Anda di halaman 1dari 46

DILARANG Concrete: Inovasi Beton Ringan Mutu Tinggi dengan

Substitusi Abu Sekam Padi, Tempurung Kelapa, dan Cangkang


Kerang Kepah

Oleh :

Gusti Agung Indra Arywangsa, 1805511053 (Ketua)

I Gusti Ngurah Mardiawan, 1805511127 (Anggota)

Ni Wayan Sukrayeni Wahyudiva Santhi, 1805511119 (Anggota)

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : DILARANG Concrete: Inovasi Beton Ringan


Mutu Tinggi dengan Substitusi Abu Sekam Padi,
Tempurung Kelapa, dan Cangkang Kerang Kepah

2. Nama Institusi : Universitas Udayana

3. Nama Tim : Silphashastras

4. Alamat Tim : Kampus UNUD Bukit Jimbaran

5. Sarana Komunikasi

a. Telp : (0361) 703385

b. Fax :-

c. Email :-

6. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Gusti Agung Indra Arywangsa

b. NIM : 1805511053

c. Jurusan : Teknik Sipil

d. Fakultas / Institusi : Teknik / Universitas Udayana

e. Alamat Rumah : Jl. Bingin Sari No. 88B, Jimbaran, Bali

f. Telp / Hp / Email : - / 083114628342 / indraarywangsa@gmail.com

7. Anggota Pelaksana Kegiatan 2 Orang

8. Dosen Pembimbing

a. Nama : I Ketut Sudarsana, S.T. Ph.D

b. NIP : 196910161996011001

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3. Tujuan .................................................................................................. 3
1.4. Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II DASAR TEORI


2.1. Beton ................................................................................................... 4
2.2. Agregat ................................................................................................ 4
2.2.1. Agregat Halus ............................................................................. 5
2.2.2. Agregat Kasar ............................................................................. 5
2.3. Air........................................................................................................ 6
2.4. Semen .................................................................................................. 7
2.5. Cangkang Kerang Kepah ...................................................................... 8
2.6. Abu Sekam Padi ................................................................................... 9
2.7. Tempurung Kelapa ............................................................................... 9
2.8. Superplasticizers .................................................................................. 11

BAB III DESKRIPSI KARYA


3.1. Metode Pengambilan Data .................................................................... 13
3.2. Identifikasi Masalah ............................................................................. 14
3.3. Deskripsi Singkat Karya ....................................................................... 14
3.4. Mix Desain Benda Uji .......................................................................... 15
3.4.1. Data Rancangan Campuran Beton............................................... 15
3.4.2. Rancangan Campuran Beton ....................................................... 16
3.4.3. Campuran Kondisi Untuk 4 Silinder ........................................... 17

iii
3.4.4. Analisa Aplikasi Karya di Lapangan ........................................... 18

BAB IV RANCANGAN ANGGARAN BIAYA (RAB)

4.1. Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Beton Inovasi ............................. 19

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan .............................................................................................. 21


5.2. Saran .................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi Kimia Serbuk Cangkang Kerang ....................................... 8

Tabel 1.1. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa ................................................ 10

Tabel 3.1. Perencanaan Campuran Beton ........................................................... 15

Tabel 3.2. Rancangan Campuran Berat Beton Inovasi ........................................ 16

Tabel 3.3. Campuran Volume Beton Inovasi ...................................................... 17

Tabel 4.1. Rancangan Campuran Berat Kondisi SSD untuk Beton Inovasi ......... 19

v
ABSTRAK

DILARANG Concrete: Inovasi Beton Ringan Mutu Tinggi dengan Substitusi


Abu Sekam Padi, Tempurung Kelapa, dan Cangkang Kerang Kepah

Gusti Agung Indra Arywangsa, I Gusti Ngurah Mardiawan,


Ni Wayan Sukrayeni Wahyudiva Santhi

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana


Kampus UNUD – Jimbaran
indraarywangsa@gmail.com

Peningkatan kualitas bangunan berujung pada terciptanya produk inovasi


berkualitas. Salah satunya, beton inovasi dengan kerakteristik ringan, kuat dan
minim semen. Selain itu, penggunaan material beton seperti kerikil, pasir, dan
semen diperoleh dari hasil eksploitasi alam serta produksinya yang menghasilkan
gas karbon dioksida (CO2). Dengan meminimalisir penggunaan material lumrah
tersebut dan untuk menciptakan beton berkualitas, dilakukan penelitian untuk
mengatasi hal tersebut dan diperoleh “DILARANG Concrete: Inovasi Beton
Ringan Mutu Tinggi dengan Substitusi Abu Sekam Padi, Tempurung Kelapa dan
Cangkang Kerang Kepah”
Penggunaan abu sekam padi, cangkang kerang kepah dan batok kelapa
sebagai bahan substitusi beton dipilih berdasarkan karakteristiknya. Abu sekam
padi dipilih karena kandungan silika-nya sedangkan cangkang kerang kepah dengan
kandungan kalsium-nya, zat silika yang digabungkan dengan kalsium dapat
menjadi perekat dan dapat digunakan sebagai perekat agregat. batok kelapa dipilih
sebagai bahan substitusi agregat kasar karena karakteristiknya yang kuat dan
ringan. Karakteristik bahan penyusun beton akan sesuai dengan karakteristik beton
itu sendiri.
Prediksi berat jenis DILARANG concrete adalah 1535 kg/m3. berat jenis
semen yang digunakan sebesar 325 kg/m3, serta kuat tekan rencana mencapai 40
Mpa. Komposisi material yang digunakan untuk membuat 1 m3 beton memiliki
perbandingan volume 1 : 0,648 : 3,181 (Semen : pasir : agregat kasar campuran).
Harga untuk membuat 1 m3 DILARANG concrete : Rp. 819.096,-

Kata kunci: Pemanfaatan limbah, beton inovasi,.

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar BeLakang Masalah

Pembangunan dibidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang


sangat pesat diberbagai bidang, misalnya gedung, jembatan, tower, jalan dan
sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam
konstruksi bangunan tersebut. Beton diminati karena banyak memiliki
kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya, antara lain
harganya yang relatif murah, mempunyai kekuatan yang baik, tahan lama,
tahan terhadap api dan tidak mengalami pembusukan.

Pada umumnya dalam proses pembuatan beton menggunakan bahan yang


terdiri dari semen, pasir, kerikil dan air. Dalam pengunaannya, bahan tersebut
sangat jarang digantikan dengan bahan lain. Hal yang mendasari
penggunaannya masih bertahan hingga sekarang adalah kurangnya eksistensi
bahan pengganti dan perhitungan biaya yang mudah diprediksi karena bahan
yang sudah lumrah digunakan. Namun, disamping keunggulannya bahan-
bahan tersebut juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan baik secara
langsung atau penggunaannya secara berkelanjutan.

Semen merupakan media perekat utama yang digunakan dalam pembuatan


beton. Saat ini hampir semua proses pembuatan beton menggunakan semen
sebagai media perekat dan bahkan semen sering menjadi satu-satunya perekat
yang digunakan. Menurut lembaga penelitian Chatham House sekitar 8%
emisi karbon dioksida (CO2) di udara berasal dari proses pembuatan semen.
Banyaknya jumlah penggunaan semen tentu akan berbanding lurus dengan
tingkat produksi semen dan akan berpengaruh langsung terhadap kualitas
udara yang memburuk akibat gas emisi karbon dioksida (CO2) yang
dihasilkan. (Chatham House, 2018)

1
Agregat berupa pasir dan kerikil sudah lumrah digunakan untuk membuat
beton. Tidak dapat dipungkiri untuk memperoleh bahan agregat konvensional
tersebut masih bergantung dengan alam. Penambangan pasir secara
berlebihan tentu akan mempengarugi kondisi alam sekitar tempat
penambangan. Sedangkan, pesatnya pembangunan yang berbanding lurus
dengan jumlah produksi beton mengharuskan ketersediaan bahan agregat
dalam jumlah besar.

Beranjak dari dua problema dalam pembuatan beton di atas, sangat


penting untuk mencari solusi dan mengatasi masalah tersebut. Mengingat
posisi Negara Indonesia yang menyandang gelar sebagai negara agraris dan
negara maritim berpotensi untuk memperoleh bahan pengganti pembuatan
beton dari hasil laut maupun hasil pertanian. Dari hasil uji literatur dan
pemilahan diperoleh beberapa bahan yang dapat digunakan untuk membuat
beton yang diprediksi memiliki karakteristik ringan, kuat dan minim semen.

Bahan pengganti yang dapat digunakan dalam pembuatan beton yaitu abu
sekam padi, cangkang kerang kepah dan batok kelapa. Ketersediaan bahan-
bahan tersebut dianggap limbah dan dapat ditemui dengan mudah dalam
jumlah yang banyak. Abu sekam padi dipilih karena kandungan silika-nya
sedangkan cangkang kerang kepah dengan kandungan kalsium-nya, zat silika
yang digabungkan dengan kalsium dapat menjadi perekat dan dapat
digunakan sebagai perekat agregat. Dengan menambahkan abu sekam padi
dan cangkang kerang kepah dalam produksi beton, daya rekat lemah dari
penggunaan semen yang sedikit dapat teratasi. Sedangkan, batok kelapa
dipilih sebagai bahan substitusi agregat kasar karena karakteristiknya yang
kuat dan ringan. Karakteristik bahan penyusun beton akan sesuai dengan
karakteristik beton itu sendiri. Beton inovasi dari limbah tersebut diharapkan
berkarakteristik kuat, ringan dan minim semen. Dari pemaparan konsep dan
problema yang melatar belakangi pembuatan beton inovasi terciptalah
“DILARANG concrete” (beton inovasi dari limbah paDI, keLApa, dan
keRANG) yang minim penggunaan semen, kuat, dan ringan.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proporsi campuran yang digunakan dalam pembuatan
DILARANG concrete?
2. Bagaimana proses pengolahan limbah batok kelapa, sekam padi dan
cangkang kerang kepah sebagai bahan substitusi pembuatan beton?
3. Berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat DILARANG
concrete?

1.3 Tujuan
Tujuan penelituan ini adalah:
1. Mengetahui proporsi campuran dalam pembuatan DILARANG concrete.
2. Meneliti pengaruh penggunaan limbah batok kelapa, sekam padi dan
cangkang kerang kepah sebagai bahan substitusi pembuatan beton.
3. Menghitung dan mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk membuat
DILARANG concrete.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis :
Dalam penelitian ini, diharapkan kajian dalam proses pembuatan
DILARANG concrete dapat menjadi literatur pembuatan beton inovasi dan
memberikan kontribusi ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua
pihak, khususnya seluruh jajaran anggota Dinas Pekerjaan Umum dan
rekanannya dalam membangun infrastruktur yang menggunakan beton
ringan.

3
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Beton

Beton merupakan bahan baku konstruksi dalam berbagai proyek


pembangunan infrakstruktur seperti bangunan, gedung, rumah tinggal,
apartemen, jalan raya, jembatan, bendungan, dan lainnya. Menurut SNI-03-
2847-2002, pengertian beton adalah campuran antara semen portland atau
semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau
tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat.

Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik diperlukan material-material


pembentuk yang berkualitas sesuai dengan sifat dan karakteristiknya. Zat
tambahan atau admixture juga dapat ditambahkan sesuai dengan tujuan, salah
satunya untuk mempercepat proses pengerasan. Selain itu, proporsi
percampuran, tahap pelaksanaan dan perawatan beton juga perlu mendapat
perhatian yang baik.

2.2 Agregrat

Agregat merupakan salah satu material dalam pembuatan beton.


Pengertian agregat menurut SNI-03-2847-2002 yaitu, material granular,
misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku pijar, yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton
atau adukan semen hidraulik.

Kandungan agregat dalam beton sangat tinggi yaitu sekitar 60% - 75% dari
volume total beton, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kekuatan beton
yang dihasilkan. Berdasarkan ukurannya, agregat dibedakan menjadi dua,
yaitu agregat kasar dan agregat halus.

4
2.2.1 Agregat Halus

Menurut SNI 03– 2847 - 2002 tentang Tata Cara Perhitungan


Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, yang dimaksud dengan
agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm.

Agregat halus yang digunakan untuk campuran pembuatan beton


memilik syarat-syarat yang harus dipenuhi. Menurut SK SNI S-04-
1989-F syarat-syarat tersebut adalah :

a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.


b. Butir agregat halus harus bersifat kekal artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh cuaca.
c. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5%,
apabila melebihi agregat halus harus dicuci.
d. Agregat halus tidak banyak mengandung zat organik
e. Modulus halus butir antara 1,5 – 3,8 dengan variasi butir
sesuai standar gradasi.

2.2.2 Agregat Kasar

Menurut SNI 03 – 2847 - 2002 tentang “Tata Cara Perhitungan


Struktur Beton untuk Bangunan Gedung” yang dimaksud dengan
agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm.

Agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton memiliki


syarat-syarat yang harus dipenuhi. Menurut SK SNI S-04-1989-F
syarat-syarat tersebut adalah :

5
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan
tidak berpori.
b. Bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruhpengaruh cuaca.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
1%,apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat
kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang
reaktif terhadap alkali.
e. Modulus halus butir antara 6 – 7,1 dengan variasi butir
sesuai standar gradasi.

2.3 Air

Air merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam pembuatan beton,


karena air akan bereaksi dengan semen sehingga menjadi pastayang berfungsi
untuk mengikat agregat. Faktor air semen (FAS) merupakan hal penting
dalam pembuatan beton, yaitu perbandingan antara jumlah air dengan semen
dalam pencampuran beton. Umumnya semakin besar nilai FAS pada
campuran beton maka nilai kuat tekan dan modulus elastisitas akan semakin
rendah begitu pula sebaliknya. Dapat dikatakan hubungan antara kuat tekan
serta modulus elastisitas beton berbanding terbalik dengan nilai FAS.

Air yang digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi syarat-syarat


standar yang telah ditentukan. Menurut SK SNI S-04-1989-F syarat-syaratnya
adalah:
1. Air harus bersih, tidak berwarna dan tidak berbau.
2. Kandungan garam dan zat organik dalam air tidak lebih dari 15
gram/liter, karena dapat merusak beton.
3. Kadar lumpur atau zat-zat lain yang terkandung dalam air tidak boleh
lebih dari 2 gram/liter.
4. Tidak mengandung klorida lebih dari 0.5 gram/liter dan senyawa sulfat
lebih dari 1 gram/liter.

6
2.4 Semen

Semen merupakan hasil dari pencampuran berbagai senyawa kimia secara


kompleks yang digunakan sebagai pengikat agregat. Secara umum, semen
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu semen non hidrolik dan semen
hidrolik. Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras dalam air,
akan tetapi dapat mengeras di udara, contohnya kapur. Sedangkan semen
hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras dalam air.
Contoh semen hidrolik adalah semen pozollan, semen terak, semen alam,
semen protland, semen portland-pozollan dll.

Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen portland atau
semen portland pozzolan. Semen portland merupakan semen hidrolis dengan
kalsium silikat hidrolis sebagai bahan utamnya. Semen akan bereaksi dengan
air membentuk pasta semen. Persentase kandungan semen dalam beton
sekitar 10% dari berat campuran beton, namun semen memiliki peran yang
sangat penting, yaitu berfungsi dalam mengikat butir-butir agregat hingga
membentuk suatu massa padat yang akan mengisi rongga-rongga diantara
butir-butir agregat.
Berdasarkan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM ada lima tipe semen
portland, antara lain:
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement) merupakan semen portland yang
digunakan dalam penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus yang disyaratkan pada jenis lain.
2. Tipe II (Modifed Cement) merupakan semen portland yang dalam
penggunaanya dengan laju pengerasan awal tinggi
3. Tipe III (Rapid-Hardening Portland Cement) merupakan semen
portland yang dalam penggunaanya dengan laju pengerasan awal tinggi
4. Tipe IV (Low-Heat Portland Cement) merupakan semen portland yang
dalm penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap panas
hidrasi rendah
5. Tipe V (Sulphate-Resisting Cement) merupakan semen portland yang
dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat,

7
2.5 Cangkang Kerang Kepah

Kerang merupakan hewan lunak (mollusca) yang banyak dibudidayakan


oleh masyarakat pesisir di Indonesia. Pemasaran kerang saat ini banyak
dijumpai baik secara domestik maupun ekspor. Kerang kerap dijadikan
makanan oleh masyarakat karena kandungan daging kerang yang memiliki
sejumlah manfaaat. Namun sebaliknya, cangkang kerang biasanya hanya
akan menjadi limbah sehingga perlu diolah kembali agar menjadi lebih
bermanfaat.

Cangkang kerang berbentuk seperti hati, bersimetri dan mempunyai


tetulang diluar. Cangkang kerang mengandung senyawa kimia pozzolan yaitu
zat kapur (CaO), alumina dan silika sehingga dengan harapan bahwa kulit
kerang dapat meningkatkan karakteristik beton. Adapun komposisi kimia
serbuk cangkang kerang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Komposisi Kimia Serbuk Cangkang Kerang

Komposisi Kimia Kadar (% berat)


Cangkang Kerang
CaO 66,70
SiO2 7,88
Fe2O3 0,03
MgO 22,28
Al2O3 1,25
(Sumber : Siti Maryam, 2006)

Komposisi Senyawa kimia yang terdapat pada serbuk cangkang kerang


terkandung dalam seluruh unsur semen walaupun dalam prosentase yang
kecil. Maka dari itu penambahan serbuk cangkang kerang diprediksi dapat
meningkatkan hasil pembentukan beton.

8
2.6 Abu Sekam Padi

Abu Sekam Padi (ASP) atau Rice Husk Ash dapat dijadikan bahan altenatif
yang dapat digunakan sebagai pengganti semen dalam campuran beton
dengan biaya yang lebih murah dan mutu yang lebih baik. Abu sekam padi
(ASP) merupakan bahan buangan dari padi yang mempunyai sifat khusus
yaitu mengandung senyawa kimia yang bersifat pozolan, yaitu mengandung
silika (SiO2), suatu senyawa yang bila dicampur dengan semen dan air dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik beton. Silika
adalah senyawa kimia yang dominan pada ASP. Kandungan silika pada ASP
lebih tinggi bila dibandingkan dengan tumbuhan-tumbuhan lain. Namun,
beberapa syarat pada ASP tersebut harus diperhatikan terlebih dahulu seperti,
kadar silika yang harus mencapai batas minimal 70%. Selain itu, abu sekam
padi yang digunakan pada penelitian ini harus lolos ayakan no. 200 agar ASP
tersebut dapat mengisi ruang-ruang kosong (transition zone) antar butiran,
dapat meningkatkan daya lekat antar butiran sehingga dapat meningkatkan
kuat tekan dan kuat tarik beton. Penggunaan ASP dalam campuran juga
memberikan pengaruh pada nilai slump. Semakin tinggi kadar ASP maka
semakin rendah nilai slump adukan.

2.7 Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa merupakan bagian kelapa setelah sabut. Umumnya


masyarakat menggunakan tempurung kelapa untuk bahan pembakaran. Selain
itu, tempurung kelapa merupakan limbah dari sisa pengulahan rumah tangga
atau industri. Berada di garis katulistiwa dengan iklim tropis, hampir seluruh
daerah di Indonesia memiliki lahan pohon kelapa yang luas sehingga tidak
menutup kemungkinan terdapat banyak limbah tempurung kelapa yang
tersedia dan belum dimanfaatkan.

Pada keadaan saat ini juga semakin tidak mudah dan semakin
membutuhkan biaya yang besar dalam pengadaan bahan material yang

9
memenuhi persyaratan, sehingga diperlukan sebuah solusi sebagai bahan
alternatif sebagai penganti material yang bisa digunakan. Salah satunya
adalah limbah tempurung kelapa.

Tempurung kelapa rata-rata memiliki ketebalan 3-6mm, dengan tektur


permukaan yang pipih, agak kasar dan keras. Tektur keras ini dikarenakan
tempurung kelapa banyak mengandung Silikon dioksida (SiO2). Dengan
sifatnya yang keras, tempurung memiliki kekuatan yang dapat menggantikan
agregat kasar pada beton. Batok kelapa memiliki kelebihan yaitu permukaan
halus di salah satu sisi dan kasar di sisi lainnya. Adanya serabut pada
permukaan tempurung menyebabkan dapat memiliki daya ikat yang lebih
kuat terhadap pasta semen sehingga jumlah semen yang digunakan
kemungkinan lebih banyak dibandingkan dengan agregat beton biasanya.
(Sonawane dkk, 2016)

Kandungan selulosa yang bersifat kuat serta tidak larut akan air ini
menyebabkan tempurung kelapa cocok dijadikan solusi pengganti agregat.
Adapun kandungan kimia dari tempurung kelapa adalah selulosa,
hemiselulosa, lignin, dan abu dengan komposisi masing-masing dapat dilihat
pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa

(Sumber: Tamado, 2013)

Komponen Persentase (%)


Selulosa 34
Lignin 27
Hemiselulosa 21
Abu 18

Selain itu, karena teksturnya yang keras maka tempurung kelapa tidak
fleksibel atau tidak mudah dibentuk dan tempurung akan mempertahankan
kekuatannya sendiri. Tempurung kelapa juga memiliki pori-pori yang kecil
sehingga dapat menampung air. Kandungan selulosa memiliki sifat kuat,

10
keras dan tahan air menjadi unsur penting dalam membuat tempurung
menggantikan agregat kasar pada campuran beton. (Jacky dkk, 2018)

2.8. Superplasticizers

Superplasticizers adalah campuran kimia yang digunakan di mana suspensi


partikel yang terdispersi dengan baik diperlukan. Polimer ini digunakan
sebagai dispersan untuk menghindari pemisahan partikel (kerikil, pasir kasar
dan halus), dan untuk meningkatkan karakteristik suspensi seperti dalam
aplikasi beton. Penambahan superplasticizer ke beton memungkinkan
pengurangan rasio air terhadap semen tanpa mempengaruhi kemampuan kerja
campuran, dan memungkinkan produksi beton yang melakukan konsolidasi
sendiri. Kekuatan beton meningkat ketika rasio air terhadap semen menurun.
Namun, mekanisme kerja mereka tidak memiliki pemahaman penuh,
mengungkapkan dalam kasus-kasus tertentu tidak kompatibel dengan
superplasticizer semen. Mengacu pada klasifikasi ASTM C494-82, dikenal 7
jenis admixture sebagai berikut:

1. Tipe A : Water Reducer (WR) atau plasticizer.


Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digu
nakan. Dengan pemakaian bahan ini diperoleh adukan dengan faktor
air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama, atau
diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang
sama.

2. Tipe B : Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan i
ni diperlukat apabila dibutuhkan waktiu yang cukup lama antara
pencampuran/pengadukan beton dengan penuangan adukan. Atau
dimana jarak antara tempat pengadukan betondan tempat penuangan
adukan cukup jauh.

11
3. Tipe C : Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan
beton. Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah
permukaan air, atau pada struktur beton yang memerlukan pengerasan
segera.

4. Tipe D : Water Reducer Retarder (WRR)


Bahan kimia tambahn berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air
dan memperlambat proses ikatan.

5. Tipe E : Water Reducer Accelerator


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air
dan mempercepat proses ikatan.

6. Tipe F : High Range Water Reducer (Superplasticizer)


Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12 % atau
bahkan lebih. Penjelasan mengenai superplasticizer akan dibahas lebih
lanjut.

7. Tipe G : High Range Water Reducer (HRWR)


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air
dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.
Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam campuran beto
n dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan-
bahan utama, maka tingkatan kontrolnya harus lebih besar daripada
pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi
kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan akan bisa
mengakibatkan menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi
bisa menimbulkan kerusakan pada beton.

12
BAB III
DESKRIPSI KARYA

3.1 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan adalah dengan pengkajian


literatur dan pengujian pada laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Udayana. Variabel yang diamati
adalah kuat tekan pada beton tersebut. Adapun tahapan alur penelitian beton
ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Alur Penelitian

13
3.2 Identifikasi Masalah

Peningkatan dan pengembangan infrastruktur di Indonesia merupakan


program pemerintah yang senantiasa dilakukan. Tingginya kuantitas
pembangunan berbanding lurus dengan jumlah penggunaan komponennya.
Dalam pembangunan infrastruktur beton adalah komponen yang sering
digunakan. Tingginya permintaan penggunaan beton mengharuskan
tersedianya bahan yang mencukupi. Dari hal tersebut , permasalahan
penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahannya,
sebagai berikut:
1. Penggunaan agregat yang didapat dari hasil eksploitasi alam, secara
berkelanjutan dapat merusak ekosistem sekitar penambangan.
2. Meningkatnya jumlah produksi semen untuk memenuhi permintaan
bahan pembuatan beton dapat meningkatkan kadar karbon dioksida
(CO2) dan menjadi penyebab terjadinya efek rumah kaca.

3.3 Deskripsi Singkat Karya

Karya yang dihasilkan dari penelitian ini adalah beton ringan dan
minim semen yang memanfaatkan limbah abu sekam padi, tempurung kelapa
dan cangkang kerang kepah (DILARANG concrete). Limbah sekam padi dan
batok kelapa didapatkan dari petani di Desa Sulang, Kabupaten Klungkung,
Bali Sedangkan limbah cangkang kerang didapatkan di Pasar Ikan
Kedonganan, Bali.
Pemilihan bahan tersebut didasari karakteristiknya yang dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan beton. Batok Kelapa digunakan sebagai
agregat substitusi karena memiliki karakteristik kuat dan ringan. Abu sekam
padi dan cangkang kerang kepah dipilih karena memiliki kandungan silika
dan kalsium yang tinggi, saat direksikan kalsium silika berkarakteristik
menjadi perekat yang menyerupai semen.
Dari paparan mengenai karakteristik material tambahan tersebut,
menjadi dasar penggunaan limbah abu sekam padi, tempurung kelapa dan
cangkang kerang kepah dalam inovasi pembuatan beton ringan dan minim
semen.Pelaksanaan dilakukan dengan metode persiapan bahan dan material,

14
pengecoran, perawatan sampai dengan pengujian. Pada proses persiapan
dilakukan persiapan bahan sesuai dengan mix design yang telah dihitung, lalu
pada proses pengecoran abu sekam padi, tempurung kelapa dan ekstrak
(serbuk lolos saringan 200) cangkang kerang kepah dimasukkan langsung
dalam campuran beton sebelum dimasukkan dalam cetakan, dimaksud agar
bahan tamahan tersebut dapat terbagi rata dalam campuran beton, perawatan
dilakukan dengan proses curing dari satu hari setelah pengecoran sampai
waktu pengujian, dan proses pengujian dilakukan dengan uji kuat tekan.

3.4 Mix Desain Benda Uji

3.4.1 Data Rancangan Campuran Beton

Berdasarkan perhitungan rancangan campuran beton


(Lampiran F) didapatkan hasil perencanaan campuran beton serat
yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Perencanaan Campuran Beton


No. Uraian Keterangan
Kuat tekan beton yang direncanakan pada
1. umur 7 hari dengan bagian tak memenuhi 60 Mpa
syarat 5%
2. Batas margin 10 MPa
3. Kuat rata-rata yang ditargetkan 70 MPa
4. Jenis semen Gresik PPC (Tipe 1)
5. Jenis agregat halus Pasir Alami
Kerikil dan Tempurung
6. Jenis agregat kasar
Kelapa
7. Faktor air semen hitung -
8. Faktor air semen maksimum 0,60
9. Slump 30-60 mm
10. Ukuran agregat maksimum 20 mm
11. Kadar air bebas 190
12. Kadar semen 325 kg/m3

15
13. Kadar semen minimum 325 kg/m3
14. Faktor air semen yang disesuaikan 0,3
15. Susunan butir agregat halus Zona 2
16. Persen agregat halus 33,5 %
17. Berat jenis agregat gabungan 1,74
18. Berat Jenis Beton 1535 kg/m3
19. Kadar agregat gabungan 1020 kg/m3
20. Kadar pasir 341,7 kg/ m3
21. Kadar agregat kasar 678,5 kg/ m3

3.4.2 Rancangan Campuran Beton

Untuk rancangan campuran beton dalam kondisi jenuh kering


permukaan (SSD), didapatkan perhitungan dan perbandingan beton
normal Tabel 3.2 (Lampiran C). Untuk penggunaan superplasticizer
per m3 beton sebesar 1 % dari kadar semen yaitu 3,25 kg,
penggunaan abu sekam padi sebesar 37,5 kg/m3 dan cangkang
kerang kepah sebesar 37,5 kg/m3. Untuk penggunaan agregat kasar
menggunakan Kerikil 50% dan tempurung kelapa 50%.

Tabel 3.2 Rancangan Campuran Berat Beton Inovasi


Agregat Kasar
Semen Agregat Halus
Campuran Berat Air (kg) Gabungan
(kg) (kg)
(kg)

Per m 3 Beton 450,63 325 347,8 945,28

Perbandingan Berat

Semen : Agregat
Halus : Agregat Kasar 1 : 1,07 : 2,90
Gabungan

16
Tabel 3.3 Campuran Volume Beton Inovasi
Agregat Agregat Kasar
Campuran Volume Air (m 3 ) Semen (m 3 )
Halus (m 3 ) Gabungan(m 3 )

Per m 3 Beton 0,450 0,182 0,118 0,579

Perbandingan
Volume

Semen : Agregat 1 : 0,648 : 3,181


Halus : Agregat
Kasar Gabungan

3.4.3 Campuran Kondisi Untuk 4 Silinder

Kebutuhan material pembuat benda uji:


Volume 4 benda uji silinder:
= 4 x [(1/4 x π x d2 x t)+(20% x 1/4 x π x d2 x t)]

= 4 x [(1/4 x π x 〖0,15〗2 x 0,30)+(20% x 1/4 x π x 〖0,15〗2 x

0,30)]
= 4 x (0,0053+0,0011)
= 0,0256 m3
Proporsi campuran untuk 4 benda uji silinder:
Air = 0,0256 m3 x 450,63 = 11,536 kg
Semen = 0,0256 m3 x 325 = 8,32 kg
Agregat Halus = 0,0256 m3 x 347,8 = 8,90 kg
(Pasir)
Agregat Kasar (Kerikil = 0,0256 m3 x 945,28 = 24,19 kg
dan Tempurung Kelapa)

17
Cangkang Kerang ( Admixture ) = 0,0256 m3 x 37,5 = 0,960 kg

Abu Sekam Padi ( Admixture) = 0,0256 m3 x 37,5 = 0,960 kg

Superplasticizer = 0,0256 m3 x 3,25 = 0,0832 kg

3.4.4 Analisa Aplikasi Karya di Lapangan

Penggunaan benggunaan beton ringan dewasa ini mengalami


peningkatan eksistensi dalam pembangunan. Beton ringan banyak
diminati lantaran lebih mudah dibentuk, ekonomis, dan lebih efisien.
Selain itu, kebanyakan masyarakat telah sadar akan pentingnya
penggunaan produk yang ramah lingkungan. Ditengah ketertarikan
masyarakat akan dua hal tersebut, produk DILARANG concrete
kami prediksi dapat diimplementasikan dengan baik dalam
memenuhi minat masyarakat dengan produk beton sejenis.
Inovasi DILARANG concrete memiliki nilai ekonomis yang
memanfaatkan limbah abu sekam padi, tempurung kelapa dan
cangkang kerang kepah dapat diaplikasikan dalam banyak hal.
Dengan rancangan yang tepat dan kekuatan beton memenuhi kriteria
mutu yang ditetapkan, maka beton ini dapat diaplikasikan sebagai
bagian dari struktur bangunan, seperti pelat, balok, kolom, dan
dinding dari suatu bangunan gedung. Dapat disimpulkan bahwa
substitusi limbah abu sekam padi, tempurung kelapa dan cangkang
kerang kepah dalam pembuatan beton dapat menjadi pertimbangan
beton mutu tinggi serta bernilai ekonomis yang aplikatif.

18
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA MATERIAL

4.1 Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Beton Inovasi


Proporsi rancangan campuran beton inovasi ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rancangan Campuran Berat Kondisi SSD untuk Beton Inovasi
Jumlah Campuran Berat Per
Material
m3 beton
Semen 325 Kg
Agregat Halus (Pasir) 347,8Kg
Agregat Kasar (Kerikil) 205,85 Kg
Agregat Kasar
205,85 Kg
(Tempurung kelapa)
Superplasticizer 3,25 Kg
Air 450,63 Kg
Sekam Padi 37,5 Kg
Cangkang Kerang Kepah 37,5 Kg

Dalam perhitungan volume material untuk 1 m3 beton yang akan


dimasukkan dalam perhitungan rencana anggaran biaya, memerlukan
konversi satuan dari satuan berat menjadi satuan volume, maka dari itu
diperlukan berat isi material yang digunakan.

Tabel 4.2 Rencana Anggaran Biaya Material untuk 1 m3 Beton Inovasi

No Material Volume Satuan Harga Satuan Satuan Harga Total

1. Semen 325 Kg Rp. 1.275,- Kg Rp. 414.375,-


2. Agregat Halus (Pasir) 0,118 m3 Rp. 236.363,- m3 Rp.27.890,-
Agregat Kasar
3. 0,2895 m3 Rp.250.000,- m3 Rp.72.375,-
(Kerikil)
Agregat Kasar
4. 205,85 Kg Rp. 850,- Kg Rp.174.972
(Tempurung Kelapa)

19
5. Superplasticizer 0.9 Kg Rp. 35.500,- Kg Rp. 31.950,-
6. Air 0,450 m3 Rp. 8.410,- m3 Rp. 3.784,-
7. Sekam Padi 37,5 Kg Rp. 1.500,- Kg Rp. 56.250 ,-
Cangkang Kerang
8. 37,5 Kg Rp. 1000,- Kg Rp. 37.500,-
Kepah
Total Rp. 819.096,-

Dalam Tabel 4.2, tercantum harga satuan untuk sekam padi seharga Rp.
1.500,- per Kg, Tempurung kelapa seharga Rp. 850,- dan cangkang kerang kepah
seharga Rp. 1000,-. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui biaya untuk
membuat 1 m3 beton inovasi memerlukan biaya sebesar Rp. 819.096,-

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui biaya untuk membuat 1 m3 beton


inovasi memerlukan biaya sebesar Jadi, biaya yang diperlukan untuk
membuat 1 benda uji beton inovasi yaitu:

Biaya 1 benda uji silinder = V x biaya beton inovasi per 1 m3

1
= 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑡 x 819.096
4

1
= 𝑥 𝜋 𝑥 0,152 𝑥 0,30 𝑥 819.096
4

= Rp.4.340,-

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Mix desain DILARANG concrete untuk setiap 1 m3 adalah :


a. Semen : 325 kg
b. Air : 450,63 kg
c. Agregat halus (Pasir) : 347,8 kg
d. Agregat kasar (Tempurung kelapa) : 205,85 kg
e. Agregat kasar (Kerikil) : 205,85 kg
f. Superplasticizer : 3,25 kg
g. Sekam Padi : 37,5 kg
h. Cangkang kerang kepah : 37,5 kg
2. Berat jenis beton yang dihasilkan dari perhitungan adalah 1535 kg/m3
3. Berdasarkan tabel 4.2 didapat harga beton inovasi per m3 adalah Rp.
Rp. 819.096,-

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:


1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai proporsi bahan
substitusi (Tempurung kelapa, abu sekam padi dan cangkang kerang
kepah) untuk memperoleh perbandingan bahan yang menghasilkan
kualitas beton yang optimal.
2 Perlu dilakukan pengujian dengan benda uji kubus (150 mm x 150 mm
x 150 mm) untuk mengetahui perbedaan hasil kuat tekan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 2000. Standar Nasional Indonesia Untuk


Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal (SNI 03-2834-2000).

Badan Standarisasi Nasional, 2002, Standar Nasional Indonesia Untuk


Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847-2002).

Chatham House. 2018. Minimation: Making #Concrete Change.


https://www.chathamhouse.org/file/minimation-making-concrete-
change. [14 Januari 2019]

Jacky dkk, 2018. Pengaruh Pecahan Tempurung Kelapa sebagai


Pengganti Agregat Kasar Dalam Campuran Beton. Link:
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/TIK/article/view/1514. [13
Januari 2019]

Lubis, Bachrial .2008 .Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi Sebagai


Material Pengganti Semen Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Tarik
Beton. Link:
https://www.researchgate.net/publication/42322381_Pengaruh_Pengg
unaan_Abu_Sekam_Padi_Sebagai_Material_Pengganti_Semen_Terha
dap_Kuat_Tekan_Dan_Kuat_Tarik_Beton. [14 Januari 2019]

Maryam, S. 2006. Pengaruh Serbuk Cangkang Kerang Sebagai Filter


Terhadap SifatSifat dari Mortar. Skripsi. FMIPA. USU
Sonawane, Yogesh N. Dan Chetan Jai Prakash Chitte. “Waste Coconut
Shell as a Partial Replacement Coarse Aggregate in Concrete Mix – An
Experimental Study”. International Journal of Science and Research
Volume 5 Issue 4 (April 2016): 649- 651.

Tamado, D., E. Budi, R. Wirawan, H. Dwi, A. Tyaswuri, E. Sulistiani,


E. Asma. 2013. Sifat Termal Karbon Aktif Berbahan Arang
Tempurung Kelapa. Jakarta : UNJ
LAMPIRAN

A. Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Tabel A.1 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus

No Uraian Keterangan

1 Berat pasir semula ( V1 ) 500 gram

2 Berat pasir oven ( V2 ) 452 gram

V1  V 2
3 Persentase = X 100% 10.6 %
V2

Tabel A.2 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar

No Uraian Keterangan

1 Berat kerikil semula (V1) 1000,1 gram

2 Berat kerikil oven ( V2 ) 983,1 gram

V1  V 2
3 Persentase = X 100% 1,73 %
V2

Tabel A.3 Pemeriksaan Kadar Air Tempurung Kelapa

No Uraian Keterangan

1 Berat kerikil semula (V1) 500 gram

2 Berat kerikil oven ( V2 ) 443,6 gram

V1  V 2
3 Persentase = X 100% 0,25 %
V2
B. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat

Tabel B.1 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus

No Uraian Keterangan

1 Tinggi Pasir + Lumpur ( H1 ) 7,8 cm

2 Tinggi Pasir ( H2 ) 7,7 cm

( H 1  H 2)
3 Prosentase =  100% 1,28%
( H 1)

Tabel B.2 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar

No. Uraian Keterangan

1 Berat Batu Pecah Kering Oven (V1) 938,4 gram

Berat Batu Pecah Kering Oven Setelah


2 938,2 gram
dicuci Tertahan Saringan No. 200 (V2)

(V 1  V 2)
3 Prosentase =  100% 0,02 %
(V 1)

Tabel B.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur Tempurung Kelapa

No. Uraian Keterangan

1 Berat Batu Pecah Kering Oven (V1) 443,6 gram

Berat Batu Pecah Kering Oven Setelah


2 441 gram
dicuci Tertahan Saringan No. 200 (V2)

(V 1  V 2)
3 Prosentase =  100% 0,58 %
(V 1)
C. Data Bahan :

Tabel C.1 Pemeriksaan Berat Isi Semen, Agregat Halus, dan Agregat Kasar

Berat Isi Lepas / Sovling / Tempurung


No. Semen Pasir Kerikil
Gembur Kelapa

Berat isi container + sample 3934 g


A.
(gram) 6041 g 6730 g 6490 g

B. Berat container (gram) 2738 g 2738 g 2738 g 2738 g

C. Berat sample (A-B) (gram) 3303g 3992 g 2738 g 1196 g

D. Berat isi container (cm³) 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3

Berat isi sample (C/D) 0,94 0,41 g/cm3


E.
(gram/cm³) 1,14 g/cm3 1,38 g/cm3 g/cm3

Tabel C.2 Pemeriksaan Berat Isi Semen, Agregat Halus, dan Agregat Kasar

Tempurung
No. Berat Isi Padat / Rodding Semen Pasir Kerikil
Kelapa

Berat container + sample 4145 g


A.
(gram) 6483 g 7255 g 6918 g

B. Berat container (gram) 2738 g 2738 g 2738 g 2738 g

C. Berat sample (A-B) (gram) 3745 g 4517 g 4180 g 1407 g

D. Berat isi container (cm³) 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3 2885 cm3

Berat isi sample (C/D) 1,44 0,48 g/cm3


E.
(gram/cm³) 1,29 g/cm3 1,56 g/cm3 g/cm3

Berat isi sample rata-rata 1,19


F.
(Esov+Erodd)/2 1,78 g/cm3 2,94 g/cm3 g/cm3 0,44 g/cm3
D. Perancangan Gradasi Agregat Halus

Tabel D.1 Perencanaan Gradasi Agregat Halus

Bahan Yang Diayak (1000 gr)


Nomor
Ayakan Jumlah yang
Jumlah Pasir Jumlah yang Tertahan
(mm) Pasir (gr) (%) di Ayakan (%)
Melalui Ayakan
(%)
4,75 6,2 0,62 0,62 99,38
2,36 79,1 7,91 8,53 91,47
1,18 119,9 11,99 20,52 79,48
0,60 239,5 23,95 44,47 55,53
0,30 208,6 20,86 65,33 34,67
0,15 243,4 24,34 89,67 10,33
0 103,3 10,33 100 0
Jumlah 1000 100 229,14
Modulus halus butir (Fm) =229,14/100 = 2,2914

Tabel D.2 Batas-batas Gradasi Agregat Halus

Persen Berat Tembus Kumulatif


Nomor
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Ayakan (mm)
(Kasar) (Agak Kasar) (Agak Halus) (Halus)
9,50 100 100 100 100
4,75 90-100 90-100 90-100 95-100
2,36 60-95 75-100 85-100 95-100
1,18 30-70 55-100 75-100 90-100
0,60 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15

Dari hasil pemeriksaan gradasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pasir yang
yang akan digunakan ini masuk ke dalam zona 2.
E. Perancangan Gradasi Agregat Kasar

Tabel E.1 Perencanaan Gradasi Agregat Kasar (Kerikil)

Bahan Yang Diayak (1000 gr)


Nomor
Ayakan Jumlah yang
Kerikil Jumlah Jumlah yang Melalui
(mm) Tertahan di
(gr) Kerikil (%) Ayakan (%)
Ayakan (%)
31,50 0,00 0,00 0,00 100,00
25,40 285,6 28,56 28,56 71,44
19,00 454,6 45,46 74,02 25,98
12,50 174,6 17,46 91,48 8,52
9,50 25,3 2,53 94,01 5,99
4,75 59,9 5,99 100,00 0,00
2,36 0,00 0,00 100,00 0,00
1,18 0,00 0,00 100,00 0,00
0,60 0,00 0,00 100,00 0,00
0,30 0,00 0,00 100,00 0,00
0,15 0,00 0,00 100,00 0,00
0 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 1000 100,00 888,07
Modulus halus butir (Fm) = 888,07/100 = 8,8807
Tabel E.2 Perencanaan Gradasi Agregat Kasar (Tempurung Kelapa)

Bahan Yang Diayak (1000 gr)


Nomor
Ayakan Tempurung Jumlah Jumlah yang Jumlah yang
(mm) Tempurung Tertahan di Melalui Ayakan
Kelapa (gr)
Kelapa (%) Ayakan (%) (%)
31,50 9,60 0,96 0,96 99,04
25,40 162,60 16,26 17,22 82,78
19,00 648,10 64,81 82,03 17,97
12,50 135,90 13,59 95,62 4,38
9,50 42,50 4,25 99,87 0,13
4,75 1,30 0,13 100,00 0,000
2,36 0,00 0,000 100,00 0,000
1,18 0,00 0,000 100,00 0,000
0,60 0,00 0,000 100,00 0,000
0,30 0,00 0,000 100,00 0,000
0,15 0,00 0,000 100,00 0,000
0 0,00 0,000 0,000
Jumlah 1000 100,00 895,7
Modulus halus butir (Fm) = 895,7/100 = 8,957

Tabel E.3 Batas-batas Gradasi Agregat Kasar

Nomor Persen Berat Tembus Kumulatif


Ayakan (mm) 10 mm 20 mm 40 mm
75 100-100 100-100 100-100
37,5 100-100 100-100 95-100
19 100-100 95-100 35-70
9,5 50-85 30-60 10-40
4,75 0-10 0-10 0-5
Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar diperoleh hasil bahwa kerikil
dan tempurung kelapa yang akan digunakan dalam praktikum teknologi bahan ini
memiliki ukuran maksimum 20 mm.

F. Perhitungan Rancangan Campuran Beton


1. Kuat tekan yang direncakan dengan bagian tak memenuhi syarat 5%
(f’c) = 60 MPa
2. Nilai margin (M)
Karena fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji
lapangan untuk perhitungan deviasi standar yang memenuhi ketentuan SNI
03-2847-2002, maka kuat tekan rata-rata perlu (f’cr) harus ditetapkan
berdasarkan Tabel F.1

Tabel F.1 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk Menetapkan
Deviasi Standar
Persyaratan kuat tekan, f’c Mpa Kuat tekan rata-rata perlu, f’cr MPa
Kurang dari 21 f’c + 7,0
21 sampai dengan 35 f’c + 8,5
Lebih dari 35 f’c + 10,0
*Sumber : SNI 03-2847-2002, Tata cara perencanaan struktur beton untuk
bangunan gedung

Karena kuat tekan yang direncanakan sebesar 60 MPa maka nilai margin
yang digunakan sebesar 10 MPa
1. Kuat rata-rata yang ditargetkan
f’cr = f’c +M
f’cr = 60 + 10 = 70 MPa
2. Jenis semen adalah semen gresik PPC dan termasuk semen tipe I .
3. Jenis agregat halus adalah pasir.
4. Jenis agregat kasar adalah batu pecah dan tempurung kelapa.
5. Faktor air semen = 0,3
6. Faktor Air Semen maksimum dilihat pada tabel F.2
Tabel F.2 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum
untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam Lingkungan Khusus

JUMLAH SEMEN NILAI FAKTOR


MINIMUM PER m3 AIR SEMEN
BETON (kg) MAKSIMUM
Beton di dalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-
korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi
325 0,52
atau uap korosif
Beton diluar ruangan bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan
dan terik matahari langsung 325 0,60

b. Terlindung dari hujan dan


terik matahari langsung
275 0,60
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah
dan kering berganti-ganti 325 0,55

b. Mendapat pengaruh sulfat


dan alkali dari tanah
Lihat tabel 4
Beton yang continueberhubungan:
a. Air tawar Lihat tabel 5
b. Air laut
*Sumber : SK SNI 03- 2834- 2000
Hasil beton pada penelitian ini diasumsikan akan digunakan diluar
ruangan bangunan dan tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung. Sehingga faktor air semen maksimum yang digunakan = 0,60

9. Slump ditetapkan sebesar 30 mm – 60 mm.


10. Ukuran agregat maksimum ditetapkan 20 mm.
11. Kadar air bebas
Kadar air bebas dapat ditentukan dengan melihat tabel E.4
Tabel F.3 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang Dibutuhkan untuk Beberapa
Tingkat Kemudahan Pengerjaan Adukan

SLUMP (mm) 0-10 10-30 30-60 60-180

UKURAN JENIS AGREGAT


BESAR BUTIR
AGREGAT
MAKSIMUM

10 Batu tak dipecahkan 150 180 205 225

Batu Pecah 180 205 230 250

20 Batu tak dipecahkan 135 160 180 195

Batu Pecah 170 190 210 225

30 Batu tak dipecahkan 115 140 160 175

Batu Pecah 155 175 190 205

*Sumber: SK SNI 03- 2834- 2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal

Kadar air pasir (wh) = 180 kg/m3

Kadar air agregat kasar (batu pecah) (wk) = 210 kg/m3

Maka, kadar air bebas = 2/3 wh + 1/3wk

= 2/3(180)+1/3(210)

=190 kg/m3

12. Kadar semen ditentukan = 325 kg/m3


13. Faktor air semen yang disesuaikan = 0,3
14. Susunan butir agregat halus ditetapkan masuk ke dalam zona 2.
15. Persen agregat halus
Persen agregat halus didapat dari melihat gambar F.4
Gambar F . 4 Grafik Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang Dianjurkan
Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm

37
30

0.3

*Sumber : SNI 03-2834-2000, Tata cara pembuatan rencana campuran normal

Batas atas = 37 %

Batas bawah = 30 %

Sehingga persentase agregat halus:

ba + bb
=
2
37 + 30
=
2
= 33, 5%

Persentase agregat halus = 33,5 %,

Sehingga:

Persentase agregat kasar = 100% - 33,5%

= 66,5 %

Berat jenis batu pecah = 2,37 g/cm3

Berat jenis tempurung kelapa = 0,73 g/cm3


Berat jenis agregat kasar = (50% x Bj tempurung kelapa) + (50% x Bj batu
pecah)

= (50% x 0,73) + (50% x 2,37)

= 0,365 + 1,185 = 1,55 g/cm3

Berat jenis agregat gabungan:


Berat jenis agregat gabungan = (% Agregat Halus x Bj Agregat Halus) +
(%Agregat Kasar x Bj Agregat Kasar)
= (33,5% x 2,137) + (66,5% x 1,55)
= 0,71+ 1,03
=1,74 g/cm3

Tabel F.5 Data Bahan

Agregat Halus Agregat Kasar


Bahan Semen
(Pasir) Gabungan

Berat Isi (kg/l) 1,78 2,94 0,665

Berat Jenis - 2,137 1,22


16. Berat jenis beton

Gambar F.6 Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai didapatkan

1900

1800

1700

2,1

1600 2,0
1535 1,9

1500
1,8

1400 1,7

1,6

190

*Sumber: SNI 03-2834-2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton


normal

Berdasarkan gambar F.6 didapatkan berat jenis beton = 1535 kg/m3

1. Kadar Agregat Gabungan


Kadar agregat gabungan = Berat Jenis Beton – Kadar Semen – Kadar
Air Bebas

= 1535 – 325 – 190

= 1020 kg/m3

2. Kadar Agregat Halus


Kadar agregat halus = % Agregat Halus x Kadar Agregat Gabungan

= 33,5% x 1020

= 341,7 kg/m3
3. Kadar Agregat Kasar
Kadar agregat kasar = Kadar Agregat Gabungan – Kadar Agregat Halus

= 1020 – 341,7

= 678,5 kg/m3

Tabel F.7 Rancangan Campuran Berat Beton Inovasi Kondisi SSD

Agregat Agregat
Campuran Berat Air (kg) Semen (kg)
Halus (kg) Kasar (kg)

Per m 3 Beton 190 325 341,7 678,5

Perbandingan Berat

Semen : Agregat
1 : 1,05 : 2,08
Halus : Agregat Kasar

Tabel F.8 Campuran Volume Beton Inovasi Kondisi SSD

Air Semen Agregat Agregat


Campuran Volume
(m 3 ) (m 3 ) Halus (m 3 ) Kasar (m 3 )

Per m 3 Beton 0,190 0,182 0,116 0,416

Perbandingan Volume

Semen : Agregat Halus : 1 : 0,637 : 2,28

Agregat Kasar

4. Kondisi Lapangan

Kadar Air Pasir = 10,6%


+1,8% (kelebihan air 1,8%)
Penyerapan Pasir = 8,8%

Kadar Air Kerikil = 1,73 %


-0,97% (kekurangan air 0,97 %)
Penyerapan Kerikil = 2,70 %
Kadar Air Tempurung Kelapa = 0,25 % - 38,35% ( kekurangan air 38,35%)
Penyerapan Tempurung Kelapa = 38,6%

Air = 190 – (1,8% x 341,7) + (0,97% x 678,5) + (38,35% x 678,5)


= 450,63 kg
Semen = 325 kg
Agregat Halus = 341,7+ (1,8% x 341,7) = 347,8 kg
Agregat Kasar = 678,5 + (39,32% x 678,5) = 945,28 kg

Tabel F.9 Rancangan Campuran Berat Beton Inovasi Kondisi Lapangan

Agregat Agregat
Campuran Berat Air (kg) Semen (kg)
Halus (kg) Kasar (kg)
Per m3 beton 450,63 325 347,8 945,28
Perbandingan Berat
Semen : Agregat Halus : 1 : 1,07 : 2,90
Agregat Kasar

Tabel F. 10 Campuran Volume Beton Inovasi Kondisi Lapangan

Semen Agregat Agregat


Campuran Volume Air (m3)
(m3) Halus (m3) Kasar (m3)
Per m3 beton 0,450 0,182 0,118 0,579
Perbandingan Berat
Semen : Agregat Halus : 1 : 0,648 : 3,181
Agregat Kasar

Campuran Kondisi SSD untuk 4 silinder :


Kebutuhan material pembuat benda uji:
Volume 4 benda uji silinder:
1 1
= 4 𝑥 [(4 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑 2 𝑥 𝑡) + (20% 𝑥 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑 2 𝑥 𝑡)]
4

1 1
= 4 𝑥 [(4 𝑥 𝜋 𝑥 0,152 𝑥 0,30) + (20% 𝑥 𝑥 𝜋 𝑥 0,152 𝑥 0,30)]
4

= 4 𝑥 (0,0053 + 0,0011)
= 0,0256 m3
Proporsi campuran untuk 4 benda uji silinder:
Air = 0,0256 m3 x450,63 = 11,536 kg

Semen = 0,0256 m3 x 325 = 8,32 kg

Agregat Halus Pasir = 0,0256 m3 x347,8 = 8,90 kg

Agregat Kasar (Kerikil dan Tempurung Kelapa) = 0,0256 m3 x 945,28

= 24,19 kg

Cangkang Kerang (Admixture) = 0,0256 m3 x 37,5 = 0,960 kg

Abu Sekam Padi = 0,0256 m3 x 37,5 = 0,960 kg

Superplasticizer = 0,0256 m3 x 3,25 = 0,0823 kg

Anda mungkin juga menyukai