DEPARTEMEN PEDODONSIA
Dosen Pembimbing :
Naninda Berliana, drg., Sp.KGA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................................ii
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
Gambar 1. (A) Open bite anterior pada gigi sulung yang disebabkan oleh kebiasaan
dummysucking. Maloklusi sebesar ini akan membaik setelah kebiasaannya berhenti dan tidak
memerlukan perawatan aktif. (B) Open bite lateral yang disebabkan oleh penggunaan dot. (C)
Posisi ibu jari memberikan gaya ortopedi dan ortodontik. (D) Aktivitas abnormal otot-otot
perioral akibat mengisap ibu jari. (E) Proklinasi yang dihasilkan dari gigi anterior rahang atas,
open bite anterior dan posisi lidah abnormal pada mix dentition. (F) Tongue guard appliance
PEMBAHASAN
Salah satu aktivitas oral yang paling umum pada bayi dan anak-anak adalah mengisap ibu
jari dan jari. Kebiasaan mengisap sangat normal pada masa bayi. Bayi akan menghisap benda
apapun yang bersentuhan dengan bibir. Perilaku refleks ini dapat berlangsung selama beberapa
tahun. Ini adalah refleks adaptif umum untuk mamalia. Karena itu adalah aktivitas normal,
mengisap ibu jari dan jari mungkin diabaikan pada masa bayi. Mengisap ibu jari atau jari yang
dihentikan pada usia 2-3 tahun tidak menghasilkan malformasi permanen pada rahang atau
perpindahan gigi. Bila kebisaan ini dilanjutkan setelah gigi insisivus permanen erupsi, hal ini
disebut 'empty' habit, hal ini diibaratkan seperti sesuatu yang harus selalu dilakukan. Anak-anak
biasanya menerima alasan mengapa mereka harus menghentikan kebiasaan tersebut. Namun,
sebagian kecil (terutama jika kebiasaannya dimulai kembali) mungkin akan memiliki masalah
• Insisiv rahang bawah mungkin iya atau tidak bergeser ke lingual oleh kebiasaan mengisap yang
abnormal.
• Crossbite posterior akibat aktivitas berlebihan dari buccinator yang menekan maksila.
• Kecenderungan lidah untuk mempertahankan open bite dengan dorongan lidah di anterior.
Insisiv rahang atas yang proklinasi dan open bite anterior mendukung posisi lidah ke anterior.
Gambar 1. (A) Open bite anterior pada gigi sulung yang disebabkan oleh kebiasaan
dummysucking. Maloklusi sebesar ini akan membaik setelah kebiasaannya berhenti dan tidak
memerlukan perawatan aktif. (B) Open bite lateral yang disebabkan oleh penggunaan dot. (C)
Posisi ibu jari memberikan gaya ortopedi dan ortodontik. (D) Aktivitas abnormal otot-otot
perioral akibat mengisap ibu jari. (E) Proklinasi yang dihasilkan dari gigi anterior rahang atas,
open bite anterior dan posisi lidah abnormal pada mix dentition. (F) Tongue guard appliance
yang dilengkapi mid-palatal screw expander.
1.1.1 Terapi Digit Sucking
a. Terapi Kimia
5
Terapi kimia menggunakan preparat yang terasa panas, beraroma pahit, atau bahan yang
tidak menyenangkan yang dioleskan pada jari tangan atau ibu jari. Hal-hal seperti bubuk
cabai, kina, dan asafoetida telah digunakan untuk membuat ibu jari atau jari-jari tangan
menjadi tidak enak sehingga anak akan menjauhkannya dari mulutnya. Persiapan ini
efektif dengan jumlah anak yang terbatas, dan hanya jika kebiasaan itu tidak tertanam
kuat.
b. Terapi Mekanis
1) Alat sederhana untuk mengontrol penghisapan ibu jari atau jari adalah aplikasi
pita perekat pada ibu jari atau jari. Dalam banyak kasus, terapi ini cukup
2) Hawley appliance dengan palatal bar dapat dipasang sebagai pengingat kebiasaan.
Alat ini menjadi penting karena dalam banyak kasus kebiasaan mengisap ibu jari
dan jari berada di tingkat bawah sadar. Meskipun mungkin ada keinginan dari
3) Alat cekat yang terdiri dari band pada molar pertama dan anterior tongue crib
tentang efek mengisap jari pada gigi. Keinginan anak sendiri untuk menghentikan
semacam itu.
5) Waktu kritis untuk menghilangkan kebiasaan menghisap jari adalah saat gigi
tekanan teman sebaya dapat menjadi bujukan yang kuat untuk menghentikan
kebiasaan tersebut.
6) Penilaian psikologis sering bermanfaat pada anak dengan usia yang lebih tua.
melalui mulut daripada hidung. (Wasnik M, 2020) Bernapas melalui mulut sering kali
dihubungkan dengan infeksi tenggorokan rekuren dan penyumbatan nasal. Selain itu, bernapas
melalui mulut obstruktif dapat juga dikaitkan dengan deviasi septum nasal parah atau adenoid.
(Grippaudo C, 2016) Adanya obstruksi jalan napas, khususnya pada area hidung dan faring,
menyebabkan pasien bernapas melalui mulut. Allergic rhinitis dan hipertrofi adenotonsillar
merupakan penyebab utama obstruksi jalur napas. Biasanya berkaitan dengan berbagai gejala
seperti kurangnya aliran udara di hidung, bersin, gatal, hidung berair jernih, tetapi juga
mendengkur, kemungkinan obstructive sleep apnoea syndrome (OSAS), dan peningkatan infeksi
Menurut Sim dan Finn (1987), bernapas melalui mulut diklasifikasikan menjadi tiga kategori
berdasarkan etiologi:
1. Obstruktif
Anak yang memiliki peningkatan resistensi atau obstruksi penuh terhadap aliran udara
normal melalui hidung, sehingga anak perlu bernapas melalui mulut. (Wasnik M, 2020)
2. Kebiasaan
Terjadi ketika anak bernapas melalui mulut terus menerus akibat kebiasaan walaupun
3. Anatomis
Biasanya terjadi pada anak dengan bibir atas yang pendek, sehingga tidak menutup
Hubungan antara pernapasan hidung yang tidak adekuat dan morfologi dentofasial telah
dipelajari secara luas dan banyak penulis percaya bahwa pola pertumbuhan kraniofasial dapat
dipengaruhi oleh fungsi otot yang tidak seimbang akibat bernapas melalui mulut.(Cameron AC,
2013)
vertikal, lingkaran hitam bawah mata lengkung rahang atas yang sempit disertai
konstriksi segmen bukal, gigi seri rahang atas yang proklinasi dan ketidakmampuan
untuk menutup bibir (bibir inkompeten), mandibula retrognati. Fitur wajah ini disebut
Gummy smile terkait dengan maloklusi kelas II atau, kadang-kadang, kelas III, dengan
prevalensi crossbite posterior dan anterior tinggi. Anak-anak yang bernapas melalui mulut dan
yang memutar mandibula ke arah posterior dan inferior mengembangkan maloklusi Kelas II dan
profil Kelas II skeletal dengan peningkatan overjet. Faktanya, otot-otot yang menekan rahang
untuk membuka mulut memberikan tekanan ke belakang yang menggeser rahang bawah ke distal
dan menghambat pertumbuhannya. Musculus buccinator menjadi tegang akibat membuka mulut
dan cenderung memberikan tekanan pada premolar dan molar maksila, yang tidak mendapat
dukungan lidah yang adekuat, sehingga palatum dan lengkung gigi rahang atas menjadi lebih
sempit. Selain itu juga terjadi protrusi anterior dengan peningkatan overjet dan open bite. Banyak
penulis mengemukakan bahwa orang yang bernapas melalui mulut memiliki prevalensi yang
tinggi mengenai lengkung dental yang sempit dan gigi berjejal, khususnya pada rahang atas.
Bibir bawah tampak tebal dan bibir atas tampak pendek, bibir inkompeten, dan fungsi bibir
Pengeringan konstan gingiva terjadi yang menyebabkan iritasi. Terdapat akumulasi debris
yang mengakibatkan peningkatan populasi bakteri. (Wasnik M, 2020) Mulut yang kering juga
dapat menyebabkan gingivitis di sekitar gigi seri rahang atas. (Cameron AC, 2013)
Kelainan struktur mulut dan hidung dapat sangat mengganggu kemampuan berbicara.
Koreksi penyebab dengan tepat waktu dapat memfasilitasi pernapasan oral, yang dapat
meningkatkan pola pertumbuhan wajah. Jika pasien yang bernapas melalui mulut
dipertimbangkan untuk ortodontik, itu harus dimulai hanya setelah konsultasi yang tepat dengan
Penting untuk mengintervensi faktor etiologi bernapas melalui mulut untuk mencegah
terjadinya atau memburuknya maloklusi, dan apabila sudah terjadi maloklusi, maka perlunya
(Grippaudo C, 2016)
10
Adalah kondisi dimana lidah berkontak dengan gigi anterior manapun sampai molar selama
1.3.1 Etiologi
1) Faktor genetik
Ada faktor spesifik anatomis / variasi neuromuscular pada daerah oro-facial yang dapat
mempengaruhi tongue thrusting , seperti aktivitas hypertonic orbicularis oris. Pada proses
penelanan normal, lidah menyentuh langit-langit anterior. Bibir berkontak erat, membentuk
“lipseal” menciptakan tekanan negatif di dalam rongga mulut. Mandibula distabilkan oleh
otot-otot pengunyahan. Sedangkan pada proses Menelan infantil: Lidah menonjol di antara
bantalan gusi dan menyentuh bibir. Bibirnya terpisah. Mandibula diseimbangkan oleh otot-
otot ekspresi wajah. Jenis burung layang-layang ini matang setelah gigi erupsi dan
Tongue thrusting dapat diperoleh dari kebiasaan. Faktor-faktor yang memperberat keadaan
Adanya gusi yang melunak dalam jangka waktu yang lama sehingga mengakibatkan
perubahan pola menelan anak untuk menghindari tekanan di daerah yang melunak
tersebut
3) Maturational
Tongue thrusting dapat hadir sebagai kebiasaan normal anak-anak yang akan berubah
secara bertahap ketika umur semakin bertambah. Infantile swallow berubah menjadi mature
swallow ketika gigi posterior susu mulai erupsi. Terkadang proses maturasi terhambat dan
4) Mechanical restrictions
Keberadaan dari kondisi seperti macroglossia, konstriksi dental arches, dan enlarged
5) Neurological disturbances
dan moderate motor disability yang dapat menyebabkan kebiasaan tongue thrusting.
1) Fisiologis: Ini terdiri dari dorongan menelan lidah yang normal pada masa bayi
2) Habitual: Tongue thrust hadir sebagai kebiasaan bahkan setelah koreksi maloklusi
dikembangkan untuk mencapai Lip seal, itu dapat dikelompokkan sebagai fungsional
4) Dorongan lidah anatomis: Orang yang memiliki lidah yang membesar dapat memiliki
1.3.3 Klasifikasi
1) Klasifikasi non deforming menunjukkan inter digitations dari gigi dan profil wajah
dapat diterima dan dalam range normal. Deforming tongue thrusting berhubungan
- Lidah maju kedepan selama menelan untuk menolong adanya penutupan bibir
depan
tidak lagi dilakukan , lidah maju kedepan ke open bite untuk menjaga penutupan anterior
selama pengunyahan .
- Anak biasanya menelan dengan gigi yang beroklusi, bibir tertutup dan lidah
c) Psychogenic factors:
Tongue thrust terkadang dapat terjadi sebagai hasil dari tekanan dari habit yang lain yang
tidak berkelanjutan seperti thumb sucking . Terkadang dapat dilihat ada anak yang dipaksa
- Bimaxilarry protrusiv
- Posterior crossbite
1.3.5 Manajemen
1) Manajemen tongue thrusting mencakup perawatan interseptive dari habit yang diikuti
oleh perawatan untuk memperbaiki maloklusinya. Dengan melatih anak untuk menjaga
lidah di posisi yang benar selama gerakkan pengunyahan, menjadi salah satu usaha
perawatan tongue thrusting, namun hal ini baru bisa dilakukan sampai anak cukup
incisor ke tempat yang benar . Anak yang lebih tua yang perhatian terhadap penampilan
dan bicara dapat diberitahu untuk menempatkan ujung lidah di incisive papilla pada
atas mulut dan dan menelan dengan lidah pada posisi ini.
5) Orthodontic trainers: Tooth channels, labial bows, tongue guard, tongue tag, lip
bumpers.
- Tongue thrust dapat dicegah dengan penggunaan habit breakers seperti yang telah
dijelaskan untuk thumb sucking. Baik fixed dan removeable cribs atau rakes adalah alat
yang berguna untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. Vertical crib dapat digunakan,
mirip dengan penggunaan alat pada thumbsucking kecuali palatal bars nya disolder
pada posisi horizontal, melebar kebawah dari palate untuk mencegah usaha mendorong
dari lidah
15
- Anak diberitahu mengenai kebiasaan yang salah tersebut dan memperbaiki metode
menelan
- Bermacam–macam latihan otot lidah dapat membantu utnuk melatih anak beradaptasi
1.4 Bruxism
a) Definisi
(grinding) gigi pada rahang saat individu tidak mengunyah atau menelan dengan gerakan
paling umum terjadi. Rentang prevalensi adalah dari 8-31% pada populasi umum dan 14-
20% pada anak-anak. Orang-orang di atas kelompok usia 60 tahun cenderung tidak
terpengaruh dan menunjukkan prevalensi menurun menjadi sekitar 3%. Dalam sebagian
besar kasus, bruxism tidak menyebabkan masalah komplikasi serius, tetapi saat kondisi parah
dapat menyebabkan kerusakan gigi dan restorasi, sakit kepala tegang, nyeri wajah atau
b) Tipe Bruxism
Bruxism dapat terjadi pada siang hari yang dikenal sebagai bruxism diurnal atau bruxism
terjaga. Bruxism saat tidur di siang atau malam hari waktu dikenal sebagai bruxism tidur atau
bruxism nokturnal. Bruxism diurnal dapat berhubungan dengan stres karena memiliki
tanggung jawab keluarga atau tekanan pekerjaan, kecemasan, kemarahan atau frustrasi.
Bruxism diurnal lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria. Sedangkan
bruxism nokturnal juga dapat mengalami gangguan tidur lainnya seperti mendengkur dan
16
jeda pernapasan saat tidur (sleep apnea). Bruxism nokturnal terjadi tanpa perbedaan gender
Etiologi bruxism tidak sepenuhnya jelas namun memiliki penyebab multipel. Beberapa
faktor morfologi seperti oklusi gigi dan anatomi struktur tulang sistem stomatognatik dapat
dikaitkan dengan bruxism. Faktor etiologi lainnya dari bruxism yang dapat dibedakan
menjadi :
- Faktor genetika
- Faktor sistemik seperti parasit usus, defisiensi nutrisi subklinis, alergi, dan
gangguan endokrin.
d) Manifestasi Klinis
- Nyeri otot wajah kronis dengan sakit kepala tegang disebabkan oleh kontraksi
- Kebisingan yang diperhatikan oleh orang tua, teman atau kerabat, bahwa terdapat
- Permukaan gigi yang rata dan aus, yang memperlihatkan adanya lapisan dentin
kekuningan. Pada anak dapat terjadi keausan gigi desidu pada kanin dan molar
- Gigi patah.
- Kekakuan dan nyeri pada sendi rahang (sendi temporomandibular atau TMJ) yang
- Sakit telinga.
Kebiasaan menghisap bibir merupakan kebiasaan abnormal yang terjadi secara berkelanjutan
baik secara sadar maupun tidak sadar dan biasanya dilakukan di bibir bawah meskipun bisa
terjadi pada bibir atas maupun bawah. Kebiasaan menghisap bibir cukup jarang dibandingkan
dengan kebiasaan buruk oral lainnya dan bisa terjadi karena beberapa faktor seperti faktor
lingkungan dan faktor psikologis seperti rasa takut, cemas, atau stress, namun bisa juga karena
adanya maloklusi, berhubungan dengan kebiasaan lainnya, atau merupakan perilaku repetitif
Kebiasaan ini akan mengakibatkan adanya gaya ke arah lingual pada insisif rahang bawah
dan gaya ke arah labial pada insisif rahang atas sehingga dapat mengakibatkan protrusi insisif
rahang atas dan retrusi insisif rahang bawah serta overjet yang besar. Beberapa studi juga
melaporkan kebiasaan ini dapat mengakibatkan hubungan molar kelas II, adanya gigitan terbuka
(open bite) anterior, adanya gigitan silang (crossbite) posterior, gigi rahang atas yang renggang,
18
dan crowding pada anterior rahang bawah. Bibir bawah juga dapat menunjukkan tanda-tanda
inflamasi seperti bibir yang kering, kemerahan, teriritasi di bagian bawah batas vermillion, batas
vermillion juga bisa hipertrofi, dan pada beberapa kasus terdapat teraan gigi pada bibir.
Kebiasaan ini juga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan otot dan sulkus mentolabial menjadi
Kebiasaan menghisap atau menggigit bibir bukan merupakan kebiasaan yang dapat hilang
dengan sendirinya. Perawatan sebaiknya ditujukan pada etiologi kebiasaan kemudian diikuti
dengan alat terapi seperi pelindung bibir (lip protector), oral screen, dan lip bumper.
1.6.1 Definisi
Ini adalah salah satu kebiasaan paling umum pada anak-anak dan orang dewasa. Ini
adalah tanda ketegangan internal(emosional). Menggigit kuku atau onikofagia adalah kebiasaan
Tidak ada sebelum usia 3 tahun. Kejadian meningkat tajam dari 4-6 tahun dan konstan
antara 7-10 tahun dan naik lagi ke insiden puncak selama masa remaja.
1.6.3 Etiologi
tahu pelajaran, membaca cerita sedih, mendengarkan cerita horor, menonton televisi, atau
berbicara di telepon. Ini juga bisa menjadi perilaku yang dipelajari dari anggota keluarga.
Menggigit kuku adalah yang paling umum dari "kebiasaan gugup", yang meliputi mengisap
jempol, mengupil, memelintir atau menarik rambut, menggertakkan gigi, dan mengorek kulit.
Efek(oral manifestasi) : crowding, rotasi dan atrisi incisal edges dari gigi insisif
(mandibular)
1.6.4 Pengelolaan
1.6.5 Komplikasi
- Saat kecil tertelan kuku yang digigit, masalah perut seperti infeksi perut dapat
berkembang, selain aspek kebersihan kuku, yang jarang bersih, dan berbagai penyakit
dapat menular.
20
mengunyah pensil atau benda lain, menggaruk hidung, atau memutar-mutar rambut.
- Anak-anak yang menggigit kuku berisiko mengalami maloklusi pada gigi anterior.
- Kekuatan non-fisiologis yang bekerja pada gigi, seperti dari gigitan kuku, dapat
2. Modifikasi Perilaku
Penatalaksanaan perilaku anak merupakan komponen dari praktik kedokteran gigi anak.
Teknik modifikasi perilaku digunakan oleh praktisi gigi untuk membangun komunikasi,
mengurangi rasa takut dan kecemasan, memfasilitasi pemberian perawatan gigi yang berkualitas,
membangun hubungan saling percaya antara dokter gigi, anak, orang tua, dan mempromosikan
sikap positif anak terhadap perawatan kesehatan mulut, sehingga membantu mereka untuk
mengatasi dan menunjukkan kemauan untuk melakukan prosedur perawatan gigi (Radhakrishna
S, et.al , 2019).
sambil meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada pasien apa yang akan
Memberikan demontrasi prosedur misalnya gerakan handpiece yang lambat pada jari
kemudian lakukan tindakan yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tell-
show-do dapat mengurangi kecemasan pada pasien anak yang baru pertama ke dokter
gigi.
perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana seharusnya anak
21
dimengerti oleh anak. Semuanya diterangkan secara singkat, jelas dan padat agar
anak yang akan dilakukan terhadap dirinya. Modelling dapat dilakukan pada
tahap ini. Cara lain dengan menggunakan alat peraga atau menunjukkan cara kerja
Langkah ketiga adalah Do, yaitu anak dilakukan perawatan gigi sesuai dengan
penggunaan imajinasi (Cameron and Widmer, 2013). Dokter gigi anak telah
mereka. Penggunaan humor ini telah terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan pada
anak. Beberapa sampel dokter gigi anak telah diwawancarai dan diamati untuk
Dokter gigi menciptakan suasana menyenangkan dengan menggunakan isyarat verbal dan
nonverbal. Humor itu sendiri memiliki beberapa fungsi baik itu secara sosial, emosional,
kognitif, informasional, dan motivasi (Appukuttan, 2016) Tiga manfaat dari penerapan
humor:
b.3 Distraksi
Distraksi yaitu mengabaikan dan kemudian mengalihkan perhatian dari suatu
perilaku, pikiran atau perasaan, ke sesuatu yang lain. Beberapa jenis kegiatan dapat
digunakan untuk mengalihkan perhatian anak, seperti memainkan film yang sesuai usia
anak, bermain video game, dan lainnya bisa bermanfaat untuk mengalihkan perhatian
anak. Namun, berbicara dengan anak selama perawatan adalah metode yang efektif untuk
Ekspresi wajah dokter gigi dapat menambah kesan atau bahkan dapat
ketidakpercayaan, mencela, tidak suka, terkejut) dapat terlihat dari ekspresi wajah yang
ditunjukkan oleh dokter gigi. Senyum adalah sarana yang sangat baik dan dapat
menunjukkan sikap untuk memotivasi pasien. Ketika dokter gigi memakai masker,
meskipun wajahnya tidak terlihat, tetap berusaha untuk bersikap ramah kepada pasien
sehingga pasien dapat melihat ‘senyum’ dokter gigi meskipun tertutup oleh masker. (K.
M. , 2019)
Dokter gigi dengan kontak mata yang kurang kemungkinan akan mengurangi
tingkat kepercayaan pasien pada dokter gigi. Gerak gerik dan postur tubuh dari dokter
gigi juga dapat memengaruhi kecemasan anak. Sikap menyilangkan lengan saat berbicara
dapat menunjukkan sikap seolah-olah mencela pasien, terutama jika dilakukan dengan
mengetukkan kaki ke lantai. Dokter gigi dapat menunjukkan tingkah lakunya untuk
mengatasi atau meningkatkan kecemasan anak. Tindakan dokter gigi dalam merespon
23
tingkah laku anak seperti menanyakan apa yang mereka rasakan (empati) dan menekan
dengan lembut bahu atau tangan dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien usia
muda dan memperbaiki tingkah laku mereka saat duduk di dental chair. Sementara sikap
dokter gigi yang memaksa atau membujuk akan memperburuk tingkah laku anak. Sikap
kontraproduktif harus dihindari, misalnya memberi penghiburan secara verbal seperti “ini
tidak akan sakit” akan memungkinkan anak untuk berpikir sebaliknya. Mengatakan
bahwa “tidak ada yang perlu dikhawatirkan” malah akan membuat anak khawatir.
(Curzon, M. E. J, 2004)
b.5 Modelling
Video klip dari anak-anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi yang
diputar di monitor TV dapat dijadikan sebagai model saat mereka menjalani prosedur
perawatan gigi. Sebagian besar studi modeling menunjukkan bahwa ada baiknya
memperkenalkan anak ke dokter gigi dengan cara ini, namun tidak semua penelitian
menunjukkan perilaku kooperatif yang secara statistik lebih baik pada anak-anak.
tim dokter gigi, kaset video dan film. Ini menunjukkan perlunya rekaman video atau
pemilihan film yang digunakan pada kantor dokter gigi. (Curzon, M. E. J. 2004;
Modifikasi perilaku dapat juga dilakukan pada pasien seperti saudara kandung,
anak-anak lainnya, atau orangtua. Banyak dokter gigi mengizinkan anak untuk mengajak
orang tuanya masuk ke ruang operator untuk melihat riwayat medis gigi. Karena anak
dengan pemeriksaan gigi. Kunjungan kembali orang tua dapat dijadikan kesempatan
modeling yang baik. Pada kesempatan ini banyak anak yang langsung menaiki dental
chair setelah kunjungan kembali. Pada saat anak menaiki dental chair, dokter gigi harus
berhati-hati. Pasien anak biasanya ditakutkan dengan suara yang keras seperti suara pada
Pembentukan perilaku merupakan salah satu jenis metode non farmakologi yang
berdasarkan prinsip pembelajaran sosial yang dilakukan secara bertahap dan seringkali
dilakukan oleh dokter gigi maupun perawat saat berinteraksi bersama pasien anak saat
sebagai berikut :
a. Menjelaskan kepada pasien anak mengenai tujuan terhadap sesuatu yang akan
dilakukan.
faham akan pentingnya prosedur, lalu tercipta suasana kooperatif antara dokter
c. Menjelaskan kepada anak secara sederhana menggunakan kosa kata dan bahasa
yang mudah dipahami sesuai usia pasien anak dan tidak lupa untuk menjelaskan
secara berulang.
e. Memperkirakan keberhasilan
25
Metode pembentukan perilaku hampir serupa dengan jenis metode modifikasi perilaku
lain yang disebut sebagai Tell Show Do, namun perbedaannya yaitu pada pembentukan
tahapan sesi perawatan bersama pasien anak menggunakan alat perekam yang kemudian
Selain itu metode pembentukan perilaku melakukan pengulangan terhadap tahapan yang
telah dilakukan saat pasien melakukan hal yang tidak sesuai. Sebagai contoh saat dokter
gigi mengevaluasi kembali langkah mencuci tangan lalu anak mulai berpaling maka
prosedur diulangi dari awal kembali. Pada dasarnya dokter gigi harus memberi
perhatian lebih terhadap hal – hal yang tidak sesuai dengan pembelajaran yang sudah
Teknik fading dalam modifikasi perilaku merupakan metode perubahan perilaku anak
yang dilakukan secara bertahap dengan syarat tahap sebelumnya telah berhasil terlebih
dahulu. Metode ini dimulai dari hal yang kecil seperti memberi pujian hingga
memberikan hadiah sebagai apresiasi bagi anak yang dapat melakukan perilaku yang
baik.
26
2.7.1 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas dari metode fading, yakni
diantaranya :
Dari hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan bahwa dalam melakukan
diinginkan.
2.7.2 Terdapat tahapan penerapan fading yang efektif dilakukan seperti halnya ;
Menentukan secara jelas mengenai stimulus apa yang akan diberikan ketika
relaksasi dan kecemasan tidak dapat ada pada individu di saat yang bersamaan. Dalam
prakteknya, untuk manajemen kecemasan dental, stimulus penghasil rasa takut dimulai
dengan stimulus dengan ancaman terendah. Namun, sebelum ini dilakukan, pasien
diajarkan untuk rileks. Jika keadaan relaksasi sudah tercapai, stimulus yang
menimbulkan rasa takut mulai diperkenalkan diawali dengan stimulus yang tidak
sebagai phobia spesifik melalui kontak yang berulang. Stimulus penghasil rasa takut
diciptakan dan diterapkan pada pasein secara berurutan, dimulai dengan yang paling
sedikit menimbulkan rasa takut. Teknik ini berguna untuk menangani ketakutan yang
28
spesifik, contohnya prosedur anastesi gigi pada anak. (Ingle, John; Bakland, Leif;
Baumgartner, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. Fourth. China: Mosby
Elsevier; 2013.
2016;36(5):386–94.
Shahraki N, Yassaei S, Moghadam MG. Abnormal Oral Habits: A Review. J Dent Oral
Hyg. 2012;4(2).
review.’, Annals and Essences of Dentistry, 1(2), pp. 14–23. doi: 10.5368/aedj.2009.1.2.14-
23.pdf.
International Journal of Contemporary Dental and Medical Reviews, 2015(151214), pp. 1–5.
doi: 10.15713/ins.ijcdmr.26.
29
Appukuttan, D. P. (2016) ‘Strategies to manage patients with dental anxiety and dental
phobia: Literature review’, Clinical, Cosmetic and Investigational Dentistry, 8, pp. 35–50. doi:
10.2147/CCIDE.S63626.
children aged 4-8 yearsadhakrishna, Sreeraksha Srinivasan, Ila Setty’, Journal of Dental
McDonald, R. E., Avery, D. R., & Dean, J. A. (2011). Dentistry for the child and
Koch, G., Poulsen, S., Espelid, I., & Haubek, D. (Eds.). (2017). Pediatric dentistry: a
Law, C. S., & Blain, S. (2003). Approaching the pediatric dental patient: a review of
Putri, G. M. R., Rusli, R., & Safitri, J. (2019). The Effectiveness of Behavior
Modification Using the Fading Technique to Improve the Vocabulary of Deaf Students in SLB-C