ABSTRAK
Pendahuluan:Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai prosedur dan berlebihan menjadi dasar terjadinya
resistensi. Salah satu cara mencegah resistensi antibiotik adalahmengkombinasiantibiotik denganherbal yang
memiliki aktivitas antibakteri seperti alang-alang. Penelitian ini akanmenguji kombinasi fraksi 24 sampai
30Imperata cylindrica dengan antibiotik amoksisilin atau kloramfenikol terhadap bakteri S.aureusdan E.coli.
Metode:Ekstrak methanol dari alang-alang difraksinasi menggunakan fase diam silica gel dan fase gerak25 ml
etil asetat: 25 ml metanol untuk mendapatkan fraksi 24 sampai 30. Uji fitokimia dilakukan terhadap fraksi
tersebut dengan spraydragendorff, FeCL3, danformaldehydepada Kromatografi Lapis Tipis.Interaksi antara
herbal dengan antibiotik dinilai berdasarkan metode Ameri-Ziaei Double Antibiotic Synergism Test (AZDAST)
dan penilaian daya hambat menggunakan metode Kirby-Bauer.
Hasil: Fraksi dengan eluen metanol : etil asetat(1:1) menghasilkan 7 fraksi yaitu F24-F30. Fraksi 24, 25 dan 27
mengandung alkaloid dan fraksi 26 sampai dengan 30 mengandung fenol. Secara tunggal, fraksi 24 dan 25
memiliki zona bening terhadap S. aureussebesar 9±2 dan 8±1,namun semua fraksi tidak memiliki zona bening
terhadapE.coli.Pada ujikombinasi, fraksi 27 menurunkan aktivitas Amoksisilinpada S. aureus(9±1 secara tunggal
dan 2±4 secara kombinasi), tetapi meningkatkan aktivitas Amoksisilin pada E. coli(4±3 secara tunggal dan 8±1
secara kombinasi).
Kesimpulan: Fraksi 24-30alang-alang mengandung senyawa aktif alkaloid dan fenol. Fraksi 24 dan 25
mengandung alkaloid yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus.Fraksi 27 bersifat antagonisdengan
Amoksisilin terhadap S. aureusnamun bersifat potensiasi terhadap E.coli.
Kata Kunci: Amoksisilin,Imperata cylindrica, Kloramfenikol, Kombinasi Herbal dan Antibiotik, Uji
Fitokimia.
(AB) lebih besar dari herbal tunggal dosis tunggal FeCl3 didapatkan hasil (-) pada fraksi 24 dan 25
(A) dan antibiotik tunggal dosis tunggal (B), dan yang ditandai dengan tidak adanya perubahan
lebih kecil atau lebih besar dari herbal dosis ganda warna. Pada fraksi 26 sampai 30 didapatkan hasil
(AA) dan / atau antibiotik dosis ganda (BB). Aditif (+) ditunjukkan dengan warna biruyang memiliki
jika AB sama dengan AA atau BB. Antagonis jika nilai Rf hampir sama pada F26 dan 27, dan berbeda
AB lebih kecil dari A atau B. Potensiasi jika salah pada F28-30. Sedangkan KLT sprey dengan reagen
satu dari A atau B sama dengan nol dan AB lebih formaldehyd didapatkan hasil (-) pada semua fraksi
besar dari A & B dan lebih kecil atau lebih besar (F24-30), ditunjukkan dengan tidak adanya
dari AA dan / atau BB.Tidak bisa dibedakan (Not perubahan pada warna.
distinguishable) jika AB sama dengan salah satu
dari A atau B 13. Hasil Uji Zona Inhibisi pada Pengujian Fraksi
24-30 Alang-alangSecara Tunggal dan
HASIL Kombinasi dengan Antibiotik Terhadap Bakteri
Hasil Uji Fitokimia S.aureusdan E. coli
Uji fitokimia merupakan uji senyawa kimia yang Hasil uji zona inhibisi pada pengujian alang-
digunakan untuk screening suatu senyawa aktif alangsecara tunggal dan kombinasi dengan
yang terdapat dalam fraksi polar (F24-30) ekstrak antibiotikterhadap bakteri S.aureusdan E. colidapat
metanolik alang-alang, dan nilaiRf(Retention dilihat pada gambar 2 dan 3 serta tabel 2.
factor) adalah nilai yangdigunakan
untukmengidentifikasikan suatu senyawa dan untuk Hasil Uji Zona Inhibisi Tunggal Fraksi 24-30
menilai distribusi komponen dan pergerakan Alang-alang Terhadap Bakteri S.aureus
komponen senyawa terhadap pelarut. Hasil Menurutgambar dan tabel 2, hasil uji ZOI
kromatografi lapis tipis (KLT) spray dari fraksi 24- tunggal fraksi alang-alang terhadap bakteri S.
30alang-alang dapat dilihat pada gambar1dan tabel aureus didapatkan pada fraksi 24 dan 25 dengan
1. dosis 15 µl (Fx) dan 30 µl (FxFx) yaitu 9±2 dan
8±1. Sedangkan pada fraksi 26-30 tidak didapatkan
Tabel 1 Hasil Perhitungan Rfdan KLT spray
adanya ZOI baik dengan dosis 15 µl (Fx) maupun
Reagent (senyawa aktif) dengan dosis 30 µl (FxFx).
No.fraksi Alkaloid Steroid dan
Fenol
terpenoid Hasil Uji Zona Inhibisi Kombinasi Antara
(Rf) (Rf)
(Rf) Fraksi 24-30 Alang-alang dengan Amoksisilin
F24 + (0,86) - - dan Kloramfenikol Terhadap Bakteri S.aureus
Pada gambar dan tabel2 dibawah, uji zona
F25 + (0,7) - - inhibisi kombinasi antara alang-alang dengan
F26 - + (0,6) - amoksisilin terhadap bakteri S.aureus setelah
F27 + (0,75) + (0,62) - dilakukan uji statistik non parametrik Mann-
Whitney Testdidapatkan hasil tidak signifikan yaitu
F28 - + (0,64) - p>0,05 pada fraksi 24, 25, 26, 28, 29 dan 30
F29 - + (0,71) - sehingga memiliki interaksi not distinguisable.
F30 - + (0,77) - Akan tetapi pada fraksi 27 didapatkan hasil yang
signifikan (p<0,05) dengan hasil kombinasi lebih
Ket : Rf = Jarak tempuh substansi/Jarak tempuh kecil dibandingkan dengan herbal tunggal dan
pelarut (3,8cm) antibiotik tunggal sehingga memiliki interaksi
Pada penelitian ini KLT spray yang antagonis.
menggunakan reagen dragendroff didapatkan hasil Sedangkan pada gambar 2 dan tabel3, uji zona
bahwa fraksi 24, 25 dan 27 memiliki hasil (+) yaitu inhibisi kombinasi antara alang-alang dengan
spot berwarna orangedengan nilai Rf(Retention kloramfenikol terhadap bakteri S.aureus didapatkan
factor) yang berbeda. Akan tetapi pada fraksi 26, hasil yang tidak signifikan pada semua fraksi (F24-
28, 29 dan30 tidak terjadi perubahan warna atau 30) sehingga memiliki interaksi not distinguisable.
ditunjukkan dengan hasil (-).
Pada KLT spray yang menggunakan reagen
A B C
Gambar 1 Hasil KLT Spray pada Fraksi 24-30Alang-alang; A. KLT spray dengan reagent
dragendroff; B. KLT spray dengan reagent FeCl3; C. KLT spray dengan reagent formaldehyde.
5
A B C D
A A
10 mm 10 mm 10 mm 10 mm
E F G
10 mm 10 mm 10 mm
Gambar 2 Hasil Pengujian Bersama ZOI Fraksi Alang-alang dan Antibiotik pada Bakteri S.aureus; A. Fraksi 24
ekstrak metanol Alang-alang, F24F24= Fraksi 24 dosis 30µl, F24= Fraksi 24 dosis 15µl, AA= Amoksisilin dosis
30µl, A= Amoksisilin dosis 15µl, CC= Kloramfenikol dosis 30µl, C= Kloramfenikol dosis 15µl, F24A=
Kombinasi fraksi 24 dan amoksisilin, F24C= Kombinasi fraksi 1 dan kloramfenikol; B. Fraksi 25 ekstrak
metanol Alang-alang; C. Fraksi 26 ekstrak metanol Alang-alang; D. Fraksi 27 ekstrak metanol Alang-alang E.
Fraksi 28 ekstrak metanol Alang-alang; F. Fraksi 29 ekstrak metanol Alang-alang; G. Fraksi 30 ekstrak metanol
Alang-alang
A B C D
A A
10 mm 10 mm 10 mm 10 mm
E F G
10 mm 10 mm 10 mm
Gambar 3 Hasil Pengujian Bersama ZOI Fraksi Alang-alang dan Antibiotik pada Bakteri E. coli; A. Fraksi 24
ekstrak metanol Alang-alang, F24F24= Fraksi 24 dosis 30µl, F24= Fraksi 24 dosis 15µl, AA= Amoksisilin dosis
30µl, A= Amoksisilin dosis 15µl, CC= Kloramfenikol dosis 30µl, C= Kloramfenikol dosis 15µl, F24A=
Kombinasi fraksi 24 dan amoksisilin, F24C= Kombinasi fraksi 1 dan kloramfenikol; B. Fraksi 25 ekstrak
metanol Alang-alang; C. Fraksi 26 ekstrak metanol Alang-alang; D. Fraksi 27 ekstrak metanol Alang-alang E.
Fraksi 28 ekstrak metanol Alang-alang; F. Fraksi 29 ekstrak metanol Alang-alang; G. Fraksi 30 ekstrak metanol
Alang-alang
6
Tabel 2 Rerata Dalam Tiga Kali Pengulangan Hasil Pengukuran Zona Inhibisi Pengujian Fraksi Alang-alang
secara tunggal dan kombinasi dengan Antibiotik terhadap Bakteri S.aureus dan E. coli
S.aureus E. coli
No
Sampel
fraksi Rerata (mm) ±
Jenis Interaksi Rerata (mm) ± SD Jenis Interaksi
SD
Keterangan: FxFx= uji ZOI tunggal fraksi alang-alang dosis 30µl; Fx= uji ZOI tunggal fraksi alang-alang dosis
15µl; AA= uji ZOI tunggal amoksisilin dosis 30µl; A= uji ZOI tunggal amoksisilin dosis 15µl; FxA= uji ZOI
kombinasi fraksi alang-alang dan amoksisilin; CC= uji ZOI tunggal kloramfenikol dosis 30µl; C= uji ZOI
tunggal kloramfenikol dosis 15µl; FxC= uji ZOI kombinasi fraksi alang-alang dan kloramfenikol.a berbeda
signifikan terhadap amoksisilin (P < 0,05). Nilai AA, CC, dan FxFx disertakan secara lengkap di lampiran.
7
Hasil Uji Zona Inhibisi Tunggal Fraksi 24-30 Fenol sendiri memiliki beberapa derivat /
Alang-alang Terhadap Bakteri E.coli turunan diantaranya yaitu: simple phenol, phenolic
Bedasarkan gambar 3 dan tabel 2 diatas hasil acid, quinone, flavonoid, flavone, flavonol, tannin
uji ZOI tunggal fraksi alang-alang terhadap bakteri dan coumarin15.Senyawa fenol yang terdapat pada
E. coli pada semua fraksi (F24-30) tidak didapatkan alang-alang adalah 7-hydroxy-4-methoxy-5-
adanya ZOI baik dengan dosis 15 µl (Fx) maupun methylcoumarin, 5,7 dihydroxy-8- methoxyflavone,
dengan dosis 30 µl (FxFx). 4-hydroxybenzaldehyde, 4-hydroxy-cinnamic acid,
3,4-dimethoxyphenyl-O-α-Lrhamnopyranosyl-
Hasil Uji Zona Inhibisi Kombinasi Antara (1→6)-β-D-glucopyranoside, graminone A, 7-O-β-
Fraksi 24-30 Alang-alang dengan Amoksisilin D-glucopyranosyl- 4-methoxy-5-methylcoumarin, 6
dan Kloramfenikol Terhadap Bakteri E.coli hydroxy-5-methoxyflavone, 5-methoxyflavone, 4-
Pada gambar 3 dan tabel2 diatas uji zona hydroxycinnamic acid dan impecyloside16.
inhibisi kombinasi antara alang-alang dengan Sedangkan untuk jenis alkaloid yang terdapat pada
amoksisilin terhadap bakteri E. coli didapatkan alang-alang belum diketahui.
hasil tidak signifikan yaitu p>0,05 pada fraksi 24,
25, 26, 28, 29 dan 30 setelah dilakukan uji statistik Daya Hambat Tunggal Fraksi Polar (F24-30)
non parametrik Mann-Whitney Test sehingga Alang-alang Terhadap Bakteri S.aureus dan
memiliki interaksi not distinguisable. Akan tetapi E.coli
pada fraksi 27 didapatkan hasil yang signifikan Pada penelitian ini hasil uji ZOI tunggal
yaitu p<0,05 dengan hasil herbal dosis 15 µl (F27) fraksi alang-alang (F24-30) terhadap bakteri S.
sama dengan nol dan hasil kombinasi (F27A) lebih aureus tidak didapatkan zona bening pada semua
besar dari A &F27 dan lebih kecil atau lebih besar fraksi kecuali pada fraksi 24 dan 25. Hal ini
dari AA dan / atau F27F27sehingga memiliki menunjukkan fraksi 24 dan 25 mampu menghambat
interaksi potensiasi. Akan tetapi fraksi ini memiliki bakteri S.aureus. Hal ini bisa terjadi karena fraksi
standar deviasi yang cukup tinggi. 24 dan 25 diduga mengandung senyawa alkaloid
Sedangkanuji zona inhibisi kombinasi antara sesuai dengan hasil uji fitokimia diatas.
alang-alang dengan kloramfenikol terhadap bakteri Ekstrak metanol alang-alang mengandung
E. coli didapatkan hasil bahwa pada semua fraksi senyawa aktif alkaloid yang mempunyai aktivitas
(F24-30) tidak signifikan (p<0,05) sehingga antibakteri17. Akan tetapi jenis alkaloid pada alang-
memiliki interaksi not distinguishable. alang yang bekerja sebagai antibakteri belum
diketahui. Mekanisme antibakteri alkaloid yaitu
PEMBAHASAN berinteraksi dengan dinding sel dan / DNA15.
Analisa Kandungan Senyawa Aktif Fraksi Polar Alkaloid dapat mengganggu komponen penyusun
(F24-30) Alang-alang peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
Pada penelitian ini hasil uji KLT spray pada dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
fraksi 24-30 alang-alang didapatkan beberapa spot menyebabkan kematian sel18. Alkaloid juga mampu
yang diduga mengandung senyawa aktif. Pada KLT menghambat enzim dihidrofolat reduktase dan
spray dengan reagen dragendroff diduga fraksi 24- enzim topoisomerase 1 yang akan menghambat
27 mengandung senyawa alkaloid, ditunjukkan sintesis DNA19. Selain itu alkaloid indoloquinoline,
dengan hasil (+) yaitu berwarna orange. Akan tetapi cryptolepine, menyebabkan lisis sel dan perubahan
pada fraksi 28-30 tidak mengandung alkaloid morfologi pada S. aureus20.
karena tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan Berbeda dengan bakteri S. aureus, pada
KLT spray dengan reagen FeCl3 diduga fraksi 26, bakteri E. coli fraksi polar (F24-30) alang-alang
27, 29 dan 30 menggandung senyawa fenol dan/ tidak memiliki zona bening pada semua fraksi. Hal
derivatnya karena menunjukkan perubahan warna ini menunjukkan fraksi polar (F24-30) alang-alang
menjadi warna biru. Namun fraksi 24-30 alang- tidak mampu menghambat bakteri E.coli karena
alang tidak mengandung steroid dan terpenoid memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks.
karena pada KLT spray dengan reagen formaldehyd Bakterigram negatif memperlihatkan tiga lapis
tidak ditemukan perubahan warna menjadi pembungkus sel yaitu membran bagian luar
kecokelatan. (OM/outer membran), lapisan tengah yang
NilaiRf(Retention factor) dapatdigunakan merupakan dinding sel atau lapisan murein dan
dalammengidentifikasikan suatu senyawa. Jika membran plasma dalam21. Sedangkan fraksi alang-
identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka alang diduga mengandung senyawa aktif alkaloid
senyawa tersebut dapat dikatakan yang kerjanya berinteraksi dengan dinding sel dan
memiliki karakteristikyang sama atau mirip14. DNA harus menembus membran luar terlebih
Sehingga pada fraksi 25-27 diduga mengandung dahulu. Sehingga E. coli lebih mampu bertahan
senyawa alkaloid dengan jenis yang berbeda. Pada dibandingkan dengan bakteri S. aureus.
fraksi 26 dan 27 diduga mengandung senyawa fenol Selain itu berlaku prinsip like dissolved like
dengan jenis yang hampir sama. Sedangkan fraksi dimana suatu senyawa polar akan larut dengan
28-30 diduga mengadung senyawa fenol dengan senyawa polar, sebaliknya senyawa nonpolar akan
jenis yang berbeda. larut dalam senyawa nonpolar. Pada bakteri gram
negatif ketika fraksi polar alang-alang bekerja tidak
8
dapat langsung berikatan dengan peptidoglikan antara antibiotik dengan senyawa yang tidak
(bersifat polar) namun harus merusak outer memiliki aktivitas antibakteri secara tunggal akan
membran (bersifat nonpolar) lebih dahulu. Ini yang tetapi dapat memperkuat efek antibiotik29.Namun
menyebabkan bakteri gram negatif lebih sukar mekanisme interaksi yang terjadi antara
dihambat dibandingkan bakteri gram positif22. amoksisilin dengan senyawa aktif pada fraksi 27
belum diketahui.
Daya Hambat Kombinasi Antara Fraksi Polar Sedangkan pada semua fraksi kecuali fraksi
(F24-30)Alang-alangdengan Antibiotik ke-27 baik pada bakteri S. aureus maupun E. coli
Amoksisilin dan Kloramfenikol terhadap didapatkan hasil tidak bisa dibedakan (Not
S.aureus dan E.coli Distinguishable) karena hasil kombinasi herbal dan
Menurut data yang didapatkan melalui hasil antibiotik memiliki rerata yang sama dengan
pengolahan data SPSS dan penilaian menggunakan antibiotik tunggal serta hasil yang tidak signifikan
metode AZDAST, hasil kombinasi antara fraksi (P>0,05)pada Mann-Whitney Test.Begitu pula
(F24-30) alang-alang dengan antibiotik amoksisilin kombinasi antara fraksi (F24-30) alang-alang
terhadap bakteri S.aureus didapatkan interaksi dengan antibiotik kloramfenikol terhadap bakteri S.
antagonis pada fraksi ke-27 akan tetapimemiliki aureus dan E. coli dimana didapatkan hasil tidak
nilai standart deviasi yang tinggi. Berdasarkan hasil bisa dibedakan (Not Distinguishable) pada semua
diatas, amoksisilin dengan dosis 15 µl memiliki fraksi (F24-30).
standart deviasi (SD) yang tinggi hampir pada Hasil kombinasi yang tidak bisa dibedakan
semua fraksi. Hal ini diduga karena antibiotik (Not Distinguishable) pada penelitian ini diduga
amoksisilin dilarutkan dengan pelarut air dan karena beberapa faktor, yaitu pertama,pemberian
dipakai dalam suhu ruang yang terlalu lama konsentrasi fraksi yang tidak tepat karena tidak
sehingga aktivitasnya tidak stabil. Meskipun air dilakukan evaporasi pada setiap fraksi. Evaporasi
mempunyai kepolaran yang paling tinggi, namun dilakukan dengan menguapkan pelarut untuk
air mempunyai beberapa kelemahan seperti mendapatkan konsentrasi yang lebih tinggi30.
mengakibatkan perusakan bahan aktif lebih cepat Kedua, antibiotik amoksisilin yang digunakan tidak
dan larutnnya mudah dikontaminasi24. stabil karena dilarutkan dengan pelarut air dan
Fraksi ke-27 memiliki interaksi antagonis digunakan di suhu ruang yang terlalu
dengan amoksisilin pada S. aureusdiduga karena lama.Stabilitas antibiotik dapat dipengaruhi oleh
senyawa aktif yang ada pada fraksi ke-27 beberapa faktor seperti suhu. Suhu yang tinggi
mempengaruhi kerja antibiotik amoksisilin dapat menyebabkan stabilitas dari suatu antibiotik
meskipun secara tunggal tidak memiliki aktivitas menurun dan menyebabkan penurunan kadar dari
antibakteri. Molekul pensinyalan dan metabolit antibiotik tersebut31. Selain itu antibiotik
yang dihasilkan oleh mikroba dan tanaman amoksisilin akan lebih stabil pada suhu 4-8oC
memberikan cadangan senyawa yang sangat besar dibandingkan pada suhu ruang (27-29oC)32.
yang dapat menunjukkan sinergisme atau interaksi
lain ketika dikombinasikan dengan antibiotik25. KESIMPULAN
Amoksisilin merupakan antibiotik Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
bakterisida, terlepas dari interaksi target obat adalah sebagai berikut:
mereka antibiotik bakterisida dapat membunuh 1. Fraksi polar (F24-30) alang-alang mengandung
bakteri dengan cara meningkatkan Reactive Oxygen senyawa aktif alkaloid serta fenol dan/
spesies (ROS) yang dihasilkan melalui gangguan derivatnya.
siklus tricarboxylic acid(TCA) dan Electron 2. Fraksi polar 24 dan 25 alang-alang memiliki
Transport Chain (ETC)26. Sedangkan pada fraksi zona inhibisi atau aktivitas antibakteri pada
ke-27 sesuai uji fitokimia diatas diduga bakteri S. aureus.
mengandung senyawa aktif alkaloid dan fenol yang 3. Fraksi polar (F24-F30) dari ekstrak metanol
juga dapat bekerja sebagai antioksidan27,28. alang-alang tidak memiliki zona inhibisi pada
Aktivitas antioksidan inilah yang diduga bakteri E.coli.
menghambat ROS yang diinduksi antibiotik 4. Fraksi 27 memiliki interaksi antagonis dengan
amoksisilin sehingga menghasilkan interaksi amoksisilin terhadap bakteri S. aureus
antagonis. 5. Fraksi 27 memiliki interaksi potensiasi dengan
Pada kombinasi antara fraksi (F24-30) amoksisilin terhadap bakteriE.coli.
alang-alang dengan antibiotik amoksisilin terhadap
bakteri E. coli didapatkan hasil potensiasi pada SARAN
fraksi ke-27 dengan signifikansi lemah karena Adapun saran untuk meningkatkan dan
standart deviasi yang tinggi. Sama halnya dengan mengembangkan penelitian ini lebih lanjut adalah:
pembahasan diatas, hal ini juga diduga karena 1. Melarutkan antibiotik dengan pelarut yang
aktivitas amoksisilin yang tidak stabil. sesuai, yang memiliki solubilitas dan stabilitas
Meskipun fraksi 24-30 tidak memiliki tinggi.
aktivitas antibakteri secara tunggal akan tetapifraksi 2. Melakukan uji antioksidan pada fraksi 27 alang-
27 memiliki interaksi potensiasidengan amokssilin alang dengan uji DPPH.
pada E. coli, hal inididuga karena adanya interaksi
9
3. Melakukan pemisahan senyawa metabolit 12. Samuel G. Levine. Dip Reagents for
sekunder Alang-alang (Imperata cylindrica) Visualization in TLC. Journal of Chemical
yang menghasilkan pure compound. Education.1996; 72(1), A4. Doi:
10.1021/ed073pA4
UCAPAN TERIMAKASIH 13. Ziaei-Darounkalaei N, Ameri M, Zahraei-Salehi
Peneliti mengucapkan terimkasih kepada T, Ziaei-Darounkalaei O, Mohajer-Tabrizi T,
ikatan orangtua mahasiswa (IOM) yang telah Bornaei L. AZDAST the new horizon in
memberikan dana untuk penelitian ini, antimicrobial synergism detection. Elsevier.
2016;3: 43-52
DAFTAR PUSTAKA 14. Lipsy P. Thin Layer Chromatography
1. Blesson, J.,Saji, C.V., Nivya, R.M., and Kumar Characterization of the Active Ingredients in
R. Synergistic Antibacterial Activity oof Excedrin and Anacin. USA: Department of
Natural Plant Extracts and Antibiotics Against Chemistry and Chemical Biology, Stevens
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus Institute of Technology.2010.
(MRSA). World Journal of Pharmacy and 15. Cowan, Marjorie Murphy. Products as
Pharmaceutical Sciences.2015;4(3): 741–763. Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology
2. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika dan revies. 1999;12 (4), 564-582
pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika. 16. Rong-hua L., Shi-sheng, C., Gang, R., Feng, S.,
2008. & Hui-lian, H. Phenolic Compounds from Roots
3. Radji, M. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan of I. cylindrica var. major. Chinese Herbal
Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, 107, 118, Medicines. 2013;5 (3), 240-243.
201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC. 17. Balangcod, D.,Vallejo, L., Patacsil M.,
2011. Apostol,O., Laruan, M., Manuel J., Cortez, S.,
4. RISKESDAS. Hasil Utama Riskesdas 2018, & Gutierrez, M. Phytochemical screening and
Jakarta : Kementrian Kesehatan Badan antibacterial activity of selected medicinal
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2018. plants of Bayabas, Sablan, Benguet Province,
5. Widayati A., Suryawati S., de Crespigny C., Cordillera Administrative Region, Luzon.
Hiller JE. Self medication with antibiotics in Indian Journal of traditional knowledge.
Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional 2012;11 (4), 580-585.
population-based survey. BMC Res Notes. 18. Darsana, I. Besung, I. Mahatmi, H. Potensi
2011;4:491. Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore)
6. Bollenbach, Tobias. Antimicrobial interactions: Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan
mechanisms and implications for drug discovery Bakteri Escherichia coli secara In Vitro.
and resistance evolution. Elsevier. 2015;27:1–9 Indonesia Medicus Veterinus.2012.
7. Inui T, Wang Y, Deng S, Smith DC, Franzblau 19. Cushnie TP Tim, Cushnie Benjamart, Lamb
SG, Pauli GF. Counter-current chromatography Andrew J. Alkaloids: An overview of their
based analysis of synergy in an anti-tuberculosis antibacterial, antibiotic-enhancing and
ethnobotanical. J Chromatogr A. antivirulence activities. International Journal
2007;1151:211-5. of Antimicrobial Agents.2014; 44 (5): 377–86.
8. Nascimento GG, Locatelli J, Freitas PC, Silva 20. Sawer IK, Berry MI, Ford JL,. the killing effect
GL. Antibacterial activity of plant extracts and on Staphylococcus aureus. Lett. Appl.
phytochemicals on antibiotic-resistant bacteria. Microbiol.2005; 40: 24-29.
Braz J Microbiol. 2000;31:247-56. 21. Salton M. R. J., Kim K. S. Structure, in: S.
9. Anugraha Dimas B. Efek Daya Hambat Baron (Ed.) Medical Microbiology, University
Kombinasi Alang-alang (Imperata cylindrical) of Texas Medical, Galveston.1996.
dengan Antibiotik 22. Mulyadi Moh, Wuryanti, Sarjono
Amoxicillin,Chloramphenicol atau Co- Purbowatiningrum Ria. Konsentrasi Hambat
trimoxazole Terhadap Bakteri Escherichia coli Minimum (KHM) Kadar Sampel Alang-Alang
dan Staphylococcus aureus. Malang: Universitas (Imperata cylindrica) dalam Etanol Melalui
Islam Malang. 2018. Metode Difusi Cakram. Jurnal Kimia Sains
10. Elyani Helmin, Risandiansyah Rio. dan Aplikasi. 2017;20 (3) : 130 – 135
Antibacterial potential of four herbal plants 23. Setiabudy R. dan Gan Vincent H.S.
(Syzygium cumini, Piperornatum, Anredera Antimikroba. Dalam: Farmakologi Dan Terapi,
cordifolia, and Alpinia galangan) against edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. 1995;571-3
Staphylococcus aureus and Escherichia coli. 24. Hardiningtyas S. D. Aktivitas Antibakteri
Journal of Islamic Medicine Research. 2017; Ekstrak Karang Lunak Sarcophyton sp. Yang
26–33. Difragmentasi dan Tidak Difragmentasi di
11. Harborne, J.B. Metode Fitokimia. Penuntun Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Alih Bogor: ITB.2009.
bahasa Kosasih Padmawinata. ITB Bandung. 25. Lee HH, Molla MN, Cantor CR, Collins JJ.
1987; Hal 1-107. Bacterial charity work leads to population-wide
resistance [Internet]. Nature.2010; 467:82-85.
10
26. Kohanski MA, Dwyer DJ, Hayete B, Lawrence antimicrobial resistance [Internet]. Curr Opin
CA, Collins JJ. A common mechanism of Pharmacol. 2012;12:551-555.
cellular death induced by bactericidal 30. McCabe, Warren L, dkk.Unit Operatin Of
antibiotics. Cell. 2007; 130:797. [PubMed: Chemical Engineering . McGraw Hill: New
17803904] York. 1993.
27. Hanani, Endang. Abdul Mun‟im dan Ryany 31. Gokani., Desai., N. Kinjal., Rina. H. Stability
Sekarin. Identifikasi senyawa antioksidan Study : Regulatory Requirenment. International
Dalam spons callyspongia sp Dari kepulauan Journal of Advances in Pharmaceutical
seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, Analysis.2012; Vol 2. No 3 : 62-67.
No.3. 2005; 127 – 133. ISSN : 1693-9883. 32. Talogo Adina Siti Maryam. Pengaruh Waktu
28. Parvathy, G., Padma, R., Renjith, V., Kalpana, dan Temperatur Penyimpanan Terhadap Tingkat
R., & Saranya, S. Quantitative Estimation of Degradasi Kadar Amoksisilin dalam Sediaan
Tanin, Phenol and antioxidant activity of Suspensi Amoksisilin-Asam Klavunat. Skripsi.
methanolic extract of Imperata cylindrica.Int. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
J. Res. Pharm Pharm Sci.2013;4 (1), 73-77. KesehatanUniversitas Islam Negri Syarif
29. Pieren M, Tigges M. Adjuvant strategies Hidayatullah Jakarta.2014.
forpotentiation of antibiotics to overcome