Anda di halaman 1dari 99

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN BAHAN

REMINERALISASI ANTARA SODIUM FLUORIDE


2% DENGAN LARUTAN EKSTRAK ETANOL
BIJI KAKAO (THEOBROMA CACAO L.) 5%
TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN
EMAIL (PENELITIAN IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
MELODIE ANDREA GEOFFREY
NIM: 130600171

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


Di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 22 November 2017

Pembimbing I: Tanda Tangan

Nevi Yanti, drg., M.Kes., Sp.KG ................... ............................


NIP : 19631127 199203 2 004

Pembimbing II: Tanda Tangan

Widi Prasetia, drg ................... ............................


NIP : 19800213 200912 1 004

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji


pada tanggal 22 November 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Nevi Yanti, drg., M.Kes., Sp.KG


ANGGOTA : 1. Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp.KG (K)
2. Bakrie Soeyono, drg

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2017

Melodie Andrea Geoffrey


Perbedaan Pengaruh Pemberian Bahan Remineralisasi Antara Sodium
Fluoride 2% Dengan Larutan Ekstrak Etanol Biji Kakao (Theobroma cacao L.) 5%
Terhadap Kekerasan Permukaan Email (Penelitian In Vitro)
Viii + 64
Fluor sebagai gold standard terhadap bahan remineralisasi masih terdapat
kekurangan. Teobromin mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kekerasan
enamel sebagai alternatif terhadap fluor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan pengaruh pemberian bahan remineralisasi antara sodium fluoride 2%
dengan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% terhadap kekerasan permukaan email.
27 buah gigi premolar atas yang diekstraksi direndam dalam minuman
berkarbonasi selama 10 menit sebanyak 3 kali sehari selama 3 hari berturut-turut
untuk menimbulkan demineralisasi. Sampel diberi bahan uji sesuai kelompoknya
yaitu kelompok I: larutan ekstrak etanol biji kakao 5%, kelompok II: larutan sodium
fluoride 2% dan kelompok III: kontrol yaitu tidak diberikan bahan uji. Prosedur
dilakukan selama 5 menit sebanyak 3 kali sehari selama 5 hari. Microvickers
Hardness Tester dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum perlakuan, setelah
perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah pemberian bahan uji. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan uji Repeated ANOVA, uji Oneway
ANOVA dan Post Hoc Bonferroni.
Hasil penelitian menunjukkan uji Repeated ANOVA pada kelompok I, nilai
kekerasan menurun setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi (p=0,010)
kemudian meningkat setelah diaplikasi larutan ekstrak etanol biji kakao 5%
(p=0,005). Pada kelompok II, nilai kekerasan menurun setelah perendaman dalam
minuman berkarbonasi (p=0,023) kemudian meningkat setelah diaplikasi larutan
sodium fluoride 2%. (p=0,015). Pada kelompok III yaitu kelompok kontrol, nilai

Universitas Sumatera Utara


kekerasan menurun setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi (p=0,003)
kemudian tidak adanya peningkatan yang bermakna setelah direndam didalam saliva
buatan (p=0,981). Dari hasil uji Oneway ANOVA, tidak ada perbedaan bermakna
antara larutan ekstrak etanol biji kakao 5%, larutan sodium fluoride 2% dan kontrol
(p=0,215). Hasil uji Post Hoc Bonferroni, tidak menunjukkan perbedaan bermakna
antara larutan ekstrak etanol biji kakao 5% dengan kontrol (p=0,249), antara larutan
ekstrak etanol biji kakao 5% dengan larutan sodium fluoride 2% (p=0,977) dan antara
larutan sodium fluoride 2% dengan kontrol (p=1,000).
Kesimpulan, larutan ekstrak etanol biji kakao 5% dan larutan sodium fluoride
2% dapat meningkatkan kekerasan permukaan email namun tidak ada perbedaan
pengaruh antara kedua bahan ini terdapat kekerasan permukaan email.
Kata kunci: Kekerasan email, larutan ekstrak etanol biji kakao 5%, Larutan sodium
fluoride 2%

Daftar Rujukan: 28 (2007-2017)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan sebab berkat, rahmat dan kasih
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Gigi.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua


penulis, Geoffrey Gumalang dan Flora Bagah yang senantiasa memberikan kasih
sayang, doa, motivasi dan dukungan baik moral maupun materil kepada penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini.

Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak


mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini dengan segalah kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG. (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., Sp.KG., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah memberikan arahan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Nevi Yanti, drg., Sp.KG., M.Kes selaku dosen pembimbing penulis yang
telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan masukan yang sangat
menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Widi Prasetia, drg selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan masukan, arahan, saran yang sangat menolong
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi USU yang telah membantu penulis dengan memberikan arahan dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi.
6. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD., Sp. JP(K) ketua komisi etik penelitian
bidang kesehatan Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan waktu untuk
membahas dan memberi penilaian usulan penelitian ini.
7. Masud Wanto selaku laboran Laboratorium Teknik Mesin UNIMED yang
telah membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian.
8. Khairunnisa, S.Si., M.Pharm, Ph.D, Apt selaku Wakil Dekan Fakultas
Farmasi USU atas izin yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
melaksanakan penelitian di Laboratorium Obat Tradisional USU.
9. Imam Bagus Sumantri, S.Si, M.Si., Apt. yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian.
10. Maya Fitria, SKM., M.Kes yang telah membimbing penulis dan memberi
arahan dalam penulisan skripsi ini.
11. Saudara saya Melanie Aurora Geoffrey, Maybelle Arianna Geoffrey dan
McKenzie Aaron Geoffrey atas doa dan dukungan yang selalu diberikan semasa
penulisan skripsi.
12. Teman-teman saya Low Pey Shem, Hajit, Archana, Shannen, Fabulous,
Fatihah, Nicol, Imulok dan Stellyn atas doa dan dukungan yang selalu diberikan
semasa penulisan skripsi.
13. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Konservasi Gigi USU
Vaisnavi, Ruth, Silvia, Elfia, Dhita, Ziza, Venosha, Ulini, Zuhra, Yayang, Bella,
Desi, Devita dan Yuga yang selalu bersedia membantu penulis.

Universitas Sumatera Utara


Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan wawasan
yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bermanfaat bagi masyarakat.

Medan, 22 November 2017

Penulis,

Melodie Andrea Geoffrey

NIM: 130 600 171

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Email ....................................................................................................6
2.2 Demineralisasi dan Remineralisasi ......................................................9
2.2.1 Demineralisasi ...........................................................................9
2.2.2 Remineralisasi ......................................................................... 10
2.3 Bahan Remineralisasi ........................................................................ 12
2.3.1 Fluor ........................................................................................ 13
2.3.1.1 Penggunaan Fluor Secara Topikal .............................. 13
2.3.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor .......... 16
2.3.1.3 Mekanisme Kerja Fluor .............................................. 16
2.4 Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Sebagai Alternatif Bahan
Remineralisasi ................................................................................... 18
2.5 Kekerasan Permukaan ....................................................................... 22
2.5.1 Uji Kekerasan Permukaan ....................................................... 22
2.6 Kerangka Teori .................................................................................. 25
ii

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 26
3.2 Hipotesa Penelitian ............................................................................ 26

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 27
4.1.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 27
4.1.2 Rancangan Penelitian .............................................................. 27
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 27
4.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................... 27
4.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 27
4.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 27
4.3.1 Populasi ................................................................................... 27
4.3.2 Sampel ..................................................................................... 27
4.3.3 Besar Sampel ........................................................................... 28
4.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 29
4.4.1 Variabel Bebas ........................................................................ 30
4.4.2 Variabel Tergantung ................................................................ 30
4.4.3 Variabel Terkendali ................................................................. 30
4.4.4 Variabel Tidak Terkendali ....................................................... 31
4.5 Definisi Operasional .......................................................................... 32
4.5.1 Variabel Bebas......................................................................... 32
4.5.2 Variabel Tergantung ................................................................ 33
4.6 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 34
4.6.1 Alat Penelitian ......................................................................... 34
4.6.2 Bahan Penelitian ...................................................................... 38
4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................ 40
4.7.1 Persiapan Sampel Gigi ............................................................ 40
4.7.2 Prosedur Pembuatan Larutan Ekstrak Etanol Biji
Kakao (Theobroma cacao L.). .......................................................... 41

iii

Universitas Sumatera Utara


4.7.3 Perlakuan dan Pengujian Sampel ............................................ 44
4.8 Analisis Data...................................................................................... 48

BAB 5 HASIL PENELITIAN


5.1 Ekstrak Etanol Biji Kakao ................................................................. 49
5.2 Hasil Pengukuran Kekerasan Permukaan Enamel............................. 50

BAB 6 PEMBAHASAN……............................................................................. .55

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN…….. .................................................... .61

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 62

LAMPIRAN

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Rata-Rata Kekerasan Permukaan Enamel Sebelum Perlakuan,


Setelah Perendaman Dalam Minuman Berkarbonasi dan Setelah
Pemberian Bahan Uji………………………….. ......................................... 50
2. Hasil Uji Statistik Repeated ANOVA Perbandingan Kekerasan
Permukaan Enamel Sebelum Perlakuan, Setelah Perendaman Dalam
Minuman Berkarbonasi dan Setelah Pemberian Bahan Uji Pada Masing-
Masing Kelompok (α=0,05)… ..................................................................... 52
3. Hasil Uji Statistik Oneway ANOVA Perbandingan Peningkatan
Kekerasan Permukaan Enamel Antar Kelompok Setelah Pemberian
Bahan Uji (α=0,05)…………………… ...................................................... 53
4. Hasil Uji Post Hoc Bonferroni Perbandingan Peningkatan Kekerasan
Permukaan Enamel Antar Kelompok Setelah Pemberian Bahan Uji
(α=0,05). . .................................................................................................... 54

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Mikrostruktur Email Yang Menunjukkan Susnan Prisma Email atau


Rods Berbentuk keyhole Pada Gambar ii, Gambaran Atomic Force
Microscopy (AFM) yang Menunjukkan Potongan Melintang Prisma Pada
Gambar i dan Potongan Memanjang Pada Gambar iii…. ..................................... .7
2. Gambaran Mikroskopik dari Prisma Email atau Rods dan Juga Rod Sheaths ..... .8
3. Gambaran Mikroskopis Melalui Lamella Dari Permukkaan Email ke Dentin.
Anak Panah Menunjukkan Enamel Tuffs…….. ................................................... 8
4. Siklus Demineralisasi dan Remineralisasi Pada Pembentukkan Karies Gigi..11
5. Peristiwa Dimana Terjadinya Gangguan Karies Dengan Tidak Adanya Fluor
(Panel Kiri) dan Adanya Fluor (Panel Kanan)…………………………. ............ 17
6. Buah Kakao…………. ......................................................................................... 19
7. (A) Micromotor dan Handpiece, (B) Diamond Disc, (C) Pinset, (D) Semen
Spatel, (E) Vial, (F) Pot Akrilik, (G) Gelas Beaker………….. ........................... 35
8. (A) Timbangan, (B) Timbangan Analitik, (C) Oven, (D) Blender, (E) Toples,
(F) Vacuum Rotary Evaporator……………….. ................................................. 36
9. Microvickers Hardness Tester………………… ................................................. 37
10. pH Meter……………………… ........................................................................ 37
11. Inkubator…………….. ...................................................................................... 37
12. (A) Biji Kakao, (B) Etanol 96%, (C) Minuman Berkarbonasi, (D)
Aluminium Foil, (E) Microbrush, (F) Saliva Buatan, (G) Larutan Sodium
Fluoride 2%,(H) Larutan Ekstrak Etanol Biji Kakao 5%......................... .......... 39
13. Sampel Disimpan Dalam Normal Saline Sebelum Penelitian……. .................. 40
14. Akar Gigi Dipotong Hingga Tersisa Mahkota…………. .................................. 40
15. Sampel Ditanam Dalam Resin Akrilik Self Cured……………………............. 40
16. Biji Kakao Ditimbang Sebanyak 790 Gram…………....................................... 42
17. Biji Kakao Setelah Ditiris…………… .............................................................. 42
vi

Universitas Sumatera Utara


18. Biji Kakao Dikeringkan Pada Oven Dengan Temperatur ±50oC………........... 42
19. Biji Kakao yang Sudah Dikeringkan……………….. ....................................... 42
20. Biji Kakao yang Sudah Dihaluskan………………. .......................................... 42
21. Serbuk Biji Kakao Ditambah Dengan Etanol 96%..... ....................................... 42
22. Massa Disaring……….. ..................................................................................... 43
23. Maserat Di Vacuum Rotary Evaporator…… .................................................... 43
24. Ekstrak Etanol Biji Kakao………...................................................................... 43
25. (A) Kelompok Kontrol; (B) Kelompok Larutan Fluor; (C) Kelompok
Larutan Ekstrak Etanol Biji Kakao………….. ................................................... 45
26. Pengujian Kekerasan Permukaan Email Menggunakan Alat Microvickers
Hardness Tester…………… ............................................................................. 45
27. (A) Diamond Indentor Pada Microvickers Hardness Tester yang Turun
Dan Menekan Sampel dan (B) Lensa Mikroskop Pada Alat Microvickers
Hardness Tester Untuk Melihat Bentukan Piramida Pada Sampel…….. ......... 45
28. Bentukan Piramida yang Terlihat Pada Mikroskop. Piramida yang Terlihat
Adalah Hasil Indentasi Vickers…………. .......................................................... 45
29. Nilai Kekerasan Yang Muncul Pada Layar Alat Microvickers Hardness
Tester……………………………………… ....................................................... 45
30. pH Minuman Berkarbonasi Diukur Menggunakan pH Meter……… ............... 46
31. Perendaman Sampel Dalam Minuman Berkarbonasi……….. .......................... 46
32. Perendaman Sampel Dalam Saliva Buatan…………… .................................... 46
33. Penyimpanan Sampel Dalam Inkubator Dengan Suhu 37oC………….. ........... 46
34. Pemberian Larutan Ekstrak Etanol Biji Kakao Pada Sampel Kelompok I ........ 47
35. Pemberian Larutan Sodium Fluoride 2% Pada Sampel Kelompok II................ 47
36. Ekstrak Biji Kakao…………. ............................................................................ 49
37. Grafik Nilai Rata-Rata Kekerasan Permukaan Email Sebelum Perlakuan,
Setelah Perendaman Dalam Minuman Berkarbonasi dan Setelah
Pemberian Bahan Uji (VHN)……………………. ............................................ 51

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Skema Alur Fikir Penelitian
2. Skema Alur Penelitian
3. Data Uji Statistik
4. Hasil Nilai Kekerasan Permukaan Enamel pada Alat Microvickers Hardness
Tester
5. Surat Ethical Clearance
6. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Laboratorium Obat
Tradisional, Fakultas Farmasi USU
7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Laboratorium Teknik Mesin
UNIMED
8. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman

viii

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Email merupakan jaringan mineralisasi terluar gigi yang paling keras dan
melapisi mahkota gigi. Komposisi email terdiri dari bahan anorganik dalam bentuk
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) sebesar 96%, air 3% dan bahan organik 1%.2 Email
mempunyai sifat fisik yang kuat dan keras, brittle, tidak mudah aus, tidak mudah
rusak, kekuatan tensil rendah, modulus elastisitas tinggi, dan kekuatan kompresif
tinggi.1,2 Meskipun, struktur email keras dan padat, email bersifat permeabel untuk
ion dan molekul tertentu. Ion dan molekul tersebut dapat mengalir melalui unit
struktural yang hypomineralized dan kaya dengan kadar organik, seperti rod sheath,
enamel cracks, dan celah yang lain. Selain itu, air memainkan peran penting sebagai
alat jalur melalui ruang intercrystalline yang kecil.1
Kekerasan email dipengaruhi oleh proses demineralisasi dan remineralisasi
terhadap email. Proses demineralisasi dan remineralisasi email merupakan suatu
kondisi yang fisiologis. Pada pH netral, saliva dan plak jenuh dalam bentuk kristal
sehingga dapat mempertahankan struktur hidroksiapatit. Ketika ada ion asam, ion
tersebut akan bereaksi dengan fosfat yang terdapat pada saliva dan plak hingga
mencapai pH kritis yang menyebabkan larutnya hidroksiapatit yaitu di bawah 5,5.
Penurunan pH lebih lanjut memicu interaksi progresif antara ion asam dengan
hidroksiapatit yang menyebabkan larutnya sebagian atau seluruh kristalit pada
permukaan email menjadi ion kalsium (Ca2+), ion fosfat (PO4)3+dan air (H2O). Reaksi
ini disebut dengan proses demineralisasi. Hal ini menyebabkan bagian permukaan
kekerasan email menurun dan terjadi kerusakan pada gigi seperti karies dan erosi.3,4
Kekerasan email dapat ditingkatkan apabila terjadi proses remineralisasi
dimana penempatan mineral kembali ke email gigi. Remineralisasi dapat terjadi jika
pH saliva kembali normal dan terdapat ion kalsium (Ca2+) dan ion fosfat (PO4)3+
dalam rongga mulut. Saliva dapat menaikkan kembali pH asam rongga mulut ke pH

Universitas Sumatera Utara


2

yang normal karena saliva mempunyai kapasitas buffer. Namun,


remineralisasi merupakan suatu proses yang lambat dibandingkan dengan
demineralisasi. Oleh karena itu, proses remineralisasi hanya dapat mengkompensasi
proses demineralisasi dalam waktu yang terbatas.4
Terdapat banyak faktor biologis yang mempengaruhi hasil alternatif dari
proses demineralisasi dan remineralisasi terhadap permukaan gigi seperti komposisi
dan perkembangan plak dental, komposisi dan laju alir saliva, retensi fermentasi
karbohidrat pada rongga mulut, dan adanya ketersediaan dari zat protektif seperti
fluor.4 Selain itu, jenis bakteri pada biofilm, diet, kebersihan mulut, dan struktur
anatomis gigi manusia yang berbeda diantara satu dengan yang lain juga berpengaruh
terhadap proses demineralisasi dan remineralisasi pada gigi.3
Apabila proses demineralisasi lebih sering terjadi dibandingkan proses
remineralisasi pada jaringan keras gigi, maka kerusakan gigi akan terjadi dimana
bahan remineralisasi sangat berguna untuk mencegah terjadinya demineralisasi dan
mempercepatkan remineralisasi. Bahan remineralisasi yang dapat digunakan antara
lain fluoride, Casein Phospopeptide- Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP),
bioactive glass yang mengandungi kalsium sodium phosphosilicate, dan Tricalcium
Phosphate (TCP).3,5 Bahan-bahan ini mengandung kalsium dan fosfat untuk
meningkatkan proses remineralisasi pada saliva apabila proses demineralisasi
terjadi.3,18
Penggunaan fluor secara profesional sebagai anti karies telah digunakan sejak
50 tahun yang lalu. Fluor berperan dalam menghambat proses karies dengan cara
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan proses remineralisasi dengan
menggabungkan ion fluor dengan kalsium yang akan membentuk fluorapatit.
Keefektifan fluor sudah dibuktikan dalam peningkatan proses remineralisasi dan
sudah digunakan secara luas oleh masyarakat dan dokter gigi dalam bentuk topikal
seperti pasta gigi, obat kumur, larutan, varnish dan gel.4,5 Namun, terdapat beberapa
penelitian yang mengatakan bahwa penggunaan fluor yang berlebihan akan
menyebabkan fluorosis, atau diskolorasi pada gigi. Dosis fluor yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi saluran pencernaan, dan ini menyebabkan beberapa orang

Universitas Sumatera Utara


3

menolak perawatan terapi fluor di praktek dokter gigi. Oleh karena itu, bahan alami
mulai diteliti untuk dimanfaatkan bagi kesehatan gigi.7
Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai bahan remineralisasi adalah
biji kakao (Theobroma cacao L.). Biji kakao telah digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi cokelat, produk kosmetik dan farmasi. Khasiat farmakologik biji kakao
antara lain sebagai bahan antioksidan alami yakni mempunyai kemampuan untuk
memodulasi sistem imun, anti artherogenik, anti ulser, anti inflamasi, anti trombosis,
efek analgesik, dan antibakteri.11 Komponen aktif dari biji kakao berupa flavonoid,
alkaloid, polifenol, tannin, saponin dan triterpenoid.19
Senyawa alkaloid mempunyai golongan metilxantina seperti teobromin,
kafein dan teofilin. Teobromin yang ada pada biji kakao ternyata mempunyai efek
yang baik terhadap gigi. Teobromin yang terdapat dalam cokelat bubuk ternyata
mempunyai efek antikariogenik yang lebih tinggi dibandingkan fluor dalam
mengurangi larutnya email setelah paparan asam. Menurut penelitian Kargul dkk
(2012) mengenai kekerasan permukaan email yang diaplikasikan dengan teobromin
dibuktikan bahwa teobromin 0,02% memiliki efek positif pada remineralisasi email
dan teobromin dapat memberikan proteksi yang baik pada permukaan email gigi.8
Selanjutnya, penelitian berikutnya oleh Syafira dkk (2012) yang meneliti beberapa
konsentrasi teobromin membuktikan bahwa konsentrasi teobromin yang paling
efektif dalam meningkatkan kekerasan email adalah 0,1%.6 Sementara menurut
penelitian Permatasari dkk (2016) yang meneliti beberapa konsentrasi dengan waktu
yang berbeda membuktikan teobromin 0,1% dengan waktu aplikasi 1 jam merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan kekerasan email.12
Teobromin dengan konsentrasi 0,1% juga bersamaan dengan 5% larutan
ekstrak etanol biji kakao setelah dilakukan perhitungan berdasarkan berat teobromin
2-3 gram dalam 100 gram bubuk biji kakao. Teobromin meningkatkan kekerasan
permukaan email melalui reaksi interstitial dengan menggantikan kristal
hidroksiapatit yang larut sehingga email menjadi lebih padat. Secara makroskopis,
kekerasan permukaan email meningkat.26,27 Dengan penggunaan bahan
remineralisasi, akan terjadi pengembalian ion-ion mineral gigi yang hilang karena

Universitas Sumatera Utara


4

proses demineralisasi. Peningkatan jumlah ikatan ion akan berdampak pada


peningkatan terhadap kekerasan dan kekuatan email.6
Dari uraian di atas, diketahui bahwa teobromin dari biji kakao (Theobroma
cacao L.) dapat memberikan efek remineralisasi terhadap kekerasan permukaan
enamel. Namun, belum ada penelitian tentang pengaruh pemberian larutan ekstrak
etanol biji kakao sebagai bahan remineralisasi pada permukaan email gigi. Oleh itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan pengaruh bahan
remineralisasi fluor dengan larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap kekerasan
permukaan email.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh pemberian larutan ekstrak etanol biji kakao 5%
terhadap kekerasan permukaan email.
2. Apakah ada perbedaan pengaruh pemberian bahan remineralisasi antara
sodium fluoride 2% dengan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% terhadap kekerasan
permukaan email.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan ekstrak etanol biji kakao
5% terhadap kekerasan permukaan email.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian bahan remineralisasi
antara sodium fluoride 2% dengan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% terhadap
kekerasan permukaan email.

Universitas Sumatera Utara


5

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan menambah
ilmu pengetahuan mengenai bahan remineralisasi gigi yang efektif demi menunjang
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
2. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai manfaat biji kakao terhadap
kesehatan gigi.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Membantu pemanfaatan produsen biji kakao di bidang kesehatan sebagai
bahan remineralisasi alternatif yang alami untuk gigi.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam bidang kedokteran gigi
khususnya dalam perawatan lesi awal akibat demineralisasi pada gigi dengan
menggunakan bahan-bahan yang alami dan efektif.

1.4.3 Manfaat Klinis


1. Agar dokter gigi dapat memanfaatkan penggunaan larutan ekstrak etanol
biji kakao 5% sebagai salah satu alternatif bahan remineralisasi dalam meningkatkan
kekerasan permukaan enamel.

Universitas Sumatera Utara


6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan keras gigi terdiri dari email, dentin dan sementum. Email mempunyai
zat anorganik yang terbesar sehingga merupakan bagian yang terkeras pada tubuh
manusia.1 Namun karena letaknya paling luar, maka email dipengaruhi oleh faktor
positif dan negatif dalam rongga mulut. Faktor positif yang mempengaruhi email
yaitu kalsium dan fosfat yang cukup pada saliva dan juga didukung dengan adanya
fluor yang dapat memacu proses remineralisasi dan meningkatkan kekerasan email
gigi. Faktor negatif yang berpengaruh pada penurunan kekerasan email yang
menyebabkan kerusakan email yaitu berasal dari keasaman makanan dan minuman
yang disebabkan oleh fermentasi bakteri yang menyebabkan terjadinya karies dan
keausan email yang disebut erosi gigi.3

2.1 Email
Email adalah jaringan yang hanya melapisi mahkota gigi dan merupakan
jaringan yang paling keras yang terdapat pada tubuh manusia karena memiliki
kandungan mineral yang tinggi. Email berfungsi melindungi struktur jaringan
dibawahnya yaitu dentin dan pulpa serta berfungsi sebagai estetis pada gigi dimana
hal ini akan menurun ketika terjadi kerusakan seperti terbentuknya lesi karies, atrisi,
erosi, abrasi, maupun saat terjadi perubahan dari warnanya yang disebut diskolorasi.2
Email adalah jaringan yang paling termineralisasi pada tubuh manusia.
Komposisinya meliputi bahan anorganik dalam bentuk hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2) sebesar 96%, air 3% dan bahan organik 1%. Kalsium, fosfat,
karbonat, magnesium dan sodium merupakan komponen anorganik utama pada email
manusia. Sementara kandungan organik email adalah berupa lemak dan protein.2
Email terbentuk oleh sel yang disebut ameloblas yang dimulai dari
dentinoenamel junction (DEJ) dan meluas ke seluruh permukaan gigi. Sebagian besar
matriks organik email terdiri dari amelogenin dan enamelin yang teresorpsi selama
pematangan gigi dan meninggalkan jaringan terkalsifikasi yang terdiri dari mineral

Universitas Sumatera Utara


7

dan sedikit matriks organik.2 Struktur email dibentuk oleh berjuta-juta prisma email,
yang mempunyai jumlah terbesar pada komposisi email, rod sheaths atau prism
sheaths dan juga substansi interprismata yang berada diantara prisma email.1
Susunan struktur email membentuk struktur keyhole yang dikenal dengan
prisma email memiliki diameter yang bervariasi antara 5-6 µm dengan panjang dari
kepala sampai ekor sekitar 8-9 µm dan lebar bagian kepala sekitar 4-5 µm.14 Sekitar
100 kristal dari mineral diperlukan untuk merentang sepanjang diameter prisma dan
aksis panjang dari kristal cenderung sejajar dengan aksis prisma (Gambar 1)1,14.
Masing-masing kristal yang berada di dalam prisma dilapisi dengan selapis
tipis lemak atau protein yang memegang peranan penting dalam mineralisasi.
Penghubung antar prisma atau interprismatic space mempunyai banyak komponen
organik dan air pada strukturnya. Struktur ini bertindak dalam pergerakan air dan ion-
ion. Area ini dikenal juga sebagai prism sheaths atau rod sheaths (Gambar 2). Bagian
ini berperan penting dalam proses demineralisasi email.1,25

ii

iii

Gambar 1. Mikrostruktur email yang menunjukkan susunan prisma email atau rods
berbentuk keyhole pada gambar ii, Gambaran Atomic Force Microscopy
(AFM) yang menunjukkan potongan melintang prisma pada gambar i
dan potongan memanjang pada gambar iii14;

Universitas Sumatera Utara


8

Gambar 2. Gambaran mikroskopik dari prisma email atau rods dan juga rod sheaths1

Enamel tuffs adalah struktur yang hypomineralized pada prisma email dan
juga pada substansi interprismata yang berada pada Dentinoenamel Junction (DEJ)
hingga ke email prisma. Enamel tuffs mempunyai peran terhadap karies dentin.
Manakala, Enamel Lamellae adalah struktur yang tipis dan seperti daun yang berada
diantara prisma email dan mempunyai kepanjangan dari permukaan email hingga ke
DEJ, dan terkadang hingga ke dentin. Struktur ini mempunyai jumlah bahan organik
yang paling banyak dan juga merupakan area yang rentan terhadap bakteri dan karies
dentin (Gambar 3).

Gambar 3. Gambaran mikroskopis melalui lamella dari permukaan email ke dentin.


Anak panah menunjukkan enamel tuffs.14

Universitas Sumatera Utara


9

Email memiliki sifat fisik berupa kekerasan. Kekerasan email bervariasi pada
permukaan gigi tergantung pada lokasinya, yang mana semakin menurun menuju
DEJ. Kepadatan email juga menurun dari permukaan DEJ. Email merupakan struktur
yang brittle, kekuatan tensil rendah, modulus elastisitas tinggi, dan kekuatan
kompresif tinggi yang mengindikasikan strukturnya yang rigid. Selain itu, email juga
tidak mudah aus dan rusak.1,2
Walaupun email mempunyai sifat fisik yang keras dan padat, namun email
mempunyai sifat yang permeabel terhadap ion-ion tertentu. Perjalanan ion-ion ini
akan melalui unit struktur yang hypomineralized dan kaya terhadap bahan organik,
seperti rod sheaths dan cela mikro yang lain. Air mempunyai peran penting sebagai
jalur untuk ion-ion melalui ruang intercrystalline yang kecil. Sifat permeabel email
akan menurun sejalan dengan usia yang meningkat karena adanya perubahan pada
matriks email yang dikenali sebagai enamel maturation.1

2.2 Demineralisasi dan Remineralisasi


2.2.1 Demineralisasi
Proses demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada email merupakan
suatu hal yang fisiologis. Pada pH netral, saliva dan plak jenuh dalam bentuk kristal
sehingga dapat mempertahankan struktur hidroksiapatit. Ketika ion asam hadir, ion
tersebut akan bereaksi dengan fosfat yang terdapat pada saliva dan plak hingga
mencapai pH kritis yang yang menyebabkan larutnya hidroksiapatit yaitu di bawah
5,5. Penurunan pH lebih lanjut memicu interaksi progresif antara ion asam dengan
hidroksiapatit yang menyebabkan larutnya sebagian atau seluruh kristalit pada
permukaan email menjadi ion kalsium (Ca2+), ion fosfat (PO4)3+dan air (H2O). Reaksi
ini disebut dengan proses demineralisasi. Demineralisasi menyebabkan kekerasan
email menurun dan terjadi kerusakan pada gigi seperti karies dan erosi.3,4

Universitas Sumatera Utara


10

2.2.2 Remineralisasi
Remineralisasi dapat terjadi jika pH saliva kembali normal atau lebih dari pH
kritis dan terdapat ion kalsium (Ca2+) dan ion fosfat (PO4)3+ dalam rongga mulut.
Saliva dapat menaikkan kembali pH asam rongga mulut ke pH yang normal karena
saliva mempunyai kapasitas buffer. Hal ini menyebabkan penempatan kembali
partikel apatit yang telah larut. Keberadaan ion Ca2+ dan PO43- akan mengisi kembali
ruangan dari kristal yang telah mengalami demineralisasi.4
Saliva di rongga mulut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kekerasan permukaan email yang larut. Kemampuan meningkatkan kekerasan
tersebut berbeda-beda pada setiap individu tetapi konstan terhadap setiap individu.
Namun kapasitas peningkatan kekerasan oleh saliva kurang jika dibandingkan larutan
sintetik pada ion kalsium, fosfat dan fluor, termasuk kadar dan restorasi akhir pada
kekerasan. Sewaktu proses peningkatan kekerasan berlaku, pH saliva meningkat
sebanyak 0,3 hingga 0,4 unit setiap paparan selama dua jam, dan peningkatan ini
dapat mempengaruh hasil peningkatan kekerasan.15
Interaksi ini dapat ditingkatkan dengan keberadaan fluor pada lingkungan
tempat bereaksinya ion-ion tersebut. Dasar kimiawi dari proses demineralisasi atau
remineralisasi ini sama pada email, dentin, dan sementum akar. Apabila fluor hadir di
rongga mulut, hidroksiapatit dapat berperan sebagai fluoroapatit dimana kelarutannya
dapat terjadi apabila pH rongga mulut dibawah 5,0. Apabila pH kembali di atas pH
kritis yang baru yaitu diatas 5,0, maka fluor akan ditempatkan kembali ke dalam
email menjadikan gigi lebih keras.4

Universitas Sumatera Utara


11

Gambar 4. Siklus demineralisasi dan remineralisasi pada pembentukkan karies gigi.25

Berdasarkan gambar 4, demineralisasi terjadi pada saat gigi terpapar oleh


asam sehingga hidroksiapatit bereaksi dengan ion hidrogen. Pada tahap ini dapat
terbentuk plak dan kalkulus. Jika demineralisasi berlasung terus-menerus hingga
mencapai pH 5,5 yang merupakan pH kritis hidroksiapatit maka akan terjadi
kelarutan struktur anorganik email gigi. Pada tahap ini dapat terjadi bercak putih atau
white spot pada permukaan email gigi. Remineralisasi dapat terjadi dengan
pembentukkan fluorapatit. Fluorapatit lebih tahan asam jika dibandingkan dengan
hidroksiapatit. Jika terjadi demineralisasi terus-menerus tanpa diimbangi oleh proses
remineralisasi maka akan terjadi karies pada struktur email gigi. Namun,
remineralisasi merupakan suatu proses yang perlahan dibandingkan dengan
demineralisasi. Oleh itu, bahan remineralisasi dibutuhkan untuk meningkatkan dan
mempercepatkan proses remineralisasi.25

Universitas Sumatera Utara


12

2.3 Bahan Remineralisasi


Sumber mineral utama untuk proses remineralisasi email secara alamiah
adalah kalsium dan fosfat dari saliva pada kondisi jenuh. Remineralisasi email sudah
diteliti sejak 100 tahun yang lalu dan diusulkan menjadi perawatan lesi karies dini
secara non invasif. Sejak 50 tahun silam, fluoride dinyatakan berperan dalam
menghambat proses karies dengan cara menghambat proses demineralisasi dan
meningkatkan proses remineralisasi melalui pembentukan fluoroapatit dan kalsium
florida, serta penghambatan kerja enzim bakteri melalui aktivitas antimikrobial.4
Selain fluor, terdapat tiga bahan remineralisasi yang dapat digunakan yaitu casein
phosphopeptide stabilized amorphous calcium phosphate (CPP-ACP), bioactive
glass containing calcium sodium phosphosilicate dan Tri-Calcium Phosphate (TCP).
Ketiga bahan tersebut mengandung kalsium dan fosfat untuk meningkatkan
kemampuan saliva dalam meremineralisasi kehilangan mineral pada email. CPP
merupakan bahan yang paling berkembang selain daripada fluor namun CPP-ACP
memiliki kelarutan yang rendah dalam suasana asam. Hal ini akan menyebabkan
berkurangnya kemampuan CPP-ACP untuk menahan ion kalsium dan fosfat pada
lingkungan yang asam. Selain itu, beberapa orang alergi terhadap susu sapi dan CPP
ada didalam susu sapi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menemukan
bahan remineralisasi yang lebih biokompatibel dan alami yang dapat dijadikan
alternatif. 3
Bahan remineralisasi seharusnya memiliki ciri-ciri seperti berikut:5
1. Dapat berdifusi kedalam sub-permukaan dan menghantarkan kalsium dan
fosfat untuk masuk ke dalam sub-permukaan.
2. Tidak memberikan kalsium yang berlebihan
3. Tidak menyebabkan terjadinya pembentukan kalkulus
4. Dapat bekerja pada pH asam
5. Dapat bekerja pada pasien xerostomia
6. Dapat meningkatkan proses remineralisasi saliva
7. Mempunyai kelebihan yang lebih baik daripada fluor.

Universitas Sumatera Utara


13

2.3.1 Fluor
Fluor merupakan bahan remineralisasi yang paling sering digunakan sebagai
bahan aktif untuk meningkatkan remineralisasi. Penggunaan fluor dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu sistemik dan lokal. Pemberian fluor secara sistemik meliputi
fluoridasi air minum, pemberian makanan tambahan fluor, dan pemberian fluor dalam
bentuk obat-obatan seperti tablet. Pemberian fluor secara topikal untuk gigi yang
sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara seperti topikal aplikasi yang
mengandung fluor, menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor dan kumur-
kumur dengan larutan fluor.17,18

2.3.1.1 Penggunaan Fluor Secara Topikal


Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama
dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme
sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan
permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang
sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara, yaitu topikal aplikasi yang
mengandung fluor, kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor, dan
menyikat gigi dengan pasta mengandung fluor.17
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada email. Setelah
gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak
boleh makan, minum atau berkumur. Aplikasi topikal fluor merupakan salah satu cara
pemberian fluor secara lokal. Pemberian fluor secara topikal dapat memakai
bermacam-macam bentuk fluor, antara lain: larutan NaF 2% (natrium fluoride 2%
atau sodium fluoride 2%), larutan SnF2 10% atau 8% (Stannous fluoride 10% atau
8%) dan acidulated phosphate fluoride (APF). Natrium fluoride dipilih sebagai bahan
aplikasi topikal karena larutan ini merupakan garam yang mudah larut dan digunakan
dalam fluoridasi buatan sumber air minum.

Universitas Sumatera Utara


14

Teknik aplikasi topikal fluor dengan larutan NaF yang dianjurkan adalah
sebagai berikut:17
1. Mahkota gigi dibersihkan dan dipoles dengan pasta propilaksis.
2. Permukaan gigi yang telah dibersihkan, diisolasi dan dikeringkan dengan
gulungan kapas.
3. Oleskan larutan NaF 2% pada permukaan gigi.
4. Biarkan gigi basah 3-4 menit.
5. Pemberian diulangi pada kwadran yang lain.
6. Diberikan dengan interval waktu 1 minggu.
7. Pada akhir pengulasan fluor, pasien diperbolehkan berkumur - kumur 1kali.
8. Perawatan dianjurkan pada usia 3, 7, 11 dan 13 tahun, bersamaan dengan
erupsi gigi baru.
NaF merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat disimpan
untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi
serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan
konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml.17
Fluor dalam bentuk gel tersedia untuk aplikasi profesional, dan juga untuk
aplikasi di rumah. Gel mempunyai tekstur kental dan kelebihan diaplikasikan
menggunakan tray untuk merawat seluruh gigi sekaligus. Metode aplikasi yang lain
adalah dengan menggunakan cotton wool buds, floss, atau dengan sikat gigi.
Penggunaan fluor gel disarankan untuk anak-anak dan dewasa yang mempunyai
risiko karies tinggi. Waktu aplikasi gel secara profesional dilakukan selama 4 menit
sebanyak 4 kali setahun, tergantung risiko karies. Teknik untuk aplikasi profesional
fluor gel bertujuan untuk meminimalkan risiko tertelan gel. Aplikasi di rumah
dilakukan setiap hari atau setiap minggu dan disarankan hanya untuk risiko karies
tinggi, misalnya pasien dengan perawatan ortodontik atau pasien dengan fungsi
hiposalivasi. Oleh karena adanya kemungkinan konsumsi berlebihan fluor dari gel,
terutama pada anak yang masih kecil, maka gel tidak disarankan untuk digunakan.16,18
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mempunyai
fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat

Universitas Sumatera Utara


15

perkembangan karies.17 Varnish mempunyai konsentrasi fluor yang tinggi yang


tersedia dalam bentuk kekentalan yang rendah dan tinggi. Penggunaan varnish hanya
boleh digunakan untuk aplikasi profesional saja.16 Pemberian varnish fluor diberikan
setiap empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi.
Salah satu varnish fluor adalah duraphat (colgate oral care) merupakan larutan
alkohol varnish alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm
fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak di bawah
umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik sehingga dikhawatirkan
varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis email.17
Pasta gigi berfluoride merupakan metode yang paling banyak digunakan
untuk mempertahankan kadar rendah fluor secara konstan di dalam rongga mulut dan
penggunaannya secara luas memiliki peranan yang penting dalam menghambat
terjadinya karies. Senyawa utama yang ditemukan di dalam pasta gigi adalah sodium
fluoride dan sodium monofluorophosphate, namun stannous fluoride dan amine
fluoride juga dapat digunakan dalam senyawa fluor. Efek pasta gigi berfluoride
meningkat apabila frekuensi penyikatan juga meningkat yaitu penyikatan dua kali
sehari pada waktu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Standar konsentrasi
fluor yang digunakan untuk pasta gigi adalah diantara 1000 dan 1500 ppm dan ini
merupakan standar yang disarankan oleh World Health Organization (WHO).
Konsentrasi pasta gigi fluor yang tinggi yaitu lebih dari 1500 ppm F (biasanya
diantara 2000-5000 ppm F) tersedia dalam bentuk resep untuk anak-anak dan dewasa
yang mempunyai risiko karies tinggi.16
Di pasaran, obat kumur berfluoride berkembang dengan cepat dalam industri
perawatan rongga mulut. Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang berumur
diatas enam tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang
mudah terserang karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat ortodontik atau
pasien dengan flungsi hiposalivasi.16,17 Obat kumur NaF 0,05% mengandungi 225
ppm F dan digunakan sekali atau dua kali sehari. Obat kumur NaF 0,2% yang
mengandung 900 ppm F digunakan secara seminggu atau dua minggu untuk program
sekolah bagi anak-anak yang tinggal di daerah non-fluoride dengan prevalensi karies

Universitas Sumatera Utara


16

yang tinggi. Namun, penggunaan obat kumur berfluoride tidak direkomendasi untuk
anak-anak berusia 6 tahun karena kebanyakan anak dalam usia ini tidak memiliki
kemampuan untuk meludah dengan efektif.16

2.3.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor


Indikasi penggunaan fluor adalah untuk pasien anak di bawah 5 tahun yang
memiliki resiko karies sedang sampai tinggi, gigi dengan permukaan akar yang
terbuka, gigi yang sensitif, anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk
membersihkan gigi misalnya Down Syndrome, serta pasien yang sedang dalam
perawatan ortodontik.17
Kontraindikasi penggunaan fluor adalah untuk pasien anak dengan resiko
karies rendah, pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor, dan ada
kavitas besar yang terbuka.17

2.3.1.3 Mekanisme Kerja Fluor


Fluor bekerja untuk mengontrol karies dini dengan beberapa cara. Fluor dapat
menghambat demineralisasi enamel dan mempercepatkan remineralisasi dengan
meningkatkan pembentukan fluoroapatit, yang lebih tahan terhadap asam dibanding
hidroksiapatit. Selain itu meningkatkan remineralisasi melalui ikatan ionik selama
pembentukan pelikel plak, menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan
metabolismenya.4
Mekanisme kerja fluor terjadi dengan adanya peningkatkan ketahanan enamel,
peningkatkan rate of maturation, menghambat terjadinya demineralisasi dan
meremineralisasi lesi karies dini atau white spot dan meningkatkan morfologi gigi
serta mengubah struktur email apabila adanya proses karies.4 Oleh karena itu, fluor
harus ada pada waktu dan tempat yang sesuai sewaktu proses demineralisasi dan
remineralisasi terjadi. Nilai ppm fluor yang rendah juga efektif untuk proses ini
terjadi. Apabila fluor hadir pada cairan biofilm dan pH tidak kurang dari 5.0,
fluorapatit akan terbentuk pada waktu yang sama hidroksiapatit larut. Apabila
hidroksiapatit larut, kalsium dan fosfat akan larut juga tapi dapat dibentuk kembali

Universitas Sumatera Utara


17

oleh fluorapatit. Mineral yang dikembalikan oleh fluorapatit sewaktu penurunan pH


tidak dipertimbangkan sebagai remineralisasi tetapi dikatakan sebagai penurunan
terhadap demineralisasi karena mineral yang dikembalikan tersebut berbeda dengan
yang hilang. Tambahan pula, fluorapatit terbentuk dari lapisan permukaan email
sewaktu hidroksiapatit larut dari bawah permukaan.4 Reaksi kimia pembentukan
fluorapatit adalah: Ca10(PO4)6(OH)2 + F  Ca10(PO4)6(OHF).17
Efek secara tidak langsung oleh fluor untuk menghambat terjadinya
demineralisasi dilengkapi dengan efek alaminya untuk mempercepat remineralisasi
apabila pH meningkat dan mengembalikan kalsium dan fosfat yang ada pada cairan
biofilm sewaktu terjadinya proses demineralisasi email (Gambar 5).4

Gambar 5. Peristiwa dimana terjadinya gangguan karies dengan tidak adanya fluor
(panel kiri) dan adanya fluor (panel kanan).4

Namun ada beberapa kekurangan fluor yaitu:7


1. Penggunaan fluor harus sesuai dosis yang telah ditentukan. Jika fluor
digunakan berlebihan akan terjadi bercak putih pada gigi atau fluorosis terutama pada
gigi permanen. Pada permukaan email gigi tampak bercak yang tidak beraturan
berwarna putih-kapur, yang pada akhirnya berubah menjadi kuning atau coklat,
menyebabkan email tampak berbintik-bintik.
2. Penggunaan fluor yang berlebih juga dapat menyebabkan hipoplasia pada
gigi yang dapat merusak estetis gigi.

Universitas Sumatera Utara


18

3. Jika fluor tertelan berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan.


Lebih lanjut jika akumulasi fluor meningkat terus-menerus akan menyebabkan
gangguan fisik yaitu banyak mengeluarkan saliva, gangguan indra perasa, badan
gemetar, gangguan pernapasan dan mudah lelah. Ini biasanya mungkin terjadi pada
anak-anak yang sering menelan pasta gigi.

2.4 Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Sebagai Alternatif Bahan


Remineralisasi
Buah kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari
daerah hutan tropis hulu sungai Amazon. Berarti tanaman kakao hidup pada hutan
hujan tropis yang terlindung di bawah pohon besar, suhu tidak terlalu tinggi,
kelembapan cukup, dan angin tidak terlalu kencang.
Menurut taksonominya, Theobroma cacao L. diklasifikasikan sebagai
berikut.19
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledoneae
 Ordo : Malvales
 Suku : Malvaceae
 Marga : Theobroma
 Spesies : Theobroma cacao L.

Theobroma cacao L. merupakan tanaman khas daratan rendah tropis yang


dapat tumbuh pada ketinggian 1,8-3 meter pada umur tiga tahun dan pada umur 12
tahun dapat mencecah 4,5-7 meter. Daun tanaman ini mempunyai tangkai yang
bentuknya silinder dan bersisik halus sedangkan bentuk helai daun bulat memanjang,
ujung daun meruncing dan pangkal daun runcing. Warna daun dewasa hijau tua
bergantung pada kulivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Kakao

Universitas Sumatera Utara


19

(Gambar 6) termasuk tanaman kauliflori artinya bunga dan buah tumbuh pada batang
dan cabang tanaman. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1-2 cm, warna
buah kakao sangat beragam, tetapi dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang
ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih dan jika sudah masak akan
berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah
masak berwarna jingga. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji, yang
tersusun lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh pulp
yang berwarna putih dan rasanya manis. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa,
dua kotiledon yang saling melipat, dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan
radikula.19 Buah kakao sering digunakan untuk memproduksi cokelat, tapi dalam
volume kecil juga dapat diaplikasikan dalam produk kosmetik dan farmasi.19 Khasiat
farmakologik buah kakao antara lain sebagai antioksidan, anti artherogenik, anti
ulser, anti inflamasi, anti trombosis dan efek analgesik.11,13

Gambar 6. Buah kakao berasal dari Jalan Bandar Labuhan GG. Kiri Hulu 1, Tanjung
Morawa, Sumatera Utara
Hasil penelitian memaparkan bahwa kulit buah, kulit biji, dan biji kakao
mengandung senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid, sedangkan bijinya juga
mengandung polifenol. Selain itu kulit biji kakao mengandung saponin dan
triterpenoid. Dengan demikian, ekstrak biji kakao mengandung flavonoid, tanin,
alkaloid dan polifenol, saponin dan triterpenoid. Masing-masing kandungan tersebut
mempunyai efek antibakteri. Senyawa flavonoid berperan sebagai antibiotik dan
menghambat pendarahan. Flavonoid juga diketahui secara in vitro menjadi zat

Universitas Sumatera Utara


20

antimikroba yang efektif melawan berbagai macam mikroorganisme juga


menunjukkan efek penghambatan terhadap beberapa virus. Senyawa tanin dapat
mengikat dan mengendapkan protein. Sifatnya yang dapat mengikat protein ini pula
yang kemudian dapat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai antibakteri. Tanin juga
memiliki sifat antimikroba, antioksidan, dan antidiare. senyawa polifenol pula
memiliki sifat antioksidan, sedangkan alkaloid lebih banyak digunakan dalam dunia
farmakologi atau pengobatan. 19,20,21
Pada senyawa alkaloid terkandung golongan metilxantina seperti teobromin,
kafein dan teofilin. Teobromin dengan rumus kimia C7H8N4O2 mempunyai struktur
molekul 2-dimensi. Teobromin merupakan bahan yang mudah larut dalam air,
berbentuk kristal, rasanya pahit serta mempunyai warna yang putih atau tidak
berwarna dan terdapat sebanyak 2-3 gram di dalam 100 gram bubuk biji kakao.13,22
Walaupun terdapat “bromin” didalam namanya tetapi bahan tersebut tidak
mengandungi bromin. Namanya diambil dari pohon kakao (Theobroma cacao L) itu
sendiri dengan akhiran –ine yang diambil dari alkaloid dan senyawa nitrogen
lainnya.13
Didalam cokelat pekat terdapat teobromin yang memiliki efek antikariogenik
yang lebih tinggi dibanding fluor dalam mengurangi kelarutan enamel setelah
paparan asam fosfat.6 Menurut penelitian Kargul dkk (2012) mengenai kekerasan
permukaan enamel yang diaplikasikan dengan teobromin dibuktikan bahwa
teobromin 0,02% memiliki efek positif pada remineralisasi enamel dan teobromin
dapat memberikan proteksi yang baik pada permukaan email gigi.8 Menurut
penelitian Syafira dkk (2012) yang meneliti beberapa konsentrasi teobromin
membuktikan bahwa teobromin dapat meningkatkan kekerasan mikro email dengan
adanya perubahan mineral pada lapisan permukaan email. Konsentrasi teobromin
yang paling efektif dalam meningkatkan kekerasan email adalah 0,1%.6 Selain itu,
menurut penelitian Permatasari dkk (2016) yang meneliti beberapa konsentrasi
dengan waktu yang berbeda membuktikan bahwa konsentrasi teobromin 0,1% dengan
waktu aplikasi 1 jam merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan
kekerasan email.12 Teobromin dengan konsentrasi 0,1% terdapat didalam 5% larutan

Universitas Sumatera Utara


21

ekstrak etanol biji setelah dilakukan perhitungan berdasarkan berat teobromin 2-3
gram dalam 100 gram bubuk biji kakao.
Menurut Anderson (2012), teobromin dapat mencegah karies lebih baik
daripada fluor. Jumlah teobromin dalam satu ons cokelat hitam mempunyai efek
kekerasan email yang lebih baik daripada perawatan 1,1% sodium fluoride serta
konsentrasi teobromin 142 kali lebih kecil daripada fluor, mempuyai efek proteksi
dua kali lebih besar pada gigi. Selain itu, teobromin dijumpai dapat diabsorbsi oleh
saluran pencernaan, metabolism dan dikeluarkan dari tubuh. Terdapat penelitian yang
melihat kekerasan enamel dengan mengaplikasikan saliva buatan dengan teobromin
pada gigi dan dibuktikan bahwa teobromin menstimulasikan pembentukan email
yang baru. Pada kondisi normal, jumlah hidroksiapatit adalah 0,5µ. Teobromin
menghantarkan kalsium dan fosfat dari saliva untuk bergabung menjadi kristal
dengan unit yang besar yaitu empat kali besar dari ukuran hidroksiapatit, atau 2µ.7
Teobromin meningkatkan kekerasan permukaan email melalui reaksi
interstitial dengan menggantikan kristal hidroksiapatit yang larut. Kristal dari
teobromin lebih kecil daripada kristal hidroksiapatit sehingga lebih mudah untuk
masuk ke dalam microtunnel dan menggantikan ion pada komposisi apatit.
Penggantian ion akan menyebabkan perubahan fisik dari apatit.27 Secara tidak
langsung, kepadatan kristal apatit akan meningkat dan akan menjadi lebih padat. Oleh
karena itu, diperlukan kekuatan yang lebih besar untuk memisahkan atom yang
menyusun kristal Secara makroskopis, akan terlihat peningkatkan kekerasan
permukaan email.26

2.5 Kekerasan Permukaan


Kekerasan permukaan secara umum dapat didefinisikan sebagai ketahanan
suatu objek terhadap daya penetrasi oleh suatu beban yang telah dispesifikasikan.
Untuk mengetahui nilai kekerasan permukaan suatu benda, digunakan alat
pengukuran kekerasan. Secara umum, angka uji kekerasan didapatkan dengan cara
membagi beban yang dijatuhkan pada spesimen dengan luas atau kedalaman area
yang didapatkan, sehingga semakin kecil area, maka semakin besar angka kekerasan

Universitas Sumatera Utara


22

dan semakin keras bahan tersebut. Semakin rendah angka kekerasan,


mengindikasikan suatu bahan yang lunak. Nilai kekerasan berhubungan dengan
derajat deformitas permanen suatu permukaan bahan yang di beri beban tertentu.9
Pengukuran kekerasan pada gigi tidak mudah untuk dilakukan karena nilai
kekerasan pada email dan dentin berbeda. Namun, untuk melakukan metode uji
kekerasan untuk menghitung kekerasan permukaan email, dapat digunakan metode
Vickers. Menurut McCabe dan Walls (2008), nilai kekerasan menggunakan Vickers
Hardness Test pada gigi email adalah 350 VHN manakala untuk dentin adalah 60
VHN.9
Microhardness test sudah secara luas digunakan untuk menguji perubahan
permukaan enamel. Dengan tes ini, tahap awal yang berhubungan dengan proses
demineralisasi dan kelarutan permukaannya dapat diketahui. Apabila terjadinya
proses demineralisasi, akan menyebabkan penurunan kekerasan permukaan email
karena mineral-mineral pada permukaan gigi larut. Sebaliknya pada proses
remineralisasi, mineral-mineral yang ada akan kembali bergabung ke dalam struktur
hidroksiapatit dan menambah kepadatan email.4

2.5.1 Uji Kekerasan Permukaan


Penggunaan jenis uji kekerasan ditentukan berdasarkan bahan yang akan diuji.
Uji kekerasan dilakukan berdasarkan kemampuan permukaan bahan untuk menahan
penetrasi dari bahan tertentu. Ada beberapa cara pengukuran kekerasan yang cukup
dikenal dibidang material, diantaranya adalah Vickers, Knoop, Brinell dan Rockwell.9
Brinell Hardness Test merupakan metode yang digunakan pertama kali untuk
menghitung kekerasan bahan logam dalam kedokteran gigi. Brinell Hardness Test
mempunyai hubungan dengan keterbatasan proposional dan kekuatan daya tarik pada
paduan emas.10
Rockwell Hardness Test merupakan metode yang hampir sama dengan uji
Brinell terhadap pemakaian bahan logam atau conical diamond. Kelebihan
menggunakan uji Rockwell adalah dengan pembacaan kedalaman indentasi secara
langsung, telah membuka peluang penggunaan yang besar pada industri. Namun, uji
Brinell ataupun uji Rockwell tidak sesuai untuk menghitung bahan yang rapuh.10

Universitas Sumatera Utara


23

Knoop Hardness Test menggunakan alat diamond-tipped untuk pengukuran


kekerasan. Uji Knoop, dasar diamond nya mempunyai paksi yang lebih besar
daripada yang lain. Oleh karena itu, nilai kekerasan tersebut bergantung pada
kemampuan dibentukkan menjadi wayar bahan yang diuji. Kekerasan enamel dapat
dibandingkan dengan pelbagai bahan restorasi seperti emas, porselen, dan resin.
Selain itu, bebannya bisa bervariasi dari 0,1 kg hingga lebih dari 1 kg, ini supaya nilai
untuk bahan yang keras dan lembut dapat dihitung menggunakan metode ini.10
Vickers Hardness Tester mempunyai prinsip yang sama dengan uji Brinell.
Tetapi selain daripada menggunakan bahan logam, piramid dengan dasar empat segi
yang dipakai. Namun beban yang dipakai untuk indentasi tersebut sama dengan uji
Brinell. Vickers menurut America Dental Association (ADA) digunakan untuk logam
emas tuang (dental casting gold) dan juga untuk bahan-bahan yang mempunyai sifat
mudah pecah (brittle) sehingga dapat digunakan untuk mengukur kekerasan
permukaan email gigi. Prinsip pengujian Vickers adalah dengan menekankan ujung
penguji ke permukaan benda dengan beban dan waktu tertentu pada meja Vickers
tersebut, lalu indentor Vickers tersebut dikenai pada bahan yang diuji. Ujung
diamond indentor turun menekan sampel dengan beban 100gf/ 10 detik. Hasil
penetrasi diamati melalui lensa mikroskop dengan pembesaran 400 kali sehingga
akan tampak bentukan piramida. Panjang diagonal yang dihasilkan indentor diukur
dengan menempatkan 2 tanda garis pada ujung bentukan piramida yang ada pada alat
Vickers, kemudian tombol baca ditekan sehingga keluar hasil kekerasan permukaan
dengan satuan Vickers Hardness Number (VHN).10
Dengan menggunakan uji kekerasan Vickers, hasil yang didapatkan dengan uji
beban yang berbeda dapat dibandingkan karena metode Vickers hanya melakukan
satu penetrasi dan hasil yang didapatkan tersebut adalah uji beban spesifik per mm2
pada permukaan. Selain itu, uji ini sangat sesuai untuk menguji komponen yang kecil
dan tipis pada permukaan. Salah satu kelebihan Vickers adalah skalanya yang terdiri
dari hasil nilai kekerasan yang terkecil hingga tertinggi pada skala. Oleh karena itu,
uji Vickers sangat sesuai untuk digunakan pada Eksperimental Laboratorium.10

Universitas Sumatera Utara


24

2.6 Kerangka Teori


c
Email

Fermentasi karbohidrat ion H+ meningkat pH rongga mulut menurun

Dengan pemberian
Demineralisasi gigi/
bahan
permukaan email larut
remineralisasi (Ca10 (PO4)6(OH)2) + ion
Karies
H+  10Ca2 + 6H (PO4)3
+2H2O
Fluor Larutan ekstrak Padat  Larut
etanol biji kakao
Kafein
Alkaloid
Teofilin
Polifenol
Teobromin

Flavonoid

Fluor menghambat proses Tanin Teobromin menggantikan kristal


demineralisasi dan hidroksiapatit yang larut melalui
meningkatkan proses Saponin reaksi interstitial sehingga
remineralisasi melalui kepadatan kristal apatit
pembentukan fluorapatit Triterpenoid meningkat dan kekerasan
dan kalsium florida: permukaan email meningkat.
Ca10(PO4)6(OH)2 + F  Ca10(PO4)6(OH)2 + C7H8N4O2 
Ca10(PO4)6(OHF) Ca10(PO4)6(OHC7H7N4O2)

Memacu Proses Remineralisasi Permukaan

Struktur email lebih padat, menambah kekerasan email

Perbedaan pengaruh bahan remineralisasi terhadap kekerasan permukaan gigi?

Universitas Sumatera Utara


25

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh
pemberian bahan remineralisasi antara sodium fluoride 2% dengan larutan ekstrak
etanol biji kakao (Theobroma cacao L.) 5% terhadap kekerasan permukaan email
yang diuji dengan menggunakan alat uji kekerasan Microvickers Hardness Tester.

Bahan Remineralisasi:
Kekerasan permukaan email
 Larutan ekstrak etanol biji kakao
5%
 Larutan Sodium Fluoride 2%

3.2 Hipotesis Penelitian


1. Ada pengaruh pemberian larutan ekstrak etanol biji kakao 5% terhadap
kekerasan permukaan email.
2. Ada perbedaan pengaruh pemberian bahan remineralisasi sodium fluoride
2% dengan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% terhadap kekerasan permukaan
email.

Universitas Sumatera Utara


26

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


4.1.1 Jenis Penelitian
Eksperimental Laboratorium

4.1.2 Rancangan Penelitian


Pre and Post Test with Control Group Design

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat Penelitian
1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU
2. Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan

4.2.2 Waktu Penelitian


Mei 2017-Juli 2017

4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel


4.3.1 Populasi
Gigi premolar atas manusia yang telah diekstraksi

4.3.2 Sampel
Gigi premolar atas manusia yang telah diekstraksi yang diperoleh dari
beberapa praktek dokter gigi di Kota Medan, dengan kriteria inklusi dan eklusi
sampel sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


27

Kriteria inklusi:
1. Tidak ada karies
2. Tidak ada lesi non-karies
3. Mahkota gigi utuh
Kriteria eklusi:
1. Gigi terkena bonding ortodontik

4.3.3 Besar Sampel


Penelitian eksperimental, berdasarkan jumlah minimal yang ditetapkan rumus
Federer(1977), secara sederhana dirumuskan:
(t-1) (r-1) ≥ 15
(3-1) (r-1) ≥ 15
2(r-1) ≥ 15
r-1 ≥ 7,5
r ≥ 8,5
Keterangan :
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi

Pada penelitian ini akan dibagi ke dalam 3 kelompok sampel :


1. Kelompok I : Didemineralisasi kemudian diberi larutan ekstrak etanol biji
kakao 5%.
2. Kelompok II : Didemineralisasi kemudian diberi sodium fluoride, NaF 2%.
3. Kelompok III : merupakan kelompok kontrol. Hanya didemineralisasi dan
tidak diberikan bahan uji.
Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas
adalah 8,5. Kemudian besar sampel dibulatkan menjadi 9. Sehingga total sampel
untuk ketiga kelompok perlakuan adalah 27 sampel.

Universitas Sumatera Utara


28

4.4 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Tergantung


Bahan remineralisasi (larutan sodium Kekerasan permukaan email
fluoride 2% dan larutan ekstrak etanol
biji kakao 5%)

Variabel Terkendali Variabel Tidak Terkendali


1. Jenis dan asal tumbuhan kakao (Jalan 1. Geografis tempat tumbuh
Bandar Labuhan GG. Kiri Hulu 1, Tanjung kakao (kondisi tanah, iklim,
Morawa, Sumatera Utara) curah hujan dan
2. Berat biji kakao (790 gram) lingkungan)
3. Lama waktu pengeringan biji kakao 2. Lama penyimpanan biji
4. Suhu oven (±50ºC) kakao
5. Waktu penghalusan biji kakao(± 30 detik) 3. Umur buah kakao
6. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 rpm) 4. Derajat demineralisasi gigi
7. Waktu maserasi (3 jam) setelah perendaman dalam
8. Volume etanol untuk maserasi (2800 ml) minuman berkarbonasi
9. Suhu penguapan rotapavor (60° C) 5. Suhu pada saat pengiriman
10. Waktu pencabutan sampel penelitian sampel dari Laboratorium
(kurang dari 6 bulan) Biologi ke Laboratorium
11. Penyimpanan gigi dalam larutan salin Teknik Mesin UNIMED
12. Spesimen gigi yang digunakan (gigi
premolar atas)
13. Ketebalan dan lama waktu pemolesan
sampel
14. Waktu perendaman dalam minuman
berkarbonasi (selama 10 menit)
15. Suhu pada saat perendaman dalam minuman
berkarbonasi (pada suhu ruangan)
16. pH minuman berkarbonasi (4,7)
17. Waktu pemberian larutan ekstrak etanol biji
kakao dan fluor (selama 5 menit)
18. Suhu pada saat pemberian larutan biji kakao
dan fluor (selama 5 menit)
19. Suhu pada saat perendaman dalam saliva
buatan (37°C)
20. pH saliva buatan (7,0)
21. Lokasi pengukuran kekerasan gigi (bagian
bukal sampel)

Universitas Sumatera Utara


29

4.4.1 Variabel Bebas


Bahan remineralisasi (larutan sodium fluoride 2% dan larutan ekstrak etanol
biji kakao 5%)

4.4.2 Variabel Tergantung


Kekerasan permukaan email

4.4.3 Variabel Terkendali


1. Jenis dan asal tumbuhan kakao (Jalan Bandar Labuhan GG. Kiri Hulu 1,
Tanjung Morawa, Sumatera Utara)
2. Berat biji kakao (790 gram)
3. Lama waktu pengeringan biji kakao
4. Suhu oven (±60ºC)
5. Waktu penghalusan biji kakao (± 30 detik)
6. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 rpm)
7. Waktu maserasi (3 jam)
8. Volume etanol untuk maserasi (2800 ml)
9. Suhu penguapan Vaccum rotary evaporator (60° C)
10. Waktu pencabutan sampel penelitian (kurang dari 6 bulan)
11. Penyimpanan gigi dalam larutan salin
12. Spesimen gigi yang digunakan (gigi premolar atas)
13. Ketebalan dan lama waktu pemolesan sampel
14. Waktu perendaman dalam minuman berkarbonasi (selama 10 menit)
15. Suhu pada saat perendaman dalam minuman berkarbonasi (pada suhu
ruangan)
16. pH minuman berkarbonasi (4,7)
17. Waktu pemberian larutan ekstrak etanol biji kakao dan fluor (selama 5
menit)
18. Suhu pada saat pemberian larutan biji kakao dan fluor (selama 5 menit)
19. Suhu pada saat perendaman dalam saliva buatan (37°C)

Universitas Sumatera Utara


30

20. pH saliva buatan (7,0)


21. Lokasi pengukuran kekerasan gigi (bagian bukal sampel)

4.4.4 Variabel Tidak Terkendali


1. Geografis tempat tumbuh kakao (kondisi tanah, iklim, curah hujan dan
lingkungan)
2. Lama penyimpanan biji kakao
3. Umur buah kakao
4. Derajat demineralisasi gigi setelah perendaman dalam minuman
berkarbonasi
5. Suhu pada saat pengiriman sampel dari Laboratorium Biologi ke
Laboratorium Teknik Mesin UNIMED

Universitas Sumatera Utara


31

4.5 Definisi Operasional


4.5.1 Variabel Bebas
No Variabel Definisi Operasional Alat Satuan Skala
. Bebas Ukur Ukur Ukur
Bahan
remineralisasi:

1. Larutan Hasil ekstraksi biji Timbang Gram Nominal


ekstrak etanol kakao sebanyak 0,5 an dan dan
biji kakao 5% gram yang dilarutkan beaker mililiter
dengan air destilasi glass
10ml untuk
mendapatkan
konsentrasi 5%

2. Sodium Sodium Fluoride, NaF Timbang Gram Nominal


Fluoride, NaF 2% yaitu bubuk NaF an dan dan
2% 0,2 gram dilarutkan beaker mililiter
dengan air destilasi 10 glass
ml untuk mendapatkan
konsentrasi 2%

Universitas Sumatera Utara


32

4.5.2 Variabel Tergantung


No. Variabel Definisi Cara Alat Ukur Satuan Skala
Tergantung Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Kekerasan Nilai yang Sesuai Microvickers Dalam Rasio
permukaan didapatkan SOP alat Hardness satuan
email setelah Tester kg/mm2
pengujian VHN
menggunakan (Vickers
alat uji Hardness
kekerasan Number)
Microvickers
Hardness
Tester
(Vickers
Hardness
Number)

Universitas Sumatera Utara


33

4.6 Alat dan Bahan Penelitian


4.6.1 Alat Penelitian
1. Micromotor dan Handpiece (Saeshin, Korea)
2. Diamond disc (Smile Dental, Indonesia)
3. Stopwatch (Xiaomi, China)
4. Pinset (Dentica, Jerman)
5. Vial (Kimia Farma, Indonesia)
6. Gelas Beaker (Pyrex, Indonesia)
7. Pot Akrilik (Diadent, Indonesia)
8. Semen spatel (Dentica, Jerman)
9. Timbangan (Home Line, China)
10. Timbangan analitik (Vibra, Jepang)
11. Pisau (Samwoo, Jepang)
12. Oven
13. Blender (Samwoo, Jepang)
14. Toples
15. Kertas saring
16. Botol plastik
17. Vacuum rotary evaporator (Antriebs ATB, England)
18. Spuit
19. Microvickers Hardness Tester (Future Tech, Jepang)
20. pH meter (Hanna pH meter digital, USA)
21. Inkubator (BINDER, Jerman)

Universitas Sumatera Utara


34

A B C

D E F

Gambar 7. A. Micromotor dan Handpiece (Saeshin, Korea); B. Diamond disc (Smile


Dental, Indonesia); C. Pinset (Dentica, Jerman); D. Semen spatel
(Dentica, Jerman); E. Vial (Kimia Farma, Indonesia); F. Pot Akrilik
(Diadent, Indonesia); G. Gelas Beaker (Pyrex, Indonesia)

Universitas Sumatera Utara


35

A B CC

D E F

Gambar 8. A. Timbangan (Home Line, China); B. Timbangan analitik (Vibra, Jepang);


C. Oven; D. Blender (Samwoo, Jepang); E. Toples; F. Vacuum rotary
evaporator (Antriebs ATB, England)

Universitas Sumatera Utara


36

Gambar 9. Microvickers Hardness Gambar 10. pH meter (Hanna pH


Tester (Future Tech, meter digital, USA)
Jepang)

Gambar 11. Inkubator (BINDER,


Jerman)

Universitas Sumatera Utara


37

4.6.2 Bahan Penelitian


1. Gigi premolar atas 27 buah
2. Masker (Sensi Mask, Indonesia)
3. Sarung tangan (Naturex 626, Indonesia)
4. Larutan saline 0,9% (Kimia Farma, Indonesia)
5. Bubuk pumice (Dent One, Indonesia)
6. Aquadest (Kimia Farma, Indonesia)
7. Resin akrilik self cured dan liquid-nya (SND, China)
8. Kertas grit 2000 (nikken, Indonesia)
9. Biji kakao 790 gram (Jalan Bandar Labuhan GG. Kiri Hulu 1, Tanjung
Morawa, Sumatera Utara)
10. Kertas perkamen
11. Etanol 96% (Kimia Farma, Indonesia)
12. Plastik penutup
13. Kapas (Bio Panca, Indonesia)
14. Minuman berkarbonasi (Coca-cola, Indonesia)
15. Aluminium foil (Total Wrap, Indonesia)
16. Bahan remineralisasi fluor(Sodium Fluoride, NaF 2%)
17. Microbrush (Wuhan, China)
18. Saliva buatan [(Komposisi: NaCl (0,7 gr/L), KSCN (0,33 gr/L), NaHCO3
(1,5 gr/L), KCl (1,2 gr/L), urea (0,13 gr/L), Na2HPO4 (0,26 gr/L), KH2PO4 (0,2 gr/L)]
19. Tissue (Nice, Indonesia)

Universitas Sumatera Utara


38

A B C D

E F G H

Gambar 12. A. Biji kakao 790 gram (Jalan Bandar Labuhan GG. Kiri Hulu 1, Tanjung
Morawa, Sumatera Utara); B. Etanol 96% (Kimia Farma, Indonesia); C.
Minuman berkarbonasi (Coca-cola, Indonesia); D. Aluminium foil (Total
Wrap, Indonesia); E. Microbrush (Wuhan, China); Saliva buatan
[(Komposisi: NaCl (0,7 gr/L), KSCN (0,33 gr/L), NaHCO3 (1,5 gr/L), KCl
(1,2 gr/L), urea (0,13 gr/L), Na2HPO4 (0,26 gr/L), KH2PO4 (0,2 gr/L)]; F.
Larutan sodium fluoride 2%; G. larutan ekstrak etanol biji kakao 5%

Universitas Sumatera Utara


39

4.7 Prosedur Penelitian


4.7.1 Persiapan Sampel Gigi
Menurut penelitian Panggabean ES (2016),
1. Sebelum penelitian, sampel gigi disimpan dalam larutan normal saline
0,9% dalam vial terpisah. (Gambar 13)
2. Gigi dikeluarkan ke dalam wadah plastik. Permukaan mahkota gigi
dibersihkan dengan bubuk pumice menggunakan bur brush dan micromotor low
speed.
3. Seluruh gigi dimasukkan ke dalam wadah yang berisi aquadest dan dibilas
hingga permukaan gigi bersih.
4. Gigi diambil satu persatu dengan pinset dan dikeringkan dengan tissue.
5. Akar gigi dipotong menggunakan micromotor low speed dengan diamond
disc hingga tersisa mahkota. (Gambar 14)
6. Sampel gigi yang sudah dipotong ditanam dalam resin akrilik self cured
ukuran 2x2x1 cm dengan permukaan bukal menghadap ke atas. (Gambar 15)

Gambar 13. Sampel di simpan Gambar 14. Akar gigi dipotong


dalam normal saline hingga tersisa
sebelum penelitian mahkota

Gambar 15. Sampel


ditanam dalam resin
akrilik self cured

Universitas Sumatera Utara


dalam dalam resin
40

4.7.2 Prosedur Pembuatan Larutan Ekstrak Etanol Biji Kakao


(Theobroma cacao L.)
Menurut Handa SS dkk (2008),
1. Buah kakao 2 kg dicuci bersih dengan air mengalir kemudian diambil
bijinya lalu ditimbang sebanyak 790 gram. (Gambar 16)
2. Biji kakao ditiriskan (Gambar 17) lalu dikeringkan dalam oven pada
temperatur ± 50ºC selama 14 jam. (Gambar 18)
3. Biji kakao yang telah kering (Gambar 19) ditimbang sebanyak 450 gram,
kemudian dihaluskan dengan blender (Gambar 20) dan didapatkan serbuk simplisia
400 gram lalu disimpan dalam wadah plastik tertutup.
4. Tambahkan etanol 96% sebanyak 2800 ml untuk dimaserasi lalu disimpan
dalam wadah tertutup dan diamkan selama 3 jam sambil sesekali diaduk. (Gambar
21)
5. Massa selanjut disaring sedikit demi sedikit dengan menggunakan kertas
saring dan ditampung kedalam botol plastik. (Gambar 22)
6. Maserat yang telah diperoleh selanjutnya di vaccum Rotary Evaporator
hingga diperoleh ekstrak kental. (Gambar 23)
7. Ekstrak biji kakao dimasukkan ke dalam botol kaca lalu disimpan dalam
kulkas. (Gambar 24)

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 16. Biji kakao ditimbang Gambar 17. Biji kakao setelah ditiris
sebanyak 790 gram

Gambar 18 . Biji kakao dikeringkan pada Gambar 19. Biji kakao yang sudah
oven dengan temperatur ±50oC dikeringkan

Gambar 20. Biji kakao yang sudah Gambar 21. Serbuk biji kakao
ditambah dihaluskan dengan etanol 96%

Universitas Sumatera Utara


42

Gambar 22. Massa disaring Gambar 23. Maserat di vacuum rotary evaporator

Gambar 24. Ekstrak etanol biji kakao

Universitas Sumatera Utara


43

4.7.3 Perlakuan dan Pengujian Sampel


Dalam penelitian ini akan dilakukan perlakuan and pengujian sampel menurut
penelitian Panggabean ES (2016) antara lain seperti berikut:
1. Sampel secara acak dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Bagian bawah
balok akrilik diberi tanda untuk memudahkan pengelompokkan. (Gambar 25)
2. Kekerasan permukaan awal masing – masing gigi diukur menggunakan alat
uji Microvickers Hardness Tester (Gambar 26). Cara mengukur kekerasan permukaan
email:
a) Sampel diletakkan di atas meja obyek pada alat Mickrovickers Hardness
Tester tepat di tengah lensa dan difokuskan dengan memutar pegangan untuk focus
searah jarum jam.
b) Setelah gambar tampak fokus, tombol start ditekan, lensa bergeser berganti
dengan diamond indentor. Ujung diamond indentor turun menekan sampel dengan
beban 100 gf/10 detik, diamond indentor akan naik dan bergeser berganti dengan
lensa seperti pada posisi semula. (Gambar 27A)
c) Hasil penetrasi diamati melalui lensa mikroskop dengan pembesaran 400
kali sehingga akan tampak bentukan piramida. (Gambar 27B)
d) Panjang diagonal yang dihasilkan indentor diukur dengan menempatkan 2
tanda garis pada ujung bentukan piramida yang ada pada alat Microvickers Hardness
Tester (Gambar 28). Piramida yang terlihat adalah hasil indentasi Vickers. Kemudian
tombol baca ditekan sehingga keluar hasil kekerasan permukaan dengan satuan
Vickers Hardness Number (VHN) (Gambar 29).

Universitas Sumatera Utara


44

Gambar 25. (A) Gambar 26. Pengujian


Kelompok larutan ekstrak kekerasan permukaan
etanol biji kakao; (B) enamel menggunakan
Kelompok larutan fluor; alat Microvickers
(C) Kelompok kontrol Hardness Tester

A B

Gambar 27. (A) Diamond Indentor pada MicrovickersHardness


Tester yang turun dan menekan sampel dan (B)
Lensa mikroskop pada alat Microvickers Hardness
Tester untuk melihat bentukan piramida pada sampel

Gambar 28. Bentukan Gambar 29. Nilai


piramida yang terlihat pada kekerasan yang muncul
mikroskop. Piramida yang pada layar alat
Microvickers Hardness
terlihat adalah hasil indentasi
Tester
Vickers.

Universitas Sumatera Utara


45

3. Proses demineralisasi dilakukan dengan merendam sampel ke dalam


minuman berkarbonasi. Sebelumnya pH minuman berkarbonasi diukur menggunakan
pH meter dan didapatkan pH 4,7 (Gambar 30). Perendaman dilakukan pada suhu
ruangan selama 10 menit (Gambar 31). Lalu sampel dibilas dengan aquadest. Proses
dilakukan sebanyak 3 kali sehari dengan interval waktu 6 jam. Prosedur diulangi
selama 3 hari berturut – turut. Selama interval, sampel direndam dalam saliva buatan
(Gambar 32) dan disimpan dalam inkubator pada suhu 37°C (Gambar 33).

Gambar 30. pH minuman Gambar 31. Perendaman sampel


berkarbonasi diukur dalam minuman berkarbonasi
menggunakan pH meter

Gambar 32. Perendaman sampel Gambar 33. Penyimpanan sampel


dalam saliva buatan dalam inkubator dengan suhu 37 oC

Universitas Sumatera Utara


46

3. Pengukuran kekerasan permukaan email setelah perendaman dalam


minuman berkarbonasi.
4. Pemberian bahan uji.
Masing-masing sampel diberi perlakuan sesuai kelompoknya.
a) Kelompok I: Sampel diaplikasikan larutan ekstrak etanol biji kakao 5%
dengan cara dioles menggunakan microbrush secara merata pada permukaan bukal
sampel dan dibiarkan selama 5 menit (Gambar 34). Proses dilakukan 3 kali sehari
dengan interval waktu 6 jam. Selama interval, sampel direndam dalam saliva buatan
dan disimpan dalam inkubator pada suhu 37°C. Prosedur diulangi selama 5 hari
berturut – turut.
b) Kelompok II: Sampel diaplikasikan larutan NaF 2% dengan cara dioles
menggunakan micro brush secara merata pada permukaan bukal sampel dan
dibiarkan selama 5 menit (Gambar 35). Proses dilakukan 3 kali sehari dengan interval
waktu 6 jam. Selama interval, sampel direndam dalam saliva buatan dan disimpan
dalam inkubator pada suhu 37°C. Prosedur diulangi selama 5 hari berturut – turut.
c) Kelompok III : Tidak diaplikasikan bahan uji.
5. Pengukuran kekerasan permukaan email setelah pemberian bahan uji.

Gambar 34. Pemberian larutan Gambar 35. Pemberian


ekstrak etanol biji kakao pada larutan sodium fluoride
sampel kelompok I 2% pada sampel
kelompok II

Universitas Sumatera Utara


47

4.8 Analisa Data


Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan nilai α=0,05
dengan uji statistik yaitu:
1. Uji Repeated ANOVA untuk melihat perubahan kekerasan pada setiap
kelompok pada saat sebelum perlakuan, setelah perendaman dalam minuman
berkarbonasi dan setelah pemberian bahan uji.
2. Uji Oneway ANOVA untuk melihat perbedaan kekerasan antar kelompok.
3. Uji Post Hoc Bonferroni untuk melihat signifikansi antar satu kelompok
terhadap kelompok lainnya.

Universitas Sumatera Utara


48

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Ekstrak Etanol Biji Kakao


Buah kakao 2 kg dicuci bersih dengan air mengalir kemudian diambil bijinya
lalu ditimbang sebanyak 790 gram. Kemudian, biji kakao ditiriskan lalu dikeringkan
dalam oven pada temperatur ± 60ºC selama 14 jam. Biji kakao yang telah kering
ditimbang sebanyak 450 gram, kemudian dihaluskan dengan blender dan didapatkan
serbuk simplisia 400 gram lalu disimpan dalam wadah plastik tertutup. Tambahkan
etanol 96% sebanyak 2800 ml untuk dimaserasi lalu disimpan dalam wadah tertutup
dan diamkan selama 3 jam sambil sesekali diaduk. Massa selanjut disaring sedikit
demi sedikit dengan menggunakan kertas saring dan ditampung kedalam botol
plastik. Maserat yang telah diperoleh selanjutnya di vaccum Rotary Evaporator
hingga diperoleh ekstrak kental 200 gram. Ekstrak biji kakao dimasukkan ke dalam
botol kaca lalu disimpan dalam kulkas (Gambar 36).

Gambar 36. Ekstrak Etanol biji


kakao

Universitas Sumatera Utara


49

5.2 Hasil Pengukuran Kekerasan Permukaan Enamel


Penelitian ini dilakukan terhadap 27 buah sampel gigi premolar maksila yang
dibagi secara random ke dalam 3 kelompok. Kelompok I adalah 9 sampel gigi yang
diaplikasikan dengan larutan ekstrak etanol biji kakao 5%, kelompok II adalah 9
sampel gigi yang diaplikasikan dengan larutan sodium fluoride 2%, dan kelompok III
adalah 9 sampel gigi sebagai kontrol yang disimpan dalam saliva buatan. Sebelumnya
ketiga kelompok diukur kekerasan permukaan menggunakan alat Microvickers
Hardness Tester kemudian direndam dalam minuman berkarbonasi sehingga terjadi
proses demineralisasi. Masing-masing kelompok dilakukan pengujian kekerasan
permukaan email dengan menggunakan alat Microvickers Hardness Tester pada saat
sebelum perlakuan, setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah
pemberian bahan uji. Hasil pengukuran rata-rata kekerasan permukaan email pada
masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel sebelum perlakuan, setelah


perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah pemberian bahan uji
Kelompok N Sebelum Setelah Setelah
Perlakuan Perendaman Pemberian
Dalam Bahan Uji
Minuman
Berkarbonasi
X±SD (VHN) X±SD (VHN) X±SD (VHN)
Kelompok I 9 340,18±27.46 287,98±35.46 337,33±23.64

Kelompok II 9 355,16±32,58 294,81±34.28 326,90±26.07

Kelompok III 9 362,68±25,52 289,16±41.42 307,40±22.68

*Kelompok I: larutan ekstrak etanol biji kakao 5%; Kelompok II: larutan sodium fluoride
2%; Kelompok III: kontrol (tidak diberikan bahan uji)

Universitas Sumatera Utara


50

400
350 Sebelum Perlakuan
300
250
200
150 Setelah Perendaman dalam Minuman
Berkarbonasi
100
50
0
Setelah Pemberian Bahan Uji
Kelompok I Kelompok Kelompok
II III

Gambar 37. Grafik nilai rata-rata kekerasan permukaan email sebelum perlakuan,
setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah
pemberian bahan uji (VHN)

Dari tabel 1 dan gambar 37 di atas, pada kelompok I yaitu kelompok larutan
ekstrak etanol biji kakao 5% dapat dilihat terjadi penurunan nilai rata-rata kekerasan
permukaan email setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi kemudian nilai
rata-rata kekerasan permukaan email meningkat setelah pemberian bahan uji larutan
ekstrak etanol biji kakao 5%. Pada kelompok II yaitu kelompok larutan sodium
fluoride 2% dilihat terjadi penurunan nilai rata-rata kekerasan permukaan email
setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi kemudian nilai rata-rata kekerasan
permukaan email meningkat setelah pemberian bahan uji sodium fluoride 2%.
Kemudian pada kelompok III yaitu kontrol mengalami penurunan nilai rata-rata
kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam minuman berkarbonasi namun
kontrol tidak diberikan bahan uji dan hanya direndam didalam saliva buatan karena
bersifat sebagai pembanding untuk kelompok I dan II.
Data hasil pengujian kekerasan permukaan email pada masing-masing
kelompok perlakuan baik sebelum perlakuan, setelah perendaman didalam minuman
berkarbonasi maupun setelah pemberian bahan uji yang diperoleh dengan
menggunakan alat Microvickers Hardness Tester selanjutnya dianalisis menggunakan
uji Repeated ANOVA untuk melihat perbandingan kekerasan permukaan email pada
masing-masing kelompok.

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 2. Hasil uji statistik Repeated ANOVA perbandingan kekerasan permukaan


email sebelum perlakuan, setelah perendaman dalam minuman
berkarbonasi dan setelah pemberian bahan uji pada masing-masing
kelompok. (α=0,05)
Kelompok Variabel Selisih rerata p
(VHN)

(Sebelum perlakuan)-(Setelah 52,200 0,010*


Kelompok I
perendaman dalam minuman
(Larutan
berkarbonasi)
Ekstrak Etanol
(Setelah perendaman dalam 39,744 0,005*
Biji Kakao 5%)
minuman berkarbonasi)-(Setelah
pemberian bahan uji)

(Sebelum perlakuan)-(Setelah 60,344 0,023*


Kelompok II
perendaman dalam minuman
(Larutan
berkarbonasi)
sodium
(Setelah perendaman dalam 32,089 0,015*
fluoride 2%)
minuman berkarbonasi)-(Setelah
pemberian bahan uji)
(Sebelum perlakuan)-(Setelah 73,522 0,003*
Kelompok III
perendaman dalam minuman
(Kontrol)
berkarbonasi)
(Setelah perendaman dalam 18,244 0,981
minuman berkarbonasi)-(Setelah
penyimpanan dalam saliva buatan)
*Terdapat perbedaan yang signifikan pada level p<0,05

Pada tabel 2 terlihat bahwa pada kelompok I yaitu kelompok larutan ekstrak
etanol biji kakao 5%, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) diantara sebelum
perlakuan dan setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi dan diantara setelah
perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah pemberian bahan uji.

Universitas Sumatera Utara


52

Kelompok I menunjukkan penurunan kekerasan permukaan email yang bermakna


setelah direndam dalam minuman berkarbonasi dan mengalami peningkatan yang
bermakna setelah pemberian bahan uji.
Pada kelompok II yaitu kelompok larutan sodium fluoride 2% terdapat
perbedaan yang signifikan (p<0,05) diantara sebelum perlakuan dan setelah
perendaman dalam minuman berkarbonasi dan diantara setelah perendaman dalam
minuman berkarbonasi dan setelah pemberian bahan uji. Kelompok II menunjukkan
penurunan kekerasan permukaan email yang bermakna setelah direndam dalam
minuman berkarbonasi dan mengalami peningkatan yang bermakna setelah pemberian
bahan uji.
Pada kelompok III yaitu kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0,05) diantara sebelum perlakuan dan setelah perendaman dalam minuman
berkarbonasi namun tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) diantara setelah
perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah perendaman dalam saliva
buatan. Kontrol tidak diberikan bahan uji.
Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan analisis statistik Oneway
ANOVA untuk membandingkan peningkatan kekerasan permukaan email antar
kelompok setelah pemberian bahan uji.

Tabel 3. Hasil uji statistik Oneway ANOVA perbandingan peningkatan kekerasan


permukaan email antar kelompok setelah pemberian bahan uji. (α=0,05)
Kelompok X±SD (VHN) P
Larutan Ekstrak Etanol Biji 49,36±24,88
Kakao
Larutan Fluor 32,09±25,06
0,215
Kontrol 18,24±52,43

Pada tabel 3 dapat dilihat perbedaan rata-rata peningkatan kekerasan


permukaan email antar kelompok setelah pemberian bahan uji yang mana
peningkatan paling besar terjadi pada kelompok I (kelompok larutan ekstrak etanol
biji kakao) yaitu sebesar 49.36 VHN. Pada kelompok II (kelompok larutan sodium

Universitas Sumatera Utara


53

fluoride) terjadi peningkatan sebesar 32.09 VHN. Dan kelompok III adalah yang
mengalami peningkatan paling kecil yaitu sebesar 18.24 VHN. Peningkatan
kekerasan pada ketiga kelompok tergolong tidak signifikan (p<0.05). selanjutnya
untuk mengetahui signifikansi antar satu kelompok terhadap kelompok lainnya
dilakukan uji post Hoc Bonferroni.

Tabel 4. Hasil uji Post Hoc Bonferroni perbandingan peningkatan kekerasan


permukaan email antar kelompok setelah pemberian bahan uji (α=0,05)
Kelompok Kelompok Selisih rerata P
(VHN)
Larutan Ekstrak Kontrol 31,11 0,249
Etanol Biji Larutan Sodium Fluoride 17,27 0,977
Kakao
Larutan sodium Kontrol 13,84 1,000
fluoride Larutan Ekstrak Etanol Biji 17,27 0,977
Kakao
Kontrol Larutan sodium fluoride 13,84 1,000
Larutan Ekstrak Etanol Biji 31,11 0,249
Kakao

Dari tabel 4 dapat dilihat hasil uji Post Hoc Bonferroni terhadap perbandingan
peningkatan kekerasan permukaan email antar kelompok. Hasil statistik menunjukkan
tidak terdapat perbedaan signifikan antara larutan ekstrak etanol biji kakao dengan
kontrol, antara larutan ekstrak etanol biji kakao dengan larutan sodium fluoride dan
antara larutan sodium fluoride dengan kontrol.

Universitas Sumatera Utara


54

BAB 6
PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium dengan


rancangan penelitian pretest and posttest control group mengenai perbandingan
antara pemberian bahan remineralisasi fluor dengan larutan ekstrak etanol biji kakao
terhadap kekerasan permukaan email pada 27 gigi premolar atas manusia. Pengujian
kekerasan permukaan email dilakukan dengan alat Microvickers Hardness Tester
pada saat sebelum perlakuan, setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi dan
setelah pemberian bahan uji berupa fluor dan larutan ekstrak etanol biji kakao.
Pengujian kekerasan dengan alat ini dipilih karena bersifat non destructive, dapat
dipercayai, cepat serta lebih ekonomis dibanding pengujian lainnya. Pengujian
microhardness dipertimbangkan sebagai metode yang sederhana dan dapat dipercaya
untuk menentukan informasi secara tidak langsung terhadap perubahan kandungan
mineral pada email. Penambahan atau hilangnya mineral sebagai proses
remineralisasi dan demineralisasi dapat diukur dengan perubahan kekerasannya.10
Penelitian ini mengikuti penelitian sesuai Permatasari dkk (2016) yaitu dengan
menguji kekerasan permukaan email setelah aplikasi teobromin dengan uji kekerasan
Microvickers Hardness Tester namun selain menggunakan teobromin, penelitian ini
menggunakan larutan ekstrak etanol biji kakao sebagai bahan uji.12
Pada penelitian ini, 27 sampel gigi premolar atas yang digunakan adalah yang
memiliki nilai kekerasan lebih kurang 350 VHN yang mana nilai kekerasan ini masih
berada dalam rentang nilai kekerasan normal email. Seluruh sampel tersebut dibagi
secara acak ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok I, II dan III. Ketiga
kelompok tersebut selanjutnya direndam dalam minuman berkarbonasi untuk
menimbulkan demineralisasi pada email dan menurunkan kekerasan permukaannya.
Alasan penggunaan minuman berkarbonasi dalam penelitian ini adalah karena
minuman berkarbonasi memiliki pH paling rendah (pH4,7) dibanding minuman
lainnya sehingga kemungkinan minuman ini memliliki kemampuan erosif yang lebih
tinggi pula. Faktor yang mempengaruhi kemampuan erosif dari minuman

Universitas Sumatera Utara


55

berkarbonasi adalah proses yang berhubungan dengan penekanan karbon dioksida


(CO2) menjadi air (H2O) dan memproduksi asam karbonat (H2CO2) yang berdampak
pada semakin menurunnya pH dari minuman tersebut. Hasil ini sesuai dengan
pernyataan Loveren (2009) yang mempelajari bahwa minuman ringan dapat
menurunkan kekerasan permukaan gigi hingga dapat menyebabkan terjadinya
demineralisasi dan akhirnya memacu terjadinya erosi.4 Perendaman menggunakan
minuman berkarbonasi dilakukan pada tiga periode waktu yaitu pagi, siang dan
malam hari berdasarkan tiga kali waktu makan dalam sehari. Saliva buatan digunakan
selama interval waktu tersebut untuk mensimulasikan kondisi rongga mulut yang
sebenarnya. Hasil uji statistik Repeated ANOVA yang digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan terjadinya penurunan rata-rata kekerasan permukaan email yang
signifikan (p<0,05) pada ketiga kelompok perlakuan setelah direndam dalam
minuman berkarbonasi yaitu sebesar 52,20 VHN pada kelompok I, 60,34 VHN pada
kelompok II dan 73,52 VHN pada kelompok III.
Setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi, ketiga kelompok
selanjutnya diberikan bahan uji sesuai kelompoknya masing-masing. Kelompok I
diberikan larutan ekstrak etanol biji kakao. Berdasarkan hasil uji statistik Repeated
ANOVA, pada kelompok ini terlihat perbedaan yang signifikan (p<0.05) dengan rata-
rata kenaikan sebesar 39.74 VHN. Peningkatan ini lebih besar dibanding dengan
kelompok kontrol yang tidak diberi bahan uji dan hanya disimpan dalam saliva
buatan. Hal ini dikarenakan biji kakao memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang
tinggi, mineral penting yang diperlukan dalam perbaikan struktur hidroksiapatit. Biji
kakao juga diketahui memiliki bahan aktif teobromin dari senyawa alkaloid yang
dapat meningkatan kekerasan email. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho dkk (2017) mengenai kenaikan nilai kekerasan permukaan email berkaitan
dengan kandungan teobromin pada biji kakao. Teobromin adalah zat kimia dari
alkaloid.23 Menurut Amaechi dkk (2013) mengatakan bahwa teobromin menunjukkan
signifikan dimana bahan ini dapat memacukan remineralisasi setelah gigi
didemineralisasi oleh acidified gel system.24 Selain itu, penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian oleh Syafira dkk (2012) yang meneliti beberapa konsentrasi

Universitas Sumatera Utara


56

membuktikan bahwa konsentrasi teobromin yang paling efektif dalam meningkatkan


kekerasan email adalah 0,1%.6 Sementara menurut penelitian Permatasari dkk (2016)
yang meneliti beberapa konsentrasi dan waktu yang berbeda membuktikan
konsentrasi teobromin 0,1% dengan watu 1 paling efektif dalam meningkatkan
kekerasan email. Dimana, konsentrasi teobromin 0,1% sama konsentrasi ekstrak
etanol biji kakao 5% apabila dihitung dari 2 gram teobromin dalam 100 gram biji
kakao.12,22 Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Irawan dkk (2017)
membuktikan bahwa gel teobromin 0,02% dapat meningkatkan kekerasan email
melalui reaksi interstitial.28
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nasution dkk (2014)
membuktikan bahwa teobromin dapat meningkatkan kekerasan email. Teobromin
dapat meningkatkan kekerasan permukaan email dengan adanya reaksi interstitial.
Teobromin merupakan kristal kecil yang dapat masuk ke dalam kristal hidroksiapatit.
Penggantian ion ini menyebabkan perubahan fisik pada apatit dan menyebabkan
kekuatan atom dalam hidroksiapatit meningkat. Secara makroskopis, akan terlihat
peningkatan kekerasan permukaan pada email.26 Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Sulistianingsih dkk (2017) yang membuktikan adanya terjadi kekerasan
permukaan pada email. Teobromin dalam biji kakao dapat meningkatkan kekerasan
email dengan adanya reaksi interstitial dengan menggantikan ion hidroksiapatit yang
larut dengan kristal teobromin. Kristal teobromin akan lebih mudah untuk masuk
kedalam microtunnel dan menggantikan ion pada komposisi apatit. Proses ini
merubah struktur fisik apatit dan membuatkan gigi lebih keras.27
Kelompok selanjutnya pada penelitian ini adalah kelompok II yang diberikan
larutan sodium fluoride. Sebagaimana diketahui sodium fluoride adalah salah satu
bahan remineralisasi yang sering digunakan dalam kedokteran gigi. Larutan ini telah
ternyata dapat menghambat demineralisasi, meningkatkan aliran saliva,
meningkatkan penyerapan fluor dan meredakan permukaan gigi yang sensitif,
mengembalikan mineral dan menguatkan email gigi, mengurangi asam yang tinggi
pada rongga mulut setelah konsumsi soft drinks dan makanan yang berlebihan, dan
menetralkan asam plak dan bakteri.4 Pada penelitian ini, hasil uji statistic Repeated

Universitas Sumatera Utara


57

ANOVA menunjukkan terjadinya peningkatan rata-rata kekerasan permukaan email


yang signifikan (p<0.05) pada kelompok larutan fluor yaitu sebesar 32,09 VHN.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Amaechi dkk (2013) yang membuktikan
bahwa pasta gigi sodium fluoride memacu terjadinya proses remineralisasi.24
Kelompok selanjutnya adalah kelompok III yang merupakan kelompok
kontrol adalah sampel yang tidak diberi bahan uji melainkan hanya disimpan dalam
saliva buatan untuk mencerminkan keadaan rongga mulut normal. Hasil uji statistik
Repeated ANOVA menunjukkan terjadinya peningkatan rata-rata kekerasan
permukaan email pada kelompok ini sebesar 18,24 VHN. Dalam penelitian mengenai
erosi, saliva merupakan faktor yang penting dipertimbangkan yang mana saliva
bertindak sebagai pelindung yang mencoba menghentikan penyebaran asam ke
permukaan gigi. Saliva buatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mewakili fungsi tersebut. Adapun perbedaan antara saliva buatan dengan saliva
sebenarnya adalah terletak pada kandungan enzim-enzim seperti lysozyme dan
immunoglobin yang mana hanya terdapat pada saliva sebenarnya. Menurut Loveren
(2009), saliva memiliki aksi buffering yang dapat menetralkan pH di sekitar
lingkungan gigi, serta mempunyai sejumlah mineral yang berperan dalam proses
remineralisasi.4 Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Amaechi
dkk (2013) yang membuktikan bahwa saliva buatan mempunyai kemampuan untuk
memacu terjadinya remineralisasi pada email.24
Uji statistik Oneway ANOVA dan uji lanjutan Post Hoc Bonferroni
menunjukkan bahwa larutan ekstrak etanol biji kakao merupakan kelompok yang
memiliki peningkatan kekerasan paling tinggi namun tidak signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok larutan fluor dan kelompok kontrol. Hal ini mungkin
dikarenakan kedua bahan ini mempunyai kemampuan yang sama untuk
meningkatkan kekerasan email serta mempercepatkan terjadinya proses
remineralisasi.24 Dari hasil penelitan, diketahui bahwa hipotesa tidak diterima karena
hasil nilai tidak signifikan. Hal ini mungkin karena terdapat beberapa kesulitan yang
dapat mempengaruhi hasil dari penelitian. Diantaranya adalah perbedaan dari bahan
yang digunakan dari penelitian sebelumnya. dari penelitian sebelumnya, telah

Universitas Sumatera Utara


58

digunakan senyawa aktif teobromin untuk melihat kekerasan permukaan email tetapi
pada penelitian ini digunakan ekstrak etanol biji kakao. Konsentrasi senyawa aktif
teobromin berbeda dengan ekstrak etanol biji kakao. Diketahui bahwa teobromin
0,1% setara dengan ekstrak etanol biji kakao 5% dan pada penelitian ini digunakan
5% ekstrak etanol biji kakao dimana ekstrak etanol biji kakao tidak hanya
mempunyai senyawa aktif teobromin tetapi turut mempunyai komposisi yang lain.
Hal ini menyebabkan efek remineralisasi pada permukaan email tidak sebaik
teobromin.
Selain itu, bahan perbandingan yang digunakan adalah senyawa aktif fluor
yaitu sodium fluoride 2% dan dalam penelitian bahan alami yang diteliti tidak
diekstrak senyawa aktif teobromin karena adanya kekurangan fasilitas. Oleh karena
itu, digunakan ekstrak etanol biji kakao 5% yang masih mempunyai komposisi lain
selain senyawa aktif fluor. Hal ini menyebabkan efek teobromin tidak terlihat
sepenuhnya dalam penelitian ini.
Seterusnya, jumlah sampel yang sedikit turut menyebabkan perbedaan tidak
terlihat secara signifikan karena lebih kecil jumlah sampel, lebih besar tingkat
kesalahan. Selain itu, waktu kontak antara bahan uji dengan struktur gigi juga
berbeda pada setiap sampel. Hal ini terjadi karena waktu ekstraksi yang berbeda
dalam tempoh waktu 6 bulan menyebabkan komposisi mineral setiap sampel berbeda
sehingga mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Metode penelitian juga tidak dapat
dilaksanakan dengan sempurna yaitu penggunaan inkubator tidak dapat digunakan
secara maksimal. Seharusnya penggunaan inkubator digunakan 3 kali sehari dalam
waktu interval 6 jam namun oleh karena jadwal peminjaan alat tidak sesuai dengan
penelitian maka penggunaan inkubator tidak dapat digunakan secara maksimal.
Dalam penelitian ini, prosedur remineralisasi menggunakan bahan uji
dilakukan selama 5 hari berturut-turut, hal ini berdasarkan pada penelitian-penelitian
sebelumnya bahwa lama waktu tersebut sudah cukup untuk menimbulkan efek
remineralisasi yang signifikan pada gigi yang didemineralisasi oleh minuman
berkarbonasi. Lamanya waktu pemberian bahan remineralisasi dapat mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


59

juga efek remineralisasi dari bahan tersebut yang mana efek remineralisasi dapat
semakin terlihat.
Penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian larutan ekstrak etanol
biji kakao terhadap kekerasan permukaan email yang merupakan salah satu syarat
yang harus ada pada bahan remineralisasi. Selain daripada kekerasan permukaan,
terdapat beberapa syarat yang harus diteliti untuk dijadikan bahan remineralisasi yang
ideal seperti bahan remineralisasi seharusnya tidak memberikan kalsium berlebihan
pada gigi, tidak menyebabkan pembentukan kalkulus, dapat bekerja pada pH asam
dan dapat bekerja pada pasien xerostomia.5

Universitas Sumatera Utara


60

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan antara pemberian larutan sodium
fluoride 2% dengan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% terhadap kekerasan
permukaan email dapat disimpulkan bahwa larutan sodium fluoride 2% dan larutan
ekstrak etanol biji kakao 5% secara signifikan dapat meningkatkan kekerasan
permukaan email. Namun tidak terdapat perbedaan pengaruh antara larutan sodium
fluoride 2% dan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% dalam meningkatkan kekerasan
permukaan email. Akan tetapi larutan ekstrak biji kakao 5% memiliki peningkatan
nilai rata-rata yang lebih besar yaitu sebesar 49,36 VHN daripada larutan sodium
fluoride 2% yaitu sebesar 32,09 VHN setelah diaplikasikan bahan uji. Selain itu,
larutan ekstrak etanol biji kakao 5% memiliki keuntungan yang lebih karena
bahannya mudah didapat, mudah dibuat dan lebih murah.

7.2 Saran
Penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti:
1. Waktu yang optimal untuk melihat pengaruh dari pemberian bahan uji.
2. Konsentrasi larutan ekstrak etanol biji kakao yang optimal terhadap
kekerasan email.
3. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap pemberian kalsium
pada email.
4. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap pembentukan kalkulus.
5. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap terhadap pH asam.
6. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap pasien xerostomia.

Universitas Sumatera Utara


61

DAFTAR PUSTAKA

1. Boushell LW, Sturdevant JR. Clinical Significance of Dental Anatomy,


Histology, Physiology, and Occlusion.. Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry. 6th ed. Chicago: Quintessence Publishing. 2011: 2-7.
2. Berkovitz B, Moxham B, Linden R, Sloan A. Dental Tissues. I Enamel: Structure,
Composition, and Development. Master Dentistry Volume Three. China:
Churchill Livingstone Elsevier. 2011: 142-144.
3. Ritter AV, Eidson S, Donovam TE. Dental Caries: Etiology, Clinical
Characteristics, Risk Assessment, and Management. Sturdevant’s Art and Science
of Operative Dentistry. 6th ed. Chicago: Quintessence Publishing. 2011:41-78.
4. Loveren CV. Oral and Dental Health Prevention of Dental Caries, Erosion,
Gingivitis and Periodontitis. Belgium: ILSI Europe. 2009: 5-13, 15-20.
5. Gupta K, Taneja V, Kumar S, Bhat S. Remineralizing Agents- An Insight Into
The Current and Future Trends. Int Jour of Oral health and Med Res. 2016: 55-
58.
6. Syafira G, Permatasari R, Wardani N. Theobromine Effects on Enamel Surface
Microhardness: In Vitro. Jour of Dent Indonesia. 2012: 32-35.
7. Andreson K. Theobromine For Tooth Decay Prevention. Cos and Toil Mag Sci
App. 2012: 1-2.
8. Kargul B et al. Evaluation of Human Enamel Surfaces Treated with
Theobromine: A Pilot Study. Oral Health Prev Dent. 2012; 10: 275-282.
9. McCabe JF, Walls AWG. Properties Used to Characterise Materials. Applied
Dental Materials. 9th ed. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd. 2008: 13,14.
10. Anusavice KJ. Mechanical Properties of Dental Materials. Philips’ Science of
Dental Materials. 11th ed, China: Saunders Elsevier.2007: 97-98.
11. Pinilla EM, Astibia AO, Franco R. The Relevance of Theobromine for The
Beneficial Effects of Cocoa Consumption. Front in Pharm.2015; 6(30):1-5.

Universitas Sumatera Utara


62

12. Permatasari R. Suniarti SF, Herda E, Mas’ud ZA. Identification of Alkaloids of


Indonesian Cacao Beans (Theobroma cacao L.) and Its Effect on Tooth Enamel
Hardness. Jour of Med Plants Research. 2016; 10(15):202-208.
13. Franco R, Astibia AO, Pinilla EM. Health Benefits of Methylxanthines in Cacao
and Chocolate. Jour Nut. 2013; 5: 4159-4173.
14. Sakaguchi RL, Powers JM. The Oral Environment. Craig’s Restorative Dental
Materials. 13th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2012:5-9.
15. Verma A, Khurshid S, Parveen F, Khanna S, Pandey P. Remineralisation: An
Approach Towards Conservation of Tooth. Jour if Evol of Med and Dent Sci.
2015; 4(61): 10713-10719.
16. O’Mullane DM, Baez RJ, Jones S, Lennon MA, Petersen PE, Rugg-Gunn AJ,et
al. Fluoride and Oral Health. Com Dent Health. 2016; 33: 85-90.
17. Sirat NM. Pengaruh Aplikasi Topikal Dengan Larutan NaF & SnF2 Dalam
Pencegahan Karies Gigi. Jurn Kes gigi. 2014; 2(2): 222-232.
18. McDonald RE, Avery DR, Stookey GK, Chin JR, Kowolik JE. Dental Caries in
Child and Adolescent. MDonald and Avery’s Dentistry for The Child and
Adolescent. 9th ed. China: Mosby Elsevier. 2011: 177-179, 194-199.
19. Briz MW. Cacao (Theobroma cacao Linnaeus). RISE. 2015; 27(1):1-13.
20. Kayaputri IL, Sumanti DM, Djali M, Indiarto R, Dewi DL. Kajian Fitokimia
Kulit Biji Kakao (Theobroma cacao L.). Jurn Chim et Nat Act. 2014: 2(1): 83-90.
21. Andujar, Recio MC, Giner RM, Rios JL. Cocoa Polyphenols and Their Potential
Benefits for Human Health. Rev Art. 2012; 906252: 1-23.
22. Rucker R. Nutritional Properties of Cocoa. Chocolate: History, Culture, and
Heritage. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.2009: 943-946.
23. Nugroho JJ, Hafsari WR. The Effectiveness of Betel Leaf (piper betle Linn)
Extract Gel and Cocoa Bean (Theobroma cacao L) Extract Gel Application
Against The Hardness of Enamel Surface In Vitro. Jour of Dentomaxillofacial
Sci. 2017; 2(1): 23-27.

Universitas Sumatera Utara


63

24. Amaechi BT, Porteous N, Ramalingam K, Mensinkai PK, Ccahuana VRA,


Sadeghpour A, et al. Remineralization of Artificial Enamel Lesions by
Theobromine. Car Res. 2013; 47:399-405.
25. Kaidonis J, Townsend GC, Mcintyre J, Richards LC, Hume WR. The Oral
Environment and The Main Cause of Tooth Structure Loss. Preservation and
Restoration of Tooth Structure. 3rd ed. United Kingdom: John Wiley & Sons
Limited. 2016: 1-11.
26. Nasution AI, Zawil C. The Comparison of Enamel Hardness Between Fluoride
and Theobromine Application. Int Jour Con Den Med. Reviews. 2014: 1-4.
27. Sulistianingsih, Irmaleny, Hidayat OT. The Remineralization Potential of Cocoa
Bean Extract (Theoborma cacao) To Increase The Enamel Microhardness. Pad
Jour of Dent. 2017; 29(2): 107-112.
28. Irawan MIP, Noerdin A, Eriwati YK. The Effect of Time in The Exposure of
Theobromine Gel to Enamel and Surface Hardness After Demineralizarion with
1% Citric Acid. Jour of Phy: Conf. Series: 1-5.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Skema Alur Pikir remineralisasi merupakan proses yang
Penelitian lambat dibandingkan dengan
demineralisasi. Oleh karena itu, proses
Boushell L W, Sturdevant J R
remineralisasi hanya dapat
(2011)
mengkompensasi proses
Email merupakan jaringan mineralisasi demineralisasi dalam waktu yang
terluar gigi yang paling keras dan terbatas.
melapisi mahkota gigi. Email
mempunyai sifat fisik yang kuat dank
eras, brittle, tidak mudah aus, tidak Ritter A V, Eidson S, Donovam E T
mudah rusak, kekuatan tensil rendah, (2011)
modulus elastisitas tinggi dan kekuatan
Bahan remineralisasi digunakan untuk
kompresif tinggi. Email juga bersifat
mencegah terjadinya demineralisasi
permeabel untuk ion tertentu.
dan mempercepatkan remineralisasi.
Loveren C V (2009) Salah satu bahan yang dapat
digunakan adalah fluor. Fluor berperan
Kekerasan email dipengaruhi oleh
dalam menghambat proses karies
proses demineralisasi dan
dengan cara menghambat proses
remineralisasi. Ketika ada ion asam,
demineralisasi dan meningkatkan
pH rongga mulut menurun dan
proses remineralisasi dengan
menyebabkan demineralisasi gigi
menggabungkan ion fluor dan kalsium
sehingga jika terjadi terus-menerus
yang akan membentuk fluorapatit.
akan menyebabkan kerusakan pada
Namun terdapat beberapa penelitian
gigi seperti karies dan erosi. Kekerasan
yang mengatakan bahwa penggunaan
email dapat ditingkatkan apabila
fluor yang berlebihan akan
terjadinya proses remineralisasi.
menyebabkan fluorosis atau
Ketika ada ion kalsium dan ion fosfat
diskolorasi pada gigi.
dalam rongga mulut, saliva dapat
menaikkan kembali pH asam rongga
mulut ke pH yang normal. Namun

Universitas Sumatera Utara


Pinilla E M, Astibia A O, Franco R teobromin dapat meningkatkan
(2015) kekerasan permukaan email. Dengan
penggunaan bahan remineralisasi, akan
Biji kakao (Theobroma cacao L.)
terjadi pengembalian ion-ion mineral
merupakan salah satu bahan alami
gigi yang hilang karena proses
yang berpotensi sebagai bahan
demineralisasi.
remineralisasi. Khasiat biji kakao
antara lain sebagai bahan antioksidan Diketahui bahwa teobromin dari biji
alami, anti artherogenik, anti ulser, anti kakao (Theobroma cacao L.) dapat
inflamasi, anti thrombosis, efek memberikan efek remineralisasi
analgesik dan anti bakteri. terhadap kekerasan permukaan email.
Namun, belum ada penelitian tentang
Kargul B (2012)
pengaruh pemberian larutan ekstrak
Senyawa aktif teobromin yang ada etanol biji kakao sebagai bahan
dalam biji kakao ternyata mempunyai remineralisasi pada permukaan email.
efek yang baik terhadap gigi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
Teobromin yang terdapat dalam melakukan penelitian mengenai
cokelat bubuk ternyata mempunyai perbedaan pengaruh pemberian bahan
efek antikariogenik yang lebih tinggi remineralisasi fluor dengan larutan
berbanding fluor dalam mengurangi ekstrak etanol biji kakao terhadap
larutnya email setelah paparan asam. kekerasan permukaan email.
Selain itu, peneliti membuktikan
Permatasari R, Suniarti SF, Herda
bahwa 0,02% konsentrasi teobromin
E, Mas’ud ZA (2016)
dapat meningkatkan kekerasan
permukaan email Peneliti meneliti pengaruh kekerasan
email dengan konsentrasi dan waktu
Syafira G, Permatasari R, Wardani
yang berbeda dan membuktikan bahwa
N (2012)
konsentrasi 0,1% dengan waktu
Berdasarkan penelitian sebelumnya aplikasi 1 jam dapat meningkatkan
sudah membuktikan konsentrasi 0,1% kekerasan permukaan email

Universitas Sumatera Utara


Sulistianingsih, Irmaleny, Hidayat etanol biji kakao terhadap
OT (2017) kekerasan permukaan email?
2. Apakaah ada perbedaan
Teobromin meningkatkan kekerasan
pengaruh pemberian bahan
permukaan email melalui reaksi
remineralisasi fluor dengan
interstitial dengan menggantikan
larutan ekstrak etanol biji
kristal hidroksiaptit yang larut. Kristal
kakao terhadap kekerasan
teobromin yang kecil lebih mudah
permukaan email?
untuk masuk ke dalam microtunnel
dan menggantikan ion pada komposisi
apatit. Penggantian ion akan Tujuan Penelitian
menyebabkan perubahan fisik dari
1. Untuk mengetahui pengaruh
apatit.
pemberian larutan ekstrak
Nasution AI, Zawil C (2014) etanol biji kakao terhadap
kekerasan permukaan email.
Secara tidak langsung, kepadatan
2. Untuk mengetahui perbedaan
kristal apatit akan meningkat dan
pengaruh pemberian bahan
menjadi lebih padat. Hal ini
remineralisasi fluor dengan
menyebabkan atom yang menyusun
larutan ekstrak etanol biji
kristal sukar untuk dipisahkan. Secara
kakao terhadap kekerasan
makroskopis, akan terlihat peningkatan
permukaan email.
kekerasan permukaan email.

Permasalahan

1. Apakah ada pengaruh


pemberian larutan ekstrak

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian:

PERBEDAAN PENGARUH
PEMBERIAN BAHAN
REMINERALISASI ANTARA
SODIUM FLUORIDE 2%
DENGAN LARUTAN EKSTRAK
ETANOL BIJI KAKAO
(THEOBROMA CACAO L.) 5%
TERHADAP KEKERASAN
PERMUKAAN EMAIL
(PENELITIAN IN VITRO)

Universitas Sumatera Utara


1

Lampiran 2. Skema Alur Penelitian

27 sampel gigi pasca ekstraksi

Masing-masing kelompok ditanam didalam resin akrilik

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Kekerasan permukaan awal masing-masing gigi diukur


menggunakan alat uji Mickrovickers Hardness Tester

Masing-masing sampel direndam ke dalam minuman berkarbonasi

Pengukuran kekerasan permukaan enamel dengan Mickrovickers


Hardness Tester

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Gigi tidak diaplikasi Gigi diaplikasikan Gigi diaplikasi larutan


bahan uji larutan NaF 2% ekstrak etanol biji kakao 5%

Pengukuran kekerasan permukaan enamel dengan Microvickers Hardness Tester

Analisis statistik

Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Data Uji Statistik

Data Deskriptif
Kelompok I (Larutan Ekstrak Etanol Biji Kakao)
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

sebelum perlakuan 9 315.0 394.7 340.178 27.4624


setelah perendaman dalam
9 219.6 333.8 287.978 35.4628
minuman berkabonasi
setelah aplikasi larutan
9 249.9 364.7 327.667 37.5379
ekstrak etanol biji kakao
Valid N (listwise) 9

Kelompok II (Larutan Sodium Fluoride)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

sebelum perlakuan 9 315.0 414.9 355.156 32.5769


setelah perendaman dalam
9 239.1 347.2 294.811 34.2848
minuman berkabonasi
setelah aplikasi larutan fluor 9 279.5 374.4 326.900 26.0702
Valid N (listwise) 9

Kelompok III (Kontrol)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

sebelum perlakuan 9 325.5 407.8 362.678 25.5165


setelah perendaman dalam
9 212.0 339.1 289.156 41.4200
minuman berkabonasi
setelh perendaman dalam
9 279.2 338.8 307.400 22.6839
saliva buatan
Valid N (listwise) 9

Universitas Sumatera Utara


Data Uji Normalitas dan Homogenitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sebelum perlakuan .134 9 .200* .971 9 .900


setelah perendaman dalam
.213 9 .200* .920 9 .390
minuman berkabonasi
setelh perendaman dalam
.240 9 .143 .882 9 .164
saliva buatan
sebelum perlakuan .152 9 .200* .942 9 .606
setelah perendaman dalam
.180 9 .200* .950 9 .694
minuman berkabonasi
setelah aplikasi larutan fluor .189 9 .200* .953 9 .718
sebelum perlakuan .259 9 .083 .839 9 .057
setelah perendaman dalam
.200 9 .200* .947 9 .653
minuman berkabonasi
setelah aplikasi larutan
.166 9 .200* .885 9 .177
ekstrak etanol biji kakao

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


SASR

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.418 2 24 .110

Universitas Sumatera Utara


Data Uji Repeated ANOVA

Kelompok I (Larutan ekstrak etanol biji kakao)

Within-Subjects Factors
Measure:
kekerasan_permukaan_e
namel

time Dependent
Variable

1 SP3
2 SR3
3 SA3

Pairwise Comparisons
Measure: kekerasan_permukaan_enamel

(I) time (J) time Mean Std. Error Sig.b 95% Confidence Interval for
Difference (I-J) Differenceb

Lower Bound Upper Bound

2 52.200* 12.707 .010 13.879 90.521


1
3 12.456 11.840 .971 -23.251 48.162
*
1 -52.200 12.707 .010 -90.521 -13.879
2 *
3 -39.744 8.446 .005 -65.217 -14.272
1 -12.456 11.840 .971 -48.162 23.251
3
2 39.744* 8.446 .005 14.272 65.217

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Kelompok II (Fluor)

Within-Subjects Factors
Measure:
Kekerasan_Permukaan_
Enamel

time Dependent
Variable

1 SP2
2 SR2
3 SA2

Pairwise Comparisons
Measure: Kekerasan_Permukaan_Enamel

(I) time (J) time Mean Std. Error Sig.b 95% Confidence Interval for
Difference (I-J) Differenceb

Lower Bound Upper Bound


*
2 60.344 17.061 .023 8.893 111.796
1
3 28.256 11.378 .114 -6.059 62.570
*
1 -60.344 17.061 .023 -111.796 -8.893
2 *
3 -32.089 8.355 .015 -57.285 -6.893
1 -28.256 11.378 .114 -62.570 6.059
3
*
2 32.089 8.355 .015 6.893 57.285

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Kelompok III (Kontrol)

Within-Subjects Factors
Measure:
Kekerasan_Permukaan_
Enamel

time Dependent
Variable

1 SP1
2 SR1
3 SA1

Pairwise Comparisons
Measure: Kekerasan_Permukaan_Enamel

(I) time (J) time Mean Std. Error Sig.b 95% Confidence Interval for
Difference (I-J) Differenceb

Lower Bound Upper Bound


*
2 73.522 14.467 .003 29.893 117.152
1
3 55.278* 8.256 .000 30.379 80.176
*
1 -73.522 14.467 .003 -117.152 -29.893
2
3 -18.244 17.476 .981 -70.947 34.458
*
1 -55.278 8.256 .000 -80.176 -30.379
3
2 18.244 17.476 .981 -34.458 70.947

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Data Uji One way ANOVA

Oneway

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maxim

Lower Bound Upper Bound

1 9 -52.200 38.1203 12.7068 -81.502 -22.898 -136.5

2 9 -60.344 51.1823 17.0608 -99.687 -21.002 -175.8


SRSP
3 9 -73.522 43.4016 14.4672 -106.884 -40.161 -145.8

Total 27 -62.022 43.7369 8.4172 -79.324 -44.720 -175.8


1 9 49.356 24.8791 8.2930 30.232 68.479 19.7

2 9 32.089 25.0639 8.3546 12.823 51.355 2.4


SASR
3 9 18.244 52.4271 17.4757 -22.055 58.543 -50.6

Total 27 33.230 37.3854 7.1948 18.440 48.019 -50.6

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

SRSP .195 2 24 .824


SASR 2.418 2 24 .110

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2083.869 2 1041.934 .525 .598

SRSP Within Groups 47651.918 24 1985.497

Total 49735.787 26
Between Groups 4373.123 2 2186.561 1.642 .215

SASR Within Groups 31966.193 24 1331.925

Total 36339.316 26

Universitas Sumatera Utara


Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Bonferroni

Dependent Variable (I) K (J) K Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound

2 8.1444 21.0053 1.000 -45.916 62.204


1
3 21.3222 21.0053 .961 -32.738 75.382

1 -8.1444 21.0053 1.000 -62.204 45.916


SRSP 2
3 13.1778 21.0053 1.000 -40.882 67.238

1 -21.3222 21.0053 .961 -75.382 32.738


3
2 -13.1778 21.0053 1.000 -67.238 40.882
2 17.2667 17.2042 .977 -27.011 61.544
1
3 31.1111 17.2042 .249 -13.166 75.388

1 -17.2667 17.2042 .977 -61.544 27.011


SASR 2
3 13.8444 17.2042 1.000 -30.433 58.122

1 -31.1111 17.2042 .249 -75.388 13.166


3
2 -13.8444 17.2042 1.000 -58.122 30.433

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Hasil Nilai Kekerasan Permukaan Enamel pada Alat Microvickers
Hardness Tester

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Laboratorium
Obat Tradisional, Fakultas Farmasi USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Laboratorium
Teknik Mesin UNIMED

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Surat Keterangan Hasil Identifikasi/ Determinasi Tanaman

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai