kandungan silika-nya
sedangkan cangkang kerang kepah dengan kandungan kalsium-nya, zat silika
yang digabungkan dengan kalsium dapat menjadi perekat dan dapat
digunakan sebagai perekat agregat. Dengan menambahkan abu sekam padi
dan cangkang kerang kepah dalam produksi beton, daya rekat lemah dari
penggunaan semen yang sedikit dapat teratasi. Sedangkan, batok kelapa
dipilih sebagai bahan substitusi agregat kasar karena karakteristiknya yang
kuat dan ringan. Karakteristik bahan penyusun beton akan sesuai dengan
karakteristik beton itu sendiri. Beton inovasi dari limbah tersebut diharapkan
berkarakteristik kuat, ringan dan minim semen. Dari pemaparan konsep dan
problema yang melatar belakangi pembuatan beton inovasi terciptalah
“DILARANG concrete” (beton inovasi dari limbah paDI, keLApa, dan
keRANG) yang minim penggunaan semen, kuat, dan ringan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proporsi campuran yang digunakan dalam pembuatan
DILARANG concrete?
2. Bagaimana proses pengolahan limbah batok kelapa, sekam padi dan
cangkang kerang kepah sebagai bahan substitusi pembuatan beton?
3. Berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat DILARANG
concrete?
1.3 Tujuan
Tujuan penelituan ini adalah:
1. Mengetahui proporsi campuran dalam pembuatan DILARANG concrete.
2. Meneliti pengaruh penggunaan limbah batok kelapa, sekam padi dan
cangkang kerang kepah sebagai bahan substitusi pembuatan beton.
3. Menghitung dan mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk membuat
DILARANG concrete.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis :
Dalam penelitian ini, diharapkan kajian dalam proses pembuatan
DILARANG concrete dapat menjadi literatur pembuatan beton inovasi dan
memberikan kontribusi ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua
pihak, khususnya seluruh jajaran anggota Dinas Pekerjaan Umum dan
rekanannya dalam membangun infrastruktur yang menggunakan beton
ringan.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Beton
2.2 Agregrat
Kandungan agregat dalam beton sangat tinggi yaitu sekitar 60% - 75% dari
volume total beton, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kekuatan beton
yang dihasilkan. Berdasarkan ukurannya, agregat dibedakan menjadi dua,
yaitu agregat kasar dan agregat halus.
4
2.2.1 Agregat Halus
5
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan
tidak berpori.
b. Bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruhpengaruh cuaca.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
1%,apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat
kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang
reaktif terhadap alkali.
e. Modulus halus butir antara 6 – 7,1 dengan variasi butir
sesuai standar gradasi.
2.3 Air
6
2.4 Semen
Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen portland atau
semen portland pozzolan. Semen portland merupakan semen hidrolis dengan
kalsium silikat hidrolis sebagai bahan utamnya. Semen akan bereaksi dengan
air membentuk pasta semen. Persentase kandungan semen dalam beton
sekitar 10% dari berat campuran beton, namun semen memiliki peran yang
sangat penting, yaitu berfungsi dalam mengikat butir-butir agregat hingga
membentuk suatu massa padat yang akan mengisi rongga-rongga diantara
butir-butir agregat.
Berdasarkan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM ada lima tipe semen
portland, antara lain:
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement) merupakan semen portland yang
digunakan dalam penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus yang disyaratkan pada jenis lain.
2. Tipe II (Modifed Cement) merupakan semen portland yang dalam
penggunaanya dengan laju pengerasan awal tinggi
3. Tipe III (Rapid-Hardening Portland Cement) merupakan semen
portland yang dalam penggunaanya dengan laju pengerasan awal tinggi
4. Tipe IV (Low-Heat Portland Cement) merupakan semen portland yang
dalm penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap panas
hidrasi rendah
5. Tipe V (Sulphate-Resisting Cement) merupakan semen portland yang
dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat,
7
2.5 Cangkang Kerang Kepah
8
2.6 Abu Sekam Padi
Abu Sekam Padi (ASP) atau Rice Husk Ash dapat dijadikan bahan altenatif
yang dapat digunakan sebagai pengganti semen dalam campuran beton
dengan biaya yang lebih murah dan mutu yang lebih baik. Abu sekam padi
(ASP) merupakan bahan buangan dari padi yang mempunyai sifat khusus
yaitu mengandung senyawa kimia yang bersifat pozolan, yaitu mengandung
silika (SiO2), suatu senyawa yang bila dicampur dengan semen dan air dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik beton. Silika
adalah senyawa kimia yang dominan pada ASP. Kandungan silika pada ASP
lebih tinggi bila dibandingkan dengan tumbuhan-tumbuhan lain. Namun,
beberapa syarat pada ASP tersebut harus diperhatikan terlebih dahulu seperti,
kadar silika yang harus mencapai batas minimal 70%. Selain itu, abu sekam
padi yang digunakan pada penelitian ini harus lolos ayakan no. 200 agar ASP
tersebut dapat mengisi ruang-ruang kosong (transition zone) antar butiran,
dapat meningkatkan daya lekat antar butiran sehingga dapat meningkatkan
kuat tekan dan kuat tarik beton. Penggunaan ASP dalam campuran juga
memberikan pengaruh pada nilai slump. Semakin tinggi kadar ASP maka
semakin rendah nilai slump adukan.
Pada keadaan saat ini juga semakin tidak mudah dan semakin
membutuhkan biaya yang besar dalam pengadaan bahan material yang
9
memenuhi persyaratan, sehingga diperlukan sebuah solusi sebagai bahan
alternatif sebagai penganti material yang bisa digunakan. Salah satunya
adalah limbah tempurung kelapa.
Kandungan selulosa yang bersifat kuat serta tidak larut akan air ini
menyebabkan tempurung kelapa cocok dijadikan solusi pengganti agregat.
Adapun kandungan kimia dari tempurung kelapa adalah selulosa,
hemiselulosa, lignin, dan abu dengan komposisi masing-masing dapat dilihat
pada Tabel 1.1.
Selain itu, karena teksturnya yang keras maka tempurung kelapa tidak
fleksibel atau tidak mudah dibentuk dan tempurung akan mempertahankan
kekuatannya sendiri. Tempurung kelapa juga memiliki pori-pori yang kecil
sehingga dapat menampung air. Kandungan selulosa memiliki sifat kuat,
10
keras dan tahan air menjadi unsur penting dalam membuat tempurung
menggantikan agregat kasar pada campuran beton. (Jacky dkk, 2018)
2.8. Superplasticizers
2. Tipe B : Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan i
ni diperlukat apabila dibutuhkan waktiu yang cukup lama antara
pencampuran/pengadukan beton dengan penuangan adukan. Atau
dimana jarak antara tempat pengadukan betondan tempat penuangan
adukan cukup jauh.
11
3. Tipe C : Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan
beton. Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah
permukaan air, atau pada struktur beton yang memerlukan pengerasan
segera.
12
BAB III
DESKRIPSI KARYA
13
3.2 Identifikasi Masalah
Karya yang dihasilkan dari penelitian ini adalah beton ringan dan
minim semen yang memanfaatkan limbah abu sekam padi, tempurung kelapa
dan cangkang kerang kepah (DILARANG concrete). Limbah sekam padi dan
batok kelapa didapatkan dari petani di Desa Sulang, Kabupaten Klungkung,
Bali Sedangkan limbah cangkang kerang didapatkan di Pasar Ikan
Kedonganan, Bali.
Pemilihan bahan tersebut didasari karakteristiknya yang dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan beton. Batok Kelapa digunakan sebagai
agregat substitusi karena memiliki karakteristik kuat dan ringan. Abu sekam
padi dan cangkang kerang kepah dipilih karena memiliki kandungan silika
dan kalsium yang tinggi, saat direksikan kalsium silika berkarakteristik
menjadi perekat yang menyerupai semen.
Dari paparan mengenai karakteristik material tambahan tersebut,
menjadi dasar penggunaan limbah abu sekam padi, tempurung kelapa dan
cangkang kerang kepah dalam inovasi pembuatan beton ringan dan minim
semen.Pelaksanaan dilakukan dengan metode persiapan bahan dan material,
14
pengecoran, perawatan sampai dengan pengujian. Pada proses persiapan
dilakukan persiapan bahan sesuai dengan mix design yang telah dihitung, lalu
pada proses pengecoran abu sekam padi, tempurung kelapa dan ekstrak
(serbuk lolos saringan 200) cangkang kerang kepah dimasukkan langsung
dalam campuran beton sebelum dimasukkan dalam cetakan, dimaksud agar
bahan tamahan tersebut dapat terbagi rata dalam campuran beton, perawatan
dilakukan dengan proses curing dari satu hari setelah pengecoran sampai
waktu pengujian, dan proses pengujian dilakukan dengan uji kuat tekan.
15
13. Kadar semen minimum 325 kg/m3
14. Faktor air semen yang disesuaikan 0,3
15. Susunan butir agregat halus Zona 2
16. Persen agregat halus 33,5 %
17. Berat jenis agregat gabungan 1,74
18. Berat Jenis Beton 1535 kg/m3
19. Kadar agregat gabungan 1020 kg/m3
20. Kadar pasir 341,7 kg/ m3
21. Kadar agregat kasar 678,5 kg/ m3
Perbandingan Berat
Semen : Agregat
Halus : Agregat Kasar 1 : 1,07 : 2,90
Gabungan
16
Tabel 3.3 Campuran Volume Beton Inovasi
Agregat Agregat Kasar
Campuran Volume Air (m 3 ) Semen (m 3 )
Halus (m 3 ) Gabungan(m 3 )
Perbandingan
Volume
0,30)]
= 4 x (0,0053+0,0011)
= 0,0256 m3
Proporsi campuran untuk 4 benda uji silinder:
Air = 0,0256 m3 x 450,63 = 11,536 kg
Semen = 0,0256 m3 x 325 = 8,32 kg
Agregat Halus = 0,0256 m3 x 347,8 = 8,90 kg
(Pasir)
Agregat Kasar (Kerikil = 0,0256 m3 x 945,28 = 24,19 kg
dan Tempurung Kelapa)
17
Cangkang Kerang ( Admixture ) = 0,0256 m3 x 37,5 = 0,960 kg
18
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA MATERIAL
Tabel 4.1 Rancangan Campuran Berat Kondisi SSD untuk Beton Inovasi
Jumlah Campuran Berat Per
Material
m3 beton
Semen 325 Kg
Agregat Halus (Pasir) 347,8Kg
Agregat Kasar (Kerikil) 205,85 Kg
Agregat Kasar
205,85 Kg
(Tempurung kelapa)
Superplasticizer 3,25 Kg
Air 450,63 Kg
Sekam Padi 37,5 Kg
Cangkang Kerang Kepah 37,5 Kg
19
5. Superplasticizer 0.9 Kg Rp. 35.500,- Kg Rp. 31.950,-
6. Air 0,450 m3 Rp. 8.410,- m3 Rp. 3.784,-
7. Sekam Padi 37,5 Kg Rp. 1.500,- Kg Rp. 56.250 ,-
Cangkang Kerang
8. 37,5 Kg Rp. 1000,- Kg Rp. 37.500,-
Kepah
Total Rp. 819.096,-
Dalam Tabel 4.2, tercantum harga satuan untuk sekam padi seharga Rp.
1.500,- per Kg, Tempurung kelapa seharga Rp. 850,- dan cangkang kerang kepah
seharga Rp. 1000,-. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui biaya untuk
membuat 1 m3 beton inovasi memerlukan biaya sebesar Rp. 819.096,-
1
= 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑡 x 819.096
4
1
= 𝑥 𝜋 𝑥 0,152 𝑥 0,30 𝑥 819.096
4
= Rp.4.340,-
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
didapat kesimpulan sebagai berikut :
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
No Uraian Keterangan
V1 V 2
3 Persentase = X 100% 10.6 %
V2
No Uraian Keterangan
V1 V 2
3 Persentase = X 100% 1,73 %
V2
No Uraian Keterangan
V1 V 2
3 Persentase = X 100% 0,25 %
V2
B. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat
No Uraian Keterangan
( H 1 H 2)
3 Prosentase = 100% 1,28%
( H 1)
(V 1 V 2)
3 Prosentase = 100% 0,02 %
(V 1)
(V 1 V 2)
3 Prosentase = 100% 0,58 %
(V 1)
C. Data Bahan :
Tabel C.1 Pemeriksaan Berat Isi Semen, Agregat Halus, dan Agregat Kasar
D. Berat isi container (cm³) 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3
Tabel C.2 Pemeriksaan Berat Isi Semen, Agregat Halus, dan Agregat Kasar
Tempurung
No. Berat Isi Padat / Rodding Semen Pasir Kerikil
Kelapa
D. Berat isi container (cm³) 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3
Dari hasil pemeriksaan gradasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pasir yang
yang akan digunakan ini masuk ke dalam zona 2.
E. Perancangan Gradasi Agregat Kasar
Tabel F.1 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk Menetapkan
Deviasi Standar
Persyaratan kuat tekan, f’c Mpa Kuat tekan rata-rata perlu, f’cr MPa
Kurang dari 21 f’c + 7,0
21 sampai dengan 35 f’c + 8,5
Lebih dari 35 f’c + 10,0
*Sumber : SNI 03-2847-2002, Tata cara perencanaan struktur beton untuk
bangunan gedung
Karena kuat tekan yang direncanakan sebesar 60 MPa maka nilai margin
yang digunakan sebesar 10 MPa
1. Kuat rata-rata yang ditargetkan
f’cr = f’c +M
f’cr = 60 + 10 = 70 MPa
2. Jenis semen adalah semen gresik PPC dan termasuk semen tipe I .
3. Jenis agregat halus adalah pasir.
4. Jenis agregat kasar adalah batu pecah dan tempurung kelapa.
5. Faktor air semen = 0,3
6. Faktor Air Semen maksimum dilihat pada tabel F.2
Tabel F.2 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum
untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam Lingkungan Khusus
*Sumber: SK SNI 03- 2834- 2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal
= 2/3(180)+1/3(210)
=190 kg/m3
37
30
0.3
Batas atas = 37 %
Batas bawah = 30 %
ba + bb
=
2
37 + 30
=
2
= 33, 5%
Sehingga:
= 66,5 %
Gambar F.6 Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai didapatkan
1900
1800
1700
2,1
1600 2,0
1535 1,9
1500
1,8
1400 1,7
1,6
190
= 1020 kg/m3
= 33,5% x 1020
= 341,7 kg/m3
3. Kadar Agregat Kasar
Kadar agregat kasar = Kadar Agregat Gabungan – Kadar Agregat Halus
= 1020 – 341,7
= 678,5 kg/m3
Agregat Agregat
Campuran Berat Air (kg) Semen (kg)
Halus (kg) Kasar (kg)
Perbandingan Berat
Semen : Agregat
1 : 1,05 : 2,08
Halus : Agregat Kasar
Perbandingan Volume
Agregat Kasar
4. Kondisi Lapangan
Agregat Agregat
Campuran Berat Air (kg) Semen (kg)
Halus (kg) Kasar (kg)
Per m3 beton 450,63 325 347,8 945,28
Perbandingan Berat
Semen : Agregat Halus : 1 : 1,07 : 2,90
Agregat Kasar
1 1
= 4 𝑥 [(4 𝑥 𝜋 𝑥 0,152 𝑥 0,30) + (20% 𝑥 𝑥 𝜋 𝑥 0,152 𝑥 0,30)]
4
= 4 𝑥 (0,0053 + 0,0011)
= 0,0256 m3
Proporsi campuran untuk 4 benda uji silinder:
Air = 0,0256 m3 x450,63 = 11,536 kg
= 24,19 kg