Anda di halaman 1dari 4

Assignment GCR Pedodonsia I

Nama : Binar Barlian

NPM :160112180099

I. Kasus 2

Jarak yang ada pada gigi anak saat masa pertumbuhan merupakan hal yang
wajar dan sangat penting untuk pertumbuhan dan oklusi gigi permanen yang baik.
Jarak antar gigi anak umumnya ada pada gigi anterior, dimana jarak ini disebut
primate spaces. Jarak ini bersifat fisiologis (Vegesna, Chandrasekhar and
Chandrappa, 2014).

1. Oklusi Periode Gigi Sulung

Periode gigi sulung dimulai dengan erupsi pertama gigi sulung, dimana
gigi pertama yang erupsi adalah insisif sentral mandibula sekitar umur 6-7 bulan,
dan ketika umur 2-3 tahun seluruh gigi sulung erupsi. Karakteristik yang paling
penting pada periode ini yakni hubungan molar. Menentukan hubungan molar
pada periode gigi sulung antara lain terdiri dari flush terminal plane, mesial step,
dan distal step. Flush terminal plane adalah keadaan dimana permukaan distal
molar kedua rahang atas dan rahang bawah dalam satu dataran vertikal. Relasi ini
akan menjadi hubungan molar kelas I Angle dengan memanfaatkan Leeway space
(Ar et al., 2017).

Mesial step adalah keadaan dimana permukaan distal dari gigi molar
kedua sulung rahang bawah berada lebih mesial dibanding dengan permukaan
distal gigi molar kedua sulung rahang atas. Jika pertumbuhan mandibula terus
berlanjut, maka dapat terjadi relasi molar kelas III Angle dan jika pertumbuhan
mandibula ke depan minimal, maka akan terjadi relasi molar kelas I Angle (Ar et
al., 2017).
Distal step adalah keadaan dimana permukaan distal gigi molar pertama
permanen rahang bawah berada lebih distal daripada molar kedua sulung rahang
atas. Hubungan molar ini akan menghasilkan relasi Kelas II Angle (Ar et al.,
2017).

II. Essay
1. Teknik Restorasi Kelas I Komposit
Alat dan bahan yang digunakan antara lain etsa, bonding agent, komposit
yang sesuai dengan warna gigi, instrumen untuk menempatkan komposit
seperti teflon, microbrush, light cure, spatula plastik, glass slab, dan instrumen
poles seperti bur finishing fine dan superfine, dan karet poles(Heymann, Swift
and Ritter, 2012).
1) Penempatan Bahan Adesif dengan Etsa dan Bonding (Heymann, Swift and
Ritter, 2012):
a) Etsa diaplikasikan ke seluruh permukaan gigi yang dipreparasi dengan
microbrush lalu etsa dibiarkan selama 15 detik.
b) Bilas etsa dengan seksama untuk menghilangkan etsa.
c) Bonding agent diaplikasikan di permukaan yang telah di etsa tadi, lalu di
polimerasi dengan light cure sesuai petunjuk pabrik.
2) Aplikasi Komposit (Heymann, Swift and Ritter, 2012):
a) Instrumen tangan dapat digunakan untuk memasukan komposit.
b) Komposit diinsersi sedikit demi sedikit lalu diaktivasi dengan light cure
(incremental) untuk mengurangi efek shrinkage.
3) Pembuatan Kontur, Pemolesan Komposit, dan Kontrol

Apabila komposit telah diaplikasikan dengan hati-hati dan dibentuk


mengikuti anatomi gigi, maka pembentukan kontur dengan bur dapat
diminimalisir, namun apabila pembentukan kontur diperlukan, maka dapat
digunakan bur finishing karbid bundar atau oval, juga dapat digunakan bur
diamond dengan bentuk yang mirip. Pemolesan dapat menggunakan instrumen
poles seperti karet poles berbentuk disc atau flame. Hal yang perlu diperhatikan
saat melakukan kontrol setelah kunjungan pasien sebelumnya adalah mengecek
vitalitas dan keadaan gigi, kenyamanan pasien saat menggunakan gigi yang
telah di restorasi, dan menghilangkan keluhan-keluhan yang ada dari gigi yang
direstorasi tersebut (Heymann, Swift and Ritter, 2012).

1. Teknik Restorasi Kelas III GIC

Alat dan bahan yang digunakan untuk restorasi kelas III GIC antara lain GI tipe
IX, dentin conditioner, cocoa butter, spatula plastik, glass slab, paper pad, dan
mylar strip. Untuk pemolesan dapat menggunakan karet poles (Heymann, Swift
and Ritter, 2012).

1) Penempatan Mylar Strip (Heymann, Swift and Ritter, 2012):


a) Mylar strip digunakan untuk membatasi kelebihan material restorasi,
melindungi gigi tetangga, dan membuat kontur aksial yang tepat pada gigi
yang direstorasi. Tata cara penggunaan mylar strip:
b) Mylar strip dibentuk dahulu dengan benda tumpul agar dapat mengikuti
kontur gigi.
c) Mylar strip distabilisasi dengan wedge yang ditempatkan di margin
gingiva.
2) Teknik Restorasi GIC dan kontrol (Heymann, Swift and Ritter, 2012):
a) Conditioner (asam poliakrilik 10%) diaplikasikan pada preparasi sesuai
instruksi pabrik, selanjutnya dibilas dan air yang berlebih dihilangkan dan
jaga kondisi tetap lembab.
b) GI diaplikasikan dengan cara dilebihkan sedikit, lalu dibentuk dengan
instrumen.
c) GI di poles dengan alat poles, setelah itu diaplikasikan cocoa butter GI
terhindar dari air dan saliva.
d) Saat control, operator dapat mengecek vitalitas dan keadaan gigi,
kenyamanan pasien saat menggunakan gigi yang telah di restorasi, dan
menghilangkan keluhan-keluhan yang ada dari gigi yang direstorasi
tersebut.

Referensi

Ar, S. E. et al. (2017) ‘An Evaluation of Occlusal Relationship and Primate Space
in Deciduous Dentition in Kancheepuram District, Tamil Nadu, India’,
(November).
Heymann, H. O., Swift, E. J. J. and Ritter, A. V (2012) Sturdevant’s Art and
Science of Operative Dentistry. 6th edn. Singapore: Elsevier Ltd.
Vegesna, M., Chandrasekhar, R. and Chandrappa, V. (2014) ‘Occlusal
Characteristics and Spacing in Primary Dentition : A Gender Comparative
Cross-Sectional Study’, 2014.

Anda mungkin juga menyukai