Anda di halaman 1dari 86

BIOSINTESIS ZnO-CuO NANOPARTIKEL, KARAKTERISASI

DAN APLIKASINYA SEBAGAI ANTIBAKTERI

Staphylococcus aureus ATCC 6538

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh

KHOIRUNNISA SARI
NIM : 18.01.01.160

PROGRAM SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2022
Skripsi Ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ahmad Fatoni, M.Si Dr. Lasmaryna Sirumapea, M.Si

Mengetahui :

Ketua Sekolah Tinggi IlmuFarmasi Bhakti Pertiwi

Dr. Ahmad Fatoni, M.Si

ii
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Sarjana Farmasi

SekolahTinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Pada Tanggal : 26 Juli 2022

No Nama Jabatan TandaTangan

1 apt. Dewi Patmayuni, M.Pharm, Sci Ketua

2 Dr. Ahmad Fatoni, M.Si Anggota

3 apt. Dr. Budi Untari, M.Si Anggota

4 apt. Masayu Azizah, M.Kes Anggota

5 apt. Arie Firdiawan, M.Clin, Pharm Anggota

6 apt. Drs. H. Noprizon, M.Kes Anggota

iii
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT,

Skripsi ini persembahan kecil saya untuk ayahanda saya (Umbar,S.Pd.I,


M.Pd) dan Ibunda saya (Novi Mariani, S.Pd.Sd) dan tak lupa adik saya
(Muhammad Ikhsan Al-Faridzi) dan seluruh keluarga yang selalu mesuport saya,
Serta seseorang yang selalu membantu dan mendengarkan keluh kesah saya
selama penyusunan skripsi ini, kepada pembimbing I saya bapak Dr. Ahmad
Fatoni, M.Si dan pembimbing II saya ibu Dr. Lasmaryna Sirumapea, M.Si yang
telah memberikan bimbingan yang sangat luar biasa selama penyusunan skripsi
ini dan tak lupa untuk teman-teman saya "The Bacot Squad" yang selalu
membantu saya, teman sekamar saya yang selalu tahu keseharian saya,teman-
teman asrama, teman seperjuangan kelas D dan semua teman angkatan 2018

Terimakasih atas semua masukan dan saran yang telah diberikan selama ini
tanpa kalian skripsi ini tak akan mungkin bisa diselesaikan tepat waktu,
Terimakasih kalian semua:)

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Khoirunnisa Sari


NIM : 18.01.01.160

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis diacc dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

2. Sebagai tugas akhir dan memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Farmasi di program studi S1 Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi maka hak

kekayaan intelektual dari penelitian ini ada pada STIFI Bhakti Pertiwi

Palembang.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan dari
pihak manapun

Palembang, 26 Juli 2022

Khoirunnisa Sari

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “BIOSINTESIS ZnO-CuO

NANOPARTIKEL, KARAKTERISASI DAN APLIKASINYA SEBAGAI

ANTIBAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 6538”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program

pendidikan strata satu jurusan farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti

Pertiwi Palembang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak apt. Drs. H. Noprizon, M.Kes. selaku KetuaYayasan Notari Bhakti

Pertiwi Palembang.

2. Bapak Dr. Ahmad Fatoni, M.Si. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Bhakti Pertiwi Palembang dan pembimbing I yang telah banyak memberikan

waktu, tenaga, pikiran, bimbingan, dan nasehat-nasehatnya yang bermanfaat

selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Ibu apt. Lidia, M.Si. Selaku Ketua Prodi Sarjana Farmasi Sekolah Tinggi

Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang yang telah banyak memberikan

waktu, tenaga, pikiran, bimbingan, dan nasehat-nasehatnya yang bermanfaat

selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

vi
4. Kepada ibu apt. Agnes Rendowaty, M.Farm. Selaku pembimbing akademik

yang telah memberikan saran serta nasehat selama saya menjadi mahasiswa

di Sekolah Tinggi IlmuFarmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

5. Kepada ibu Dr. Lasmaryna Sirumapea, M.Si. selaku pembimbing II yang

telah banyak memberikan waktu, tenaga, pikiran, bimbingan, dan nasehat-

nasehatnya yang bermanfaat selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian

penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen beserta staf Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Palembang yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis

demi terselesainya skripsi ini.

7. Semuah pihak dan rekan-rekan mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Bhakti Pertiwi Palembang Angkatan 2018 yang telah memberikan motivasi

dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya penelitian ini.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampun penulis. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Palembang, 26 Juli 2022

Penulis

vii
ABSTRAK

Telah dilakukan biosintesis ZnO-CuO nanopartikel, karakterisasi dan


aplikasinya sebagai antibakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538. Penelitian ini
bertujuan untuk biosintesis dan karakterisasi ZnO-CuO nanopartikel serta melihat
aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus ATCC6538.
Karakterisasi menggunakan spektrofotmeter FTIR untuk melihat gugus fungsi
yang terbentuk dan dihitung ukuran kristalinitasnya menggunakan XRD.
Pengujian antibakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dilakukan dengan
metode difusi agar. Hasil penelitian menunujukkan adanya vibrasi gugus fungsi
ZnO pada bilangan gelombang 468,70 cm-1, 621,08 cm-1 dan 675,09 cm-1, gugus
fungsi CuO pada bilangan gelombang 619,15 cm-1 dan gugus fungsi ZnO-CuO
pada bilangan gelombang 507,28 cm-1 dan 617,22 cm-1. .Ukuran Kristalinitas
yang diperoleh sebesar 1,0572 nm untuk ZnO; 6,6315 nm untuk CuO dan 2,3333
nm untuk ZnO-CuO nanopartikel. Aktivitas antibakteri dari ZnO, CuO dan ZnO-
CuO (50:50) nanopartikel dengan masing-masing konsentrasi 10000 ppm
mempunyai diameter hambat berturut-turut 14,28 mm pada ZnO; 15,10 mm pada
CuO dan 15,99 mm pada ZnO-CuO (50:50) nanopartikel.

Kata kunci : ZnO-CuO nanopartikel, Staphylococcus aureus, difusi agar

viii
ABSTRACT

The biosynthesis of ZnO-CuO nanoparticles its characterization and


application for Staphylococcus aureus ATCC 6538 inhibition have been carried
out. This study aims to biosynthesis and characterize ZnO-CuO nanoparticles as
well as to see their antibacterial activity against Staphylococcus aureus ATCC
6538. Characterization using FTIR spectrophotometer to see the functional groups
formed and the size of the crystallinity calculated using XRD. Antibacterial
testing of Staphylococcus aureus ATCC6538 was carried out using the agar
diffusion method. The results showed that there was a vibration of the Zn-O
functional group at a wave number of 468.70 cm-1 621,08 cm-1 and 675,09 cm-1,
Cu-O functional group at a wave number of 619.15 cm-1 and Zn-O/Cu-O
functional group at a wave number of 507.28. cm-1 and 617,22 cm-1. The
crystallinity size obtained was 1.0572 nm for ZnO; 6.6315 nm for CuO and
2.3333 nm for ZnO-CuO nanoparticles. Antibacterial activity of ZnO, CuO and
ZnO-CuO (50:50) nanoparticles with each concentration of 10000 ppm had
inhibition diameters of 14.28 mm in ZnO; 15.10 mm on CuO and 15.99 mm on
ZnO-CuO (50:50) nanoparticles.

Key words : ZnO-CuO nanoparticles, Staphylococcus aureus, agar diffusion

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viv

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................ viiii

ABSTRACT ................................................................................................. xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Daun Jambu Biji ( Psidium guajava L.) ............................. 5

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................................. 5

2.1.2 Nama Daerah ............................................................................ 5

2.1.3 Morfologi Tanaman .................................................................. 7

2.1.4 Kandungan Kimia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) ...... 7
x
2.1.5 Manfaat Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) ...................... 7

2.2 Ekstrak ................................................................................................ 7

2.3 Ekstraksi ............................................................................................. 7

2.3.1 Definisi Ekstraksi ...................................................................... 7

2.3.2 Macam-macam Ekstraksi .......................................................... 8

2.4 Nanopartikel ....................................................................................... 9

2.5 Biosintesis Nanopartikel .................................................................... 9

2.6 ZnO Nanopartikel ............................................................................. 10

2.7 CuO Nanopartikel ............................................................................ 11

2.8 Bakteri .............................................................................................. 11

2.8.1 Fase Pertumbuhan Bakteri ...................................................... 12

2.8.2 Media Pembenihan ................................................................. 13

2.8.3 Bakteri Uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 .................... 14

2.9 X-Ray Difraction (XRD) .................................................................. 14

2.10 Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FT-IR) ................ 16

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 17

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 17

3.2.1 Alat.......................................................................................... 17

3.2.2 Bahan ...................................................................................... 18

3.3 Rancangan Penelitian ....................................................................... 18

3.3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 18

3.3.2 Metode Biosintesis dan Karakterisasi ..................................... 18

3.3.3 Metode Uji Aktifitas Antibakteri ............................................ 19

3.3.4 Bakteri Uji............................................................................... 19

xi
3.4 Prosedur Kerja .................................................................................. 19

3.4.1 Pengambilan dan Preparasi Sampel ........................................ 19

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji


(Psidium guajava L.) .............................................................. 19

3.4.3 Biosintesis ZnO Nanopartikel ................................................. 20

3.4.4 Biosintesis CuO Nanopartikel ................................................ 21

3.4.5 Biosintesis ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel ........................... 21

3.4.6 Karakterisasi ........................................................................... 22

3.4.7 Pembuatan Larutan Uji dengan Berbagai Konsentrasi ........... 22

3.4.8 Sterilisasi Alat ......................................................................... 22

3.4.9 Pembuatan Media Pembenihan ............................................... 23

3.4.10 Peremajaan Bakteri Uji ........................................................... 23

3.4.11 Pembuatan Suspensi Bakteri ................................................... 23

3.4.12 Pembuatan Media Lapisan Utama .......................................... 24

3.4.13 Pembuatan Agar Inokulum ..................................................... 24

3.4.14 Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri ................................. 24

3.4.15 Analisis Data ........................................................................... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ................................................................................................. 27

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan....................................................................................... 35

5.2 Saran ................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37

LAMPIRAN ................................................................................................. 43

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan.................. 16

Tabel 4.1 Hasil uji antibakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 terhadap
ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel.............................28

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Ilustrasi mekanisme reaksi terjadinya biosintesis ZnO-CuO


nanopartikel dengan ekstrak etanol daun jambu biji .............. 29

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Gambar Tanaman dan Daun Jambu Biji


(Psidium guajava L.) .............................................................. 43

Lampiran 2. Skema Kerja Ekstraksi Daun Jambu Biji


(Psidium guajava L.) .............................................................. 44

Lampiran 3. Filtrat dan Ampas Hasil Ekstraksi Daun Jambu Biji


(Psidium guajava L.) .............................................................. 45

Lampiran 4 Skema Kerja Biosintesis ZnO Nanopartikel dan


Karakterisasi XRD ................................................................. 46

Lampiran 5. Proses dan Hasil Biosintesis ZnO Nanopartikel ...................... 47

Lampiran 6. Skema Kerja Biosintesis CuO Nanopartikel dan


Karakterisasi XRD .................................................................. 48

Lampiran 7. Proses dan Hasil Biosintesis CuO Nanopartikel..................... 49

Lampiran 8. Skema Kerja Biosintesis dan Karakterisasi ZnO-CuO


(50:50) ..................................................................................... 50

Lampiran 9. Proses dan Hasil Biosintesis ZnO-CuO (50:50)


Nanopartikel............................................................................ 51

Lampiran 10. Perhitungan Molaritas Zn(CH3COO)2.2H2O untuk


Biosintesis ZnO Nanopartikel .............................................. 52

Lampiran 11. Perhitungan Molaritas CuSO4.5H2O untuk Biosintesis


CuO Nanopartikel ................................................................ 53

Lampiran 12. Perhitungan Berat NaOH yang ditimbang untuk Membuat


NaOH 0,5 M sebanyak 100mL............................................. 54

Lampiran 13. Perhitungan Pengenceran Larutan Asam Asetat 1 %


dari 5% sebanyak 100 mL .................................................... 55

Lampiran 14. Perhitungan Konsentrasi ZnO, CuO, ZnO-CuO (50:50)


Nanopartikel dan Kloramfenikol .......................................... 56

xv
Lampiran 14. Lanjutan ................................................................................. 57

Lampiran 15. Larutan Uji Berbagai Konsentrasi ......................................... 58

Lampiran 16. Skema Kerja Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri


Staphylococcus aureus ATCC 6538..................................... 59

Lampiran 17. Hasil Uji Aktivitas Sampel Sebagai Antibakteri


Staphylococcus aureus ATCC 6538..................................... 60

Lampiran 17. Lanjutan ................................................................................. 61

Lampiran 18 Hasil uji antibakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538


dari ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel ............. 62

Lampiran 19 Hasil Analisa FTIR Sampel ................................................... 63

Lampiran 19 Lanjutan ................................................................................. 63

Lampiran 20 Hasil Tabel Interpretasi FTIR ................................................ 65

Lampiran 21 Hasil Analisis XRD Sampel .................................................. 66

Lampiran 22 Perhitungan Ukuran Kristalinitas ZnO, CuO dan


ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel ........................................... 67

Lampiran 22 Lanjutan ................................................................................ 68

Lampiran 22 Lanjutan ................................................................................ 69

Lampiran 23 Sertifikat Bakteri Uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 ... 70

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nanopartikel merupakan formulasi suatu partikel yang terdispersi pada

ukuran nanometer atau skala per seribu mikron (Peni et al., 2019). Nanopartikel

juga merupakan partikel yang berukuran 1-100 nanometer (Abdassah, 2017). Sifat

intrinsik nanopartikel logam seperti seng oksida (ZnO), TiO, dan perak sebagian

besar dilihat dari ukuran, komposisi, kristalinitas, dan morfologi (Sirelkhatim et

al., 2015). Nanopartikel ZnO merupakan semikonduktor anorganik yang

umumnya berbentuk serbuk dan tidak bersifat toksik serta memiliki mobilitas

elektron dan stabilitas termal yang tinggi (Alfarisa et al., 2018). Nanopartikel

ZnO adalah nanopartikel oksida logam transisi, dan digunakan dalam aplikasi

yang luas. Salah satu aplikasinya adalah pada bidang mikrobiologi (Fatoni et al.,

2021).

Nanopartikel CuO merupakan anggota paling sederhana dari senyawa Cu

yang memiliki berbagai sifat fisik yang potensial dan jauh lebih murah dari

oksidasi perak (Rifani et al., 2019). Nanopartikel CuO dapat diaplikasikan sebagai

suatu agen antimikroba dan memiliki kemampuan untuk menembus dinding sel

bakteri dan akan membentuk lubang pada permukaan sel yang kemudian akan

terakumulasi pada permukaan sel. Hal ini yang akan menyebabkan perubahan

struktural dalam membran sel seperti kematian sel (Ahmed et al., 2014).

1 STIFI Bhakti Pertiwi


2

Nanoparetikel ZnO dan CuO telah digunakan sebagai sistem penghantaran

obat dalam bidang farmasi, CuO memiliki aktivitas sebagai antimikroba yang

efektif, dan telah diaplikasikan langsung ke bidang biomedis, seperti modifikasi

permukaan untuk efek antimikroba, dan pembalut luka (Grigore et al., 2016).

Sedangkan ZnO telah dimodifikasikan ke bidang biomedis, sensor gas, biosensor,

kosmetik dan pertanian (Bedi & Kaur, 2015)

Biosintesis merupakan cara sintesis nanopartikel dengan menggunakan media

dari bahan-bahan biologi baik mikroorganisme ataupun ekstrak dari tumbuh-

tumbuhan (Wendri et al., 2017). Sintesis nanopartikel ZnO dan CuO dapat

dilakukan dengan metode fisika dan kimia. Metode fisika yang umum digunakan

antara lain ball mill, laser ablation, spray pyrolisis, hydrothermal dan physical

vapor deposition (PVD) sedangkan metode kimia yang umum digunakan antara

lain metode sol-gel, kopresipitas, mikroemulsi dan presipitasi (Firdaus, 2021).

Beberapa penelitian telah melakukan biosintesis ZnO nanopartikel seperti

Sari et al (2017) telah melakukan penelitian dengan menggunakan ekstrak rumput

laut cokelat sargassum sp, Fatimah et al (2016) menggunakan ekstrak daun

mimosa pudica, Saputra et al (2020) menggunakan ekstrak daun tin ficus carica

L, dan Fatoni et al (2021) menggunakan ekstrak daun jambu biji Psidium guajava

L. Sedangkan penelitian Pita Rengga et al (2017) telah melakukan penelitian

biosintesis CuO nanopartikel menggunakan ekstrak bunga cengkeh (Syzygium

aromaticum).

STIFI Bhakti Pertiwi


3

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini yaitu biosintesis ZnO-CuO

nanopartikel dari gabungan 50% berat seng asetat dihidrat (Zn(CH3COO)2.2H2O)

dan 50% berat tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) serta dengan ekstrak

etanol daun jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai media. ZnO-CuO

nanopartikel yang dihasilkan dikarakterisasi dan digunakan sebagai antibakteri

Staphylococcus aureus ATCC6538.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ZnO-CuO nanopartikel bisa dibiosintesis dengan media ekstrak etanol

daun jambu biji dalam suasana basa?

2. Bagaimanakah bentuk profil spektra ZnO-CuO nanopartikel jika dianalisa

dengan alat XRD dan spektrofotometri FTIR ?

3. Apakah ZnO-CuO nanopartikel memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus

aureus ATCC 6538?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui biosintesis ZnO-CuO nanopartikel dari ekstrak etanol daun

jambu biji dalam suasana basa.

2. Untuk mengetahui bentuk profil spektra ZnO-CuO nanopartikel dengan alat

XRD dan spektrofotometri FTIR.

STIFI Bhakti Pertiwi


4

3. Untuk mengetahui aplikasi ZnO-CuO nanopartikel sebagai antibakteri

Staphylococcus aureus ATCC 6538.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada peneliti

tentang biosintesis ZnO-CuO nanopartikel dari ekstrak etanol daun jambu biji

dalam suasana basa.

2. Memberikan informasi untuk peneliti bahwa ZnO-CuO nanopartikel memiliki

aktivitas antibakteri Staphylococcus aures ATCC 6538.

3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dibidang kesehatan khususnya dalam bidang farmasi.

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Daun Jambu Biji ( Psidium guajava L.)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi tanaman daun jambu biji (Psidium guajava L.) menurut Hutapea

(2001) adalah :

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

2.1.2 Nama Daerah

Penyebutan nama daun jambu biji diberbagai daerah di Indonesia bermacam-

macam, adapun menurut Dalimartha (2000) penyebutannya yaitu, Sumatera:

glima breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak Karo), masiambu

(Nias), jambu biji, (Melayu). Jawa: jambu klutuk (Sunda), jambu klutuk, (Jawa

Tengah), jambu biji (Madura). Nusa tenggara: sotong (Bali), gauwa (Flores),

goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), boyoawat (Mongondow),

koyamas (Tansau), dambu (Gorontalo), jambu paratugala (Makassar), jambu

5 STIFI Bhakti Pertiwi


6

paratukala (Bugis), jambu (Barre), Kujabas (Roti), biabuto (Buol). Maluku:

kayawase (Seram Barat), kujawase (Seram Selatan), laine hatu, lutuhatu (Ambon),

gawaya (Ternate, Halmahera).

2.1.3 Morfologi Tanaman

Menurut Hutapea (2001) Habitus pohon jambu biji adalah perdu (tumbuhan

berkayu yang bercabang-cabang) dan memiliki tinggi sekitar 5-10 m. Batang

pohon jambu biji memiliki ciri-ciri berkayu, bulat, kulit batang licin, mengelupas,

coklat kehijauan, dan bercabang. Pada daunnya memiliki ciri-ciri antara lain bulat

telur, tunggal, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, berhadapan, panjang 6-

14 cm, lebar 3-6 cm, hijau kekuningan dan pertulangannya menyirip. Pada

bunganya memliki ciri-ciri yaitu tunggal, diketiak daun, bertangkai, kelopak

bentuk corong, panjang 7-10 mm, mahkota bunga bulat telur, panjang 1½ cm,

benang sari pipih, putih, putik bulat, dan kecil. Pada buahnya, memiliki ciri-ciri

bentuk bulat telur dan berwarna putih kekuningan. Pada biji memiliki ciri-ciri

antara lain keras, berbentuk kecil dan berwarna kuning kecoklatan dan untuk

akarnya, merupakan akar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.

2.1.4 Kandungan Kimia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki kandungan senyawa flavonoid,

polifenol, karoten, quercetin, antioksidan, tanin, saponin, alkaloid, steroid, kuinon,

dan minyak atsiri (Prambudi, 2020). Adanya senyawa fenol yang cukup banyak

dalam daun jambu biji, salah satunya terdapat senyawa tanin dan flavonoid

sehingga daun jambu biji bersifat antimikroba (Handayani et al., 2018).

STIFI Bhakti Pertiwi


7

2.1.5 Manfaat Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) telah banyak dimanfaatkan untuk

mengobati berbagai penyakit dengan khasiat kesehatan seperti antidiare,

menurunkan gula darah dan antibakteri. Kandungan daun jambu biji memiliki

senyawa tanin 9-12%, senyawa tanin tersebut mempunyai daya antiseptik yaitu

mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur. Manfaat daun jambu

biji (Psidium guajava L.) dibuktikan dapat mempercepat penyembuhan infeksi

pada kulit yang di sebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus

spp, Escherichia coli, Salmonella typhi, Proteus mirabilis, dan Shigella dysenteria

(Desiyana et al., 2016).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksikan

senyawa zat aktif dari simplisia nabati dan hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Depkes RI, 2014).

2.3 Ekstraksi

2.3.1 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi merupakan pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat

atau bahan cair dari suatu padatan (Djamal, 2012).

STIFI Bhakti Pertiwi


8

2.3.2 Macam-macam Ekstraksi

Menurut Emelda (2019) metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu cara dingin dan cara panas yaitu :

1 Cara Dingin

Adapun cara dingin terbagi menjadi dua yaitu:

a. Maserasi, yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut organik yang dilakukan melalui beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada suhu ruangan.

b. Perkolasi, yaitu ekstraksi yang dilakukan dengan prinsip pengikatan

senyawa aktif bahan simplisia dengan memanfaatkan pelarut organik

tertentu sebagai pengikat, proses ekstraksi dilakukan dengan mengalirkan

atau melewatkan pelarut keserbuk simplisia yang telah dibasahi

sebelumnya.

2 Cara Panas

Adapun cara panas terbagi menjadi beberapa yaitu:

a. Refluks, merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Soxhletasi, yaitu proses ekstraksi yang dilakukan dengan prinsip

pengaliran pelarut yang dilakukan secara berulang atau berkesinambung.

STIFI Bhakti Pertiwi


9

c. Digesti, yaitu maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, secara umum

dilakukan pada temperatur 40° hingga 50°C.

d. Destilasi, yaitu cara destilasi yang dilakukan terhdap simplisia yang

mengandung minyak mudah menguap (misal minyak atsiri) yang tidak

bisa dilakukan dengan mekanisme ekstraksi pada umumnya.

e. Infusa, yaitu proses ekstraksi yang dilakukan dengan penyarian

menggunakan air pada suhu 90°C selama 15 menit.

f. Dekokta, yaitu mekanisme ekstraksi yang dilakukan dengan prinsip

sebagaimana pada metode infus namun dengan waktu yang lebih lama

(bisa selama 30 menit) dan temperatur sampai titik didih.

2.4 Nanopartikel

Nanopartikel merupakan partikel koloid atau padatan dengan diameter yang

berkisar dari 1-100 nm. Nanopartikel dengan menggunakan polimer dapat

dimanfaatkan untuk sistem penghantaran tertarget, meningkatkan bioavaibilitas,

pelepasan obat terkendali atau melarutkan obat untuk penghantaran sistemik

(Napsah & Wahyuningsih, 2014).

2.5 Biosintesis Nanopartikel

Teknik yang digunakan dalam memproduksi nanopartikel ada berbagai cara,

yaitu cara reduksi kimia, fotokimia, sonokimia, dan lain-lain. Sintesis

nanopartikel dengan teknik sonokimia menggunakan alat ultrasonik untuk

memecah padatan logam menjadi partikel yang berukuran nano, sedangkan teknik

STIFI Bhakti Pertiwi


10

fotokimia menggunakan radiasi tinggi dari sinar UV. Akan tetapi, cara yang

sangat populer dengan alasan faktor kemudahan, biaya yang relatif murah serta

kemungkinannya untuk diproduksi dalam skala besar adalah dengan cara reduksi

kimia. Prinsip biosintesis dengan metode reduksi dalam preparasi nanopartikel

ialah dengan memanfaatkan tumbuhan dan mikroorganisme sebagai agen

pereduksi. Adapun mikroorganisme yang digunakan sebagai agen pereduksi yaitu

jamur, khamir, dan bakteri. Teknik bioreduksi dalam preparasi nanopartikel yang

menggunakan mikroorganisme memiliki suatu kelemahan seperti pemeliharaan

kultur yang sulit dan waktu sintesis yang lama sehingga tumbuhan menjadi

alternatif dalam bioreduksi nanopartikel (Lembang, 2013).

2.6 ZnO Nanopartikel

ZnO merupakan senyawa serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih

kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, encer dan dalam larutan alkali hidroksida.

Kelarutan dari ZnO yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P ;

larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida (Depkes RI,

2014).

Nanopartikel seng oksida banyak dikembangkan karena memiliki sifat-sifat

unik seperti fotokatalitik, elektrik, optik, dan antibakteri. Sifat-sifat tersebut

dimiliki karena seng oksida merupakan material semi konduktor dengan celah pita

lebar, yaitu 3.37 eV dan energi eksitasi sebesar 60 meV dan oleh karenanya seng

oksida memperlihatkan aktivitas fotokatalitik yang sangat baik (Zhong et al.,

2011).

STIFI Bhakti Pertiwi


11

2.7 CuO Nanopartikel

Tembaga (II) oksida (CuO) adalah salah satu senyawa oksida logam transisi

yang memiliki karakteristik menarik sebagai semikonduktor tipe-p. Tembaga (II)

oksida dapat diaplikasikan sebagai sel surya, fotodetektor, fotokatalis, dan field

emission displays (FEDs) (Sundari et al., 2018).

CuO nanopartikel merupakan salah satu nanomaterial yang paling banyak

digunakan saat ini dan memiliki banyak aplikasi dalam proses biologis, obat-

obatan, remediasi lingkungan dan bidang industri nanoteknologi (Cuong et al.,

2021).

2.8 Bakteri

Bakteri merupakan salah satu dari kelompok organisme prokariotik, yaitu

sekelompok organisme yang tidak mempunyai selubung inti sama sekali. Sebagai

organisme hidup, bakteri juga mempunyai sekumpulan informasi genetik yang

berupa DNA dengan bentuk sirkuler, memanjang, dan biasa disebut nukleoid,

meskipun DNA tersebut tidak terlokalisasi pada suatu tempat khusus tertentu

yakni nukleus sebagaimana organisme hidup lainnya (Rahmawati, 2019). Pada

umunya bakteri dikenal dengan tiga bentuk yang berbeda yaitu, Kokus (bulat),

Basil (Silinder atau batang) dan Spiral (melengkung atau melingkar-lingkar)

(Syahrurachman, 1994).

Bakteri dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu bakteri gram positif

dan gram negatif. Menurut Rahmawati (2019) Bakteri gram negatif berbentuk

batang atau biasa disebut dengan istilah enterobacteriaceae. Bakteri ini berhabitat

STIFI Bhakti Pertiwi


12

di usus manusia maupun binatang. Beberapa bakteri yang termasuk dalam

kelompok enterobacteriaceae adalah Escherichia Coli. Sedangkan bakteri gram

positif bakteri yang bekerja membentuk spora diberbagai tempat, misalnya spesies

Bacillus dan Clostridium yang banyak tersebar dimana-mana dan punya

kemampuan untuk hidup dilingkungan tertentu selama bertahun-tahun.

2.8.1 Fase Pertumbuhan Bakteri

Fase pertumbuhan terdapat 4 fase ketika ditumbuhkan pada kultur curah

(batch culture) yaitu, fase adaptasi (lag phase), fase logaritmik atau

eksponensial,fase statisioner (stationer phase) dan fase kematian (death phase)

(Sulaiman, 2014).

1. Fase Adaptasi (Fase Lag)

Fase adaptasi atau fase penyesuaian adalah fase pengaturan sutu aktivitas

dalam lingkungan baru. Oleh karena itu selama fase ini pertumbuhan massa atau

pertumbuhan jumlah sel belum begitu terjadi, sehingga kurva fase ini umumnya

mendatar.

2. Fase Logaritmik atau Eksponensial

Fase eksponensial atau logaritmik adalah fase peningkatan aktivitas

perubahan bentuk maupun pertambahan jumlah mencapai kecepatan maksimum

sehingga kurvanya dalam bentuk eksponensial.

STIFI Bhakti Pertiwi


13

3. Fase Statisioner

Fase ini terjadi penumpukan produk beracun atau kehabisan nutrien.

Beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah, jumlah sel hidup

menjadi tetap. Fase ini menunjukkan jumlah bakteri hidup sama dengan jumlah

bakteri mati sehingga kurva menunjukkan horizontal.

4. Fase Kematian

Pada fase ini sel menjadi mati lebih cepat dari pada terbentuknya sel-sel baru,

penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan energi seluler.

Beberapa bakteri bisa bertahan hanya beberapa jam selama fase statis, dan bahkan

ada yang bertahan sampai puluhan tahun sebelum mati dengan mengubah sel

menjadi spora

2.8.2 Media Pembenihan

Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran makanan (nutrient)

yang diperlukan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan bakteri. Ada tiga

jenis media yaitu, media padat (nutrient agar), media cair (nutrient broth) dan

media setengah padat. Agar bakteri dapat hidup dan berkembang dengan baik di

dalam media diperlukan persyaratan yaitu, media harus mengandung semua unsur

hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri,

mempunyai tekanan osmosa dan pH yang sesuai untuk bakteri dan harus dalam

keadaan steril (Boleng, 2015).

STIFI Bhakti Pertiwi


14

2.8.3 Bakteri Uji Staphylococcus aureus ATCC 6538

Menurut Syahrurachman (1994) bakteri Staphylococcus aureus

diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif mempunyai

bentuk bulat dan termasuk flora normal tubuh manusia. Bakteri Staphylococcus

aureus dapat menyebabkan infeksi pada kulit, adapun infeksi yang disebabkan

oleh bakteri ini diantaranya yaitu jerawat, bisul, impetigo dan infeksi pada luka

(Yani et al., 2020). Bakteri Staphylococcus aureus biasanya terdapat pada rongga

hidung dan dapat menyebar kekulit dan bagian tubuh lainnya (Rahardjo et al.,

2017) .

2.9 X-Ray Difraction (XRD)

Menurut Rahman (2016) X-Ray Diffraction (XRD) adalah alat untuk

mengetahui indeks bidang ataupun karakteristik struktur kristal yang terdapat dari

berbagai macam bahan dengan memanfaatkan hamburan sinar-X terjadi apabila

suatu berkas elektron bebas berenergi kinetik tinggi menumbuk logam yang

merupakan sumber sinar dengan daya tembus yang besar. Penggunaan alat ini

berfungsi untuk menjelaskan materi fisika zat padat khususnya pembahasan

mengenai struktur kristal dari suatu bahan.

STIFI Bhakti Pertiwi


15

X-Ray Diffraction (XRD) merupakan metode analisa yang memanfaatkan

interaksi antara sinar x dengan atom yang tersusun dalam sebuah sistem kristal.

Secara sederhana, prinsip kerja dari XRD dapat dijelaskan, setiap senyawa terdiri

dari susunan atom-atom yang membentuk bidang tertentu, jika sebuah bidang

memiliki bentuk tertentu maka partikel cahaya (foton) yang datang dengan sudut

tertentu hanya akan menghasilkan pola pantulan maupun pembiasan yang khas.

Dengan kata lain tidak mungkin foton yang datang dengan sudut tertentu pada

sebuah bidang dengan bentuk tertentu akan menghasilkan pola pantulan ataupun

pembiasan yang bermacam-macam (Setiabudi et al., 2012).

Menurut Masruroh et al., (2013) untuk mengetahui ukuran kristalinitas

dengan metode XRD digunakan dengan persamaan Debye-Scherrer yaitu sebagai

berikut :

D=

Keterangan :

D = ukuran Kristalinitas
K = faktor bentuk dari Kristal (0,9-1)
λ = panjang gelombang dari sinar-X (1,54056 A)
β = nilai dari Full Width at Half Maximum (FWHM) (rad)
= sudut difraksi sinar-X (derajat)

STIFI Bhakti Pertiwi


16

2.10 Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FT-IR)

Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red atau disebut FTIR merupakan

instrumen yang digunakan untuk menggunakan gugus fungsi suatu senyawa

organik dan memberikan informasi struktur senyawa organik dengan

membandingkan sidik jari. Terdapat beberapa range frekuensi elektromagnetik

yang bermacam-macam dimana setiap frekuensi bisa dilihat sebagai warna

berbeda. Radiasi inframerah terhadap range frekuensi tapi tidak dapat dilihat oleh

mata (Dachriyanus, 2004).

Prinsip dasar FTIR berupa energi yang dikeluarkan dari sumbernya berasal

dari sinar inframerah yang melewati celah dan mengenai sampel, celah tersebut

berfungsi mengontrol jumlah energi yang diserap oleh sampel, energi yang

diserap oleh sampel sehingga sinar IR tersebut selanjutnya akan melewati bagian

interferometer yang kemudian dilanjutkan ke detektor, sinyal yang terukur oleh

detektor akan diubah menjadi spektrum IR oleh bantuan komputer

(Agtrinurcholis, 2020). Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan

seperti dalam tabel 2.1

Tabel 2.1Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan (Dachriyanus,


2004)

Bilangan gelombang (v, cm-1)) Jenis ikatan


3750-3000 Regang O-H, N-H
3000-2700 Regang –CH3, -CH2, C-H, C-H aldehid
2400-2100 Regang –C=C-, C=N
1900-1650 Regang C=O (asam, aldehid, keton, amida,
ester, anhidrida)
1675-1500 Regang C=C (aromatik dan alifatik), C=N
1475-1300 C-H bending
1000-650 C=C-H, Ar-H bending

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan April

2022 dan bertempat di Laboratorium Penelitian, Laboratorium Kimia Farmasi dan

Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Palembang. Karakterisasi gugus fungsi produk yang dihasilkan menggunakan alat

Fourier Transform Infra-Red (FT-IR) dan dilakukan di Laboratorium Kimia

Jurusan Kimia F-MIPA ITB Bandung dan X-Ray Diffraction (XRD) yang

dilakukan di Laboratorium Fisika F-MIPA Universitas Sriwijaya Palembang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain autoklaf (Kaipu®),

inkubator (DNP), Laminar Air Flow (LAF:Indotech®), batang pengaduk,

alumunium foil, kertas perkamen, gelas kimia (Pyrex), cawan petri, erlenmeyer,

gelas ukur, hotplate, jangka sorong (Taffware), labu ukur (Pyrex), jarum ose,

kertas cakram, lampu spritus, pinset, pipet volumetrik, spatel, oven, magnetic

stirrer, tabung reaksi, dan timbangan analitik (Quattro macs®), spektrofotometer

UV-Vis (Uv-vis spektrofotometer 1240®), XRD (Shimadzu XRD-6000®),

spektrofotometer FT-IR (Shimadzu Prestige-21®), incubator (Bioinkubator 18-

one).
17 STIFI Bhakti Pertiwi
18

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain daun jambu biji, seng

asetat dihidrat (Merck), tembaga (II) sulfat pentahidrat (Merck), aquadest (H2O),

etanol 70% v/v, NaOH 0,5 M, asam asetat, kloramfenikol, nutrien agar, bakteri

Staphylococcus aureuss ATCC 6538.

3.3 Rancangan Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dari pengujian

aktivitas antibakteri produk dari hasil biosintesis ZnO, CuO dan ZnO-CuO

(50:50) nanopartikel, pada penelitian ini menggunakan berbagai larutan uji untuk

melihat sensitivitas bakteri terhadap sampel uji.

3.3.2 Metode Biosintesis dan Karakterisasi

Pada penelitian ini menggunakan metode biosintesis ZnO, CuO dan ZnO-

CuO (50:50) nanopartikel. Adapun metode ekstraksi yang digunakan pada studi

ini adalah metode maserasi. Karakterisasi yang dilakukan pada studi ini adalah

karakterisasi menggunakan XRD dan spektrofotometer FTIR untuk masing-

masing produk yang dihasilkan.

STIFI Bhakti Pertiwi


19

3.3.3 Metode Uji Aktifitas Antibakteri

Pada penelitian ini metode uji aktivitas yang digunakan adalah metode difusi

agar, kertas cakram disterilkan dahulu kemudian ditetesi varian larutan uji, setelah

itu diletakkan pada media yang telah ditanami bakteri sehingga memudahkan

sampel uji berdifusi ke media.

3.3.4 Bakteri Uji

Pada penelitian ini bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus

aureus ATCC 6538, bakteri gram positif yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengambilan dan Perlakuan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu biji (Psidium

guajava L.) yang diambil di Jl. Karya Baru Lrg. Teladan No. 289 Rt.06 Rw.02,

Km 7, kelurahan Karya Baru, kecamatan Alang-Alang Lebar, kota Palembang,

provinsi Sumatera Selatan. Sebanyak 1 kg daun jambu biji (Psidium guajava L.)

segar dibersihkan dengan air dan dikering anginkan hingga kering.

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Sebanyak 25 gram daun jambu biji kering dimaserasi dengan 250 mL etanol

70% masukkan kedalam botol gelap ukuran 2,5 liter. Proses maserasi didiamkan

selama 3 hari dan simpan ditempat yang tidak terkena cahaya matahari. Setelah 3

STIFI Bhakti Pertiwi


20

hari campuran kemudian disaring, dan filtrat yang diperoleh (maserat) disimpan

ditempat yang tidak terkena cahaya matahari untuk digunakan lebih lanjut,

kemudian ampas dilakukan proses maserasi kembali dengan cara yang sama yaitu

ampas direndam dalam 250 ml etanol 70% selama 3 hari dan kemudian

dipisahkan antara ampas dan filtratnya, lalu hasil filtrat (maserat) yang diperoleh

dijadikan satu dalam satu wadah (Fatimah et al., 2016).

3.4.3 Biosintesis ZnO Nanopartikel

Sebanyak 0,550 gram asetat dihidrat (Zn(CH3COO)2.2H2O dilarutkan dalam

25 mL aquadest didalam gelas kimia kemudian tambahkan secara perlahan dalam

75 mL ekstrak etanol daun jambu biji kemudian campuran dikocok secara kontinu

diatas hotplate pada suhu 80°C selama 1 jam, hingga berubah warna campuran

menjadi gelap (hitam). Setelah dingin, campuran ditambahkan larutan NaOH 0,5

M sebanyak 15 mL dan dikocok secara kontinu hingga pH menjadi 10. Campuran

didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam hingga terbentuk endapan. Endapan

dipisahkan dari filtrat dan endapan kemudian dicuci dengan aquadest sebanyak 15

mL didiamkan sampai terbentuk endapan kembali, setelah itu endapan dipisahkan

dari filtrat, endapan yang didapat dicuci kembali dengan etanol absolut sebanyak

10 mL untuk menghilangkan kotoran yang mungkin ada dalam endapan tersebut.

Endapan yang telah dicuci dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C sampai kering

(Fouda et al., 2020).

STIFI Bhakti Pertiwi


21

3.4.4 Biosintesis CuO Nanopartikel

Sebanyak 0,625 gram tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) dilarutkan

dalam 25 mL aquadest didalam gelas kimia kemudian tambahkan secara perlahan

dalam 75 mL ekstrak etanol daun jambu biji kemudian campuran dikocok secara

kontinu diatas hotplate pada suhu 80°C selama 1 jam, hingga berubah warna

campuran menjadi gelap (hitam). Setelah dingin, campuran ditambahkan larutan

NaOH 0,5 M sebanyak 15 mL dan dikocok secara kontinu hingga pH menjadi 11.

Campuran didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam hingga terbentuk endapan.

Endapan dipisahkan dari filtrat dan endapan kemudian dicuci dengan aquadest

sebanyak 15 mL didiamkan sampai terbentuk endapan kembali, setelah itu

endapan dipisahkan dari filtrat, endapan yang didapat dicuci kembali dengan

etanol absolut sebanyak 10 mL untuk menghilangkan kotoran yang mungkin ada

dalam endapan tersebut. Endapan yang telah dicuci dikeringkan dalam oven pada

suhu 60°C sampai kering (Fouda et al., 2020).

3.4.5 Biosintesis ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel

Sebanyak 0,550 gram seng asetat dihidrat dan 0,625 gram tembaga sulfat

pentahidrat dilarutkan dalam 25 mL aquadest didalam gelas kimia kemudian

tambahkan secara perlahan dalam 75 mL ekstrak etanol daun jambu biji kemudian

campuran dikocok secara kontinu diatas hotplate pada suhu 80°C selama 1 jam,

hingga berubah warna campuran menjadi gelap (hitam). Setelah dingin, campuran

ditambahkan larutan NaOH 0,5 M sebanyak 24 mL dan dikocok secara kontinu

hingga pH menjadi 11. Campuran didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam

STIFI Bhakti Pertiwi


22

hingga terbentuk endapan. Endapan dipisahkan dari filtrate dan endapan

kemudian dicuci dengan aquadest sebanyak 15 mL didiamkan sampai terbentuk

endapan kembali, setelah itu endapan dipisahkan dari filtrate, endapan yang

didapat dicuci kembali dengan etanol absolut sebanyak 10 mL untuk

menghilangkan kotoran yang mungkin ada dalam endapan tersebut. Endapan yang

telah dicuci dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C sampai kering (Fouda et al.,

2020).

3.4.6 Karakterisasi

Senyawa ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel yang diperoleh

dikarakterisasi menggunakan alat XRD untuk mengetahui bentuk morfologi

fisiknya dan menggunakan FTIR untuk melihat gugus fungsinya.

3.4.7 Pembuatan Larutan Uji dengan Berbagai Konsentrasi

Untuk larutan uji sampel ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel

masing-masing konsentrasinya 10.000 ppm, kloramfenikol 200 ppm sebagai

kontrol positif, dan asam asetat 1% sebagai kontrol negatif.

3.4.8 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu dan kemudian

dikeringkan, lalu bungkus alat-alat yang akan disterilkan dengan alumunium foil

atau kertas perkamen. Kemudian masukkan kedalam autoklaf dengan suhu 121°C

selama 15 menit (Fatmalia & Dewi, 2018).

STIFI Bhakti Pertiwi


23

3.4.9 Pembuatan Media Pembenihan

Sebanyak 1,4 gram serbuk nutrien agar (siap pakai) ditimbang, kemudian

dilarutkan dalam 50 mL aquadest dan panaskan hingga mendidih sampai larut

homogen, kemudian disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 selama 15

menit, setelah disterilkan media agar dituangkan sebanyak 10 mL ke tabung reaksi

untuk media agar miring dan biarkan hingga memadat (Uthayasoriyan et al.,

2016).

3.4.10 Peremajaan Bakteri Uji

Peremajaan bakteri uji dilakukan dengan menginokulasi dengan jarum ose

steril kemudian biakan murni dari agar miring ke medium agar nutrient (NA)

diinkubasi dengan suhu 36 selama 48 jam hingga diperoleh pertumbuhan yang

normal (Cappuccino & Sherman, 2014).

3.4.11 Pembuatan Suspensi Bakteri

Mikroba uji yang telah diinokulasi diambil dengan jarum ose steril lalu di

suspensikan dalam dua tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 mL larutan

NaCl 0,9% hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan

larutan. Suspensi antimikroba diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis

dengan panjang gelombang 580 nm dan transmitan 25% (Cappuccino & Sherman,

2014).

STIFI Bhakti Pertiwi


24

3.4.12 Pembuatan Media Lapisan Utama

Ditimbang sebanyak 7 gram nutrient agar, kemudian dimasukkan kedalam

erlenmeyer selanjutnya dilarutkan kedalam 250 mL aquadest. Campuran

dipanaskan hingga mendidih sesekali diaduk sampai larut homogen. Kemudian

disterilkan kedalam autoklaf dengan suhu 121°C selama 15 menit. Tuangkan

sebanyak 10 ml kedalam cawan petri, biarkan hingga memadat (Cappuccino &

Sherman, 2014).

3.4.13 Pembuatan Agar Inokulum

Tabung reaksi yang berisi 10 mL media diteteskan suspensi mikroba

sebanyak 2 tetes. Kemudian dihomogenkan, setelah itu dituangkan di atas cawan

petri tersebut digoyangkan beberapa kali secara horizontal agar suspensi mikroba

ini merata pada seluruh permukaan media. Lalu dibiarkan pada suhu kamar

selama 15 menit (Cappuccino & Sherman, 2014).

3.4.14 Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri

Uji antibakteri sampel menggunakan metode difusi agar. Konsentrasi ZnO,

CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel yang diujikan masing-masing 10.000

ppm, sedangkan kloramfenikol sebagai kontrol positif dengan konsentrasi 200

ppm dan asam asetat sebagai kontrol negatif dengan konsentrasi 1%. Kertas

cakram yang telah disterilisasi, kemudian diteteskan 0,1 mL masing-masing

larutan uji. Semua kertas cakram yang telah ditetesi dengan masing-masing

larutan uji diletakkan secara aseptik dalam cawan petri yang mengandung media

STIFI Bhakti Pertiwi


25

nutrien agar yang telah diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureuss ATCC

6538. Cawan petri diinkubasi pada suhu 37 selama 48 jam, lalu diukur dengan

diameter zona bening yang terbentuk menggunakan jangka sorong (Cappuccino &

Sherman, 2014).

3.4.15 Analisis Data

a. Senyawa ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel yang diperoleh

dikarakterisasi menggunakan alat X-Ray Diffraction (Shimadzu XRD-6000)

untuk mengetahui struktur fisikanya. Hasil uji XRD berupa difraktogram,

selanjutnya digunakan untuk menghitung ukuran kristalinitas dari ZnO, CuO

dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel menggunakan persamaan Debye-Sheerer :

D=

Keterangan :

D = ukuran kristanilitas

k = konstanta 0,7 – 1,7

λ = panjang gelombang

= FWHM

= sudut difraksi sinar-X

b. ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel dikarakterisasi gugus fungsinya

menggunakan spektroskopi FTIR (Shimadzu Prestige-21) dengan bantuan pelet

KBr dan spektrum dicatat pada bilangan gelombang antara 4500-500 cm-1.

STIFI Bhakti Pertiwi


26

c. Senyawa uji antibakteri meliputi ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50)

nanopartikel dengan konsentrasi masing-masing 10.000 ppm, kloramfenikol

200 ppm sebagai kontrol positif, dan asam asetat 1% sebagai kontrol negatif..

Masing-masing senyawa uji diujikan pada bakteri Staphylococcus aureus

ATCC 6538 untuk melihat diameter hambatnya. Hasil perhitungan diameter

hambat ditabulasikan untuk melihat nilai diameter hambat rata-rata.

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Biosintesis ZnO nanopartikel yang telah dilakukan menghasilkan produk

berupa serbuk berwarna hijau kehitaman dengan berat 0,510 gram (Lampiran

5).

2. Biosintesis CuO nanopartikel yang telah dilakukan menghasilkan produk

produk berupa serbuk berwarna coklat kehitaman dengan berat 0,265 gram

(Lampiran 7)

3. Biosintesis ZnO-CuO (50:50) nanopartikel yang telah dilakukan

menghasilkan produk berupa serbuk berwarna hijau kehitaman dengan berat

1,060 gram (Lampiran 9).

4. Analisa gugus fungsi ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel dengan

spektrofotometri FTIR dilakukan pada bilangan gelombang 500-4500 cm-1

dan diperoleh hasil berupa gugus fungsi Zn-O yang terdeteksi pada bilangan

gelombang 468,70 cm-1, 621,08 cm-1 dan 675,09 cm-1, gugus fungsi Cu-O

terdeteksi pada bilangan gelombang 619,15 cm-1, dan gugus fungsi ZnO-CuO

terdeteksi pada bilangan gelombang 507,28 cm-1 dan 617,22 cm-1 (Lampiran

18).

27 STIFI Bhakti Pertiwi


28

5. Analisa morfologi fisik ZnO, CuO dan ZnO-CuO(50:50) nanopartikel yang

dilakukan dengan X-Ray Diffraction diperoleh ukuran kristalinitas sebesar

1,0572 nm (ZnO nanopartikel) ; 6,6315 nm (CuO nanopartikel) dan 2,3333

nm (ZnO-CuO nanopartikel). (Lampiran 20).

6. Hasil uji antibakteri dari ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel

terhadap bakteri Staphylococcis aureus ATCC 6538 seperti dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil uji antibakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dari ZnO, CuO
dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel
NO Cawan Diameter Hambat (mm)
Petri
ZnO CuO ZnO-CuO Kontrol Kontrol
Nanopartikel Nanopartikel (50:50) (+) (-) Asam
Nanopartikel Kloramfe Asetat
nikol
1 1 14,21 15,12 15,67 22,57 11,88
2 2 16,33 13,68 15,18 24,83 12,25
3 3 13,92 16,51 17,14 28,07 11,45
Rata-rata ± 14,82 15,10 15,99 25.16 11,86
SD ± 1,1 ±1,1 ±0,8 ±2,8 ±0,3
Tabel 4 1 Hasil uji antibakteri Staphylococcus aureus pada ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikeluji
antibakteri Eschericia coli pada ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartike

4.2 Pembahasan

1. Biosintesis ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel

Ekstrak etanol daun jambu biji mengandung senyawa kimia dan metabolit

sekunder terpenoid, saponin dan tanin (Meitasari, 2017). Adanya senyawa-

senyawa tersebut dapat mengkonversi senyawa Cu2+ menjadi CuO nanopartikel

dan mengkonversi senyawa Zn2+ menjadi ZnO nanopartikel melalui proses

reduksi dan oksidasi. Adanya molekul protein pada tanaman berfungsi untuk

mengkatalisis suatu proses reaksi dan berperan sebagai capping agent (agent

STIFI Bhakti Pertiwi


29

pembalut) untuk mencegah aglomerasi (penumpukkan partikel) serta membantu

dalam stabilitas CuO nanopartikel (Vijayakumar et al., 2018). Senyawa-senyawa

kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun jambu biji, protein dan molekul

dapat membantu proses sintesis ZnO dan CuO nanopartikel. Biosintesis

nanopartikel dengan cara mencampurkan larutan seng asetat dihidrat dan tembaga

(II) sulfat pentahidrat dengan ekstrak etanol daun jambu biji dalam suasana basa

menghasilkan ZnO dan CuO nanopartikel. Biosintesis dilakukan dalam suasana

basa karena biomolekul dalam suasana asam tidak bisa terbentuk, dilakukan

dalam suasana basa untuk mengubah ekstrak etanol daun jambu biji kemuatan

listrik biomolekul agar tidak terjadi aglomerasi partikel.

Adapun mekanisme reaksi antara ekstrak etanol daun jambu biji dengan seng

asetat dihidrat dan tembaga (II) sulfat pentahidrat dapat diilustrasikan pada

gambar 4.1

Gambar 4 Ilustrasi mekanisme reaksi terjadinya biosintesis ZnO-CuO


nanopartikel dengan ekstrak etanol daun jambu biji (Fouda et al.,
2020)

STIFI Bhakti Pertiwi


30

Dari ilustrasi diatas pembuatan nanopartikel tergantung pada reduksi dan

capping agent, oleh sebab itu ZnO dan CuO nanopartikel dapat direduksi dengan

menggunakan senyawa capping yang merupakan ekstrak etanol daun jambu biji

tersebut. Pada ekstrak etanol daun jambu biji terdapat enzim dan protein yang

berperan untuk membantu proses terjadinya biosintesis. Fungsi capping agent

pada proses biosinteses untuk mencegah terjadinya aglomerasi pada partikel.

2. Karakterisasi gugus fungsi dengan spektofotometri FTIR

Karakterisasi menggunakan FTIR bertujuan untuk mengetahui gugus-gugus

fungsi yang terdapat dalam sampel. Pada tabel (lampiran 20) gugus fungsi ZnO

terdeteksi pada bilangan gelombang 468,70 cm-1 dimana bilangan gelombang ini

tidak jauh dengan hasil penelitian Jayachandran et al (2021) bahwa bilangan

gelombang dari gugus fungsi ZnO yaitu 491 cm-1. Pada spektra FTIR ZnO

nanopartikel terlihat bilangan gelombang pada tabel (lampiran 20) yang

disebabkan oleh getaran peregangan ikatan kimia dari gugus –OH, yang dapat

berasal dari molekul air yang diabsorpsi oleh ZnO atau dapat menunjukkan

adanya pembentukan ikatan hidrogen (Yunita et al., 2020). Pita serapan pada

bilangan gelombang tersebut menunjukkan vibrasi ulur gugus fungsi C-H

(Kumari et al., 2015).

Pada spektra FTIR CuO nanopartikel pada bilangan gelombang pada tabel

(lampiran 20) yang menunjukkan adanya vibrasi ulur dari gugus fungsi –OH, pada

pita serapan bilangan gelombang 1625,99 cm-1 sesuai dengan C=O vibrasi ester.

Hal ini menunjukkan alkohol dan ester dari ekstrak etanol daun jambu biji

berperan mereduksi ion tembaga sulfat pentahidrat menjadi CuO nanopartikel,


STIFI Bhakti Pertiwi
31

dan pada tabel (lampiran 20) gugus fungsi CuO muncul pada bilangan gelombang

619,15 cm-1 yang sama dengan hasil penelitian Fatoni et al (2020) bahwa

bilangan gelombang dari gugus fungsi CuO yaitu 619 cm -1.

Pada spektra FTIR ZnO-CuO (50:50) nanopartikel terlihat bilangan

gelombang pita serapan pada table diatas yang disebabkan oleh getaran

peregangan ikatan kimia dari gugus –OH, yang dapat berasal dari molekul air

yang diabsorpsi oleh ZnO dan CuO atau dapat menunjukkan adanya pembentukan

ikatan hidrogen (Yunita et al., 2020). Pita serapan bilangan gelombang pada

tabel (lampiran 20) menunjukkan vibrasi ulur gugus fungsi C-H (Kumari et al.,

2015). Gugus fungsi ZnO-CuO pada tabel (lampiran 20) muncul pada bilangan

gelombang 507,28 cm-1 yang tidak jauh dari hasil penelitian Das & Srivastava

(2017) bahwa bilangan gelombang dari gugus fungsi ZnO-CuO yaitu 496 cm-1.

Gugus-gugus fungsi diatas merupakan gugus fungsi yang terkandung dalam

metabolit sekunder ekstrak etanol daun jambu biji. Senyawa fitogenik dari ekstrak

tanaman yang menjadi bioreduktor dan biostabilitator pada proses pembentukan

nanopartikel ZnO dan CuO.

3. Karakterisasi Ukuran Nanopartikel dengan X-Ray Diffraction (XRD)

Karakterisasi ZnO-CuO Nanopartikel dengan XRD bertujuan untuk

mengetahui ukuran kristalinitas ZnO-CuO nanopartikel. Hasil XRD ZnO

nanopartikel menunjukkan puncak difraktogram tertinggi yang berada pada sudut

2 yaitu 36,40° ; 31,56° puncak difaktogram CuO nanopartikel dan 32,59° puncak

difaktogram ZnO-CuO (50:50) nanopartikel. Jika dilihat dari bentuk difaktogram

tersebut maka ada puncak tajam pada ZnO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel
STIFI Bhakti Pertiwi
32

yang menunjukkan karakteristik dari ZnO dan ZnO-CuO nanopartikel dengan

struktur hexagonal wurtxite dan mempunyai morfologi fisik kristalin (Balogun et

al., 2020). Sedangkan pada puncak yang melebar pada CuO nanopartikel

menunjukkan karakteristik dari CuO nanopartikel mempunyai morfologi fisik

amorf (Anggraeni & Manurung, 2014).

Ukuran kristalin ZnO nanopartikel didapat dari rumus Debye Sherrer, dimana

D adalah ukuran kristalinitas, λ adalah panjang gelombang XRD yang digunakan

(0,15406 nm), β adalah panjang garis dari setengah intensitas maksimum (Full

Width at Half Maximum, FWHM), faktor konversi (0,0175 rad) dan adalah

sudut Bragg (Bragg’s angle). Berdasarkan puncak tertinggi dari difraktogram

maka dapat diperoleh ukuran kristalinitasnya sebesar 1,0572 nm pada ZnO

nanopartikel ; 6,6315 nm pada CuO nanopartikel dan 2,3333 nm pada ZnO-CuO

(50:50) nanopartikel.

4. Uji Antibakteri

Uji antibakteri pada Staphylococcus aureus ATCC 6538 dengan sampel uji

yaitu sampel ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel konsentrasinya

10.000 ppm, kloramfenikol 200 ppm sebagai kontrol positif, dan asam asetat 1%

sebagai kontrol negatif.

Pada uji antibakteri ZnO nanopartikel 10.000 ppm diperoleh rata-rata

diameter hambat 14,82 mm, pada CuO nanopartikel 10.000 ppm diperoleh rata-

rata diameter hambat 15,10 mm, sedangkan pada ZnO-CuO (50:50) nanopartikel

dengan konsentrasi 10.000 ppm diperoleh rata-rata diameter hambat 15,99 mm.

STIFI Bhakti Pertiwi


33

Pada kontrol positif menggunakan larutan kloramfenikol pada konsentrasi 200

ppm diperoleh rata-rata diameter hambat 25,26 mm. Sedangkan pada kontrol

negatif menggunakan asam asetat 1% dan diperoleh rata-rata diameter hambat

11,86 mm. Pada uji antibakteri ini daya hambat yang paling besar terdapat pada

kloramfenikol.

Berdasarkan data diatas ZnO, CuO dan ZnO-CuO nanopartikel memiliki

aktivitas antibakteri dengan ditandai timbulnya daya hambat disekitar media. Pada

penelitian (Seil & Webster, 2012) menyatakan bahwa nanopartikel ZnO dapat

menghancurkan permeabilitas membran bakteri yang menyebabkan bakteri mati

oleh karena itu ZnO nanopartikel bisa digunakan sebagai antibakteri. Sedangkan

pada penelitian (Benhalima et al., 2019) CuO bekerja dengan masuk kedalam

dinding sel bakteri sehingga tidak membuat aktif proses enzimatik, pengendapan

protein dan penghancuran sistem asam nukleat. Sedangkan ZnO-CuO dapat

menginhibisi pertumbuhan bakteri secara optimal karena penggabungan sifat

antibakteri kedua oksida logam, ZnO-CuO mempunyai aktivitas antibakteri lebih

besar karena penggabungan ZnO dengan CuO menyebabkan luas permukaannya

lebih besar dan semakin mudahnya interaksi dengan membrane sel mikroba

(Kasuma, 2012). Kloramfenikol bekerja dengan menghambat aktivitas enzim

peptidil transferase pada bakteri sehingga sintesis protein akan terhenti

(Rudiansyah et al., 2021). Sedangkan pada pembanding kontrol negatif yaitu

asam asetat 1% juga mempunyai sifat antibakteri oleh karena itu terdapat zona

hambat pada bakterinya. Asam asetat dapat berfungsi sebagai antibakteri

Staphylococcus aureus ATCC 6538. Hal ini didasarkan bahwa pada senyawa

STIFI Bhakti Pertiwi


34

asam asetat ion H+ akan masuk kedalam bakteri dan akan meningkatkan jumlah

atau konsentrasi H+ dalam membran sitoplasma dan memudahkan untuk

menurunkan pH sehingga pH di sel bakteri akan lebih asam dan akan

menyebabkan pertumbuhan bakterinya terhambat (Sedira et al., 2014).

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Biosintesis ZnO-CuO nanopartikel dari larutan seng asetat dihidrat

(Zn(CH3COO)2 2H2O) dan (CuSO4.5H20) yang ditambahkan dengan

ekstrak etanol daun jambu biji dalam suasana basa sudah berhasil

dilakukan.

2. Analisa gugus fungsi yang dilakukan mendeteksi keberadaan oksida-

oksida logam seperti ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel.

Ukuran kristalinitas yang diperoleh adalah sebesar 1,0572 nm (ZnO

nanopartikel) ; 6,6315 nm (CuO nanopartikel) ; dan 2,3333 nm (ZnO-CuO

(50:50) nanopartikel). ZnO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel berbentuk

kristalin sedangkan CuO nanopartikel berbentuk amorf.

3. ZnO-CuO nanopartikel yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri

terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 sebesar 14,28 mm

(ZnO nanopartikel) ; 15,10 mm (CuO nanopartikel) ; 15,99 mm (ZnO-

CuO nanopartikel). ZnO-CuO nanopartikel memiliki diameter hambat

yang lebih besar dalam menghambat pertumbuhan bakteri daripada ZnO

nanopartikel dan CuO nanopartikel.

35 STIFI Bhakti Pertiwi


36

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk menyempurnakan penelitian

selanjutnya adalah karakterisasi dapat dilakukan dengan metode lainnya seperti

menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope) dan PSA (Particle Size

Analyze) dan untuk uji antibakteri dapat dilakukan dengan metode lain dan bakteri

yang lain.

STIFI Bhakti Pertiwi


DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M. (2017). Nanopartikel dengan gelasi ionik. Jurnal Farmaka, 15(1),


45–52.

Agtrinurcholis, A. (2020). Analisis Sidik Jari Kunyit dan Pegagan Menggunakan


Metode Spektofotometri FTIR dan Kemometrik. Skripsi. Universitas Bhakti
Kencana.

Ahmed, M., Alhadlaq, H. A., Khan, M. M. ., Karuppiah, P., & Al-Dhabi, N. A.


(2014). Synthesis, characterization and biological activity of copper oxide
nanoparticles.Nanomaterials,2014(3),1–4. https://doi.org/10.1063/5.0025047

Alfarisa, S., Rifai, D. A., & Toruan, P. L. (2018). Studi Difraksi Sinar-X Struktur
Nano Seng Oksida ( ZnO ) X-ray Diffraction Study on ZnO Nanostructures.
Risalah Fisika, 2(2), 53–57.

Anggraeni, W., & Manurung, P. (2014). Sintesis dan Karakterisasi ZrO3-CuO


Sebagai Fungsi Perbandingan Mol. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 2(2),
117–123.

Balogun, S. W., James, O. O., Sanusi, Y. K., & Olayinka, O. H. (2020). Green
synthesis and characterization of zinc oxide nanoparticles using bashful
(Mimosa pudica), leaf extract: a precursor for organic electronics
applications. SN Applied Sciences, 2(3), 1–8. https://doi.org/10.1007/s42452-
020-2127-3

Bedi, P. S., & Kaur, A. (2015). An Overview On Uses of Zinc Oxide


Nanoparticles. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
4(12), 1177–1196.

Benhalima, L., Amri, S., Bensouilah, M., & Ouzrout, R. (2019). Antibacterial
effect of copper sulfate against multi-drug resistant nosocomial pathogens
isolated from clinical samples. Pakistan Journal of Medical Sciences, 35(5),
1322–1328. https://doi.org/10.12669/pjms.35.5.336

Boleng, D. T. (2015). Bakteriologi Konsep-konsep Dasar. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

Cappuccino, J. G., & Sherman, N. (2014). Manual Laboratorium Mikrobiologi.


Jakarta: EGC Medical.

37 STIFI Bhakti Pertiwi


38

Cuong, H. N., Pansambal, S., Ghotekar, S., Oza, R., Thanh Hai, N. T., Viet, N.
M., & Nguyen, V. H. (2021). New frontiers in the plant extract mediated
biosynthesis of copper oxide (CuO) nanoparticles and their potential
applications: A review. Environmental Research, 203(August 2021), 111858.
https://doi.org/10.1016/j.envres.2021.111858

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.


Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK).
Universitas Padang.

Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indoneia Jilid 2: Jakarta: Trubug


Agriwya.

Das, S., & Srivastava, V. C. (2017). Synthesis and characterization of ZnO/CuO


nanocomposite by electrochemical method. Materials Science in
Semiconductor Processing, 57(July 2016), 173–177.
https://doi.org/10.1016/j.mssp.2016.10.031

Depkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Desiyana, L., Husni, M., & Zhafira, S. (2016). Uji Efektivitas Sediaan Gel Fraksi
Etil Asetat Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) Terhadap
Penyembuhan Luka Terbuka Pada Mencit (Mus Musculus). Jurnal Natural,
16(2), 23–32. https://doi.org/10.24815/jn.v16i2.5017

Djamal, R. (2012). Prinsip-prinsip dasar isolasi dan identifikasi. Sumatera Barat:


Universitas Baiturrahman.

Emelda. (2019). Farmakognosi Untuk Mahasiswa Kompetensi Keeahlian


Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Fatimah, I., Pradita, R. Y., & Nurfalinda, A. (2016). Plant Extract Mediated of
ZnO Nanoparticles by Using Ethanol Extract of Mimosa Pudica Leaves and
Coffee Powder. Procedia Engineering, 148(148), 43–48.
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.06.483

Fatmalia, N., & Dewi, E. S. (2018). Uji Efektivitas Rebusan Daun Suruhan
(Peperomia Pellucida) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. Sains, 8(15), 8–15.

Fatoni, A., Afrizal, M. A., Rasyad, A. A., & Hidayati, N. (2021). ZnO
Nanoparticles and Its Interaction With Chitosan : Profile Spectra And Their
Activity Against Bacterial. JKPK (Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia),
6(2), 216. https://doi.org/10.20961/jkpk.v6l2.48000

STIFI Bhakti Pertiwi


39

Fatoni, A., Paramita, A. C., Untarib, B., & Hidayatic, N. (2020). Chitosan- CuO
Nanopartikel as antibacteri Shigella dysenteriae :Synthesis , caracterization ,
and In Vitro Study. 23(12), 432–439.

Firdaus, A. D. (2021). Biosintesis dan Karakterisasi Nanopartikel ZnO


Menggunakan Ekstrak Kulit Labu Kuning (Cucurbita Moschata) dan
Aplikasinya pada Dye Sensitized Solar Cell (Dssc). Skripsi. Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fouda, A., Salem, S. S., Wassel, A. R., Hamza, M. F., & Shaheen, T. I. (2020).
Optimization of green biosynthesized visible light active CuO/ZnO nano-
photocatalysts for the degradation of organic methylene blue dye. Heliyon,
6(9), e04896. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04896

Grigore, M. E., Biscu, E. R., Holban, A. M., Gestal, M. C., & Grumezescu, A. M.
(2016). Methods of Synthesis, Properties and Biomedical Applications of
CuO Nanoparticles. Pharmaceuticals, 9(75), 1–14.
https://doi.org/10.3390/ph9040075

Handayani, F., Sundu, R., & Sari, R. M. (2018). Formulasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Streptococcus mutans dari Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.). Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(8), 422–
433. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i8.62

Hutapea, J. ria. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta: Bakti
Husada.

Jayachandran, A., T.R., A., & Nair, A. S. (2021). Green synthesis and
characterization of zinc oxide nanoparticles using Cayratia pedata leaf
extract. Biochemistry and Biophysics Reports, 26(February), 100995.
https://doi.org/10.1016/j.bbrep.2021.100995

Kasuma, N. Y. (2012). Penggunaan Komposit ZnO-CuO yang disintesis Secara


Sonochemistry yang digunakan Sebagai Katalis untuk Fotodegradasi Metil
Orange dan Zat Antibakteri. Skripsi. Universitas Andalas Padang.

Kumari, S., Rath, P., Sri Hari Kumar, A., & Tiwari, T. N. (2015). Extraction and
characterization of chitin and chitosan from fishery waste by chemical
method. Environmental Technology and Innovation, 3, 77–85.
https://doi.org/10.1016/j.eti.2015.01.002

Lembang, E. Y. (2013). Sintetis Nanopartikel Perak dengan Metode Reduksi


Menggunakan Bioreduktor Ekstrak Daun Ketapang (Terminalis Catappa).
Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Masruroh, Manggara, A. B., Papilaka, T., & T, R. T. (2013). Penentuan Ukuran


Kristal (crystallite size) Lapisan Tipis PZT dengan Metode XRD Melalui

STIFI Bhakti Pertiwi


40

Pendekatan Persamaan Debye Scherrer. Erudio Journal of Educational


Innovation, 1(2), 24–29.

Meitasari, annisa diyan. (2017). Skrining Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psidium guajava), Daun Mint (Mentha piperita), Daun Serai (Cymbopogon
nardus), Rimpang Jahe (Zingiber officinale), dan Pelepah Pisang Ambon
(Musa paradisiaca) terhadap Methicillin Resistant Staphylococcus aureus.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Napsah, R., & Wahyuningsih, I. I. S. (2014). Preparasi Nanopartikel Kitosan-tpp/


Ekstrak Etanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phalaeriamacrocarpa(Scheff)
Boerl) dengan Metode Gelasi Ionik. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas,
11(1), 7–12.

Peni, A. R., Vifta, R. L., & Dianingati, R. S. (2019). Formulasi Nanopartikel


Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) dengan Variasi
Enkapsulan Kitosan, Alginat dan Natrium Tripolifosfat. Indonesian Journal
of Pharmacy and Natural Product, 2(1), 3–10.

Pita Rengga, W. D., Hapsari, W. P., & Ardianto, D. W. (2017). Sintesis


Nanopartikel Tembaga dari Larutan CuNO3 Menggunakan Ekstrak Cengkeh
(Syzygium aromaticum). Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 12(1), 15–
21. https://doi.org/10.23955/rkl.v12i1.5197

Prambudi, H. (2020). Uji Analgetik Infus Daun Jambu Biji Berdaging Merah pada
Mencit Jantan dengan Metode Rangsangan Kimia. Health Information :
Jurnal Penelitian, 12(1), 76–85. https://doi.org/10.36990/hijp.vi.168

Rahardjo, M., Koendhori, E. B., & Setiawati, Y. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(2), 65.
https://doi.org/10.24815/jks.v17i2.8975

Rahman, S. (2016). Rancangan Eksperimen Analisis Struktur Mikro Sampel


dengan Prinsip XRD Menggunakan Metode Kristal Berputar. Jurnal Riset
Dan Kajian Pendidikan Fisika, 3(1), 5–9.

Rahmawati, D. (2019). Dasar-dasar Mikrobiologi untuk Mahasiswa Farmasi.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rifani, N. D., Budiati, I. N., Sa’adah, F., & Prihatiningsih, T. (2019). Daya
Antibakteri Nanopartikel Cu Hasil Laser Ablation Terhadap Streptococcus
Mutans. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro),
8(3), 964–969.

Rudiansyah, D., Dermawan, A., & Mulia, Y. S. (2021). Analisis Potensi


Antibiotika Berdasarkan Konsentrasi Hambat Minimal Dan Konsentrasi

STIFI Bhakti Pertiwi


41

Bakterisidal Minimal Kloramfenikol Dan Amoksisilin Terhadap Salmonella


Typhi. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 13(1), 50–56.

Saputra, I. S., Suhartati, S., Yulizar, Y., & Sudirman, S. (2020). Green Synthesis
Nanopartikel Zno Menggunakan Media Ekstrak Daun Tin (Ficus carica
Linn). Jurnal Kimia Dan Kemasan, 42(1), 1–6.
https://doi.org/10.24817/jkk.v42i1.5501

Sari, R. N., Nurhasni, N., & Yaqin, M. A. (2017). Sintetis Nanopartikel ZnO
Ekstrak Sargassum sp. dan Karakteristik Produknya. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia, 20(2), 238–254.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v20i2.17905

Sedira, S., Ayachi, A. A., Lakehal, S., Fateh, M., & Achour, S. (2014). Silver
nanoparticles in combination with acetic acid and zinc oxide quantum dots
for antibacterial activities improvement - A comparative study. Applied
Surface Science, 311, 659–665. https://doi.org/10.1016/j.apsusc.2014.05.132

Seil, J. T., & Webster, T. J. (2012). Antimicrobial applications of nanotechnology:


Methods and literature. International Journal of Nanomedicine, 7, 2767–
2781. https://doi.org/10.2147/IJN.S24805

Setiabudi, A., Hardian, R., & Muzakir, A. (2012). Karakterisasi Material ;


Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian Kimia. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.

Sirelkhatim, A., Mahmud, S., & Seeni, A. (2015). Review on Zinc Oxide
Nanoparticles : Antibacterial Activity and Toxicity Mechanism. Nano-Micro
Letters, 7, 219–242. https://doi.org/10.1007/s40820-015-0040-x

Sulaiman. (2014). Pertumbuhan Bakteri Pengoksidasi Amoniak dari Limbah Cair


Pabrik Pupuk Urea dan Pengajarannya di SMA NEGERI 15 Palembang.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Palembang.

Sundari, C. D. D., Rahayu, R. F., & Windayani, N. (2018). Sintesis dan


Karakterisasi Nanostruktur Tembaga Oksida dengan Metode Hidrotermal.
Al-Kimiya, 5(1), 48–51. https://doi.org/10.15575/ak.v5i1.3725

Syahrurachman, A. (1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Uthayasoriyan, M., Pathmanathan, S., Ravimannan, N., & Sathyaruban, S. (2016).


Formulation of alternative culture media for bacterial and fungal growth. Der
Pharmacia Lettre, 8(1), 431–436.

Vijayakumar, S., Mahadevan, S., Arulmozhi, P., Sriram, S., & Praseetha, P. K.
(2018). Green synthesis of zinc oxide nanoparticles using Atalantia
monophylla leaf extracts: Characterization and antimicrobial analysis.
STIFI Bhakti Pertiwi
42

Materials Science in Semiconductor Processing, 82(March), 39–45.


https://doi.org/10.1016/j.mssp.2018.03.017

Wendri, N., Rupiasih, N. N., & Sumadiyasa, M. (2017). Biosintesis Nanopartikel


Perak Menggunakan Ekstrak Daun Sambiloto: Optimasi Proses Dan
Karakterisasi. Jurnal Sains Materi Indonesia, 18(4), 162.
https://doi.org/10.17146/jsmi.2017.18.4.4125

Yani, I. S., Muthmainah, N., & Yasmina, A. (2020). Perbandingan Aktivitas


Antibakteri Ekstrak Daun Tanjung dan Daun Jambu Biji Terhadap
Staphylococcus aureus In Vitro. Homeostasis, 3(2), 277–282.
http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/hms/article/view/1999

Yunita, Y., Nurlina, N., & Syahbanu, I. (2020). Sintesis Nanopartikel Zink Oksida
(ZnO) dengan Penambahan Ekstrak Klorofil sebagai Capping Agent.
Positron, 10(2), 44. https://doi.org/10.26418/positron.v10i2.42136

Zhong, J., Xu, B., Feng, F. M., He, X., Li, J., & Hu, W. (2011). Fabrication and
photocatalytic activity of ZnO prepared by different precipitants using
paralled fl aw precipitation method. Materials Letters, 65(12), 1995–1997.
https://doi.org/10.1016/j.matlet.2011.03.063

STIFI Bhakti Pertiwi


43

Lampiran 1. Gambar Tanaman dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Lampiran 1 1Gambar Tanaman dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

(a) (b)
Lampiran 1. Gambar Tanaman dari Daun Jam 1

Keterangan :

a. Pohon jambu biji

b. Daun jambu biji


44

Lampiran 2. Skema Kerja Ekstraksi Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Lampiran 2 1Skema Kerja Ekstraksi Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Daun jambu biji kering


( 25 gram )

 Direndam dalam 250 mL


etanol 70%
 Dibiarkan selama 72 jam
didalam botol gelap
 Disaring

Ampas Maserat I

 Direndam dalam 250 mL


etanol 70%
 Dibiarkan selama 72 jam
didalam botol gelap
 Disaring

Ampas Maseratt II

Maserat I,II,
Dicampurkan

Hasil Ekstraksi
Maserasi
45

Lampiran 3. Filtrat dan Ampas Hasil Ekstraksi Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.)
Lampiran 3 1 Filtrat dan Ampas Hasil Ekstraksi Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

(a) (b) (c)

Keterangan

a. Proses Maserasi Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

b. Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

c. Ampas Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)


46

Lampiran 4. Skema Kerja Biosintesis ZnO Nanopartikel dan Karakterisasi


XRD

Lampiran 4 1Skema Kerja Biosintesis ZnO Nanopartikel dan Karakterisasi XRD


0,55 g
Zn(CH3COO)2.2H2O

 Dilarutkan dalam 25 mL akuades


 Tambahkan 75 mL ekstrak etanol daun
jambu biji
 Campuran diaduk secara kontinu
dengan suhu 80℃ selama 1 jam
 Dan didapatkan hasil

Warna gelap (hitam)

 Didinginkan
 Ditambahkan dengan NaOH 0,5
M secara perlahan ssebanyak 15
mL sampai pH 10
 Didiamkan selama 24 jam

Endapan

 Dicuci dengan aquadest 15 mL


dan etanol absolut 10 mL
 Dikeringkan didalam oven pada
suhu 60℃

ZnO Nanopartikel

Analisa dengan Analisa dengan


FT-IR XRD
47

Lampiran 5. Proses dan Hasil Biosintesis ZnO Nanopartikel


Lampiran 5 1Pr oses dan Hasil Biosi ntesi s ZnO Na nopartikel

(a) (b) (c)

Keterangan :

a. Proses Biosintesis ZnO nanopartikel dengan suhu 80 menggunakan

Hotplate dan Magnetic stirrer

b. Endapan dan Filtrat ZnO nanopartikel

c. Setelah dioven dan ditimbang ZnO nanopartikel


48

Lampiran 6. Skema Kerja Biosintesis CuO Nanopartikel dan Karakterisasi


XRD
Lampiran 6 1Skema Kerja Biosintesis CuO Nanopartikel dan Karakterisasi XRD

0,625 g CuSO4.5H2O

 Dilarutkan dalam 25 mL akuadest


 Tambahkan kedalam 75 mL ekstrak
etanol daun jambu biji
 Campuran diaduk secara kontinu
dengan suhu 80℃ selama 1 jam
 Dan didapatkan hasil

Warna gelap (hitam)

 Didinginkan
 Ditambahkan dengan NaOH 0,5
M secara perlahan sebanyak 15
mL sampai pH 11
 Didiamkan selama 24 jam

Endapan

 Dicuci dengan aquadest 15 mL


dan etanol absolut 10 mL
 Dikeringkan didalam oven pada
suhu 60℃

CuO Nanopartikel

Analisa dengan Analisa dengan


FT-IR XRD
49

Lampiran 7. Proses dan Hasil Biosintesis CuO Nanopartikel

(a) (b) (c)

Lampiran 7 1Proses dan Hasil Biosintesis CuO Nanopartikel

Keterangan :

a. Proses Biosintesis CuO nanopartikel dengan suhu 80 menggunakan

Hotplate dan Magnetic stirrer

b. Endapan dan Filtrat CuO nanopartikel

c. Setelah dioven dan ditimbang CuO nanopartikel

Lampiran 7 2Proses dan Hasil Biosintesis CuO


50

Lampiran 8. Skema Kerja Biosintesis dan Karakterisasi ZnO-CuO (50:50)


Nanopartikel
Lampiran 8 1Skema Kerja Biosintesis dan Karakterisasi ZnO-CuO (50:50)

0,55 g
Zn(CH3COO)2.2H2O +
0,625 g CuSO4.5H2O
 Dilarutkan dalam 25 mL akuadest
 Tambahkan kedalam 75 mL ekstrak
etanol daun jambu biji
 Campuran diaduk secara kontinu
dengan suhu 80℃ selama 1 jam
 Dan didapatkan hasil

Warna gelap (hitam)

 Didinginkan
 Ditambahkan dengan NaOH 0,5
M sebanyak 24 mL secara
perlahan sampai pH 11
 Didiamkan selama 24 jam

Endapan

 Dicuci dengan aquadest 15 mL


dan etanol absolut 10 mL
 Dikeringkan didalam oven pada
suhu 60℃

ZnO-CuO
Nanopartikel (50:50)

Analisa dengan Analisa dengan


FT-IR XRD
51

Lampiran 9. Proses dan Hasil Biosintesis ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel

(a) (b) (c)

Keterangan :
a. Proses Biosintesis ZnO-CuO(50:50) nanopartikel dengan suhu 80

menggunakan Hotplate dan Magnetic stirrer

b. Endapan dan Filtrat ZnO-CuO (50:50) nanopartikel

c. Setelah dioven dan ditimbang ZnO-CuO nanopartikel


Lampiran 9 1Proses dan Hasil Biosintesis ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel
52

Lampiran 10. Perhitungan Molaritas Zn(CH3COO)2.2H2O untuk Biosintesis


ZnO Nanopartikel

Berat Zn(CH3COO)2.2H2O 0,05 M yang diperlukan untuk 100 mL

g 1000
M = x
BM V(m )

g 1000
0,05 M = x
219,51 g mol 100 m

0,05 M x 219,51 g/mol x 100 mL = 1000 x g

1097,55 gram = 1000 x g

1097,55 gram
g =
1000

g = 1,1 gram

Berat seng asetat dihidrat yang digunakan adalah 1,1 g, maka berat separuhnya

adalah

50
= 0,55 g
100
Lampiran 10 1 Perhitungan Molaritas Zn(CH3COO)2.2H2O untuk Biosintesis ZnO Nanopartikel
53

Lampiran 11. Perhitungan Molaritas CuSO4.5H2O untuk Biosintesis CuO


Nanopartikel Nanopartikel

Berat CuSO4.5H2O 0,05 M yang diperlukan untuk 100 mL

g 1000
M = x
BM V(m )

g 1000
0,05 M = x
249,70 g mol 100 m

0,05 M x 249,70 g/mol x 100 mL = 1000 x g

1248,5 gram = 1000 x g

1248,5 gram
g =
1000

g = 1,2 gram

Berat tembaga sulfat pentahidrat yang digunakan adalah 1,2 g, maka berat
separuhnya adalah

50
= 0,65 g
100

Lampiran 11 1Perhitungan Molaritas CuSO4.5H2O untuk Biosintesis CuO Nanopartikel

Lampiran 11 2Perhitungan Molaritas CuSO4.5H2O untuk Biosintesis CuO Nanopartikel


54

Lampiran 12.Perhitungan Berat NaOH yang ditimbang untuk Membuat


NaOH 0,5 M sebanyak 100mL
Lampiran 12 1Perhitungan Berat NaOH yang ditimbang untuk Membuat NaOH 0,5 M sebanyak 100mL

g 1000
M = x
BM V(m )

g 1000
0,5 M = x
40 g mol 100 m

0,5 M x 40 g/mol x 100 mL = 1000 x g

2000 gram = 1000 x g

2000 gram
g =
1000

g = 2 gram

Lampiran 12.Perhitungan 1
55

Lampiran 13. Perhitungan Pengenceran Larutan Asam Asetat 1 % dari 5%


sebanyak 100 mL
Lampiran 13 1Perhitungan Pengenceran Larutan Asam Asetat 1 % dari 5% sebanyak 100 mL

V1 C1 = V2 C2

V1 5% = 100 mL 1%

V1 5% = 100
100
V1 =

V1 = 20 mL

Jadi 20 mL asam asetat 5% dilarutkan dalam aquadest ad 100 mL


56

Lampiran 14. Perhitungan Konsentrasi ZnO, CuO, ZnO-CuO (50:50)


Nanopartikel dan Kloramfenikol
Lampiran 14 1Perhitungan Konse ntrasi ZnO, CuO, ZnO-CuO (50:5 0) Nanopartikel dan Kloramfenik ol

Nanopartikel dan Kloramfenikol


Perhitungan konsentrasi ZnO, CuO, ZnO-CuO (50:50) nanopartikel untuk uji
aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 10.000 ppm dan kloramfenikol 200 ppm.

1) ZnO nanopartikel + 10 mL Asam asetat

10.000 ppm =

10.000 ppm =

X = 10.000 0,01 Liter

X = 100 mg

2) CuO nanopartikel + 10 mL Asam asetat

10.000 ppm =

10.000 ppm =

X = 10.000 0,01 Liter

X = 100 mg

3) ZnO-CuO (50:50) + 10 mL Asam asetat

10.000 ppm =

10.000 ppm =

X = 10.000 0,01 Liter

X = 100 mg
57

Lampiran 14. Lanjutan

4) Kloramfenikol + 10 mL Etanol

200 ppm =

200 ppm =

X = 200 0,01 Liter

X = 2mg

Lampiran 14 2Lanjutan

Lampiran 14 3 Lanjutan
58

Lampiran 15. Larutan Uji Berbagai Konsentrasi

Keterangan :

a. ZnO-CuO Nanoparttikel (50:50)

b. ZnO Nanopartikel

c. CuO Nanopartikel

d. Kontrol (-) Asam Asetat

e. Kontrol (+) Kloramfenikol


Lampiran 15 1Larutan Uji Berbagai Konse ntrasi
59

Lampiran 16. Skema Kerja Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri


Staphylococcus aureus ATCC 6538

Media Nutrient Agar

 Disterilisasi
 Dimasukkan 10 mL
kedalam cawan petri

Lapisan Dasar

 Ditambahkan 2-3 tetes


suspensi bakteri kedalam
tabung reaksi
 Dicampurkan kedalam
nutrient agar

Lapisan Kedua

Diuji

ZnO CuO ZnO-CuO


Kontrol + Kontrol -
Nanopartikel Nanopartikel Nanopartikel (50:50)

3 kali pengulangan

 Diinkubasi
 Diuji aktivitas antibakteri

Diameter Hambat

Lampiran 16 1Skema Kerja Uji Daya Hambat Pertumbuha n Bakteri Staphyl ococcus aureusBakteri Staphylococcus aureus
60

Lampiran 17. Hasil Uji Aktivitas Sampel Sebagai Antibakteri


Staphylococcus aureus ATCC 6538
Lampiran 17 1Hasil Uji Aktivitas Sampel Sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus ATCC6538

Aktivitas Sampel

(Cawan Petri 1)

(Cawan Petri 2)

Lampiran 17 2 Hasil Uji Aktivitas Sampel Sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus ATCC6538
61

Lampiran 17. Lanjutan

Lampiran 17 3 Lanjutan

(Cawan Petri 3)

Keterangan :
A= ZnO Nanopartikel 10000 ppm
B= Kontrol (-) Asam Asetat
C= ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel 10000 ppm
D= CuO Nanopartikel 10000 ppm
E= Kontrol (+) Kloramfenikol
62

Lampiran 18. Hasil uji antibakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dari
ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) nanopartikel
NO Cawan Diameter Hambat (mm)
Petri
ZnO CuO ZnO-CuO Kontrol Kontrol
Nanopartikel Nanopartikel (50:50) (+) (-) Asam
Nanopartikel Kloramfe Asetat
nikol
1 1 14,21 15,12 15,67 22,57 11,88
2 2 16,33 13,68 15,18 24,83 12,25
3 3 13,92 16,51 17,14 28,07 11,45
Rata-rata ± 14,82 15,10 15,99 25.16 11,86
SD ± 1,1 ±1,1 ±0,8 ±2,8 ±0,3

SampellLampiran 18 1Hasil uji anti bakteri Staphylococcus aur eus AT CC6 538 dari ZnO, CuO dan ZnO -CuO (50:50) nanopartike l
63

Lampiran 19. Hasil Analisa FTIR Sampel


a. Spektrum FTIR dari ZnO Nanopartikel
Lampiran 19 1Ha sil Anali sa FTIR Sampel

b. Spektrum FTIR dari CuO Nanopartikel


64

Lampiran 19. Lanjutan

c. Spektrum FTIR dari ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel


65

Lampiran 20. Hasil Tabel Interpretasi FTIR

Bilangan Gelombang (cm-1) dari Gugus Fungsi


Jenis O-H, C-H N-H C=O C-N Zn-O Cu-O Zn-O-
Sampel N-H Cu-O
ZnO 3423,65 2935,66 1566,20 - 1051,20 468,70 - -
nanopartikel 1024,20 621,08
675,09

CuO 3425,58 2922,16 1483,26 1625,99 - - 619,15


Nanopartikel
ZnO-CuO 3425,58 2929,87 1577,77 - 1409,96 - - 507,28
Nanopartikel 617,22

Lampiran 20 1Ha sil Tabel Inter pretasi FTIR


66

Lampiran 21. Hasil Analisis XRD Sampel

a. Spektrum XRD dari ZnO Nanopartikel


Lampiran 21 1Hasil Analisis XRD Sampel

b. Spektrum XRD dari CuO Nanopartikel

c. Spektrum XRD dari ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel


67

Lampiran 22. Perhitungan Ukuran Kristalinitas ZnO, CuO dan ZnO-CuO


(50:50) Nanopartikel
Lampiran 22 1 Per hitungan Ukura n Kristal initas Z nO, CuO da n ZnO-CuO (50:5 0) Nanopartikel

1) ZnO Nanopartikel

Diketahui:
λ = 0,15406 nm

β = FWHM pada 2 = 36,40° = 7,5

2 = 36,40°

Ditanya = D?

Maka :

2 = 36,40°

= 18,2

= 18,2 × faktor konversi = 18,2 × 0,0175 rad = 0,3185

β = 7,5 × faktor konversi = 7,5 × 0,0175 rad = 0,1312

D=

= 1,0572 nm

Jadi, ukuran kristalinitas ZnO nanopartikel sebesar 1,0572 nm.

Lampiran 20 2 Perhitun

gan Ukuran Kristalinitas ZnO, CuO dan ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel


68

Lampiran 22. Lanjutan


Lampiran 22 2 La nj utan

2) CuO Nanopartikel

Diketahui:
λ = 0,15406 nm

β = FWHM pada 2 = 31,56° = 1,2

2 = 31,56°

Ditanya = D?

Maka :

2 = 31,56°

= 15,78

= 15,78 × faktor konversi = 15,78 × 0,0175 rad = 0,2761

β = 1,2 × faktor konversi = 1,2 × 0,0175 rad = 0,021

D=

= 6,6315 nm

Jadi, ukuran kristalinitas CuO nanopartikel sebesar 6,6315 nm.

Lampiran 20 3 Lanjutan
69

Lampiran 22. Lanjutan


Lampiran 22 3 La nj utan

3) ZnO-CuO (50:50) Nanopartikel

Diketahui:
λ = 0,15406 nm

β = FWHM pada 2 = 32,59° = 3,4

2 = 32,59°

Ditanya = D?

Maka :

2 = 32,59°

= 16,29

= 16,29 × faktor konversi = 16,29 × 0,0175 rad = 0,2851

β = 3,4 × faktor konversi = 3,4 × 0,0175 rad = 0,0595

D=

= 2,3333 nm

Jadi, ukuran kristalinitas CuO nanopartikel sebesar 2,3333 nm.

Lampiran 20 4 Lanjuta

n
70

Lampiran 23. Sertifikat Bakteri Uji Staphylococcus aureus ATCC 6538


Lampiran 23 1Sertifikat Bakteri Uji Staphylococcus aureus ATCC6538

Anda mungkin juga menyukai