Anda di halaman 1dari 25

BIOSINTESIS ZnO-CuO NANOPARTIKEL,KARAKTERISASI DAN

APLIKASINYA SEBAGAI ANTIBAKTERI Staphylococcus aureus

TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING: TRISKA PURNAMALIA, M. Pd.

Oleh:

ULFA

NIM : 220101106

KELAS : B

PROGRAM SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan
karyatulis ilmiah yang berjudul “BIOSINTESIS ZnO-CuO NANOPORTIKEL,
KARAKTERISASI DAN APLIKASINYA SEBAGAI ANTIBAKTERI
Staphylococcus aureus.” Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu tugas
Bahasa Indonesia pendidikan strata satu jurusan farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

Palembang, Desember 2022

Penulis

ii STIFI Bhakti Pertiwi


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................4

2.1 Tanaman Daun Jambu Biji ( Psidium guajava L.) ..............................................4

2.1.1Morfologi Dan Kandungan Dalam Tanaman Jambu Biji .................................5

2.1.2 Klasfikasi Tanaman ..........................................................................................6

2.1.3 Nama Daera Tanaman ......................................................................................6

2.1.4 Kandungan Kimia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) ..............................7

2.1.5 Manfaat Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) ..............................................7

2.2 Ekstrak .................................................................................................................8

2.3 Ekstraksi ..............................................................................................................8

2.3.1 Definisi Ekstraksi .............................................................................................8

2.3.2 Macam-macam Ekstraksi .................................................................................8

iii STIFI Bhakti Pertiwi


2.4 Nanopartikel ........................................................................................................9

2.5 Biosintesis Nanopartikel .....................................................................................9

2.6 ZnO Nanopartikel ................................................................................................10

2.7 CuO Nanopartikel ...............................................................................................10

2.8 Bakteri .................................................................................................................11

2.8.1 Fase Pertumbuhan Bakteri ...............................................................................12

2.8.2 Media Pembenihan ...........................................................................................13

2.8.3 Bakteri Uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 ..............................................14

2.9 X-Ray Difraction (XRD) .....................................................................................14

2.10 Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FT-IR) ..................................14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................15

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................15

3.2 Saran ....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................17

iv STIFI Bhakti Pertiwi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nanopartikel adalah formulasi suatu partikel yang terdistribusi dalam skala

seribu mikron atau nanometer (Peni et al., 2019). Menurut (Abdassah, 2017),

partikel nano juga merupakan partikel dengan diameter satu hingga seratus

nanometer. Seng oksida (ZnO), TiO, dan sebagian perak merupakan contoh

nanopartikel logam alam yang memiliki ukuran, komposisi, kristalinitas, dan

morfologi yang besar (Sirelkhatim et al., 2015). Nanopartikel ZnO adalah

semikonduktor anorganik yang biasanya ditemukan dalam bentuk bubuk. Mereka

tidak beracun, memiliki stabilitas termal yang tinggi, memiliki elektron mobilitas,

(Alfarisa et al., 2018). Nanopartikel ZnO adalah nanopartikel oksida logam transisi

yang digunakan dalam berbagai aplikasi. Salah satu aplikasinya adalah di bidang

ilmu mikroba (Fatoni et al.,2021).

Nanopartikel CuO adalah anggota paling sederhana dari keluarga senyawa


Cu. Mereka dapat memiliki berbagai sifat fisik potensial dan jauh lebih murah
daripada oksidasi perak (Rifani et al., 2019). Nanopartikel CuO dapat digunakan
sebagai antimikroba karena dapat menembus dinding sel bakteri dan membuat
lubang pada permukaan sel, dimana partikel tersebut akan terakumulasi. Elemen
struktural membran sel akan berubah sebagai akibatnya, menyebabkan kematian

1 STIFI Bhakti Pertiwi


2

sel (Ahmed et al., 2014). Dalam industri farmasi, nanopartikel ZnO dan CuO telah
digunakan sebagai sistem penghantaran obat; CuO memiliki aktivitas antimikroba
dan telah diaplikasikan langsung pada bidang biomedis, seperti pembalut luka dan
modifikasi permukaan untuk efek antimikroba (Grigore et al., 2016).

Biosintesis adalah metode sintesis nanopartikel dengan menggunakan


media dari bahan biologis, baik mikroorganisme maupun ekstrak dari tumbuhan
(Wendri et al., 2017), meskipun ZnO telah dimodifikasi untuk digunakan dalam
bidang biomedis, pertanian, sensor gas, biosensor, kosmetik, dan pertanian (Bedi
& Kaur., 2015). Proses fisik dan kimia digunakan untuk membuat partikel nano
ZnO dan CuO. Pabrik bola, ablasi laser, pirolisis semprot, hidrotermal, dan
pengendapan uap fisik (PVD) adalah contoh metode fisika yang umum, sedangkan
sol-gel, kopresipitasi, mikroemulsi, dan presipitasi adalah contoh metode kimia
yang umum (Firdaus, 2021).

Biosintesis nanopartikel ZnO telah menjadi subyek beberapa penelitian.


Misalnya, Sari et al (2017) menggunakan ekstrak rumput laut coklat sargassum sp
Fatimah et al (2016) menggunakan ekstrak daun mimosa pudica, Saputra et al
(2020) menggunakan ekstrak daun ficus carica fig L, dan Fatoni et al (2021)
menggunakan Psidium guajava

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Apakah nanopartikel ZnO-CuO dapat dibiosintesis dalam


lingkungan basa menggunakan daun jambu biji dan ekstrak etanol?
2. Apa yang diungkapkan spektrofotometri XRD dan FTIR tentang
profil spektral partikel nano ZnO-CuO?
3. Apakah nanopartikel ZnO-CuO memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538?

STIFI Bhakti Pertiwi


3

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut adalah tujuan dari penelitian ini:

1. Mengetahui biosintesis nanopartikel ZnO-CuO dari ekstrak etanol


daun jambu biji yang bersifat basa.
2. Pemanfaatan spektrofotometri XRD dan FTIR untuk menentukan
bentuk profil spektral nanopartikel ZnO-CuO.

3. Untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana nanopartikel ZnO-CuO


dapat digunakan untuk membunuh Staphylococcus aureus ATCC
6538.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut adalah manfaat penelitian:

1. Biosintesis nanopartikel ZnO-CuO dari ekstrak etanol daun jambu


biji dalam lingkungan basa diharapkan menjadi pokok bahasan
penelitian ini.
2. Informasikan kepada ilmuwan bahwa nanopartikel ZnO-CuO
memiliki kemampuan untuk membunuh Staphylococcus aureus
ATCC 6538.
3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan untuk
perkembangan ilmu pengtahuan dibidang Kesehatan khususnya
dalam bidang farmasi.

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Daun Jambu Biji ( Psidium guajava L.)

2.1.1 Morfologi dan kandungan dalam Tanaman Jambu Biji

Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah yang
cukup dikenal, jenis buah ini belum banyak mendapat perhatian untuk
dikembangkan potensinya menjadi buah yang lebih bernilai komersial baik
dalam kondisi segar maupun produk olahan. Jambu biji mudah sekali
diperoleh dan merupakan buah yang berkadar vitamin C tinggi. Jambu biji
(Psidium guajava L.) merupakan bahan makanan yang mempunyai
kandungan vitamin C yang cukup tinggi yaitu sekitar 11-1160 mg atau 100
gram bahan, dan cita rasanya pun sangat menyenangkan.Jambu biji
(Psidium guajava L.) merupakan komoditi pertanian yang mudah
membusuk, daya simpannya pada suhu ruang hanya beberapa hari saja,
sedangkan pada puncak produksi CO2 dan etilen daya simpannya hanya 3
– 6 hari setelah panen (Dhyan et al., 2014).Morfologi tanaman jambu biji
( Psidium guajava L. ) memiliki batang muda berbentuk segiempat,
sedangkan batang tua berkayu keras dengan warna cokelat. Permukaan
batang licin dengan lapisan kulit yang tipis dan mudah terkelupas. Bila
kulitnya dikelupas akan terlihat bagian dalam batang yang berwarna
hijau,Arah tumbuh batang tegak lurus dengan percabangan (Fadhilah et al.,
2018).Bunga jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki tipe benang sari
polyandrous yang artinya benang sari saling bebas tidak berlekatan.
Benang sari berwarna putih dengan kepala sari yang berwarna krem. Putik

4 STIFI Bhakti Pertiwi


5

berwarna putih kehijauan dengan bentuk kepala putik yang bercuping.


Benang sari memiliki panjang antara 0,5–1,2 cm, sedangkan jumlah
benang sari antara 180–600. Tipe perlekatan kepala sari terhadap tangkai
sari bersifat basifix yang artinya perlekatan terdapat di bagian pangkal
kepala sari. Kedudukan bakal buah pada jambu biji adalah inferior
(tenggelam) dengan tipe plasentasi bakal buah axile. Ada keterkaitan antara
diameter bunga dengan jumlah benang sari, semakin besar diameter bunga
maka semakin banyak jumlah benang sarinya (Fadhilah et al.,
2018).Daunnya lebar dan berwarna hijau bening serta memiliki urat bening
dan menonjol, menurut Cahyono (2010) jambu biji (Psidium guajava L.)
memiliki variasi baik dalam bentuk buah, ukuran buah, warna daging buah
maupun rasanya, Buah jambu biji memiliki warna daging buah yang
bervariasi ukuran bijinya sangat kecil dan mudah dikunyah.

2.1.1 Gambar Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)


(Fadhilah et al.2018)

STIFI Bhakti Pertiwi


6

2.1.2 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi tanaman daun jambu biji (Psidium guajava L.) ialah sebagai

berikut:

2.1.2 Gambar Buah Jambu biji (Kamilah,2021)

Kindom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

2.1.3 Nama Daera

STIFI Bhakti Pertiwi


7

Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan dalam penyebutan nama


jambu biji, diantaranya, Sumatra: glima breueh (Aceh), glimeu beru(Gayo),
galiman (Batak Karo), masiambu (Nias), biawas, jambu biji, jambu batu, jambu
klutuk (Melayu). Jawa: jambu klutuk (sunda ), jambu klutuk, petokal, petokal,
jambu krikil, jambu krutuk (jawa), jhambu bhender(Madura). Nusa Tenggara:
sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas (Sika).Sulawesi: Gayawas (Manado),
boyawat (Mongondow), koyamas (Tansau), dambu (Gorontalo), jambu paratugala
(Makassar), jambu paratukala(Bugis), jambu (Baree), Kujabas(Roti), biabuto
(Buol). Maluku: kayawase(Seram Barat), kujawase (Seram Selatan), laine hatu,
lutuhatu (Ambon),gayawa (Ternate, Halmahera).

Staphylococcus aureus adalah kokus gram positif berbentuk bulat yang


merupakan bagian dari flora normal tubuh manusia. Jerawat, bisul, impetigo, dan
infeksi luka semuanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang juga
dapat menyebabkan infeksi kulit (Yani et al., 2020). Bakteri yang dikenal sebagai
staphylococcus aureus dapat menyebar ke kulit dan bagian tubuh lainnya
(Rahardjo et al.,2017).

2.1.4 Kandungan Kimia Daun Jambu Biji (Pesidium guajava L.)

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki kandungan senyawa


flavonoid, polifenol, quercetin, antioksidan, tanin, saponin, alkaloid, steroid,
kuinon, dan minyak atsiri terdapat pada daun jambu biji (Psidium guajava L.)
(Prambudi, 2020). Banyaknya sumber senyawa fenol dalam jambu biji, antara lain
senyawa tanin dan flavonoid, menjadikan jambu biji sebagai antimikroba
(Handayani et al., 2018).

2.1.5 Manfaat Daun Jambu Biji (Psidium guajava)

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) dapat digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit dengan suplemen makanan, antara lain antidiare, antibakteri,
dan menurunkan gula darah. Ada kandungan senyawa lanin antara 9 hingga 12

STIFI Bhakti Pertiwi


8

persen di dalam daun jambu biji. Senyawa tanin ini berfungsi sebagai antiseptik
dengan mengurangi kerusakan yang dihasilkan oleh baking atau jamur. Bakteri
Staphylococcus aureus, Streptococcus spp., Escherichia coli, Salmonella typhi,
Proteus mirabilis, dan Shigella dysenteria semuanya rentan terhadap infeksi dari
manfaat daun jambu biji (Psidium guajava L.) (Desiyana et al., 2016).

2.2 Ekstrak

Ekstrak Yang dimaksud dengan "ekstrak" adalah proses pendistribusian


suatu bahan dengan cara yang meminimalkan kerumitan penggunaan bahan nabati
dan hewani serta massa atau serbuk yang dikandungnya untuk mengatasi masalah
yang telah ada. telah diidentifikasi (Depkes RI, 2014).

2.3 Ekstraksi

2.3.1 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi merupakan pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat
atau bahan cair dari suatu padatan (Djamal, 2012).

2.3.2 Macam-macam Ekstraksi

Menurut Emelda (2019), metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua


cara, yaitu dingin dan panas, masing-masing:

1. Cara Dingin
2. Adapun cara dingin terbagi menjadi dua yaitu:
a. Maserasi, yaitu eksposisi pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan organik yang dilakukan melalui beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan.

Perkolasi, yaitu suatu proses yang dilakukan sesuai dengan prinsip senyawa aktif
bahan simplisia dengan memanfaatkan pelarut organik tertentu sebagai pengikat,

STIFI Bhakti Pertiwi


9

proses ekstraksi dilakukan dengan cara mengidentifikasi atau meningkatkan


pelarut keserbuk simplisia yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Cara panas
Adapun cara panas adalah sebagai berikut:
a. Refluks adalah percobaan yang melibatkan pengukuran suhu cairan
pada saat pengukuran serta jumlah cairan yang tersisa setelah
pengukuran yang sebanding dengan adanya pendingin balik.

b. Soxhletasi, yaitu proses yang dilakukan sesuai dengan prinsip


pelarutan yang dilakukan secara berulang atau berkesinambung.

c. Digesti, yaitu adanya kinetik (terus menerus) pada suhu yang lebih
rendah dari suhu sekitar, biasanya antara 40°C dan 50°C.

d. Destilasi, yaitu proses destilasi yang dilakukan dengan cara yang


sederhana dan tidak memerlukan analisis sistematik di lapangan.
e. Infusa dikenal juga dengan proses ekstraksi udara pada suhu 90°C
selama lima belas menit.
f. Dekokta, yaitu metode eksperimen yang dilakukan sesuai prinsip,
namun dengan hari yang lebih panjang (kurang dari 30 menit) dan
suhu yang lebih tinggi dari suhu sekitar.

2.4 Nanopartikel

Partikel koloid atau padatan dengan diameter antara 1 dan 100 nm dikenal
sebagai nanopartikel. Menurut Napsah & Wahyuningsih (2014), nanopartikel yang
mengandung polimer dapat digunakan untuk membuat sistem penargetan target,
meningkatkan bioavailabilitas, mengurangi obat yang tidak terkendali, atau
meningkatkan obat untuk penggunaan sistemik.

STIFI Bhakti Pertiwi


10

2.5 Biosintesis Nanoportikel

Teknik yang digunakan dalam memproduksi nanopartikel ada


berbagai cara, yaitu cara reduksi kimia, fotokimia, sonokimia, dan lain-
lain. Sonochemistry nanopartikel menggunakan lapisan ultrasonik untuk
membuat log padatan nanopartikel, menurut teknologi.Sinar UV
dipantulkan oleh photokimia. Namun, metode yang paling populer terkait
dengan alasan kemudahan, biaya yang relatif murah, dan metode yang
paling mungkin digunakan terkait dengan skala yang lebih tinggi adalah
metode pengurangan bahan kimia. Prinsip biosintesis yang menggunakan
metode reduksi untuk menyiapkan nanopartikel dikenal sebagai agen
produksi karena menggunakan mikroorganisme dan tumbuhan.
Mikroorganisme jamur, khamir, dan bakteri merupakan contoh agen
produksi. Menurut Lembang (2013), teknologi bioreduksi yang digunakan
untuk menyiapkan partikel nano untuk mikroorganisme memiliki
seperangkat keterampilan yang unik, seperti penanaman kultur yang sulit
dan munculnya sintesis, menjadikannya metode alternatif untuk
bioreplikasi nanopartikel.

2.6 ZnO Nanoportikel

ZnO merupakan senyawa serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
ringan, tidak berbau, tidak berasa, encer dan dalam larutan garam hidroksida.
Kelarutan ZnO, atau praktik, rendah di udara dan etanol (95 persen P); mineral
encer dan alkali asam klorida masing-masing (Depkes RI, 2014).

2.7 CuO Nanoportikel

Tembaga (II) oksida (CuO) adalah salah satu dari beberapa senyawa oksida
logam transisi dengan ciri khas semikonduktor tipe-p. Salah satu (II) oksid dapat

STIFI Bhakti Pertiwi


11

digunakan sebagai screen, photodetector, photocalender, dan field emission


display (FEDs) (Sundari et al., 2018).

Nanopartikel CuO adalah salah satu dari beberapa nanomaterial yang


banyak digunakan saat ini dan memiliki banyak aplikasi dalam biologi,
oftalmologi, perawatan kulit, dan industri nanoteknologi (Cuong et al.,2021).

2.8 Bakteri

Klasifikasi ilmiah bakteri genus Staphylococcus aureus adalah sebagai


berikut (Soedarto, 2015) :

Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus

STIFI Bhakti Pertiwi


12

Bakteri adalah salah satu dari banyak jenis organisasi prokariotik, yaitu
organisasi yang tidak memiliki identitas yang sama dengan yang lain. Bakteri juga
menggunakan informasi genetik, yaitu DNA, berupa sirkuler, memanjang, dan
condong ke nukleoid, meskipun DNA tidak dapat ditemukan pada waktu tertentu,
menjadikan nukleus sebagai jenis organisme hidup (Rahmawati, 2019).

Bakteri dapat digunakan dalam dua cara berbeda, baik sebagai gram positif
maupun negatif. Menurut Rahmawati (2019), Bakteri gram negatif berasosiasi
dengan filum enterobacteriaceae. Bakter ini tinggal bersama

usus manusia dan mungkin binatang. Escherichia coli adalah salah satu bakteri
enterobacteriaceae yang paling terkenal. Karena bakteri gram positif yang dapat
menyebabkan spora dapat muncul kapan saja, bakteri Bacillus dan Clostridium
tersebar luas dan memiliki kemampuan untuk menyebar dalam jangka waktu yang
lama.

2.8.1 Fase pertumbuhan Bakteri

1. Menurut Sulaiman (2014), 4 fase pertumbuhan yang terdapat pada (batch


culture) yaitu, fase kondisi (Lag phase), fase logaritmik atau eksponensial, fase
statisioner (Stationer phase), dan fase kematian .

2. Fase Adaptasi (Fase Slack)

Fase adaptasi atau fase penyesuaian adalah fase pengaturan sutu aktivitas dalam
lingkungan baru. Terlepas dari kenyataan bahwa ini terjadi pada awal fase ini,
transpirasi massa atau jumlah sel terus terjadi, menunjukkan bahwa hasil fase ini
tidak pasti.

2. Fase Logaritmik atau Eksponensial Fase eksponensial atau logaritmik adalah


fase peningkatan pada kegiatan bentuk dan atau pertambahan yang mampu
mencapai produktivitas maksimum, yang berarti keberhasilan bentuk
kewirausahaan.

STIFI Bhakti Pertiwi


13

3 Fase Stationer

Fase ini terjadi penumpukan produk beracun atau kehabisa nutrisi atau minuman.
Beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah, jumlah sel hidup
menjadi tetap. Fase ini menunjukan jumlah bakteri hidup sama dengnan jumlah
bakteri hidup sama dengan jumlah bakteri mati sehingga kurva menunjukan
secara horizontal.

4 Fase Kematian

Kematian primer adalah energi seluler dan analisis diri, yang terjadi saat fase
pertama lebih stabil daripada saat pertama kali terbentuk. Terdapat beberapa
bakteri yang dapat dideteksi dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
metode statistic, selain itu, ada sejumlah bakteri yang dapat dideteksi dalam jangka
waktu tertentu setelah timbulnya spora.

2.8.2 Media Pembenihan

Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran makanan


(nutrient) yang di perlukan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan bakteri.
Ada tiga jenis media yaitu, media padat (nutrient agar), media cair (nutrient broth)
dan media setengah padat. Agar bakteri dapat hidup dan berkembang dengan baik
di dalam media di perlukan persyaratan yaitu, media harus mengandung semua
unsur hara yang di perlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakanbakteri,
mempunyai tekanan osmoso dan pH yang sesuai untuk bakteri dan harus dalam
keadaan steril (Boleng,150).

2.9 X-Ray Difraction (XRD)

Menurut Rahman (2016), X-Ray Diffraction (XRD) adalah teknik untuk


menentukan karakteristik atau indeks struktur kristal yang dapat ditemukan pada
permukaan apapun dengan menggunakan difraksi sinar-X. Teknik ini digunakan

STIFI Bhakti Pertiwi


14

ketika berkas elektron menyebabkan energi kinetik diserap oleh struktur logaritmik
dengan panjang hari. Ide di balik alat ini adalah menggunakannya sebagai sarana
untuk menampilkan zat logam di atas struktur kristal bak arus.

2.10 Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FT-IR)

Prinsip dasar FTIR berupa energi yang dikeluarkan dari sumbernya berasal dari
sinar inframerah yang melewati celah dan mengenai sampel, celah tersebut
berfungsi mengontrol jumlah energi yang diserap oleh sampel, energi yang diserap
oleh sampel sehingga sinar IR tersebut selanjutnya akan melewati bagian

interferometer yang kemudian dilanjutkan ke detektor, sinyal yang terukur


oleh detektor akan diubah menjadi spektrum IR oleh bantuan komputer
(Agtrinurcholis,2020).

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Biosintesis ZnO-CuO nanopartikel dari larutan seng asetat dihidrat
(Zn(CH3COO)2 2H2O) dan (CuSO4.5H20) yang ditambahkan dengan
ekstrak etanol daun jambu biji dalam suasana basa sudah berhasil
dilakukan.
2. Analisa gugus fungsi yang dilakukan mendeteksi keberadaan
oksida-
oksida logam seperti ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel.

Ukuran kristalinitas yang diperoleh adalah sebesar 1,0572 nm (ZnO

nanopartikel) ; 6,6315 nm (CuO nanopartikel) ; dan 2,3333 nm (ZnO-CuO


(50:50) nanopartikel). ZnO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel berbentuk
kristalin sedangkan CuO nanopartikel berbentuk amorf.
3. ZnO-CuO nanopartikel yang dihasilkan memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538
sebesar 14,28 mm (ZnO nanopartikel) ; 15,10 mm (CuO
nanopartikel) ; 15,99 mm (ZnO-CuO nanopartikel). ZnO-CuO
nanopartikel memiliki diameter hambat yang lebih besar dalam
menghambat pertumbuhan bakteri daripada ZnO nanopartikel dan
CuO nanopartikel.

3.2 SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan untuk menyempurnakanpenelitian

15 STIFI Bhakti Pertiwi


16

selanjutnya adalah karakterisasi dapat dilakukan dengan metode lainnya


seperti menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope) dan PSA
(Particle SizeAnalyze) dan untuk uji antibakteri dapat dilakukan dengan
metode lain dan bakteri yang lain.

STIFI Bhakti Pertiwi


DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M. (2017). Nanopartikel dengan gelasi ionik. Jurnal Farmaka,

15(1), 45–52.

Agtrinurcholis, A. (2020). Analisis Sidik Jari Kunyit dan Pegagan Menggunakan

Metode Spektofotometri FTIR dan Kemometrik. Skripsi. Universitas


Bhakti Kencana.

Ahmed, M., Alhadlaq, H. A., Khan, M. M. ., Karuppiah, P., & Al-Dhabi, N. A.

(2014). Synthesis, characterization and biological activity of copper oxide

nanoparticles.Nanomaterials,2014(3),1–4.
https://doi.org/10.1063/5.0025047

Alfarisa, S., Rifai, D. A., & Toruan, P. L. (2018). Studi Difraksi Sinar-X Struktur

Nano Seng Oksida ( ZnO ) X-ray Diffraction Study on ZnO


Nanostructures.

Risalah Fisika, 2(2), 53–57.

Bedi, P. S., & Kaur, A. (2015). An Overview On Uses of Zinc Oxide

Nanoparticles. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,

4(12), 1177–1196.Cuong, H. N., Pansambal, S., Ghotekar, S., Oza, R.,


Thanh Hai, N. T., Viet, N.

M., & Nguyen, V. H. (2021). New frontiers in the plant extract mediated

biosynthesis of copper oxide (CuO) nanoparticles and their potential

applications: A review. Environmental Research, 203(August 2021),


111858. https://doi.org/10.1016/j.envres.2021.111858

17 STIFI Bhakti Pertiwi


18

Depkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Desiyana, L., Husni, M., & Zhafira, S. (2016). Uji Efektivitas Sediaan Gel Fraksi

Etil Asetat Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) Terhadap

Penyembuhan Luka Terbuka Pada Mencit (Mus Musculus). Jurnal Natural,

16(2), 23–32. https://doi.org/10.24815/jn.v16i2.5017

Djamal, R. (2012). Prinsip-prinsip dasar isolasi dan identifikasi. Sumatera Barat:

Universitas Baiturrahman.

Emelda. (2019). Farmakognosi Untuk Mahasiswa Kompetensi Keeahlian

Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Fatimah, I., Pradita, R. Y., & Nurfalinda, A. (2016). Plant Extract Mediated of

ZnO Nanoparticles by Using Ethanol Extract of Mimosa Pudica Leaves


and

Coffee Powder. Procedia Engineering, 148(148), 43–


48.https://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.06.483

Fatoni, A., Afrizal, M. A., Rasyad, A. A., & Hidayati, N. (2021). ZnO

Nanoparticles and Its Interaction With Chitosan : Profile Spectra And Their

Activity Against Bacterial. JKPK (Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia),

6(2), 216. https://doi.org/10.20961/jkpk.v6l2.48000

Firdaus, A. D. (2021). Biosintesis dan Karakterisasi Nanopartikel ZnO

Menggunakan Ekstrak Kulit Labu Kuning (Cucurbita Moschata) dan

Aplikasinya pada Dye Sensitized Solar Cell (Dssc). Skripsi. Universitas

STIFI Bhakti Pertiwi


19

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fouda, A., Salem, S. S., Wassel, A. R., Hamza, M. F., & Shaheen, T. I. (2020).

Optimization of green biosynthesized visible light active CuO/ZnO nano-

photocatalysts for the degradation of organic methylene blue dye. Heliyon,

6(9), e04896. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04896

Grigore, M. E., Biscu, E. R., Holban, A. M., Gestal, M. C., & Grumezescu,
A. M.

(2016). Methods of Synthesis, Properties and Biomedical Applications of

CuO Nanoparticles. Pharmaceuticals, 9(75), 1–14.


https://doi.org/10.3390/ph9040075

Lembang, E. Y. (2013). Sintetis Nanopartikel Perak dengan Metode Reduksi

Menggunakan Bioreduktor Ekstrak Daun Ketapang (Terminalis Catappa).

Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Peni, A. R., Vifta, R. L., & Dianingati, R. S. (2019). Formulasi Nanopartikel

Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) dengan Variasi

Enkapsulan Kitosan, Alginat dan Natrium Tripolifosfat. Indonesian Journal

of Pharmacy and Natural Product, 2(1), 3–10.

Pita Rengga, W. D., Hapsari, W. P., & Ardianto, D. W. (2017). Sintesis

Nanopartikel Tembaga dari Larutan CuNO3 Menggunakan Ekstrak


Cengkeh (Syzygium aromaticum). Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan,
12(1), 15–21. https://doi.org/10.23955/rkl.v12i1.5197

hmawati, D. (2019). Dasar-dasar Mikrobiologi untuk Mahasiswa Farmasi.

STIFI Bhakti Pertiwi


20

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rifani, N. D., Budiati, I. N., Sa’adah, F., & Prihatiningsih, T. (2019). Daya

Antibakteri Nanopartikel Cu Hasil Laser Ablation Terhadap Streptococcus

Mutans. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro),

8(3), 964–969.

Saputra, I. S., Suhartati, S., Yulizar, Y., & Sudirman, S. (2020). Green Synthesis

Nanopartikel Zno Menggunakan Media Ekstrak Daun Tin (Ficus carica

Linn). Jurnal Kimia Dan Kemasan, 42(1), 1–


6.https://doi.org/10.24817/jkk.v42i1.5501

Sari, R. N., Nurhasni, N., & Yaqin, M. A. (2017). Sintetis Nanopartikel ZnO

Ekstrak Sargassum sp. dan Karakteristik Produknya. Jurnal Pengolahan

Hasil Perikanan Indonesia, 20(2), 238–


254.https://doi.org/10.17844/jphpi.v20i2.17905

Sirelkhatim, A., Mahmud, S., & Seeni, A. (2015). Review on Zinc Oxide

Nanoparticles : Antibacterial Activity and Toxicity Mechanism. Nano-


Micro Letters, 7, 219–242. https://doi.org/10.1007/s40820-015-0040-x

Sulaiman. (2014). Pertumbuhan Bakteri Pengoksidasi Amoniak dari Limbah Cair

Pabrik Pupuk Urea dan Pengajarannya di SMA NEGERI 15 Palembang.

Skripsi. Universitas Muhammadiyah Palembang.Sundari, C. D. D.,


Rahayu, R. F., & Windayani, N. (2018). Sintesis dan

Karakterisasi Nanostruktur Tembaga Oksida dengan Metode Hidrotermal.

Al-Kimiya, 5(1), 48–51. https://doi.org/10.15575/ak.v5i1.3725

STIFI Bhakti Pertiwi


21

STIFI Bhakti Pertiwi

Anda mungkin juga menyukai