DOSEN PENGAMPU:
Oleh:
SONIA UTAMI
NIM: 220102024
PALEMBANG
2022
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1.5 Pertumbuhan..................................................................................................5
i
STIFI Bhakti Pertiwi
2.2.2Analis penelitian..........................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
LAMPIRAN..........................................................................................................................17
ii
STIFI Bhakti Pertiwi
KATA
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Dengan memanjatkan pujian syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang
berjudul “PEMANFAATAN TEMULAWAK SEBAGAI OBAT TRADISIONAL”
Adapun maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia STIFI Bhakti Pertiwi.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis
menerima saran dan kritik untuk penyempurnaan tugas mata kuliah bahasa Indonesia, karya tulis
ilmiah ini.
Pada kesempatan ini, dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dari hati yang terdalam penulis ingin
mengungkapkan rasa terima kasih dihaturkan kepada semua pihak yang ikut berperen member
bantuan dalam bentuk apapun, serta menyampaikan saran dan masukan, baik pejabat juga dosen,
diantaranya adalah terimakasih kepada ketua Yayasan NOTARI Bhakti Pertiwi, ketua Sekolah
Tinggi Ilmu farmasi Bhakti Pertiwi, Wakil Ketua I, II, III, ketua Program Studi D-III Farmasi,
ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, ketua Lembaga Penjaminan
Mutu Internal, ketua unit Bidang Ilmu dan seluruh anggota tim revisi, seluruh dosen dan staf lain
yang ikut memberikan masukan.
Penulis sangat menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
i
STIFI Bhakti
DAFTAR
Gambar Halaman
i
STIFI Bhakti
v
STIFI Bhakti
BAB I
PENDAHULUAN
Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanamamn
herbal temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb). Temulawak merupakan salah satu jenis
tanaman obat dari Familia Zingiberaceae dan merupakan penyusun hamper setiap jenis obat
tradisional yang dibuat di Indonesia. Hasil survey dalam industri obat tradisional didapatkan
bahwa pemanfaatan temulawak dipergunakan sebagai bahan baku beberapa jenis produk obat
tersediannya obat tradisional. Melalui obat herbal terstandar, akhirnya menjadi fitofarmaka
Sampai tahun 1968, temulawak masih muda mendapatkan tanaman yang tumbuh liar
dikebun rakyat serta hutan jati. Meskipun pada tahun-tahun sebelumnya komoditas ini sudah
dimanfaatkan untuk bahan jamu atau minuman, namun budidaya secara serius belum dilakukan.
Industri jamu pun hanya mengendalikan rimpang segar yang diambil dari tanaman liar atau
setengah liar hutan jati maupun hanya mengendalikan dikebun rakyat. Ramainya industri
berbahan baku rimpang temulawak disebabkan oleh semakin sadarnya masyarakat. Pertumbuhan
tanaman sangat ditentukan oleh kualitas bibit yang tersedia. Seringkali bibit yang tersedia tidak
memenuhi persyaratan sebagai bibit yang baik. Sehingga memerlukan perlakuan khusus untuk
temulawak yaitu dengan cara dikeringkan. Sedangkan proses pengeringan rimpang dimaksudkan
untuk mempercepat menganktifkan hormon pada sel meristem mendorong pertunasan pada
tanaman temulawak.
1
STIFI Bhakti
2
penyakit. Namun ketika obat kimia ditemukan, bahan obat alami tersebut mulai tersisih. Padahal
bahan alami mengandung berbagai kelebihan: mudah diperoleh, harga murah karena bias
ditanam sendiri dan relatif tanpa efek samping. Hal ini disebabkan efek dari obat bersifat
alamiah, tidak sekeras dari obat-obatan kimia. Selain itu tubuh manusia relatif lebih mudah
menerima obat dari bahan tumbuh-tumbuhan disbanding dengan obat-obatan kimia (Muhlisah,
2003).
Mengetahui fungsi temulawak yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, dan
temulawak juga dapat mengobati berbagai macam penyakit dan aman dikonsumsi (tidak ada
efek sampingnya karna temulawak jenis obat tradisional.
STIFI Bhakti
BAB II
PEMBAHASAN
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Temulawak juga dapat tumbuh pada lahan yang sudah sering dimanfaatkan, dimana
kondisi unsure haranya sudah amat berkurang (Adiwijaya, 2010). Perakaran temulawak dapat
beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir,
3
STIFI Bhakti
4
maupun tanah-tanah berat yang berkeliat (Nurcholis, 2006). Sistem perakaram tanaman ini
termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar
sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Rukmana, 1995). Akar rimpang terbentuk dengan
sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap (Adzkiya, 2006). Tiap rumpuun tanaman
terdiri dari beberapa anakan, dam tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun (Rukmana, 1995). Daun
temulawak berbentuk panjang dan lebar, setiap helaian daun dihubungkan dengan pelapah dan
tangkai daun yang agak panjang (Yuniarti, 2008). Panjang daun 31-84 cm dan lebae 10-18 cm,
bewarna hijau atau coklat keunguan dengan garis-garis coklat dibagian tulang daunnya dan pada
ibu tulang daun bewarna ungu, panjang tangkai termasuk helaian daun sekitar 43-80 cm
(Adzkiya, 2006; Nurcholis, 2006; Adiwijaya, 2010). Rimpang temulawak sejak lama dikenal
sebagai bahan ramuan obat, memilki aroma khas dan warna dari rimpang temulawak daging
buahnya bewarna kekuning-kuningan.
Tanaman ini merupakan salah satu tumbuhan Indonesia yang banyak digunakan untuk
obat atau bahan obat kerena temulawak merupakan komponen penyusun hamper setiap jenis
obat tradisional yang dibuat diindonesia, baik sebagai simplisia tunggal atau merupakan salah
satu ramuan (Moelyono, 2007).
Menurut Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2006, budidaya temulawak hanya
ditemukan di enam provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, dan Kalimantan selatan (paramitasari, 2011).
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik
budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di
Indonesia. Hampir disetiap daerah pedesaan terutama didataran sedang dan tinggi, dapat
ditemukan temulawak terutama dilahan yang teduh.
Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetative yaitu anakan yang tumbuh dari
rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu
ditempat yang lembab dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam. Cara lain untuk
mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki
tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
STIFI Bhakti
5
selama 4-6 hari. Temulawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang
dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan.
Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam 25-30 cm, kemudian dibuat bedengan
berukuran 3-4 meter dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase
agar rimpang tidak tergenang dan membusuk lubang tanam dibuat dengan ukuran 20cm x 20cm
x 20cm dengan jarak tanam 100 cm x 75cm, pada setiap lubang tenam masukkan 2-3 kilogram
pupuk kandang, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7.5-10 cm dengan mata tunas
menghadap keatas.
2.1.5 Pertumbuhan
a. Iklim
b. Secara alami temulawak tumbuh dengan baik dilahan-lahan yang teduh dan
terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh
subur dibawah naungan pohon bamboo atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat
dengan mudah ditemukan ditempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum
tanaman ini memilik daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah
beriklim tropis.
c. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30’c
e. Media Tanam
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah
baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir, maupun tanah-tanah berat yang berliat.
Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang
subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan
STIFI Bhakti
6
organic diperlukan untuk member unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah
agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organic diperlukan untuk menjaga
agar tanah tidak mudah tergenang air.
f. Ketinggian
d. Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian
bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang
dipotong mengeluarkan lender seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran
tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan
konsentrasi 0.1 – 0.2%.
e. Jamur fusarium disebabkan oleh fungus oxysporum schlechi dan Phytium sp serta
bakteri pseudomonas sp yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang
temulawak baik dikebun atau setelah panen.
g. Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain
adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, gulma berdaun lebar lainnya.
STIFI Bhakti
7
h. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang
sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak
awal pertanaman
Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri
yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti
inflamasi (anti radang)ndan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).
Kandungan utama yang dimiliki kurkuminoid adalah kurkumin yang bewarna kuning
(Standkovic, 2004). Zat kuning alami ini banyak digunakan dalam pewarna makanan
(Jayaprakasha dkk, 2005). Keberadaan gugus fenolik pada ketiga senyawa tersebut dilaporkan
menyebabkan aktivitas antioksida yang kuat pada sistem bilogis
Bagi masyarakat jawa, nama temulawak pasti tidak asing lagi diJawa Tengah. Tanaman
ini dikenal sebagai minuman eksotik dengan cita rasa khas. Mencampurkan rimpang temulawak
bersama gula dan kunyit lalu diseduh dengan air panas akan menghasilkan sebuah rasa sendiri.
Ramuan ini biasanya juga diberikan kepada anak-anak yang susah makan. Khasiat temulawak
sebagai obat telah lama dikenal baik di Indonesia dan Belanda. Dalam farmakope Indonesia,
temulawak termasuk salah satu simplisia yang harus tersedia di komplek apotek.
STIFI Bhakti
8
Berikut beberapa khasiat dan cara penggunaan kunyit dalam mengatasi penyakit :
a. Menurunkan demam
Cara membuatnya:
1). Rimpang dicuci lalu diparut, kemudian ditambahkan ½ gelas air matang,
2). lalu diaduk rata, diperas dengan sepotong kain, air perasan tersebut diminum 2 kali
sehari.
c. Mengatasi diare
Cara membuatnya
:
1). Cuci rimpang temulawak, lalu panggang sampai hangus,
2). Selanjutnya giling bahan tersebut sampai halus, lalu seduh dengan air panas,
3). Tambahkan 1 sendok makan madu sambil aduk sampai merata, lalu diminum,
4). Lakukan 2 kali sehari sampai sembuh.
d. Memperlancar ASI
Cara
membuatnya:
1). Temulawak diparut, lalu bersama bahan gula kelapa direbus dengan satu liter
air sampai mendidih,
2). Setelah mendidih air disaring,
3). Air disaring diminum dua kali sehari sebanyak satu cangkir secara teratur.
e. Mengatasi Sembelit
Cara membuatnya:
STIFI Bhakti
9
1). Sediakan rimpang temulawak dan buah asam (Tamarindus indical),
2). Masak ( masing-masing sebesar 1 jari), gula enau secukupnya,
STIFI Bhakti
1
3). Selanjutnya potong tipis-tipis, lalu seduh dengan 1 cangkir air mendidih, aduk sampai
gula nya larut dan minum setelah dingin.
f. Mengatasi nyeri
haid Cara
membuatnya:
1). Temulawak diparut lalu bersama bahan lainnya dengan3-4 gelas air sampai mendidih
hingga tersisa dua gelas,
2). Air rebusan di minum dua kali sehari masing-masing satu cangkir pada pagi dan sore,
g. Penambah nafsu
makan Cara
membuatnya:
1). Sediakan 20g rimpang temulawak segar yang telah diris tipis-tipiss, 10g asam jawa
dan 30g guka enau. Masukkan bahan-bahan tersebut kedalam panci,
2). lalu rebus dalam 250 cc air sampai mendidih selama 15 menit. Selanjutnya, saring dan
minum ramuan tersebut selagi hangat, diminum dua kali sehari.
h. Mengatasi maag
Cara
membuatnya:
1).Temulawak dicuci sampai bersih, lalu kupas kulitnya dan diiris tipis
2). keringkan temulawak dibawah sinar matahari selama beberapa hari dengan cara
di dinginkan pada tempat terlindung tetapi tidak lembab,
3). temulawak dapat juga dikeringkan dalam tanur pemanas pada temperature 50-55
derajat celcius selama tujuh jam.
STIFI Bhakti
1
Cara membuatnya:
1). Temulawak diiris tipis, dikeringkan, dan ditumbuk halus menjadi tepung,
2). Kemudian dua gengganm tepung temulawak direbus dengan 4-5 gelas air,
3). sampai mendidih hingga tersisa tiga gelas, lalu saring,
4). air yang sudah di saring diminum.
j. Hepatitis
Cara membuatnya:
4). Setelah dingin disaring, diminum dua kali sehari masing-masing 200
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat
kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi rasa sakit, memperlambat
proses penyakit dan menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaa sarian (gelenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang
manfaat apa saja yang dapat kita dari tanaman herbal untuk kesehatan, itu dikarenakan
masyarakat lebih mengenal obat-obatan dari bahan kimia, baik kerena anjuran dari resep dokter
yang lebih sering memberikan resep untuk membeli obat diapotek ataupun karena mudah
STIFI Bhakti
1
didapatkan di took atau warung terdekat, sehingga membuat masyarakat kurang mengetahui
kelebihan tersendiri yang dimiliki tanaman herbal ketimbang obat-obatan kimia biasa yang
mereke konsumsi, bahkan terkadang masyarakat saat membeli obat tidak begitu tahu kandungan
obat yang diresepkan oleh dokter.
Obat tradisional sangatlah berguna terutama bagi masyarakat kecil yang kurang mampu
untuk membeli obat-obatan modern. Namun banyak dari masyarakat yang meracik obat-obatan
tradisional hanya dari perkataan orang lain atau pengalamann sendiri. Inilah yang menyebabkan
kurangnya pengaruh obat dalam menyembuhkan karena salahnya pengunaan dan dosis yang
tepat (Hariana, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, kami memperoleh hasil bahwa
temulawak mampu mengatasi sakit maag, karena didalam rimpang temulawak terdapat
kandungan zat burneol, kurkumin, phelendren, dan turmerol yang dapat mentralisir asam ke
lambung sehingga mampu mengatasi sakit maag. Gejala mual yang diakibatkan meningkatnya
asam lambung pada penderita penyakit maag dapat sedikit teratasi serta dapat mencegah
peningkatam penyakit maag kronis. Analisis mengenai khasiat temulawak sebagai bahan obat
herbal untuk mengatasi sakit maag.
STIFI Bhakti
1
temulawak, khususnya sebagai obat hepatitis dan pegal linu. Terutama disebabkan oleh adannya
dua kandungan kimia, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri.
Kurkuminoid dikenal sebagai zat warna kuning yang terkandung dalam rimpang.
Kenyataanya menunjukan bahwa kurkumin yang diperoleh dari rimpang temulawak yaitu
bercampur dengan senyawa analoginya yaitu demotoksi kurkumin dan exs demotoksi kurkumin.
Campuran ketiga senyawa tersebut dikenal dengan kurkuminoid. Senyawa kurkuminoid dalam
bentuk temulawak berkhasiat memperbaiki metabolisme pencernaan, menyembuhkan radang
luar, memperlancar cairan empedu, dan lain-lain.
Proses perkembangan budidaya dan produksi tanaman obat semakin cerah dan strategis
bagi kesejahteraan manusia didunia. Kampanye “Back to Nature”(kembali kealam) masyarakat
bahwa tanaman obat semakin penting perannya dalam pola konsumsi, makanan, minuman, dan
obat-obatan. Tidaklah mengherankan bila negara-negara maju merupakan penghimpun
kebanyakan tanaman obat tradisional.
Temulawak merupakan tanaman obat yang secara alami sangat mudah tumbuh
diindonesia dan telah lama digunakan sebagai bahan membuat jamu. Setiap produksi jamu baik
skala kecil atau sekala industri. Selalu memasukkan temulawak kedalam racikan jamunya.
Tanaman temulawak dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun dataran yang
tinggi dengan ketinggian 750 mdpl. Temulawak dapat dipanen setelah berumur satu tahun.
Temulawak merupakan tanaman berkhasiat obat yang berguna untuk meningkatkan nafsu
makan, menurunkan kolestrol, mengatasi gangguan pencernaan, gangguan nafsu makan, liver,
batu empedu, meringankan embien dan lain-lain. Bagian tanaman yang digunakan untuk tujuan
pengobatan adalah umbinya.
Temulawak juga dapa diproses menjadi beberapa produkn olahan seperti simplisia dan
tepung temulawak. Sedangkan produk olahan seperti simplisia yang lainnya dapat diolah
misalnnya kue kering dengan tambahan ekstrak dan tepung temulawak serta permen putih telur.
Untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama rimpang temulawak dapat diawetkan
kemudian diolah menjadi ramuan yang diinginkan. Pengawet ini dilakukan dengan cara
pengeringan. Melalui pengeringan, kandungan air pada sel-sel dalam rimpang akan terkurang
sehingga proses pembusukkan diperlambat. Temulawak bahkan dipercaya juga sebagai jamu
STIFI Bhakti
1
yang memperlambat proses pencernaan, menghilangkan flek hitam diwajah, sera menjaga
ketentuan tubuh. Bahkan perempuan sehabis melahirkan disarankan untuk meminumnnya.
Untuk mengetahui khasiat temulawak, telah dilakukan beberapa cara pengujian, baik
secara in vitro, pengujian terhadap binatang dan uji klinis terhadap manusia. Dari hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan, yang paling banyak adalah uji terhadap binatang percobaan,
sedangkan uji terhadap manusia masih tergolong jarang.
STIFI Bhakti
1
sementara kurkuminoid Curcuma xanthorrhiza mempunyai daya hambat yang lemah (Oei
1986a).
Pemberian seduhan rimpang temulawak sebesar 400, 800mg/kg selama 6 hari serta 200,
400, dan 800 mg/kg pada mencit selama 14 hari, mampu menurunkan aktifitas GPT-serum dosis
hepatoksik paracetamol maupun mempersempit luas daerah nekrosis paracetamol secara nyata.
Daya anti hepatoksik tergantung pada besarnya dosis maupun jangka waktu pemberiannya
(Donatus dan suzana, 1987).
STIFI Bhakti
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, kerbohidrat, dan minyak atsiri
yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti
inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). Temu lawak memiliki
efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolestrol,
anti inflamasi (anti radang), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu,
meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah.
Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temulawak juga dimanfaatkan sebagai
sumber kerbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk
bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan.
3.2 Saran
Seharusnya masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih obat-obatan yang akan
dikonsumsi. Begitu juga dengan pabrik-pabrik yang membuat obat-obatan sebaiknya tidak
menggunakan campuran bahan kimia dalam pembuatan obat, karena juga harus memikirkan
kesehatan konsumsi. Lebih baik memilih menggunakan tanaman herbal alami dalam pembuatan
obat agar masyarakat terjamin kesehatannya dan tidak akan menimbulkan efek samping.
15
STIFI Bhakti
1
DAFTAR PUSTAKA
Melinea Populer
Yogyakarta: Kanisinus
STIFI Bhakti
1
LAMPIRAN
STIFI Bhakti