Anda di halaman 1dari 25

PEMANFAATAN TEMULAWAK SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

TUGAS BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:

TRISKA PURNAMALIA, S.Pd., M.Pd

Oleh:

SONIA UTAMI
NIM: 220102024

PROGRAM DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI

PALEMBANG

2022
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1. Latar belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan penelitian......................................................................................................2

1.4 Manfaat penelitian....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 Tinjauan tentang temulawak....................................................................................3

2.1.1 Klasifikasi tanaman.......................................................................................3

2.1.2 Morfologi tanaman........................................................................................3

2.1.3 Sentra penanaman.........................................................................................4

2.1.4 Aspek budaya................................................................................................4

2.1.5 Pertumbuhan..................................................................................................5

2.1.6 Hama dan penyakit........................................................................................6

2.1.7 Kandungan dan Manfaat................................................................................7

2.1.8 Khasiat Temulawak......................................................................................7

2.2. Tinjauan tentang obat tradisional...........................................................................10

2.2.1 Pengertian obat tradisional.........................................................................10

i
STIFI Bhakti Pertiwi
2.2.2Analis penelitian..........................................................................................11

2.2.3 Deskripsi data..............................................................................................11

2.2.4 Analisis data................................................................................................12

2.2.5 Kandungan kimia.......................................................................................13

2.2.6 Efek biologi................................................................................................13

2.2.7 Efek analgesik...........................................................................................13

2.2.8 Efek anti jamur...........................................................................................13

2.2.9 Efek anti hepatoksik..................................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................................15

3.1 Kesimpulan......................................................................................................15

3.2 Saran.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

LAMPIRAN..........................................................................................................................17

ii
STIFI Bhakti Pertiwi
KATA

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Dengan memanjatkan pujian syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang
berjudul “PEMANFAATAN TEMULAWAK SEBAGAI OBAT TRADISIONAL”

Adapun maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia STIFI Bhakti Pertiwi.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis
menerima saran dan kritik untuk penyempurnaan tugas mata kuliah bahasa Indonesia, karya tulis
ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dari hati yang terdalam penulis ingin
mengungkapkan rasa terima kasih dihaturkan kepada semua pihak yang ikut berperen member
bantuan dalam bentuk apapun, serta menyampaikan saran dan masukan, baik pejabat juga dosen,
diantaranya adalah terimakasih kepada ketua Yayasan NOTARI Bhakti Pertiwi, ketua Sekolah
Tinggi Ilmu farmasi Bhakti Pertiwi, Wakil Ketua I, II, III, ketua Program Studi D-III Farmasi,
ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, ketua Lembaga Penjaminan
Mutu Internal, ketua unit Bidang Ilmu dan seluruh anggota tim revisi, seluruh dosen dan staf lain
yang ikut memberikan masukan.

Penulis sangat menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Palembang, Desember 2022

Penulis

i
STIFI Bhakti
DAFTAR

Gambar Halaman

1.1 Gambar Tanaman Temulawak....................................................................................17

i
STIFI Bhakti
v
STIFI Bhakti
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanamamn

herbal temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb). Temulawak merupakan salah satu jenis

tanaman obat dari Familia Zingiberaceae dan merupakan penyusun hamper setiap jenis obat

tradisional yang dibuat di Indonesia. Hasil survey dalam industri obat tradisional didapatkan

bahwa pemanfaatan temulawak dipergunakan sebagai bahan baku beberapa jenis produk obat

tradisional dan bahan kosmetik. Penggunaan temulawak mengalami perkembangan,dimulai dari

tersediannya obat tradisional. Melalui obat herbal terstandar, akhirnya menjadi fitofarmaka

diperkirakan mencapai 8.750 ton/tahun (Kemala et-al, 2004).

Sampai tahun 1968, temulawak masih muda mendapatkan tanaman yang tumbuh liar

dikebun rakyat serta hutan jati. Meskipun pada tahun-tahun sebelumnya komoditas ini sudah

dimanfaatkan untuk bahan jamu atau minuman, namun budidaya secara serius belum dilakukan.

Industri jamu pun hanya mengendalikan rimpang segar yang diambil dari tanaman liar atau

setengah liar hutan jati maupun hanya mengendalikan dikebun rakyat. Ramainya industri

berbahan baku rimpang temulawak disebabkan oleh semakin sadarnya masyarakat. Pertumbuhan

tanaman sangat ditentukan oleh kualitas bibit yang tersedia. Seringkali bibit yang tersedia tidak

memenuhi persyaratan sebagai bibit yang baik. Sehingga memerlukan perlakuan khusus untuk

mendorong pertumbuhannya, yaitu dengan cara melakukan pengeringan pada rimpang

temulawak yaitu dengan cara dikeringkan. Sedangkan proses pengeringan rimpang dimaksudkan

untuk mempercepat menganktifkan hormon pada sel meristem mendorong pertunasan pada

tanaman temulawak.

1
STIFI Bhakti
2

Nenek moyang terdahulu sudah memanfaatkan tanaman untuk mengobati berbagai

penyakit. Namun ketika obat kimia ditemukan, bahan obat alami tersebut mulai tersisih. Padahal

bahan alami mengandung berbagai kelebihan: mudah diperoleh, harga murah karena bias

ditanam sendiri dan relatif tanpa efek samping. Hal ini disebabkan efek dari obat bersifat

alamiah, tidak sekeras dari obat-obatan kimia. Selain itu tubuh manusia relatif lebih mudah

menerima obat dari bahan tumbuh-tumbuhan disbanding dengan obat-obatan kimia (Muhlisah,

2003).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan tanaman temulawak di Indonesia?

2. Bagaimana cara membuat ramuan herbal tradisional temulawak?

3. Apa manfaat dan khasiat tanaman temulawak?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan sejarah perkembangan temulawak

2. Menjelaskan cara membuat obat tradisional temulawak

3. Mengetahui manfaat dan khasiat tanaman temulawak

4. Untuk mengetahui kandungan obat dalam temulawak

1.4 Manfaat penelitian

Mengetahui fungsi temulawak yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, dan
temulawak juga dapat mengobati berbagai macam penyakit dan aman dikonsumsi (tidak ada
efek sampingnya karna temulawak jenis obat tradisional.

STIFI Bhakti
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan tentang temulawak

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Tanaman temulawak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma Xanthorrhiza ROXB.

Nama binomial : Curcuma Xanthorhiza L.

2.1.2 Morfologi Tanaman Temulawak

Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb)merupakan tanaman obat asli Indonesia,


disebut juga Curcuma iavanica. Tanaman temulawak termasuk family Zingiberaceae,
berbatang semu. Dengan bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang. Tanaman ini dapat tumbuh
dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter diatas peermukaan laut dan
berhabitat dihutan tropis. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan dihutan-hutan
daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak ditanah tegalan sekitar pemukiman,
terutamapada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar.

Temulawak juga dapat tumbuh pada lahan yang sudah sering dimanfaatkan, dimana
kondisi unsure haranya sudah amat berkurang (Adiwijaya, 2010). Perakaran temulawak dapat
beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir,

3
STIFI Bhakti
4

maupun tanah-tanah berat yang berkeliat (Nurcholis, 2006). Sistem perakaram tanaman ini
termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar
sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Rukmana, 1995). Akar rimpang terbentuk dengan
sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap (Adzkiya, 2006). Tiap rumpuun tanaman
terdiri dari beberapa anakan, dam tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun (Rukmana, 1995). Daun
temulawak berbentuk panjang dan lebar, setiap helaian daun dihubungkan dengan pelapah dan
tangkai daun yang agak panjang (Yuniarti, 2008). Panjang daun 31-84 cm dan lebae 10-18 cm,
bewarna hijau atau coklat keunguan dengan garis-garis coklat dibagian tulang daunnya dan pada
ibu tulang daun bewarna ungu, panjang tangkai termasuk helaian daun sekitar 43-80 cm
(Adzkiya, 2006; Nurcholis, 2006; Adiwijaya, 2010). Rimpang temulawak sejak lama dikenal
sebagai bahan ramuan obat, memilki aroma khas dan warna dari rimpang temulawak daging
buahnya bewarna kekuning-kuningan.

Tanaman ini merupakan salah satu tumbuhan Indonesia yang banyak digunakan untuk
obat atau bahan obat kerena temulawak merupakan komponen penyusun hamper setiap jenis
obat tradisional yang dibuat diindonesia, baik sebagai simplisia tunggal atau merupakan salah
satu ramuan (Moelyono, 2007).

Menurut Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2006, budidaya temulawak hanya
ditemukan di enam provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, dan Kalimantan selatan (paramitasari, 2011).

2.1.3 Sentra Penanaman

Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik
budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di
Indonesia. Hampir disetiap daerah pedesaan terutama didataran sedang dan tinggi, dapat
ditemukan temulawak terutama dilahan yang teduh.

2.1.4 Aspek Budidaya

Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetative yaitu anakan yang tumbuh dari
rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu
ditempat yang lembab dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam. Cara lain untuk
mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki
tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur

STIFI Bhakti
5

selama 4-6 hari. Temulawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang
dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan.

Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam 25-30 cm, kemudian dibuat bedengan
berukuran 3-4 meter dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase
agar rimpang tidak tergenang dan membusuk lubang tanam dibuat dengan ukuran 20cm x 20cm
x 20cm dengan jarak tanam 100 cm x 75cm, pada setiap lubang tenam masukkan 2-3 kilogram
pupuk kandang, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7.5-10 cm dengan mata tunas
menghadap keatas.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2sampai 5 kali,


tergantung dari pertumbuhan gulma, sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat
banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah. Waktu panen yang paling baik untuk
temulawak yaitu pada umur 11-12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik
daripada temulawak yang panen pada umur 7-8 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara
menggali tanah disekitar rimpang dengan menggunakan cangkul.

2.1.5 Pertumbuhan

a. Iklim

b. Secara alami temulawak tumbuh dengan baik dilahan-lahan yang teduh dan
terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh
subur dibawah naungan pohon bamboo atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat
dengan mudah ditemukan ditempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum
tanaman ini memilik daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah
beriklim tropis.

c. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30’c

d. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

e. Media Tanam

Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah
baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir, maupun tanah-tanah berat yang berliat.
Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang
subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan

STIFI Bhakti
6

organic diperlukan untuk member unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah
agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organic diperlukan untuk menjaga
agar tanah tidak mudah tergenang air.

f. Ketinggian

Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan


ketinggian tempat optimum adalah 750m/dpl. Kandungan pati tertinggi didalam rimpang
diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240m/dpl. Temulawak yang
ditanam didataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak
atsiri. Tanaman ini lebih cocok di kembangkan di dataran sedang.

2.1.6 Hama dan Penyakit

a. Seperti ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp),

b. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn),

c. Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart)

Cara pengendaliannya dengan penemprotan insektisida kiltop 500 EC atau Dimilin 25


WP dengan komsentrasi 0.1-0.2 %.

d. Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian
bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang
dipotong mengeluarkan lender seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran
tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan
konsentrasi 0.1 – 0.2%.

e. Jamur fusarium disebabkan oleh fungus oxysporum schlechi dan Phytium sp serta
bakteri pseudomonas sp yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang
temulawak baik dikebun atau setelah panen.

g. Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain
adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, gulma berdaun lebar lainnya.

STIFI Bhakti
7

h. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang
sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak
awal pertanaman

i. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.

2.1.7 Kandungan dan manfaat

Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri
yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti
inflamasi (anti radang)ndan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).

Kandungan utama yang dimiliki kurkuminoid adalah kurkumin yang bewarna kuning
(Standkovic, 2004). Zat kuning alami ini banyak digunakan dalam pewarna makanan
(Jayaprakasha dkk, 2005). Keberadaan gugus fenolik pada ketiga senyawa tersebut dilaporkan
menyebabkan aktivitas antioksida yang kuat pada sistem bilogis

Temulawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati),


menurunkan kadar kolestrol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretic (peluruh
kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan,
melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat,
temulawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian
diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan
pencernaan. Disisi lain, temulawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir
nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linalool,
geraniol, yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti.

2.1.8 Khasiat Temulawak

Bagi masyarakat jawa, nama temulawak pasti tidak asing lagi diJawa Tengah. Tanaman
ini dikenal sebagai minuman eksotik dengan cita rasa khas. Mencampurkan rimpang temulawak
bersama gula dan kunyit lalu diseduh dengan air panas akan menghasilkan sebuah rasa sendiri.
Ramuan ini biasanya juga diberikan kepada anak-anak yang susah makan. Khasiat temulawak
sebagai obat telah lama dikenal baik di Indonesia dan Belanda. Dalam farmakope Indonesia,
temulawak termasuk salah satu simplisia yang harus tersedia di komplek apotek.

STIFI Bhakti
8

Berikut beberapa khasiat dan cara penggunaan kunyit dalam mengatasi penyakit :

a. Menurunkan demam
Cara membuatnya:
1). Rimpang dicuci lalu diparut, kemudian ditambahkan ½ gelas air matang,
2). lalu diaduk rata, diperas dengan sepotong kain, air perasan tersebut diminum 2 kali
sehari.

b. Menurunkan kadar kolestrol darah


tinggi Cara membuatnya:
1). Kupas kulit rimpang temulawa segar sebesar 3 jari, lalu parut,
2). Tambahkan ¾ cangkir air panas dan biarkan mengendap,
3). Setelah dingin, endapannya dibuang dan airnya diminum.

c. Mengatasi diare
Cara membuatnya
:
1). Cuci rimpang temulawak, lalu panggang sampai hangus,
2). Selanjutnya giling bahan tersebut sampai halus, lalu seduh dengan air panas,
3). Tambahkan 1 sendok makan madu sambil aduk sampai merata, lalu diminum,
4). Lakukan 2 kali sehari sampai sembuh.

d. Memperlancar ASI

Cara

membuatnya:

1). Temulawak diparut, lalu bersama bahan gula kelapa direbus dengan satu liter
air sampai mendidih,
2). Setelah mendidih air disaring,
3). Air disaring diminum dua kali sehari sebanyak satu cangkir secara teratur.

e. Mengatasi Sembelit
Cara membuatnya:

STIFI Bhakti
9
1). Sediakan rimpang temulawak dan buah asam (Tamarindus indical),
2). Masak ( masing-masing sebesar 1 jari), gula enau secukupnya,

STIFI Bhakti
1

3). Selanjutnya potong tipis-tipis, lalu seduh dengan 1 cangkir air mendidih, aduk sampai
gula nya larut dan minum setelah dingin.

f. Mengatasi nyeri

haid Cara

membuatnya:

1). Temulawak diparut lalu bersama bahan lainnya dengan3-4 gelas air sampai mendidih
hingga tersisa dua gelas,

2). Air rebusan di minum dua kali sehari masing-masing satu cangkir pada pagi dan sore,

3). Lakukan setiap hari selama satu minggu sebelum haid.

g. Penambah nafsu
makan Cara
membuatnya:

1). Sediakan 20g rimpang temulawak segar yang telah diris tipis-tipiss, 10g asam jawa
dan 30g guka enau. Masukkan bahan-bahan tersebut kedalam panci,

2). lalu rebus dalam 250 cc air sampai mendidih selama 15 menit. Selanjutnya, saring dan
minum ramuan tersebut selagi hangat, diminum dua kali sehari.

h. Mengatasi maag

Cara

membuatnya:

1).Temulawak dicuci sampai bersih, lalu kupas kulitnya dan diiris tipis

2). keringkan temulawak dibawah sinar matahari selama beberapa hari dengan cara
di dinginkan pada tempat terlindung tetapi tidak lembab,
3). temulawak dapat juga dikeringkan dalam tanur pemanas pada temperature 50-55
derajat celcius selama tujuh jam.

STIFI Bhakti
1

i. Sakit kepala dan masuk angin

Cara membuatnya:

1). Temulawak diiris tipis, dikeringkan, dan ditumbuk halus menjadi tepung,
2). Kemudian dua gengganm tepung temulawak direbus dengan 4-5 gelas air,
3). sampai mendidih hingga tersisa tiga gelas, lalu saring,
4). air yang sudah di saring diminum.

j. Hepatitis

Cara membuatnya:

1). Cuci temulawak dan iris tipis-tipis,

2). Cuci alang-alang,

3). Rebus semua bahan sampai air tersisa separuhnya,

4). Setelah dingin disaring, diminum dua kali sehari masing-masing 200

cc, 5). Lakukan selama dua minggu berturut-turut.

2.2 Tinjauan tentang obat tradisional

2.1.1 Pengertian obat tradisional

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat
kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi rasa sakit, memperlambat
proses penyakit dan menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan.

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaa sarian (gelenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang
manfaat apa saja yang dapat kita dari tanaman herbal untuk kesehatan, itu dikarenakan
masyarakat lebih mengenal obat-obatan dari bahan kimia, baik kerena anjuran dari resep dokter
yang lebih sering memberikan resep untuk membeli obat diapotek ataupun karena mudah

STIFI Bhakti
1

didapatkan di took atau warung terdekat, sehingga membuat masyarakat kurang mengetahui
kelebihan tersendiri yang dimiliki tanaman herbal ketimbang obat-obatan kimia biasa yang
mereke konsumsi, bahkan terkadang masyarakat saat membeli obat tidak begitu tahu kandungan
obat yang diresepkan oleh dokter.

Obat tradisional sangatlah berguna terutama bagi masyarakat kecil yang kurang mampu
untuk membeli obat-obatan modern. Namun banyak dari masyarakat yang meracik obat-obatan
tradisional hanya dari perkataan orang lain atau pengalamann sendiri. Inilah yang menyebabkan
kurangnya pengaruh obat dalam menyembuhkan karena salahnya pengunaan dan dosis yang
tepat (Hariana, 2006).

2.2.2 Analisis penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, kami memperoleh hasil bahwa
temulawak mampu mengatasi sakit maag, karena didalam rimpang temulawak terdapat
kandungan zat burneol, kurkumin, phelendren, dan turmerol yang dapat mentralisir asam ke
lambung sehingga mampu mengatasi sakit maag. Gejala mual yang diakibatkan meningkatnya
asam lambung pada penderita penyakit maag dapat sedikit teratasi serta dapat mencegah
peningkatam penyakit maag kronis. Analisis mengenai khasiat temulawak sebagai bahan obat
herbal untuk mengatasi sakit maag.

2.2.3 Deskripsi data

Temulawak adalah tanaman asli Indonesia yang telah menyebar ke negara-negara


tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tanaman ini tumbuh subur dipulau jawa selain
menyebar kenegara-negara yang ada dikawasan Asia. Sangat wajar jika tanaman ini banyak
ditemukan dipulau jawa. Hal ini dikarenakan ia tumbuh dengan baik dikawasan hutan hujan
tropis. Ia juga cocok untuk hidup didataran rendah hingga tinggi. Keadaan tanah yang gembur
dan subur akan semakin membuat tanamannya tumbuh dengan baik sehingga rimpangnya
berkembang menjadi besar. Tanaman temulawak dapat tumbuh dengan baik didaerah dataran
rendah maupun tinggi dengan ketinggian 170 meter dpl. Temulawak dapat dipanen setelah
berumur satu tahun.

Berbagai hasil penelitian sudah mengungkapkan bahwa khasiat temulawak. Hasil-hasil


penelitian tersebut umunya mendukung kearifan nenek moyang kita dalam penggunaan

STIFI Bhakti
1

temulawak, khususnya sebagai obat hepatitis dan pegal linu. Terutama disebabkan oleh adannya
dua kandungan kimia, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri.

Kurkuminoid dikenal sebagai zat warna kuning yang terkandung dalam rimpang.
Kenyataanya menunjukan bahwa kurkumin yang diperoleh dari rimpang temulawak yaitu
bercampur dengan senyawa analoginya yaitu demotoksi kurkumin dan exs demotoksi kurkumin.
Campuran ketiga senyawa tersebut dikenal dengan kurkuminoid. Senyawa kurkuminoid dalam
bentuk temulawak berkhasiat memperbaiki metabolisme pencernaan, menyembuhkan radang
luar, memperlancar cairan empedu, dan lain-lain.

2.2.4 Analisis data

Proses perkembangan budidaya dan produksi tanaman obat semakin cerah dan strategis
bagi kesejahteraan manusia didunia. Kampanye “Back to Nature”(kembali kealam) masyarakat
bahwa tanaman obat semakin penting perannya dalam pola konsumsi, makanan, minuman, dan
obat-obatan. Tidaklah mengherankan bila negara-negara maju merupakan penghimpun
kebanyakan tanaman obat tradisional.

Temulawak merupakan tanaman obat yang secara alami sangat mudah tumbuh
diindonesia dan telah lama digunakan sebagai bahan membuat jamu. Setiap produksi jamu baik
skala kecil atau sekala industri. Selalu memasukkan temulawak kedalam racikan jamunya.

Tanaman temulawak dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun dataran yang
tinggi dengan ketinggian 750 mdpl. Temulawak dapat dipanen setelah berumur satu tahun.
Temulawak merupakan tanaman berkhasiat obat yang berguna untuk meningkatkan nafsu
makan, menurunkan kolestrol, mengatasi gangguan pencernaan, gangguan nafsu makan, liver,
batu empedu, meringankan embien dan lain-lain. Bagian tanaman yang digunakan untuk tujuan
pengobatan adalah umbinya.

Temulawak juga dapa diproses menjadi beberapa produkn olahan seperti simplisia dan
tepung temulawak. Sedangkan produk olahan seperti simplisia yang lainnya dapat diolah
misalnnya kue kering dengan tambahan ekstrak dan tepung temulawak serta permen putih telur.
Untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama rimpang temulawak dapat diawetkan
kemudian diolah menjadi ramuan yang diinginkan. Pengawet ini dilakukan dengan cara
pengeringan. Melalui pengeringan, kandungan air pada sel-sel dalam rimpang akan terkurang
sehingga proses pembusukkan diperlambat. Temulawak bahkan dipercaya juga sebagai jamu

STIFI Bhakti
1

yang memperlambat proses pencernaan, menghilangkan flek hitam diwajah, sera menjaga
ketentuan tubuh. Bahkan perempuan sehabis melahirkan disarankan untuk meminumnnya.

2.2.5 Kandungan kimia

Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa


kimia antara lain berupa fallandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak
menguap.
Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin yang terdapat
pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris, disamping sebagai anti inflamasi
(anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).

2.2.6 Efek biologi

Dengan adanya krisis moneter, masyarkat terdorong kembali menggunakan obat-obatan


tradisional yang boleh dikatakan bebas dari komponen impor. Salah satunya adalah rimpang
temulawak yang telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak jaman dahulu. Selama ini, telah
banyak penelitian-penelitian yang dilakukan baik oleh ilmuwan Indonesia maupun ilmiwan asing
untuk membuktikan khasiat temulawak, tetapi karena belum system pendokumentasian yang
terpadu, maka belum semua hasil-hasil penelitian tersebut dapat diakses oleh masyarkat umum.

Untuk mengetahui khasiat temulawak, telah dilakukan beberapa cara pengujian, baik
secara in vitro, pengujian terhadap binatang dan uji klinis terhadap manusia. Dari hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan, yang paling banyak adalah uji terhadap binatang percobaan,
sedangkan uji terhadap manusia masih tergolong jarang.

2.2.7 Efek analgesik

(Yamazaki, 1987,1988a) melaporkan bahwa ekstrak metanol temulawak yang diberikan


secara oral pada tikus percobaan, dinyatakan dapat menekan rasa sakit yang diakibatkan oleh
pemberian asam asetat. Selanjutnya, (Yamazaki,1988b) dan (Ozaki,1990) membuktikan bahwa
gernakron adalah zat aktif dalam temulawak yang berfungsi menekan rasa sakit tersebut.

2.2.8 Efek anti jamur

Ekstrak eter temulawak secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan jamur


Microsporum gypseum, microsporum canis, dan Trichophytol violaceum (Oehadian dkk. 1985).
Minyak atsiri, Curcuma xanthorrhiza juga menghambat pertumbuhan jamur candida albicans,

STIFI Bhakti
1

sementara kurkuminoid Curcuma xanthorrhiza mempunyai daya hambat yang lemah (Oei
1986a).

2.2.9 Efek anti hepatoksik

Pemberian seduhan rimpang temulawak sebesar 400, 800mg/kg selama 6 hari serta 200,
400, dan 800 mg/kg pada mencit selama 14 hari, mampu menurunkan aktifitas GPT-serum dosis
hepatoksik paracetamol maupun mempersempit luas daerah nekrosis paracetamol secara nyata.
Daya anti hepatoksik tergantung pada besarnya dosis maupun jangka waktu pemberiannya
(Donatus dan suzana, 1987).

STIFI Bhakti
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.)adalah tanaman obat-obatan yang tergolong


dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Temulawak juga merupakan salah satu obat
tradisonal, Tanaman ini berasal dari Indonesia, khususnya pulau jawa, kemudian menyebar
kebeberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi malesia. Saat ini, sebagian besar budidaya
temu lawak berada diindonesia, Malaysia,Thailand, dan filiphina tanaman ini selain di Asia
Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika
serikat dan beberapa negara Eropa.

Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, kerbohidrat, dan minyak atsiri
yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti
inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). Temu lawak memiliki
efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolestrol,
anti inflamasi (anti radang), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu,
meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah.

Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temulawak juga dimanfaatkan sebagai
sumber kerbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk
bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan.

3.2 Saran

Seharusnya masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih obat-obatan yang akan
dikonsumsi. Begitu juga dengan pabrik-pabrik yang membuat obat-obatan sebaiknya tidak
menggunakan campuran bahan kimia dalam pembuatan obat, karena juga harus memikirkan
kesehatan konsumsi. Lebih baik memilih menggunakan tanaman herbal alami dalam pembuatan
obat agar masyarakat terjamin kesehatannya dan tidak akan menimbulkan efek samping.

15
STIFI Bhakti
1

DAFTAR PUSTAKA

Afifah,Efi. 2005. Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuh Aneka

Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka

Kusuma, Hembing Wijaya. 2003. Penyembuhan dengan Temulawak. Jakarta :

Melinea Populer

Hernani dan Monohardjo. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Berbagai Jenis

Tanaman Penangkal Racun. Jakarta : Penebar Swadya

Mahendra. 2005. Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta: Penebar Swadya

Rukmana, Rahmat.1995. Temulawak : Tanaman Rempah Dan Obat.

Yogyakarta: Kanisinus

STIFI Bhakti
1

LAMPIRAN

1.1 Gambar Tanaman Temulawak

STIFI Bhakti

Anda mungkin juga menyukai