SKRIPSI
Oleh:
MELODIE ANDREA GEOFFREY
NIM: 130600171
TIM PENGUJI
Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan sebab berkat, rahmat dan kasih
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Gigi.
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG. (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., Sp.KG., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah memberikan arahan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Nevi Yanti, drg., Sp.KG., M.Kes selaku dosen pembimbing penulis yang
telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan masukan yang sangat
menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Widi Prasetia, drg selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan masukan, arahan, saran yang sangat menolong
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis,
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................5
iii
LAMPIRAN
iv
Tabel Halaman
Gambar Halaman
vii
Lampiran
1. Skema Alur Fikir Penelitian
2. Skema Alur Penelitian
3. Data Uji Statistik
4. Hasil Nilai Kekerasan Permukaan Enamel pada Alat Microvickers Hardness
Tester
5. Surat Ethical Clearance
6. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Laboratorium Obat
Tradisional, Fakultas Farmasi USU
7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Laboratorium Teknik Mesin
UNIMED
8. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
menolak perawatan terapi fluor di praktek dokter gigi. Oleh karena itu, bahan alami
mulai diteliti untuk dimanfaatkan bagi kesehatan gigi.7
Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai bahan remineralisasi adalah
biji kakao (Theobroma cacao L.). Biji kakao telah digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi cokelat, produk kosmetik dan farmasi. Khasiat farmakologik biji kakao
antara lain sebagai bahan antioksidan alami yakni mempunyai kemampuan untuk
memodulasi sistem imun, anti artherogenik, anti ulser, anti inflamasi, anti trombosis,
efek analgesik, dan antibakteri.11 Komponen aktif dari biji kakao berupa flavonoid,
alkaloid, polifenol, tannin, saponin dan triterpenoid.19
Senyawa alkaloid mempunyai golongan metilxantina seperti teobromin,
kafein dan teofilin. Teobromin yang ada pada biji kakao ternyata mempunyai efek
yang baik terhadap gigi. Teobromin yang terdapat dalam cokelat bubuk ternyata
mempunyai efek antikariogenik yang lebih tinggi dibandingkan fluor dalam
mengurangi larutnya email setelah paparan asam. Menurut penelitian Kargul dkk
(2012) mengenai kekerasan permukaan email yang diaplikasikan dengan teobromin
dibuktikan bahwa teobromin 0,02% memiliki efek positif pada remineralisasi email
dan teobromin dapat memberikan proteksi yang baik pada permukaan email gigi.8
Selanjutnya, penelitian berikutnya oleh Syafira dkk (2012) yang meneliti beberapa
konsentrasi teobromin membuktikan bahwa konsentrasi teobromin yang paling
efektif dalam meningkatkan kekerasan email adalah 0,1%.6 Sementara menurut
penelitian Permatasari dkk (2016) yang meneliti beberapa konsentrasi dengan waktu
yang berbeda membuktikan teobromin 0,1% dengan waktu aplikasi 1 jam merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan kekerasan email.12
Teobromin dengan konsentrasi 0,1% juga bersamaan dengan 5% larutan
ekstrak etanol biji kakao setelah dilakukan perhitungan berdasarkan berat teobromin
2-3 gram dalam 100 gram bubuk biji kakao. Teobromin meningkatkan kekerasan
permukaan email melalui reaksi interstitial dengan menggantikan kristal
hidroksiapatit yang larut sehingga email menjadi lebih padat. Secara makroskopis,
kekerasan permukaan email meningkat.26,27 Dengan penggunaan bahan
remineralisasi, akan terjadi pengembalian ion-ion mineral gigi yang hilang karena
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan keras gigi terdiri dari email, dentin dan sementum. Email mempunyai
zat anorganik yang terbesar sehingga merupakan bagian yang terkeras pada tubuh
manusia.1 Namun karena letaknya paling luar, maka email dipengaruhi oleh faktor
positif dan negatif dalam rongga mulut. Faktor positif yang mempengaruhi email
yaitu kalsium dan fosfat yang cukup pada saliva dan juga didukung dengan adanya
fluor yang dapat memacu proses remineralisasi dan meningkatkan kekerasan email
gigi. Faktor negatif yang berpengaruh pada penurunan kekerasan email yang
menyebabkan kerusakan email yaitu berasal dari keasaman makanan dan minuman
yang disebabkan oleh fermentasi bakteri yang menyebabkan terjadinya karies dan
keausan email yang disebut erosi gigi.3
2.1 Email
Email adalah jaringan yang hanya melapisi mahkota gigi dan merupakan
jaringan yang paling keras yang terdapat pada tubuh manusia karena memiliki
kandungan mineral yang tinggi. Email berfungsi melindungi struktur jaringan
dibawahnya yaitu dentin dan pulpa serta berfungsi sebagai estetis pada gigi dimana
hal ini akan menurun ketika terjadi kerusakan seperti terbentuknya lesi karies, atrisi,
erosi, abrasi, maupun saat terjadi perubahan dari warnanya yang disebut diskolorasi.2
Email adalah jaringan yang paling termineralisasi pada tubuh manusia.
Komposisinya meliputi bahan anorganik dalam bentuk hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2) sebesar 96%, air 3% dan bahan organik 1%. Kalsium, fosfat,
karbonat, magnesium dan sodium merupakan komponen anorganik utama pada email
manusia. Sementara kandungan organik email adalah berupa lemak dan protein.2
Email terbentuk oleh sel yang disebut ameloblas yang dimulai dari
dentinoenamel junction (DEJ) dan meluas ke seluruh permukaan gigi. Sebagian besar
matriks organik email terdiri dari amelogenin dan enamelin yang teresorpsi selama
pematangan gigi dan meninggalkan jaringan terkalsifikasi yang terdiri dari mineral
dan sedikit matriks organik.2 Struktur email dibentuk oleh berjuta-juta prisma email,
yang mempunyai jumlah terbesar pada komposisi email, rod sheaths atau prism
sheaths dan juga substansi interprismata yang berada diantara prisma email.1
Susunan struktur email membentuk struktur keyhole yang dikenal dengan
prisma email memiliki diameter yang bervariasi antara 5-6 µm dengan panjang dari
kepala sampai ekor sekitar 8-9 µm dan lebar bagian kepala sekitar 4-5 µm.14 Sekitar
100 kristal dari mineral diperlukan untuk merentang sepanjang diameter prisma dan
aksis panjang dari kristal cenderung sejajar dengan aksis prisma (Gambar 1)1,14.
Masing-masing kristal yang berada di dalam prisma dilapisi dengan selapis
tipis lemak atau protein yang memegang peranan penting dalam mineralisasi.
Penghubung antar prisma atau interprismatic space mempunyai banyak komponen
organik dan air pada strukturnya. Struktur ini bertindak dalam pergerakan air dan ion-
ion. Area ini dikenal juga sebagai prism sheaths atau rod sheaths (Gambar 2). Bagian
ini berperan penting dalam proses demineralisasi email.1,25
ii
iii
Gambar 1. Mikrostruktur email yang menunjukkan susunan prisma email atau rods
berbentuk keyhole pada gambar ii, Gambaran Atomic Force Microscopy
(AFM) yang menunjukkan potongan melintang prisma pada gambar i
dan potongan memanjang pada gambar iii14;
Gambar 2. Gambaran mikroskopik dari prisma email atau rods dan juga rod sheaths1
Enamel tuffs adalah struktur yang hypomineralized pada prisma email dan
juga pada substansi interprismata yang berada pada Dentinoenamel Junction (DEJ)
hingga ke email prisma. Enamel tuffs mempunyai peran terhadap karies dentin.
Manakala, Enamel Lamellae adalah struktur yang tipis dan seperti daun yang berada
diantara prisma email dan mempunyai kepanjangan dari permukaan email hingga ke
DEJ, dan terkadang hingga ke dentin. Struktur ini mempunyai jumlah bahan organik
yang paling banyak dan juga merupakan area yang rentan terhadap bakteri dan karies
dentin (Gambar 3).
Email memiliki sifat fisik berupa kekerasan. Kekerasan email bervariasi pada
permukaan gigi tergantung pada lokasinya, yang mana semakin menurun menuju
DEJ. Kepadatan email juga menurun dari permukaan DEJ. Email merupakan struktur
yang brittle, kekuatan tensil rendah, modulus elastisitas tinggi, dan kekuatan
kompresif tinggi yang mengindikasikan strukturnya yang rigid. Selain itu, email juga
tidak mudah aus dan rusak.1,2
Walaupun email mempunyai sifat fisik yang keras dan padat, namun email
mempunyai sifat yang permeabel terhadap ion-ion tertentu. Perjalanan ion-ion ini
akan melalui unit struktur yang hypomineralized dan kaya terhadap bahan organik,
seperti rod sheaths dan cela mikro yang lain. Air mempunyai peran penting sebagai
jalur untuk ion-ion melalui ruang intercrystalline yang kecil. Sifat permeabel email
akan menurun sejalan dengan usia yang meningkat karena adanya perubahan pada
matriks email yang dikenali sebagai enamel maturation.1
2.2.2 Remineralisasi
Remineralisasi dapat terjadi jika pH saliva kembali normal atau lebih dari pH
kritis dan terdapat ion kalsium (Ca2+) dan ion fosfat (PO4)3+ dalam rongga mulut.
Saliva dapat menaikkan kembali pH asam rongga mulut ke pH yang normal karena
saliva mempunyai kapasitas buffer. Hal ini menyebabkan penempatan kembali
partikel apatit yang telah larut. Keberadaan ion Ca2+ dan PO43- akan mengisi kembali
ruangan dari kristal yang telah mengalami demineralisasi.4
Saliva di rongga mulut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kekerasan permukaan email yang larut. Kemampuan meningkatkan kekerasan
tersebut berbeda-beda pada setiap individu tetapi konstan terhadap setiap individu.
Namun kapasitas peningkatan kekerasan oleh saliva kurang jika dibandingkan larutan
sintetik pada ion kalsium, fosfat dan fluor, termasuk kadar dan restorasi akhir pada
kekerasan. Sewaktu proses peningkatan kekerasan berlaku, pH saliva meningkat
sebanyak 0,3 hingga 0,4 unit setiap paparan selama dua jam, dan peningkatan ini
dapat mempengaruh hasil peningkatan kekerasan.15
Interaksi ini dapat ditingkatkan dengan keberadaan fluor pada lingkungan
tempat bereaksinya ion-ion tersebut. Dasar kimiawi dari proses demineralisasi atau
remineralisasi ini sama pada email, dentin, dan sementum akar. Apabila fluor hadir di
rongga mulut, hidroksiapatit dapat berperan sebagai fluoroapatit dimana kelarutannya
dapat terjadi apabila pH rongga mulut dibawah 5,0. Apabila pH kembali di atas pH
kritis yang baru yaitu diatas 5,0, maka fluor akan ditempatkan kembali ke dalam
email menjadikan gigi lebih keras.4
2.3.1 Fluor
Fluor merupakan bahan remineralisasi yang paling sering digunakan sebagai
bahan aktif untuk meningkatkan remineralisasi. Penggunaan fluor dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu sistemik dan lokal. Pemberian fluor secara sistemik meliputi
fluoridasi air minum, pemberian makanan tambahan fluor, dan pemberian fluor dalam
bentuk obat-obatan seperti tablet. Pemberian fluor secara topikal untuk gigi yang
sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara seperti topikal aplikasi yang
mengandung fluor, menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor dan kumur-
kumur dengan larutan fluor.17,18
Teknik aplikasi topikal fluor dengan larutan NaF yang dianjurkan adalah
sebagai berikut:17
1. Mahkota gigi dibersihkan dan dipoles dengan pasta propilaksis.
2. Permukaan gigi yang telah dibersihkan, diisolasi dan dikeringkan dengan
gulungan kapas.
3. Oleskan larutan NaF 2% pada permukaan gigi.
4. Biarkan gigi basah 3-4 menit.
5. Pemberian diulangi pada kwadran yang lain.
6. Diberikan dengan interval waktu 1 minggu.
7. Pada akhir pengulasan fluor, pasien diperbolehkan berkumur - kumur 1kali.
8. Perawatan dianjurkan pada usia 3, 7, 11 dan 13 tahun, bersamaan dengan
erupsi gigi baru.
NaF merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat disimpan
untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi
serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan
konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml.17
Fluor dalam bentuk gel tersedia untuk aplikasi profesional, dan juga untuk
aplikasi di rumah. Gel mempunyai tekstur kental dan kelebihan diaplikasikan
menggunakan tray untuk merawat seluruh gigi sekaligus. Metode aplikasi yang lain
adalah dengan menggunakan cotton wool buds, floss, atau dengan sikat gigi.
Penggunaan fluor gel disarankan untuk anak-anak dan dewasa yang mempunyai
risiko karies tinggi. Waktu aplikasi gel secara profesional dilakukan selama 4 menit
sebanyak 4 kali setahun, tergantung risiko karies. Teknik untuk aplikasi profesional
fluor gel bertujuan untuk meminimalkan risiko tertelan gel. Aplikasi di rumah
dilakukan setiap hari atau setiap minggu dan disarankan hanya untuk risiko karies
tinggi, misalnya pasien dengan perawatan ortodontik atau pasien dengan fungsi
hiposalivasi. Oleh karena adanya kemungkinan konsumsi berlebihan fluor dari gel,
terutama pada anak yang masih kecil, maka gel tidak disarankan untuk digunakan.16,18
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mempunyai
fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat
yang tinggi. Namun, penggunaan obat kumur berfluoride tidak direkomendasi untuk
anak-anak berusia 6 tahun karena kebanyakan anak dalam usia ini tidak memiliki
kemampuan untuk meludah dengan efektif.16
Gambar 5. Peristiwa dimana terjadinya gangguan karies dengan tidak adanya fluor
(panel kiri) dan adanya fluor (panel kanan).4
(Gambar 6) termasuk tanaman kauliflori artinya bunga dan buah tumbuh pada batang
dan cabang tanaman. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1-2 cm, warna
buah kakao sangat beragam, tetapi dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang
ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih dan jika sudah masak akan
berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah
masak berwarna jingga. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji, yang
tersusun lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh pulp
yang berwarna putih dan rasanya manis. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa,
dua kotiledon yang saling melipat, dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan
radikula.19 Buah kakao sering digunakan untuk memproduksi cokelat, tapi dalam
volume kecil juga dapat diaplikasikan dalam produk kosmetik dan farmasi.19 Khasiat
farmakologik buah kakao antara lain sebagai antioksidan, anti artherogenik, anti
ulser, anti inflamasi, anti trombosis dan efek analgesik.11,13
Gambar 6. Buah kakao berasal dari Jalan Bandar Labuhan GG. Kiri Hulu 1, Tanjung
Morawa, Sumatera Utara
Hasil penelitian memaparkan bahwa kulit buah, kulit biji, dan biji kakao
mengandung senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid, sedangkan bijinya juga
mengandung polifenol. Selain itu kulit biji kakao mengandung saponin dan
triterpenoid. Dengan demikian, ekstrak biji kakao mengandung flavonoid, tanin,
alkaloid dan polifenol, saponin dan triterpenoid. Masing-masing kandungan tersebut
mempunyai efek antibakteri. Senyawa flavonoid berperan sebagai antibiotik dan
menghambat pendarahan. Flavonoid juga diketahui secara in vitro menjadi zat
ekstrak etanol biji setelah dilakukan perhitungan berdasarkan berat teobromin 2-3
gram dalam 100 gram bubuk biji kakao.
Menurut Anderson (2012), teobromin dapat mencegah karies lebih baik
daripada fluor. Jumlah teobromin dalam satu ons cokelat hitam mempunyai efek
kekerasan email yang lebih baik daripada perawatan 1,1% sodium fluoride serta
konsentrasi teobromin 142 kali lebih kecil daripada fluor, mempuyai efek proteksi
dua kali lebih besar pada gigi. Selain itu, teobromin dijumpai dapat diabsorbsi oleh
saluran pencernaan, metabolism dan dikeluarkan dari tubuh. Terdapat penelitian yang
melihat kekerasan enamel dengan mengaplikasikan saliva buatan dengan teobromin
pada gigi dan dibuktikan bahwa teobromin menstimulasikan pembentukan email
yang baru. Pada kondisi normal, jumlah hidroksiapatit adalah 0,5µ. Teobromin
menghantarkan kalsium dan fosfat dari saliva untuk bergabung menjadi kristal
dengan unit yang besar yaitu empat kali besar dari ukuran hidroksiapatit, atau 2µ.7
Teobromin meningkatkan kekerasan permukaan email melalui reaksi
interstitial dengan menggantikan kristal hidroksiapatit yang larut. Kristal dari
teobromin lebih kecil daripada kristal hidroksiapatit sehingga lebih mudah untuk
masuk ke dalam microtunnel dan menggantikan ion pada komposisi apatit.
Penggantian ion akan menyebabkan perubahan fisik dari apatit.27 Secara tidak
langsung, kepadatan kristal apatit akan meningkat dan akan menjadi lebih padat. Oleh
karena itu, diperlukan kekuatan yang lebih besar untuk memisahkan atom yang
menyusun kristal Secara makroskopis, akan terlihat peningkatkan kekerasan
permukaan email.26
Dengan pemberian
Demineralisasi gigi/
bahan
permukaan email larut
remineralisasi (Ca10 (PO4)6(OH)2) + ion
Karies
H+ 10Ca2 + 6H (PO4)3
+2H2O
Fluor Larutan ekstrak Padat Larut
etanol biji kakao
Kafein
Alkaloid
Teofilin
Polifenol
Teobromin
Flavonoid
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Bahan Remineralisasi:
Kekerasan permukaan email
Larutan ekstrak etanol biji kakao
5%
Larutan Sodium Fluoride 2%
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.3.2 Sampel
Gigi premolar atas manusia yang telah diekstraksi yang diperoleh dari
beberapa praktek dokter gigi di Kota Medan, dengan kriteria inklusi dan eklusi
sampel sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
1. Tidak ada karies
2. Tidak ada lesi non-karies
3. Mahkota gigi utuh
Kriteria eklusi:
1. Gigi terkena bonding ortodontik
A B C
D E F
A B CC
D E F
A B C D
E F G H
Gambar 12. A. Biji kakao 790 gram (Jalan Bandar Labuhan GG. Kiri Hulu 1, Tanjung
Morawa, Sumatera Utara); B. Etanol 96% (Kimia Farma, Indonesia); C.
Minuman berkarbonasi (Coca-cola, Indonesia); D. Aluminium foil (Total
Wrap, Indonesia); E. Microbrush (Wuhan, China); Saliva buatan
[(Komposisi: NaCl (0,7 gr/L), KSCN (0,33 gr/L), NaHCO3 (1,5 gr/L), KCl
(1,2 gr/L), urea (0,13 gr/L), Na2HPO4 (0,26 gr/L), KH2PO4 (0,2 gr/L)]; F.
Larutan sodium fluoride 2%; G. larutan ekstrak etanol biji kakao 5%
Gambar 16. Biji kakao ditimbang Gambar 17. Biji kakao setelah ditiris
sebanyak 790 gram
Gambar 18 . Biji kakao dikeringkan pada Gambar 19. Biji kakao yang sudah
oven dengan temperatur ±50oC dikeringkan
Gambar 20. Biji kakao yang sudah Gambar 21. Serbuk biji kakao
ditambah dihaluskan dengan etanol 96%
Gambar 22. Massa disaring Gambar 23. Maserat di vacuum rotary evaporator
A B
BAB 5
HASIL PENELITIAN
*Kelompok I: larutan ekstrak etanol biji kakao 5%; Kelompok II: larutan sodium fluoride
2%; Kelompok III: kontrol (tidak diberikan bahan uji)
400
350 Sebelum Perlakuan
300
250
200
150 Setelah Perendaman dalam Minuman
Berkarbonasi
100
50
0
Setelah Pemberian Bahan Uji
Kelompok I Kelompok Kelompok
II III
Gambar 37. Grafik nilai rata-rata kekerasan permukaan email sebelum perlakuan,
setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah
pemberian bahan uji (VHN)
Dari tabel 1 dan gambar 37 di atas, pada kelompok I yaitu kelompok larutan
ekstrak etanol biji kakao 5% dapat dilihat terjadi penurunan nilai rata-rata kekerasan
permukaan email setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi kemudian nilai
rata-rata kekerasan permukaan email meningkat setelah pemberian bahan uji larutan
ekstrak etanol biji kakao 5%. Pada kelompok II yaitu kelompok larutan sodium
fluoride 2% dilihat terjadi penurunan nilai rata-rata kekerasan permukaan email
setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi kemudian nilai rata-rata kekerasan
permukaan email meningkat setelah pemberian bahan uji sodium fluoride 2%.
Kemudian pada kelompok III yaitu kontrol mengalami penurunan nilai rata-rata
kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam minuman berkarbonasi namun
kontrol tidak diberikan bahan uji dan hanya direndam didalam saliva buatan karena
bersifat sebagai pembanding untuk kelompok I dan II.
Data hasil pengujian kekerasan permukaan email pada masing-masing
kelompok perlakuan baik sebelum perlakuan, setelah perendaman didalam minuman
berkarbonasi maupun setelah pemberian bahan uji yang diperoleh dengan
menggunakan alat Microvickers Hardness Tester selanjutnya dianalisis menggunakan
uji Repeated ANOVA untuk melihat perbandingan kekerasan permukaan email pada
masing-masing kelompok.
Pada tabel 2 terlihat bahwa pada kelompok I yaitu kelompok larutan ekstrak
etanol biji kakao 5%, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) diantara sebelum
perlakuan dan setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi dan diantara setelah
perendaman dalam minuman berkarbonasi dan setelah pemberian bahan uji.
fluoride) terjadi peningkatan sebesar 32.09 VHN. Dan kelompok III adalah yang
mengalami peningkatan paling kecil yaitu sebesar 18.24 VHN. Peningkatan
kekerasan pada ketiga kelompok tergolong tidak signifikan (p<0.05). selanjutnya
untuk mengetahui signifikansi antar satu kelompok terhadap kelompok lainnya
dilakukan uji post Hoc Bonferroni.
Dari tabel 4 dapat dilihat hasil uji Post Hoc Bonferroni terhadap perbandingan
peningkatan kekerasan permukaan email antar kelompok. Hasil statistik menunjukkan
tidak terdapat perbedaan signifikan antara larutan ekstrak etanol biji kakao dengan
kontrol, antara larutan ekstrak etanol biji kakao dengan larutan sodium fluoride dan
antara larutan sodium fluoride dengan kontrol.
BAB 6
PEMBAHASAN
digunakan senyawa aktif teobromin untuk melihat kekerasan permukaan email tetapi
pada penelitian ini digunakan ekstrak etanol biji kakao. Konsentrasi senyawa aktif
teobromin berbeda dengan ekstrak etanol biji kakao. Diketahui bahwa teobromin
0,1% setara dengan ekstrak etanol biji kakao 5% dan pada penelitian ini digunakan
5% ekstrak etanol biji kakao dimana ekstrak etanol biji kakao tidak hanya
mempunyai senyawa aktif teobromin tetapi turut mempunyai komposisi yang lain.
Hal ini menyebabkan efek remineralisasi pada permukaan email tidak sebaik
teobromin.
Selain itu, bahan perbandingan yang digunakan adalah senyawa aktif fluor
yaitu sodium fluoride 2% dan dalam penelitian bahan alami yang diteliti tidak
diekstrak senyawa aktif teobromin karena adanya kekurangan fasilitas. Oleh karena
itu, digunakan ekstrak etanol biji kakao 5% yang masih mempunyai komposisi lain
selain senyawa aktif fluor. Hal ini menyebabkan efek teobromin tidak terlihat
sepenuhnya dalam penelitian ini.
Seterusnya, jumlah sampel yang sedikit turut menyebabkan perbedaan tidak
terlihat secara signifikan karena lebih kecil jumlah sampel, lebih besar tingkat
kesalahan. Selain itu, waktu kontak antara bahan uji dengan struktur gigi juga
berbeda pada setiap sampel. Hal ini terjadi karena waktu ekstraksi yang berbeda
dalam tempoh waktu 6 bulan menyebabkan komposisi mineral setiap sampel berbeda
sehingga mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Metode penelitian juga tidak dapat
dilaksanakan dengan sempurna yaitu penggunaan inkubator tidak dapat digunakan
secara maksimal. Seharusnya penggunaan inkubator digunakan 3 kali sehari dalam
waktu interval 6 jam namun oleh karena jadwal peminjaan alat tidak sesuai dengan
penelitian maka penggunaan inkubator tidak dapat digunakan secara maksimal.
Dalam penelitian ini, prosedur remineralisasi menggunakan bahan uji
dilakukan selama 5 hari berturut-turut, hal ini berdasarkan pada penelitian-penelitian
sebelumnya bahwa lama waktu tersebut sudah cukup untuk menimbulkan efek
remineralisasi yang signifikan pada gigi yang didemineralisasi oleh minuman
berkarbonasi. Lamanya waktu pemberian bahan remineralisasi dapat mempengaruhi
juga efek remineralisasi dari bahan tersebut yang mana efek remineralisasi dapat
semakin terlihat.
Penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian larutan ekstrak etanol
biji kakao terhadap kekerasan permukaan email yang merupakan salah satu syarat
yang harus ada pada bahan remineralisasi. Selain daripada kekerasan permukaan,
terdapat beberapa syarat yang harus diteliti untuk dijadikan bahan remineralisasi yang
ideal seperti bahan remineralisasi seharusnya tidak memberikan kalsium berlebihan
pada gigi, tidak menyebabkan pembentukan kalkulus, dapat bekerja pada pH asam
dan dapat bekerja pada pasien xerostomia.5
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan antara pemberian larutan sodium
fluoride 2% dengan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% terhadap kekerasan
permukaan email dapat disimpulkan bahwa larutan sodium fluoride 2% dan larutan
ekstrak etanol biji kakao 5% secara signifikan dapat meningkatkan kekerasan
permukaan email. Namun tidak terdapat perbedaan pengaruh antara larutan sodium
fluoride 2% dan larutan ekstrak etanol biji kakao 5% dalam meningkatkan kekerasan
permukaan email. Akan tetapi larutan ekstrak biji kakao 5% memiliki peningkatan
nilai rata-rata yang lebih besar yaitu sebesar 49,36 VHN daripada larutan sodium
fluoride 2% yaitu sebesar 32,09 VHN setelah diaplikasikan bahan uji. Selain itu,
larutan ekstrak etanol biji kakao 5% memiliki keuntungan yang lebih karena
bahannya mudah didapat, mudah dibuat dan lebih murah.
7.2 Saran
Penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti:
1. Waktu yang optimal untuk melihat pengaruh dari pemberian bahan uji.
2. Konsentrasi larutan ekstrak etanol biji kakao yang optimal terhadap
kekerasan email.
3. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap pemberian kalsium
pada email.
4. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap pembentukan kalkulus.
5. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap terhadap pH asam.
6. Pengaruh larutan ekstrak etanol biji kakao terhadap pasien xerostomia.
DAFTAR PUSTAKA
Permasalahan
PERBEDAAN PENGARUH
PEMBERIAN BAHAN
REMINERALISASI ANTARA
SODIUM FLUORIDE 2%
DENGAN LARUTAN EKSTRAK
ETANOL BIJI KAKAO
(THEOBROMA CACAO L.) 5%
TERHADAP KEKERASAN
PERMUKAAN EMAIL
(PENELITIAN IN VITRO)
Analisis statistik
Kesimpulan
Data Deskriptif
Kelompok I (Larutan Ekstrak Etanol Biji Kakao)
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
2.418 2 24 .110
Within-Subjects Factors
Measure:
kekerasan_permukaan_e
namel
time Dependent
Variable
1 SP3
2 SR3
3 SA3
Pairwise Comparisons
Measure: kekerasan_permukaan_enamel
(I) time (J) time Mean Std. Error Sig.b 95% Confidence Interval for
Difference (I-J) Differenceb
Within-Subjects Factors
Measure:
Kekerasan_Permukaan_
Enamel
time Dependent
Variable
1 SP2
2 SR2
3 SA2
Pairwise Comparisons
Measure: Kekerasan_Permukaan_Enamel
(I) time (J) time Mean Std. Error Sig.b 95% Confidence Interval for
Difference (I-J) Differenceb
Within-Subjects Factors
Measure:
Kekerasan_Permukaan_
Enamel
time Dependent
Variable
1 SP1
2 SR1
3 SA1
Pairwise Comparisons
Measure: Kekerasan_Permukaan_Enamel
(I) time (J) time Mean Std. Error Sig.b 95% Confidence Interval for
Difference (I-J) Differenceb
Oneway
Descriptives
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maxim
ANOVA
Total 49735.787 26
Between Groups 4373.123 2 2186.561 1.642 .215
Total 36339.316 26
Multiple Comparisons
Bonferroni
Dependent Variable (I) K (J) K Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound